PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN PERMAINAN DESTINASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI POKOK PEMUAIAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A MTS SABILUL ULUM MAYONG JEPARA SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Disusun oleh : DIKA FREIDA NURYNNYSA NIM : 063611021
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.
Semarang, 03 Desember 2010 Deklarator,
Dika Freida Nurynnysa NIM: 063611021
MOTTO
9,ù=yz tA¨rr& !$tRù&y‰t/ $yJx. 4 É=çGà6ù=Ï9 Èe@ÉfÅb¡9$# Çc‘sÜŸ2 uä!$yJ¡¡9$# “ÈqôÜtR tPöqtƒ ÇÊÉÍÈ šúüÎ=Ïè»sù $¨Zä. $¯RÎ) 4 !$oYøŠn=tã #´‰ôãur 4 ¼çn߉‹ÏèœR “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran -lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. ”(Q.S Al Anbiya: 104)1
1
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2000), hlm. 264.
ABSTRAK Dika Freida Nurynnysa (NIM: 063611021). Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Permainan Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2010. Rumusan Masalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materi pokok Pemuaian? (2) Apakah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasil belajar Fisika di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materi pokok Pemuaian? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara tahun ajaran 2010/2011 pada materi pokok Pemuaian kelas VII A semester gasal. Dalam proses pembelajaran dilakukan dengan menyampaikan bahan ajar berupa penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah dan diskusi, membentuk kelompok yang beranggotakan 4 peserta didik, melaksanakan permainan destinasi dalam turnamen dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi sesuai nomor urut turnamen, memberikan pujian atau unsur reinforcement pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, dan memberikan tes yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian dari siklus I ke siklus II, menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata hasil belajar kognitif peserta didik mengalami kenaikan sebesar 8,18 dari siklus I sebesar 60,00 ke siklus II sebesar 68,18. Ketuntasan belajar aspek psikomotorik pada siklus II tercapai dan meningkat sebesar 6,06%, yaitu dari 93,94% pada siklus I menjadi 100%. Ketuntasan belajar aspek afektif pada siklus II meningkat sebesar 3,03%, siklus I sebesar 96,97% dan siklus II sebesar 100%. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok pemuaian pada peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh guru sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok yang lain. Kata kunci : Hasil belajar dan pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan dan kerendahan hati, maka skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1.
Ayahanda Djazuli, S. Pd dan ibunda Endang Purwaningsih, A. Md (Almh) serta ibu Winarsih tercinta yang telah membesarkanku dengan segala curahan kasih sayang serta do’anya yang tulus ikhlas untuk kesuksesan putri tercintanya.
2.
Untuk kedua adik tercintaku Thoby Fadly Arafat dan Ghany Ghybran yang senantiasa memberikan motivasi, do’a, dan keceriaan terhadap penulis.
3.
Untuk kakak tunggalku tersayang Rysda Kurniasih dan Muhammad Ridhowi (kakak ipar), serta Fairus Ghaffany (keponakan tersayangku) yang senantiasa memberikan motivasi, do’a, semangat, dan inspirasi terhadap penulis.
4.
Untuk teman terbaik Arif Rahman yang telah memberikan motivasi, dukungan, do’a dengan tulus terhadap penulis.
5.
Teman-teman Tadris Fisika angkatan 2006 mbak Anik, Eka, Ina, Lida, Shasa, Khusnul, Nani, mbak Zahro, mbak Is, Rohmat, pak Eko, Tain, Arif, Kharis, Hafid, Robit, dan Fatur yang selalu memberikan motivasi dan tempat berbagi ceria selama berjuang bersama.
6.
Keluarga besar pak Agung dan bu Ayuk (ibu kos PNA K.15) yang telah menjadikan penulis sebagai bagian dari keluarga selama di Semarang dan senantiasa memberikan motivasi dan do’a terhadap penulis.
7.
Sahabat-sahabat seperjuangan kos PNA K.15 Ninik, Ifa, Titin, dan Dyan, kepada mereka penulis berbagi suka dan duka sehingga beban tak terasa dalam mengarungi samudra perjalanan untuk meraih cita-cita.
8.
Sahabat-sahabat yang sekaligus menjadi kakak kos PNA K.15 mbak ina, mbak novi dan mbak umi yang senantiasa memberikan motivasi dan nasihat kepada penulis.
9.
Sahabat-sahabat kos PNA K.15 tercinta Dyan, dek Ana, dek Indah, dek Fufah, Ifa Batang, mbak Ifa Riau, dek Yanah, dek Nik, dek Ririn, mbak Ina’,
dek Erni, Ifa Jepara, Nani, dek Puput, dan mbak Par yang senantiasa memberikan motivasi dan do’a terhadap penulis. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan pembimbing pak Amin Farih tersayang Nafis, Laeli, Lala, Wity, Slam, dan Badri yang senantiasa memberikan motivasi, do’a dan tempat berbagi suka dan duka terhadap penulis. 11. Untuk keluarga besar bu Endang di Karangawen Demak posko 39 yang telah merawat selama KKN dan memberikan do’a terhadap penulis. 12. Sahabat-sahabat tim KKN posko 39 terbaik mbak Sri, Atik, Miftah, mbak Mini, Nani, Azis, mas Rozy, mas Shofi’i, mas Aris yang senantiasa memberikan motivasi dan do’a terhadap penulis. 13. Kepada semua pihak yang telah bersedia dengan penuh ikhlas mendoakan dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah selalu memberi limpahan rahmat dan hidayah serta kesabaran dan ketabahan kepada semua dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. 14. Tak ada yang penulis persembahkan selain kata terima kasih yang sebesarbesarnya. Skripsi ini merupakan salah satu wujud dari terimakasih penulis untuk semuanya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya Ilahi kepada umat manusia sehingga kita dapat merasakan nikmat Islam dan Iman. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, motivasi, dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi penulis untuk berterima kasih kepada: 1. Dr. Suja’i M. Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. H. Mursid, M. Ag selaku Ketua Jurusan Tadris dan Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd, M. Kom, Ketua Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 3. Wenty Dwi Yuniarti, S. Pd, M. Kom pembimbing I sekaligus wali studi yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis. 4. Amin Farih, M. Ag selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis. 5. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas kepada penulis selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 6. Segenap civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, para dosen, para karyawan beserta staf-stafnya. 7. Ibu Anis Muawanah S.Th.I selaku guru pengampu mata pelajaran fisika kelas VII di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara, terimakasih atas bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.
8. Suharto, S. Pd.I selaku kepala sekolah MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara dan seluruh guru, karyawan dan stafnya terimakasih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Ayahanda Djazuli, S. Pd dan ibunda Endang Purwaningsih, A. Md (Almh) serta ibu Winarsih tercinta yang telah membesarkanku dengan segala curahan kasih sayang serta do’anya yang tulus ikhlas untuk kesuksesan putri tercintanya. 10. Teman-teman Tadris Fisika angkatan 2006 mbak Anik, Eka, Ina, Lida, Shasa, Khusnul, Nani, mbak Zahro, mbak Is, Rohmat, pak Eko, Tain, Arif, Kharis, Hafid, Robit, dan Fatur yang selalu memberikan motivasi dan tempat berbagi ceria selama berjuang bersama. 11. Sahabat-sahabat kos PNA K.15 tercinta Dyan, dek Ana, dek Indah, dek Fufah, Ifa Batang, mbak Ifa Riau, dek Yanah, dek Nik, dek Ririn, mbak Ina’, dek Erni, Ifa Jepara, Nani, dek Puput, dan mbak Par yang senantiasa memberikan motivasi dan do’a terhadap penulis. 12. Peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga tercipta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Harapan penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Pada akhirnya penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca umumnya. Semarang, 03 Desember 2010 Penulis,
Dika Freida Nurynnysa NIM: 063611021
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………....................... i PENGESAHAN PENGUJI…………………………………………………… ii PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………. iii DEKLARASI………………………………………………………………….. iv MOTTO………………………………………………………........................... v ABSTRAK…………………………………………………………………….. vi PERSEMBAHAN…………………………………………………………….. vii KATA PENGANTAR………………………………………………………...
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….................... xiii DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiv DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………... xv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah………………………………………… 3 C. Penegasan Istilah …………………………………………… 4 D. Perumusan Masalah…………………………………………. 5 E. Tujuan Penelitian……………………………………………. 5 F. Manfaat Penelitian…………………………………………... 6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori……………………………………………
7
1. Belajar ………………………………………………....
7
2. Pengertian Hasil Belajar………………………………..
16
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT……………………
20
4. Materi Pokok Pemuaian………………………………..
26
5. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Permainan Destinasi Pada Pembelajaran Fisika Materi Pokok Pemuaian …………………………. 37
B. Kajian Penelitian Yang Relevan…………………………… 38 C. Kerangka Berfikir………………………………………….. 41 D. Hipotesis Tindakan………………………………………… 42 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ................................................ 44 B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 46 C. Subjek Penelitian .............................................................. 47 D. Metode Penelitian .............................................................. 47 E. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................... 50 F. Kolaborator........................................................................ 60 G. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 60 H. Indikator Keberhasilan ...................................................... 66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Siklus............................................................................... 67 B. Hasil Penelitian ..................................................................... 69 C. Pembahasan .......................................................................... 71 1. Pra Siklus........................................................................ 71 2. Siklus I............................................................................ 72 3. Siklus II .......................................................................... 81
BAB V
SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Simpulan ............................................................................... 86 B. Saran ..................................................................................... 87 C. Penutup ................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Papan destinasi ............................................................................... 26 Gambar 2.2 Batang sebelum dan sesudah memuai.............................................. 30 Gambar 2.3 Alat Musschenbroek ....................................................................... 31 Gambar 2.4 Model sambungan pada rel Kereta Api............................................ 36
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Koefisien Muai Termal Beberapa Bahan ......................................... 30
Tabel 2.2.
Koefisien muai volum berbagai jenis zat cair .................................. 32
Tabel 3.1
Siswa MTs Sabilul Ulum ................................................................ 46
Tabel. 4.1
Hasil Belajar Pra Tindakan.............................................................. 68
Tabel 4.2
Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Siklus I dan II ........................ 69
Tabel 4.3
Hasil Belajar Afektif Peserta Didik Siklus I Dan II.......................... 70
Tabel 4.4
Hasil Belajar Psikomotorik Peserta Didik Siklus I dan II................ 70
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1
Hubungan volume dengan suhu pada air ......................................... 27
Grafik 4.1
Grafik Hasil Belajar Kognitif Pra Siklus dan Siklus I ...................... 76
Grafik 4.2
Grafik Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II......................... 81
Grafik 4.3
Grafik Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II........................... 82
Grafik 4.4
Grafik Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I dan Siklus II ................. 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
:Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum
Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 Lampiran 2
:Daftar nilai mid peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun Ajaran 2010/2011
Lampiran 3
: Daftar kelompok
Lampiran 4
: Daftar nilai peserta didik kelas VII A MTs tahun ajaran 2009/2010
Lampiran 5
: Silabus
Lampiran 6
: Desain Turnamen
Lampiran 7
: Papan Destinasi
Lampiran 8
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 9
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 11 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 12 : Modul Peserta Didik Lampiran 13 : Kisi-kisi penulisan Soal Tes Siklus I Lampiran 14 : Kisi-kisi penulisan Soal Tes Siklus II Lampiran 15 : Kartu Soal Siklus I Lampiran 16 : Kunci jawaban Soal TGT siklus I dan II Lampiran 17 : Rekapitulasi hasil analisis observasi mahasiswa Lampiran 18 : Lembar Jawab Tes Lampiran 19 : Lembar kognitif peserta didik siklus I Lampiran 20 : Kartu Soal Siklus II Lampiran 21 : Lembar kognitif peserta didik siklus II Lampiran 22 : Kunci jawaban tes siklus I dan II Lampiran 23 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus I Lampiran 24 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus II Lampiran 25 : Kriteria Penilaian Afektif Lampiran 26 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus I Afektif
Lampiran 27 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus II Afektif Lampiran 28 : Kriteria Penilaian Psikomotorik Lampiran 29 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus I (Psikomotorik) Lampiran 30 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus II (Psikomotorik) Lampiran 31 : Dokumentasi pelaksanaan pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya. Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan. Mutu pendidikan banyak tergantung pada mutu guru dalam membimbing kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan peserta didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan peserta didik dalam belajar.2 Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting/vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar peserta didik. 3 Oleh karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.4 Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau MTs yang diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika tergolong mata pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian besar peserta didik. Kesulitan peserta didik belajar 2
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, hlm. 53. 3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 6, hlm. 36. 4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, opcit., hlm. 38.
fisika disebabkan karena fisika sebagai cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) membutuhkan kemampuan bernalar atau berfikir baik secara induktif maupun deduktif serta menggunakan pemodelan matematis dalam mengungkap berbagai gejala alam. Apabila kegiatan pembelajaran IPA Fisika tidak menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan peserta didik akan kesulitan menangkap pengertian fisika dan semakin beranggapan fisika itu sulit, karena peserta didik belajar dengan terpaksa. Yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik menjadi rendah. Untuk menjadikan peserta didik tertarik dan menyukai mata pelajaran IPA Fisika dibutuhkan kreativitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran. Sebagaimana pembelajaran IPA Fisika yang terjadi di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara yang kurang memperhatikan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan hanya sebatas ceramah dan pemberian tugas atau mengerjakan soal. Dengan keadaan tersebut, peserta didik kurang tertarik pada mata pelajaran IPA Fisika dan belum mampu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini terbukti dengan: 1.Kurangnya variasi dalam pelaksanaan pembelajaran IPA Fisika sehingga peserta didik merasa bosan dan malas mempelajari IPA Fisika. 2.Peserta didik cenderung cepat bosan bila diberi mata pelajaran IPA Fisika yang monoton (satu arah) yang kurang melibatkan keaktifan peserta didik. 3.Sebagian besar peserta didik kurang suka dengan IPA Fisika dan menganggap IPA Fisika sebagai momok. 4.Peserta didik beranggapan pelajaran IPA Fisika sangat sulit dan membingungkan karena rumus-rumus yang terdapat pada materi pokok pemuaian hampir sama. 5.Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, nilai rata-rata peserta didik kelas VII A untuk materi pokok pemuaian masih rendah, yaitu 57,79 dan persentase ketuntasan klasikal 51,16%. Hasil belajar peserta didik yang diperoleh lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sekolah sebesar 6,00. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, pemilihan model pembelajaran yang menyenangkan dapat membantu peserta didik menyukai kegiatan belajar mengajar IPA Fisika. Model pembelajaran yang menyenangkan dapat berupa model
pembelajaran permainan. Dalam hidup sehari-hari kita jumpai banyak permainan yang digunakan anak secara gembira. Permainan-permainan itu membuat anak senang dan biasanya mereka akan asyik dalam bermain. Tidak jarang beberapa permainan itu mengandung konsep dan hukum fisika yang sesuai dengan bahan fisika yang diajarkan di tingkat SD sampai SMA. Pembelajaran fisika dengan permainan (games) mampu mengajak peserta didik belajar melalui permainan yang mereka sukai dan biasa mereka geluti. Dengan permainan diharapkan akan mengurangi ketegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) merupakan model pembelajaran permainan yang menyenangkan dan dapat membangun kepercayaan diri serta dapat memupuk kerjasama diantara peserta didik. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) ini dapat dilakukan dengan permainan destinasi yang terinspirasi dari permainan ular tangga. Dari uraian di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Permainan Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA Fisika materi pokok pemuaian karena seringnya guru mengajar secara konvensional. 2. Metode yang kurang tepat, menjadikan pembelajaran IPA di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara terkesan membosankan. 3. Nilai tes formatif yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara yakni 6,00.
C. Penegasan Istilah Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga terbentuk suatu pengertian yang utuh sesuai dengan maksud yang sebenarnya dari judul penelitian tersebut antara lain:
1. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.5 2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.6 Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah berupa nilai akhir yang diperoleh peserta didik pada tiap siklusnya. 3. Peserta didik merupakan istilah yang sama dengan sebutan siswa pada kurikulum lama. Peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek dari pembelajaran di suatu lembaga pendidikan dalam hal ini yakni MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara. 4. Materi pokok pemuaian merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran IPA Fisika kelas VII A semester gasal Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
5
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008), Cet 1, hlm. 163. 6 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 37.
5. MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara merupakan sekolah swasta setara SMP berlatar belakang Agama Islam yang bertempat di jalan Welahan No.30 Mayong Jepara.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materi pokok pemuaian? 2. Apakah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasil belajar Fisika di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materi pokok pemuaian?
E. Tujuan Penelitian Penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materi pokok pemuaian? 2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok pemuaian kelas VII A semester gasal di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara tahun ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta Didik a.
Dalam mengikuti proses belajar mengajar, diharapkan peserta didik mampu menerapkan prinsip-prinsip kerja sama dalam kelompoknya.
b.
Meningkatkan hasil belajar sehingga dapat belajar tuntas.
c.
Adanya
perubahan
mendorong
peserta
variasi didik
dalam proses untuk
aktif
pembelajaran sehingga
dalam
pembelajaran
dan
menumbuhkan rasa senang belajar fisika. 2. Bagi Guru a.
Adanya perubahan model pembelajaran fisika dalam menyelesaikan soal pemuaian yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi.
b.
Sumbangan
pemikiran
dan
pengabdian
guru
dalam turut
serta
mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang ditekuni. c.
Dengan
dilakukannya penelitian tindakan
kelas
ini
guru
dapat
mengembangkan secara kreatif terutama dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi. 3. Bagi Sekolah a.
Diharapkan dengan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan sumber pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya kualitas pembelajaran fisika di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara.
b.
Diperoleh
panduan
inovatif
model
pembelajaran
Teams
Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi yang dapat dipakai untuk kelas-kelas lainnya di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara. c.
Diharapkan dapat mengurangi jumlah peserta didik yang tidak lulus UN karena pelajaran fisika di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.7 Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. 8 Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.9 Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). 10 Pada belajar kognitif,
prosesnya
mengakibatkan
perubahan
dalam
aspek
kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric).11 Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur yaitu: 7
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo ,1990), hlm. 28. 8 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 5, hlm. 1. 9 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 3839. 10 Arif S Sadiman dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 7, hlm. 1-2. 11 Purwanto, op.cit., hlm. 42-43.
penciptaan hubungan, sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami, dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.12 Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau yang kurang baik, direncanakan atau tidak.13 Dengan belajar, manusia
melakukan
perubahan-perubahan
kualitatif
individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.14 Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam Al Quran, surat Al Mujadaalah (58): 11:
4….. ;M»y_u‘yŠ zOù=Ïèø9$# (#qè?ré& tûïÏ%©!$#ur öNä3ZÏB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$# ª!$# ìsùö•tƒ...... …..“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”….. (Q.S Al Mujadaalah: 11)15 Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman. Selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak di samping bagi kehidupan diri pemilik ilmu itu sendiri. 16 Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman, yang mematuhi perintah, beberapa derajat di atas orang-orang yang tidak
12
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 2, hlm. 15. 13 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 155. 14 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rineka Cipta, 1990), Cet. 3, hlm. 99. 15 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2000), hlm. 434. 16 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1, hlm. 58.
beriman. Selain itu, Allah mengangkat derajat orang-orang beriman yang berilmu beberapa derajat tingginya daripada orang yang hanya memiliki iman saja.17 Perintah untuk mempelajari materi pokok pemuaian dalam fisika tersirat dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah yang berbunyi:
ôNuŽÉi•ß™ ãA$t7Ågø:$# #sŒÎ)ur ÇËÈ ôNu‘y‰s3R$# ãPqàf–Y9$# #sŒÎ)ur ÇÊÈ ôNu‘Èhqä. ߧ÷K¤±9$# #sŒÎ) â‘$ysÎ7ø9$# #sŒÎ)ur ÇÎÈ ôNuŽÅ³ãm Þ¸qãmâqø9$# #sŒÎ)ur ÇÍÈ ôMn=ÏeÜãã â‘$t±Ïèø9$# #sŒÎ)ur ÇÌÈ ÇÏÈ ôNt•Édfß™ “Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan) dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dijadikan meluap”. (Q.S. At Takwir : 1-6)18 Sayyid Quthub berpendapat boleh jadi yang dimaksud adalah dinginnya matahari, pudar cahayanya dan terhentinya apa yang terjadi sekarang berupa jilatan-jilatan api yang menyembur dari segala sisinya dan yang bersumber dari ribuan mil di angkasa raya. Ini sebagaimana dapat dipantau melalui teleskop pada masa gerhana, kesemuanya berubah dari gas yang memancar akibat dorongan panas yang mencapai 12.000 derajat sehingga menjadikan semua unsur yang membentuk matahari menjadi gasgas yang menyala. Semua berubah pada saat terjadi apa yang digambarkan ayat-ayat di atas, menjadi membeku seperti kulit bumi kita dan berputar melilit tanpa jilatan api. Yang dimaksud adalah rusaknya sistem yang berkaitan
17
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al Quranul Majid An-Nuur, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000), Cet. 2, hlm. 4147. 18 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 468.
dengannya sehingga matahari hancur berantakan. Ayat tersebut diperkuat dengan firman Allah surat Al Anbiya ayat 104:
9,ù=yz tA¨rr& !$tRù&y‰t/ $yJx. 4 É=çGà6ù=Ï9 Èe@ÉfÅb¡9$# Çc‘sÜŸ2 uä!$yJ¡¡9$# “ÈqôÜtR tPöqtƒ ÇÊÉÍÈ šúüÎ=Ïè»sù $¨Zä. $¯RÎ) 4 !$oYøŠn=tã #´‰ôãur 4 ¼çn߉‹ÏèœR “(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” ( Q. S Al Anbiya: 104)19
Pesan yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwa setelah berkembang sampai ukuran maksimumnya, alam semesta akan kembali menyusut dan mengecil, sehingga benda-benda langit saling bertumbukan diremas oleh gaya gravitasi yang maha kuat dan akhirnya masuk kembali dalam singularitas menuju ketiadaan, kiamat universal.20 Berdasarkan ayat tersebut, menjelaskan bahwa matahari berubah dari gas yang memancar akibat dorongan panas yang mencapai 12.000 derajat sehingga menjadikan semua unsur yang membentuk matahari menjadi gas-gas yang menyala, sehingga matahari hancur berantakan. Hal itu dapat terjadi karena gas yang membentuk matahari mengalami pemuaian sehingga matahari hancur berantakan.
b. Prinsip-prinsip Belajar Beberapa prinsip umum belajar: 1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan
19
Ibid, hlm. 264. Achmad Baiquni, Al Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1996), Cet. 1, hlm. 273. 20
Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih pesat. 2) Belajar berlangsung seumur hidup Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara sadar atau tidak, disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak. 3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, kematangan serta usaha dari individu sendiri Dengan berbekal potensi yang tinggi dan dukungan faktor lingkungan yang menguntungkan, usaha belajar dari individu yang efisien yang dilaksanakan pada tahap kematangan yang tepat akan memberikan hasil belajar yang maksimal. 4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, keterampilan, dan lain sebagainya. 5) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja dapat terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi setiap saat, tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajaran atau jam kuliah. 6) Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. 7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi Kegiatan
belajar
yang
diarahkan
kepada
penguasaan,
pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi,
yang dilakukan secara sadar dan berencana membutuhkan motivasi yang tinggi pula. 8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks Perbuatan belajar yang sederhana adalah mengenal tanda (signal learning dari Gagne), mengenal nama, meniru perbuatan sedang perbuatan
yang
kompleks
adalah
pemecahan
masalah,
pelaksanaan sesuatu rencana. 9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya motivasi adanya kelelahan atau kejenuhan belajar. 10) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal-hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru, hal-hal lain perlu petunjuk dari instruktur dan untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan bimbingan dari pembimbing.21 c. Ciri-ciri Belajar Tidak semua perubahan tingkah laku dapat disebut belajar. Ada beberapa kategori belajar, yaitu sebagai berikut: 1) Keterampilan sensorimotor,
yaitu
tindakan-tindakan yang
bersifat otomatis sehingga kegiatan-kegiatan lain yang telah dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa saling mengganggu. Contohnya berjalan, mengendarai sepeda, menari, dan sebagainya.
21
Nana Syaodih Sukmadinata, loc. cit., hlm. 165-167.
2) Belajar asosiasi, di mana urutan kata-kata tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep atau situasi sehingga apabila kita menyebut yang satu cenderung untuk ingat kepada yang lain. Misalnya, ayah berasosiasi dengan ibu, kursi dengan meja, 17 Agustus berasosiasi dengan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan sebagainya. 3) Keterampilan pengamatan motoris, kategori ini menggabungkan belajar sensorimotor dengan belajar asosiasi. Sebagai contoh, mengetik di mana jari yang sama digunakan secara tetap untuk mengetuk huruf tertentu, tetapi urutan huruf dan jaraknya bergantung pada apa yang sedang diketik. 4) Belajar konseptual, yaitu gambaran mental secara umum dan abstrak tentang berbagai situasi atau kondisi. Contoh konsep adalah demokrasi. 5) Cita-cita dan sikap. Masalah sikap antara lain berhubungan dengan masalah senang dan tidak senang yang biasanya berhubungan dengan kontak-kontak pertama dengan orang atau objek tertentu dalam situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. 6) Belajar memecahkan masalah. Pemecahan masalah dipandang oleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi dari belajar, karena respons tidak bergantung hanya pada asosiasi masa lalu dan
conditioning,
manipulasi
ide-ide
tetapi yang
bergantung abstrak.
pada
kemampuan
Pemecahan
membutuhkan kreasi dan bukan pengulangan.
masalah
22
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik meliputi faktor individual atau faktor internal, seperti kondisi jasmani dan rohaninya. Faktor sosial adalah faktor eksternal, seperti 22
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 322.
kondisi lingkungan, dan faktor struktural adalah pendekatan belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.23 1) Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri atau segala sesuatu yang telah dibawa oleh manusia itu sejak kelahirannya, yakni fitrah suci yang merupakan bakat bawaan. Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar di antaranya, yaitu: a) Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Apabila seseorang selalu tidak sehat sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah dalam belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua atau karena sebab lainnya ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. b) Inteligensi dan bakat Kedua
aspek
kejiwaan (psikis)
ini besar
sekali
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Apabila seseorang mempunyai inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses.
23
Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), Cet. 1, hlm. 93-94.
c) Minat dan motivasi Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang tinggi cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi. Motivasi adalah penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. d) Cara belajar Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak, serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.24 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan secara sosial dan faktor lingkungan non sosial. a) Lingkungan Sosial Yang termasuk lingkungan sosial adalah guru, staf administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan seorang peserta didik. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi belajar adalah orang tua dan keluarga peserta didik itu sendiri. b) Lingkungan Non Sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal seseorang, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Faktor-faktor ini 24
58
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2009), Cet. 5, hlm. 55-
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar seseorang. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa ruangan kelas yang diberi suara musik mempengaruhi tingkat semangat dan gairah belajar peserta didik. 3) Faktor Struktural Faktor struktural di sini adalah pendekatan belajar. Pendekatan belajar berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan proses pembelajaran seseorang. Gaya belajar termasuk ke dalam faktor struktural. Para
ahli
Neuro
Linguistic
Programming
(NLP)
menyatakan bahwa mereka dapat mengetahui gaya belajar yang disukai peserta didik dengan memperhatikan gerakan mata dan mendengarkan pembicaraan mereka.25
2. Pengertian Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku. Dengan demikian hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran.26 Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai
25
Mahmud, op. cit., hlm. 101-103. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 37. 26
dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar dapat berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. 27 Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Apabila seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi salah satu/beberapa aspek tingkah laku tersebut.28 Proses belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individualnya yang khas, seperti minat intelegensi, perhatian, bakat dan sebagainya.29 Dalam
sistem
pendidikan
nasional
rumusan
tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.30 Tiga ranah di atas disebut taksonomi yaitu: 1) Ranah kognitif (cognitive domain) Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus
27
Kunandar, op. cit., hlm. 251. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. 3, hlm. 38. 29 Purwanto, loc. cit., hlm. 43. 30 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. 1, hlm. 22. 28
eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkat itu adalah hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. a) Kemampuan
menghafal
(knowledge),
merupakan
kemampuan kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespon suatu masalah. b) Kemampuan
pemahaman
(comprehension)
adalah
kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal fakta tidak lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya. c) Kemampuan penerapan (application) adalah kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan menggunakan untuk memecahkan masalah. d) Kemampuan
analisis
(analysis)
adalah
kemampuan
memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsurunsur. e) Kemampuan
sintesis
(synthesis)
adalah
kemampuan
memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan. f) Kemampuan evaluasi (evaluation) adalah kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.31
31
Purwanto, loc. cit., hlm. 50.
2) Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.32 Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. a) Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya. b) Partisipasi atau merespons (responding) adalah kesediaan memberikan respons dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini peserta didik tidak hanya memberikan perhatian kepada rangsangan tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan. c) Penilaian atau penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut. d) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. e) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.
32
Nana Sudjana, op. cit., hlm. 29-30.
3) Ranah psikomotor Hasil
belajar
psikomotorik
tampak
dalam
bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam: a) Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar psikomotorik
yang
paling
rendah.
Persepsi
adalah
kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain. b) Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan. c) Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan. d) Gerakan
terbiasa
(mechanism)
adalah
kemampuan
melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. e) Gerakan
kompleks
(adaptation)
adalah
kemampuan
melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan, dan irama yang tepat. f) Kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal. Tipe hasil belajar masing-masing ranah di atas terdiri dari sejumlah aspek-aspek yang saling berkaitan. 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.33
33
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. 3, hlm. 189.
1. Cooperatif Learning Cooperatif
learning
atau
belajar
bersama
adalah
model
pembelajaran di mana peserta didik dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasai bahan.34 Menurut Kindsvatter yang menjadi fokus dari belajar bersama adalah kemajuan bidang akademik dan afektif melalui kerja sama. 2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini peserta didik memainkan permainan
dengan anggota-anggota
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
tim lain untuk
35
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya.36 Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.37 Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab,
34
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2006), hlm. 134. 35 Trianto, op. cit., hlm. 83. 36 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 3, hlm. 61. 37 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2008), hlm. 163.
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Setidaknya terdapat lima komponen utama dalam TGT yaitu : a. Penyajian kelas (Class Presentation) Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat games karena skor games akan menentukan skor kelompok. b.
Kelompok (Teams) Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 7 orang peserta didik yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat games.
c.
Permainan (Games) Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaanpertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan untuk menentukan tim mana yang mendapat skor tertinggi dan akan diberi penghargaan sebagai pemenang dari games ini.
Menurut Robert E Slavin “A student picks a numbered card and attempts to answer the question corresponding to the number .38 Sebuah aturan permainan, peserta didik harus mengambil sebuah kartu bernomor dan wajib menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. d.
Turnamen (Tournaments) Tournaments
adalah
sebuah
struktur
di
mana
games
berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Bagi tim yang telah menyelesaikan soal-soal game terdahulu, diminta untuk mempresentasikan hasilnya dengan diwakili oleh masing-masing anggota regunya yang menjawab. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para peserta didik dari semua tingkatan kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik. e. Penghargaan kelompok (teams recognize) Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila ratarata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. 3. Permainan Destinasi Destinasi berasal dari kata destiny, yang menurut Echols dan Shadily berarti
nasib,
takdir,
untung. 39
Permainan
destinasi
merupakan
pengembangan dari model pembelajaran TGT yang terinspirasi dari permainan ular tangga. Dalam permainan destinasi peserta didik akan dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Setiap peserta didik akan mengikuti turnamen sesuai urutan yang diperoleh dan mendapat kesempatan yang sama untuk mengocok dadu dan menjawab pertanyaan.
38
Robert E Slavin, Cooperative Learning:Theory, Research, and Practice, (United States of America: Conggress Cataloging in Publication Data, 1995), hlm. 84. 39 Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hlm. 178.
Permainan dalam mengajar didasarkan pada upaya penyokongan nilai. John Dewey mengklaim bahwa permainan adalah bagian integral dari pendidikan yang diajarkan di sekolah sejak permainan itu disediakan secara aktif dan menjadi pengalaman pembelajaran yang positif. 40 Keuntungan pembelajaran fisika dengan permainan adalah peserta didik sendiri akan senang dan asyik mempelajari bahan tersebut sehingga mereka akan dengan mudah menangkap pengertian fisika dalam permainan itu. Peserta didik juga akan menjadi sadar bahwa fisika itu bukan hal yang menakutkan, dan bahkan dijumpai di permainanpermainan sehari-hari yang menyenangkan. 41 Peserta didik mungkin akan mendapatkan warna kartu yang berbeda yang akan menjadi destinasi (takdir) dari si pelempar dadu. Ada empat macam warna kartu yaitu merah, hijau, biru, dan kuning, yang setiap warna mempunyai pertanyaan tertentu. Skor yang diperoleh akan menjadi skor kelompok, yang pada akhir putaran menjadi penentu kemenangan tim. 42 Aturan permainan “destinasi” pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT 1) Setiap anggota tim memperoleh penomoran 1, 2, 3, atau 4 yang ditentukan oleh guru. Penomoran ini kemudian digunakan untuk menentukan anggota tim tersebut bermain pada turnamen ke berapa. Misal pada tim Cinderella, salah satu anggota yang bernama Budiarti diberi nomor 1 oleh guru, ini berarti Budiarti akan bermain pada turnamen 1, Tanti yang diberi nomor 2, berarti akan bermain pada turnamen 2, demikian seterusnya. 2) Tim lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru, sehingga semua anggota tim yang memperoleh nomor 1, akan bermain di turnamen 1, 40
Linda Campbell, dkk, Metode Praktis Pembelajaran, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm.
92. 41
Paul Suparno, op. cit., hlm. 90. Suhadi, Langkah-Langkah Model Pembelajaran , 4 Juni 2010, http://suhadinet.wordpress.com/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-aturan-permainandestinasi.pdf/ html 42
yang memperoleh nomor 2 akan bermain di turnamen 2, dan seterusnya. 3) Ada 4 macam kartu yang akan menjadi destinasi (takdir) bagi tim yang melempar dadu, berdasarkan mata dadu yang muncul. Tim mungkin akan mendapat kartu: a. Merah : berisi pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang harus dijawab oleh si pelempar dadu (anggota tim yang ikut dalam turnamen itu). Jika si pelempar dadu ini tidak dapat menjawab, pertanyaan itu dialihkan ke anggota tim lain yang juga sedang ikut dalam turnamen itu, sesuai urutan tim. b. Biru : berisi pertanyaan yang juga berkaitan dengan materi, yang dapat dijawab dari hasil diskusi bersama oleh seluruh anggota tim. Jika tim pelempar dadu tidak dapat menjawab atau jawaban salah, maka pertanyaan itu dialihkan ke tim lain, sesuai urutan tim. c. Hijau : berisi pertanyaan yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran, tetapi bertujuan menguji anggota tim yang sedang ikut turnamen, apakah mereka mengetahui hal-hal yang sifatnya pribadi dari anggota-anggota timnya. Contoh pertanyaan: “Apa hobi teman-temanmu satu tim?” d. Kuning : berisi permintaan yang harus dipenuhi oleh anggota tim yang melempar dadu supaya dapat melempar dadu kembali untuk memperoleh kartu lainnya. Contoh permintaan: Nyanyikan dulu lagu kesukaanmu saat ini. Setelah itu kamu boleh melempar dadunya kembali untuk memperoleh pertanyaan. 4) Waktu yang diberikan untuk menjawab setiap pertanyaan adalah 1,5 menit, setiap jawaban benar memperoleh poin 10, sedangkan jawaban yang salah tidak mendapat poin. 5) Permainan dimulai dengan meletakkan “biji” semua tim pada kotak start. Permainan ini dimulai dengan turnamen 1, setelah 1 kali putaran (setelah semua siswa anggota tim yang bermain pada turnamen ini memperoleh kesempatan melempar dadu). Langkah biji kemudian dihitung berdasarkan mata dadu yang muncul. Biji kemudian sampai langkahnya pada kotak destinasi tertentu dan akan
menunjukkan nomor soal yang harus dijawab berdasarkan nomor kotak destinasi. 6) Permainan kemudian dilanjutkan ke turnamen berikutnya sampai ke turnamen 4, lalu kembali lagi turnamen 1, untuk memasuki putaran ke-2. 7) Jika suatu ketika biji milik salah satu tim mencapai END dari papan destinasi, maka penghitungan langkah kembali mulai dari START. 8) Jika suatu ketika biji salah satu tim jatuh di bagian kotak destinasi yang kartunya telah diambil, maka dadu dilempar kembali sehingga biji jatuh di kotak destinasi yang masih ada kartunya. 9) Bagian-bagian papan destinasi:
Gambar. 2.1 Papan Destinasi
4. Materi Pokok Pemuaian a. Pengertian Pemuaian Sebagian besar zat memuai ketika dipanaskan dan menyusut ketika
didinginkan.
Bagaimanapun,
besarnya
pemuaian
dan
43
Pada
penyusutan bervariasi, bergantung pada materi itu sendiri.
umumnya jika temperatur sebuah benda baik itu padatan, cairan atau gas naik maka benda akan memuai (mengembang), kecuali untuk air pada kenaikan temperatur 0° C hingga 4° C justru menyusut dan bukan mengembang, gejala ini disebut anomali air.44
43 44
Douglas C Giancoli, op.cit., Jilid I, hlm. 454. Mohamad Ishaq, Fisika Dasar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet 1, hlm. 231.
Oleh karena itu, pada suhu 4ºC air mempunyai volume terendah. Hubungan volume dengan suhu pada air dapat digambarkan pada grafik berikut.
Grafik. 2.1 Hubungan volume dengan suhu pada air Pada suhu 4ºC, air menempati posisi terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki massa jenis terbesar. Jadi apabila air suhunya dinaikkan dari 0ºC – 4ºC akan menyusut, dan apabila suhunya dinaikkan dari 4ºC ke atas akan memuai. Biasanya pada setiap benda bila suhunya bertambah pasti mengalami pemuaian. Peristiwa yang terjadi pada air itu disebut anomali air. Hal yang sama juga terjadi pada bismuth dengan suhu yang berbeda. Jika air pada 0° C dipanaskan, volumenya menurun sampai mencapai 4° C. Di atas 4° C air berperilaku normal dan memuai volumenya terhadap bertambahnya temperatur. Air dengan demikian memiliki massa jenis yang paling tinggi pada 4° C. Perilaku air yang menyimpang ini sangat penting untuk bertahannya kehidupan air selama musim dingin. Ketika temperatur air di danau atau sungai 4° C dan mulai mendingin karena kontak dengan udara yang dingin, air di permukaan terbenam karena massa jenisnya yang lebih besar dan digantikan oleh air yang lebih hangat dari bawah. Campuran ini berlanjut sampai temperatur mencapai 4° C. Sementara permukaan air menjadi lebih
dingin lagi, air tersebut tetap di permukaan karena massa jenisnya lebih kecil dari 4° C air di sebelah bawahnya. Air kemudian membeku pertama di permukaan, dan es tetap di permukaan karena es mempunyai massa jenis lebih kecil dari air. Air di dasar tetap pada 4° C sampai hampir seluruh air beku. Jika air sama dengan sebagian besar zat lainnya, massa jenis menjadi lebih besar pada saat mendingin, air di dasar akan membeku lebih dulu. Danau akan membeku hingga padat dengan lebih mudah karena sirkulasi akan membawa air yang lebih hangat ke permukaan untuk didinginkan dengan lebih efisien. Pembekuan total sebuah danau akan menyebabkan kerusakan yang parah pada kehidupan tumbuhan dan hewannya. Karena perilaku yang tidak biasa dari air di bawah 4° C, jarang terjadi sebuah benda yang besar membeku seluruhnya, dan hal ini dibantu oleh lapisan es di permukaan, yang berfungsi sebagai isolator untuk memperkecil aliran panas ke luar dari air ke udara dingin di atasnya. Tanpa adanya sifat yang aneh tetapi mengagumkan dari air ini, kehidupan di planet kita ini mungkin tidak dapat berjalan. Air tidak hanya memuai pada waktu mendingin dari 4° C sampai 0° C, air juga memuai lebih banyak lagi sementara membeku menjadi es. Inilah sebabnya mengapa es batu terapung di air dan pipa pecah ketika air di dalamnya membeku.45 Pemuaian adalah proses yang memperbesar ukuran zat/benda yang massanya tetap.46 Ada tiga macam pemuaian zat yang akan dipelajari, yaitu pemuaian zat padat, pemuaian zat cair, dan pemuaian gas.47
45
Douglas C Giancoli, Fisika, Jilid I, (Jakarta:Erlangga, 2001), Cet. 5, hlm. 457. Etsa, Indra Irawan dan Sunardi, Pelajaran IPA Fisika SMP/MTs Kelas VII, (Bandung: CV Yrama Widya, 2007), Cet. 1, hlm. 155. 47 Tim Abdi Guru, IPA Fisika SMP Kelas VII Standar KTSP, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 94. 46
b. Pemuaian Zat Padat Proses pemuaian zat padat dapat kita lihat ketika kita sedang membakar batang logam. Batang logam yang kita panaskan ternyata bertambah panjang. Dalam hal ini, zat padat itu dikatakan mengalami pemuaian panjang. Zat padat juga mengalami pemuaian volume dimana volume zat itu bertambah dengan naiknya suhu.48 Pemuaian pada zat padat dapat berupa pemuaian panjang, pemuaian luas (panjang dan lebar), dan pemuaian volum (panjang, lebar, dan tinggi). 1) Pemuaian Linier Benda Padat Apabila benda padat mengalami kenaikan suhu ( ∆T ), penambahan panjangnya ( ∆L ) adalah sebanding dengan panjang semulanya ( Lο ) dikalikan dengan ∆T , maka: ∆L = α.Lο ∆T Keterangan: L = Panjang akhir (m) L ο = Panjang mula-mula (m) L = Pertambahan panjang (m) = Koefisien muai panjang (/ºC) T = kenaikan suhu (ºC)
Gambar 2.2 Batang sebelum dan sesudah memuai Keterangan: ∆ L = L-Lo = perubahan panjang( m )
48
Ibid.,
(2.1)
∆T = T-To = perubahan suhu ( °C )
Lo = panjang awal/mula-mula (m) L = panjang setelah memuai ( m )
α = koefisien muai panjang (/ °C ) Di sini tetapan perbandingan α disebut koefisien muai linier. Nilai α bergantung zat. Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa
α adalah perubahan panjang per satuan panjang zat untuk setiap derajat perubahan suhu .49 Beberapa nilai koefisien muai panjang pada beberapa jenis zat dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Koefisien Muai Termal Beberapa Bahan Bahan
Koefisien Linier α (10-6 1/K)
Aluminium
24
Baja
11
Karbon (intan dan
1,2 dan 7,9
grafit) Kuningan
19
Tembaga
17
Es
51
Koefisien muai linier untuk padatan atau cairan biasanya tidak banyak berubah dengan tekanan, tetapi dapat berubah dengan temperatur.50 Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian panjang berbagai jenis zat padat adalah Musschenbroek seperti pada Gambar 2.3.
49
Frederick Bueche Schaum Series, Theory And Problems Of Physics, (Jakarta: Erlangga, 1996), Cet. 4, hlm. 132. 50 Paul A Tipler, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 1998), Cet. 1, hlm. 568.
Gambar 2.3 Alat Musschenbroek 2) Pemuaian Luas Bila suatu luas Aο memuai menjadi Aο + ∆A ketika dipengaruhi kenaikan temperatur ∆T , maka : ∆A = β Aο ∆T
(2.2)
Keterangan
β = koefisien muai luas (/ °C ) ∆ A = perubahan luas (m2) ∆T = perubahan suhu ( °C )
Aο = luas awal (m2) Di mana β adalah koefisien pemuaian luas. Untuk bendabenda padat isotropik (yang bertambah besar ke semua arah dengan besar yang sama), β ≈ 2α . 3) Pemuaian Volume Jika volume Vο memuai menjadi
Vο
+ ∆V bila suhu
dinaikkan ∆T , maka
∆V = γ Vο keterangan γ = koefisien muai volume (/ °C ) ∆V = perubahan volume (m3)
∆T = perubahan suhu (/ °C )
∆T
(2.3)
Vο = volume awal (m3) Dengan γ disebut koefisien muai volume. Pada banyak zat padat berlaku hubungan γ ≈ 3α .51 c. Pemuaian Zat Cair Pada zat cair hanya mengalami muai volum karena sifat zat cair yang selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Pemuaian volum zat cair lebih besar daripada pemuaian zat padat untuk kenaikan suhu yang sama. Pemuaian zat cair dapat dilihat pada peristiwa naiknya raksa pada tabung termometer. Atau apabila kalian memasak air dalam panci hingga penuh, maka pada saat air itu mendidih, tutup panci yang tadinya tertutup akan bergerak-gerak dan air tumpah keluar panci. Hal ini menunjukkan bahwa air mengalami penambahan volum.52 Bilangan yang menunjukkan besarnya muai volum zat cair dinamakan koefisien muai zat cair. Di bawah ini merupakan koefisien muai volum untuk berbagai jenis zat cair. Tabel 2.2 Koefisien muai volum berbagai jenis zat cair Jenis zat cair
51
(/ °C atau / ° K )
Air
0,00044
Alkohol (etil)
0,0011
Alkohol (metil)
0,0012
Aseton
0,0015
Gliserin
0,00053
Paparin
0,001
Terpentin
52
Koefisien muai volum
0,00105
Frederick Bueche Schaum Series, op.cit., hlm. 132. Etsa, Indra Irawan dan Sunardi, op. cit., hlm. 89.
Koefisien muai volum pada zat cair dirumuskan sebagai berikut.
γ =
V1 − Vο ∆V atau γ = Vο × ∆T Vο × (T1 − Tο )
(2.4)
Keterangan: γ = koefisien muai volume (/ °C ) ∆V = perubahan volume (m3)
∆T = perubahan suhu ( °C )
Vο = volume awal (m3)
V1 = volume akhir (m3) Tο = suhu awal ( °C )
T1 = suhu akhir ( °C ) Pemuaian zat cair untuk masing-masing jenis zat cair berbedabeda, akibatnya walaupun mula-mula volume zat cair sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda. d. Pemuaian Gas Gas merupakan zat yang dapat memuai jika mengalami kenaikan suhu. Namun sama halnya dengan zat cair, gas hanya mengalami muai volum. Berdasarkan hasil penelitian Gay-Lussac diperoleh bahwa koefisien muai volum untuk semua jenis gas adalah sama, yaitu: γ =
1 ο / C 273
Pada pemuaian gas ada tiga hal yang saling berkaitan, yaitu: volum, suhu, dan tekanan. Pemuaian gas dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu pemuaian gas pada tekanan tetap dan pemuaian gas pada volum tetap.
1) Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap Misalnya dalam suatu wadah tertutup mula-mula volum suatu gas = Vο , kemudian gas itu dipanaskan pada tekanan tetap
sehingga suhunya naik sebesar = ∆T , volumenya bertambah sebesar ∆V . Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut. ∆V = γ .Vο .∆T Vt = Vο + ∆V Vt = Vο + γ .Vο .∆T
Vt = Vο (1 + γ .∆T ) 1 ο / C , maka 273 1 Vt = Vο (1 + .∆T ) 273
Karena γ =
(2.5)
Keterangan: ∆V = perubahan volume (m3)
∆T = perubahan suhu ( °C )
Vο = volume awal (m3) Vt = volume akhir (m3) Tο = suhu awal ( °C )
T1 = suhu akhir ( °C ) γ = koefisien muai volume gas =
1 / °C 273
2) Pemuaian Gas pada Volum Tetap Misalkan sebuah tempat tertutup berisi gas kemudian dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar ∆T . Volum udara dibatasi sehingga udara tidak dapat mengembang dan tekanan udara bertambah sebesar ∆p . Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut. ∆p = γ . pο .∆T pt = pο + ∆p pt = pο + (γ . pο .∆T ) pt = pο (1 + γ .∆T )
Karena γ =
1 ο / C , maka 273
pt = p.(1 +
1 .∆T ) 273
(2.6)
keterangan:
∆p = perubahan tekanan (atm) ∆T = perubahan suhu ( °C )
pο = tekanan mula-mula (atm) pt = tekanan akhir (atm) e. Prinsip pemuaian dalam kehidupan sehari-hari: Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui peristiwa pemuaian zat. Namun pada kenyataannya, pemuaian suatu zat ada yang bermanfaat, ada juga yang menimbulkan masalah. Prinsip pemuaian zat yang bermanfaat dalam kehidupan seharihari antara lain sebagai berikut. 1) Termometer Pemuaian zat cair seperti raksa dan alkohol pada tabung termometer dimanfaatkan sebagai indikator (petunjuk) suhu. 2) Mengeling pelat logam Mengeling adalah menyambung dua pelat logam dengan menggunakan paku keling. 3) Keping bimetal Keping bimetal adalah hasil perpaduan dua keping logam dengan koefisien muai berbeda yang dikeling menjadi satu. Apabila dipanaskan, akan melengkung ke arah logam yang koefisien
muainya
lebih
kecil.
Keping
bimetal
banyak
dimanfaatkan pada alat-alat berikut sakelar termal, termostat bimetal, termometer bimetal, lampu tanda arah (lampu sen) motor atau mobil. 4) Pemasangan ban baja pada roda lokomotif
Pemasangan ban baja pada roda besi lokomotif dilakukan dengan cara memanaskan ban baja hingga memuai, kemudian dipasangkan pada roda. Setelah dingin, ban baja tersebut akan menyusut kembali sehingga menempel sangat kuat pada roda. f. Adapun masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian zat, antara lain sebagai berikut: 1) Pemasangan kaca jendela Pemasangan kaca jendela pada bingkainya yang rapat (tidak ada celah) akan menimbulkan kaca retak bahkan pecah pada saat kaca jendela memuai karena terkena panas atau suhu kaca naik. 2) Sambungan rel kereta api Rel kereta api dapat membengkok atau melengkung pada saat rel tersebut memuai akibat panas sinar matahari. Hal itu dapat terjadi karena celah sambungan dua batang rel tidak cukup untuk menampung pemuaian rel.
Gambar 2.4 Model sambungan pada rel Kereta Api
3) Celah pada sambungan sebuah jembatan atau jalan layang Pada jembatan atau jalan layang biasanya dibuat celah dari keping baja yang menghubungkan dua lintasan jalan beton untuk tempat pemuaian dan penyusutan jalan beton.
5. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Permainan Destinasi Pada Pembelajaran Fisika Materi Pokok Pemuaian Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada pembelajaran fisika materi pokok pemuaian dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut: a. Guru menyampaikan bahan ajar atau LKS berupa penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah sedangkan peserta didik mendengarkan penjelasan guru. b. Guru membentuk kelompok dengan setiap kelompok 4 peserta didik, secara heterogen dan peserta didik duduk berdampingan dengan kelompoknya. c. Guru melakukan demonstrasi dan peserta didik berdiskusi dengan kelompok mengumpulkan dan menganalisa data membuat kesimpulan. d. Guru menjelaskan peraturan permainan dengan papan destinasi. e. Guru membagi nomor urut peserta didik untuk bermain dalam turnamen. f.
Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor 1 melaksanakan turnamen pertama untuk memulai permainan dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi. Yang mendapat nomor urut 2 melaksanakan turnamen kedua, dan seterusnya.
g. Peserta didik bermain turnamen dan guru membimbing jalannya turnamen dalam permainan destinasi. h. Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi mendapat “pujian” dari guru sebagai kelompok pemenang sementara. i.
Peserta didik dibantu guru merefleksi kembali tentang hasil pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran.
j.
Guru memberikan penilaian terhadap peserta didik baik dalam proses, hasil diskusi dan hasil permainan. Dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi pada pembelajaran fisika materi pokok pemuaian diharapkan peserta didik akan merasa senang, asyik mempelajari bahan tersebut sehingga mereka akan dengan mudah menangkap pengertian fisika dalam permainan itu. Peserta didik juga akan menjadi sadar bahwa fisika
itu bukan hal yang menakutkan. Peserta didik akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran kelas dan akan mengurangi ketegangan.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan Kajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai serta hubungannya dengan penelitian terdahulu yang relevan.53 Pada dasarnya urgensi kajian penelitian adalah sebagai bahan hasil terhadap penelitian yang ada, mengenai kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan terhadap kajian yang terdahulu. Penulis berpendapat bahwa beberapa bentuk tulisan yang penulis temukan, masing-masing menunjukkan perbedaan dari segi pembahasannya dengan skripsi yang akan penulis susun. Beberapa penelitian yang sudah teruji keshahihannya diantaranya meliputi : 1. Skripsi yang disusun oleh Pita Indah Setiyowati mahasiswi IAIN Walisongo Semarang tahun 2008 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Pada Peserta didik Kelas X MAN 2 Semarang Untuk Materi Pokok Gelombang Elektromagnetik”. Tujuan penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika pada materi pokok gelombang elektromagnetik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Hasil penelitian dari siklus I ke siklus II, menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar serta aktivitas peserta didik. Motivasi peserta didik meningkat dari 65,18% pada siklus I menjadi 79,63% pada siklus II. Sementara itu, hasil ketuntasan hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus I mencapai 91,42% (32 peserta didik), siklus II mencapai 100% (35 peserta didik). Hasil ketuntasan aktivitas afektif peserta didik pada siklus I adalah 80,00% (28 peserta didik), menjadi 100% (35 peserta didik) pada siklus II. Hasil ketuntasan aktivitas 53
Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Semarang: Tarbiyah Press, 2008), Cet 4, hlm. 41.
psikomotorik peserta didik pada siklus I adalah 82,85% (29 peserta didik), menjadi 100% (35 peserta didik) pada siklus II. 2. Skripsi yang disusun Nur Irma Fitriani mahasiswi UNNES Semarang tahun 2009 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Dengan Permainan Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dengan permainan destinasi. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 1 Sumber. Dengan menggunakan teknik random sampling diperoleh 2 kelas yaitu kelas VII E sebagai kelas yang menggunakan
model
pembelajaran
TGT
dengan
permainan
destinasi(kelompok eksperimen) dan kelas VII A sebagai kelas yang menggunakan TGT (kelompok kontrol). Rata-rata nilai kognitif siswa dengan model pembelajaran TGT dengan permainan destinasi sebesar 73,14 dengan nilai tertinggi 95, sedangkan siswa dengan model pembelajaran TGT mempunyai rata-rata nilai kognitif sebesar 64,29 dengan nilai tertinggi 95. Peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran TGT dengan permainan destinasi sebesar 0,60 sedangkan siswa yang diajar dengan model TGT sebesar 0,45. Rata-rata afektif dan psikomotorik siswa model pembelajaran TGT dengan permainan destinasi sebesar 89,26 dan 87,62 sedangkan rata-rata afektif dan psikomotorik siswa model pembelajaran TGT sebesar 78,48 dan 78,48. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasil belajar Fisika dilihat dari perolehan nilai rata-rata nilai kognitif, rata-rata afektif dan psikomotorik siswa. 3. Skripsi yang disusun Mau’udatun mahasiswi IKIP PGRI Semarang tahun 2009 dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Standar Kompetensi Lingkaran Peserta didik Kelas VIII A Semester II MTs Matholiul Falah Jali Bonang Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik berupa kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi siklus I dengan nilai rata-rata peserta didik secara klasikal mencapai 69,48 dengan ketuntasan belajar 62,0% sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil evaluasi siklus II sudah memenuhi indikator, diketahui peserta didik yang tuntas belajar mencapai 93,10% dengan nilai rata-rata peserta didik secara klasikal mencapai 73,79. Selain itu prosentase aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 7,33%, dari siklus I yang semula mencapai 63,83% dengan kategori baik meningkatkan menjadi 71,16% pada siklus II dengan kategori baik. Prosentase kerjasama peserta didik selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan sebesar 4,0% dari siklus I yang semula mencapai 69, 5% dengan kategori baik meningkat menjadi 73,5% pada siklus II dengan kategori baik. Hasil angket tanggapan peserta didik dengan prosentase 71 % yang menunjukkan bahwa peserta didik cukup senang dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).
C. Kerangka Berfikir Dalam penelitian ini membahas pembelajaran IPA Fisika pada materi pokok pemuaian. Sebagaimana fenomena yang terjadi di berbagai lembaga
pendidikan
yaitu
peserta
didik
yang
kurang
mampu
menyelesaikan soal materi pokok pemuaian. Hal tersebut karena peserta didik bingung dengan rumus-rumus pada materi pokok pemuaian. Pembelajaran IPA Fisika model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi merupakan salah satu model pembelajaran yang fokus dari belajar bersama dalam bidang akademik dan afektif melalui kerja sama yang terinspirasi dari permainan ular tangga dalam materi pokok pemuaian. Pada kegiatan ini akan menerapkan suatu pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa senang mempelajari IPA Fisika dan meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok pemuaian. Bentuk kegiatannya dengan menyampaikan bahan ajar berupa penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah dan
diskusi. Melalui diskusi tersebut diharapkan terjalin komunikasi yang baik dan peserta didik saling berbagi ide atau pendapat dalam menyelesaikan permasalahan
yang
ada.
Adanya
pembentukan
kelompok
yang
beranggotakan 4 peserta didik. Adanya permainan destinasi dalam turnamen dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi sesuai nomor urut turnamen. Pemberian pujian atau unsur reinforcement pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, dan pemberian tes yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Dalam pembelajaran ini peserta didik lebih mudah menangkap materi pelajaran karena pembelajaran dilakukan dengan rileks dan nyaman. Sehingga peserta didik akan menyukai IPA Fisika. Dengan keadaan yang ada di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara, pembelajaran IPA Fisika yang sedang berlangsung saat ini terdapat beberapa faktor yang menghambat dalam penguasaan materi. Beberapa faktor tersebut meliputi faktor peserta didik yang kurang menyukai IPA Fisika dan beranggapan IPA Fisika sulit dan momok bagi peserta didik, sehingga peserta didik kesulitan dan bingung dengan rumus-rumus dalam materi pokok pemuaian, selain itu metode pembelajaran yang digunakan guru metode konvensional yang menjadikan peserta didik semakin bosan dan jenuh dengan IPA Fisika. Akibat dari faktor-faktor tersebut menyebabkan peserta didik malas dan tidak berminat mengikuti pembelajaran IPA Fisika. Oleh karena itu peneliti bersama guru berusaha membimbing peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar terutama pada materi pokok pemuaian. Dengan memberikan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi diharapkan peserta didik merasa nyaman dan tidak tegang dalam pembelajaran sehingga peserta didik akan menyukai rumus-rumus dalam pelajaran IPA Fisika. Dengan demikian diharapkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA Fisika materi pokok pemuaian dengan penerapan model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi dapat dijadikan dalam variasi pembelajaran IPA Fisika oleh guru yang bersangkutan.
D. Hipotesis Tindakan Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan dalam penelitian,
sebagai
suatu
pemecahan
masalah
yang
disarankan
(diharapkan), artinya perlu diyakinkan tentang kebenarannya melalui verifikasi, yaitu pengumpulan data/fakta.54 Hipotesis tindakan adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan dilakukan. 55 Dalam hal ini peneliti mengajukan hipotesis bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pelajaran fisika materi pokok pemuaian.
54
Soegeng, Dasar-Dasar Penelitian, (Semarang:Ikip PGRI Press, 2006), hlm. 49. E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 105. 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Berdirinya MTs Pada tahun 60an masyarakat Mayonglor belum mengenal Madrasah Tsanawiyah, bahkan saat itu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pun belum ada di wilayah Kecamatan Mayong seperti halnya SMP. Melalui jam’iyah tahlil yang dipimpin oleh Bapak K. Ahmad Mustamir para jama’ah ini diajak untuk memecahkan ide atau gagasan dan sekaligus memperkenalkan tentang Madrasah Tsanawiyah. Mengingat
Madrasah
Ibtidaiyah
yang
beliau
pimpin
perkembangannya semakin maju maka sebagai tindak lanjut untuk menampung tamatan Madrasah Ibtidaiyah ini dan sekaligus sebagai wadah untuk membentuk kader-kader muslim, maka ide atau gagasan untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah ini ternyata diterima dengan baik oleh para jama’ah tahlil dan minta agar supaya gagasan ini direalisasikan. Oleh karenanya tepat pada tanggal 20 Desember 1965 dibukalah Madrasah Tsanawiyah. Mengingat masyarakat Islam saat itu disibukkan oleh masalah politik dan kurang memperhatikan tentang pendidikan, maka penerimaan murid baru kelas I Tsanawiyah hanya mendapat 17 murid. Kendatipun demikian tanggal 2 Januari 1966 tetap memulai kegiatan belajar mengajar, hanya saja saat itu waktu belajarnya sore hari. Mulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 17.30. Materi pelajaran meliputi 25% umum dan 75% agama terdiri dari kitab kuning dengan masa belajar 3 tahun. Diajar oleh 5 orang pengasuh yaitu bapak Mustaqir, bapak Noor Thoha, bapak Abu Cholil, bapak Chambali, dan bapak Ali Murtadlo. Sekolah ini tidak bertahan lama kurang dari setahun kemudian bubar, karena komitmen yang dilandasi oleh iman dan taqwa untuk
mendapatkan ridlo Allah semata, maka tanggal 5 Oktober 1966 Bapak K. Mustamir segera mengambil sikap dan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Mengumpulkan wali murid kelas VI Madrasah Ibtidaiyah yang diasuhnya dengan tujuan setelah anak kelas VI tamat belajar diharapkan dapat melanjutkan ke Tsanawiyah.
2.
Mengumpulkan dan mengajak seluruh kepala Madrasah Ibtidaiyah se kecamatan Mayong untuk ikut memikirkan keberadaan Madrasah Tsanawiyah karena Bapak K. Ahmad Mustamir pada waktu itu menjabat sebagai Pimpinan L.P. Ma’arif di wilayah kecamatan Mayong.
3.
Berharap kepada semua kepala MI se kecamatan Mayong agar tamatan MI ada yang melanjutkan ke Tsanawiyah. Maka pada tanggal 1 Desember 1967 dibuat pengumuman
penerimaan siswa baru. Tanggal 4 Januari 1967 kegiatan belajar mengajar dimulai dengan jumlah murid 35 anak dan dimasukkan pagi hari. Karena pada saat itu belum memiliki gedung sendiri, maka untuk sementara kegiatan belajar mengajar ditempatkan di mushala dan di rumah tetangga yang kosong.56 2. Gambaran singkat tentang MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun Ajaran 2010/2011 a. Kondisi Guru Adapun jumlah guru yang ada di MTs Sabilul Ulum Mayong pada tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 38 guru, yang masing-masing mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. b. Kondisi Karyawan Setiap sekolah atau madrasah sangat mutlak diperlukannya pegawai administrasi atau karyawan supaya kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana sekolah atau madrasah yang
56
Dokumen MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara, tahun ajaran 2010-2011
lain, MTs Sabilul Ulum pada tahun pelajaran 2010/2011 mempunyai empat pegawai administrasi. c. Kondisi Siswa
Pada tahun pelajaran 2010/2011 siswa MTs Sabilul Ulum Mayong seluruhnya adalah 622 siswa yang terbagi atas : Tabel 3.1 Siswa MTs Sabilul Ulum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 JML Jadi
SISWA JUMLAH PUTRA PUTRI VII A 13 20 33 VII B 25 22 47 VII C 24 23 47 VII D 26 21 47 VIII A 23 22 45 VIII B 23 23 46 VIII C 22 24 46 VIII D 22 24 46 VIII E 18 27 45 IX A 21 23 44 IX B 22 22 44 IX C 22 22 44 IX D 22 22 44 IX E 19 25 44 11 Kelas 304 332 622 jumlah seluruhnya untuk masing-masing kelas adalah kelas KELAS
VII= 174, kelas VIII= 228 dan kelas IX= 220. Siswa-siswi tersebut diorganisasikan dalam bentuk kegiatan intra sekolah yang kita kenal dengan OSIS. Organisasi ini diharapkan merupakan wadah untuk melaksanakan di dalam maupun di luar sekolah kegiatan seperti olah raga, Pramuka, KIR, PMR dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat edukatif dan pengembangan kepribadian siswa.57
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian
Tindakan
Kelas
yang
berjudul
“Penerapan
Model
Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Permainan
57
Ibid
Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011” akan dilaksanakan pada semester gasal. Adapun yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara yang beralamat di Jl. Welahan No.30 Mayong Jepara.
C. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah peserta didik sebanyak 33 orang, terdiri dari 13 putra dan 20 putri (terdapat pada lampiran 1).
D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasan mengenai PTK adalah sebagai berikut: 1. Pengertian PTK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946.58 Sementara itu pengertian PTK menurut Suharsimi dalam bukunya yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas, PTK merupakan gabungan definisi dari tiga kata sebagai berikut: a. Penelitian
adalah
kegiatan
mencermati
suatu
objek
dengan
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
58
Achmad Syamsudin, Modul Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: Tarbiyah Pers, 2008), hlm. 3.
b. Tindakan adalah gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk siklus kegiatan untuk peserta didik. c. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dari penjelasan di atas PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.59 Penelitian tindakan kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang
bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.60 2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Adapun tujuan penelitian tindakan kelas adalah: a. Untuk meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah. b. Untuk meningkatkan relevansi pendidikan c. Untuk meningkatkan mutu pendidikan d. penelitian
tindakan
kelas
dilaksanakan
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan. Banyak manfaat yang dapat dipetik apabila guru mau dan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan baik. Manfaat itu terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas, serta peningkatan profesionalisme guru. Secara umum, manfaat PTK dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi akademik dan dari segi praktis.61
59
Suharsimi Arikunto, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. 7, hlm. 2-3. 60 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 5, hlm. 46. 61 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), Cet. 1, hlm. 52.
a. Manfaat Akademik PTK bermanfaat untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki pembelajaran dalam jangka pendek. b. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu: 1) Manfaat bagi inovasi pembelajaran Dalam kegiatan inovasi pembelajaran, guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan pendekatan, metode atau gaya pembelajarannya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kelasnya. 2) Manfaat bagi pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas Dalam kurikulum biasanya hanya dimuat hal-hal yang bersifat pokok dan mendasar yaitu dalam bentuk pokok bahasan, tema, dan konsep. 3) Manfaat bagi pengembangan profesi guru PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di dalam kelas dan kemudian meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara profesional. 3. Rencana dan Pelaksanaan Tindakan Dalam melakukan penelitian tindakan kelas tidak cukup satu kali melakukan penelitian, tetapi bersiklus atau minimal dua siklus. Dengan dua atau tiga siklus, peneliti bersama-sama guru kelas berupaya terus untuk memperoleh hasil yang optimal dengan cara dan prosedur yang dinilai paling efektif. Masing-masing siklus mencakup empat tahap yaitu menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Adapun alur penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
SIKLUS SELANJUTNYA
Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas 62
E. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Menurut Raka Joni dan kawan-kawan (1998), terdapat lima tahapan dalam pelaksanaan PTK. Kelima tahapan dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah: a. Penetapan fokus masalah penelitian 1) Merasakan adanya masalah 2) Identifikasi masalah
62
Suharsimi Arikunto, et. al., op. cit., hlm. 16.
3) Analisis masalah 4) Perumusan masalah b. Perencanaan tindakan 1) Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan 2) Analisis kelaikan hipotesis tindakan 3) Skenario pembelajaran c. Pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi 1) Pelaksanaan tindakan 2) Observasi dan interpretasi 3) Diskusi ulang balikan d. Analisis dan refleksi 1) Analisis data 2) Refleksi e. Rencana tindak lanjut Apabila masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada siklus ke dua dengan prosedur yang sama. Apabila pada siklus ke dua ini permasalahan sudah terselesaikan maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus tiga. Pelaksanaan PTK ini dilaksanakan secara kolaborasi antara guru mata pelajaran fisika kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara dengan peneliti. 1. Pra Siklus Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang akan ditawarkan pada guru pelajaran sehingga pengajaran yang digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model pembelajaran yang dipakai oleh guru adalah model pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Hasil belajar peserta didik ini diperoleh dari tahun sebelumnya yaitu tahun ajaran 2009/2010. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
Dengan Permainan Destinasi. Informasi tersebut diperoleh dari Ibu Anis Muawanah S.Th.I selaku guru IPA Fisika tahun ajaran 20092010 dan 2010-2011 di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara pada tanggal 14 Juni 2010. Hasil belajar peserta didik tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok pemuaian rata-rata nilai 57,79 yang diperoleh lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 6,00. Hal ini dikarenakan peserta didik beranggapan pelajaran IPA Fisika tidak menarik, sangat sulit, dan membingungkan terutama pada materi pokok pemuaian terdapat banyak rumus-rumus. 2. Siklus I a. Perencanaan 1) Peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran yaitu metode mengajar dan hasil belajar peserta didik. 2) Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi pokok pemuaian. 3) Guru dan peneliti secara kolaboratif menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan silabus pada materi pokok pemuaian. 4) Membuat materi pelajaran yang akan diajarkan dengan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi berupa modul. 5) Peneliti menyiapkan lembar observasi siklus I yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didik. 6) Membuat kartu soal turnamen dengan papan destinasi, papan destinasi, dan soal tes evaluasi. 7) Menyiapkan alat untuk permainan destinasi seperti dadu, tempat pengocok dadu, dan biji permainan. b. Tindakan 1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do’a untuk jam pertama, kemudian mengecek kehadiran peserta didik.
2) Guru membagikan modul kepada peserta didik. 3) Guru
memberikan
motivasi
tentang
pemuaian
dan
menyampaikan tujuan pembelajaran. 4) Guru memberikan penjelasan pada peserta didik tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. 5) Guru menyampaikan bahan ajar modul pada siklus I berupa penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah. 6) Guru membagi peserta didik dalam kelompok secara heterogen dengan setiap kelompok 4 peserta didik. 7) Guru meminta peserta didik mengatur tempat duduk dan meminta
peserta
didik
duduk
berdampingan
dengan
kelompoknya masing-masing. 8) Guru melakukan demonstrasi untuk menyelidiki pemuaian zat padat dan cair. 9) Guru meminta peserta didik berdiskusi dengan kelompok mengumpulkan dan menganalisa data. 10)Guru membahas kesimpulan demonstrasi dan diskusi setelah peserta didik mengumpulkan hasil kegiatan. 11)Guru menjelaskan peraturan permainan dengan papan destinasi. 12)Guru membagi nomor urut peserta didik. 13)Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam permainan yaitu papan destinasi, dadu, tempat pengocok dadu, biji permainan, dan kartu soal. 14)Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor 1 melaksanakan turnamen pertama untuk memulai permainan dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi. Yang mendapat nomor urut 2 melaksanakan turnamen kedua, dan seterusnya. 15)Guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan warna kotak pada papan dan nomor kartu yang diperoleh peserta didik,
dilakukan seterusnya sampai turnamen kedua, ketiga dan keempat. 16)Guru dan peserta didik mendiskusikan jawaban soal-soal turnamen. 17)Guru mengumumkan tim pemenang turnamen pertama. 18)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan memandu peserta didik untuk bertepuk tangan kepada tim pemenang turnamen pertama. “Tepuk tangan” dan “memberi salam” pada dasarnya adalah suatu hadiah juga. Pemberian hadiah tersebut secara psikologis akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya.63 19)Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran. 20)Guru dan peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan tentang pemuaian. 21)Guru memberikan tes yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. c. Pengamatan 1) Peneliti melakukan pengamatan aspek afektif yaitu kehadiran tepat
waktu
di
kelas,
perhatian
mengikuti
pelajaran,
menghargai pendapat orang lain dan membawa buku pelajaran. 2) Peneliti melakukan pengamatan aspek psikomotorik yaitu kemampuan dalam menyimpulkan data hasil kegiatan, ketaatan terhadap peraturan permainan, kecepatan menjawab pertanyaan dan keaktifan dalam menyelesaikan soal. 3) Guru bersama peneliti mengidentifikasi hambatan-hambatan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran. 63
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 99-100.
4) Guru dan peneliti mengamati hasil belajar kognitif siklus I apakah sudah di atas ketuntasan belajar. d. Refleksi 1) Guru dan peneliti memberikan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi. 2) Peneliti mengolah hasil pengamatan dan data hasil evaluasi siklus I. 3) Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus I ditinjau dari tingkat keberhasilannya. Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.64 4) Ketuntasan belajar klasikal yang dicapai peserta didik pada siklus I, jika kurang dari 85%, maka pembelajaran dilanjutkan ke siklus II. 5) Membuat
simpulan
sementara
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran siklus I. 3. Siklus II a. Perencanaan 1)
Peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran yaitu metode mengajar dan hasil belajar peserta didik.
2)
Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi pokok pemuaian.
64
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 11, hlm. 99.
3)
Guru dan peneliti secara kolaboratif menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan silabus pada materi pokok pemuaian.
4)
Peneliti menyiapkan lembar observasi siklus II yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didik.
5)
Membuat kartu soal turnamen dengan papan destinasi, papan destinasi, dan soal tes evaluasi siklus II.
6)
Menyiapkan alat untuk permainan destinasi seperti dadu, tempat pengocok dadu, dan biji permainan.
b. Tindakan 1)
Guru membuka pelajaran dengan salam dan do’a untuk jam pertama, kemudian mengecek kehadiran peserta didik.
2)
Guru memberikan motivasi pada sub pokok materi pemuaian gas dan aplikasi konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3)
Guru memberikan penjelasan pada peserta didik tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada siklus II.
4)
Guru menyampaikan bahan ajar modul pada siklus II berupa penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah.
5)
Guru membagi peserta didik dalam kelompok secara heterogen dengan setiap kelompok 4 peserta didik.
6)
Guru meminta peserta didik mengatur tempat duduk dan meminta
peserta
didik
duduk
berdampingan
dengan
kelompoknya masing-masing. 7)
Guru menjelaskan peraturan permainan dengan papan destinasi.
8)
Guru membagi nomor urut peserta didik.
9)
Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam permainan yaitu papan destinasi, dadu, tempat pengocok dadu, biji permainan, dan kartu soal.
10) Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor 1 melaksanakan turnamen pertama untuk memulai permainan dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi. Yang mendapat nomor urut 2 melaksanakan turnamen kedua, dan seterusnya. 11) Guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan warna kotak pada papan dan nomor kartu yang diperoleh peserta didik, dilakukan seterusnya sampai turnamen kedua, ketiga, dan keempat. 12) Guru dan peserta didik mendiskusikan jawaban soal-soal turnamen. 13) Guru mengumumkan tim pemenang turnamen kedua atau pada siklus II. 14) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan memandu peserta didik untuk bertepuk tangan kepada tim pemenang turnamen pertama. 15) Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran. 16) Guru dan peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan pada sub materi pokok pemuaian gas dan aplikasi konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. 17) Guru memberikan tes yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. c. Pengamatan 1)
Peneliti melakukan pengamatan aspek afektif yaitu kehadiran tepat
waktu
di
kelas,
perhatian
mengikuti
pelajaran,
menghargai pendapat orang lain dan membawa buku pelajaran. 2)
Peneliti melakukan pengamatan aspek psikomotorik yaitu kemampuan dalam menyimpulkan data hasil kegiatan, ketaatan
terhadap peraturan permainan, kecepatan menjawab pertanyaan dan keaktifan dalam menyelesaikan soal. 3)
Guru bersama peneliti mengidentifikasi hambatan-hambatan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran.
4)
Guru dan peneliti mengamati hasil belajar kognitif pada siklus II apakah sudah di atas ketuntasan belajar.
d. Refleksi 1)
Guru dan peneliti memberikan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi
2)
Peneliti mengolah hasil pengamatan dan data hasil evaluasi siklus II.
3)
Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan penilaian selama proses pembelajaran pada siklus II ditinjau dari tingkat keberhasilannya.
4)
Refleksi dari pembelajaran siklus II, apabila indikator keberhasilan peserta didik tercapai maka pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Diagram siklus dari penelitian ini dapat ditampilkan menggunakan alur penelitian seperti pada gambar 3.1
Pra Siklus: • Melakukan observasi awal • Mempersiapkan instrumen penelitian
SIKLUS SELANJUTNYA Siklus I Perencanaan: Mempersiapkan instrumen penelitian untuk sub pokok pemuaian pada zat padat, cair dan gas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan destinasi.
Siklus II Perencanaan: Mempersiapkan instrumen penelitian untuk sub pokok prinsip pemuaian dalam teknologi.
Pelaksanaan: Guru mengadakan proses pembelajaran dengan sub materi pokok pemuaian zat padat, cair, dan gas sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan destinasi.
Pelaksanaan: Guru mengadakan proses pembelajaran dengan sub materi pokok prinsip pemuaian dalam teknologi sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan destinasi.
Observasi: Mengobservasi kinerja peserta didik dalam kelompok, memberikan tes hasil belajar fisika materi pokok pemuaian zat.
Observasi: Mengobservasi kinerja peserta didik dalam kelompok, memberikan tes hasil belajar fisika materi pokok pemuaian zat.
Analisis: Menganalisis data dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Analisis: Menganalisis data dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Refleksi: • Membuat simpulan sementara berhasil atau belum • Hasil refleksi/analisis siklus I digunakan untuk acuan perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya.
Refleksi: • Membuat simpulan sementara berhasil atau belum • Hasil refleksi/analisis siklus I digunakan untuk acuan perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya
Gambar 3.1. Alur Penelitian
F. Kolaborator PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan
keprofesionalan
guru
maupun
dosen.
Dalam
pelaksanaannya, dosen dan guru perlu melakukan segala langkah penelitian ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri khas penelitian ini adalah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan masalah yang dikembangkan bersama-sama antara guru dengan guru yang lain, guru dengan dosen, atau guru dengan kepala sekolah, guru dengan pengawas sekolah, atau gabungan dari seluruh unsur tersebut.65 Yang menjadi kolaborator disini adalah Ibu Anis Muawanah, S. Th.I. Kolaborator diharapkan dapat memberikan masukan atau saran dalam melaksanakan pembelajaran selama siklus dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut: 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.66 Sumber data dalam penelitian ini yakni, peserta didik dan guru. Peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara melalui hasil pengamatan dan hasil refleksi dari nilai hasil belajar peserta didik. Sedangkan data dari guru untuk melihat keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan destinasi dan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
65
Basrowi dan Suwandi, op. cit., hlm. 28. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 129. 66
2. Jenis Data Jenis data adalah data kuantitatif dan data kualitatif yaitu nilai hasil belajar peserta didik. Data kuantitatif berupa angka hasil belajar peserta didik sedangkan data kualitatif berupa kalimat-kalimat yang menggambarkan ekspresi peserta didik tentang tingkat pemahamannya (kognitif), antusiasnya, dan kepercayaan diri. Data kuantitatif dapat dianalisis dengan deskriptif persentase sedangkan data kualitatif dapat dianalisis secara kualitatif. Pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu dengan membandingkan hasil belajar peserta didik sebelum diberikan tindakan dengan hasil belajar setelah diberi tindakan. Berikut akan dipaparkan metode pengambilan data hasil belajar peserta didik. 3. Metode Pengambilan Data Data hasil pengamatan dan tes diolah dengan analisis deskriptif untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan peningkatan hasil belajar peserta didik. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dilakukan analisis hasil yang telah dicapai peserta didik dalam lembar observasi dan tes evaluasi. Data observasi penelitian diberikan dengan pemberian nilai berupa angka yang dikategorikan dengan kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Pada tindakan setiap siklus masing-masing dua kali pertemuan untuk satu siklus, dengan perlakuan kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode untuk pengambilan data, yaitu: a. Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.67 Ada macam-macam dokumen yang dapat
67
Ibid, hlm. 158.
membantu dalam mengumpulkan data penelitian contohnya silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, laporan-laporan diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan tugas peserta didik.68 Metode ini digunakan untuk mendapatkan datadata tentang peserta didik dan data prestasi belajar mata pelajaran IPA Fisika peserta didik kelas VII A di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara yang dibutuhkan dalam penelitian ini. b. Metode Observasi Metode observasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.69 Berhubungan dengan kegiatan peserta didik, observasi dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku peserta didik sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru. Misalnya mencatat perilaku peserta didik dalam kegiatan diskusi atau mencatat perilaku peserta didik dalam mengikuti suatu proses pembelajaran.70 Metode ini digunakan untuk mengamati proses belajar mengajar, termasuk sistem dan metode pembelajaran yang digunakan dan kelengkapan sarana prasarana serta pengaturan kelas dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hasil observasi proses pembelajaran adalah dengan menghitung jumlah skor pengamatan dengan teknik sebagai berikut: 1) Lembar observasi afektif peserta didik Untuk mengetahui kemampuan afektif peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: kehadiran tepat
68
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 121. 69 Suharsimi Arikunto, Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi Cet 7, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 30. 70 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 86.
waktu, perhatian mengikuti pelajaran, menghargai pendapat orang lain, dan membawa buku pelajaran. Kemudian dilakukan analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase. Adapun perhitungan persentase keaktifan peserta didik adalah: Persentase (%) =
∑ skor
yang
skor
diperoleh
maksimum
× 100%
Indikator keberhasilan afektif peserta didik adalah sebagai berikut: 80-100
: afektif peserta didik baik sekali
66-79
: afektif peserta didik baik
56-65
: afektif peserta didik cukup
40-55
: afektif peserta didik kurang
30-39
: afektif peserta didik gagal71
2) Lembar observasi psikomotorik peserta didik Untuk mengetahui kemampuan psikomotorik peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: kemampuan dalam menyimpulkan data hasil kegiatan, ketaatan terhadap peraturan permainan, kecepatan menjawab pertanyaan, dan keaktifan dalam menyelesaikan soal. Kemudian dilakukan analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase. Adapun perhitungan persentase psikomotorik peserta didik adalah:
∑ skor
yang
diperoleh
× 100% skor maksimum Indikator keberhasilan psikomotorik peserta didik adalah
Persentase (%) =
sebagai berikut: 80-100 71
: psikomotorik peserta didik baik sekali
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), Cet. 6, hlm. 245.
66-79
: psikomotorik peserta didik baik
56-65
: psikomotorik peserta didik cukup
40-55
: psikomotorik peserta didik kurang
30-39
: psikomotorik peserta didik gagal
c. Metode Tes Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.72 Metode tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar peserta didik pada materi pokok pemuaian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. Penilaian aspek kognitif peserta didik diambil melalui tes hasil belajar peserta didik pada akhir pembelajaran siklus. Dari data tes hasil belajar peserta didik pada tiap siklus akan diketahui hasil persentase ketuntasan belajar peserta didik. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 pilihan. Tes objektif merupakan alat pengukur yang banyak dipergunakan di dalam penelitian karena dalam memberikan nilai berupa angka yang tidak dipengaruhi oleh subjektivitas tester atau penilai.73 1) Hasil evaluasi peserta didik Hasil evaluasi peserta didik per siklus diperoleh dari nilai tes akhir siklus yang berupa tes berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Sistem skoring pada tes formatif adalah: a) Alternatif jawaban benar dengan skor 1. b) Alternatif jawaban salah dengan skor 0. Kemudian data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut:
72
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 66. 73 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, Cet 5, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), hlm. 191.
1. Analisis Hasil Evaluasi Peserta Didik Tiap Siklus Hasil evaluasi siklus tiap peserta didik diperoleh dari nilai tes akhir siklus berupa soal pilihan ganda. Kemudian dari data yang diperoleh dapat dianalisis nilai ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal peserta didik setelah adanya tindakan. a. Ketuntasan Individu Ketuntasan
belajar
individu
dihitung
dengan
menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu: Persentase (%) =
∑ skor
yang
skor
diperoleh
maksimum
× 100%
Indikator keberhasilan peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila peserta didik memperoleh nilai sesuai dengan KKM yaitu minimal 6,00. b. Ketuntasan klasikal Untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif persentase dengan menghitung:
∑ peserta didik tuntas belajar Persentase =
Indikator
∑ peserta
keberhasilan
× 100% didik
ketuntasan
belajar
klasikal
ditentukan apabila rata-rata kelas memperoleh nilai di atas KKM (6,00) dan minimal 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas.
H. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil belajar peserta didik di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu sebesar 60,00 setelah diterapkan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. 2. Ketuntasan klasikal yang mampu menyelesaikan atau mencapai KKM sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah-sekolah selama ini lebih berpusat pada guru. Guru lebih sering menggunakan metode konvensional, sehingga peserta didik cenderung pasif dan cepat bosan. Peserta didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru kemudian mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru sehingga peserta didik cenderung cepat bosan apabila diberi mata pelajaran IPA Fisika yang monoton (satu arah), yang berisi ceramah, latihan soal dan kurang melibatkan keaktifan peserta didik. Hal ini akan menciptakan rasa enggan, malas berfikir, tidak tertarik dan hasil belajar IPA Fisika menjadi rendah. Berdasarkan hasil observasi yang didapat dari guru bidang studi IPA Fisika Ibu Anis Muawanah S.Th.I yang mengajar di kelas VII MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara pada tanggal 14 Juni 2010, didapatkan informasi bahwa hasil belajar peserta didik tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok pemuaian rata-rata nilai 57,79 yang diperoleh lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 6,00 (terdapat pada lampiran 4). Hal ini disebabkan karena peserta didik malas berfikir dan merasa tidak tertarik dengan mata pelajaran IPA Fisika. Ketika guru menerangkan materi pelajaran, peserta didik kurang memperhatikan dengan seksama. Hal ini dilihat dari peserta didik melihat ke papan tulis tetapi pandangan mereka tidak konsentrasi pada proses pembelajaran. Sehingga ketika disuruh mengerjakan soal mereka tidak dapat menjawab pertanyaan dengan tepat karena di awal sudah mengeluh tidak bisa, tanpa mencoba mengerjakan soal terlebih dahulu. Citra peserta didik selama ini menganggap pelajaran IPA Fisika momok bagi mereka, sehingga apabila metode pembelajaran yang digunakan
guru tidak menarik dan melibatkan mereka maka mereka akan bertambah malas, jenuh dan enggan mempelajari mata pelajaran IPA Fisika. Terutama pada materi pokok pemuaian yang menurut peserta didik membingungkan karena pada materi pokok pemuaian terdapat rumus-rumus yang hampir sama. Kondisi pra siklus adalah kondisi peserta didik sebelum dilaksanakan pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. Data kondisi awal peserta didik ini diambil dari data hasil belajar peserta didik pada materi pokok pemuaian tahun ajaran 2009/2010 kelas VII A MTs Sabilul Ulum seperti tertuang pada tabel 4.1 berikut: Tabel. 4.1 Hasil Belajar Pra Tindakan Hasil belajar kognitif peserta didik
Nilai awal
Jumlah peserta didik tuntas
22
Jumlah peserta didik tidak tuntas
21
Nilai rata-rata
57,79
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum mendapatkan pembelajaran dengan model Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi, ketuntasan hasil belajar klasikal masih jauh di bawah ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu minimal 36 peserta didik dari 43 peserta didik. Rendahnya hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA Fisika pra tindakan menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat sehingga peserta didik semakin malas belajar IPA Fisika, khususnya pada materi pokok pemuaian. Hal itu karena rumus-rumus pada materi tersebut hampir sama yang menyebabkan peserta didik menjadi bingung. Dengan adanya realitas seperti ini, peneliti membuat perubahan dalam sistem mengajar agar peserta didik tertarik dengan mata pelajaran IPA Fisika dan menyukai materi yang mencakup mata pelajaran tersebut sehingga rumus-rumus dalam materi pokok pemuaian menjadi mudah bagi mereka dan
tidak membingungkan karena pembelajaran dilakukan melalui model pembelajaran yang menyenangkan dan menjadikan peserta didik ikut serta dalam pembelajaran, agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Metode tersebut adalah metode pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi.
B. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara dengan jumlah peserta didik 34 peserta didik tetapi menjadi 33 peserta didik karena satu peserta didik ada yang keluar dari sekolah (terdapat pada lampiran 1). Sehingga dalam pembagian kelompok yang setiap kelompok terdiri dari empat peserta didik terdapat satu kelompok yang anggota kelompoknya lima peserta didik. Penelitian ini dirancang dalam dua siklus dan pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik pada pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. Hasil belajar peserta didik meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada siklus I dan siklus II sudah cukup baik. Berikut disajikan data hasil penelitian. 1. Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar kognitif peserta didik pada pembelajaran siklus I dan II menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi ditunjukkan tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Siklus I dan II No
Keterangan
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
1
Nilai terendah
35
40
50
2
Nilai tertinggi
75
80
90
3
Rata-rata tes
57,79
60,00
68,18
4
Persentase ketuntasan belajar
51,16
87,88
93,94
2. Hasil Belajar Afektif Hasil belajar afektif peserta didik pada pembelajaran siklus I dan II menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi ditunjukkan tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Belajar Afektif Peserta Didik Siklus I Dan II No
Siklus I
Keterangan
Siklus II
Skor
Persentase
Skor
Persentase
1
Kehadiran tepat waktu
118
89,39
130
98
2
Perhatian mengikuti pelajaran
95
71,97
119
90
3
Menghargai pendapat orang lain Membawa buku pelajaran Nilai rata-rata
88
66,67
99
75
120
90,91
129
98
4
Kategori
79,73
90,34
Baik
Baik Sekali
3. Hasil Belajar Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik peserta didik pada pembelajaran siklus I dan II menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi ditunjukkan tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil Belajar Psikomotorik Peserta Didik Siklus I dan II No
Keterangan
Siklus I Skor
1
Kemampuan dalam menyimpulkan
88
Siklus II
Persentase Skor 66,67
101
Persentase 76,52
data hasil kegiatan 2
Ketaatan
94
71,21
121
91,67
89
67,42
124
93,94
94
71,21
124
93,94
terhadap peraturan permainan 3
Kecepatan menjawab pertanyaan
4
Keaktifan dalam menyelesaikan soal Nilai rata-rata Kategori
69,13
89,02
Baik
Baik Sekali
C. Pembahasan 1. Pra Siklus Dalam pra siklus ini peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai harian materi pokok pemuaian peserta didik kelas VII A tahun ajaran 2009/2010 (terdapat pada lampiran 4). Nilai hasil belajar rata-rata kelas VII A tahun ajaran 2009/2010 adalah 57,79 yang diperoleh lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 6,00 dengan ketuntasan klasikal 51,16%. Pengumpulan membandingkan
data
awal
keberhasilan
dilakukan
pembelajaran
sebagai
dasar
untuk
menggunakan
model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. Informasi tersebut diperoleh dari Ibu Anis Muawanah S.Th.I selaku guru fisika tahun ajaran 2008-2011 di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara pada tanggal 14 Juni 2010.
2. Siklus I Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada siklus I dilaksanakan dalam 2 hari atau 4 kali jam pertemuan yaitu pada hari senin tanggal 01 November 2010 jam pelajaran mulai pukul 07.00 sampai 08.30 dan pada hari kamis tanggal 04 November 2010 jam pelajaran mulai pukul 11.00 sampai 12.30 dengan sub materi pokok pemuaian zat padat dan pemuaian zat cair. Pelaksanaan pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada pembelajaran IPA Fisika siklus I dilakukan dengan berpedoman silabus dan RPP (terdapat pada lampiran 5, 8, dan 9). Untuk jam pertama guru membuka pertemuan dengan salam dan presensi dilanjutkan do’a dan membaca asmaul husna bersama-sama satu sekolah melalui pengeras suara. Kemudian guru mengkondisikan kelas yang sedikit ramai setelah berdo’a bersama karena melihat guru tidak sendirian tetapi dengan peneliti. Yang menurut perkiraan peserta didik adalah guru baru yang akan mengajar kelas mereka. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi (Apakah kalian pernah naik kereta api? Pernah memperhatikan rel kereta api? Bagi yang sudah pernah, coba ceritakan bagaimana rel kereta api, apakah rapat/terdapat celah-celah pada relnya? Mengapa rel dibuat demikian?). Peserta didik bersahut-sahutan menjawab, pernah. Kemudian menjawab lagi, tidak pernah karena relnya di bawah kereta api. Ada juga yang menjawab pernah, rel kereta api dibuat renggang-renggang. Alasan peserta didik kebanyakan belum tahu. Hal ini dikarenakan peserta didik belum terbiasa berfikir aktif karena peserta didik terbiasa menerima materi tanpa diajak berfikir aktif. Akhirnya guru menjelaskan materi dengan panduan modul agar dapat menjawab dari motivasi yang sebelumnya disampaikan guru. Guru menyampaikan bahan ajar sub materi pokok pengertian pemuaian, pemuaian zat padat dan pemuaian zat cair yang telah dirancang khusus dalam modul (terdapat pada lampiran 12) berupa
penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah selama kurang lebih 15 menit. Peserta didik mendengarkan dengan menganggukkan kepala tanda
membenarkan
pemahaman
mereka
masing-masing
setelah
mendapatkan penjelasan dari guru dilengkapi membaca modul. Guru membentuk kelompok secara heterogen yang beranggotakan 4 peserta didik. Dalam kelompok tersebut diharapkan peserta didik yang pintar membantu temannya yang kurang pintar. Pembagian kelompok berdasarkan nilai mid peserta didik (terdapat pada lampiran 2). Jumlah peserta didik 33 siswa, dibagi menjadi 8 kelompok dengan satu kelompok ada yang lima peserta didik (terdapat pada lampiran 3). Cara membagi kelompok adalah dengan melihat nilai mid yang paling tinggi diberi angka 1 semua, dipilih delapan peserta didik yaitu Anis Hamdanah dan Anisa Haniyah yang mendapat nilai 87. Fiki Husnia dan Ika Ayu Zuliya Astuti mendapat nilai 85. Lia Novita yang mendapat nilai 83. Dian Utami, Iin Safitri dan Noor Riza Maftiyanah yang mendapat nilai 81. Sehingga ketika permainan turnamen pertama yang bermain adalah kedelapan peserta didik yang mendapat angka 1 karena nilai kedelapan peserta didik tersebut masih dalam satu tingkatan. Kemudian yang diberi angka 2 semua yaitu Janatun Nikmah, Puji Astutik dan Tuba Laili Nikmah yang mendapat nilai 81, Lalatus Sa’diyah yang mendapat nilai 80, Muzarotul Fitriyah, Nihayatul Istiqomah, Sahrul Fuat dan Zukita Amalia mendapat nilai 77. Yang diberi angka 3 semua Abdul Wahap, Endang Lestari, dan Farid Ridwan dengan nilai 67. Aji Nurman Said dan M Nurudh Dhulam mendapat 71, Leny Widya Astuti mendapat 75, Muh Thohiron mendapat 73, Qisti Lizara Firdaus mendapat 65. Sedangkan yang diberi angka 4 semua yaitu A. Abdul Wakhid dan Siti Aisyah dengan nilai 61, Abdul Mustaqim dan Muh. Rifa’i dengan nilai 50, Imam Safi’i, M. Khoirun Ni’am, dan Muhammad Samsudin dengan nilai 65, Niswatul Umah dengan nilai 31, dan Wahyu Kurniawan dengan nilai 60. Guru meminta peserta didik mengatur tempat duduk dan peserta didik duduk berdampingan dengan kelompoknya masing-masing. Pada
waktu guru meminta peserta didik duduk berdampingan, suasana kelas sangat gaduh karena peserta didik putri tidak mau duduk di sebelah peserta didik putra. Hal ini dikarenakan peserta didik putra tidak pernah duduk sebelahan dengan putri karena ketika ujian tengah semester atau semesteran, kelas memang diacak dengan kelas lain atau dengan angkatan di atasnya tetapi dalam satu kelas tetap sejenis, putri semua atau putra semua dalam satu kelas. Akhirnya dengan bujukan guru peserta didik mau duduk berdampingan. Guru melakukan kegiatan 1.1 (terdapat pada lampiran 12) untuk menyelidiki pemuaian zat padat dengan menggunakan dua buah botol yang ukurannya sama, jarum rajut, jarum jahit, lilin, korek api, kertas dan sumbat botol gabus dan peserta didik diskusi dengan kelompok mengumpulkan dan membuat kesimpulan. Ketika guru melakukan demonstrasi peserta didik sedikit gaduh karena peserta didik yang bernama Farid Ridwan nyeletuk berkata ”bim salabim jadi apa”(prok-prok prok) “ayo dibantu-dibantu” sehingga seluruh kelas sedikit ramai karena peserta didik yang lain ikut nyeletuk seperti itu. Guru mengkondisikan kelas dan kelas sudah kembali seperti semula yang hanya ramai diskusi. Peserta didik berdiskusi dengan kelompok masing-masing dan guru memberi bimbingan pada masing-masing individu dalam kelompok, kemudian guru melakukan kegiatan 1.2 (terdapat pada lampiran 12) untuk menyelidiki pemuaian zat cair dengan menggunakan tiga buah labu berpipa yang berukuran sama, sebuah wadah/bejana berisi air panas, tiga jenis zat cair, yaitu air, alkohol/spirtus, dan minyak goreng. Ketika pembelajaran berlangsung peserta didik sudah agak tertib, sedangkan peserta didik diskusi dengan kelompok mengumpulkan dan membuat kesimpulan. Setelah selesai peserta didik mengumpulkan hasil diskusi. Guru membahas kesimpulan demonstrasi dan diskusi dari hasil kegiatan. Guru menjelaskan peraturan permainan destinasi agar peserta didik mematuhi dan mengindahkan tata tertib dalam permainan (terdapat pada lampiran 6),
kemudian guru membagi nomor urut peserta didik agar peserta didik mengetahui pada turnamen berapa mereka bermain. Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam permainan yaitu papan destinasi (terdapat pada lampiran 7), dadu, tempat pengocok dadu, biji permainan, dan kartu soal pada siklus I (terdapat pada lampiran 15). Guru membimbing pelaksanaan turnamen permainan dan peserta didik melaksanakan permainan destinasi dalam turnamen dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi sesuai nomor urut turnamen. Peserta didik menjalankan biji sesuai dengan jumlah angka yang ditunjukkan pada dadu. Warna kotak yang diperoleh menentukan jenis soal yang harus dijawab. Soal dibacakan oleh guru, tetapi peserta didik yang mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dapat membaca kartu soal secara langsung. Tujuan soal dibacakan oleh guru agar semua peserta didik dapat mendengarkan dan siap-siap menjawab jika kelompok yang mendapat soal tersebut tidak dapat menjawab. Pada turnamen permainan peserta didik sedikit gaduh karena peserta didik masih bingung, bermain pada urutan berapa walaupun sebelumnya peserta didik sudah dibagi nomor urut turnamen. Sebagian peserta didik juga ada yang tidak dapat menjawab pertanyaan dalam permainan destinasi, hal ini disebabkan karena peserta didik kurang persiapan materi ketika di rumah sehingga peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan. Guru dan peserta didik mendiskusikan jawaban soal-soal turnamen (terdapat pada lampiran 16). Guru mengumumkan tim pemenang turnamen pertama. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan memandu peserta didik untuk bertepuk tangan kepada tim pemenang turnamen pertama. Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran. Guru dan peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan tentang pemuaian. Guru membagikan lembar jawab (terdapat pada lampiran 17) dan soal tes siklus I (terdapat pada lampiran 18). Guru memberikan tes siklus I yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik sebanyak 10 soal dalam bentuk pilihan ganda selama 15 menit dengan kisi-kisi penulisan soal tes siklus I (terdapat pada lampiran 13). Peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada siklus I dapat dilihat pada Grafik 4.1.
100 80
Nilai Kognitif
60 40
Pra Siklus Siklus I
20 0 Nilai Terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata Nilai Tes
Ketuntasan klasikal
Kategori
Grafik 4.1 Grafik Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Pra Siklus dan Siklus I Grafik 4.1 menunjukkan nilai terendah peserta didik sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. Pada pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi nilai terendah peserta didik 35 dan nilai tertinggi peserta didik adalah 75 dan setelah menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi nilai terendah peserta didik meningkat menjadi 40 dan nilai tertinggi peserta didik meningkat menjadi 80. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 57,79 menjadi 60,00 dan ketuntasan belajar peserta didik meningkat dari 51,16% menjadi 87,88%. Ketuntasan belajar aspek kognitif pada pembelajaran siklus I sebesar 87,88%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik senang dengan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi yang baru pertama mereka lakukan sehingga mendorong mereka untuk menyukai mata pelajaran IPA Fisika dan meningkatkan pemahaman materi pokok pemuaian yang terdapat rumus-rumus yang hampir sama. Selama ini peserta didik hanya diberi pembelajaran yang monoton (satu arah), tidak melibatkan peserta didik, dan masih menggunakan metode konvensional dengan ceramah dari guru, peserta didik hanya mendengarkan, mengerjakan tugas dan latihan soal, sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan yang berdampak pada pemahaman peserta didik menjadi berkurang. Ketuntasan belajar aspek afektif pada siklus I sebesar 96,97% berarti sudah memenuhi ketuntasan belajar yang diharapkan. Peserta didik yang hadir tepat waktu sebesar 89,39%, peserta didik yang memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik sebesar 71,97%, peserta didik yang dapat menghargai pendapat temannya dengan baik hanya 66,67%, peserta didik yang rajin membawa buku pelajaran sebesar 90,91%. Hal ini karena peserta didik belum terbiasa melakukan diskusi dengan kelompok yang anggotanya heterogen, terutama para peserta didik putri masih malu apabila disuruh duduk berdampingan dengan anggota kelompoknya yang putra. Ketuntasan belajar aspek psikomotorik pada siklus I sebesar 93,94 %, sudah memenuhi ketuntasan belajar yang diharapkan. Peserta didik menyimpulkan data hasil kegiatan dengan baik sebesar 66,67%, peserta didik yang taat terhadap peraturan permainan sebesar 71,21%, peserta didik yang dapat dengan cepat menjawab pertanyaan sebesar 67,42%, peserta didik yang aktif dalam menyelesaikan soal pertanyaan sebesar 71,21%. Hal ini karena peserta didik belum terbiasa melakukan
diskusi menyimpulkan data hasil kegiatan sehingga guru perlu membimbing dan mengarahkan peserta didik. Pada kegiatan siklus pertama, menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam perumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan menunjukkan bahwa: 1) Hasil belajar peserta didik rata-rata pada siklus I mencapai 60,00 dengan ketuntasan klasikal 87,88%. Hal ini berarti pembelajaran telah tuntas. 2) Peserta didik masih memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan anggota kelompoknya yang lain, karena peserta didik tidak pernah mempunyai
kelompok
belajar
yang
heterogen
yang
jenis
kelaminnya berbeda-beda. 3) Peserta didik belum terbiasa melakukan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi karena model pembelajaran ini baru pertama kali mereka alami sehingga mereka masih bingung dan peserta didik sangat antusias sehingga peserta didik sukar diatur karena mereka terlalu semangat dalam bermain dengan papan destinasi. 4) Komponen pembelajaran lain seperti: alokasi waktu pembelajaran, sumber/bahan
dan
alat
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, dan kegiatan penilaian dapat berjalan cukup baik dalam rangka mencapai kompetensi yang dipersyaratkan dalam pembelajaran siklus pertama. 5) Secara keseluruhan program pembelajaran telah berjalan cukup baik. Sebagian peserta didik sudah terlibat dalam pembelajaran secara langsung. Ada peserta didik yang masih kurang aktif dalam diskusi menyimpulkan data dan dalam berdiskusi mengerjakan soal yang berwarna biru, hal ini karena peserta didik belum terbiasa melakukan diskusi dalam kelompok yang heterogen. Dalam menyimpulkan hasil kegiatan, peserta didik yang menonjol yaitu 3 peserta didik dan yang menonjol dalam menyelesaikan soal hanya 2 peserta didik.
6) Sebagian peserta didik juga ada yang tidak dapat menjawab pertanyaan dalam permainan destinasi, hal ini disebabkan karena peserta didik kurang persiapan materi ketika di rumah. 7) Pada permainan destinasi soal dibacakan oleh guru sehingga peserta didik harus mengungkapkan pendapatnya secara langsung untuk menjawab pertanyaan. Jadi aspek menghargai pendapat orang lain pada kelompok mudah dilihat. Aspek menghargai pendapat orang lain pada siklus I masih menunjukkan hasil yang paling rendah yaitu 66,67%. Hal ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa melakukan diskusi dengan kelompok yang heterogen. Peserta didik memperoleh sesuatu yang baru dalam pembelajaran sehingga peserta didik antusias dan tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peserta didik tertarik melihat alat-alat pembelajaran seperti papan destinasi dan biji yang berwarna-warni. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikutip oleh Linda Campbell bahwa apabila pembelajaran dilakukan melalui permainan-permainan, peserta didik dengan tidak sabar dan penuh antusias mengikuti pelajaran.74 Peserta didik merasakan suasana kelas yang berbeda karena peserta didik diajak belajar sambil melakukan permainan. Bermain dapat membuat peserta didik belajar dengan nyaman dan tidak merasa tertekan. Sehingga peserta didik dapat dengan mudah memahami pelajaran IPA Fisika melalui permainan karena peserta didik belajar dengan senang hati. Dalam pembelajaran ini guru memberikan penghargaan kepada peserta didik yang kelompoknya mendapatkan hasil terbaik. Sehingga peserta didik merasa termotivasi untuk belajar lebih giat agar hasil belajar menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar bahwa kegiatan belajar itu akan berhasil
baik, apabila disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila
74
Linda Campbell, dkk, Metode Praktis Pembelajaran, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 92.
hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan guru atau orang lain misalnya orang tua, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Dalam kegiatan
belajar
mengajar
istilahnya
perlu
dikembangkan
unsur
reinforcement.75 Diperkuat pernyataan dalam buku Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif karya Syaiful Bahri Djamarah yaitu respon positif
bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi, dan memberi) itu frekuensinya akan berulang atau bertambah. Pemberian respon yang demikian dalam proses interaksi edukatif disebut “pemberian penguatan”,
karena
hal
tersebut
akan
membantu
sekali
dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku peserta didik (behavior modification) dapat dilakukan dengan pemberian penguatan. 76 Dalam permainan destinasi pertanyaan yang diberikan tidak sekedar pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran saja. Tetapi juga ada pertanyaan seputar peserta didik ketahui tentang teman-teman mereka dan juga perintah yang harus dilakukan untuk dapat bermain selanjutnya. Peserta didik merasa senang karena dengan variasi tersebut membuat peserta didik tidak tegang dan antusias untuk mengikuti pelajaran IPA Fisika. Berdasarkan hasil penelitian maka masih terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan untuk perbaikan pada siklus II, yaitu : a. Pengkondisian kelas agar peserta didik tidak gaduh dan tertib dalam permainan. b. Beberapa peserta didik kurang aktif dalam diskusi menyimpulkan data dan dalam berdiskusi mengerjakan soal.
75
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 79. 76 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 100.
c. Beberapa peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan dalam permainan destinasi. d. Beberapa peserta didik belum dapat menghargai pendapat orang lain dalam diskusi. 3. Siklus II Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada siklus II dilaksanakan dalam 2 hari atau 4 kali jam pertemuan yaitu pada hari senin tanggal 08 November 2010 jam pelajaran mulai pukul 07.00 sampai 08.30 dan pada hari kamis tanggal 11 November 2010 jam pelajaran mulai pukul 11.00 sampai 12.30 dengan sub materi pokok pemuaian gas dan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus I meningkat dan telah mencapai tuntas belajar secara klasikal yaitu 87,88% sudah memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian. Sebagai catatan untuk siklus berikutnya yang perlu ditingkatkan adalah memperbanyak pertanyaan permainan destinasi yang berhubungan dengan materi pelajaran. Ketuntasan belajar pada aspek kognitif meningkat sebesar 6,06% yaitu dari siklus I sebesar 87,88% meningkat menjadi 93,94% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi dapat dilihat pada Grafik 4.2
Nilai Kognitif
100 80 60 40 20 0
Siklus I Siklus II
Kategori
Grafik 4.2 Grafik Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Siklus I dan Siklus II Grafik 4.2 menunjukkan rata-rata kelas mengalami kenaikan 8,18 dari siklus I sebesar 60,00 ke siklus II sebesar 68,18 hal ini karena peserta didik sudah terbiasa dengan pelaksanaan pembelajaran dan pemahaman materi pada siklus I sehingga pada materi siklus II peserta didik sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan asyik dan menyenangkan. Peserta didik mengalami peningkatan pemahaman pada materi pokok pemuaian dengan sub materi pokok pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. Ketuntasan belajar aspek afektif pada siklus II meningkat sebesar 3,03%, siklus I sebesar 96,97% dan siklus II sebesar 100%. Pada siklus I sebesar 79,73 dan siklus II sebesar 90,34. Peningkatan hasil belajar afektif peserta didik dapat dilihat pada Grafik 4.3
100 80 60
Persentase
40
Siklus I Siklus II
20 0 A
B
C
D
Kategori
Keterangan: A. Kehadiran tepat waktu B. Perhatian mengikuti pelajaran C. Menghargai pendapat orang lain D. Membawa buku pelajaran
Grafik 4.3 Grafik Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II
Grafik 4.3 menunjukkan peserta didik yang dapat mengikuti pelajaran tepat waktu meningkat dari 89,39% menjadi 98%, peserta didik yang mengikuti dan memperhatikan pelajaran dengan baik meningkat dari 71,97% menjadi 90%, peserta didik yang dapat menghargai pendapat temannya dengan baik meningkat dari 66,67% menjadi 75%, peserta didik yang rajin membawa buku pelajaran meningkat dari 90,91% menjadi 98%. Hasil belajar afektif meningkat pada siklus II disebabkan karena peserta didik sudah terbiasa melakukan diskusi dengan kelompok yang anggotanya heterogen, para peserta didik putri sudah tidak malu apabila disuruh duduk berdampingan dengan anggota kelompoknya yang putra. Sehingga guru sudah tidak perlu membimbing dan mengarahkan peserta didik. Peserta didik juga terbiasa mendapati perbedaan pendapat dari teman-teman dalam kelompok. Jika pada
siklus I peserta didik melaksanakan diskusi untuk menyimpulkan data dengan sedikit gaduh, pada siklus II peserta didik melakukan diskusi dengan tenang dan merasa nyaman. Peserta didik yang merasa berbeda pendapat sudah berani mengutarakan pendapat dan alasan mereka dengan baik sehingga suasana pembelajaran lebih aktif dan melibatkan semua peserta didik. Peserta didik melakukan pembelajaran melalui permainan dengan tertib dan tidak gaduh seperti pada siklus I. Kebanyakan peserta didik dapat menjawab soal permainan karena peserta didik mempersiapkan materi dengan matang di rumah. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT)
dengan
permainan
destinasi
memberikan
kemudahan kepada guru untuk mengamati jalannya permainan. Sehingga guru dapat mengamati peserta didik melalui permainan. Setiap peserta didik bermain secara bergantian dan berurutan sehingga guru lebih jelas memperhatikan peserta didik. Ketuntasan belajar aspek psikomotorik pada siklus II tercapai dan meningkat sebesar 6,06%, yaitu dari 93,94% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar psikomotorik peserta didik dapat dilihat pada Grafik 4.4 100
Persentase (%)
50 0
A
B
C
D
Siklus I Siklus II
Kategori
Keterangan: A. Kemampuan dalam menyimpulkan data hasil kegiatan B. Ketaatan terhadap peraturan permainan C. Kecepatan menjawab pertanyaan D. Keaktifan dalam menyelesaikan soal
Grafik 4.4 Grafik Hasil Belajar Psikomotorik Peserta Didik Siklus I dan Siklus II
Grafik 4.4 menunjukkan peserta didik menyimpulkan data hasil kegiatan dengan baik dari 66,67% menjadi 76,52%, peserta didik yang taat terhadap peraturan permainan dari 71,21% menjadi 91,67%, peserta didik yang dapat dengan cepat menjawab pertanyaan dari 67,42% menjadi 93,94%, peserta didik yang aktif dalam menyelesaikan soal pertanyaan dari 71,21% menjadi 93,94%.
Hasil belajar psikomotorik meningkat karena peserta didik ingin memperbaiki pembelajaran pada siklus I yang masih rendah. Secara umum siklus II ini mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena kesungguhan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. Peserta didik yang belum tuntas berusaha untuk mengikuti pembelajaran dengan lebih baik agar hasil belajar peserta didik meningkat. Peserta didik mulai berani bertanya pada penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan peneliti. Pada turnamen permainan destinasi berjalan lancar terutama pada turnamen permainan destinasi sudah teratur, hal ini disebabkan peserta didik sudah cukup tertib dalam melakukan permainan. Kegiatan tetap diawali dengan penjelasan peraturan turnamen permainan destinasi sehingga peserta didik semakin memahami peraturan permainan yang menjadikan peserta didik mengalami peningkatan dalam aspek psikomotorik dari siklus I. Keaktifan dalam menyelesaikan soal dan kecepatan peserta didik dalam menjawab soal turnamen dalam permainan menunjukkan adanya kesiapan peserta didik dalam menghadapi pembelajaran. Kesiapan
peserta
didik
tersebut
ditunjukkan
dengan
adanya
peningkatan pada setiap aspek. Hal ini karena peserta didik telah mempersiapkan materi dengan matang. Kerjasama kelompok di antara mereka semakin erat dan peserta didik semakin aktif dalam berpendapat serta menjawab soal.
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi untuk meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok pemuaian pada peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 dilakukan dengan cara menyampaikan bahan ajar berupa penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah dan diskusi, membentuk kelompok yang beranggotakan 4 peserta didik, melaksanakan permainan destinasi dalam turnamen dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi sesuai nomor urut turnamen, memberikan pujian atau unsur reinforcement pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, dan memberikan tes yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik. 2. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan Permainan Destinasi dapat meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok pemuaian pada peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan-peningkatan peserta didik. a. Adapun peningkatan hasil belajar fisika rata-rata peserta didik pada materi pokok pemuaian adalah sebagai berikut: Nilai awal
Siklus I
Siklus II
57,79
60,00
68,18
b. Adapun peningkatan hasil pengamatan aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik peserta didik adalah sebagai berikut:
Aspek yang diamati
Siklus I (%)
Siklus II (%)
Kognitif
87,88
93,94
Afektif
96,97
100
Psikomotorik
93,94
100
B. Saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dengan mendasarkan pada penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin memberikan saran yang dapat menjadi bahan masukan antara lain sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi diharapkan dapat
diterapkan oleh guru sebagai model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok yang lain. 2. Guru atau peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi hendaknya mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan memperhatikan RPP,
memperhatikan
pembagian
kelompok,
mengurangi
jumlah
pertanyaan yang tidak berkaitan dengan materi serta memperhatikan pengkondisian kelas dengan baik sehingga hasil belajar peserta didik yang dicapai dapat maksimal.
C. Penutup Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran untuk sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridlo-Nya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
, Dasar - dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi Cet 7, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Arikunto, Suharsimi, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. 5.
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet 3. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Bahri Djamarah, Syaiful, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Baiquni, Achmad, Al Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1996, Cet. 1.
Bueche, Schaum Series Frederick, Theory And Problems Of Physics, Jakarta: Erlangga, 1996, Cet. 4.
Campbel, Linda, dkk, Metode Praktis Pembelajaran, Jakarta: Intuisi Press, 2006.
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2009, Cet. 5.
Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro, 2000.
Dokumen MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara, tahun ajaran 2010-2011.
Etsa, Indra Irawan dan Sunardi, Pelajaran IPA Fisika SMP/MTs Kelas VII, Bandung: CV Yrama Widya, 2007, Cet 1.
Giancoli, Douglas C, Fisika Jilid I, Jakarta:Erlangga, 2001, Cet. 5.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Ishaq, Mohamad, Fisika Dasar, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, Cet 1.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010, Cet. 5.
,Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, Cet. 1.
Muhammad, Hasbi ash-Shiddieqy Teungku, Tafsir Al Quranul Majid An-Nuur, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000, Cet. 2. Mulyasa, E, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang: Tarbiyah Press, 2008, Cet. 4.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 1.
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, Jakarta: Kencana, 2010.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Shadily, Hassan, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2003.
S Sadiman, Arif, dkk, Media Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. 7.
Shihab, M Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran Juz Amma, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 15.
Slavin, Robert E., Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media, 2008, Cet 1.
Slavin, Robert E, Cooperative Learning:Theory, Research, and Practice, United States of America: Conggress Cataloging in Publication Data, 1995.
Soegeng, Dasar-Dasar Penelitian, Semarang:Ikip PGRI Press, 2006.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rineka Cipta, 1990, Cet. 3.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo ,1990.
,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. 1.
Suhadi,
“Langkah-Langkah Model Pembelajaran”, 4 Juni 2010, http://suhadinet.wordpress.com/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-aturanpermainan-destinasi.pdf/ html
Suparno,
Paul, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik Menyenangkan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2006.
dan
Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, Cet. 3.
Suwandi dan Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008, Cet. 1.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. 1.
Syamsudin, Achmad, Modul Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Tarbiyah Pers, 2008.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Tipler, Paul A, Fisika, Jakarta: Erlangga, 1998, Cet. 1.
Tim Abdi Guru, IPA Fisika SMP Kelas VII Standar KTSP, Jakarta: Erlangga, 2008.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana, 2010, Cet. 2.
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009, Cet. 3.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa: Nama
: Dika Freida Nurynnysa
Tempat/Tanggal Lahir
: Jepara, 04 Juli 1988
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jln Raya Tigajuru Welahan Ds Tigajuru Rt.03 Rw. I Mayong Jepara
Pendidikan
: 1. SDN 01 Tigajuru Mayong Jepara, lulus tahun 2000 2. SMPN 01 Mayong Jepara, lulus tahun 2003 3. SMAN 01 Pecangaan Jepara, lulus tahun 2006 4. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2006
Demikian daftar riwayat hidup pendidikan penulis ini dibuat dan harap menjadikan maklum adanya.
Semarang, 08 Desember 2010
Dika Freida Nurynnysa NIM.063611021
Lampiran 1
Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011
No
Nama
Jenis Kelamin
1.
A. Abdul Wakhid
L
2.
Abdul Mustaqim
L
3.
Abdul Wahap
L
4.
Aji Nurman Said
L
5.
Anis Hamdanah
P
6.
Anisa Haniyah
P
7.
Dian Utami
P
8.
Endang Lestari
P
9.
Farid Ridwan
L
10.
Fiki Khusnia
P
11.
Iin Safitri
P
12.
Ika Ayu Zuliya Astuti
P
13.
Imam Safi’i
L
14.
Janatun Nikmah
P
15.
Lalatus Sa’diyah
P
16.
Leny Widya Astuti
P
17.
Lia Novita
P
18.
M. Khoirun Ni’am
L
19.
M. Nurudh Dhulam F
L
20.
Muh. Rifa’i
L
21.
Muhammad Samsudin
L
22.
Muhammad Thohiron
L
23.
Mukhlisin
L
24.
Muzarotul Fitriyah
P
25.
Nihayatul Istiqomah
P
26.
Niswatul Umah
P
27.
Noor Riza Maftiyanah
P
28.
Puji Astutik
P
29.
Qisti Lizara Firdaus
L
30.
Sahrul Fuat
L
31.
Tuba Laili Nikmah
P
32.
Wahyu Kurniawan
L
33.
Zukita Amalia
P
34.
Siti Aisyah
P
Keterangan: Nama peserta didik yang berwarna biru keluar dari Sekolah
Lampiran 2
Daftar Nilai Mid Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011 Untuk Membagi Kelompok
No
Nama
Nilai
Keterangan
1.
A. Abdul Wakhid
61
Tuntas
2.
Abdul Mustaqim
50
Tidak tuntas
3.
Abdul Wahap
67
Tuntas
4.
Aji Nurman Said
71
Tuntas
5.
Anis Hamdanah
87
Tuntas
6.
Anisa Haniyah
87
Tuntas
7.
Dian Utami
81
Tuntas
8.
Endang Lestari
67
Tuntas
9.
Farid Ridwan
67
Tuntas
10.
Fiki Khusnia
85
Tuntas
11.
Iin Safitri
81
Tuntas
12.
Ika Ayu Zuliya Astuti
85
Tuntas
13.
Imam Safi’i
65
Tuntas
14.
Janatun Nikmah
81
Tuntas
15.
Lalatus Sa’diyah
80
Tuntas
16.
Leny Widya Astuti
75
Tuntas
17.
Lia Novita
83
Tuntas
18.
M. Khoirun Ni’am
65
Tuntas
19.
M. Nurudh Dhulam F
71
Tuntas
20.
Muh. Rifa’i
50
Tidak tuntas
21.
Muhammad Samsudin
65
Tuntas
22.
Muhammad Thohiron
73
Tuntas
23.
Mukhlisin
-
Tidak tuntas
24.
Muzarotul Fitriyah
77
Tuntas
25.
Nihayatul Istiqomah
77
Tuntas
26.
Niswatul Umah
31
Tidak tuntas
27.
Noor Riza Maftiyanah
81
Tuntas
28.
Puji Astutik
81
Tuntas
29.
Qisti Lizara Firdaus
65
Tuntas
30.
Sahrul Fuat
77
Tuntas
31.
Tuba Laili Nikmah
81
Tuntas
32.
Wahyu Kurniawan
60
Tuntas
33.
Zukita Amalia
77
Tuntas
34.
Siti Aisyah
61
Tuntas
a.
Jumlah
2365
b.
Rata-rata
71,67
Ketuntasan Belajar 1. 2. 3. 4.
Jumlah siswa seluruhnya …………………………………………= 34 Siswa Jumlah siswa yang telah tuntas belajar …………………………. = 30 Siswa Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar …………………………. = 4 Siswa Prosentase jumlah siswa yang tuntas belajar …………………….. = 88 %
Lampiran 3
DAFTAR KELOMPOK Kelompok 1
Kelompok 2
1. Anis Hamdanah
1. Anisa Haniyah
2. Janatun Nikmah
2. Lalatus Sa’diyah
3. Abdul Wahap
3. Aji Nurman Said
4. A. Abdul Wakhid
4. Abdul Mustaqim
Kelompok 3
Kelompok 4
1. Dian Utami
1. Fiki Khusnia
2. Muzarotul Fitriyah
2. Nihayatul Istiqomah
3. Endang Lestari
3. Farid Ridwan
4. Imam Safi’i
4. M. Khoirun Ni’am 5. Siti Aisyah
Kelompok 5
Kelompok 6
1. Iin Safitri
1. Ika Ayu Zuliya Astuti
2. Puji Astutik
2. Sahrul Fuat
3. M. Nurudh Dhulam F
3. Leny Widya Astuti
4. Muh. Rifa’i
4. Muhammad Samsudin
Kelompok 7
Kelompok 8
1. Lia Novita
1. Noor Riza Maftiyanah
2. Tuba Laili Nikmah
2. Zukita Amalia
3. Muhammad Thohiron
3. Qisti Lizara Firdaus
4. Niswatul Umah
4. Wahyu Kurniawan
Lampiran 4
Daftar Nilai Peserta Didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun Pelajaran 2009/2010
Mata Pelajaran : IPA
Materi Pokok
: Pemuaian
Kelas
: VII A
KKM
: 6,00
Semester
: Gasal
No
Nama
Jumlah Skor
Keterangan
1.
A Nasrulloh
7,0
Tuntas
2.
Abdullah Husein
6,0
Tuntas
3.
Afif Kis Fahrudin
-
-
4.
Agus Purnomo
6,0
Tuntas
5.
Agus Waluyo
5,5
Tidak Tuntas
6.
Ahmad Shihab
6,0
Tuntas
7.
Ainun Nikmah
6,0
Tuntas
8.
Arum Widiyati
5,5
Tidak Tuntas
9.
Asri Retno Handayani
6,5
Tuntas
10.
Aulia Tafana Dewi
6,0
Tuntas
11.
Eka Yuniarti
5,5
Tidak Tuntas
12.
Endah Budiarti
5,5
Tidak Tuntas
13.
Fatimaz Zahro
4,0
Tidak Tuntas
14.
Fattah Turmudzi
5,5
Tidak Tuntas
15.
Ferri Nurul Arifin
7,0
Tuntas
16.
Gita Indah Cahyani
6,5
Tuntas
17.
Ika Fatmawati
5,5
Tidak Tuntas
18.
Juanto
6,5
Tuntas
19.
Kana Iya Sikma
6,5
Tuntas
20.
Kholidatun Nimah
5,5
Tidak Tuntas
21.
Leni Lutfiana
6,5
Tuntas
22.
Lukmanul Khikam
4,5
Tidak Tuntas
23.
M Abdul Wahib
5,5
Tidak Tuntas
24.
M Ainul Basar
5,5
Tidak Tuntas
25.
M Khusain Azhari
6,0
Tuntas
26.
M Khusnul Amin
7,5
Tuntas
27.
M Madu Ajron
-
-
28.
M Samsul Arif
4,5
Tidak Tuntas
29.
M Syaiful Arifin
7,5
Tuntas
30.
Masupri Yaten
5,0
Tidak Tuntas
31.
Miftakhul Huda
5,5
Tidak Tuntas
32.
Muh Muzaqi
5,5
Tidak Tuntas
33.
Muhammad Arifin
-
-
34.
Muhammad Muhlisul Hadi
6,5
Tuntas
35.
Muhammad Arif Alwan
7,0
Tuntas
36.
Nining Kurniati
5,5
Tidak Tuntas
37.
Nizar Khilmi
6,5
Tuntas
38.
Noor Laila Fitriani
5,5
Tidak Tuntas
39.
Nor Kus Sakdiyah
4,5
Tidak Tuntas
40.
Rifqi Tri Afifududin
5,0
Tidak Tuntas
41.
Rohyatul Ulya
3,5
Tidak Tuntas
42.
Septian Dwi Nor Cahyo
4,5
Tidak Tuntas
43.
Siti Nafiah
7,0
Tuntas
44.
Stifiana Maharani
6,0
Tuntas
45.
Tri Haryanti
6,0
Tuntas
46.
Wahyu Riswanto
5,0
Tidak Tuntas
a.
Jumlah
248,5
b.
Rata-rata
57,79
Ketuntasan Belajar 1. Jumlah siswa seluruhnya ………………………………………= 43 Siswa 2. Jumlah siswa yang telah tuntas belajar ………………………..= 22 Siswa 3. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar ………………………..= 21 Siswa 4. Prosentase jumlah siswa yang tuntas belajar …………………..= 51,16 %
Lampiran 5 SILABUS
Sekolah
: MTs Sabilul Ulum
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas
: VII
Semester
: Gasal
Alokasi Waktu
: 8 x 45 menit
Standar Kompetensi
: 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar
5.1 Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Pemuaian
o Mengamati proses pemuaian zat padat, cair dan gas.
Indikator
o Menyelidiki proses pemuaian pada zat padat, cair dan gas.
Teknik tes tertulis
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen pilihan ganda
(Soal Games tournament) Alat Musschenbroc k digunakan untuk menyelidiki pemuaian A. Gas B. Zat cair
Lokasi Waktu 8 jp
Sumber Belajar
Sumber: Buku IPA FISIKA SMP/MTs Etsa Indra Irawan dan Sunardi Yrama Widya Kelas VII Alat: Papan Destinasi dan Kartu Soal
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Teknik
Observasi dan diskusi o Mengamati proses pemuaian zat padat dan zat cair melalui demonstrasi.
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen C. Zat padat D. Semua zat
Lembar observasi dan uraian
o Membandin gkan pemuaian zat cair dan zat padat tes tertulis Pilihan ganda
o Menganalisis muai volum berbagai jenis zat cair.
o Mengidentifi tes tertulis kasi muai volum berbagai jenis zat cair.
Pilihan ganda
Apa yang akan terjadi pada panah kertas tersebut? Jika kita memanaskan wadah yang berisi penuh dengan air, ketika mendidih air ada yang tumpah. Hal ini membuktikan bahwa pemuaian… A. zat cair tidak teratur B. zat padat lebih besar dari zat cair C. zat padat teratur, sedangka
Lokasi Waktu
Sumber Belajar
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Teknik
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen n zat cair tidak teratur D. zat cair lebih besar dari zat padat. Dua keping logam yang berbeda koefisien muainya yang dikeling menjadi satu disebut….. A. campuran B. senyawa C. bimetal D. alliage
Lokasi Waktu
Sumber Belajar
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Kegiatan Pembelajaran o Mengaplikasik an konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
Mengetahui, Kepala Madrasah
Suharto, S. PdI NUPTK. 3855745648200002
Indikator
Teknik
Penilaian Bentuk Contoh Instrumen Instrumen
Lokasi Waktu
Sumber Belajar
o Menunjukka n prinsip pemuaian dalam teknologi misalnya Bimetal
Semarang, 12 November 2010 Guru Mata Pelajaran
Anis Muawanah, S. ThI NUPTK. 4361759660300003
Lampiran 6
Desain Turnamen
Aturan permainan “destinasi” pada model pembelajaran koopertif tipe TGT 1. Setiap anggota tim memperoleh penomoran 1, 2, 3, atau 4 yang ditentukan oleh guru. Penomoran ini kemudian digunakan untuk menentukan anggota tim tersebut bermain pada turnamen ke berapa. Misal pada tim Cinderella, salah satu anggota yang bernama Budiarti diberi nomor 1 oleh guru, ini berarti Budiarti akan bermain pada turnamen 1, Tanti yang diberi nomor 2, berarti akan bermain pada turnamen 2, demikian seterusnya. 2. Tim lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru, sehingga semua anggota tim yang memperoleh nomor 1, akan bermain di turnamen 1, yang memperoleh nomor 2 akan bermain di turnamen 2, dan seterusnya. 3. Ada 4 macam kartu yang akan menjadi destinasi (takdir) bagi tim yang melempar dadu, berdasarkan mata dadu yang muncul. Tim mungkin akan mendapat kartu: a. Merah : berisi pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang harus dijawab oleh si pelempar dadu (anggota tim yang ikut dalam turnamen itu). Jika si pelempar dadu ini tidak dapat menjawab, pertanyaan itu dialihkan ke anggota tim lain yang juga sedang ikut dalam turnamen itu, sesuai urutan tim. b. Biru : berisi pertanyaan yang juga berkaitan dengan materi, yang dapat dijawab dari hasil diskusi bersama oleh seluruh anggota tim. Jika tim pelempar dadu tidak dapat menjawab atau jawaban salah, maka pertanyaan itu dialihkan ke tim lain, sesuai urutan tim. c. Hijau : berisi pertanyaan yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran, tetapi bertujuan menguji anggota tim yang sedang ikut turnamen, apakah mereka mengetahui hal-hal yang sifatnya pribadi dari anggota-anggota timnya. Contoh pertanyaan: “Apa hobi temantemanmu satu tim?”
d. Kuning : berisi permintaan yang harus dipenuhi oleh anggota tim yang melempar dadu supaya dapat melempar dadu kembali untuk memperoleh kartu lainnya. Contoh permintaan: Nyanyikan dulu lagu kesukaanmu saat ini. Setelah itu kamu boleh melempar dadunya kembali untuk memperoleh pertanyaan. 10) Waktu yang diberikan untuk menjawab setiap pertanyaan adalah 1,5 menit, setiap jawaban benar memperoleh poin 10, sedangkan jawaban yang salah tidak mendapat poin. 11) Permainan dimulai dengan meletakkan “biji” semua tim pada kotak START. Permainan ini dimulai dengan turnamen 1, setelah 1 kali putaran (setelah semua anggota tim yang bermain pada turnamen ini memperoleh kesempatan melempar dadu). Langkah biji kemudian dihitung berdasarkan mata dadu yang muncul. Biji kemudian sampai langkahnya pada kotak destinasi tertentu dan akan menunjukkan nomor soal yang harus dijawab berdasarkan nomor kotak destinasi. 12) Permainan kemudian dilanjutkan ke turnamen berikutnya sampai ke turnamen 4, lalu kembali lagi turnamen 1, untuk memasuki putaran ke-2. 13) Jika suatu ketika biji milik salah satu tim mencapai END dari papan destinasi, maka penghitungan langkah kembali mulai dari START. 14) Jika suatu ketika biji salah satu tim jatuh di bagian kotak destinasi yang kartunya telah diambil, maka dadu dilempar kembali sehingga biji jatuh di kotak destinasi yang masih ada kartunya.
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 SIKLUS I
Satuan Pendidikan
: MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran
: IPA - FISIKA
Kelas/Semester
: VII A/Gasal
Materi Pokok
: Pemuaian
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya II. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan seharihari. III. Indikator a) Mengamati proses pemuaian pada zat padat dan zat cair b) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pemuaian zat padat dan zat cair c) Mengidentifikasi pemuaian berbagai zat padat. IV. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses pemuaian pada zat padat, cair serta dapat menunjukkan pemuaian zat padat. V. Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair VI. Metode pembelajaran :
Ø Diskusi kelompok (kooperatif) Ø Games Tournaments Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan
Pendahuluan
Langkah Pembelajaran
Alokasi
Peserta
Waktu
Didik
Ø Guru membuka pertemuan dengan 3 menit
K
salam, doa (bagi jam pertama) dan K
presensi. Ø Guru
mengkondisikan
kelas, 5 menit
menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyampaikan
motivasi
(Apakah
kalian pernah naik kereta api? Pernah memperhatikan rel kereta api? Bagi yang sudah pernah, coba ceritakan bagaimana rel kereta api, apakah rapat/terdapat celah-celah pada relnya? Mengapa rel dibuat demikian?) Inti
Ø Guru menyampaikan modul berupa 15 menit
K
penjelasan dan contoh soal. Ø Guru membentuk kelompok dengan setiap kelompok 4 peserta didik, 2 menit
G
secara heterogen. Ø Guru melakukan demonstrasi dan peserta
didik
kelompok
berdiskusi
mengumpulkan
dengan 25 menit
G
dan
menganalisa data. Ø Guru
membahas
demonstrasi
dan
kesimpulan 5 menit diskusi setelah
peserta didik mengumpulkan hasil kegiatan.
K
Ø Guru
menjelaskan
peraturan 2 menit
K
permainan dengan papan destinasi. Ø Guru membagi nomor urut peserta didik
2 menit
G
Ø Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor
1 melaksanakan
turnamen pertama untuk memulai 25 menit
G
permainan dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi. Yang mendapat nomor urut 2 melaksanakan turnamen kedua, dan seterusnya. Ø Guru mengumumkan tim pemenang 2 menit sementara. Ø Guru membimbing peserta didik untuk 2 menit
G K
menyimpulkan materi pelajaran. Ø Guru dan peserta didik berdiskusi
Penutup
untuk membuat rangkuman kegiatan tentang pemuaian zat. Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal VIII. Sumber Pembelajaran § Sumber Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs Modul IPA – FISIKA IX. Penilaian : a) Teknik Penilaian: Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik b) Bentuk Instrumen: Ø Soal Pilihan Ganda
2 menit
K
c) Lembar Penilaian 1. Lembar penilaian aspek kognitif 2. Lembar penilaian aspek afektif 3. Lembar penilaian aspek psikomotorik
Semarang, 12 November 2010 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI NUPTK. 4361759660300003
Dika Freida Nurynnysa NIM:063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdI NUPTK. 3855745648200002
Lampiran 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 2 SIKLUS I
Satuan Pendidikan
: MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran
: IPA - FISIKA
Kelas/Semester
: VII A/Gasal
Materi Pokok
: Pemuaian
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya II. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan seharihari. III. Indikator a) Mengamati proses pemuaian pada zat padat dan zat cair b) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pemuaian zat padat dan zat cair c) Mengidentifikasi pemuaian berbagai zat padat. IV. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses pemuaian pada zat padat, cair serta dapat menunjukkan pemuaian zat padat. V. Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair
VI. Metode Pembelajaran : Ø Diskusi kelompok (kooperatif) Ø Games Tournament Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan
Pendahuluan
Langkah Pembelajaran
Alokasi
Peserta
Waktu
Didik
Ø Guru membuka pertemuan dengan 3 menit
K
salam dan presensi. Ø Guru
mengkondisikan
mengumumkan
tim
kelas, pemenang 3 menit
K
sementara dari turnamen pembelajaran terdahulu dan memberikan sedikit penjelasan
tentang
peraturan
permainan dengan papan destinasi. Inti
Ø Guru meminta peserta didik untuk 35 menit
K
melanjutkan turnamen dan memulai permainan dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi. Ø Guru dan peserta didik mendiskusikan
20 menit
K
3 menit
K
3 menit
K
jawaban soal-soal turnamen. Ø Guru mengumumkan tim pemenang turnamen pertama. Ø Guru
memberikan
penghargaan
kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan memandu peserta didik untuk bertepuk tangan kepada tim pemenang turnamen pertama.
Ø Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran.
G 5 menit
Ø Guru dan peserta didik berdiskusi 3 menit
Penutup
K
untuk membuat rangkuman kegiatan tentang pemuaian. Ø Guru memberikan tes yang sesuai 15 menit dengan kompetensi yang ditentukan. Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal
VIII. Sumber Pembelajaran § Sumber Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs Buku referensi yang relevan Modul IPA – FISIKA
IX. Penilaian : a) Teknik Penilaian: Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik b) Bentuk Instrumen: Ø Soal Pilihan Ganda c) Lembar Penilaian 4. Lembar penilaian aspek kognitif 5. Lembar penilaian aspek afektif 6. Lembar penilaian aspek psikomotorik
K
Semarang, 12 November 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI
Dika Freida Nurynnysa
NUPTK. 4361759660300003
NIM:063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdI NUPTK. 3855745648200002
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs SABILUL ULUM Mata Pelajaran
: IPA – FISIKA
Kelas/Semester
: VII A/Gasal
Materi Pokok
: Pemuaian
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya II. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan seharihari. III. Indikator a) Mengidentifikasi pemuaian zat cair b) Mengamati proses pemuaian pada gas c) Mengetahui pemuaian pada gas dan faktor yang mempengaruhi d) Mengaplikasikan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. IV. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses pemuaian pada zat cair dan gas serta dapat mengaplikasikan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. V. Materi Pembelajaran
Pemuaian Zat Cair dan Gas VI. Metode pembelajaran : Ø Diskusi kelompok (kooperatif) Ø Games Tournament Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan
Pendahuluan
Langkah Pembelajaran
Alokasi
Peserta
Waktu
Didik
Ø Guru membuka pertemuan dengan 3 menit
K
salam, doa (bagi jam pertama) dan presensi Ø Guru mengkondisikan kelas, tujuan 5 menit pembelajaran motivasi
dan
(apakah
K
menyampaikan kalian
pernah
memasak air? Air yang kita masak dalam panci lama-kelamaan tumpah, pernahkah kalian mendapati kejadian seperti ini? Mengapa demikian? Inti
Ø Guru menyampaikan bahan ajar atau 25 menit
K
LKS berupa penjelasan dan contoh soal. Ø Guru membentuk kelompok dengan 3 menit
K
setiap kelompok 4 peserta didik, secara heterogen. Ø Guru membagi nomor urut peserta 3 menit
K
didik Ø Guru
menjelaskan
peraturan
3 menit
K
40 menit
G
permainan dengan papan destinasi Ø Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor 1 melaksanakan turnamen pertama untuk memulai
permainan dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan
destinasi.
Yang
mendapat
nomor urut 2 melaksanakan turnamen kedua, dan seterusnya. Ø Guru mengumumkan tim pemenang
3 menit
G
5 menit
K
sementara. Ø Guru dan peserta didik berdiskusi
Penutup
untuk membuat rangkuman kegiatan tentang pemuaian zat. Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal
VIII. Sumber Pembelajaran § Sumber Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs Buku referensi yang relevan Modul IPA – FISIKA
IX. Penilaian : a) Teknik Penilaian: Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik b) Bentuk Instrumen: Ø Soal Pilihan Ganda c) Lembar Penilaian 7. Lembar penilaian aspek kognitif 8. Lembar penilaian aspek afektif 9. Lembar penilaian aspek psikomotorik
Semarang, 12 November 2010
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI
Dika Freida Nurynnysa
NUPTK. 4361759660300003
NIM: 063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdI NUPTK. 3855745648200002
Lampiran 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 2 SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs SABILUL ULUM Mata Pelajaran
: IPA – FISIKA
Kelas/Semester
: VII A/Gasal
Materi Pokok
: Pemuaian
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi Memahami wujud zat dan perubahannya II. Kompetensi Dasar Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan seharihari. III. Indikator a) Mengidentifikasi pemuaian zat cair b) Mengamati proses pemuaian pada gas c) Mengetahui pemuaian pada gas dan faktor yang mempengaruhi d) Mengaplikasikan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari. IV. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses pemuaian pada zat cair dan gas serta dapat mengaplikasikan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
V. Materi Pembelajaran Pemuaian Zat Cair dan Gas VI. Metode pembelajaran : Ø Diskusi kelompok (kooperatif) Ø Games Tournament Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran : Kegiatan
Pendahuluan
Langkah Pembelajaran
Alokasi
Peserta
Waktu
Didik
Ø Guru membuka pertemuan dengan 3 menit
K
salam, doa (bagi jam pertama) dan presensi Ø Guru
mengkondisikan
mengumumkan sementara
tim
kelas, pemenang
dari
pembelajaran
turnamen
terdahulu
5 menit
K
dan
memberikan penjelasan ulang tentang peraturan permainan dengan papan destinasi. Inti
Ø Guru meminta peserta didik untuk 20 menit
K
melanjutkan turnamen dan memulai permainan dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi. Ø Guru
dan
mendiskusikan
peserta jawaban
didik
35 menit
K
3 menit
K
3 menit
G
soal-soal
turnamen. Ø Guru mengumumkan tim pemenang turnamen pertama. Ø Guru
memberikan
penghargaan
kepada kelompok yang mendapat
skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan memandu peserta didik untuk bertepuk tangan kepada tim pemenang turnamen pertama. Ø Guru membimbing peserta untuk
menyimpulkan
didik materi
3 menit
K
3 menit
K
pelajaran. Ø Guru dan peserta didik berdiskusi
Penutup
untuk membuat rangkuman kegiatan tentang pemuaian zat. Ø Guru memberikan tes yang sesuai 15 menit dengan kompetensi yang ditentukan. Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal
VIII. Sumber Pembelajaran § Sumber Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs Buku referensi yang relevan Modul IPA – FISIKA
IX. Penilaian : a) Teknik Penilaian: Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik b) Bentuk Instrumen: Ø Soal Pilihan Ganda c) Lembar Penilaian 10. Lembar penilaian aspek kognitif 11. Lembar penilaian aspek afektif 12. Lembar penilaian aspek psikomotorik
K
Semarang, 12 November 2010
Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI
Dika Freida Nurynnysa
NUPTK. 4361759660300003
NIM: 063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdI NUPTK. 3855745648200002
Lampiran 12
MODUL PEMUAIAN
Guru Pamong : Anis Muawanah SThI
Oleh : Dika Freida Nurynnysa
Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
MTs Sabilul Ulum Mayong Jl. Welahan No. 30 Mayong Jepara Telp ( 0291) 4256 491 Modul Peserta Didik
PEMUAIAN
A. Standar Kompetensi 3. Memahami wujud zat dan perubahannya B. Kompetensi Dasar 3.3 Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari C. Indikator 1. Menyelidiki proses pemuaian pada zat padat, cair dan gas. 2. Merencanakan percobaan sederhana untuk menunjukkan pemuaian zat cair dan zat padat. 3. Mengidentifikasi muai volum berbagai jenis zat cair. 4. Menunjukkan prinsip pemuaian dalam teknologi misalnya Bimetal D. Uraian Materi 1. Pengertian Pemuaian Apabila kalian perhatikan rel kereta api, pada tiap-tiap sambungannya terdapat celah. Mengapa demikian?
Gambar 1.1 Celah rel kereta api Hal tersebut dilakukan supaya ketika suhu rel naik, karena terkena terik sinar matahari, rel dapat memuai tanpa menyebabkan terjadinya pembengkokan,
karena apabila rel bengkok dapat menyebabkan kereta api yang melintasinya keluar jalur atau terbalik sehingga terjadi kecelakaan. Sebagian besar zat akan memuai bila dipanaskan dan menyusut ketika didinginkan. Bila suatu zat dipanaskan (suhunya dinaikkan) maka partikelpartikel tersebut akan bergerak semakin cepat dan jarak antar partikelnya semakin besar, sehingga menyebabkan benda itu memuai. Pemuaian adalah proses yang memperbesar ukuran zat/benda yang massanya tetap. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat, cair, dan gas. 2. Pemuaian Zat Padat Zat padat pada umumnya memuai bila dipanaskan. Pemuaian berbagai macam zat
padat
diselidiki
dengan
menggunakan
alat
yang
disebut
Musschenbroek. Beberapa batang logam yang sama panjangnya dipanaskan di atas dua buah penumpu. Pada ujung-ujung batang itu dipasang baut-baut, pada ujung yang lainnya masing-masing menekan pengungkit sebuah jarum penunjuk yang dapat berputar pada sumbunya. Bila batang memuai maka ujungnya menekan pengungkit penunjuk, akibatnya jarum akan berputar. Besar kecilnya putaran itu menunjukkan besar kecilnya pemuaian batang.
Gambar 1.2 Alat Musschenbroek
Proses pemuaian zat padat dapat kamu lihat ketika kamu membakar batang logam. Batang logam yang kamu panaskan ternyata bertambah panjang. Mengapa demikian? Ketika dipanaskan, partikel-partikel zat bergetar dengan cepat dan menggetarkan partikel-partikel di dekatnya. Hal tersebut mengakibatkan jarak antar partikel menjadi renggang dan zat padat itu menjadi bertambah panjang. Dalam hal ini, zat padat itu dikatakan mengalami pemuaian panjang. Coba kamu amati bingkai kaca jendela di ruang kelasmu! Adakah bingkai jendela yang melengkung? Tahukah kamu apa sebabnya? Bingkai jendela tersebut melengkung tidak lain karena mengalami pemuaian. Pemuaian yang terjadi pada benda, sebenarnya terjadi pada seluruh bagian benda tersebut. Namun demikian, untuk mempermudah pemahaman maka pemuaian dibedakan tiga macam, yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume. a. Pemuaian Panjang Pernahkah kamu mengamati kabel jaringan listrik pada pagi hari dan siang hari? Kabel jaringan akan tampak kencang pada pagi hari dan tampak kendor pada siang hari. Kabel tersebut mengalami pemuaian panjang akibat terkena panas sinar matahari. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh panjang mula-mula benda, besar kenaikan suhu, dan tergantung dari jenis benda. Besarnya panjang logam setelah dipanaskan adalah sebesar L = Lo + L Keterangan: L = Panjang akhir (m) L ο = Panjang mula-mula (m) L = Pertambahan panjang (m) Besarnya panjang zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat sepanjang 1 m disebut koefisien muai panjang ( ). Hubungan antara panjang benda, suhu, dan koefisien muai panjang dinyatakan dengan persamaan
∆L = α.Lο ∆T L = Lo(1+
T)
Keterangan: L = Panjang akhir (m) L ο = Panjang mula-mula (m) L = Pertambahan panjang (m) = Koefisien muai panjang (/ºC) T = kenaikan suhu (ºC)
Tabel 1.1 Koefisien Muai Panjang Benda Contoh 1. 1 1. Suatu batang logam terbuat dari besi yang panjangnya 2 m dipanaskan hingga suhunya naik 20 ºC. Berapakah pertambahan panjang batang besi tersebut? Diketahui koefisien muai panjang besi 1,2 x 10-5 / ºC. Penyelesaian: Diketahui: Lo = 2 m T = 20 ºC
α = 1,2 x 10-5/ ºC Ditanyakan : L = ?
Jawab :
α=
αL Lο × ∆T
maka ∆L = α × Lο × ∆T
∆L = 1,2 x 10-5/ ºC x 2 m x 20 ºC = 48 x 10-5 m = 4,8 x 10-4 m Jadi pertambahan panjang batang besi bila suhunya dinaikkan sebesar 20 ºC adalah 4,8 x 10-4 m.
Kegiatan 1.1
Pemuaian Panjang pada Zat Padat Tujuan : Menyelidiki pemuaian pada zat padat Alat dan Bahan: 1. Dua buah botol yang ukurannya sama 2. Jarum rajut 3. Jarum jahit 4. Lilin 5. Korek api 6. Kertas 7. Sumbat botol gabus
Langkah kerja : 1. Tusukkan sebuah jarum rajut panjang pada sumbat botol dari gabus yang terpasang pada mulut botol. 2. Tahan ujung jarum yang satu lagi oleh botol lain yang sama ukurannya, namun tidak tersumbat. 3. Buatlah panah dari kertas, lalu tusuk tengah-tengahnya dengan jarum jahit, kemudian rekatlah dengan lem. 4. Letakkan jarum jahit menyilang di atas mulut botol di bawah jarum rajut. 5. Nyalakan lilin dengan korek api, kemudian letakkan di antara kedua botol, sehingga nyala apinya tepat menyentuh tengah-tengah jarum rajut. 6. Perhatikan panah kertas tadi. Diskusi Apa yang akan terjadi pada panah kertas tersebut? Mengapa? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ b. Pemuaian Luas Pemuaian luas dapat diselidiki pada zat padat dengan bentuk lempengan atau keping tipis, misalnya kaca jendela. Supaya kaca jendela tidak pecah pada saat memuai, maka dibuat celah kosong antara kaca dan bingkainya. Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis maka plat tersebut akan mengalami pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan demikian lempeng akan mengalami pemuaian luas atau pemuaian bidang. Pertambahan luas zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat seluas 1 m2 disebut koefisien muai luas ( ). Hubungan antara luas benda, pertambahan luas suhu, dan koefisien muai luas suatu zat adalah:
∆A = β Aο ∆T Keterangan: A = Luas akhir (m2) A = Pertambahan luas (m2) A ο = Luas mula-mula (m2)
β = Koefisien muai luas zat (/º C) T = Kenaikan suhu (ºC) Besarnya
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
Contoh 1.2 1. Sebuah kaca jendela memiliki panjang 1,5 m dan lebar 1 m, jika suhunya naik dari 25 ºC menjadi 35 ºC. Hitung pertambahan luas kaca tersebut jika koefisien muai kaca 0,9 x 10-5 ºC! Penyelesaian: Diketahui : p = 1,5 m L=1m To = 25 ºC T 1 = 35 ºC
α = 0,9 x 10-5/ ºC β = 2 α = 1,8 x 10-5/ ºC Ditanyakan : ∆ A= …? Jawab : A = p x L = 1,5 m x 1 m
= 1,5 m2
β =
∆A maka ∆A = β x Ao x ( (T1 − To ) Ao × (T1 − To )
∆A = 1,8 x 10-5/ ºC x 1,5 m2 x (35 ºC-25 ºC) = 2,7 x 10-4 m2 = 2,7 cm2 Jadi, pertambahan luas kaca itu adalah 2,7 cm2
c. Pemuaian Volume Sebuah benda padat mengalami pemuaian volume. Artinya, benda padat tersebut mengalami pemuaian yang menyebabkan benda memanjang, melebar, dan meninggi. Koefisien muai volume dinyatakan dengan
(baca: gamma)
didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan volum terhadap volum awal benda per satuan kenaikan suhu. Jika suatu balok mula-mula memiliki panjang Po, lebar Lo, dan tinggi ho dipanaskan hingga suhunya bertambah t, maka berdasarkan pada pemikiran muai panjang dan luas diperoleh harga volume balok tersebut sebesar
∆V = γ Vο dimana =3α
∆T
Keterangan: V
= Volume akhir (m3)
Vo
= Volume mula-mula (m3)
V
= Pertambahan volume (m3) = Koefisien muai volume (/ºC)
T
= Kenaikan suhu (ºC)
Contoh 1.3 1. Sebuah kubus kuningan pejal yang panjang rusuknya 2 m, suhunya dinaikkan dari 20 ºC sampai 50 ºC. Hitunglah volume kubus pada suhu 50 ºC dan pertambahan volumenya! ( α kuningan = 1,9 x 10-5/ ºC) Penyelesaian: Diketahui : r = 2 m To = 20 ºC
T1 = 50 ºC
α = 1,9 x 10-5/ ºC Ditanyakan: V1 = ……dan ∆V = …? Jawab: Vo = r x r x r =2mx2mx2m = 8 m3
γ =
V1 − Vo Vo × (T1 − To )
V1 = γ x Vo x (T1 − To ) +Vo = 3 α x Vo x (T1 − To ) + Vo = 3 x 1,9 x 10-5/ ºC x 8 m3 x (50 ºC-20 ºC) + 8 m3 = 1 368 x 10-5 m3 + 8 m3
= 1,368 x 10-2 m3 + 8 m3 = 8,0137 m3
∆V = V1 - Vo = 8,0137 m3 – 8 m3 = 0,0137 m3 Jadi, volume kubus pada suhu 50 ºC adalah 8,0137 m3 dan pertambahan volumenya sebesar 0,0137 m3. 3. Pemuaian Zat Cair
Pada zat cair hanya mengalami muai volum karena sifat zat cair yang selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Pemuaian volum zat cair lebih besar daripada pemuaian zat padat untuk kenaikan suhu yang sama. Pemuaian zat cair dapat dilihat pada peristiwa naiknya raksa pada tabung termometer. Atau apabila kalian memasak air dalam panci hingga penuh, maka pada saat air itu mendidih, tutup panci yang tadinya tertutup akan bergerak-gerak dan air tumpah keluar panci. Hal ini menunjukkan bahwa air mengalami penambahan volum Keanehan Pemuaian Air (Anomali Air) Pada umumnya suatu zat akan memuai jika dipanaskan. Tetapi tidak demikian halnya dengan air. Air mempunyai volume yang terkecil pada suhu 4ºC. Bila didinginkan akan memuai, demikian juga bila dipanaskan akan memuai juga. Inilah keanehan dari air yang disebut anomali air.
Gambar 1.3 Anomali Air Untuk menunjukkan adanya pemuaian zat cair dipergunakan percobaan sebagai berikut: Dua buah tabung masing-masing diisi dengan zat cair yang berbeda dan dilengkapi dengan pipa yang dimasukkan ke dalamnya. Kemudian keduanya dimasukkan ke dalam bak air yang berisi air panas. Maka akan terjadi naiknya zat cair pada kedua pipa berbeda, itu menunjukkan pemuaian pada kedua jenis zat cair adalah berbeda.
Jenis zat cair
Koefisien muai volum (/ °C atau / ° K )
Air
0,00044
Alkohol (etil)
0,0011
Alkohol (metil)
0,0012
Aseton
0,0015
Gliserin
0,00053
Paparin
0,001
Terpentin
0,00105
Tabel 2.2 Koefisien muai volum berbagai jenis zat cair
Kegiatan 1.2 Pemuaian pada Zat Cair Tujuan : Menyelidiki pemuaian pada zat cair Alat dan Bahan : 1.
Tiga buah labu berpipa yang berukuran sama
2.
Sebuah wadah/bejana berisi air panas
3. Tiga jenis zat cair, yaitu air, alkohol/spirtus, dan minyak goreng. Langkah kerja: 1. Isilah ketiga buah labu berpipa dengan air, spirtus, dan minyak goreng. Usahakan ketinggian zat cair pada masing-masing labu memiliki ketinggian yang sama
minyak goreng
2. Masukkan ketiga labu berpipa itu pada bejana yang berisi air panas 3. Aduklah air dalam bejana supaya menjamin suhu air serba sama pada setiap labu. 4. Perhatikanlah permukaan zat cair dalam masing-masing labu! Apakah yang terjadi? 5. Buatlah kesimpulan dari ketiga kegiatan tadi!
Diskusi 1.
Apakah ketinggian zat cair dalam ketiga labu setelah dipanaskan sama? Apabila sama/tidak sama, mengapa?
.................................................................................................................... ..................................................................................................................... .................................................................................................................... ..................................................................................................................... 2.
Manakah zat cair dalam ketiga labu yang ketinggiannya terbesar? Mengapa?
..................................................................................................................... .................................................................................................................... ................................................................................................................... ..................................................................................................................... .................................................................................................................... .....................................................................................................................
4. Pemuaian Gas
Gas merupakan zat yang dapat memuai jika mengalami kenaikan suhu. Namun sama halnya dengan zat cair, gas hanya mengalami muai volum. Berdasarkan hasil penelitian Gay-Lussac diperoleh bahwa koefisien muai volum untuk semua jenis gas adalah sama, yaitu: γ =
1 ο / C 273
Pada pemuaian gas ada tiga hal yang saling berkaitan, yaitu: volum, suhu, dan tekanan. Pemuaian gas dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu pemuaian gas pada tekanan tetap dan pemuaian gas pada volum tetap. 3)
Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap
Misalnya dalam suatu wadah tertutup mula-mula volum suatu gas = Vο , kemudian gas itu dipanaskan pada tekanan tetap sehingga suhunya naik sebesar = ∆T , volumenya bertambah sebesar ∆V . Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
∆V = γ .Vο .∆T Vt = Vο + ∆V Vt = Vο + γ .Vο .∆T Vt = Vο (1 + γ .∆T ) Karena γ =
1 ο 1 / C , maka Vt = Vο (1 + .∆T ) 273 273
Keterangan:
∆V = perubahan volume (m3) ∆T = perubahan suhu ( °C )
Vο = volume awal (m3) Vt = volume akhir (m3) Tο = suhu awal ( °C )
T1 = suhu akhir ( °C ) γ = koefisien muai volume gas =
1 / °C 273
4) Pemuaian Gas pada Volum Tetap Misalkan sebuah tempat tertutup berisi gas kemudian dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar ∆t . Volume udara dibatasi sehingga udara tidak dapat mengembang dan tekanan udara bertambah sebesar ∆p . Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut. ∆p = γ . pο .∆T pt = pο + ∆p pt = pο + (γ . pο .∆T )
pt = pο (1 + γ .∆T ) Karena γ =
1 ο 1 / C , maka pt = p.(1 + .∆T ) 273 273
keterangan: ∆p = perubahan tekanan (atm)
∆T = perubahan suhu ( °C )
pο = tekanan mula-mula (atm) p t = tekanan akhir (atm) 5. Prinsip Pemuaian dalam Kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui peristiwa pemuaian zat. Namun pada kenyataannya, pemuaian suatu zat ada yang bermanfaat, ada juga yang menimbulkan masalah. Prinsip pemuaian zat yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut. 5) Termometer Pemuaian zat cair seperti raksa dan alkohol pada tabung termometer dimanfaatkan sebagai indikator (petunjuk) suhu. 6) Mengeling pelat logam Mengeling adalah
menyambung dua pelat
logam dengan
menggunakan paku keling. Pengelingan dimulai dengan memanaskan paku keling sampai berpijar putih, kemudian dimasukkan dalam lubang pelat logam. Setelah itu, ujung paku keling itu dipukul hingga melebar. Setelah paku dingin, kemudian paku menyusut dan menjepit kedua pelat dengan sangat kuat. Pengelingan biasanya dilakukan pada pembuatan kontainer dan badan-badan kapal besar. 7) Keping bimetal Keping bimetal adalah hasil perpaduan dua keping logam dengan koefisien muai berbeda yang dikeling menjadi satu. Keping bimetal
sangat peka terhadap perubahan suhu. Apabila dipanaskan, akan melengkung ke arah logam yang koefisien muainya lebih kecil. Sebaliknya apabila didinginkan, keping bimetal akan melengkung ke arah logam yang memiliki koefisien muai yang lebih besar. Keping bimetal banyak dimanfaatkan pada alat-alat berikut: a) Sakelar termal, yaitu sakelar yang bekerja berdasarkan pemuaian termal. Sakelar termal biasanya digunakan pada alarm kebakaran. b) Termostat bimetal, yaitu alat untuk mengukur suhu tetap (suhu diatur pada suhu tertentu).Termostat bimetal biasanya digunakan pada setrika listrik, pemanas air listrik, kompor listrik, dan sebagainya. c) Termometer bimetal, berfungsi untuk mengukur suhu, tetapi termometer ini tidak menggunakan zat cair sebagai penunjuknya, namun menggunakan keping bimetal yang tipis dengan bentuk spiral. d) Lampu tanda arah (lampu sen) motor atau mobil Pada rangkaian lampu tanda arah motor atau mobil digunakan keping bimetal untuk memisahkan dan menghubungkan arus listrik dari baterai ke lampu, sehingga lampu tanda arah dapat nyala padam(kelap-kelip). 8) Pemasangan ban baja pada roda lokomotif Pemasangan ban baja pada roda besi lokomotif dilakukan dengan cara memanaskan ban baja hingga memuai, kemudian dipasangkan pada roda. Setelah dingin, ban baja tersebut akan menyusut kembali sehingga menempel sangat kuat pada roda. g. Adapun masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian zat, antara lain sebagai berikut: 4) Pemasangan kaca jendela Pemasangan kaca jendela pada bingkainya yang rapat (tidak ada celah) akan menimbulkan kaca retak bahkan pecah pada saat kaca jendela memuai karena terkena panas atau suhu kaca
naik. Untuk itu, ukuran bingkai kaca jendela harus sedikit lebih besar daripada ukuran kacanya pada suhu normal. 5) Sambungan rel kereta api Rel kereta api dapat membengkok atau melengkung pada saat rel tersebut memuai akibat panas sinar matahari. Hal itu dapat terjadi karena celah sambungan dua batang rel tidak cukup untuk menampung pemuaian rel, sehingga ujung-ujung sambungan rel saling menekan dan menyebabkan rel melengkung. Membengkoknya rel kereta api tersebut dapat membahayakan perjalanan kereta api.
6) Celah pada sambungan sebuah jembatan atau jalan layang Pada jembatan atau jalan layang biasanya dibuat celah dari keping baja yang menghubungkan dua dua lintasan jalan beton untuk tempat pemuaian dan penyusutan jalan beton memuai, jembatan atau jalan layang akan melengkung atau bahkan dapat menyebabkan keruntuhan.
Lampiran 13 Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Siklus I
Jenis Sekolah
: MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran
: IPA - FISIKA
Kelas/Semester
: VII A/Gasal
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Alokasi Waktu : 15 menit
Materi
Jumlah Soal
: 10 butir
Bentuk Soal
: Pilgan
Kompetensi Dasar
Pemuaian Zat Melakukan
Indikator a.
Menyelidiki proses
percobaan yang
pemuaian pada zat
berkaitan dengan
padat, cair dan gas.
Nomor Soal 1, 3, 4, 5, 8, 9
pemuaian dalam kehidupan seharihari.
b.
Merencanakan percobaan sederhana untuk menunjukkan pemuaian zat cair dan zat padat
2, 6, 7, 10
Lampiran 14 Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Siklus II
Jenis Sekolah
: MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran
: IPA - FISIKA
Kelas/Semester
: VII A/Gasal
Tahun Pelajaran
: 2010/2011
Alokasi Waktu : 15 menit
Materi Pemuaian Zat
Jumlah Soal
: 10 butir
Bentuk Soal
: Pilgan
Kompetensi Dasar Melakukan percobaan
Indikator a. Mengidentifikasi
yang berkaitan dengan
muai volum berbagai
pemuaian dalam
jenis zat cair.
Nomor Soal 3, 7, 8, 9, 10
kehidupan sehari-hari b.Menunjukkan prinsip pemuaian dalam teknologi misalnya Bimetal
1, 2, 4, 5, 6
Lampiran 15 Kartu Soal Siklus I
1. Alat Musschenbrock digunakan 21. Alasan pada sambungan rel kereta api untuk menyelidiki pemuaian diberi celah adalah agar……. A. Gas B. Zat cair A. Mengurangi gesekan dengan C. Zat padat kereta apinya D. Semua zat B. Pada saat besi memuai, relnya tidak melengkung C. Pada saat besi memuai, rel tidak terlepas dari bantalan kayunya D. Pada saat dilewati kereta api, relnya tidak melengkung 2.Nyanyikan dulu lagu kesukaanmu 22. Sebatang besi panjangnya 2 m Pada saat ini! Kemudian kamu kocok dadu Suhu 30 ο C. Bila koefisien muainya sebanyak satu kali! 11 x 10-6/ ο C, maka panjang besi itu pada suhu 45 ο C adalah….. A. 2,033 m B. 2,003 m C. 2,0033 m D. 2,00033 m ο 23. Majulah enam kotak dari kotak tempat 3. Pada suhu 50 C panjang kuningan kamu berada! 1000 cm. Bila koefisien muai ο panjang kuningan 0,000 019/ C maka pada 75 ο C panjangnya bertambah….. A. 0,475 cm B. 0,000475 cm C. 0,0475 cm D. 4,75 cm 4.Bilangan yang menyatakan 24. Zat cair berikut ini yang paling mudah pertambahan panjang tiap satuan memuai adalah…… panjang zat bila suhunya dinaikkan A. Bensin 0 ο C sampai 1 ο C disebut…. B. Air C. Alkohol A. Muai panjang D. Air raksa B. Muai ruang C. Koefisien muai panjang D. Koefisien muai ruang
5. Apakah kamu tahu, asal dari teman- 25. Apakah kamu tahu makanan kesukaan
teman sekelompok kamu, kalau iya, sebutkan!
teman cowok dari kelompok kamu, kalau iya, sebutkan!
6. Pertambahan panjang logam yang 26. Jika kita memanaskan wadah yang dipanaskan bergantung pada berisi penuh dengan air, ketika faktor-faktor berikut, kecuali mendidih air ada yang tumpah. Hal ini …….. membuktikan bahwa pemuaian……. A. Massa jenis logam B. Panjang logam awal A. Zat cair tidak teratur C. Kenaikan suhu B. Zat padat lebih besar dari zat cair D. Jenis logam C. Zat padat teratur, sedangkan zat cair tidak teratur D. Zat cair lebih besar dari zat padat 7.Sebutkan hobi yang kamu ketahui 27.Berdirilah dari tempat duduk sejenak, dari teman-teman sekelompok kamu!
regangkan tangan kamu!
8. Dari percobaan pemuaian dengan 28. Sebuah kaca jendela memiliki koefisien ο alat Muschenbroek ditunjukkan muai panjang 0,000009/ C, koefisien bahwa…. muai luas kaca jendela tersebut adalah….. A. Semua jenis logam memuai dengan besar yang sama ο A. 0,00003/ C B. Tidak semua jenis logam ο memuai B. 0,00009/ C C. Logam memuai setiap saat ο C. 0,000018/ C D. Pemuaian berbagai jenis logam ο berbeda-beda D. 0,000006/ C 9. Apa saja makanan kesukaan dari 29. Apakah kamu mengetahui mata setiap kelompok kamu! pelajaran apa yang disukai temanteman dalam kelompok kamu, kalau iya, sebutkan! 10.Sebatang rel kereta api mempunyai 30. Pada suhu 20 ο C panjang kuningan 100 panjang 3 m pada suhu 0oC. Bila m. Jika koefisien muai panjang koefisien muai panjangnya ο kuningan 0,000019/ C dan kuningan 0,00012/oC, maka panjang rel ο dipanaskan sampai 70 C, maka tersebut pada suhu 30oC pertambahan panjang kuningan adalah….. tersebut adalah…. A. 3,00108 m B. 3,0324 m A. 0,95 cm C. 3,01008 m B. 9,5 cm D. 3,01080 m C. 0,075 cm D. 0,75 cm
11.Berilah komentar tentang kelas ini,
31. Pejamkan mata sejenak, bayangkan
baru kamu boleh melempar dadu kembali.
mata pelajaran fisika itu sangat mengasikkan.
12.Zat cair yang mudah memuai 32. Koefisien muai panjang zat bergantung adalah….. pada A. Bensin, sebab titik rendah B. Air, sebab titik rendah C. Alkohol, sebab titik rendah D. Air raksa, sebab titik sangat tinggi
didihnya didihnya
1. panjang semula 2. kenaikan suhu 3. massa zat Pernyataan yang benar adalah…..
didihnya didihnya
A. B. C. D.
1 dan 2 1 dan 3 2 dan 3 1, 2 dan 3
13.Panjang sebatang baja ( α = 0,000 33. Apakah kamu tahu kelebihan dari ο ο teman-teman kelompok kamu, kalau 012/ C) Pada suhu 30 C adalah iya, sebutkan! 50 Cm. Bila panjang baja itu menjadi 50,011 cm, maka suhunya naik sebesar….. ο
A. 60 C ο
B. 50 C ο
C. 80 C ο
D. 70 C 14.Air mempunyai massa jenis paling 34. Sebatang rel kereta api panjangnya 10 ο besar pada temperatur….. m pada suhu 0 C. Jika saat dilaluib ο
ο
kereta suhunya naik menjadi 100 C dan koefisien muai panjng besi
A. -4 C ο
B. 0 C
ο
ο
0,000012/ C, berapa pertambahan panjang rel?
C. 4 C ο
D. 5 C
A. 1,0012 m B. 1,00012 m C. 1,12 m D. 1,012 m 15. Mundurlah tiga kotak dari kotak 35. Apakah kamu mengetahui warna yang sekarang kamu tempati! kesukaan teman-teman kelompok kamu, kalau iya, sebutkan! 16.Koefisien berbagai adalah…..
jenis
gas 36. Sekeping baja memiliki luas 600 cm2. ο
Jika suhu baja dinaikkan 100 C luasnya bertambah 1,32 cm2.
ο
Koefisien muai panjang baja tersebut adalah……
A. 0,37/ C ο
B. 0,037/ C
1 ο C. 273 / C
ο
A. 0,000 009/ C ο
D. Berbeda-beda
B. 0,000 089/ C ο
C. 0,000 011/ C ο
D. 0,000 012/ C 17. Apabila koefisien muai panjang 37. Apabila kita menuang air mendidih ke ο dalam gelas, maka gelas tersebut pecah gelas = 0,000009/ C, maka karena……. koefisien muai ruang gelas adalah…. A. Koefisien muai air lebih besar daripada koefisien muai kaca B. Bagian dalam gelas memuai, ο bagian luar tetap dingin B. 0,000 027/ C C. Bagian dalam dan luar gelas ο C. 0,000 003/ C memuai dengan tiba-tiba ο D. Bagian luar gelas memuai, bagian D. 0,000 006/ C dalam tetap dingin. 18.Apakah kamu tahu, warna kesukaan 38. Mundurlah satu kotak dari kotak tempat dari teman-teman sekelompok kamu berada! kamu, kalau iya, sebutkan! ο
A. 0,000 0027/ C
19. Majulah sampai Start!
ο
39. Pada suhu 10 C panjang sebatang besi 2,5 m, kemudian besi itu dipanaskan ο
sampai 60 C. Apabila koefisien muai ο
panjang besi 0,000012/ C, berapakah panjang besi setelah dipanaskan? A. 2,5015 m B. 2,5345 m C. 2,5123 m D. 2,1234 m 20.Sebuah pipa kuningan panjangnya 40. Pemasangan kawat telepon dan kawat listrik di jalan-jalan sengaja dibuat 100 cm Pada suhu 25 ο C. Jika α agak kendor. Hal ini dimaksudkan ο = 0,000019/ C maka panjang agar……. kuningan pada suhu 50 ο C….. A. Kawat tidak putus di malam hari saat A. 100,0475 cm udara dingin B. 1000,475 cm B. Kawat terlihat lebih indah C. 10,00475 cm C. Kawat tidak putus saat terkena panas D. 100,475 cm matahari di siang hari D. Kawat terlihat lurus saat udara dingin di malam hari.
Lampiran 16
Kunci Jawaban Soal TGT siklus I
Nomor soal 1.
Jawaban C. Zat Padat
2.
Pengocok dadu menyanyikan lagu kesukaannya
3.
A. 0,475 cm
4.
C. Koefisien muai panjang
5. 6.
Asal dari teman-teman sekelompok A. Massa jenis logam
7.
Hobi dari teman-teman sekelompok kamu
8.
D. Pemuaian berbagai jenis logam berbeda-beda
9. 10.
Makanan kesukaan dari setiap kelompok kamu E. 3,00108 m
11.
Komentar tentang kelas ini
12.
C. Alkohol, sebab titik didihnya rendah
13.
B. 50 ο C
14.
C. 4 ο C
15. 16.
Mundurlah tiga kotak
C.
1 ο / C 273
17.
B. 0,000 027/ ο C
18.
Warna kesukaan dari teman-teman sekelompok kamu
19.
Majulah sampai Start
20.
E. 100,0475 cm
21.
B. Pada saat besi memuai, relnya tidak melengkung
22.
D. 2,00033 m
23.
Majulah enam kotak
24.
C. Alcohol
25.
Makanan kesukaan teman cowok dari kelompok
26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
D. Zat cair lebih besar dari zat padat Berdirilah dari tempat duduk sejenak dan regangkan tangan C. 0,000018/ ο C Mata pelajaran apa yang disukai teman-teman B. 9,5 cm Bayangkan mata pelajaran fisika itu sangat mengasikkan E. 1 dan 2 Kelebihan dari teman-teman kelompok kamu E. 1,0012 m Warna kesukaan teman-teman kelompok kamu
36.
C. 0,000 011/ ο C
37.
E. Koefisien muai air lebih besar daripada koefisien muai kaca
38.
Mundurlah satu kotak
39.
E. 2,5015 m
40
C. Kawat tidak putus saat terkena panas matahari di siang hari
Lampiran 17
LEMBAR JAWAB TES
Nama
: ………………..
Kelas
: ………………..
No. Absen
: ………………..
1.
A
B
C
D
2.
A
B
C
D
3.
A
B
C
D
4.
A
B
C
D
5.
A
B
C
D
6.
A
B
C
D
7.
A
B
C
D
8.
A
B
C
D
9.
A
B
C
D
10.
A
B
C
D
Lampiran 18
Lembar Kognitif Peserta Didik Siklus I 1. Alat Musschenbrock digunakan untuk menyelidiki pemuaian A. Gas
C. Zat padat
B. Zat cair
D. Semua zat
2. Pada suhu 50 ο C panjang kuningan 1000 cm. Bila koefisien muai panjang kuningan 0,000 019/ ο C maka pada 75 ο C panjangnya bertambah….. A. 0,475 cm
C. 0,0475 cm
B. 0,00047cm
D. 4,75 cm
3. Bilangan yang menyatakan pertambahan panjang tiap satuan panjang zat bila suhunya dinaikkan 0 ο C sampai 1 ο C disebut…. A. Muai panjang
C. Koefisien muai panjang
B. Muai ruang
D. Koefisien muai ruang
4. Pertambahan panjang logam yang dipanaskan bergantung pada faktor-faktor berikut, kecuali …….. A. Massa jenis logam
C. Kenaikan suhu
B. Panjang logam awal
D. Jenis logam
5. Dari percobaan pemuaian dengan alat Muschenbroek ditunjukkan bahwa…. A. Semua jenis logam memuai dengan besar yang sama B. Tidak semua jenis logam memuai C. Logam memuai setiap saat D. Pemuaian berbagai jenis logam berbeda-beda 6. Apabila koefisien muai panjang gelas = 0,000009/ ο C, maka koefisien muai ruang gelas adalah…. A. 0,000 0027/ ο C
C. 0,000 003/ ο C
B. 0,000 027/ ο C
D. 0,000 006/ ο C
7. Sebatang besi panjangnya 2 m Pada Suhu 30
ο
C. Bila koefisien muainya 11 x 10-
6 ο
/ C, maka panjang besi itu pada suhu 45 ο C adalah…..
A. 2,033 m
B. 2,003 m
C. 2,00033 m
D. 2,0033 m
8. Sebuah kaca jendela memiliki koefisien muai panjang 0,000009/ ο C, koefisien muai luas kaca jendela tersebut adalah…..
9.
A. 0,00003/ ο C
C. 0,000018/ ο C
B. 0,00009/ ο C
D. 0,000006/ ο C
Pada suhu 20
ο
C panjang kuningan 100 m. Jika koefisien muai panjang kuningan
0,000019/ ο C dan kuningan dipanaskan sampai 70 ο C, maka pertambahan panjang kuningan tersebut adalah…. A. 0,95 cm
C. 0,075 cm
B. 9,5 cm
D. 0,75 cm
10. Sebatang rel kereta api mempunyai panjang 3 m pada suhu 0oC. Bila koefisien muai panjangnya 0,00012/oC, maka panjang rel tersebut pada suhu 30oC adalah….. A. 3,00108 m B. 3,0324 m C. 3,01008 m D. 3,01080 m
Lampiran 19
Kartu Soal Siklus II
1. Dua keping logam yang berbeda koefisien muainya yang dikeling menjadi satu disebut….. A. Campuran B. Senyawa C. Bimetal D. Alliage 2. Nyanyikan dahulu lagu India kesukaanmu saat ini! 3. Manfaat pemuaian dijumpai pada, kecuali……. A. Pelepasan tutup botol B. Saklar otomatis bimetal C. Pemasangan celah pada rel kereta api D. Termometer bimetal 4. Cara mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian, kecuali….. A. Membuat celah pada ujung jembatan B. Membuat keping bimetal pada saklar otomatis C. Membuat ukuran kaca jendela yang lebih kecil dari bingkainya D. Membuat celah pada rel kereta api 5. Apakah kamu tahu nama lengkap teman-teman sekelompok kamu, kalau iya sebutkan! 6. Sebuah bimetal terbuat dari tembaga dan baja. Koefisien muai panjang tembaga lebih besar dibanding koefisien muai baja. Jika keping bimetal itu dipanaskan, maka bimetal akan….. A. Melengkung ke arah tembaga B. Melengkung ke arah yang berlawanan C. Melengkung ke arah baja D. Lurus saja
7. Apakah kamu tahu buah apa yang paling disukai teman-teman dalam sekelompok kamu, kalau iya sebutkan! 8. Dua gelas minuman yang sejenis melekat setelah ditumpuk sehingga sukar dilepaskan. Cara untuk melepaskannya adalah….. A. Gelas yang di bawah direndam dalam air hangat B. Gelas yang di atas direndam dalam air dingin C. Kedua gelas itu direndam dalam air dingin D. Kedua gelas itu direndam dalam air hangat 9. Sebutkan alat musik yang paling disukai teman-teman dalam kelompok kamu! 10. Dua buah wadah berbentuk pipa yang masing-masing diisi dengan air dan alkohol dengan permukaan yang sama tinggi. Bila kedua wadah tersebut dipanaskan, maka hal-hal berikut ini adalah benar, kecuali….. A. Permukaan air lebih tinggi B. Keduanya memuai C. Besar pemuaian berbeda D. Permukaan alkohol lebih tinggi 11. Berilah komentar tentang teman-teman sekelompok kamu! 12. Gas jika dipanaskan atau dinaikkan suhunya akan terjadi….. A. Pemuaian tekanan saja B. Pemuaian volum saja C. Pemuaian tekanan dan volum D. Pemuaian ruang 13. Volum sebuah benda pada suhu 27oC adalah 100 cm3, jika koefisien muai volum benda itu 0,000012/oC, maka volum benda itu pada suhu 400oK adalah….. A. 100,36 cm3 B. 100,12 cm3 C. 100,02 cm3 D. 98,64 cm3 14. Sebuah wadah berisi minyak tanah 1 liter pada suhu 0oC. Volum minyak tanah pada suhu 100oC bila koefisien muai volumnya 9,55 x 10-3/oC adalah…..
A. 1,0955 liter B. 1,00955 liter C. 1,000955 liter D. 0,095 liter 15. Mundurlah empat kotak dari kotak anda berada! 16. Termostat merupakan keping bimetal yang….. A. Melengkung bila suhu turun B. Memuai terus menerus C. Dapat mengatur suhu D. Suhunya turun bila dialiri arus 17. Berikut ini merupakan pekerjaan yang menerapkan peristiwa pemuaian, kecuali…… A. Bola pingpong pecah direndam dengan air panas B. Dua buah gelas yang rapat dipisahkan dengan air panas C. Memasang bimetal pada sakelar otomatis D. Menyambung besi dengan cara dilas 18. Apakah kamu tahu sinetron apa yang sering ditonton teman-teman dalam kelompok kamu, kalau tahu sebutkan! 19. Majulah tiga kotak! 20. Jika sebuah keping bimetal dipanasi, maka bimetal akan…… A. Tetap lurus dan bertambah panjang B. Melengkung ke arah logam yang koefisien muainya terkecil C. Melengkung ke arah logam yang koefisien muainya terbesar D. Melengkung ke kiri 21. Alat yang tidak memanfaatkan bimetal adalah….. A. Thermostat B. Sekering C. Sakelar lampu D. Lampu tanda arah mobil 22. Sebuah keping bimetal terbuat dari logam kuningan dan besi. Jika besar koefisien muai panjang kuningan 0,000019/oC, besi 0,000012/oC, maka ketika dipanaskan bimetal….. A. Membengkok ke arah besi B. Membengkok ke arah kuningan
C. Menyusut D. Lurus 23. Majulah satu kotak dari kotak tempat anda berada! 24. Apabila kita menuang air mendidih ke dalam gelas, maka gelas tersebut pecah, karena….. A. Koefisien muai air lebih besar daripada koefisien muai kaca B. Bagian dalam gelas memuai, bagian luar tetap dingin C. Bagian dalam dan luar gelas memuia dengan tiba-tiba D. Bagian luar gelas memuai, bagian dalam tetap dingin 25. Apakah kamu tahu olahraga apa yang paling disukai teman-teman dalam kelompok kamu, kalau tahu sebutkan! 26. Berikut ini adalah cara mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian, kecuali……. A. Membuat celah pada sambungan rel kereta api B. Membuat keping bimetal pada sakelar otomatis C. Membuat celah pada sambungan jembatan D. Membuat ukuran bingkai jendela besar dari kacanya. 27. Lihatlah di samping kanan anda, apakah ada sampah bekas jajan? Kalau ada, ambil dan buanglah pada tempatnya! 28. Zat berikut ini memuai jika dipanaskan, kecuali….. A. Baja B. Besi C. Raksa D. Bismut dan air 29. Apakah kamu mengetahui berapa jumlah uang saku dari teman-teman sekelompok kamu, kalau iya sebutkan! 30. Sifat air jika dipanaskan dari 0o – 4oC menyusut dan jika didinginkan dari 4o – 0o memuai disebut….. A. Karakteristik air B. Anomali air C. Keistimewaan air D. Kebalikan air 31. Periksalah apakah kamu sudah rapi dalam berpakaian seragam? Kalau belum, bagian apa yang belum rapi!
32. Berikut ini zat yang memuai pada volumnya saja jika dipanaskan adalah….. A. Gas
C. Zat padat
B. Zat cair
D. Zat padat dan gas
33. Apakah kamu tahu teman-teman kelompok kamu dapat memasak? Kalau iya, memasak apa, sebutkan! 34. Berikut ini pemanfaatan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari, kecuali…. A. Pemasangan jembatan besi B. Pengelingan pelat logam C. Pemasangan roda pada ban baja sebuah lokomotif D. Zat cair tidak memiliki bentuk tetap 35. Apakah kamu tahu apa yang biasa dilakukan teman-teman kelompok kamu untuk mengisi liburan setiap hari minggu, kalau iya, sebutkan! 36. Alat berikut ini yang menggunakan bimetal adalah….. A. Termometer bimetal, bel listrik, dan alarm kebakaran B. Alarm kebakaran, sakelar otomatis, dan termostat C. Bel listrik, termometer, dan manometer D. Alat ukur listrik, manometer, dan termos 37. Jika kita memanaskan wadah yang berisi penuh dengan air, ketika mendidih air ada yang tumpah. Hal ini membuktikan bahwa pemuaian! A. Zat cair tidak teratur B. Zat padat lebih besar dari zat cair C. Zat padat teratur, sedangkan zat cair tidak teratur D. Zat cair lebih besar dari zat padat 38. Mundurlah lima kotak dari kotak anda berada! 39. Setiap zat bila dipanaskan akan memuai, kecuali….. A. Besi dari suhu 0oC sampai 4oC B. Timah putih dari suhu 0-4oC C. Air dari suhu 0oC sampai 4oC D. Tembaga dari suhu 0-4oC 40. Terdapat dua buah gelas minum, yang pertama dibuat dari bahan gelas berkoefisien muai kecil, sedangkan yang kedua dibuat dari bahan gelas berkoefisien muai besar. Gelas dengan koefisien muai besar….. A. Lebih tahan panas
C. Tidak tahan panas
B. Tidak memuai
D. menyusut
Lampiran 20
Kunci Jawaban Soal TGT siklus II
Nomor soal
Jawaban
1.
C. Bimetal
2.
Nyanyikan dahulu lagu India kesukaan kamu
3.
C. Pemasangan celah pada rel kereta api
4.
B. Membuat keping bimetal pada saklar otomatis
5.
Nama lengkap teman-teman kelompok kamu
6.
C. Melengkung ke arah baja
7.
Buah apa yang paling disukai teman-teman kelompok kamu
8.
D. Kedua gelas itu direndam dalam air hangat
9.
Alat musik yang paling disukai teman-teman kelompok kamu
10.
D. Permukaan alkohol lebih tinggi
11.
Komentar tentang teman-teman kelompok kamu
12.
C. Pemuaian tekanan dan volum
13.
B. 100,12 cm3
14.
E. 1,0955 liter
15.
Mundur empat kotak dari kotak anda berada
16.
C. Dapat mengatur suhu
17.
D. Menyambung besi dengan cara dilas
18.
sinetron apa yang sering ditonton teman-teman dalam kelompok kamu
19. 20.
Majulah tiga kotak F. Melengkung ke arah logam yang koefisien muainya terkecil
21.
B. Sekering
22.
E. Membengkok ke arah besi
23.
Maju satu kotak dari kotak tempat anda berada
24.
B. Bagian dalam gelas memuai, bagian luar tetap dingin
25.
olahraga apa yang paling disukai teman-teman dalam kelompok kamu
26.
B. Membuat keping bimetal pada sakelar otomatis
27.
Lihatlah di samping kanan anda, apakah ada sampah bekas jajan? Kalau ada, ambil dan buanglah pada tempatnya!
28.
D. Bismut dan air
29.
berapa jumlah uang saku dari teman-teman sekelompok kamu
30.
B. Anomali air
31.
Periksalah apakah kamu sudah rapi dalam berpakaian seragam? Kalau belum, bagian apa yang belum rapi
32.
F. Zat cair
33.
teman-teman kelompok kamu dapat memasak? Kalau iya, memasak apa, sebutkan
34.
D. Zat cair tidak memiliki bentuk tetap
35.
Apakah kamu tahu apa yang biasa dilakukan teman-teman kelompok kamu untuk mengisi liburan setiap hari minggu, kalau iya, sebutkan
36.
B. Alarm kebakaran, sakelar otomatis, dan thermostat
37.
D. Zat cair lebih besar dari zat padat
38.
Mundur lima kotak dari kotak anda berada
39.
C. Air dari suhu 0oC sampai 4oC
40
D. menyusut
Lampiran 21
Lembar Kognitif Peserta Didik Siklus II
1.
Dua keping logam yang berbeda koefisien muainya yang dikeling menjadi satu disebut….. A. Campuran B. Senyawa C. Bimetal D. Alliage
2.
Manfaat pemuaian dijumpai pada, kecuali……. A. Pelepasan tutup botol B. Saklar otomatis bimetal C. Pemasangan celah pada rel kereta api D. Termometer bimetal
3.
Sifat air jika dipanaskan dari 0o – 4oC menyusut dan jika didinginkan dari 4o – 0o memuai disebut….. A. Karakteristik air B. Anomali air C. Keistimewaan air D. Kebalikan air
4.
Cara mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian kecuali …. A. Membuat celah pada ujung jembatan B. Membuat ukuran kaca jendela yang lebih kecil dari bingkainya C. Membuat keping bimetal pada saklar otomatis D. Membuat celah pada rel kereta api
5.
Sebuah bimetal terbuat dari tembaga dan baja. Koefisien muai panjang tenbaga lebih besar dibanding koefisien muai baja. Jika keping bimetal itu dipanaskan, maka bimetal akan….. A. Melengkung ke arah tembaga B. Melengkung kea rah yang berlawanan
C. Lurus saja D. Melengkung ke arah baja 6.
Dua gelas minuman yang sejenis melekat setelah ditumpuk sehingga sukar dilepaskan. Cara untuk melepaskannya adalah….. A. Gelas yang di bawah direndam dalam air hangat B. Gelas yang di atas direndam dalam air dingin C. Kedua gelas itu direndam dalam air dingin D. Kedua gelas itu direndam dalam air hangat
7.
Setiap zat bila dipanaskan akan memuai, kecuali….. A. Besi dari suhu 0oC sampai 4oC B. Timah putih dari suhu 0-4oC C. Air dari suhu 0oC sampai 4oC D. Tembaga dari suhu 0-4oC
8.
Jika kita memanaskan wadah yang berisi penuh dengan air, ketika mendidih air ada yang tumpah. Hal ini membuktikan bahwa pemuaian! A. Zat cair tidak teratur B. Zat cair lebih besar dari zat padat C. Zat padat lebih besar dari zat cair D. Zat padat teratur, sedangkan zat cair tidak teratur
9.
Volum sebuah benda pada suhu 27oC adalah 100 cm3, jika koefisien muai volum benda itu 0,000012/oC, maka volum benda itu pada suhu 400oK adalah….. A. 100,12 cm3 B. 100,36 cm3 C. 100,02 cm3 D. 98,64 cm3
10.
Sebuah wadah berisi minyak tanah 1 liter pada suhu 0oC. Volum minyak tanah pada suhu 100oC bila koefisien muai volumnya 9,55 x 10-3/oC adalah….. A. 1,00955 liter B. 1,000955 liter C. 1,0955 liter D. 0,095 liter
Lampiran 22 Kunci Jawaban Tes Siklus I Nomor soal
Jawaban
1.
C
2.
A
3.
C
4.
A
5.
D
6.
B
7.
C
8.
C
9.
B
10.
A
Kunci Jawaban Tes Siklus II Nomor soal
Jawaban
1.
C
2.
C
3.
B
4.
C
5.
D
6.
D
7.
C
8.
B
9.
A
10.
C
Lampiran 23
REKAPITULASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS I
Jenis Penilaian
:Kognitif
Satuan Pendidikan
:MTs Sabilul Ulum Mayong :Jepara
Mata Pelajaran
:IPA Fisika
Kelas/Semester
:VII A/Gasal
Materi Pokok
:Pemuaian
Jumlah Peserta Didik
:33siswa Nomor Soal
No
Nama Siswa
Jmlh
Pencapaian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
(%)
Ket
1
A. Abdul Wakhid
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
2
Abdul Mustaqim
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
3
Abdul Wahap
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
6
60
Tuntas
4
Aji Nurman Said
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
5
Anis Hamdanah
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
6
60
Tuntas
6
Anisa Haniyah
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
6
60
Tuntas
7
Dian Utami
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
6
60
Tuntas
8
Endang Lestari
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
6
60
Tuntas
9
Farid Ridwan
1
1
1
1
0
0
1
0
0
0
5
50
Tidak Tuntas
10
Fiki Khusnia
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
7
70
Tuntas
11
Iin Safitri
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
6
60
Tuntas
12
Ika Ayu Zuliya Astuti
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
13
Imam Safi’i
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
6
60
Tuntas
14
Janatun Nikmah
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
8
80
Tuntas
15
Lalatus Sa’diyah
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
6
60
Tuntas
16
Leny Widya Astuti
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
17
Lia Novita
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
6
60
Tuntas
18
M. Khoirun Ni’am
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
7
70
Tuntas
19
M. Nurudh Dhulam F
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
5
50
Tidak Tuntas
20
Muh. Rifa’i
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
21
Muhammad Samsudin
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
5
50
Tidak Tuntas
22
Muhammad Thohiron
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
23
Muzarotul Fitriyah
1
0
1
0
0
1
1
1
0
1
6
60
Tuntas
24
Nihayatul Istiqomah
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
6
60
Tuntas
25
Niswatul Umah
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
26
Noor Riza Maftiyanah
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
27
Puji Astutik
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
6
60
Tuntas
28
Qisti Lizara Firdaus
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
29
Sahrul Fuat
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
6
60
Tuntas
30
Tuba Laili Nikmah
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
6
60
Tuntas
31
Wahyu Kurniawan
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
4
40
Tidak Tuntas
32
Zukita Amalia
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
6
60
Tuntas
33
Siti Aisyah
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
6
60
Tuntas
Jumlah
33
7
30
17
13
24
33
23
6
12
198
1980
29
Pencapaian (%)
87.88
Keterangan
Tuntas
Nilai terendah
:
40
Nilai tertinggi
:
80
Rata-rata
:
60.00
Persentase ketuntasan
:
87.88
∑ peserta didik tuntas belajar
∑ peserta Persentase =
× 100% didik
Lampiran 24 REKAPITULASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS II
Jenis Penilaian
: Kognitif
Satuan Pendidikan
: MTs Sabilul Ulum Mayong
Mata Pelajaran
: IPA Fisika
Kelas/Semester
: VII A/Gasal
Materi Pokok
: Pemuaian
Jumlah Siswa
: 33 siswa
Nomor Soal No
Nama Siswa
Jmlh
Pencapaian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Skor
(%)
Ket
1
A. Abdul Wakhid
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
6
60
Tuntas
2
Abdul Mustaqim
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
6
60
Tuntas
3
Abdul Wahap
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
4
Aji Nurman Said
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
5
Anis Hamdanah
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
8
80
Tuntas
6
Anisa Haniyah
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
7
70
Tuntas
7
Dian Utami
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
6
60
Tuntas
8
Endang Lestari
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
6
60
Tuntas
9
Farid Ridwan
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
6
60
Tuntas
10
Fiki Khusnia
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
7
70
Tuntas
11
Iin Safitri
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
8
80
Tuntas
12
Ika Ayu Zuliya Astuti
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
6
60
Tuntas
13
Imam Safi’i
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
6
60
Tuntas
14
Janatun Nikmah
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
7
70
Tuntas
15
Lalatus Sa’diyah
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
8
80
Tuntas
16
Leny Widya Astuti
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
7
70
Tuntas
17
Lia Novita
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
7
70
Tuntas
18
M. Khoirun Ni’am
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
6
60
Tuntas
19
M. Nurudh Dhulam F
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
20
Muh. Rifa’i
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
6
60
Tuntas
21
Muhammad Samsudin
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
22
Muhammad Thohiron
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
5
50
Tidak Tuntas
23
Muzarotul Fitriyah
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
8
80
Tuntas
24
Nihayatul Istiqomah
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
7
70
Tuntas
25
Niswatul Umah
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
7
70
Tuntas
26
Noor Riza Maftiyanah
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
9
90
Tuntas
27
Puji Astutik
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
8
80
Tuntas
28
Qisti Lizara Firdaus
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
5
50
Tidak Tuntas
29
Sahrul Fuat
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
7
70
Tuntas
30
Tuba Laili Nikmah
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
8
80
Tuntas
31
Wahyu Kurniawan
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
6
60
Tuntas
32
Zukita Amalia
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
7
70
Tuntas
33
Siti Aisyah
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
7
70
Tuntas
31
13
28
14
16
27
30
16
23
27
225
2250
31
Jumlah
Pencapaian(%)
68.18
Keterangan
Tuntas
Nilai terendah
:
50
Nilai tertinggi
:
90
Rata-rata
:
68.18
Persentase ketuntasan(%)
:
93.94
Persentase =
93.94
∑ peserta didik tuntas belajar
∑ peserta
×100% didik
Lampiran 25
Kriteria Penilaian Afektif
No 1.
Aspek yang dinilai Kehadiran tepat waktu
Kriteria penilaian Ø Peserta didik hadir tepat waktu
Poin 4
dalam mengikuti pelajaran ØPeserta didik terlambat 5 menit
3
dalam mengikuti pelajaran ØPeserta didik terlambat 10 menit
2
dalam mengikuti pelajaran ØPeserta didik terlambat masuk kelas
1
lebih dari satu kali
2.
Perhatian mengikuti pelajaran
ØPeserta didik mengikuti pelajaran
3
dari awal sampai akhir ØPeserta didik mengikuti pelajaran
2
dengan sesekali menoleh ke belakang di luar kepentingan pelajaran ØPeserta didik mengikuti pelajaran
1
dengan sesekali berbicara di luar kepentingan pelajaran 3.
Menghargai pendapat orang lain
Ø Peserta didik mendengarkan
4
pendapat orang lain dengan seksama Ø Peserta didik menoleh ke belakang
3
ketika ada yang berpendapat Ø Peserta didik berbicara sendiri
2
ketika ada yang berpendapat Ø Peserta didik mengejek pendapat teman
1
4.
Membawa buku pelajaran
Ø Peserta didik membawa buku
4
pelajaran Ø Peserta didik tidak membawa buku
3
pelajaran sebanyak satu kali Ø Peserta didik tidak membawa buku
2
pelajaran sebanyak dua kali Ø Peserta didik tidak membawa buku pelajaran lebih dari dua kali
1
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Kriteria Penilaian Psikomotorik
No
Aspek yang dinilai
1.
Kemampuan dalam
Kriteria penilaian Ø Peserta didik aktif dalam
menyimpulkan data hasil
menyimpulkan data hasil
kegiatan
kegiatan Ø Peserta didik aktif 75 %
Poin 4
3
dalam menyimpulkan data hasil kegiatan Ø Peserta didik aktif 50%
2
dalam menyimpulkan data hasil kegiatan Ø Peserta didik tidak pernah
1
aktif dalam menyimpulkan data hasil kegiatan 2.
Ketaatan terhadap peraturan permainan
Ø Peserta didik mematuhi
4
peraturan permainan Ø Peserta didik melanggar
3
peraturan satu kali Ø Peserta didik melanggar
2
peraturan sebanyak dua kali Ø Peserta didik melanggar
1
peraturan lebih dari dua kali 3.
Kecepatan menjawab pertanyaan
Ø Peserta didik menjawab
4
pertanyaan sebelum tanda waktu berbunyi Ø Peserta didik menjawab pertanyaan ketika tanda
3
waktu telah berbunyi dan jawaban benar Ø Peserta didik menjawab
2
pertanyaan ketika tanda waktu telah berbunyi dan jawaban pertanyaan salah Ø Peserta didik tidak
1
menjawab pertanyaan sampai waktu telah usai 4.
Keaktifan dalam menyelesaikan soal
Ø Peserta didik aktif dalam
4
menyelesaikan soal Ø Peserta didik aktif 75 %
3
dalam menyelesaikan soal Ø Peserta didik aktif 50%
2
dalam menyelesaikan soal Ø Peserta didik tidak pernah aktif dalam menyelesaikan soal
1
Lampiran 29
lampiran 30
Lampiran 31 Dokumentasi Saat Proses Belajar Mengajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dengan Permainan Destinasi
Gambar 1. Peserta didik melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing
Gambar 2. Peserta didik mengamati percobaan
Gambar 3. Peneliti membantu menyiapkan alat-alat untuk demonstrasi
Gambar 4. Peserta didik mendiskusikan kartu soal permainan warna biru
Gambar 5. Peserta didik menjalankan biji pada permainan dengan papan destinasi
Gambar 6. Peserta didik antusias mengocok dadu dalam permainan destinasi
Gambar 7. Peserta didik mendiskusikan soal dengan kelompok
Gambar 8. Peserta didik menjalankan biji pada permainan destinasi
Gambar 9. Peserta didik membaca kartu soal pada permainan destinasi
Gambar 10. Peserta didik membaca kartu soal pada permainan destinasi
Gambar 11. Peserta didik menjalankan biji pada permainan destinasi
Gambar 12. Peserta didik menjalankan biji pada permainan destinasi
Gambar 13. Peneliti mengamati jalannya permainan papan destinasi
Gambar 14. Peneliti mengamati peserta didik dalam permainan destinasi