PERBEDAAN TINGKAT RELIGIUSITAS MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI TRAINING ESQ (EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT) (Study Kasus Terhadap Training ESQ 165 Bagi Mahasiswa Angkatan 12 DIY)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Disusun Oleh: Wildatus Sofiah 04410711
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009
i
SURATPERNYATAANKEASLIAN
Yss b.rtandat nga dlbaFd id :
NIM
0 4 4 1 0 7ll Pddidikd Agda lstu
nenyar*e d.nea s6hsigrnnF batM dald staiFi er? ini (ndak ied.Dat k&ra y&g dirjutan uruk eeDpsoleh Ccle kodjetu dr sutu kepagme lir88i dd skipsi sayaini) adatahsli nsil L,rra atauperct,tih eya qdin d4 buko plagiai d&i bait kary! orag lain.
Yqyakarta, 05 Jan@i 2OO9
c.
F
VildatusSoIish NIM,04410711
Llnive6ilos som Neger sunonio ijogo
FM-UTNSK-Bt4-06-01/RO
SURATPERSETUJUANSKRIPSI/TUCASAKHTR
Yth. Dekm Falulrs Ttubiyri UIN Sum KaUjasayo$/adada ,lstatanu alaikuh w. *b setelah henbaca, nencliri, mdbciika nengadake perbaikan sepqlmy4 ma(a tei
Nada : WildatusSofiat NrM : o44lo7ll JudulSkripsi : TERBEDAAN
petujuk dan nensoretsi scr.a selala penbihbinc be,?endapal
TINGKAT RELICruIITAS SEBELUM DAN SESUDA]I
MENGIKUT1 TRAINING ESQ @MOTIONAL SPIRITU.1L gu)nEltT) (Study K6us Tqhadap Tninirg ESe 165Bagi Malasissa tuCnah 12DI! su&l dapatdiajukan kepadaFakultd Tabiya! Jufum pddrd*o Aeoa tsld UN SNe Kalijaga yogy.ka,ra sbasai salal satusyml mnk nhpemteh Cela Sdjana SftataSatuddm petulidike Islm. Dens& ini kmi magheap agd skJilsi/rlss akxr saudai le6cbut di at,s dalat sesc6 disunaqsyahkln. ,416 le.haritunya k@i ucapke r€rina t6ih. ,,assalan, alaikah Wr. Wb.
Yo$d€t4
16De*ober 2l)O8
I
lh^ '|
'
ub**r#@
€
untergrt khn NegedsunanKalhc!
FM-UINSK-BM.O5-07lRO
PENGESAI{ANSKRIPSYIUGASAKHIR Nomor: UIN.2/DT,?p.01 1/OIZ2O09
skipsi/TugasAthir dengmjudut : IERBDDAANTINGKATRELICruSITASMAIIASISWA SEBELUMDAN SESUDAIIMENCIKUTI TI{AININGESQ(EMOTIONALSPILITUAI.SAOTIEND ,. (study r(!$s r.rhad,pTrliring ESe r6s b,si Mnhrsisrvo Anskatm12DIr4 Ymg dileBiapke de itisusunoleh: : WILDATUS SOIIAH NIM
| 0 4 4 l0 t ll
Tcldldinurdq6r€H(dnp3da HanSettu,.qngeat rJ Janr,.i ll)O.
:B+ Dandinyatakelelai diroiha otenFahlls TarbiyanUN Sunu Kaljoga, T I M M UNA Q A S Y A I I :
ry" /.
Hj. R. Um NIP,t502173t1
NIP.150268?98
I t . 1 5 0 2 89 5 8 2
ft lx
:?r"* r€z lP t50240s26
HALAMAN MOTTO
⎯tΒ z>%s{ ô‰s%uρ ∩®∪ $yγ8©.y— ⎯tΒ yxn=øùr& ô‰s% ∩∇∪ $yγ1uθø)s?uρ $yδu‘θègé $yγyϑoλù;r'sù ∩⊇⊃∪ $yγ9¢™yŠ Artinya: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, (Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2005), hal. 595.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan Untuk: Almamater tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
vi
ABSTRAKSI Wildatus Sofiah. Perbedaan Tingkat Religiusitas Mahasiswa Sebelum Dan Sesudah mengikuti Training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) (Study Kasus Terhadap Training ESQ 165 Bagi Mahasiswa Angkatan 12 DIY), 2008. Latar belakang masalah penelitian ini adalah bahwa idealnya pendidikan agama Islam harus mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan yang mampu diterapkan dalam kehidupan secara integratif. Akan tetapi ada beberapa kritik yang dialamatkan pada proses pelaksanaan pendidikan agama islam bahwa selama ini proses pendidikan agama islam cenderung hanya menekankan proses alih pengetahuan, padahal seharusnya pelaksanaan pendidikan islam perlu menekankan pada proses alih nilai, sehingga hasil yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Di tengah-tengah permasalahan tersebut, muncul sebuah training yang bertujuan mengubah paradigma seseorang tentang agama dan tuhan dengan menggunakan pendekatan emosional dan spiritual, yakni training ESQ 165. Hasil dari penelitian ini cukup menakjubkan. Akan tetapi perlu adanya data ilmiah yang menyatakan hal tersebut. Oleh karena itu penelitian dengan tema ini perlu diadakan dan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan religiusitas mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ 165 angkatan 12 Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah peserta training ESQ 165 tingkat mahasiswa angkatan 12 DIY sebanyak 139 peserta. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (Random sampling), dari 139 peserta dipilih 20 peserta sebagai sampel dengan cara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket, observasi, interview, dan dokumentasi. Analisis instrumen meliputi analisis validitas dan realibilitas. Hasil analisis validitas angket menunjukan dari 64 butir angket terdapat 46 butir terbukti valid, sedangkan 18 butir lainnya gugur. Sedangkan hasil analisis reliabilitas angket menunjukan koefisien sebesar 0,9536 dan dinyatakan sangat reliabel. Analisis data yang digunakan adalah analisis komparasi uji “t”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) religiusitas mahasiswa sebelum mengikuti training ESQ 165 angkatan 12 DIY yaitu dengan rata-rata nilai 151,7. Hal ini berarti bahwa secara mayoritas religiusitas mahasiswa sebelum training ESQ masuk dalam tingkatan Sedang, 2) religiusitas mahasiswa setelah mengikuti training ESQ 165 angkatan 12 DIY yaitu dengan rata-rata nilai 185,5. Hal ini berarti bahwa secara mayoritas religiusitas mahasiswa setelah training ESQ masuk dalam tingkatan Tinggi. 3) Hasil analisis tentang perbedaan religiusitas mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ angkatan 12 Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan menggunakan analisis komparasi uji “t” diperoleh harga “ t o ” sebesar 13,58 dan t tabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,09 sedangkan pada taraf signifikansi 1 % t t diperoleh sebesar 2,86. Maka interpretasinya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara religiusitas mahasiswa sebelum mengikuti training ESQ dengan religiusitas mahasiswa setelah mengikuti training ESQ. vii
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ اﺷﻬﺪ ان ﻻ اﻟﻪ اﻻ اﷲ و اﺷﻬﺪ.اﻟﺤﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ وﺑﻪ ﻧﺴﺘﻌﻴﻦ ﻋﻠﻰ اﻡﻮراﻟﺪﻧﻴﺎ و اﻟﺪیﻦ اﻡﺎ ﺑﻌﺪ, اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ و ﺱﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻡﺤﻤﺪ و ﻋﻠﻰ اﻟﻪ و ﺻﺤﺒﻪ اﺟﻤﻌﻴﻦ.ان ﻡﺤﻤﺪا رﺱﻮل اﷲ Dengan nama Allah, puji syukur penulis haturkan kepada-Nya yang telah menganugerahkan kekuatan lahir dan batin sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. Tanpa kekuatan dari-Nya tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada sang revolusioner, motivator, peletak dasar dan pembawa peradaban dunia yang humanis, nabi Muhammad SAW. Dan terlimpahkan pula kepada para famili dan sahabat Beliau semuanya. Amin. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat tersusun sedemikian rupa tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang baik secara langsung maupun tidak langsung, turut berjasa dalam menyelesaikan skripsi ini. Mereka adalah: 1. Bapak Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Drs. Nur Munajat, M.Si, selaku Penasihat Akademik (PA), yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis selama studi. 4. Ibu R. Umi Baroroh, S. Ag, M. Ag, selaku pembimbing yang telah banyak mencurahkan waktu, perhatian dan keikhlasan dalam mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah banyak memberikan sumbangsih keilmuan kepada penulis selama masa studi ini.
viii
6. Bapak Kepala dan bagian Marketing PP ESQ DIY dan sekitarnya dan seluruh pihak PP ESQ DIY dan sekitarnya. 7. Bapakku (Dja’far) dan Bunda (Halimah) tercinta terimakasih atas doa, dorongan serta kasih sayang yang tidak terkira. dan kakakku Saifullah serta adikku Hafidh Ansori, terima kasih atas motivasi dan doanya. 8. Sahabat-sahabatku (mb Mirna, Kak Fahmi, Ida, Zahro, kak Rajab, Tanti, Iis ne2k, Yuli, Fuad, kak Afif, Ismul) dan keluarga besar LP2KIS Yogyakarta yang telah mengajariku banyak hal, thank’s for all. 9. Teman-teman PAI 4 angkatan ’04, PPL I&II, KKN (relawan), semoga proses kita tetap positif. 10. Semua pihak yang telah membantu proses jalannya skripsi yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semua. Pada Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan konstribusi keilmuan kepada semua pihak khususnya bagi para praktisi pendidikan.Amin. Yogyakarta, 16 Desember 2008 Penulis
Wildatus Sofiah NIM. 04410711
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................... ii HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN. ........................................................................ iv HALAMAN MOTTO...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAKSI ................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 6 D. Kajian Pustaka ......................................................................... 7 E. Hipotesis Penelitian ................................................................. 24 F. Metode Penelitian .................................................................... 24 G. Sistematika Pembahasan.......................................................... 38
BAB II
GAMBARAN UMUM PP ESQ 165 DIY.................................... 40 A. Letak Geografis........................................................................ 40 B. Sejarah Singkat PP ESQ 165 ................................................... 40 C. Visi Misi dan Tujuan Berdiri ................................................... 43 D. Struktur Organisasi. ................................................................. 44 E. Keadaan Trainer, Karyawan dan Perkembangan Peserta. ....... 56 F. Keadaan Sarana dan Prasarana ................................................ 48 G. Gambaran Umum Pelaksanaan Training ESQ 165…………… 50
BAB III
Religiusitas Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Training ESQ 165 angkatan 12 DIY ....................................... 53
x
A. Religiusitas Remaja Sebelum Mengikuti Training The ESQ Way 165 .......................................................................... 53 B. Religiusitas Remaja Setelah mengikuti Training The ESQ Way 165 .......................................................................... 57 C. Analisis Perbedaan tingkat Religiusitas Sebelum dan Sesudah Mengikuti Training ESQ 165..................................................... 61 D. Analisis Hasil Penelitian .......................................................... 68
BAB IV
PENUTUP .................................................................................... 74 A. Kesimpulan .............................................................................. 74 B. Saran ........................................................................................ 75 C. Kata Penutup ........................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN. ........................................................................... 80
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kisi-kisi Angket Religiusitas .......................................................... 27 Tabel 2 : Hasil Validasi Angket Religiusitas ................................................. 30 Tabel 3 : Tingkat Reliabilitas berdasarkan Nilai Alpha.................................. 32 Tabel 4 : Sarana dan Prasarana sekretariat PP ESQ DIY .............................. 48 Tabel 5 : Hasil Sekor Angket Religiusitas Mahasiswa Sebelum Training ESQ ................................................................................... 55 Tabel 6 : Kategori Tingkat Religiusitas Mahasiswa sebelum Training ESQ 165.....................................................................56 Tabel 7 : Hasil Sekor Angket Religiusitas Mahasiswa setelah Training ESQ .................................................................................... 58 Tabel 8 : Kategori Tingkat Religiusitas Mahasiswa setelah Training ESQ 165.....................................................................60 Tabel 9 : Sekor Perbedaan Religiusitas Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Training ESQ .................................................................................... 61
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Pedoman Pengumpulan Data. ................................................. 80
Lampiran II : Angket Religiusitas Mahasiswa............................................... 82 Lampiran III : Uji Validitas Angket religiusitas. .......................................... 87 Lampiran IV : Uji Reliabilitas Angket religiusitas. ........................................ 92 Lampiran V : Uji t angket Religiusitas .......................................................... 93 Lampiran VI : Bukti Seminar Proposal. ......................................................... 94 Lampiran VII : Surat Penunjukkan Pembimbing........................................... 95 Lampiran VIII : Kartu Bimbingan Skripsi...................................................... 96 Lampiran IX : Surat Ijin Penelitian................................................................. 97 Lampiran X : Surat Perubahan Judul .............................................................. 98 Lampiran XI : Daftar Riwayat Hidup Penulis. ................................................ 99
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu itu lebih tinggi dari pada manusia1. Proses hubungan manusia yang berupa tindakan keagamaan diawali oleh adanya rasa keberagamaan terhadap apa yang diyakininya. Rasa keberagamaan - yang dalam definisi ini menggunakan istilah rasa agama - dapat diartikan sebagai pengalaman batin dari seseorang ketika dia merasakan adanya Tuhan. Khususnya bila efek dari pengalaman itu terbukti dalam bentuk perilaku, yaitu ketika dia secara aktif berusaha menyesuaikan hidupnya dengan Tuhan.2 Hal ini berarti bahwa rasa keberagamaan bukan hanya sebatas doktrin keagamaan yang bersifat materi, hafalan dan ritual keagamaan. Rasa keberagamaan adalah pengalaman batin yang mengkristal dalam diri seseorang. Sebagai sebuah kristal nilai, rasa keberagamaan sangat berpengaruh terhadap bentuk persepsi, sikap serta perilaku individu, baik dalam bentuk yang dapat dikategorikan sebagai sikap dan perilaku religius maupun yang non religius. Rasa keberagamaan tidak muncul atau ada begitu saja, ia berupa pengalaman batin yang telah mengkristal, oleh karena itu keberadaannya
1
Zakiah Darajdat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005), hal. 160
2
Susilaningsih, Penelitian Agama Pendekatan Psikologi, Makalah Diskusi Ilmiah, hal. 02
1
membutuhkan proses yang berkesinambungan dan kontinyu. Salah satu wahana untuk melaksanakan proses pengembangan potensi rasa keberagamaan dalam diri seseorang adalah pendidikan, khususnya pendidikan agama. Oleh karena itu, seyogyanya pendidikan agama harus mampu memberikan
pengalaman-pengalaman
keagamaan,
bukan
hanya
sebatas
pemahaman doktrin keagamaan, namun lebih dalam pendidikan agama harus mampu menyentuh aspek spiritualitas terdalam dalam diri manusia. Hal ini bertolak belakang dengan proses pelaksanaan pendidikan Islam selama ini. Salah satu kritik yang sering dialamatkan kepada Pendidikan Islam sebagai suatu proses ialah bahwa pelaksanaan Pendidikan Islam cenderung hanya menekankan proses alih pengetahuan (transfer of knowledge), terutama pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah-sekolah dan madrasah. Padahal seharusnya pelaksanaan pendidikan Islam perlu lebih menekankan pada proses alih nilai (transfer of value).3 Atau lebih idealnya pelaksanaan pendidikan Islam harus merupakan proses alih pengetahuan dan proses alih nilai sekaligus. Dampak dari masalah tersebut, muncul orang-orang yang pandai dalam hal ajaran-ajaran agama, tetapi tidak mampu mengaplikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan. Misalnya, terdapat pendidik yang melakukan tindak kekerasan dalam pembelajaran, berikut contoh nyata yang muncul dari masalah tersebut:
3
Ahmad Watik Praktiknya, “Identifikasi Masalah Pendidikan Agama Islam di Indonesia” dalam Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan Fakta, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), hal. 99
2
Seorang guru agama Islam sekolah dasar di Batam telah menghukum seorang muridnya dengan cara sadis. Sang guru memerintahkan semua teman sekelasnya yang berjumlah 30 orang untuk memukuli seorang murid itu hanya karena lupa membawa buku pelajarannya. Gila sekaligus menyayat hati!! Betapa menyedihkan seorang anak yang kemampuan fisiknya sangat lemah dipukuli puluhan tangan. Walhasil, sang anak terpaksa dibawa ke rumah sakit dengan memar di sekujur tubuh dan wajah.4 Fenomena ini terjadi karena banyak hal. Salah satunya adalah karena selama ini proses penanaman nilai-nilai agama hanya mengarah pada aspek IQ peserta didik tanpa mampu menyelami aspek-aspek emosional (perasaan) dan aspek spiritual (hati) peserta didik. Sehingga nilai-nilai keagamaan tidak mampu masuk ke dalam hati seseorang menjadi sebuah suara hati (kristal nilai). Ary Ginanjar dalam bukunya ESQ (Emotional Spiritual Quotient) The Way 165 mengungkapkan: Pendidikan agama yang semestinya dapat diandalkan dan diharapkan mampu memberi solusi bagi permasalahan hidup saat ini, ternyata lebih diarti-pahami sebagai ajaran “fiqih”, tidak dipahami dan dimaknai secara lebih dalam. Ia melulu hanya pendekatan ritual, simbol-simbol serta pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat. Saya masih ingat, ketika saya duduk di bangku sekolah dasar dulu, rukun iman dan rukun islam diajarkan kepada saya dengan cara yang sangat sederhana, hanyalah sebentuk hafalan di otak kiri, tanpa dipahami maknanya. Padahal justru dari sanalah pembentukan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang begitu menakjubkan itu bermula.5 Dari sinilah, Ary Ginanjar Agustian kemudian membangun Training ESQ Leadership Center. Training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) merupakan salah satu metode merubah paradigma seseorang tentang Tuhan dan
4
Permalink, Anak-Anak Batam: Agama Adalah Kekerasan, www. Google.com, 2005.
5
Ary Ginanjar Agustian, ESQ 165: 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga, 2001), hal. 40
3
Agama secara cepat dengan menggunakan pendekatan emosional spiritual.6 Training ESQ sendiri adalah training kepemimpinan dan pengembangan kepribadian dengan tujuan membentuk karakter tangguh dan memadukan konsep Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ) secara terintegrasi dan transendental. Hasil dari Training ini cukup menakjubkan. Berikut pengakuan dari seorang alumnus ESQ 165 Surabaya yang bernama Muhammad Syarif: Usiaku memang baru 19 tahun. Tetapi, separuh hidupku kuhabiskan dengan maksiat. Semua catatan hitamku dimulai ketika aku masuk ke sebuah pesantren, 1999. Jujur saja, ini keinginan papa dan mama. Awalnya, aku sangat kesepian. Hatiku yang sedih sedikit terobati ketika aku bertemu dengan teman-teman baru,. Kami membentuk kelompok kecil yang terdiri dari tujuh orang. Kegiatan yang kami lakukan bermacam-macam. Pelan-pelan, kegiatan kami mulai berubah. Kami berencana untuk merokok. Lalu, meningkat mencoba minuman keras. Merokok dan minum menjadi biasa. Kami butuh yang lebih menantang. Lalu kami berencana kabur dari asrama. Sekali, dua kali, kami kabur di hari Sabtu. Kemudian, kami melakukan hal yang lebih gila. Kami mengumpulkan uang jajan untuk kabur dari asrama seminggu. Pada hari yang ditentukan, kami pun kabur. Rasanya seperti terbebas dari penjara. Kami bersuka ria dan melakukan segala sesuatu yang kami inginkan. Di tengah kegembiraan itu, musibah datang. Salah satu temanku tertabrak kopaja. Aku sangat bingung. Kami bekerja sama untuk mengumpulkan uang bagi temenku itu agar bisa dibawa ke rumah sakit. Aku mengamen, memintaminta, menguras seluruh isi tabungan, dan melakukan segala hal. Tidak terasa, kami sudah meninggalkan asrama selama tiga minggu. Seorang teman masih mendapatkan kiriman dari orang tuanya. Uang itulah yang kami gunakan untuk membiayai pengobatan, dan bertahan hidup. Kejadian itu membuat orang tua dan sekolahku kebingungan mencari kami. Setelah sama sekali tidak punya uang, aku menghubungi keluarga. Aku menerima pil pahit atas perbuatanku, dipisahkan dari sekolah dan teman-teman.
6
Disampaikan oleh salah satu Trainer ESQ LC (Reggy Latif) pada acara open house ESQ 165 di fakultas sains dan teknologi UIN Sunan Kalijaga yogyakarta pada tanggal 06 Desember 2007.
4
Aku dipindahkan ke Lab School di Malang, 2002. Ternyata, keadaanku justru semakin parah. Di situ aku mulai mengenal narkoba. Yang lebih parah, umumnya teman-temanku adalah pemakai aktif. Kami sering berpesta di tempat kos. Uang tabungan ludes untuk itu. Sekolahku makin berantakan. Hubungan dengan Tuhan pun makin jauh. Tahun 2003, aku kembali dipindahkan ke surabaya, ke SMU al Falah. Aku tinggal bersama nenek di Ampel. Lepas dari narkoba, aku terlena dalam kehidupan malam. Bergaul bersama teman, dari satu pub ke pub yang lain. Ya Allah, sebenarnya malu sekali aku mengenang itu. Ilmu yang aku dapat dari pesantren dan orang tua, sama sekali tidak berbekas. April 2005, papa mendaftarkanku ikut Training ESQ. Mungkin baginya inilah jalan terakhir untuk menyadarkan aku kembali, setelah segala macam cara tidak berhasil. Di hari pertama, aku sudah tersungkur. Training itu sangat berbeda, dan sangat memberikan inspirasi. Sadar atau tidak, aku menjadi merasa kecil dan takut atas perbuatan yang telah aku lakukan. Setelah training, aku langsung menyambangi orang tuaku dan meminta maaf. Hatiku berikrar untuk tetap menjaga hidayah ini, dan berubah hidup. Allah telah memberi jalan padaku. Hanya orang bodoh yang tidak memanfaatkan kesempatan ini. Aku tidak mau mengulangi kesalahan lagi. Sudah cukup banyak dosa yang aku buat.7 Melihat konsep dan tujuan yang diusung oleh Training ESQ 165 dan pengakuan dari salah satu alumni training ESQ, maka harusnya training ESQ 165 mampu menjadi salah satu faktor yang mendukung terhadap peningkatan religiusitas seseorang, terutama dalam hal ini mahasiswa. Mahasiswa merupakan masa awal usia dewasa, masa dimana seseorang mulai menetapkan pola hidup yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhannya8. Oleh karena itu, biasanya usia mahasiswa – usia awal dewasa– merupakan masa mencari pola hidup mana yang akan diyakini dan dipegang selama hidupnya. Training ESQ 165 sebagai training pengembangan kepribadian dengan penggabungan tiga kecerdasan yakni
7
Muhammad Syarif, “Kembali dari Pergaulan Bebas”, dalam Majalah NEBULA , Kembali Fitri, (Jakarta: PT Arga Tilanta, No. 23 / tahun II/2006), hal. 56. 8
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, penerjemah: Istiwidayanti dan Soedjarwo, (Jakarta: Erlangga), hal: 203
5
IQ, EQ dan SQ merupakan salah satu media yang bisa membantu mahasiswa dalam menetapkan pola hidup, termasuk kehidupan keagamaan yang akan dipilihnya.
Sebagai
factor
pendukung,
tentunya
Training
ESQ
harus
menimbulkan efek tersendiri bagi religiusitas mahasiswa yang itu bisa terlihat dari perbedaan tingkat religiusitas antara sebelum dan sesudah ikut training ESQ 165. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema “Perbedaan Tingkat Religiusitas Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) (Studi Kasus terhadap Training ESQ 165 bagi Mahasiswa angkatan 12 DIY)”. dan harapannya, jawaban atau hasil dari penelitian ini dapat menjawab permasalahan Pendidikan Agama Islam selama ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat religiusitas peserta sebelum mengikuti Training ESQ 165 2. Bagaimana tingkat religiusitas peserta sesudah mengikuti Training ESQ 165? 3. Seberapa besar perbedaan tingkat religiusitas peserta sebelum dan sesudah mengikuti Training ESQ 165? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui tingkat religiusitas peserta sebelum mengikuti Training ESQ 165. b. Untuk mengetahui tingkat religiusitas peserta setelah mengikuti Training ESQ 165.
6
c. Untuk mendeskripsikan seberapa besar perbedaan religiusitas peserta yang telah ditimbulkan oleh Training ESQ 165. 2. Kegunaan Penelitian a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi khasanah keilmuan dalam upaya penanaman nilai-nilai keagamaan dalam Pendidikan Agama Islam secara umum. b. Dapat dijadikan masukan kepada seluruh pihak yang terkait dengan proses pelaksanaan Training ESQ 165 untuk lebih meningkatkan kualitas training ESQ 165. c. Dapat dijadikan masukan terhadap seluruh pihak praktisi pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam untuk lebih meningkatkan kualitas metode
penanaman
nilai-nilai
keagamaan
guna
kemajuan
dan
perkembangan di masa yang akan datang. D. Kajian Pustaka 1. Telaah Hasil Penelitian yang Relevan Sejauh pengamatan penulis, skripsi yang membahas masalah ini belum ada. Adapun penelitian yang relevan dengan skripsi ini adalah sebagai berikut: Skripsi yang ditulis oleh Mustopa yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Religiusitas Siswa di MAN Terpursari Ngawi”. Dalam skripsi hanya menelaah satu bentuk kecerdasan saja, yakni
7
kecerdasan emosional yang kemudian dianalisis tentang hubungannya dengan religiusitas siswa. Dan Kesimpulan dari skripsi ini mengatakan bahwa “hasil analisis korelasi membuktikan bahwa antara tingkat kecerdasan emosional siswa dengan tingkat religiusitas siswa terdapat hubungan positif satu arah yang signifikan”.9 Skripsi yang ditulis oleh Asnawi Rosyidi yang berjudul “Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ) sebagai Paradigma Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam (kajian buku: ESQ karya Ary Ginanjar Agustian)”. Penelitian ini merupakan Study deskriptif tentang buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ) berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam” sebagai paradigma untuk pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam. Skripsi ini memaparkan konsep ESQ dan pengembangannya pada kurikulum Pendidikan Agama Islam secara konseptual. Dilihat dari tema yang ada, tampak jelas adanya relevansi skripsi ini dengan tema penelitian yang diangkat oleh penulis, akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu skripsi ini tidak membahas tentang perbedaan tingkat religiusitas Mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ sebagai bentuk implementasi dari teori tentang ESQ yang dicetuskan oleh Ary Ginanjar Agustian. Akan tetapi sampai saat ini penulis belum menemukan skripsi tersebut.
9
Mustopa, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Religiusitas Siswa Di MAN Terpursari Ngawi, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003, hal. 63
8
Skripsi yang ditulis oleh Anita Widiyastuti yang berjudul “Peranan Orang Tua dalam Mencerdaskan Emosi dan Spiritual (ESQ) Anak dalam Perspektif Islam”. skripsi ini merupakan jenis penelitian pustaka (library reseach). Di dalamnya menjelaskan banyak hal, diantaranya: a) konsep ESQ, b) perkembangan emosi anak, c) pentingnya peranan orang tua dalam mendidik ESQ pada anak, dan d) cara-cara orang tua dalam mendidik ESQ dalam pandangan islam, yang salah satunya dengan pendekatan psikologis, memberi teladan yang baik dan memberikan nafkah yang halal dan baik.10 Skripsi
yang
ditulis
oleh
Eka
Sri
Astuti
yang
berjudul
“Mengembangkan Kecerdasan dan Spiritual (ESQ) remaja dalam Keluarga (Perspektif Pendidikan Islam)”. Skripsi ini juga termasuk jenis penelitian pustaka, di dalamnya menjelaskan dua poin inti yakni: a) spiritualitas remaja, b) macam-macam pola asuh dalam keluarga. Skripsi ini memuat beberapa kesimpulan yang diantaranya: tipe pola asuh yang dapat mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) remaja berdasarkan perspektif pendidikan islam yaitu pola asuh otoriter, dan untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual remaja yaitu melalui shalat puasa.11 Skripsi yang ditulis oleh Nafis Wiqoyatin yang berjudul “Urgensi Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) dalam Pendidikan Akhlak Remaja”.
10
Anita Widyastuti, Peranan Orang Tua dalam Mendidik Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Anak dalam Perspektif Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002, hal. 103-104 11
Eka Sri Astuti, Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ) Remaja dalam Keluarga (Perspektif Pendidikan Islam), Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003, hal. 107.
9
Skripsi ini juga merupakan jenis penelitian pustaka. Penelitian ini menelaah tentang konsep ESQ dalam pendidikan Islam dan dan urgensinya bagi akhlak remaja. Hasilnya menunjukkan bahwa urgensi ESQ dalam pendidikan akhlak yaitu memberi kontribusi dalam mengembalikan fungsinya sebagai tempat sosialisasi dan pembudayaan peserta didik serta mengembangkan kemampuan intelektual, emosi dan spiritualnya untuk mempersiapkan mereka dalam merespon dan memecahkan masalah-masalah dirinya sendiri maupun orang lain.12 Dari skripsi atau penelitian yang ditemukan oleh penulis dan yang fokus kepada pembahasan ESQ, secara keseluruhan merupakan kajian pustaka. Sedangkan penelitian ini mencoba menelaah pengaruh ESQ terhadap religiusitas mahasiswa ketika diimplementasikan dalam bentuk sebuah Training (pelatihan) khusus yang dicetuskan oleh Ary Ginanjar Agustian. Dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan kepada pengaruh keberadaan training ESQ yang menggunakan pendekatan dua kecerdasan sekaligus yakni kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap religiusitas mahasiswa yang hal tersebut terlihat dari nilai perbedaan tingkat religiusitas sebelum dan sesudah mengikuti training The ESQ way 165.
12
Nafis Wiqoyatin, Urgensi Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) dalam Pendidikan Akhlak Remaja, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005, hal. viii
10
2. Landasan Teori a. Religiusitas / Rasa keberagamaan Istilah religiusitas (Religionsity) berasal dari bahasa inggris ‘religion” yang berarti agama, kemudian menjadi kata sifat “religions” yang berarti agamis atau saleh.13 Henkten Nopel mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan, tingkah laku keagamaan.14 Begitu juga Muhaimin menjelaskan religiusitas (kata sifat: religius) tidak identik dengan agama, mestinya orang yang beragama itu adalah sekaligus orang yang religius juga, yaitu menaati ajaran agamanya.15 Keberagamaan atau religiusitas lebih melihat aspek di dalam lubuk hati nurani pribadi, sikap personal yang misterius karena menapaskan intimitas jiwa, etika rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam si pribadi manusia. Dan karena itu, pada dasarnya religiusitas mangatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak formal dan resmi.16 Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama menjelaskan bahwa:
13
John M Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1995),
14
Henkten Nopel, Kamus Teologi Inggris Indonesia, (Jakarta: Gunung Mulia, 1994), hal.
hal. 476. 268. 15
Muhaimin, Peradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Mahasiswa Rosdakarya, 2002), hal. 287 16
Ibid, hal. 287.
11
Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama. Jadi kematangan beragama terlihat kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia menganut suatu agama karena menurut keyakinannya, agama tersebutlah yang baik. Karena itu ia berusaha menjadi penganut yang baik. Keyakinan itu ditampilkannya dalam sikap dan tingkah laku keagamaan yang mencerminkan ketaatan terhadap agamanya.17 Religiusitas menunjuk kepada komitmen beragama seseorang. Menurut Djohar karena religiusitas individu merupakan karakteristik pribadi, maka perwujudan dalam diri seseorang paralel dengan proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian orang yang bersangkutan.18 Sebagai bagian dari karakteristik pribadi, Profile of Religious Structure dengan sendiri akan menggambarkan personalitas seseorang sebagai internalisasi nilai-nilai religiusitas secara utuh, yang diperoleh dari hasil-hasil sosialisasi nilai-nilai religius di sepanjang kehidupannya. Dengan demikian, kalau seseorang itu religius semestinya personalitas dan kepribadiannya menggambarkan bangunan integral dari dirinya, yang akan nampak pada wawasan, motivasi, cara berfikir, sikap perilaku maupun tingkat kepuasan pada dirinya yang merupakan hasil dari organisasi sistem psiko-fisiknya.19
17
Jalaluddin, Psikologi Agama,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 206.
18
Djohar, “Profil Religiusitas Sosial dalam Pendidikan Islam”, dalam M. Anies et al. (eds), Rekonstuksi Pendidikan dan Tradisi Pesantren: Religiusitas Iptek, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 27 19
Ibid, hal. 27-28.
12
Religiusitas yang telah terinternalisasi dalam jiwa seseorang berproses menjadi sebuah kristal nilai. Sebagai kristal nilai, rasa keagamaan sangat berpengaruh terhadap bentuk persepsi, sikap serta perilaku individu, baik yang dapat dikategorikan sebagai sikap dan perilaku religius maupun yang bukan religius.20 Rasa keagamaan merupakan kondisi internal manusia. Untuk menelaah kondisi internal tersebut, dapat dilihat dari ekspresi dalam bentuk perilaku sebagai indikatornya. Dan karena kondisi internal tersebut bersifat komplek, maka untuk mengurainya para psikolog agama membuat diskripsi-diskripsi yang oleh Deconchy disebut psikografi. Psikografi
rasa
keagamaan
yang
banyak
digunakan,
dikembangkan dari teori Glock tentang Dimensions Of Religions Commitment.
Sebagaimana
dikutip
oleh
Susilaningsih,
Glock
menyebutkan adanya lima macam dimensi komitmen keberagaman, yaitu: Ritualistic, Idiological, Experiential, Intellectual dan Consequential. Verbit setuju dengan konsep lima dimensi komitmen keberagaman tersebut, tetapi menurut dia harus ditambah satu dimensi lagi yaitu dimensi Community. Verbit juga menyebutkan dimensi-dimensi itu dengan istilah agak berbeda, yaitu: Doctrine, Ritual, Emotion, Knowledge, Ethics dan Community.21
20
Susilaningsih, Penelitian Agama, hal. 1
21
Ibid, hal. 2-3
13
Rumusan
tentang
dimensi-dimensi
keberagamaan
di
atas,
mempunyai kesesuaian dengan Islam. Dimensi ideological (keyakinan) dapat disejajarkan dengan akidah. Dimensi ritualistik (praktik) agama disejajarkan dengan syariah. Dan dimensi consequential (pengamalan) dapat disejajarkan dengan akhlak.22 Secara rinci dimensi-dimensi rasa keagamaan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Doctrine (Dimensi Keyakinan) Dimensi
rasa
percaya
mengukur
seberapa
jauh
seseorang
mempercayai doktrin-doktrin agamanya, misal tentang keberadaan dan sifat-sifat Tuhan, ajaran-ajaranNya dan takdirNya.23 Dalam Islam dimensi rasa percaya ini masuk dalam kategori mengukur 6 rukun Iman. 2) Ritual (Dimensi Peribadatan) Dimensi
peribadatan
mengukur
seberapa
jauh
seseorang
melaksanakan kewajiban peribadatan agamanya.24 Khusus untuk pengukuran dimensi ritual bagi muslim dapat difokuskan pada pelaksanaan 5 rukun Islam.
22
Djamaluddin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami; Solusi Islam atas Problemproblem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. VI, 2005), Hal. 80-81 23 24
Susilaningsih, Penelitian Agama, hal. 3 Ibid.
14
3) Emotions (the Experiental/ emotion commitment) Dimensi perasaan mengukur seberapa dalam rasa kebertuhanan seseorang. Dimensi ini mengukur kedekatan seseorang dengan Tuhan.25 Dalam Islam, dimensi ini disebut Ihsan (perasaan dekat dengan Tuhan). Pengukuran dimensi perasaan dapat dilaksanakan dengan mengamati seberapa sering seseorang mengalami perasaan spektakuler dalam hubungannya dengan Tuhan. Misalnya: seberapa sering seseorang merasa doanya diterima, merasa selalu dilihat tuhan, merasa selalu ingin dekat dengan Tuhan. Bagi orang Islam, indikator dalam perilaku dapat diamati pada keaktifan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, kekhusu’an dalam beribadah, kemendalaman doa, berbaik sangka pada Tuhan dan ikhlas terhadap takdir Tuhan dan lain sebagainya. Dimensi perasaan akan sangat menonjol gejalanya pada orang-orang yang mengalami konversi agama. 4) Knowledge (the Intellectual Commitment) Dimensi pengetahuan atau intellektual mengukur intellektualitas keagamaan seseorang. Dimensi ini mengukur tentang seberapa banyak pengetahuan keagamaan seseorang dan seberapa tinggi motivasi untuk memiliki pengetahuan agamanya.26
25 26
Ibid. Ibid.
15
5) Ethics (Dimensi Pengamalan) Dimensi etika atau moral mengukur tentang pengaruh ajaran agama terhadap perilaku sehari-hari yang tidak terkait dengan perilaku ritual, yaitu perilaku yang mengekspresikan kesadaran moral seseorang, baik yang terkait dengan moral dalam hubungannya dengan diri sendiri maupun hubungannya dengan orang lain.27 Bagi pemeluk agama Islam, mengukur dimensi etika dapat diarahkan pada penerapan dan ketaatannya terhadap ajaran-ajaran Islam (meliputi; halal-haram makanan dan sumber pendapatan, hubungan laki-laki dan perempuan, dsb) serta bagaimana individu menjalin hubungan dengan orang lain (meliputi; baik sangka, menghargai dan memuliakan, menolong, bekerja sama, memaafkan, dsb). 6) Community (Social) Commitment. Dimensi sosial mengukur seberapa jauh seseorang pemeluk agama terlibat secara sosial pada komunitas agamanya. Dalam Islam dimensi ini dapat disebut sebagai pengukuran terhadap kesalehan sosial. Dimensi kesalehan sosial dapat digunakan untuk mengukur kontribusi seseorang bagi kegiatan-kegiatan sosial keagamaan baik berwujud tenaga, pemikiran maupun harta.28
27 28
Ibid, hal. 4 Ibid.
16
Jadi, religiusitas merupakan kondisi jiwa seseorang ketika ia merasakan adanya Tuhan, khususnya ketika ia secara aktif berusaha menyesuaikan dan mendekatkan hidupnya dengan Tuhan. Adapun bentuk usaha aktif tersebut tercermin dalam semua perilaku sehari-hari, baik perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku religius maupun yang bukan religius. Bentuk perilaku tersebut dapat dilihat dari dimensi-dimensi rasa keagamaan, yakni: dimensi keyakinan, dimensi peribadatan, dimensi perasaan (emotions), dimensi pengetahuan, dimensi pengamalan dan dimensi sosial. b. Rasa Keberagamaan Usia Dewasa Awal Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga, yakni masa dewasa awal (usia 18-40), dewasa madya (usia 40-60) dan dewasa lanjut (usia 60-kematian)29. Masalah yang dihadapi pada masa usia awal adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan30. Menurut Jalaluddin, di usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang stabil. Stabilisasi sifat-sifat kepribadian ini antara lain terlihat dari cara bertindak dan bertingkah laku yang agak
29
Elizabeth B, Hurlock, Psikologi Perkembangan…, (Jakarta: Erlangga), hal: 201
30
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal: 79.
17
bersifat tetap (tidak mudah berubah-berubah) dan selalu berulang kembali.31 Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan.32 Adapun cirri-ciri keberagamaan pada orang dewasa adalah sebagai berikut: 1) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang bukan sekedar ikut-ikutan. 2) Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku. 3) Bersikat positif terhadap ajaran dan norma-norma agama. 4) Tingkat ketaatan agama didasarkan pada pertimbangan dan tanggung jawab diri. 5) Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas. 6) Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama.
31
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi, 2007) hal:
32
Ibid, hal: 106
106.
18
7) Sikap
keberagamaan
cenderung
mengarah
kepada
tipe-tipe
kepribadian masing-masing. 8) Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial.33 c. ESQ Setiap orang memiliki aspek jiwa berupa emosi. Yakni setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap dan memiliki kecenderungan untuk bertindak.34 Kecerdasan emosi adalah kepandaian mengatur suasana hati atau secara sederhana disebut sebagai kemampuan merasakan.35 Menurut Robert K. Cooper sebagaimana dikutip oleh Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan dan memahami dan secara efektif merupakan daya dan kepekaan emosi tentang sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.36 Jadi, kecerdasan emosi bisa dikatakan sebagai kecerdasan dalam membina hubungan yang baik dengan lingkungan masyarakat dan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
33
Ibid, hal. 107-108
34
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, alih bahasa: T. Hermaya, Emotional Intelligence, (Jakarta: Gramedia PUSTAKA Utama, cet. Ix, 1999), hal. 412. 35
Maurice J. Elias dkk, Cara-Cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, terj. M. Jauharul Fuad, (Bandung: Kaifa, 2000), hal. 11. 36
Ary Ginanjar Agustian, The ESQ way 165..., hal. 44
19
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan temuan terkini secara ilmiah yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall37. SQ secara perlahan (namun pasti) menempati ruang di hati manusia, walau bukan seorang spiritualis sekalipun. Namun temuan “Got Spot” mereka baru sebatas Hardware-nya saja (spiritual center pada otak manusia) dan belum ada softwarenya (isi dan kandungannya). Danah Zohar dan Ian marshall sebagaimana dikutip oleh Ary Ginanjar
Agustian
mendefinisikan
kecerdasan
spiritual
sebagai
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk menfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (Danah Zohar dan Ian Marshall, “SQ: Spiritual Intellegence”, Bloomsbury, Great Britain)38 Setomulyadi sebagaimana dikutip oleh Inayati dan Dwi Septiawati
menggambarkan
kecerdasan
spiritual
sebagai
hablumminallah, hubungan manusia dengan Allah. Kecerdasan spiritual mempertanyakan suatu kekuatan maha besar yang mengatur alam semesta ini. Kekuatan yang harus diikuti dan dilaksanakan semua
37 38
Ibid. Ibid, hal. 46
20
perintahnya. Memahami kecerdasan spiritual dalam bingkai seperti ini membuat seseorang dengan mudah menemukan nilai dan makna dalam setiap aktifitas yang dilakukannya. Semua aktifitas yang dilakukan sebagai wujud pengabdian kepada Allah SWT.39 Ary Ginanjar Agustian juga mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya kepada Allah SWT. Selama ini banyak berkembang dalam masyarakat kita sebuah pandangan
stereotipe,
dikotomosasi
antara
dunia
dan
akhirat,
dikotomosasi antara unsur kebendaan dan unsur agama, antara unsur kasat mata, materialisme versus orientasi nilai-nlai ilahiah. Begitu juga yang terjadi pada IQ-EQ-SQ. Seperti biasa, waktu mengendapkan sifat ekstrim dari teori-teori tersebut. Meski EQ dan SQ berbeda, tetapi keduanya memiliki muatan yang sama pentingnya untuk dapat bersinergi antara satu sama lain. Dan akhirnya dengan izin Allah Ary Ginanjar Agustian berhasil menggagas sebuah bentuk sinergi keduanya ke dalam ESQ (Emotional Spiritual Quotient). ESQ model adalah software dari godspot untuk melakukan
39
Inayati dan Dwi Septiawati, Kecerdasan Spiritual, pada majalah wanita UMMI edisi spesial 4 tahun 2002, hal. 24.
21
spiritual engineering sekaligus sebagai mekanisme penggabungan tiga kecerdasan manusia, yaitu EQ, IQ dan SQ dalam satu kesatuan yang integral dan transendental. Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif. Sebagai contoh adalah kisah di bawah ini: Erwyn bekerja di sebuah perusahaan otomotif sebagai seorang buruh. Tugasnya memasang dan mengencangkan baut pada jok pengemudi. Itulah tugas rutin yang sudah dikerjakannya selama hampir sepuluh tahun. Karena pendidikannya hanya setingkat SLTP, maka sulit baginya untuk meraih posisi puncak. Ary Ginanjar pernah bertanya kepada Erwyn: “bukankah itu suatu pekerjaan yang membosankan?” ia menjawab dengan tersenyum, “ tidakkah ini pekerjaan mulia, saya telah menyelamatkan ribuan orang yang mengemudikan mobil-mobil ini/saya mengencangkuatkan seluruh kursi pengemudi yang mereka duduki, sehingga mereka sekeluarga selamat, termasuk kursi mobil yang anda duduki itu.” Esok harinya dia mengunjungi Erwyn lagi, dan bertanya: “ mengapa anda bekerja begitu giat, upah anda kan tidak besar? Mengapa anda tidak melakukan mogok kerja saja seperti yang lain untuk menuntut kenaikan upah?” ia memandangi mata saya, masih dengan senyum ia menjawab, saya memang senang dengan kenaikan upah seperti teman-teman yang lain, tapi saya pun memahami bahwa keadaan ekonomi memang sedang sulit dan perusahaanpun terkena imbasnya. Saya memahami keadaan pimpinan perusahaan yang juga tentu sedang dalam kesulitan, bahkan terancam pemotongan gaji seperti saya. Jadi kalau saya mogok kerja, maka itu hanya akan memperberat masalah mereka, masalah saya juga.” Lalu ia melanjutkan pembicaraan sambil tersenyum. “ saya bekerja, karena prinsip saya adalah ‘memberi’ bukan untuk perusahaan, namun lebih kepada pengabdian bagi Tuhan saya.” Erwyn mampu memaknai pekerjaannya sebagai ibadah, demi kepentingan umat manusia dan Tuhan yang sangat dicintainya. Ia berfikir secara integralistik dengan mamahami kondisi perusahaan, situasi ekonomi dan masalah atasannya, dalam satu kesatuan yang integral. Erwyn berprinsip dari dalam, bukan dari 22
luar, ia tidak terpengaruh oleh lingkungannya. Erwyn adalah seorang raja atas jiwanya sendiri yang bebas dan merdeka. Sebuah penggabungan atau sinergi antara rasionalitas dunia (EQ dan IQ) dan kepentingan spiritual (SQ).40 Penggabungan gagasan ESQ tersebut dapat menyusun metode yang dapat diandalkan dalam menemukan pengetahuan yang benar dan hakiki.
I. EQ
Manusia
II. SQ
III. ESQ
Tuhan
Tuhan
Manusia Manusia
Manusia
Manusia
Hubungan antara IQ, EQ, SQ dan Tuhan. Tuhan spiritual
suara hati
SQ (god spot)
paradigma kepentingan
al ktu ele int
40
paradigma Zero Mind Proses
(Persepsi)
em os ion al
Ibid. hal. 46
23
Kesimpulannya, ESQ (emotional spiritual quotient) merupakan kecerdasan yang mampu mensinergikan antara kecerdasan emosional (hablumminannas/
kemampuan
berhubungan
secara
baik
dengan
manusia) dan kecerdasan spiritual (hablumminallah/ kemampuan menyesuaikan hidupnya dengan Tuhan) dalam bentuk sebuah perilaku secara integral. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan penelitian. Dari landasan teori diatas maka hipotesa dalam penelitian ini adalah: Ha : ada perbedaan yang signifikan pada tingkat religiusitas mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ 165. Ho : tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat religiusitas mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ 165. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reseach) yakni suatu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam
24
mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.41 Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, karena gejala-gejala dari hasil pengamatan yang berwujud data diukur terlebih dahulu ke dalam bentuk angka dan untuk mengolahnya menggunakan analisis statistik. 2. Responden Penelitian a. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah peserta Training ESQ 165 tingkat Mahasiswa angkatan 12 (dua belas) DIY yang beragama Islam. Jumlah pesertanya adalah 139 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik Random Sampling atau sampel acak. Dari jumlah keseluruhan peserta Training ESQ 165 tingkat Mahasiswa angkatan 12 yakni 139 dipilih 20 peserta sebagai sampel dengan cara acak sederhana. Hal ini sesuai dengan rumusan yang diberikan oleh Suharsimi Arikunto; untuk ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, namun apabila
41
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 8
25
jumlah subjek penelitiannya lebih dari 100 maka dapat diambil antara 1015% atau 15-20% atau lebih.42 3. Metode Pengumpulan Data a. Metode Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.43 Dalam penelitian ini, metode angket merupakan metode pokok yang digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi religiusitas peserta sebelum dan sesudah mengikuti Training ESQ 165. Hasil dari kedua angket tersebut kemudian dianalisis dan dilihat perubahan antara keduanya, sehingga dapat diketahui nilai perbedaan yang ditimbulkan oleh Training ESQ 165 terhadap tingkat religiusitas seseorang atau kelompok. Adapun langkah-langkah pembuatan angket penelitian adalah sebagai berikut: 1) Membuat kisi-kisi angket
42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Renika Cipta, Edisi Revisi V, 2002), hal. 112 43
Ibid, hlm. 128
26
Kisi-kisi angket dibuat berdasarkan landasan teori tentang religiusitas. Dari landasan teori tersebut kemudian disusun sub variabel dan indikator dari variabel religiusitas. Adapun kisi-kisi angket pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1 Kisi-kisi Angket Religiusitas No Sub Variabel 1.
Doktrine (keyakinan)
Indikator
No. Item
Rukun iman, yang meliputi: a. Keyakinan terhadap Allah
1, 2, 58
b. Keyakinan terhadap Malaikat
3, 40, 50
c. Keyakinan Rasulullah d. Keyakinan Allah
terhadap 4, 5, 51 terhadap
kitab
6, 52, 53
e. Keyakinan terhadap ketentuan Allah (Qoda’ dan 7, 8, 54 Qodar) f. Keyakinan Akhir Ritual (Peribadatan)
terhadap
Hari 55, 56
Rukun islam, yang meliputi: a. Pelaksanaan terhadap ibadah 9, 10, 11 Shalat Wajib b. Pelaksanaan terhadap Ibadah 12, 13 Puasa Wajib c. Pelaksanaan terhadap Zakat 14, 57 d. Pelaksanaan/ keinginan untuk 15, 16 melaksanakan ibadah Haji
Emotions (emosi/pengala man)
a. Merasa dirinya dekat dengan 17, 18, Allah 19, 20, b. Merasa takut jika melakukan 21,
22, 27
dosa
33, 38
c. Menangis ketika shalat dan 23, 24 membaca al-Qur’an d. Melaksanakan ibadah-ibadah 25, 26, sunnah (shalat, puasa dan 27 sodaqah) 28, 29 e. Berbaik sangka kepada Allah Knowledge (pengetahuan)
a. Pemahaman terhadap sifat- 28, 58 sifat Allah b. Pemahaman terhadap makna 59, 60 shalat c. Pemahaman terhadap makna 61, 62 puasa d. Pemahaman terhadap makna zakat 63, 57 e. Memiliki motivasi untuk 30, mendalami ilmu agama 32
Ethic (pengamalan)
31,
a. Menjaga terhadap hubungan 21, 64 antar lawan jenis b. Berbicara dengan kata-kata 34, 35 yang baik c. Memelihara/menjaga milik orang lain d. Menjaga lingkungan
hak 36, 37
kebersihan 41, 42
e. Meminta maaf ketika melakukan kesalahan pada 43, 44 orang lain dan Memaafkan kesalahan orang lain. f. Menggantungkan prinsip 39, 40 hidup dan segala perbuatan hanya kepada Allah Community (sosial
a.
Mengikuti pengajian 45, 46 (kegiatan- kegiatan di masjid)
28
keagamaan)
b.
Aktif mengikuti kegiatan- 47, 48 kegiatan bakti sosial
c.
Memiliki kepedulian terhadap 14,26, 49 orang lain.
2) Uji coba angket Sebelum angket digunakan, maka terlebih dahulu diuji kesahihannya dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. a) Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.44 Adapun pengujian validitas angket pada penelitian ini, menggunakan validitas internal, yakni dengan melihat kesesuaian antara
bagian-bagian
instumen
dengan
instrumen
secara
keseluruhan. Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instumen mendukung
“missi”
instrumen
secara
keseluruhan
yaitu
mengungkap data dari variabel yang dimaksud.45 Dan cara yang
44
Ibid, hal. 144-145.
45
Ibid, hal. 147-148
29
digunakan dalam uji validitas internal ini adalah dengan cara melakukan analisis butir (anabut), Dalam penelitian ini, uji validitas butir item digunakan program SPSS Versi 11 dengan teknik product moment dari pearson, yaitu: rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
− (∑ X )
2
}{N ∑ Y
2
− (∑ Y )
2
}
Keterangan: rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N
= jumlah sampel
X
= skor tiap butir
Y
= skor total tiap responden
Hasil dari uji validitas butir item angket dengan menggunakan program SPSS versi 11 diketahui bahwa dari 64 butir angket, terdapat 46 butir angket yang dapat dikatakan Valid dan 18 butir angket invalid. Adapun secara rinci dijelaskan dalam table berikut: Tabel 2 Hasil Validasi Angket Religiusitas N o 1.
Sub Variabel Doktrin
Butir Item
Butir Valid
Butir Invalid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 2, 4, 5, 6, 7, 1, 3, 8, 40, 50, 51, 52, 8, 40, 50, 51, 53, 56 53, 54, 55, 56, 58 52, 54, 55,
30
58 2
Ritual
9, 10, 11, 12, 13, 9, 10, 14, 15, 11, 12, 14, 15, 16, 57 16 13, 57
3
Emotions
17, 18, 19, 20, 21, 17, 18, 19, 21, 26, 22, 23, 24, 25, 26, 20, 22, 23, 33, 38 27, 28, 29, 33, 38 24, 25, 27, 28, 29
4
Knowledge
28, 58, 59, 60, 61, 28, 58, 60, 59 62, 63, 30, 31, 32 61, 62, 63, 30, 31, 32
5
Etic
21, 34, 35, 36, 37, 34, 39, 40, 21, 35, 39, 40, 41, 42, 43, 41, 42, 44, 64 36, 37, 44, 64 43
6
Communitif
45, 46, 47, 48, 49, 46, 47, 48, 45, 26 14, 26 49, 14
Jumlah
64
46
18
b) Uji Reliabilitas Butir-butir angket yang telah dinyatakan valid kemudian diambil untuk dilakukan uji reliabilitas. Hasil reliabilitas ditentukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach dengan aplikasi program SPSS versi 11. Hasil perhitungan diperoleh harga Alpha Cronbach = 0,9536. Harga ini ternyata lebih besar dari harga r table = 0,468 (dengan N of cases = 18 dan taraf signifikansi a = 5%). Sehingga sesuai dengan kriteria bahwa r hitung > r hitung, maka angket yang digunakan untuk mengumpulkan
31
data adalah data reliable. Tingkat skala Alpha Cronbach dapat dilihat dari table.46 Tabel 3 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha ALPHA
TINGKAT RELIABILITAS
0,00 S.D 0,20
Kurang Reliabel
0,20 S.D 0,40
Agak Reliabel
0,40 S.D 0,60
Cukup Reliabel
0,60 S.D 0,80
Reliabel
0,80 S.D 1,00
Sangat Realiabel
Dari table tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa angket penelitian masuk dalam kategori Sangat Reliabel (yakni : 0,9536). Dan dengan perhitungan tersebut maka butir-butir yang akan digunakan
dalam
pengambilan
data
selanjutnya
adalah
berdasarkan pada butir-butir yang telah valid dan reliable. 3) Penyebaran Angket Langkah selanjutnya yaitu penyebaran angket kepada responden yang sudah ditentukan. Untuk memperoleh data tentang religiusitas mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti Training ESQ 165, maka angket dibagikan dua kali yakni sebelum dan sesudah pelaksanaan training. Dan responden yang mengisi angket religiusitas 46
Triton PB, SPSS 13.0 terapan riset statistic parametric, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006),
hal. 248
32
antara sebelum dan sesudah pelaksanaan training adalah orang yang sama. Adapun langkah-langkah penyebarannya adalah sebagai berikut: a) Sebelum pelaksanaan training ESQ 165. yakni Sebelum hari pelaksanaan training ESQ 165, yakni pada saat calon peserta mendaftarkan
diri
di
sekretariat
PP
ESQ
165
(Pusat
Pengembangan ESQ 165) Yogyakarta. b) Setelah pelaksanaan Training ESQ 165. angket dibagikan minimal 3 (tiga) hari setelah pelaksanaan training ESQ 165, dengan cara menghubungi secara langsung mahasiswa yang sudah mengikuti training ESQ 165 di tempat tinggalnya masing-masing. b. Metode Observasi Observasi berarti pengamatan, yang dimaksud di sini adalah suatu cara pengumpulan data menggunakan indera, terutama indera penglihatan dan indera pendengaran. Observasi dapat juga dikatakan sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena yang diselidiki.47 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi umum seperti lokasi secretariat PP ESQ 165 DIY, lokasi pelaksanaan Training ESQ 165 tingkat Mahasiswa angkatan 12 wilayah Yogyakarta,
47
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), hal. 04
33
dan proses pelaksanaan Training ESQ 165 tingkat Mahasiswa angkatan 12 Yogyakarta. c. Metode interview Metode ini biasanya diartikan sebagai teknik dimana peneliti mengumpulkan data dengan jalan komunikasi langsung dengan subyek.48 Jenis interview yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, yaitu wawancara dilakukan secara bebas tetapi dibatasi oleh struktur pertanyaan yang telah dipersiapkan. Dalam hal ini penulis melakukan interview dengan Kepala Marketing PP ESQ Daerah Istimewa Yogyakarta, guna mendapatkan data mengenai sejarah dan perkembangan serta tujuan berdirinya PP ESQ Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.49 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai struktur organisasi, keadaan Trainer, perkembangan peserta, keadaan karyawan serta sarana dan prasarana yang ada di kantor pusat Training ESQ 165 cabang Yogyakarta, dan juga email / surat yang masuk ke pusat Training ESQ 165 cabang Yogyakarta tentang pengalaman sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ.
48
Winarto Surahmat, Pengantar Penelitian: Dasar, Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1994), hal. 104. 49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., hal. 206.
34
4. Metode Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang digunakan terhadap suatu data yang dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan selanjutnya dianalisis. Untuk menganalisis data yang ada (yang berupa hasil dari angket sebelum dan sesudah Training ESQ 165), maka digunakan “teknik analisa komparasional”. Penelitian komparasi adalah penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Dapat juga dilaksanakan dengan maksud untuk membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan pendangan orang, grup atau negara terhadap kasus, terhadap peristiwa, atau terhadap ide.50 Teknik ini digunakan untuk mencari perbedaan antara tingkat religiusitas peserta sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ 165. Untuk menganalisis data yang sudah ada, maka penulis menggunakan teknik tes “t”. adapun untuk mencari t dalam keadaan dua sampel yang diteliti merupakan sampel kecil (N kurang dari 30), sedangkan ke dua sampel kecil itu satu sama lain mempunyai pertalian atau hubungan, maka menggunakan rumus51:
50
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 260 51
Ibid, hal. 289-290,
35
t =
MD SE MD
M D = Mean of Difference = nilai rata-rata hitung dari beda/ selisih
antara sekor variabel I dan sekor variabel II, yang dapat diperoleh dari : M D =
∑D N Jumlah variabel beda/ selisih antara sekor variabel I (variabel X) dan
sekor variabel II (variabel Y), dan D dapat diperoleh dengan rumus: D=X-Y SE MD = Standart Error (standar kesesatan) dari Mean of Difference
yang dapat diperoleh dengan rumus: SE MD =
SDD N −1
SDD = deviasi standart dari perbedaan antara sekor variabel I dan
sekor Variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:
SDD =
∑D N
2
−
(∑ D ) 2 N
N = Number of Cases
36
Setelah setelah hasilnya didapat, maka langkah selanjutnya adalah memberikan interpretasi terhadap “t” dengan prosedur kerja sebagai berikut52: a. Merumuskan terlebih dahulu hipotesa alternatif ( H a ) dan hipotesa nihilnya ( H o ) b. Menguji segnifikansi t, dengan cara membandingkan besarnya t (“t” hasil observasi atau “t” hasil perhitungan) dengan t t (harga kritik “t” yang tercantum dalam tabel nilai “t”), dengan terlebih dahulu menetapkan degrees of freedomnya (df) atau derajat kebebasannya (db) yang dapat diperoleh dengan rumus : df atau db = N – 1 c. Mencari harga kritik “t” yang tercantum pada nilai tabel “t” dengan berpegang pada df atau db yang telah diperoleh, baik pada taraf signifikansi 5 % ataupun taraf signifikansi 1 %. d. Melakukan perbandingan antara t o dengan t t , dengan patokan sebagai berikut: 1) Jika t o lebih besar atau sama dengan t t maka hipotesa nihil ditolak; sebaliknya hipotesa alternatif diterima atau disetujui. Berarti antara kedua variabel yang sedang kita selidiki perbedaannya, secara signifikan memang terdapat perbedaan.
52
Ibid. hal. 291-292
37
2) Jika t o lebih kecil dari pada t t maka hipotesa nihil diterima atau disetujui, sebaliknya hipotesa alternatif ditolak. Berarti bahwa perbedaan antara variabel I dan Variabel II itu bukanlah perbedaan yang berarti, atau bukan perbedaan yang signifikan. Tujuan analisis data ini adalah untuk menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan secara baik. Mengolah data merupakan usaha yang konkrit untuk membuat data agar dapat bicara, sebab berapa besar data yang diperoleh dan nilai data yang terkumpul jika tidak disusun maka data tersebut tidak dapat berbicara dan tidak dapat menerangkan halhal yang ada dalam data tersebut.53 G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan di dalam penyusunan skripsi ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pertanyaan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bagian tengah berisi uraian penelitian mulai dari bagian pendahuluan sampai bagian penutup yang tertuang dalam bentuk bab-bab sebagai satukesatuan. Pada skripsi ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam empat bab. Pada tiap bab terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok bahasan dari bab yang bersangkutan. Bab I skripsi ini berisi gambaran umum penulisan skripsi ini
53
Winarno Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah..., hal. 10.
38
yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, dan metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II berisi gambaran umum PP ESQ Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Pembahasan pada bagian ini difokuskan pada letak geografis, sejarah berdiri, struktur organisasi, keadaan trainer, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana yang ada di PP ESQ DIY, serta gambaran singkat pelaksanaan training ESQ 165 bagi mahasiswa angkatan 12 DIY. Setelah membahas gambaran umum lembaga, pada bab III berisi pemaparan data beserta analisis tentang perbedaan tingkat religiusitas mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ angkatan 12 DIY. Pada bagian ini uraian difokuskan pada hasil uji validitas dan reliabilitas angket religiusitas mahasiswa. Selanjutnya dijelaskan tentang kondisi religiusitas sebelum dan sesudah pelaksanaan training ESQ 165 DIY dan analisis perbedaan antara keduanya. Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah bab IV. Bagian ini disebut penutup yang memuat simpulan, saran-saran, dan kata penutup. Akhirnya, bagian akhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan berbagai lampiran yang terkait dengan penelitian.
39
BAB II GAMBARAN UMUM PP ESQ DIY A. Letak Geografis
Pusat Pengembangan ESQ Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan lembaga penyelenggara Training ESQ 165 karya Ary Ginanjar Agustian di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Sekretariatnya bertempat di gedung kantor pusat Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) lantai dasar Jl. LPP No. 1 / Jl. Urip Sumoharjo NO. 100 Yogyakarta 55222. Telp: 0274–7408939, Fax: 0274– 513849. E-mail :
[email protected]. Web site : www.esqway165.com. Secara geografis sekretariat PP ESQ DIY yang ada di Gedung LPP, terletak secara strategis dengan batasan sebagai berikut: Sebelah Utara
: Jln. Urip Sumoharjo
Sebelah Selatan
: Gedung Politeknik LPP
Sebelah Barat
: Daerah Pertokoan
Sebelah Timur
: Gedung Auditorium LPP54
B. Sejarah Singkat dan Perkembangannya55
Gagasan mendirikan Pusat Pengembangan Emotional Spiritual Quotient Daerah Istimewa Yogyakarta (PP ESQ DIY) muncul pada tahun 2003. Pada saat
54
Hasil Observasi pada tanggal 27 November 2007.
55
Semua tulisan tentang “sejarah singkat PP ESQ DIY dan perkembangannya” merupakan hasil wawancara penulis dengan kepala Marketing PP ESQ DIY pada tanggal 03 Desember 2008.
40
itu bapak Lukman Kudonarpodo – Direktur LPP (Lembaga Pendidikan Perkebunan) – mengikuti Training ESQ 165 oleh Ary Ginanjar Agustian di Jakarta. Dengan didasari keinginan untuk menyebarkan nilai-nilai ESQ 165 yang didapat ketika mengikuti training, beliau mengadakan Training ESQ pertama di Yogyakarta dengan mengundang langsung Ary Ginanjar Agustian. Training ESQ pertama ini dikhususkan untuk kalangan karyawan LPP yang waktu itu pesertanya sekitar 25 orang dan bertempat di gedung kantor pusat LPP. Keinginan yang sama untuk menyebarkan nilai-nilai ESQ 165 juga dimiliki oleh Bapak Avianto K Pratiknyo (Dosen UPN Yogyakarta) dan Bapak M. Awal Satrio Nugroho (Dosen STIE WW Yogyakarta) yang juga telah mengikuti training ESQ 165 di Jakarta. Ketika Bapak Avianto dan Bapak Satrio mendengar bahwa bapak Lukman Kudonarpodo telah melaksanakan Training ESQ di kalangan LPP, maka keduanya menghubungi Bapak Lukman Kudonarpodo untuk membicarakan keinginan mereka untuk mendirikan Pusat Pengembangan ESQ di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bapak Lukman Kudonarpodo menyambut baik usulan mendirikan PP ESQ di DIY dengan mengarahkan Bapak Avianto dan Bapak Satrio untuk menghubungi Indi Printianto yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Biro SDM LPP. Kemudian tiga orang ini (Bapak Avianto, Bapak Satrio dan Bapak Indi Printianto) mendirikan Pusat Pengembangan ESQ DIY dan sekitarnya yang berpusat di gedung LPP. Dalam pelaksanaan Training ESQ 165, PP ESQ DIY bekerja sama dengan Emotional Spiritual Quotient Leadership Center (ESQ LC) pusat di 41
Jakarta yang dipimpin oleh Ary Ginanjar Agustian. Pelaksanaan training ESQ 165 di DIY berjalan secara rutin dan tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan Training ESQ 165 di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia. Training ESQ dilaksanakan secara berbeda sesuai dengan tingkatan-tingkatan pesertanya, yakni: 1. Training ESQ for Kids yang dikhususkan untuk anak usia SD, training ini dilaksanakan selama 2 hari. 2. Training ESQ for Teens yang dikhususkan untuk remaja (SMP dan SMA), training ini dilaksanakan selama 2 hari. 3. Training ESQ tingkat Mahasiswa, training ini dilaksanakan selama 2 hari. 4. Training ESQ Reguler : untuk umum, training ini dilaksanakan selama 2 hari. 5. Training ESQ Profesional, training ini dilaksanakan selama 3 hari. Selain tingkatan-tingkatan tersebut, PP ESQ DIY juga melaksanakan Training ESQ 165 In House Training di setiap instansi-instansi baik instansi pendidikan, pemerintahan, perusahaan dan lain sebagainya sesuai dengan permintaan instansi tersebut secara khusus. PP ESQ DIY juga mengadakan Training ESQ Peduli Pendidikan yang dikhususkan kepada Guru-guru perwakilan dari tiap sekolah di DIY dan sekitarnya secara gratis. Dan sampai akhir tahun 2008, PP ESQ DIY telah mengadakan kurang lebih 77 Training ESQ di semua tingkatan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Training ESQ for kid’s : 4 Angkatan 2. Training ESQ for teen’s : 11 angkatan
42
3. Training ESQ mahasiswa : 13 angkatan. 4. Training ESQ Reguler : 33 angkatan 5. Training ESQ Profesional : 5 angkatan 6. Training ESQ Peduli Pendidikan : 4 Angkatan 7. Training ESQ in House : 7 Angkatan Sampai akhir tahun 2008, PP ESQ DIY telah menghasilkan ± 10.000 alumni Dari semua angkatan. Ini menunjukkan bahwa selama lima tahun bermula dari tahun 2003 – 2008, Training ESQ mengalami perkembangan yang sangat pesat.
C. Visi, Misi dan Tujuan berdirinya 1. Visi
Visi Training ESQ 165 adalah ”Mewujudkan Indonesia Emas 2020”.56 Makna dari visi tersebut adalah cita-cita yang akan diwujudkan
bersama dimana pada tahun 2020 bangsa Indonesia sudah terlepas dari krisis moral
dan
seluruh
komponen
bangsa
telah
berhati
emas
dan
mengaplikasikan 7(tujuh) nilai dasar yaitu jujur, visioner, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, adil dan peduli. Jadi yang dituju dalam Indonesia Emas 2020 adalah kejayaan secara moral dan spiritual, bukan hanya kejayaan secara ekonomi.
56
Disampaikan oleh setiap Trainer ESQ pada saat sebelum pelaksanaan Training ESQ 165.
43
Adapun visi ESQ LC secara kelembagaan adalah “Menjadi Leadership Center kelas dunia yang terkemuka dan independen”57 2. Misi
Misi Training ESQ 165 adalah ”Memberikan Kontribusi dalam Pembangunan Moral Bangsa Melalui The ESQ Way 165 dan 7 Budaya ESQ (jujur, visioner, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, adil dan peduli)”58 adapun misi dari ESQ LC sebagai lembaga adalah:
a. Memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter individu & korporasi yang tangguh dengan penyampaian "ESQ 165" kepada masyarakat luas melalui pelatihan dan mebeliau lainnya secara professional. b. Membangun jejaring (network) dan bersinergi di segala bidang yang mendatangkan manfaat & kesejahteraan masyarakat. c. Berupaya secara terus-menerus menjadi lembaga profesional yang dibentuk melalui penerapan the ESQ Way 165.59
D. Struktur Lembaga
Struktur Lembaga merupakan suatu susunan atau penempatan orangorang dalam satu kelompok, sehingga dapat tersusun pola kegiatan yang tertuju pada tercapainya tujuan-tujuan bersama dalam kelompok tersebut.
57
www.esq165.com
58
Disampaikan oleh setiap Trainer ESQ pada saat sebelum pelaksanaan Training ESQ 165.
59
www.esq165.com
44
Pusat Pengembangan ESQ DIY sebagai suatu lembaga yang di dalamnya terdapat berbagai unsur, tentunya memerlukan tatanan kerjasama yang baik maupun ketentuan tugas yang menyangkut hak, kewajiban dan tanggung jawab pribadi maupun kelompok demi kelancaran penyelenggaraan Training ESQ. Untuk mencapai maksud itulah, diperlukan struktur organisasi yang baik dan sistematis. Adapun struktur Lembaga PP ESQ DIY adalah sebagai berikut: Penasehat
: Lukman Kudonarpodo, SH, MIR.
Ketua
: Ir. Indi Printianto, M. Sc
Sekretaris
: Avianto K Pratiknyo
Bendahara
: Ir. M. Awal Satrio Nugroho, MM. Suprihati, SE.
Reps. ESQ
: Edhie Wicaksono
Marketing
: Ir. Hanafi A. Zainuddin Dwi Wahyuningtyastuti Woro Widiati, SH60
Selain struktur lembaga tersebut, di dalam PP ESQ DIY juga terdapat wadah bagi alumni yaitu FKA ESQ DIY yang di dalamnya membawahi GEMA 165, FOSMA dan SHOT.
60
Hasil wawancara penulis dengan kepala Marketing yakni Ir. Hanafi dan Woro Widiati, SH pada tanggal 27 November 2008.
45
E. Keadaan Trainer, Karyawan dan perkembangan peserta 1. Trainer
Trainer merupakan istilah lain dari pelatih, pembimbing, fasilitator dan pendidik dalam sebuah pelatihan. Dalam proses penyelenggaraan Training ESQ 165, peran seorang Trainer sangat penting, ia memandu secara penuh proses training ESQ selama 2 atau 3 hari. Selama 2 atau 3 hari. Training ESQ 165 biasanya dipandu oleh satu orang Trainer dan dibantu oleh satu orang Asisten Trainer. Untuk menentukan Trainer dalam pelaksanaan Training ESQ 165, PP ESQ DIY menyerahkan sepenuhnya ke ESQ Leadership Center di Jakarta. Hal ini dikarenakan semua bentuk penentuan dan standarisasi Trainer memang sepenuhnya dipegang oleh ESQ LC, hal ini dilakukan juga untuk menjaga kualitas training ESQ yang bertaraf nasional bahkan internasional61. Adapun Trainer dan asisten Trainer yang memandu Training ESQ 165 tingkat mahasiswa angkatan 12 DIY adalah: Hikmat Syarif (Trainer) dan Awiyono (asisten Trainer). 2. Karyawan
Semua kegiatan sistem kerja PP ESQ DIY dilakukan oleh jajaran struktur organisasi sebagaimana dikemukakan di depan, dengan dibantu oleh Forum alumni yang ada di dalamnya.
61
Hasil wawancara penulis dengan kepala Marketing yakni Ir. Hanafi pada tanggal 03 Desember 2008.
46
Adapun dalam proses pelaksanaan Training, secara tekhnis pihak PP ESQ DIY dibantu sepenuhnya oleh Alumni Training Support (ATS) yang terdiri dari beberapa alumni. 3. Perkembangan Peserta
Peserta Training merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan Training ESQ 165. Perkembangan peserta training ESQ di DIY dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang pesat. Selama lima tahun, dari tahun 2003 sampai akhir 2008 PP ESQ DIY dan Sekitarnya telah menghasilkan alumni ± 10.000 orang, dengan rincian pelaksanaan sebagai berikut: Training ESQ 165 for kids; 4 angkatan, Training ESQ 165 for Teens; 11 angkatan, Training ESQ 165 Mahasiswa; 13 angkatan, Training ESQ 165 Reguler; 33 angkatan, Training ESQ 165 profesional; 5 angkatan dan Training ESQ 165 Peduli Pendidikan; 4 angkatan dan Training ESQ 165 in house: 7 angkatan. Adapun rincian perkembangan Training ESQ tingkat Mahasiswa DIY secara khusus adalah sebagai berikut: a. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 1 berjumlah 183 peserta. b. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 2 berjumlah 178 peserta. c. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 3 berjumlah 64 peserta. d. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 4 berjumlah 138 peserta. e. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 5 berjumlah 69 peserta. f. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 6 berjumlah 60 peserta. g. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 7 berjumlah 150 peserta.
47
h. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 8 berjumlah 90 peserta. i. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 9 berjumlah 117 peserta. j. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 10 berjumlah 60 peserta. k. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 11 berjumlah 89 peserta. l. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 12 berjumlah 139 peserta. m. Training ESQ Mahasiswa DIY angkatan 13 berjumlah 56 peserta.62 Adapun jumlah secara keseluruhan alumni Training ESQ mahasiswa adalah: 1393 alumni. Selain itu, terdapat juga Training ESQ 165 Mahasiswa in house yang diminta secara khusus oleh kampus masing-masing. Adapun universitas yang pernah melakukan in house adalah: UNY, UIN, Persatuan BEM DIY.
F. Keadaan Sarana dan Prasarana
Dalam upaya menunjang sistem kerja PP ESQ DIY dan menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan training ESQ maka diperlukan sarana dan prasarana, adapun sarana dan prasarana yang ada di sekretariat PP ESQ DIY adalah sebagai berikut: Tabel 4 Sarana dan prasarana Sekretariat PP ESQ DIY63
No Fasilitas
Jumlah
Keterangan
1.
1
Baik
Ruang Kantor
62
Data diperoleh dari dokumentasi PP ESQ DIY dan sekitarnya.
63
Hasil wawancara dan pengamatan penulis pada tanggal 03 Desember 2008.
48
2.
Komputer
5
Baik
3.
Printer
3
Baik
4.
Lemari
3
Baik
5.
Dispenser
1
Baik
6.
Meja Kantor
4
Baik
7.
1 set meja kursi
1
Baik
8.
AC
1
Baik
Adapun sarana dan prasarana yang digunakan ketika pelaksanaan Training ESQ 165 DIY adalah sebagai berikut: 1. Training Kit yakni fasilitas pelatihan yang diberikan pada peserta, berupa: Buku ESQ (Emotional Spiritual Quotient), Tas (khusus untuk tingkat kids dan teens) dan co-card peserta. Dalam pengadaan training kit PP ESQ DIY mendapatkannya dari ESQ LC Jakarta. 2. Tempat pelatihan, setiap akan melaksanakan Training ESQ 165, PP ESQ DIY menyewa
ruangan atau aula yang representatif yang ada di Yogyakarta
disesuaikan dengan jumlah peserta. 3. Sound System, LCD, layar untuk pelatihan. Guna menunjang kelancaran pelaksanaan Training, sound system yang digunakan dalam training adalah berkisar antara 7000 w – 10.000 w dengan disesuaikan dengan jumlah peserta dan besar ruangan yang dipakai. Penggunaan layar LCD juga disesuaikan dengan jumlah peserta, jika pesertanya kurang dari 100 peserta maka digunakan 1 layar saja, apabila peserta berkisar antara 100-150 maka 49
digunakan 2 layar, dan apabila peserta melebihi 150 maka digunakan 3 layar, dan bahkan jika peserta mencapai angka 1000 maka digunakan 5 layar. Adapun pengadaan sarana dan prasarana training ini, Sebagaimana ruangan pelatihan, PP ESQ DIY menyewa sarana dan prasarana sebelum diselenggarakannya Training.64
G. Gambaran umum Pelaksanaan Training ESQ 165
Training ESQ adalah sebuah fenomena, menggugah dan mampu mengubah kehidupan seseorang. Itu salah satu kesimpulan peserta yang telah mengikuti Training ESQ 165. Hal itu bisa terjadi karena ESQ memang berbeda dari pelatihan lainnya dan bukan sekedar pelatihan kepemimpinan dan manajemen biasa. Training ESQ merupakan pelopor pelatihan yang mengasah isi spiritual dengan mendalam, bersamaan dengan sisi emosi dan intelektual seseorang. ESQ adalah suatu inovasi mutakhir yang bertujuan untuk membangkitkan dimensi spiritual manusia. ESQ dengan seksama memandu seseorang membangun prinsip hidup dan karakter berdasarkan ESQ way 165. Angka 165 merupakan symbol dari 1 hati pada yang maha pencipta, 6 prinsip moral, dan 5 langkah sukses. Metode Training yang digunakan adalah dengan cara peserta akan dituntun untuk membangkitkan 7 nilai dasar : Jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil dan peduli. Nilai-nilai ini sesungguhnya sudah tertanam dalam diri manusia sejak lahir. Melalui training ESQ ini peserta beliaurahkan
64
Hasil wawancara penulis dengan kepala Marketing yakni Ir. Hanafi pada tanggal 03 Desember 2008.
50
untuk dapat mencapai nilai-nilai dasar tersebut dan membantu membangkitkan kekuatan tersembunyi serta mengerahkan seluruh potensi dirinya untuk kehidupan dan pekerjaan yang lebih produktif. Ketika peserta dapat melakukan hal ini maka God Spot (titik makna hidup) akan terbuka dan di saat itulah mereka menemukan jati diri, sehingga terbuka peluang untuk mengaktualisasikan seluruh potensi diri (IQ, EQ dan SQ) dalam seluruk aktifitas kehidupan. Yang unik dan membedakan training ESQ dari pelatihan lainnya adalah training dibuat sedemikian rupa sehingga peserta akan merasa seperti menikmati sebuah pertunjukkan yang penuh makna. Sebagai materi pendukung, peserta juga akan diajak terlibat beberapa aktifitas dalam training seperti permainan, simulasi, serta saling berbagi pengalaman diantara peserta. Materi training akan disampaikan dengan multimedia yang menggabungkan antara animasi, klip film, efek suara, dan musik. Ditampilkan dengan medium beberapa layar besar hingga 4 x 6 m dengan tata suara sekitar 10.000 watt. Training dilaksanakan di berbagai tempat terpilih dengan standar tertentu untuk memastikan bahwa training dapat berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi peserta. Training ESQ 165 tingkat Mahasiswa angkatan 12 DIY dilaksanakan selama 2-3 hari pada tanggal 6-7 september 2008, bertempat di auditorium gedung pusat LPP. Adapun materinya adalah sebagai berikut: 1. Unleash your spiritual intelligence a. ESQ Backround : Why ESQ? b. ESQ Outer Journey ; Cosmic Awareness c. ESQ Inner Journey : Inner Value System dan Spiritual Drive
51
d. Zero Mind Process : Paradigm to Spirituality 2. Developing your Emotional Inteligence a. Star Principle : Spiritual Commitment b. Angel Principle : Ultimate Integrity c. Leadership Principle : Spiritual Leadership d. Learning Principle : Continous Improvement e. Well Organized Principle : Ultimate Synergy 3. Let’s Action a. Mission Statement : State Your Mission b. Character Building : Build your Character c. Self Controling : Control Your Step d. Strategic Collaboration : Build Your Synergy e. Total Action : Let’s Move65
65
Data diperoleh dari dokumentasi PP ESQ DIY dan sekitarnya
52
BAB III RELIGIUSITAS MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI TRAINING ESQ 165 ANGKATAN 12 DIY
A. Religiusitas Mahasiswa Sebelum Mengikuti Training ESQ 165
Untuk mendapatkan data tentang religiusitas mahasiswa sebelum mengikuti training ESQ, maka dibuat angket. Angket tersebut dibuat sesuai dengan landasan teori tentang religiusitas. Bentuk angketnya adalah langsung dan tertutup. Jumlah angket yang dibuat adalah 64 butir angket, dan yang memiliki validitas angket adalah 46 sedangkan 18 butir angket dinyatakan gugur. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang valid dan reliabel. Hasil dari angket tersebut dianalisis dengan terlebih dahulu dilakukan proses scoring. Adapun cara scoringnya atau tekhnik penyekorannya adalah sebagai berikut: Untuk pertanyaan favorable 1. Selalu dan Sangat Setuju mempunyai bobot skor
:5
2. Sering dan Setuju mempunyai bobot skor
:4
3. Kadang-kadang dan ragu-ragu mempunyai bobot skor
:3
4. Jarang dan kurang setuju mempunyai bobot skor
:2
5. Tidak pernah dan Tidak setuju mempunyai bobot
:1
Sedangkan untuk pertanyaan unfavorable adalah: 1. Selalu dan Sangat Setuju mempunyai bobot skor
:1
53
2. Sering dan Setuju mempunyai bobot skor
:2
3. Kadang-kadang dan ragu-ragu mempunyai bobot skor
:3
4. Jarang dan kurang setuju mempunyai bobot skor
:4
5. Tidak pernah dan Tidak setuju mempunyai bobot
:5
Berdasarkan bobot skor di atas, dengan jumlah angket 46 butir, maka jumlah skor tertinggi dari dari jawaban angket peserta training ESQ adalah 230, dan jawaban angket terendah adalah 46. Hasil angket mahasiswa yang diolah melalui tabel sesuai dengan jumlah skor jawaban akan dianalisis dalam 5 kelompok kategori yaitu kategori Sangat tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah. Pengelompokan ini berguna untuk menjelaskan tentang tingkat religiusitas mahasiswa sebelum training ESQ. Untuk lebih jelasnya digunakan patokan sebagai berikut: −
Skor 46 – 69 masuk kategori
: Sangat Rendah
−
Skor 70 – 115 masuk kategori
: Rendah
−
Skor 116 – 161 masuk kategori
: Sedang
−
Skor 162 – 207 masuk kategori
: Tinggi
−
Skor 208 – 230 masuk kategori
: Sangat Tinggi
Tabel di bawah ini merupakan jumlah skor jawaban angket dari peserta sebelum mengikuti training ESQ, sehingga hasilnya dapat dimasukkan dalam kategori tersebut diatas.
54
Table 5 Hasil Sekor Angket Religiusitas Mahasiswa Sebelum Training ESQ No Nama Mahasiswa
Skor
Kategori
1
Mahasiswa A
126
Sedang
2
Mahasiswa B
136
Sedang
3
Mahasiswa C
136
Sedang
4
Mahasiswa D
151
Sedang
5
Mahasiswa E
162
Tinggi
6
Mahasiswa F
168
Tinggi
7
Mahasiswa G
199
Tinggi
8
Mahasiswa H
131
Sedang
9
Mahasiswa I
169
Tinggi
10
Mahasiswa J
169
Tinggi
11
Mahasiswa K
159
Sedang
12
Mahasiswa L
160
Sedang
13
Mahasiswa M
80
Rendah
14
Mahasiswa N
150
Sedang
15
Mahasiswa O
135
Sedang
16
Mahasiswa P
156
Sedang
55
17
Mahasiswa Q
151
Sedang
18
Mahasiswa R
173
Tinggi
19
Mahasiswa S
144
Sedang
20
Mahasiswa T
169
Tinggi
3034 / 20 =151.7
SEDANG
TOTAL
Dari jawaban angket mahasiswa di atas dapat di tentukan bahwa skor religiusitas mahasiswa sebelum training ESQ dengan jumlah tertinggi adalah 199 dan jumlah terendah adalah 80. Untuk menentukan dalam pengelompokan kategori data diatas maka digunakan patokan di atas, sehingga hasilnya adalah sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 6 Kategori Tingkat Religiusitas Mahasiswa sebelum Training ESQ 165 Skor
f
Kriteria
Prosentase
46 – 69
0
Sangat Rendah
0%
70 – 115
1
Rendah
5%
116–161
12
Sedang
60 %
162– 207
7
Tinggi
35%
208 – 230
0
Sangat Tinggi
0%
Total
20
-
100 %
56
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar religiusitas peserta sebelum Training ESQ 165 masuk dalam kategori Sedang. Dan untuk mengetahui tingkat religiusitas peserta sebelum training, maka perlu dicari nilai rata-rata hitung (Mean). adapun cara mencari Mean adalah dengan cara menjumlahkan semua skor nilai peserta lalu dibagikan dengan banyaknya peserta. jika semua skor nilai tiap peserta kita lambangkan dengan X1, X2, X3, X4, X5, X6,…, sedangkan banyaknya jumlah peserta (nilai) kita lambangkan dengan N, maka mean dari semua butir nilai tersebut adalah66:
M=
X 1, X 2 , X 3 , X 4 , X 5 .... N
Atau dapat disingakat menjadi: Mx =
∑X N
Jika semua skor nilai di atas dimasukkan dalam rumus, maka diperoleh Mean sebagai berikut: Mx = 3034 /20 = 151, 7. dari mean yang diperoleh yakni 151,7 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat religiusitas Mahasiswa sebelum Training ESQ masuk dalam kategori sedang.
B. Religiusitas Mahasiswa Setelah Mengikuti Training ESQ 165
Untuk mendapatkan data tentang religiusitas Mahasiswa setelah training, maka disebarkan angket yang sama seperti angket yang disebarkan sebelum training ESQ, kepada responden yang sama pula. Dan tekhnik pensekorannya
66
Anas Sudijono, Pengantar Statistik…, hal. 75-76.
57
juga sama seperti tekhnik pensekoran pada angket pertama yang disebarkan sebelum pelaksanaan training. Adapun skor nilai yang diperoleh pada angket kedua ini (yang disebarkan setelah training) adalah sebagai berikut:
Table 7 Sekor Angket Religiusitas Mahasiswa Setelah Mengikuti Training ESQ No Nama Mahasiswa
Skor
Kategori
1
Mahasiswa A
165
Tinggi
2
Mahasiswa B
173
Tinggi
3
Mahasiswa C
170
Tinggi
4
Mahasiswa D
181
Tinggi
5
Mahasiswa E
192
Tinggi
6
Mahasiswa F
205
Tinggi
7
Mahasiswa G
219
Sangat Tinggi
8
Mahasiswa H
198
Tinggi
9
Mahasiswa I
196
Tinggi
10
Mahasiswa J
197
Tinggi
11
Mahasiswa K
179
Tinggi
12
Mahasiswa L
178
Tinggi
13
Mahasiswa M
128
Sedang
58
14
Mahasiswa N
192
Tinggi
15
Mahasiswa O
167
Tinggi
16
Mahasiswa P
202
Tinggi
17
Mahasiswa Q
175
Tinggi
18
Mahasiswa R
202
Tinggi
19
Mahasiswa S
185
Tinggi
20
Mahasiswa T
206
Tinggi
3710/ 20 = 185.5
TINGGI
TOTAL
Dari jawaban angket mahasiswa di atas dapat di tentukan bahwa skor religiusitas mahasiswa sebelum training ESQ dengan jumlah tertinggi adalah 219 dan jumlah terendah adalah 128. Untuk menentukan dalam pengelompokan kategori data diatas maka digunakan patokan di atas, sehingga hasilnya adalah sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 8 Kategori Tingkat Religiusitas Mahasiswa setelah Training ESQ 165 Skor
f
Kriteria
Prosentase
46 – 69
0
Sangat Rendah
0%
70 – 115
0
Rendah
0%
59
116–161
1
Sedang
5%
162– 207
18
Tinggi
90 %
208 – 230
1
Sangat Tinggi
5%
Total
20
-
100 %
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar religiusitas peserta setelah
training ESQ masuk dalam kategori Tinggi. Dan sebagaimana pada
angket pertama, untuk mengetahui tingkat religiusitas peserta setelah training, maka perlu dicari nilai rata-rata hitung (Mean). Dengan rumus:
M=
X 1, X 2 , X 3 , X 4 , X 5 .... N
Atau dapat disingkat menjadi: Mx =
∑X N
Jika semua skor nilai di atas dimasukkan dalam rumus, maka diperoleh Mean sebagai berikut: Mx = 3710 /20 = 185,5. dari mean yang diperoleh yakni 185,5 dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat religiusitas Mahasiswa setelah training ESQ masuk dalam kategori Tinggi.
60
C. Analisis Perbedaan Tingkat Religiusitas Sebelum dan Setelah Mengikuti Training ESQ 165
Setelah diketahui tingkat religiusitas Mahasiswa sebelum Training ESQ 165 yang dikategorikan dalam tingkatan Sedang, dan religiusitas Mahasiswa setelah Training ESQ 165 yang dikategorikan dalam tingkatan tinggi, maka selanjutnya dicari tingkat perbedaannya dengan menggunakan uji komparasional (dalam hal ini uji t, sebagaimana rumus yang sudah dijelaskan di Bab I), guna sebagai bahan analisis. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka memperoleh harga t berturut-turut adalah sebagai berikut: 1. Mencari D (Difference = perbedaan) antara sekor variabel I dan sekor variabel II. Jika Variabel I diberi lambang X sedang variabel II diberi lambang Y, maka : D = X-Y 2. Menjumlahkan D, sehingga diperoleh ∑D. 3. Mengkuadratkan D: setelah itu lalu dijumlahkan sehingga diperoleh
∑D
2
.
Ketiga poin ini tercantum dalam tabel dibawah ini:
Tabel 9 Sekor perbedaan religiusitas Mahasiswa sebelum dan sesudah training ESQ No Nama Mahasiswa
Skor Religiusitas Mahasiswa Sebelum Training (X)
D = X-Y
D2
Setelah Training (Y)
61
1
Mahasiswa A
126
165
- 39
1521
2
Mahasiswa B
136
173
- 37
1369
3
Mahasiswa C
136
170
- 34
1156
4
Mahasiswa D
151
181
- 30
900
5
Mahasiswa E
162
192
- 30
900
6
Mahasiswa F
168
205
- 37
1369
7
Mahasiswa G
199
219
- 20
400
8
Mahasiswa H
131
198
- 67
4489
9
Mahasiswa I
169
196
- 27
729
10
Mahasiswa J
169
197
- 28
784
11
Mahasiswa K
159
179
- 20
400
12
Mahasiswa L
160
178
- 18
324
13
Mahasiswa M
80
128
- 48
2304
14
Mahasiswa N
150
192
- 42
1764
15
Mahasiswa O
135
167
- 32
1024
16
Mahasiswa P
156
202
- 36
1296
17
Mahasiswa Q
151
175
- 24
576
18
Mahasiswa R
173
202
- 29
841
62
19
Mahasiswa S
144
185
- 41
1681
20
Mahasiswa T
169
206
- 37
1369
N = 20
-
-
- 676 = 25196 ∑D
=
∑D
4. Mencari Mean dari Difference, dengan rumus: M D =
MD =
2
∑D N
− 676 = - 33.8 20
5. Mencari deviasi standart dari difference ( SDD ) dengan rumus:
SDD
=
∑D
2
N
−
(∑ D ) 2 N
= 1259.8 − (−33.8) 2 = 117.36
=
25196 (−676) 2 − 20 20
= 1259.8 − 1142.44
= 10.833
6. Mencari standart error dari mean of difference, yaitu SE MD dengan menggunakan rumus: SE MD =
=
10.833 4,359
SDD N −1
=
10.833 20 − 1
=
10.833 19
= 2.488
63
7. Mencari harga t dengan menggunakan rumus:
to
=
MD SE MD
=
− 33.8 2.448
= − 13.58 67 Selain itu dilakukan juga uji t dengan menggunakan program SPSS versi 11. hasil dari uji t tersebut, didapat harga t = -13,6. Langkah berikutnya adalah memberikan interpretasi terhadap t o , dengan langkah lebih dahulu memperhitungkan df atau dbnya. Df atau db = N – 1 = 19. dengan df sebesar 19 kemudian dikonsultasikan pada tabel nilai “t”, baik pada taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %. Ternyata dengan df sebesar 19 itu diperoleh harga kritik t atau t tabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,09 sedangkan pada taraf signifikansi 1 % t t diperoleh sebesar 2,86. Dengan membandingkan besarnya “t” yang kita peroleh dalam perhitungan ( t o = 13,58) dan besarnya “t” yang tercantum pada tabel nilai “t” ( t t .t .s1% = 2.09 dan t t .t .s 5% = 2.86) maka dapat diketahui bahwa t o adalah lebih besar dari pada t t yaitu: 2,09 < 13,58 > 2,86
67
Tanda – (“minus”) di sini bukanlah tanda aljabar; karena itu dengan t sebesar -13,58 itu dapat dibaca : ada selisih derajat perbedaan sebesar 13,58
64
Karena t o lebih besar dari pada t t maka hipotesa nihil maka hipotesa nihil ditolak; sebaliknya hipotesa alternatif diterima atau disetujui. Berarti antara kedua variabel yang sedang diselidiki perbedaannya, secara signifikan memang terdapat perbedaan. Dan adanya perbedaan religiusitas Mahasiswa antara sebelum dan sesudah Training ESQ 165 merupakan perbedaan yang berarti atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Data di atas merupakan data ilmiah yang membuktikan perbedaan/ perubahan religiusitas pada seseorang atau kelompok yang ditimbulkan oleh adanya training ESQ 165. hal ini juga didukung oleh data tambahan komentar Mahasiswa peserta training ESQ,
berupa jawaban dari pertanyaan yang
disertakan dalam angket kedua, dengan pertanyaan sebagai berikut: “ perubahan apa yang anda rasakan setelah mengikuti training ESQ 165?”, dan pertanyaan ini sifatnya terbuka dan tidak wajib dijawab, hingga ada beberapa responden yang tidak mengisinya. Adapun peserta yang mengisi pertanyaan tambahan tersebut adalah: 1. Mahasiswa A : Perubahan yang saya rasakan adalah saya lebih yakin bahwa Allah itu maha segala-galanya. Saya juga sadar bahwa ternyata saya sangat dan sangatlah kecil di mata Allah. Sehingga saya insyaAllah akan berusaha lebih merendahkan diri dihadapan Allah dan lebih bertawakal kepada Allah. 2. Mahasiswa B : setelah mengikuti training ESQ saya lebih memahami tentang apa saja yang dilarang dan diperintahkan oleh Allah SWT, jadi saya lebih bisa mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk dan lebih banyak beribadah kepada Allah. 3. Mahasiswa C : saya merasa lebih tau siapa saya dan apa tujuan hidup saya. 4. Mahasiswa D : saya merasakan bahwa memang Allah lah yang patut kita cintai satu-satunya (menomer satukan Allah). Dan saya
65
yakin pada Allah. Dan apa yang terjadi pada saya baik yang sesuai rencana ataupun di luar kehendak kita adalah wujud cinta Allah kepada saya, Allah menunjukkan yang terbaik bagi saya. Saya lebih ikhlas menerima cobaan dari Allah dan percaya akan adanya surga dan neraka. Saya lebih merasakan kebesaran Allah dan keagungan Rasulullah, yang paling penting saya merasakan secara spiritual keadaan saya lebih baik dan lebih damai. 5. Mahasiswa E : Banyak; 1) lebih rajin shalat, 2) banyak bersyukur, 3) percaya bahwa Allah maha adil. Pokoknya banyak dan top banget. 6. Mahasiswa F : menjadi lebih baik dan bertawakal dan berhati-hati dalam bertindak dalam segala perbuatan. 7. Mahasiswa G : sangat berbeda, dulu yang saya rasakan hanyalah doktrin, teori dan tentu saya percaya/patuh, tapi itu hanya permukaan dan tidak menyentuh nurani saya. Tapi setelah mengikuti training ESQ, kehadiran Allah, kasih sayangNya dan kasih sayang Muhammad begitu terasa. Alhamdulillah. 8. Mahasiswa H : sebelum mengikuti ESQ, saya selalu menggantungkan hidup pada hal-hal yang bersifat duniawi, sehingga hal irtu selalu membuat hati saya gelisah, resah dsb. Tetapi setelah mengikuti ESQ, hati saya menjadi tenang luar biasa, karena saya mulai berusaha menyerahkan urusan saya pada Allah, saya hanya bisa berusaha. Hati saya tenang karena hati saya dipenuhi oleh cinta kepada Allah dan Rasulullah. Saya tidak pernah merasakan ketenangan hati yang seperti ini pada waktu sebelumnya. Saya berdoa moga saya tetap selalu bisa menjaga hati ini dan hidayahNya. Amien. 9. Mahasiswa I : perubahan dalam mengenal Allah. Setelah mengikuti training ESQ saya menyadari begitu tidak berdayanya saya dihadapan Allah, begitu banyak dosa yang telah saya perbuat dihadapan Allah. Saya belajar menjalani kehidupan seperti yang Allah mau, yang dicontohkan Rasulullah dan keluarganya. Saya menyadari bahwa al-Qur’an adalah sebenar-benarnya tuntutan hidup bagi manusia. Saya juga mengalami berbagai perubahan pandangan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan lawan jenis, saya akan berjuang untuk tetap istiqamah. 10. Mahasiswa J : Bisa lebih merasakan kehadiran Allah dalam hidup kita dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai idola dan panutan
66
hidup. Bisa lebih menghormati, menyayangi orang tua dan teman-teman. 11. Mahasiswa K : Saya semakin yakin bahwa Allah SWT benar-benar ada. Saya juga yakin bahwa Al-Qur’an benar-benar firman Allah dan benar isinya. Saya sekarang mulai mencintai Allah SWT. Dan saya mengidolakan Nabi Muhammad SAW. 12. Mahasiswa L : Tujuan hidup sesungguhnya hanyalah untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Adapun cinta selain Allah harus dinyatakan sarana bahwa kita mencinti sesuatu itu karena ingin lebih dekat dengan Allah, bukan menyekutukan cintaNya. Nabi Muhammad merupakan manusia pilihan yang harus diidolakan dan dijadikan panutan dalam segala hal. All The Best All The Time. Mari kita bangun peradaban dengan kemampuan yang kita miliki. 13. Mahasiswa M : Alhamdulillah, suasana kehidupan kampus telah mencuci otak saya bahwa hidup ini (kuliah) untuk kerja dan kesuksesan adalah ketika kita mencapai cita-cita. Akan tetapi sekarang saya tahu tujuan hidup saya adalah untuk Allah. Hidup saya yang hanya untuk mengejar materiterasa sesak sekali, namun setelah saya tahu tujuan hidup saya kembali, saya agak tenang. 14. Mahasiswa N : lebih menikmati jalannya kehidupan ini dengan asma Allah, sadar apa arti hidup dan apa tujuan hidup kita di dunia yaitu li Mardhotillah. 15. Mahasiswa O : tidak ada komentar. 16. Mahasiswa P : Saya lebih mengerti bahwa ciptaan Allah sangat mulia dan saya lebih yakin pada Allah dan RasulNya. 17. Mahasiswa Q : setelah mengikuti training ESQ saya merasa ingin tobat, karena dalam training ini kita ditambah wawasannya mengenai betaba besar kuasa Allah, dan itu bukan hanya sekedar bercerita tapi juga disertai dengan bukti secara ilmiah. Selain itu, saya merasa bahwa orang yang harus saya idolakan saat ini hanyalah Rasulllah. Poko’e mantap ESQ. 18. Mahasiswa R : Setelah mengikuti Training ESQ saya merasa keimanan saya bertambah, lebih mengenali hakikat keEsaan Allah dan lebih memaknai hidup dan saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengikhlaskan segala perbuatan ? amal saya demi mengharap ridha Allah. 19. Mahasiswa S : tidak ada komentar. 20. Mahasiswa T : tidak ada komentar.
67
Dari beberapa komentar tersebut, dapat digarisbawahi beberapa poin terkait dengan perbedaan rasa keagamaan yang mereka rasakan setelah mengikuti training ESQ, poin-poin tersebut adalah: 1) bertambahnya keimanan kepada Allah, Rasulullah, dan kebenaran al-Qur’an, 2) meningkatnya ketaqwaan kepada allah, 3) menciptakan visi dan misi hidup hanya kepada Allah, 4) bertambahnya rasa cinta kepada Allah dan Rasulullah, 5) munculnya ketenangan hati sebab menggantungkan semua urusan duniawi hanya kepada Allah, 6) meyakini bahwa Allah maha segala-galanya, dan manusia kecil di mata Allah, 7) merasakan kehadiran Allah dalam kehidupan, dan 8) menjadikan Rasulullah sebai idola. Jika kita lihat secara seksama, maka semua poin-poin yang terdapat di atas merupakan bagian dari tujuan pembelajaran agama Islam secara umum, yang terkadang tidak mampu ditimbulkan dalam pembelajaran Agama Islam selama ini, namun training ESQ – dan pastinya juga berkat hidayah/campur tangan Allah – hanya dalam waktu 2-3 hari mampu menimbulkan efek tersebut dalam sehidupan peserta pasca training. D. Analisis Hasil Penelitian
Sebagaimana diungkapkan di awal bahwa religiusitas merupakan hal yang kompleks. Keberadaannya tidak muncul atau ada begitu saja, religiusitas merupakan kehidupan batin seseorang dan pengalaman batin yang telah mengkristal, oleh karena itu keberadaannya membutuhkan proses yang berkesinambungan dan kontinyu.
68
Dalam prosesnya, keberadaan religiusitas dalam jiwa seseorang didukung oleh banyak faktor yang mempengaruhinya. Robert H. Thouless sebagaimana dikutip oleh Sururin dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama mengemukakan empat faktor utama yang mempengaruhi keberagamaan seseorang, yaitu: 1. Pengaruh-pengaruh sosial, yang meliputi; pendidikan orang tua, tradisi-tradisi sosial dan tekanan-tekanan lingkungan sosial. 2. Berbagai pengalaman, yang meliputi; pengalaman yang membawa seseorang kepada kesadaran jiwa akan keagungan Allah sebagai sang pencipta, pengalaman konflik moral dan pengalaman batin emosional yang tampaknya terikat secara langsung kepada Tuhan. 3. Kebutuhan-kebutuhan, yang
meliputi; kebutuhan akan keselamatan,
kebutuhan akan cinta, kebutuhan memperoleh harga diri, dan kebutuhan manusia yang timbul karena adanya kematian. dan 4. Pemikiran68. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan seseorang merupakan satu kesatuan yang integral dan saling berkaitan. Oleh karena itu, tentunya religiusitas mahasiswa – sebagaimana hasil penelitian – bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh Training ESQ 165, tetapi banyak faktor lain yang ikut mempengaruhinya. Training ESQ merupakan salah satu faktor yang ikut mempengaruhi perkembangan religiusitas mahasiswa. Jika dimasukkan dalam kategori faktor di atas, maka training ESQ 165 sebagai suatu pelatihan bisa
68
Sururin, Ilmu Jiwa Agama…, hal. 79-80.
69
dimasukkan dalam kategori pengaruh-pengaruh sosial berupa pendidikan jangka pendek, dan jika dilihat dari sisi pesertanya, maka training ESQ 165 masuk dalam faktor pengalaman-pengalaman yang dialami oleh pesertanya terutama ketika timbul kesadaran dalam jiwa peserta akan keagungan Allah sebagai sang pencipta. Sebagai sebuah proses, training ESQ 165 tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihan training ESQ 165 adalah seperti yang dihasilkan oleh penelitian ini berupa analisis perbedaan tingkat religiusitas antara sebelum dan sesudah training ESQ 165 dan beberapa komentar tambahan dari peserta setelah mengikuti training ESQ, yakni training ESQ 165 mampu meningkatkan religiusitas peserta dan mampu memberikan inspirasi kepada peserta untuk menjalani kehidupan spiritualnya dengan lebih baik, karena di dalam pelaksanaan training ESQ 165 sangat kental dengan motivasi-motivasi untuk meningkatkan rasa keberagamaan seseorang. Menurut salah satu alumni training ESQ 165 yakni Ir, H Sodik Mudjahid, M,Sc ada beberapa komponen isi training ESQ 165 yang mampu menyentuh sisi spiritualitas seseorang, yakni: 1. Muhasabah (menghisap diri) 2. Re-creation of Prophetic Experience (menghadirkan kembali pengalaman kenabian). 3. Memasukkan nilai-nilai Islam dalam ilmu SDM (sumber daya manusia) 4. Mengenali dan mengeluarkan berhala-berhala duniawi yang ada di hati.
70
5. Membukakan keajaiban yang terlewatkan69 Selain itu juga terdapat komponen-komponen lain terkait dengan isi pelatihan seperti; menghadirkan rasa cinta kepada Allah, Rasulullah dan peduli kepada sesama manusia. Kelebihan-kelebihan yang ada dalam pelaksanaaan training ESQ 165 dapat diterjemahkan dan diaplikasikan dalam pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam guna pengembangan mutu PAI. Selain berbagai kelebihan yang ada di training ESQ, tentunya terdapat beberapa kelemahan dalam proses training ESQ 165. Diantaranya adalah: seabagaimana diketahui bahwa Pembentukan religiusitas membutuhkan proses yang kontinyu dan berkesinambungan, dan religiusitas juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu pembentukan religiusitas tidak cukup hanya dengan training ESQ 165 yang berlangsung 2 atau 3 hari saja, agar rasa keberagamaan yang sudah terbentuk tersebut menjadi sebuah kristal nilai atau suara hati yang secara otomatis mengarahkan perilaku-perilaku kehidupan, proses tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama agar menjadi sebuah kebiasaan. oleh karena pelaksanaan training yang bersifat singkat, maka terkadang kesadaran keberagamaan yang ditimbulkan oleh training ESQ 165 pada mahasiswa juga bersifat sementara, artinya bisa jadi beberapa peserta akan kembali ke keadaan semula berselang lama setelah training ESQ 165. Hal ini juga diakui oleh pihak manajemen ESQ, karena itu setiap alumni yang memiliki kartu alumni dibebaskan untuk mengikuti training ESQ 165 kembali dimanapun tanpa biaya. 69
Sodik Mujdahid, Saum Ramadan, “The Real ESQ Training”, www. Google.com
71
Kelemahan juga terdapat dalam proses pelaksanaan penelitian pada training ESQ 165 Mahasiswa angkatan 12 DIY. Dengan jumlah populasi 139 orang dan pengambilan sampel 15 % yakni sebanyak 20 mahasiswa, maka pengambilan sampel dipandang terlalu kecil, sehingga tingkat error dari hasil penelitian juga semakin besar artinya dengan sampel 20 mahasiswa dianggap kurang mewakili populasi 139 orang. Hal ini bukan berarti hasil dari penelitian ini tidak mencerminkan tingkat religiusitas mahasiswa peserta training ESQ angkatan 12 DIY, akan tetapi dengan sampel yang kecil hal ini dianggap kurang bisa mewakili tingkat religiusitas mahasiswa secara keseluruhan. Pendidikan Agama Islam yang dalam prosesnya bersifat dinamis, melihat hasil penelitian di atas, maka perlu kiranya mengadakan pengkajian atau pembelajaran terhadap esensi dan metode-metode yang ada di training ESQ 165 dalam hal penanaman nilai-nilai keagamaan dan pemberian motivasi keberagamaan. Akan tetapi PAI juga harus melihat pada semua sisi kelebihan dan kelemahan dari pelaksanaan training ESQ 165 dan proses penelitian pada training ESQ. Sehingga kelebihan yang ada di training ESQ 165 dapat diterjemahkan dalam proses pelaksanaan pendidikan agama islam, dan dapat dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung, sedangkan kelemahan yang ada dapat dihindari dan diganti dengan kelebihan-kelebihan yang ada dalam proses pelaksanaan
pendidikan
agama
islam
yang
bersifat
kontinyu
dan
berkesinambungan. Dari hasil pembuktian tentang adanya perbedaan tingkat religiusitas mahasiswa yang ditimbulkan oleh Training ESQ 165 dan beberapa komentar
72
tambahan dari peserta training ESQ, maka Pendidikan Agama Islam secara umum perlu melihat dan mencoba mempelajari esensi konsep dasar training ESQ 165 dan metode yang dipakai serta mengaplikasikan dalam pembelajaran PAI. Jika selama ini, dalam proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dianggap oleh sebagian kalangan hanya sampai pada aspek intelektual saja, maka perlu kiranya Pendidikan Agama Islam lebih dalam lagi dapat menyentuh aspek emosional dan spiritual, baik itu dituangkan dalam bentuk materi, media, metode dan strategi serta hal lain yang berkaitan dengan proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Implementasi dari penelitian ini terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) bukan berarti bahwa pada setiap proses penanaman nilai-nilai keagamaan harus dengan pelaksanaan training ESQ 165, akan tetapi dengan kedinamisan yang dimiliki PAI yang terus melakukan proses pengkajian guna peningkatan mutu PAI, maka tidak ada salahnya jika PAI juga mengkaji proses pelaksanaan training ESQ 165 dan diterjemahkan dalam proses pelaksanaan PAI secara umum dan memperkaya khasanah keilmuan PAI.
73
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Perbedaan Tingkat Religiusitas Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Training ESQ (Emotional Spiritual Quotient) (Studi Kasus terhadap Training ESQ 165 bagi Mahasiswa angkatan 12 DIY) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat Religiusitas mahasiswa sebelum training ESQ angkatan 12 Daerah Istemewa Yogyakarta dengan rata-rata skor 151.7 apabila dikonsultasikan pada patokan nilai standar berskala lima, maka dapat dikelompokkan pada kategori tingkat sedang. Hal ini berarti bahwa secara mayoritas tingkat religiusitas mahasiswa sebelum training ESQ berada pada tingkat sedang. 2. Tingkat Religiusitas mahasiswa setelah training ESQ angkatan 12 Daerah Istemewa Yogyakarta dengan rata-rata skor 185.5 apabila dikonsultasikan pada patokan nilai standar berskala lima, maka dapat dikelompokkan pada kategori tingkat tinggi. Hal ini berarti bahwa secara mayoritas tingkat religiusitas mahasiswa sebelum training ESQ berada pada tingkat tinggi. 3. Hasil analisis tentang perbedaan religiusitas mahasiswa antara sebelum dan sesudah mengikuti training ESQ angkatan 12 Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan menggunakan analisis komparasional uji “t” diperoleh harga “ t o ” sebesar 13,58 dan t tabel pada taraf signifikansi 5 % sebesar 2,09 sedangkan pada taraf signifikansi 1 % t t diperoleh sebesar 2,86. Maka interpretasinya 74
adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara religiusitas mahasiswa sebelum mengikuti training ESQ dengan religiusitas mahasiswa setelah mengikuti training ESQ. Dengan demikian kesimpulannya adalah bahwa training ESQ menimbulkan perbedaan religiusitas mahasiswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah training.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Tingkat religiusitas mahasiswa sesudah mengikuti training ESQ yang masuk dalam kategori tinggi perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengikuti Training ESQ 165 secara terus menerus yang memang digratiskan untuk alumni, agar nilai-nilai keagamaan yang tertanam di hati mahasiswa menjadi sebuah kebiasaan dan dapat direalisasikan lebih baik lagi dalam kehidupan. 2. Kepada semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam hendaknya terus memperbaiki dan meningkatkan proses
pemebelajaran
PAI,
agar
nilai-nilai
keagamaan
benar-benar
terinternalisasi dalam diri dan kehidupan peserta didik dan tidak hanya terhenti pada ranah pemahaman saja. 3. Kepada pihak PP ESQ DIY hendaknya terus menjaga dan meningkatkan kualitas pelaksanaan training ESQ sehingga output yang dihasilkan benar-
75
benar maksimal dan visi Indonesia emas 2020 benar-benar tercapai,. Juga hendaknya lebih meningkatkan pelaksanaan training khususnya pada para praktisi pendidikan secaca umum dan PAI khususnya, agar nilai-nilai keagamaan yang didapat bisa ditransfer ulang pada peserta didik di sekolahsekolah. 4. Mengingat hasil dari penelitian ini yang menunjukkan adanya perbedaan religiusitas Mahasiswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah mengukuti training ESQ 165, maka bagi seluruh pihak yang berkaitan dengan praktisi pendidikan perlu kiranya melakukan pengkajian atau penelitian lebih mendalam
terhadap
proses
pelaksanaan
training
ESQ
165
dan
implementasinya terhadap proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.
C. Kata Penutup
Syukur alhamdlillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebagaimana mestinya. Penulis pun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, meskipun penulis telah berusaha secara maksimal, sehingga tanpa kemurahan-Nya rasanya akan sulit bagi penulis dalam melewati rintangan-rintangan yang harus dihadapi. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak bisa lepas dari motivasi atau dukungan serta bantuan dari berbagai para pihak, baik bantuan berupa moril maupun spiritual.
76
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para praktisi pendidikan dan juga bagi kita semua, Amin. Penulis
Wildatus Sofiah 04410711
77
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Mahasiswa Rosdakarya, 2004 Ahmad Watik Praktiknya, “Identifikasi Masalah Pendidikan Agama Islam di Indonesia” dalam Muslih Usa (ed), Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. ____________, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Anita Widyastuti, Peranan Orang Tua dalam Mendidik Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Anak dalam Perspektif Islam, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002 Ary Ginanjar Agustian, ESQ 165: 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2001 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, alih bahasa: T. Hermaya, Emotional Intelligence, Jakarta: Gramebeliau PUSTAKA Utama, cet. Ix, 1999 Departemen Agama RI, Al-Qur’an danTerjemahannya, Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2005 Djamaluddin Ancok Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami; Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. VI, 2005 Djohar, “Profil Religiusitas Sosial dalam Pendidikan Islam”, dalam M. Anies et al. (eds), Rekonstuksi Pendidikan dan Tradisi Pesantren: Religiusitas Iptek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, penerjemah: Istiwidayanti dan Soedjarwo, Jakarta: Erlangga Eka Sri Astuti, Mengembangkan Kecerdasan dan Spiritual (ESQ) Remaja dalam Keluarga (Perspektif Pendidikan Islam), Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2003 Henkten Nopel, Kamus Teologi Inggris Indonesia, Jakarta: Gunung Mulia, 1994. Inayati & Dwi Septiawati, Kecerdasan Spiritual, Majalah wanita UMMI edisi spesial 4 tahun 2002
78
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. John M Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramebeliau, 1995. Maurice J. Elias dkk, Cara-Cara Efektif Mengasuh Anak Dengan EQ, penerjemah: M. Jauharul Fuad, Bandung: Kaifa, 2000 Muhaimin, Peradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Mahasiswa Rosdakarya, 2002. Muhammad Syarif, “Kembali dari Pergaulan Bebas”, dalam Majalah NEBULA , Kembali Fitri, Jakarta: PT Arga Tilanta, No. 23 / tahun II/2006. Mustopa, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Religiusitas Siswa Di MAN Terpursari Ngawi, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003 Nafis Wiqoyatin, Urgensi Emotional and Spiritual Quotient (ESQ) dalam Pendidikan Akhlak Remaja, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005 Permalink, Anak-Anak Batam: Agama Adalah Kekerasan, www. Google.com, 2005 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999 Sodik Mujdahid, Saum Ramadan, “The Real ESQ Training”, www. Google.com Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Renika Cipta, Edisi Revisi V, 2002. Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004 Susilaningsih, Penelitian Agama Pendekatan Psikologi, Makalah Diskusi Ilmiah Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Yogyakarta: Andi Offset, 1997. Triton PB, SPSS 13.0 Terapan Riset Statistic Parametric, Yogyakarta: Andi Offset, 2006 Winarno Surahmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar: Metode dan Teknik, Bandung: Tarsito, 1990. Zakiah Darajdat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005
79
Catatan lapangan Metode Pengumpulan Data : Wawancara Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Kamis, 27 November 2008 : 14.00-14.30 : Secretariat PP ESQ DIY : Ir. Hanafi
Deskripsi data: Informan adalah kepala Marketing PP ESQ DIY mewakili Ketua PP ESQ DIY guna wawancara dengan penulis. Wawancara kali ini merupakan yang pertama dengan informan dan dilaksanakan secretariat ESQ. Pertanyaanpertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang letak geografis sekretariat dan struktur organisasi PP ESQ DIY. Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa Sekretariatnya bertempat di lantai dasar (basement) gedung Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) kantor Pusat Jl. LPP No. 1 / Jl. Urip Sumoharjo NO. 100 Yogyakarta 55222. Telp: 0274–7408939, Fax: 0274–513849. E-mail :
[email protected]. Web site : www.esqway165.com. Adapun struktur organisasi PP ESQ DIY adalah sebagai berikut: Penasehat : Bapak Lukman Kudonarkodo, SH, MIR. Ketua : Bapak Ir. Indi Pritianto, M. Sc. Sekretaris : Bapak Afiyanto K Pratiknyo. Bendahara : Bapak Ir. M. Awal Satrio Nugroho, MM dan Ibu Suprihati, SE. Reps. ESQ : Bapak Edhie Wicaksono. Marketing: Ir. Hanafi, A. Zainuddin, Dwi Wahyuningtyastuti,dan Woro Widyati, SH.
80
Catatan lapangan Metode Pengumpulan Data : Wawancara Hari/Tanggal Jam Lokasi Sumber Data
: Rabu, 03 Desember 2008 : 10.30-11.30 : Secretariat PP ESQ DIY : Ir. Hanafi
Deskripsi data: Informan adalah kepala Marketing PP ESQ DIY mewakili Ketua PP ESQ DIY guna wawancara dengan penulis. Wawancara kali ini merupakan yang kedua dengan informan dan dilaksanakan secretariat ESQ. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang sejarah singkat awal berdirinya PP ESQ DIY, perkembangan Trainer, karyawan dan peserta, keadaan sarana dan prasarana, visi dan misi dan tujuan berdirinya PP ESQ DIY. Dari hasil wawancara tersebut terungkap bahwa proses PP ESQ DIY dan Sekitarnya berdiri pada tahun 2002. Adapun yang terkait perkembangan Trainer dan penentuannya, itu sepenuhnya ditangani oleh ESQ LC Jakarta. Sedangkan perkembangan peserta training ESQ 165 DIY telah mencapai ±10.000 alumni. Visi Training ESQ 165 adalah ”Mewujudkan Indonesia Emas 2020” dan Misi Training ESQ 165 adalah ”Memberikan Kontribusi dalam Pembangunan Moral Bangsa Melalui The ESQ Way 165 dan 7 Budaya ESQ (jujur, visioner, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, adil dan peduli)”. Adapun sarana dan prasarana yang ada di sekretariat PP ESQ DIY adalah 5 Komputer, 3Printer, 3 Lemari, 1 Dispenser, 4 Meja Kantor, 1 AC dan 1 set meja kursi.
81
ANGKET PENELITIAN Angket ini merupakan salah satu instrumen penelitian dengan tema “Perbedaan Tingkat Religiusitas mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Training ESQ (Study Kasus terhadap Training The ESQ Way 165 tingkat Mahasiswa Angkatan 12 DIY)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan data ilmiah tentang perbedaan tingkat religiusitas mahasiswa yang ditimbulkan oleh adanya training The ESQ way 165. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran terhadap khasanah keilmuan dalam upaya penanaman nilai-nilai keagamaan dalam Pendidikan Agama Islam secara umum. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, Keberadaan responden sangat penting. Kami mengharap kerja sama dari semua responden yang ada. Dan atas kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga. Jazakumullahu khairan katsiran ( Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih banyak). A. Petunjuk Pengisian 1. Tuliskan identitas anda pada tempat yang telah disediakan. 2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda selama ini dengan memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang telah disediakan. 3. Ketentuan interval waktu ”keadaan anda” adalah sebagai berikut: Sebelum : sejak kuliah – sebelum pelaksanaan training ESQ the Way 165 Sesudah : sejak pelaksanaan training ESQ the way 165 – sekarang. B. Identitas Responden Nama : ………………………………………………………… Asal Kampus : ………………………………………………………… No Tlp/HP : ........................................................................................ Arti kode: SL = Selalu, SR = Sering, KD = Kadang-kadang, JR = Jarang, TP =Tidak Pernah No
2
3
4 5
PERNYATAAN
SL
SR
KD
JR
TP
Ketika saya memperhatikan panorama alam yang indah, dalam hati saya timbul kesadaran tentang keagungan Tuhan Terlintas dalam pikiran saya, bahwa keberadaan Malaikat sebagai makhluk Allah yang paling taat, itu tidak mungkin. Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya idola saya di dunia. Setiap saat, Saya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dengan harapan
82
6
7 8 9
10 11 12
13 14
15 16
17
18
19 20 21
22
mendapat percikan syafaat pada hari kiamat. Saya membaca ayat-ayat al-Qur’an setiap hari, karena bagi saya al-Qur’an merupakan pedoman dan tuntunan utama dalam kehidupan Ketika melakukan usaha apapun, tidak lupa saya berdoa kepada Tuhan Ketika sudah berusaha keras, tapi hasilnya tidak memuaskan, saya merasa kecewa. Saya melaksanakan shalat wajib lima waktu secara tertib dan dengan segera ketika masuk waktu shalat. Saya tidak menyesal kalau kebetulan saya meninggalkan shalat wajib. Pulang kuliah, karena capek saya langsung tidur dan lalai dalam melaksanakan ibadah shalat. Ketika bulan ramadhan, saya berpuasa sebulan penuh kecuali berhalangan (sakit, datang bulan, bepergian jauh). Jika karena sebab saya tidak berpuasa di bulan ramadan, saya pasti menggantinya di bulan lain. Kapanpun dan dimanapun ketika menemui pengemis di jalan, saya pasti membagi rezeki yang saya punya. Saya berdoa agar diberi kesempatan oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji di Mekah Jika diberi rizki yang cukup, saya ingin menggunakannya untuk menunaikan ibadah haji di Mekah. Saya merasakan dengan jelas bahwa semua yang saya peroleh selama ini adalah berkat rahmat Allah. Mendengar nama Allah, Rasulullah, dan ayatayat Al-Qur’an dilantunkan, hati saya bergetar karena rasa cinta dan takjub terhadap keagunganNya. Ketika melaksanakan ibadah shalat, saya merasa berbicara langsung dengan Allah Saya merasakan dengan jelas bahwa doa saya dikabulkan oleh Allah Ketika pacar/teman lawan jenis menyentuh/menggandeng tangan saya, saya merasa wajar saja Setelah membicarakan orang lain, saya langsung membaca istigfar (meminta ampun kepada Tuhan)
83
23 Ketika shalat, saya menitikkan air mata karena begitu banyak dosa yang saya perbuat 24 Saat membaca al-Qur’an saya menitikkan air mata karena merasakan keagungan Tuhan di setiap ayat-ayatNya 25 Sebelum dan sesudah melaksanakan shalat wajib 5 waktu, tidak lupa saya melaksanakan shalat sunnah Bila akan memberikan uang kepada 26 pengamen/pengemis saya menimbang-nimbang jangan-jangan saya sendiri kekurangan uang 27 Di sepertiga malam, tidak lupa saya melaksanakan shalat sunnah tahajjud Teman saya mempunyai banyak kelebihan, 28 sedangkan saya merasa mempunyai banyak sekali kekurangan, tetapi saya yakin Allah maha adil Ketika mendapat musibah apapun, saya yakin 29 Allah merencanakan hal yang lebih baik bagi kehidupan saya. 30 Untuk menambah pengetahuan tentang agama, saya menyempatkan diri untuk membaca bukubuku yang bernuansa agama. 31 Saya senang mendengarkan atau menonton acara ceramah dan dialog keagamaan di radio atau televisi 32 Saya berusaha mempelajari isi kandungan alQur’an dengan membaca terjemahannya. 33 Selama ini, agar nilai ujian saya tinggi saya melakukan berbagai cara termasuk nyontek 34 Ketika marah, saya terbiasa mengucapkan katakata kasar terhadap siapa saja Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, 35 saya menggunakan bahasa halus dan sopan. 36 Di kos/ di rumah, saya terbiasa menggunakan barang milik saudara/ orang tua/ teman saya tanpa meminta izin terlebih dahulu 37 Ketika saya menemukan uang/ barang di jalan, saya menggunakannya 38 Karena alasan malas/ ingin bermain/ jalan-jalan/ nongkrong dengan teman, saya bolos kuliah. 39 Selama ini, saya semangat kuliah dengan niat hanya untuk pengabdian kepada Allah. 40 Ketika saya sudah berbuat baik untuk orang lain tetapi sama sekali tidak mendapatkan
84
41 42
43 44
45
46 47 48 49
penghargaan dari orang tersebut, saya tidak merasa kecewa sedikitpun, karena saya yakin Allah menghargai perbuatan saya dan malaikat mencatatnya. Dimanapun saya membuang sampah pada tempatnya Di rumah, melihat lantai/ perabotan kotor saya langsung membersihkannya, karena mengharap ridha dari Allah. Kalau ada teman yang menyinggung perasaan saya, saya merasa sulit untuk memaafkannya Ketika saya menyinggung perasaan/membuat kesalahan terhadap siapapun, saya langsung minta maaf Saya melaksanakan shalat wajib secara berjamaah, baik itu di kos, di rumah maupun di masjid terdekat. Setiap ada kegiatan keagamaan di masjid terdekat, saya mengikutinya. Di kampus, saya aktif mengikuti kegiatankegiatan sosial kemasyarakatan. Ketika ada kerja bakti desa/ daerah tempat tinggal sekarang, saya ikut membantunya. Ketika ada teman membutuhkan pertolongan baik materi maupun non materi, saya berusaha membantunya.
SS = Sangat Setuju, S = Setuju, R = Ragu-ragu, KS = Kurang Setuju, TS = Tidak Setuju No
PERNYATAAN
SS
S
R
KS
TS
Kitab suci Al-Qur’an yang ada sekarang, belum 51 tentu isinya sama dengan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW. Terbersit dalam hati saya keraguan bahwa kelak 52 satu persatu ayat-ayat al-Qur’an akan terbukti secara nyata kebenarannya, karna ada beberapa ayat al-Qur’an yang sepertinya mustahil terbukti secara akal. Manusia hanya bisa berusaha, tapi Tuhanlah 53 yang menentukan hasilnya
85
Saya yakin bahwa setelah kehidupan dunia, ada 54 kehidupan akhirat yang abadi Menurut saya, surga dan neraka adalah wujud 55 penyempurnaan keadilan yang tidak selalu didapat di dunia Dalam harta orang-orang kaya, terdapat hak 56 orang-orang miskin, oleh karena itu bagi mereka (orang kaya) wajib mengeluarkan zakat. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang bersifat 57 kekal dan abadi. Saya yakin, bahwa shalat mampu membentuk 58 kepribadian manusia yang tangguh, tanggung jawab dan disiplin. ”Shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan 59 mungkar”, menurut saya, pernyataan ini kurang benar, karena pada kenyataannya masih banyak orang Islam yang melaksanakan shalat tetapi masih melakukan maksiat. Dengan berpuasa, manusia bisa mengendalikan 60 nafsu dan jiwanya agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama. Puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan 61 manusia Dalam kelebihan harta kita terdapat harta 62 orang-orang yang tidak mampu, sehingga ketika kita tidak mengeluarkan zakat, berarti kita menggunakan harta yang bukan milik kita. Pacaran itu boleh, asal tidak melampaui batas. 63 Bagi saya, nyontek atau bertanya pada teman 64 pada saat ujian itu boleh asal tidak ketahuan.
Pertanyaan Tambahan Perubahan apa yang anda rasakan setelah mengikuti Training ESQ 165? ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………............
86