HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL) DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH:
CESIL MAGDALENA 1112101000001
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan Judul HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL) DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP STATUS KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2016
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, Desember 2016 Oleh: CESIL MAGDALENA 1112101000001
Mengetahui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ratri Ciptaningtyas, MHS
Gitalia Budi Utami, SKM, MKM
NIP. 19840404 200912 2 007
NIP. -
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2016 M i
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jakarta, Desember 2016
Penguji I
Febrianti, M.Si NIP. 19710221 200501 2 004
Penguji II
Dela Aristi, MKM NIP. -
Penguji III
Fitria, SKM, MKM NIP. -
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2016
Cesil Magdalena
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, Desember 2016 CESIL MAGDALENA, NIM: 1112101000001 Hubungan Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Dan Jadwal) Dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 xviii + 88 halaman, 15 tabel, 2 bagan, 2 gambar, 8 lampiran ABSTRAK Terdapat empat pilar penatalaksanaan agar dapat mempertahankan kadar gula darah dalam keadaan stabil pada penderita DM tipe 2 yaitu penatalaksanaan diet, aktivitas fisik, edukasi melalui penyuluhan dan intervensi farmakologis. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan non-farmakologis yaitu perubahan gaya hidup berupa penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik. Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti anjuran dalam aturan 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan. Selain itu, aktivitas fisik juga berperan dalam pengaturan kadar gula darah karena resistensi insulin akan berkurang dan sebaliknya sensitivitas insulin akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah penderita DM Tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebanyak 84 sampel secara Proportional Random Sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan proporsi penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang memiliki status kadar gula darah terkontrol sebanyak 56,0%. Adapun variabel yang berhubungan dengan status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 adalah penerapan jenis makanan (Pvalue = 0,002). Sedangkan, variabel yang tidak berhubungan adalah penerapan jumlah makanan (P-value = 0,082), penerapan jadwal makan (P-value = 0,108) dan aktivitas fisik (P-value = 0,075). Saran untuk Puskesmas Ciputat adalah meningkatkan peran Posbindu dalam memotivasi masyarakat terutama penderita DM tipe 2 agar menerapkan penatalaksanaan DM tipe 2 dan meningkatkan monitoring dan evaluasi berkala pada kader posbindu. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah dapat menyertakan variabel penatalaksanaan yang tidak diteliti pada penelitian ini dan menggunakan metode eksperimental sehingga dapat melihat 4 pilar penatalaksanaan diabetes akan berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap kadar gula darah. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Penerapan 3J, Aktivitas Fisik, Posbindu, Puskesmas Daftar bacaan: 65 (2002-2016)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION Undergraduate Thesis, December 2016 CESIL MAGDALENA, NIM: 1112101000001 Relation of 3J Application (Amount, Type, and Schedule) and the Physical Activity with Status of Blood Sugar Levels in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus In Posbindu Puskesmas Ciputat on 2016 xviii + 88 pages, 15 tables, 2 charts, 2 images, 8 attachments ABSTRACT There are four pillars of management in order to maintain blood sugar levels in a stable condition in patients with type 2 DM, namely the management of diet, physical activity, education through counseling and pharmacological interventions. The first step that must be done is non-pharmacological management is the management of lifestyle changes such as diet and physical activity. In carrying out the diet, patients with type 2 DM should follow the advice in the 3J rules, the amount of food, type of food, and eating schedule. In addition, physical activity also plays a role in the regulation of blood sugar levels due to insulin resistance decreases and otherwise will increase insulin sensitivity. This study aims to determine the relation of the application of 3J (Amount, Type, and Schedule) and physical activity with status of blood sugar levels in Posbindu Puskesmas Ciputat 2016. This study used a cross-sectional study design. Samples of this study were patients with Type 2 DM in Posbindu Puskesmas Ciputat, a total of 84 samples were Proportional Random Sampling. From this research, the proportion of patients with type 2 DM in Posbindu Puskesmas Ciputat which has the status of blood sugar levels is controlled as much as 56,0%. The variables associated with the status of blood sugar levels in patients with type 2 DM is the application of the type of food (P-value = 0,002). Meanwhile, unrelated variables is the application of the amount of food (P-value = 0,082), schedule of meals (P-value = 0,108) and physical activity (P-value = 0,075). Suggestions for Puskesmas Ciputat is increasing Posbindu role in motivating people, especially people with type 2 DM in order to implement the management of type 2 DM and improve the monitoring and periodic evaluation of the cadres Posbindu. Suggestion for further research is management can include variables not examined in this study and using experimental methods so that they can see the four pillars of the management of diabetes will have an effect or no effect on blood sugar levels.
Keywords : Diabetes Mellitus, Application of 3J, Physical Activity, Posbindu, Puskesmas Bibliography : 65 (2002-2016)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Pribadi Nama Lengkap
: Cesil Magdalena
Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 25 Mei 1994
Alamat
: Jalan Beo No.71 RT 003/007, Sawah, Ciputat
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Email
:
[email protected]
Telepon
: 085782428900
Pendidikan Formal 2000-2001
: TK Salman ITB Ciputat
2001-2006
: MI Pembangunan UIN Jakarta
2006-2009
: MTs Pembangunan UIN Jakarta
2009-2012
: MA Pembangunan UIN Jakarta
2012-Sekarang : S1-Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengalaman Organisasi 2012-2014
: Anggota LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015
: Ketua LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Kerja 2015
: Pengalaman Belajar Lapangan di Puskesmas Jombang periode Januari s.d. Februari 2015
2016
: Magang di Puskesmas Ciputat periode Februari s.d. Maret 2016
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Hubungan Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, Dan Jadwal) dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016” dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibuku tercinta Dra. Umu Sadiyah dan adikku Annisa Elyana Dewi yang senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, PhD selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Ibu Gitalia Budi Utami, S.KM, M.KM selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah memberikan waktu, ilmu dan arahan untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Febrianti, M.Si, Ibu Dela Aristi, M.KM, Ibu Fitria, S.KM, M.KM selaku penguji, terimakasih atas segala kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lebih baik.
vii
6. Pihak
Puskesmas
Ciputat
yang
telah
mengizinkan
penulis
untuk
melaksanakan penelitian di Posbindu dan para kader Posbindu yang banyak membantu penulis selama proses penelitian. 7. Sahabat-sahabatku terbaik (Arini Mardatika, Ranti Rahmani, Dini Hanifa Sari, dan Ratu Amiratun) yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan semangatnya hingga laporan skripsi ini selesai. 8. Cibengerss (Ofin, Cory, Silmi, Astrid, Widy, Rico, Agin, Nizar, Novaco, Tyo, Alviral, dan Tsabit) yang telah memberikan doa, keceriaan, canda, dan tawa dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai. 9. Teman-teman Kesmas 2012, Peminatan Gizi 2012 khususnya (Andini, Widya, Evi, Reiza, Tyas, Nuni dan Arinbe) serta SACIHAS (2012,2013&2014) terimakasih untuk segala ilmu, kritik, dan pengalaman yang telah diberikan. 10. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.
Jakarta,
Desember 2016 Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................iii ABSTRAK ............................................................................................................ iv ABSTRACT ........................................................................................................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi KATA PENGANTAR .........................................................................................vii DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7 D. Tujuan .......................................................................................................... 8 1.
Tujuan Umum........................................................................................... 8
2.
Tujuan Khusus .......................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9 1.
Bagi Puskesmas Ciputat ........................................................................... 9
2.
Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ....................................... 9
3.
Bagi Peneliti Lain ................................................................................... 10
ix
F.
Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ........................ 10 A. Diabetes Mellitus ....................................................................................... 10 1.
Definisi ................................................................................................... 10
2.
Klasifikasi ............................................................................................... 10
3.
Diagnosis ................................................................................................ 12
B. Gula Darah ................................................................................................. 14 1.
Definisi ................................................................................................... 14
2.
Pengendalian Kadar Gula Darah ............................................................ 14
C. Diabetes Mellitus Tipe 2 ............................................................................ 15 1.
Definisi DM Tipe 2 ................................................................................ 15
2.
Gejala DM Tipe 2 ................................................................................... 16
3.
Patofisiologi DM Tipe 2 ......................................................................... 17
4.
Pengelolaan DM Tipe 2 .......................................................................... 17
D. Penatalaksanaan Diet dengan Kadar Gula Darah ....................................... 20 1.
Tujuan ..................................................................................................... 21
2.
Standar Diet DM Tipe 2 ......................................................................... 22
3.
Jumlah Makanan ..................................................................................... 22
4.
Jenis Makanan ........................................................................................ 27
5.
Jadwal Makan ......................................................................................... 28
E. Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah ................................................. 30 F.
Kerangka Teori........................................................................................... 32
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................................... 33
x
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 33 B. Definisi Operasional................................................................................... 35 C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 41 BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 41 A. Desain Penelitian ........................................................................................ 41 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41 C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 43 1.
Populasi .................................................................................................. 43
2.
Sampel Penelitian ................................................................................... 43
3.
Perhitungan Sampel ................................................................................ 44
4.
Teknik Pengambilan Sampel .................................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 46 1.
Sumber Data ........................................................................................... 46
2.
Alur Pengumpulan Data ......................................................................... 47
3.
Instrumen Penelitian ............................................................................... 49
4.
Pengukuran ............................................................................................. 49
E. Pengolahan Data......................................................................................... 52 1.
Penyuntingan Data (Editing) .................................................................. 52
2.
Pemasukan Data (Entry Data) ................................................................ 52
3.
Pemberian Kode (Coding) ...................................................................... 52
4.
Pengoreksian Data (Cleaning Data)....................................................... 57
F.
Analisis Data .............................................................................................. 57 1.
Analisis Univariat ................................................................................... 57
2.
Analisis Bivariat ..................................................................................... 57
xi
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 54 A. Gambaran Umum Puskesmas Ciputat........................................................ 54 B. Hasil Analisis Univariat ............................................................................. 61 1.
Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 ................... 61
2.
Gambaran Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 .............. 61
3.
Gambaran Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 .................. 62
4.
Gambaran Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 ................... 63
5.
Gambaran Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 .................................... 63
C. Hasil Analisis Bivariat ............................................................................... 64 1.
Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah 64
2.
Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah65
3.
Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah 66
4.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah ................. 67
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 68 A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 68 B. Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 ....................... 69 C. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah 70 D. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah ... 72 E. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah .... 74 F.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah ..................... 76
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 73 A. SIMPULAN ............................................................................................... 73 B. SARAN ...................................................................................................... 80
xii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76 LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Kriteria Diagnosis DM .................................................................................... 13 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring ......... 13 2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus ........................................................ 15 2.4 Jadwal Makan Pasien DM............................................................................... 29 4.1 Pembagian Sampel .......................................................................................... 46 5.1 Nama Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat ................................... 60 5.2 Distribusi Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 61 5.3 Distribusi Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 62 5.4 Distribusi Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 62 5.5 Distribusi Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................................................... 63 5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 ............................................................................ 63 5.7 Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 ............................................................................................................................... 64 5.8 Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 ............................................................................................................................... 65
xiv
5.9 Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 ............................................................................................................................... 66 6.0 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 .................... 67
xv
DAFTAR BAGAN
2.1 Kerangka Teori…………………………………………………….……..…32 3.1 Kerangka Konsep ……………………………………………………….....33
xvi
DAFTAR GAMBAR
4.1
Contoh
entry
data
food
recall
hari
ke-1
dan
ke-2
…………………………………………….…………………………………..…54 4.2 Contoh entry & coding data rata-rata dari food recall 2x24 jam …………………………………………………………………………………...54
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Skrining Variabel Terkontrol Edukasi Dan Terapi Farmakalogis Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Formulir Informed Consent Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Skripsi Lampiran 5 Instrumen Lampiran 6 Data Jumlah Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Ciputat Bulan Januari S/D Desember 2015 Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan Lampiran 8 Transkrip Hasil Fakta Lapangan di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Lampiran 9 Output Analisis Univariat dan Bivariat
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya (WHO, 2015). Diabetes Mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus dan pengelolaan yang tidak baik dalam mencegah komplikasi. (Kemenkes, 2013) Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) berdasarkan etiologinya, DM diklasifikasikan menjadi 4 jenis yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan DM tipe lain (PERKENI, 2011). Dari berbagai tipe DM yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan kasusnya dari 90-95% kasus DM yang terdiagnosis secara keseluruhan (CDC, 2014). Umumnya penderita DM tipe 2 mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin yang disusul oleh kelelahan Sel β pankreas dan ditandai dengan kadar gula darah yang meningkat (Waspadji, 2011). Kadar gula darah yang tetap tinggi pada penderita DM menimbulkan penyakit penyulit pada berbagai organ tubuh seperti pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke, pembuluh darah mata menimbulkan kebutaan, pembuluh darah jantung menimbulkan penyakit jantung koroner dan pembuluh darah ginjal menimbulkan gagal ginjal kronik (Waspadji, 2011)
1
2
Data WHO (2015) menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang menderita diabetes mellitus di seluruh dunia, dan jumlah tersebut kemungkinan akan menjadi dua kali lipat di tahun 2025. Data International Diabetes Federation (IDF) (2015) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi sebesar 10 juta kasus. Pada penelitian PERKENI (2011) dengan responden di masyarakat umum, didapatkan sebanyak 8,29% memiliki kadar gula darah sewaktu melebihi 200 mg/dL dan 15,63%
dengan kadar gula darah 140-199 mg/dL. Dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4% berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2025 nanti akan ada 178 juta penduduk Indonesia berusia di atas 20 tahun yang berisiko terkena DM. Berdasarkan data wawancara Riskesdas Tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi DM di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013), diketahui Provinsi Banten juga mengalami peningkatan prevalensi DM sebesar 0,5% pada tahun 2007 menjadi 1,3% (Kemenkes, 2013). Selain itu, berdasarkan laporan Penyakit Tidak Menular di Kota Tangerang Selatan terdapat laporan kasus lama DM menurut umur dan jenis kelamin sejumlah 5.599 jiwa sedangkan kasus baru sejumlah 509 jiwa (Dinkes Tangsel, 2015). Dari seluruh Puskesmas yang berada di Kota Tangerang Selatan, Puskesmas Ciputat termasuk ke dalam 3 besar puskesmas yang memiliki prevalensi DM tinggi sebesar 4,7% (Dinkes Tangsel, 2014). Terdapat empat pilar penatalaksanaan agar dapat mempertahankan kadar gula darah dalam keadaan stabil pada penderita DM tipe 2 yaitu penatalaksanaan diet, aktivitas fisik, edukasi melalui penyuluhan dan intervensi farmakologis (Waspadji,
2011).
Langkah
pertama
yang
harus
dilakukan
adalah
3
penatalaksanaan
non-farmakologis
yaitu
perubahan
gaya
hidup
berupa
penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik (Sukardji, 2011). Diet merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 (Sukardji, 2011). Tujuan dari adanya penatalaksanaan diet adalah membantu penderita diabetes dalam perbaikan gizi untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik (Soegondo, 2011). Ketidakpatuhan pasien dalam perencanaan makan yang disarankan oleh petugas kesehatan merupakan salah satu kendala dalam keberhasilan penatalaksanaan DM tipe 2 (Sukardji, 2011). Dalam melaksanakan diet, penderita DM tipe 2 harus mengikuti anjuran dalam aturan 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan, (PERKENI, 2011). Jenis dan jumlah makanan yang banyak mengandung gula serta jadwal makan yang tidak teratur dapat meningkatkan kadar gula darah sehingga terjadilah DM tipe 2 (Idris, 2014). Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit mengontrol kadar gula darah dalam batas normal (Waspadji, 2013). Jika aturan diet tersebut tidak diikuti maka kadar gula darah akan tidak stabil (ADA, 2015). Padahal tujuan dari penatalaksanaan DM tipe 2 dalam jangka pendek adalah mencapai target pengendalian glukosa darah (PERKENI, 2011). Berbagai studi meta-analisis juga sudah menunjukkan pengaruh signifikan intervensi diet dengan kadar gula darah. Berdasarkan studi metaanalisis Ajala, et al (2013) terdapat 20 studi penelitian (randomized controlled trial) dalam melihat intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat memperbaiki dan berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi gula darah, penurunan berat badan, serta profil lipid (p<0,00001). Selain itu, hasil studi meta-analisis lainnya yaitu Aguiar (2014) menunjukkan bahwa dari 8 studi
4
penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup termasuk diet berpengaruh dan efektif terhadap kontrol gula darah serta tujuan dari dijalankannya aktivitas (p<0,001). Pada penelitian ini dilihat hubungan penerapan diet 3J dengan status kadar gula darah. Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penerapan 3J terhadap status kadar gula darah. Hasil penelitian Verawati, dkk (2014) di Purworejo menunjukkan adanya hubungan antara penerapan jumlah makanan dengan kadar gula darah (p=0,001). Pada penelitian Toharin (2015) di Batang, menunjukkan bahwa ada hubungan antara aturan jenis makanan dengan status kadar gula darah (p=0,001). Selain itu, penelitian Kurniawati (2007) juga menunjukkan adanya hubungan antara aturan jadwal makan dengan kadar gula darah (p=0,003). Langkah perubahan gaya hidup lainnya yang tidak terpisahkan dengan diet adalah aktivitas fisik. Pada penderita DM tipe 2, aktivitas fisik juga berperan utama dalam pengaturan kadar gula darah. Pada saat melakukan aktivitas fisik, resistensi insulin akan berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada DM tipe 2 akan berkurang (Ilyas, 2011). Berdasarkan studi meta-analisis Norris, et al (2004) terdapat 22 studi penelitian (randomized controlled trial) dalam melihat intervensi aktivitas fisik pada 4659 responden menunjukkan adanya pengaruh terhadap kadar gula darah dan penurunan berat badan. Pada penelitian eksperimental Indriyani (2007) di Purbalingga menunjukkan adanya pengaruh aktivitas fisik terhadap penurunan kadar gula darah (p=0,0001).
5
Selain itu, terdapat penelitian yang menunjukkan adanya hubungan aktivitas fisik dengan status kadar gula darah. Hasil penelitian cross-sectional Teh, et.al (2015) di Malaysia dengan sampel penderita DM yang merupakan masyarakat urban dan rural menunjukkan adanya hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan pengontrolan glukosa darah (p <0,05). Hal tersebut serupa dengan penelitian Anani, et.al (2012) di Cirebon menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan olahraga atau aktivitas fisik dengan kondisi glukosa darah penderita DM tipe 2 (p=0,041). Pemilihan tempat penelitian memiliki beberapa justifikasi diantaranya berdasarkan data laporan bulanan kasus DM tipe 2 yang dimiliki Puskesmas Ciputat dari bulan Januari-Desember 2015 mengalami peningkatan jumlah kasus tiap bulannya. Selain itu, dari data sekunder laporan posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdapat 116 penderita DM tipe 2, dimana sejumlah 49 penderita DM tipe 2 (42,2%) masih memiliki kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/ dL yang belum mencapai target penurunan kadar gula darah. Pada hasil fakta lapangan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Februari tahun 2016 di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat dengan metode observasi dan wawancara terkait pelaksanaan dan pemberian anjuran diet dan aktivitas fisik di setiap posbindu, didapatkan hasil bahwa penderita DM tipe 2 yang telah diberikan anjuran diet oleh petugas kesehatan menyampaikan bahwa mereka menganggap anjuran diet tersebut penting akan tetapi sulit menerapkan sehari-hari karena harus sesuai dengan aturan 3J sehingga status kadar gula darah mereka buruk. Dalam hal aktivitas fisik, penderita DM tipe 2 lebih banyak melakukan aktivitas rumah tangga.
6
Selain itu, peran antara petugas kesehatan dengan pasien hanya bertemu saat adanya kegiatan posbindu yang dilaksanakan satu bulan sekali atau saat mereka melakukan kunjungan ke puskesmas. Saat berlangsungnya kegiatan posbindu di meja 5, petugas kesehatan kerap lupa menanyakan perkembangan diet serta aktivitas fisik dan langsung memberikan obat, padahal penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik merupakan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan terlebih dahulu dalam mengontrol kadar gula darah. Sedikitnya pasien DM tipe 2 yang berhasil dalam menerapkan aturan diet 3J juga disebabkan karena tidak adanya evaluasi penilaian tujuan kegiatan preventif dari pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penerapan diet dan aktivitas fisik yang belum sesuai akan menghasilkan tidak terkendalinya kadar gula darah dalam batas normal, timbulnya komplikasi dan berbagai penyakit menahun dari penderita DM tipe 2. Dari hasil studi pendahuluan dan hasil fakta lapangan peneliti yang telah didapat mengenai penerapan diet dan kadar gula darah, membuat peneliti perlu melakukan penelitian mengenai hubungan penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. B. Rumusan Masalah Penderita DM tipe 2 masih banyak yang belum memahami bagaimana penatalaksanaan diet yang sesuai sehingga kadar gula darah menjadi buruk. Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit mengontrol kadar gula darah dalam batas normal. Sama halnya dengan aktivitas fisik, jika aktivitas fisik tidak dilakukan secara benar dan teratur maka resistensi insulin akan meningkat dan sensitivitas insulin menurun.
7
Pada hasil fakta lapangan, sebagian besar penderita DM tipe 2 menganggap anjuran diet tersebut penting akan tetapi dalam sehari-hari sulit diterapkan karena harus sesuai dengan aturan 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal) dan berakibat pada status kadar gula darah yang buruk. Dan dalam hal aktivitas fisik, penderita DM tipe 2 lebih banyak melakukan aktivitas rumah tangga. Selain itu, hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan melihat data sekunder laporan posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdapat 116 penderita DM tipe 2, dimana sejumlah 59 penderita DM tipe 2 (50,8%) masih memiliki kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/ dL yang belum mencapai target penurunan kadar gula darah. Maka dari itu, peneliti perlu melakukan penelitian mengenai “Hubungan Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016”. C. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian kali ini adalah: 1. Bagaimanakah gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? 2. Bagaimanakah gambaran penerapan jumlah makanan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? 3. Bagaimanakah gambaran penerapan jenis makanan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? 4. Bagaimanakah gambaran penerapan jadwal makan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? 5. Bagaimanakah gambaran aktivitas fisik pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016?
8
6. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? 7. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? 8. Apakah terdapat hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? 9. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016? D. Tujuan 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. b. Diketahuinya gambaran penerapan jumlah makanan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. c. Diketahuinya gambaran penerapan jenis makanan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
9
d. Diketahuinya gambaran penerapan jadwal makan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. e. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. f. Diketahuinya hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. g. Diketahuinya hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. h. Diketahuinya hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. i. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Ciputat Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan oleh Puskesmas Ciputat sebagai bahan referensi dalam meningkatkan penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik agar status kadar gula darah baik pada pasien DM tipe 2 melalui kegiatan yang berada di klinik gizi dan posbindu. 2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Hasil penelitian dapat memberikan informasi dan masukan terkait masalah kesehatan serta menjadi tambahan kepustakaan di bidang gizi
10
mengenai penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal), aktivitas fisik dan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal), aktivitas fisik dan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. Adapun responden pada penelitian ini adalah penderita DM Tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dimulai sejak bulan Agustus-Oktober 2016. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan melihat penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dari Formulir Food recall 2x24 jam dan Global Physically Activity Questionnaire (GPAQ) untuk aktivitas fisik. Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini adalah data rekam medik mengenai kadar gula darah penderita DM tipe 2 saat penelitian berlangsung di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing
manis
merupakan
penyakit
kelainan
metabolik
yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya (WHO, 2015). Dampak atau komplikasi akibat Diabetes Mellitus antara lain
kebutaan, gagal ginjal,
penyakit jantung, stroke, dan kaki diabetes (gangrene) sehingga harus diamputasi. (Kemenkes, 2013) 2. Klasifikasi Menurut ADA (2012), DM diklasifikasikan berdasarkan etiologinya terdiri dari 4 jenis, yaitu: a. DM tipe 1 DM tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat kegagalan sel beta pancreas untuk memproduksi insulin dan juga disebut sebagai Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Penyakit ini biasa dijumpai pada anak-anak dan akan terus membutuhkan suntikan insulin setiap hari. Penggunaan yang tidak memadai dari hasil insulin akan menyebabkan ketoasidosis dan akibatnya sering memerlukan rawat inap. (ADA, 2012)
11
12
b. DM tipe 2 DM tipe 2 adalah penyakit hiperglikemia akibat resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin (PERKENI, 2011). DM tipe 2 biasa dijumpai pada orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini disebut juga sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) karena pada DM tipe 2, insulin tetap dihasilkan namun kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal (ADA, 2012). c. DM gestasional DM gestasional adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peningkatan gula darah tinggi yang menetap sewaktu kehamilan pada wanita yang sebelumnya tidak menderita diabetes sebelum hamil. Wanita dengan riwayat DM gestasional harus melakukan skrining untuk melihat perkembangan DM setidaknya setiap 3 tahun. (ADA, 2012) d. DM tipe lain DM
tipe
ini
berhubungan
dengan
keadaan
timbulnya
hiperglikemia pada usia dini (umumnya sebelum usia 25 tahun). Hal tersebut dikarenakan adanya penyakit lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik
kerja insulin,
penyakit
eksokrin pankreas,
endokrinopati, obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. (PERKENI, 2011) 3. Diagnosis Berdasarkan PERKENI (2011), diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Dalam penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa
13
secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga kriteria, yaitu: Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis DM No 1.
Diagnosis DM Gejala klasik DM + Glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/ dL (11,1 mmol/L) (Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir) Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/ dL (7,0 mmol/L)
2. (Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam) Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/ dL (11,1 mmol/L) 3. (TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air) Sumber: PERKENI (2011)
Apabila seseorang tidak menunjukkan adanya gejala DM, maka dilakukan pemeriksaan penyaring yang dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM (PERKENI, 2011). Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring No
Jenis Pemeriksaan
Bukan DM
Belum pasti
DM
DM 1
Kadar glukosa
Plasma vena
< 100
100 – 199
≥ 200
darah sewaktu
Darah kapiler
< 90
90 – 199
≥ 200
(mg/ dL)
14
No
Jenis Pemeriksaan
Bukan DM
Belum pasti
DM
DM 2
Kadar glukosa
Plasma vena
< 100
100 – 125
≥ 126
darah puasa
Darah kapiler
< 90
90 - 99
≥ 100
(mg/ dL) Sumber: PERKENI (2011)
B. Gula Darah 1. Definisi Kadar gula darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah (Parker, 2004). Menurut kamus kedokteran Dorlan (2002) gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber energi utama organisme hidup yang kegunaannya dikontrol oleh insulin. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/ dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum makan. 2. Pengendalian Kadar Gula Darah Kadar gula darah dapat dikontrol dengan 3 cara yaitu menjaga berat badan ideal, penatalaksanaan diet, dan melakukan olahraga/latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga cara tersebut sering kali kurang memadai lagi. Kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan baik. Pada keadaan yang seperti inilah baru diperlukan terapi farmakologis dengan obat anti diabetes (OAD). Jadi, pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet dan olahraga, gula darah belum terkontrol dengan baik. (Sukardji, 2011)
15
Pengendalian kadar glukosa darah berarti menjaga kadar gula darah agar sedapat mungkin mendekati normal. Kriteria pengendalian kadar gula darah berdasarkan PERKENI (2011) diantaranya adalah: Tabel 2.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus
Glukosa darah puasa (mg/ dL) Glukosa darah 2 jam (mg/ dL) Glukosa darah sewaktu A1C (%) Kolesterol Total (mg/ dL) Kolesterol LDL (mg/ dL) Kolesterol HDL (mg/ dL) Trigliserida (mg/ dL) IMT (kg/m²) Tekanan darah (mmHg)
Baik 80-109
Sedang 110-125
Buruk ≥126
110-144
145-179
≥180
80-144
145-199
≥200
< 6,5 <200
6,5-8 200-239
>8 ≥240
<100
100-129
≥130
<150
150-199
≥200
18,5 – 22,9 < 130/80
23-25 130-140/80-90
>25 >140/90
>45
Sumber: PERKENI (2011)
C. Diabetes Mellitus Tipe 2 1. Definisi DM Tipe 2 Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup dan menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia (WHO, 2015). DM tipe 2 biasa dijumpai pada orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini disebut juga sebagai Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
16
karena pada DM tipe 2, insulin tetap dihasilkan namun kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal (ADA, 2012). Dari berbagai tipe DM yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan kasusnya yaitu sebesar 90 – 95% dari kasus DM yang terdiagnosis secara keseluruhan. (CDC, 2014) 2. Gejala DM Tipe 2 Gejala diabetes mellitus tipe 2 dibedakan menjadi gejala akut dan kronik menurut Subekti (2011). Gejala akut diabetes mellitus yaitu: a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan penderita DM lebih banyak mengeluarkan urin, terutama pada malam hari. b. Polidipsi (peningkatan rasa haus) Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada terjadinya dehidrasi intrasel sehingga merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretik Hormone) dan menimbulkan rasa haus. c. Polyphagia (peningkatan rasa lapar) Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar. d. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lapar Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita kehilangan cadangan lemak dan otot digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan tenaga akibat dari kekurangan glukosa yang masuk ke dalam sel.
17
Selain itu terdapat gejala kronik pada penderita DM tipe 2 seperti gangguan saraf tepi berupa kesemutan, gangguan penglihatan (mata kabur), gatal, bisul, gangguan ginekologis berupa keputihan, dan gangguan ereksi (Subekti, 2011).
3. Patofisiologi DM Tipe 2 Pada patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel β pancreas (Brunner dan Suddarth, 2002). Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Hasil dari akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Pada akhirnya, insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Brunner dan Suddarth, 2002). Pada DM tipe 2, jumlah sel beta berkurang sampai 50 – 60% dari normal, akan tetapi jumlah sel alfa meningkat dan yang terlihat jelas adalah adanya peningkatan jumlah jaringan amyloid pada sel beta yang disebut amilin (Suyono, 2011) Hormon insulin memiliki tiga lokasi kerja yang utama yaitu otot, hepar, dan jaringan adiposa. Pada ketiga tempat ini terdapat sejumlah besar aktivitas insulin terhadap kebutuhan zat gizi. Jika terjadi kekurangan hormon insulin bukan hanya menimbulkan gangguan metabolisme hidratarang tetapi juga gangguan metabolisme protein dan lemak. (Beck, 2011) 4. Pengelolaan DM Tipe 2 Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun seperti penyakit
18
serebrovaskular, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyulit pada mata, ginjal, dan syaraf (Waspadji, 2011). Tujuan dari adanya pengelolaan DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes. Adapun tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari penatalaksanaan DM, untuk tujuan jangka pendek adalah menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah. Sedangkan tujuan jangka panjang yaitu mencegah
dan
menghambat
progresivitas
penyulit
mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati. (PERKENI, 2011) Tujuan jangka pendek tersebut dapat tercapai jika pasien DM dapat mengikuti beberapa penatalaksanaan seperti manajemen gaya hidup (diet dan aktivitas fisik), mengikuti dan memahami adanya edukasi DM, dan monitoring klinis (farmakologis) (IDF, 2012). Penatalaksanaan tersebut juga diadaptasi oleh PERKENI (2011) dengan nama lain empat pilar penatalaksanaan DM. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan non-farmakologis seperti edukasi, penatalaksanaan diet dan aktivitas fisik (Waspadji, 2011). Lalu, jika langkah tersebut belum maksimal dalam mencapai tujuan pengelolaan, maka dilanjutkan dengan langkah intervensi farmakologis (Waspadji, 2011). Berikut penjelasan dari keempat pilar penatalaksanaan tersebut: a. Penatalaksanaan Diet Penatalaksanaan diet merupakan bagian penatalaksanaan diabetes secara total. Setiap penderita diabetes sebaiknya mendapat penatalaksanaan diet sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran diet. Prinsip penatalaksanaan diet pada penderita DM tipe 2
19
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Tetapi, pada penderita DM tipe 2 perlu patuh terhadap keteraturan makan dalam hal jenis makanan, jumlah makanan, dan jadwal makan. (PERKENI, 2011) Pada studi meta-analisis Morris, et al (2010) terdapat 8 studi penelitian (randomized controlled trial) dalam melihat keefektifan tatalaksana diet selama lebih dari 3 bulan sampai 1 tahun didapatkan hasil bahwa intervensi diet berhasil dalam perbaikan metabolik dan perubahan perilaku sehat. b. Aktivitas Fisik Kegiatan jasmani sehari-hari dan secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
dan
memperbaiki
sensitivitas
insulin,
sehingga
akan
memperbaiki kendali glukosa darah. (PERKENI, 2011) c. Edukasi DM tipe 2 umumnya terjadi karena perubahan pola gaya hidup dan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah secara mandiri, tanda, dan gejala serta cara mengatasinya harus diberikan kepada penderita. (PERKENI, 2011)
20
Pada Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dari Kemenkes (2014) dipaparkan bahwa edukasi atau penyuluhan di posbindu dilakukan >6 kali dalam setahun dengan cakupan peserta yang hadir saat jadwal posbindu sebesar ≥75% sasaran, sehingga dapat terlihat seluruh pasien mendapatkan edukasi atau tidak saat jadwal posbindu berlangsung. Berdasarkan studi meta-analisis IDF (2012), didapatkan hasil bahwa bukti dari 8 studi penelitian randomized controlled trial dan 2 studi controlled clinical trial menunjukkan keefektifan edukasi dalam meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya tatalaksana DM. d. Intervensi Farmakologis Menurut Dworatzek (2013) jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan penatalaksanaan diet dan latihan jasmani, maka dilanjutkan dengan intervensi farmakologis. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Waspadji (2013). Intervensi farmakologis dapat berupa obat hipoglikemik oral, suntikan insulin, dan terapi kombinasi (PERKENI, 2011). D. Penatalaksanaan Diet dengan Kadar Gula Darah Setiap pasien DM sebaiknya mendapat penatalaksanaan diet sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai tujuan pengelolaan. Penatalaksanaan diet merupakan komponen utama keberhasilan pengelolaan DM secara total. Berdasarkan ADA (2015) dan PERKENI (2011) terdapat kunci keberhasilan penatalaksanaan diet yang dapat terlihat dengan adanya keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain, keluarga pasien dan pasien itu sendiri).
21
Makanan atau diet merupakan faktor utama yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 terutama setelah makan (Holt et al, 2010). Tindakan pengendalian diabetes untuk mencegah terjadinya komplikasi sangat diperlukan, khususnya dengan menjaga tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal. Akan tetapi, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan. Hal ini disebabkan karena pasien kurang berdisiplin
dalam menjalankan diet
atau
tidak
mampu
mengurangi jumlah kalori makanannya (Soegondo, 2007). Berdasarkan studi meta-analisis Ajala, et al (2013) terdapat 20 studi penelitian (randomized controlled trial) yang melibatkan 307 penderita DM tipe 2 dalam melakukan intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat memperbaiki dan berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi gula darah, penurunan berat badan, serta profil lipid (p<0,00001). Selain itu, hasil studi metaanalisis lainnya yaitu Aguiar (2014) menunjukkan bahwa dari 8 studi penelitian yang melakukan intervensi selama 4-48 bulan
juga menunjukkan bahwa
perubahan gaya hidup termasuk diet berpengaruh dan efektif terhadap kontrol gula darah serta tujuan dari dijalankannya aktivitas (p<0,001). Pada penelitian Suhaema (2010) di NTB, hasil uji statistik menunjukkan bahwa intervensi diet berpengaruh terhadap pengendalian status kadar gula darah, dimana terdapat perbedaan bermakna antara kadar gula darah awal dan akhir penelitian pada kelompok perlakuan (p<0,05), sedangkan pada kelompok kontrol secara statistik tidak berbeda (p>0,05). 1. Tujuan Menurut ADA (2015) terdapat beberapa tujuan dari adanya penatalaksanaan diet bagi pasien DM tipe 2, antara lain:
22
a. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan dan secara khusus untuk mempertahankan kadar glukosa darah dan tekanan darah mendekati normal, mempertahankan berat badan normal, serta mencegah adanya komplikasi diabetes. b. Mengatasi kebutuhan gizi pasien DM berdasarkan preferensi, akses ketersediaan makanan, serta kemauan dan kemampuan untuk merubah perilaku. c. Memberikan pesan positif tentang pilihan makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan tidak dianjurkan. d. Pasien DM dapat praktis menjalankan perencanaan makan untuk sehari-hari. 2. Standar Diet DM Tipe 2 Standar diet DM yang diberikan pada pasien DM sesuai kebutuhan, dimana terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi yaitu standar diet 1100 kalori sampai dengan 1500 kalori untuk pasien DM yang gemuk. Diet 1700 sampai dengan 1900 kalori untuk pasien DM dengan berat badan normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500 kalori untuk pasien DM kurus. (Waspadji, 2007) 3. Jumlah Makanan Menurut PERKENI (2011) terdapat beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan pasien DM saat memulai perencanaan makan, di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, lalu ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi.
23
Selain itu, komposisi energi terdiri dari karbohidrat 45-65% dari energi total, protein 10-20% dari energi total, dan lemak 20-25% dari energi total. a. Kebutuhan Energi Ada beberapa cara dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes, di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, lalu
ditambah atau dikurangi bergantung pada
beberapa faktor antara lain (PERKENI, 2011): 1) Jenis Kelamin Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB. 2) Umur Penurunan kebutuhan energi bagi pasien yang berusia > 40 tahun dengan ketentuan usia 40-59 tahun, kebutuhan energinya dikurangi 5%. Pada usia 60-69 tahun, kebutuhan energinya dikurangi 10% dan jika usia > 70 tahun, kebutuhan energinya dikurangi 20%. 3) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan Kebutuhan energi dapat ditambah sesuai dengan intensitas atau kategori aktivitas fisik sebagai berikut: a) Keadaan istirahat: ditambah 10% dari energi basal b) Ringan: pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain-lain kebutuhan energi ditambah 20% dari kebutuhan energi basal
24
c) Sedang: pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak berperang, kebutuhan dinaikkan 30% dari energi basal. d) Berat: petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlet, kebutuhan ditambah 40% dari energi basal. e) Sangat berat: tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50% dari energi basal. 4) Status Gizi Bila penderita DM tipe 2 kegemukan maka energi dikurangi sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan. Bila penderita DM tipe 2 kurus, maka energi ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB. Pada tujuan penurunan berat badan. Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kkal untuk pria. b. Kebutuhan Karbohidrat dan Pemanis Menurut PERKENI (2011), kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi dan makanan. ADA (2015) memaparkan bahwa harus adanya pembatasan konsumsi makanan dengan nilai indeks glikemik tinggi karena indeks glikemik makanan dapat mempengaruhi kadar glukosa darah 2 jam setelah makan. Makanan dengan indeks glikemik rendah memberikan manfaat tidak hanya untuk glikemik postprandial tetapi juga untuk profil lipid (ADA, 2015). Sayuran, kacang-kacangan, buah, dan gandum merupakan sumber karbohidrat yang kaya akan serat,
25
mikronutrien, dan vitamin. Namun banyak pasien DM tidak mengkonsumsi makanan tersebut secara teratur (ADA, 2015). Sejumlah faktor mempengaruhi respon
glikemik yang
terkandung dalam makanan antara lain sifat pati (amilosa, amilopektin, pati), jumlah serat makanan dan jenis gula (ADA, 2015). Salah satu jenis gula yang tidak boleh digunakan lebih dari 5% total asupan energi adalah sukrosa (gula murni) (PERKENI, 2011). Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi bata aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake). Dalam penggunaannya, pemanis berkalori seperti fruktosa dan gula alkohol perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari karena dapat memberikan efek samping pada lemak darah. (PERKENI, 2011) c. Kebutuhan Protein Kebutuhan protein yang dianjurkan sekitar 10-20% dari kebutuhan kalori. Sumber protein yang baik antara lain seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe (PERKENI, 2011). Selain itu pada pasien DM tipe 2, protein yang dicerna dapat meningkatkan respon insulin tanpa meningkatkan konsentrasi glukosa (ADA, 2015). d. Kebutuhan Lemak Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori (ADA, 2015). Lemak jenuh yang diperkenankan < 7% dari kebutuhan kalori sedangkan lemak tidak jenuh ganda < 10%,
26
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Adapun bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti daging berlemak dan susu penuh (whole milk) dan anjuran konsumsi kolesterol sebesar < 200 mg/hari. (PERKENI, 2011) e. Kebutuhan Serat Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari. Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan mengonsumsi cukup serat sumber
dari
karbohidrat
kacang-kacangan, buah, yang
tinggi
serat,
dan sayuran
serta
karena mengandung
vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. (PERKENI, 2011) Hasil penelitian Toharin (2015) menunjukkan adanya hubungan antara anjuran jumlah makanan dengan status kadar gula darah (p=0,018). Hal tersebut menunjukkan jika penderita mengikuti anjuran jumlah makanan maka status kadar gula darahnya akan terkontrol. Selain itu, pada penelitian Muliani (2013) menunjukkan adanya hubungan antara asupan energi, karbohidrat, protein dan serat dengan status kadar gula darah., tetapi juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan lemak dengan status kadar gula darah. Namun, pada penelitian Ardyana (2014) menunjukkan tidak adanya hubungan antara ketepatan jumlah makanan dengan status kadar gula darah (p=0,868). Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden belum dapat memenuhi anjuran asupan serat perhari.
27
4. Jenis Makanan Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat (Waspadji, 2007). Menurut Almatsier (2006), jenis makanan yang diperbolehkan dalam penatalaksanaan diet DM tipe 2 terdiri dari sumber karbohidrat kompleks tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan sagu; sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan; sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna, terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu, Waspadji (2007) juga memaparkan bahwa makanan yang diperbolehkan adalah makanan tinggi serat larut air, makanan yang diolah dengan sedikit minyak, serta penggunaan gula murni diperbolehkan hanya sebatas sebagai bumbu. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, dan bayam harus dibatasi tidak boleh dalam jumlah banyak. Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo sebaiknya dibatasi. Sayuran yang bebas dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak, selada air, jamur kuping, dan tomat (Waspadji, 2007). Selain itu, makanan yang perlu dihindari yaitu makanan yang mengandung banyak kolesterol, lemak trans, lemak jenuh, dan tinggi natrium (ADA, 2010).
28
PERKENI (2011) menyebutkan bahwa penderita DM tipe 2 sebaiknya menghindari makanan dari jenis gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa, sirup, es krim, susu kental manis, selai dan lain-lain; minyak; tinggi natrium (garam) seperti ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan. Pada penelitian Toharin (2015), menunjukkan bahwa ada hubungan antara aturan jenis makanan dengan status kadar gula darah (p=0,001). Selain itu, hasil penelitian Verawati, dkk (2014) juga menunjukkan adanya hubungan antara jenis makanan dengan kadar gula darah (p=0,001). Menurut Verawati, dkk (2014) adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena sebagian besar responden sudah mengetahui tentang anjuran diet DM, akan tetapi ratarata responden tidak mengetahui tentang jenis makanan yang mengandung karbohidrat kompleks dan sederhana, tidak patuh pada prinsip diet, jadwal makan yang tidak tepat, dan konsumsi jenis makanan pantangan. Tetapi, pada penelitian Ardyana (2014) menunjukkan tidak adanya hubungan ketepatan jenis makanan dengan status kadar glukosa darah (p=0,063). Dalam penelitian tersebut, responden telah membatasi atau menghindari jenis makanan apa saja yang dipantang, akan tetapi dalam cara mengolah masih banyak responden yang mengolah makanan dengan cara digoreng terus menerus dan berakibat pada konsumsi lemak jenuh melebihi kebutuhan per hari dan status kadar gula darah. 5. Jadwal Makan Pasien DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Berikut jadwal makan standar yang digunakan oleh pasien DM (Waspadji, 2007):
29
Tabel 2. 4 Jadwal Makan Pasien DM
Makan Pagi Selingan Makan Siang Selingan Makan Sore/Malam Selingan
Waktu 07.00 10.00 13.00 16.00 19.00 21.00
Total Kalori 20% 10% 30% 10% 20% 10% Sumber : Waspadji (2007)
Pada penelitian eksperimen Jakubowicz (2015) untuk melihat apakah jadwal makan dapat mengurangi kadar glukosa darah maka dilakukakan dua hari pengujian makan terpisah, masing-masing selama 14 jam. Reponden mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00, makan siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00. Didapatkan hasil bahwa asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan energi responden pada sarapan pagi, siang, dan malam maka glukosa plasma akan mengalami penurunan sebesar 10% (p<0,006, t-test). Pada penelitian Toharin (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara aturan jadwal makan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 (p=0,031). Selain itu, penelitian Kurniawati (2007) juga menunjukkan adanya hubungan antara aturan jadwal makan dengan kadar gula darah (p=0,003). Perlu adanya pengaturan jadwal makan bagi penderita DM tipe 2, karena keterlambatan atau keseringan makan akan mempengaruhi kadar gula darah (Sukardji, 2011). Sebaliknya, pada penelitian penelitian Putro (2012) di Kediri Jawa Timur dengan sampel 60 penderita DM tipe 2 menunjukkan tidak adanya hubungan diet tepat jadwal makan terhadap status kadar gula darah (p=0,247). Penelitian Idris (2014) juga menunjukkan tidak ada hubungan
30
antara jadwal makan terhadap status kadar gula darah (p=0,460). Tidak adanya hubungan tersebut mungkin dpengaruhi oleh banyak faktor seperti pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehingga sulit untuk mengikuti sesuai jadwal yang dianjurkan (Putro, 2012). Penyebab lainnya bisa terjadi karena jadwal makan yang tidak diikuti dengan jumlah porsi makanan yang dianjurkan tidak sesuai dengan kebutuhan (Idris, 2014). E. Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula Darah Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot rangka dan menghasilkan pengeluaran energi. Berdasarkan tipenya aktivitas fisik terbagi menjadi empat yaitu aerobik, kekuatan, fleksibilitas dan keseimbangan. Sedangkan berdasarkan intensitasnya aktivitas fisik terbagi menjadi dua yaitu aktivitas fisik intensitas sedang dan berat. Aktivitas fisik intensitas sedang adalah aktivitas yang menggunakan kekuatan fisik sedang dan membuat peningkatan kecil dalam bernafas atau denyut jantung meliputi kegiatan seperti bersepeda, jogging, mengerjakan pekerjaan rumah tangga (menyapu, mengepel), berenang, bermain voli, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas fisik intensitas berat adalah kegiatan yang membutuhkan tenaga fisik yang kuat dan membuat peningkaan besar dalam bermafas atau denyut jantung yang meliputi gerakan seperti bermain sepak bola, bermain basket, mendaki gunung, mencangkul, menggali dan sebagainya (WHO, 2010). Pada penderita DM tipe 2, aktivitas fisik juga berperan utama dalam pengaturan kadar gula darah (Ilyas, 2011). Dalam PERKENI (2011) juga disebutkan bahwa olahraga teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Masalah utama pada penderita DM tipe 2 adalah kurangnya
31
respon reseptor terhadap insulin (resistensi insulin). Karena adanya gangguan tersebut, insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel (Ilyas, 2011). Kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin dan permeabilitas membrane terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat melakukan aktivitas fisik, resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada DM tipe 2 akan berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali melakukan aktivitas fisik tetapi bukan merupakan efek menetap atau berlangsung lama. Oleh karena itu, aktivitas fisik harus dilakukan secara teratur. (Ilyas, 2011) Hasil penelitian cross-sectional Teh, et.al (2015) di Malaysia dengan sampel penderita DM yang merupakan masyarakat urban dan rural menunjukkan adanya hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan pengontrolan glukosa darah (p <0,05). Hal tersebut serupa dengan penelitian Anani, et.al (2012) di Cirebon menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan olahraga atau aktivitas fisik dengan kondisi glukosa darah penderita DM tipe 2 (p=0,041). Sedangkan, pada penelitian Qadrianty,et.al (2006) di Puskesmas Kota Makassar menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kadar gula darah penderita DM tipe 2 (p=0,655). Menurut Qadrianty,et.al (2006) Hal tersebut terjadi karena sebanyak 76,2% responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi justru memiliki kadar gula darah yang tidak terkontrol.
32
F. Kerangka Teori Penatalaksanaan DM yang terdiri dari 3 aspek yaitu edukasi, perubahan gaya hidup (diet dan aktivitas fisik), dan terapi farmakologis merupakan penatalaksanaan terbaik agar status kadar gula darah yang tinggi dapat terkontrol. Berikut ini kerangka teori yang didasarkan pada modifikasi teori IDF (2012), PERKENI (2011), Dworatzek (2013) mengenai penatalaksanaan DM tipe 2:
Bagan 2.1 Kerangka Teori
STATUS KADAR GULA DARAH
PENATALAKSANAAN DM TIPE 2
EDUKASI
PERUBAHAN GAYA HIDUP: -
TERAPI FARMAKOLOGIS
Diet (3J) Aktivitas fisik
Sumber: modifikasi teori IDF (2012), PERKENI (2011), Dworatzek (2013)
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian disusun berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya. Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti meliputi variabel independen yaitu penerapan diet (3J) penderita DM tipe 2 dan aktivitas fisik, sedangkan variabel dependen yaitu kadar gula darah penderita DM tipe 2. Berikut merupakan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian kali ini:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Independen
Dependen
Penerapan diet 3J - Jumlah makanan - Jenis makanan - Jadwal makan
Status Kadar gula darah penderita DM tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat
Aktivitas Fisik
33
34
Alasan memilih penatalaksanaan perubahan gaya hidup yaitu diet dan aktivitas fisik diantara penatalaksanaan DM tipe 2 lainnya karena diet
dan
aktivitas fisik merupakan bagian penatalaksanaan gaya hidup diabetes secara total dan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan agar kadar gula darah tetap dalam keadaan stabil. Variabel edukasi dan farmakologis tidak menjadi varibel penelitian tetapi menjadi variabel yang dikontrol untuk mengurangi tingkat bias dalam melihat aturan anjuran diet dan aktivitas fisik. Pada hasil yang telah didapat, diketahui bahwa variabel edukasi memiliki sifat yang homogen karena dilihat dari frekuensi pemberian edukasi di setiap posbindu sama yaitu dilakukakan setiap 1 bulan sekali saat adanya jadwal posbindu, konten yang diberikan juga sama yaitu materi pencegahan serta penanganan DM yang terdapat di leaflet DM tipe 2 dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, dan petugas yang memberikan konten atau materi edukasi juga sama yaitu bidan desa dan kader terlatih yang sudah memiliki keterampilan dalam memberikan penyuluhan edukasi. Selain itu, didapatkan hasil bahwa 94 (81,03%) pasien DM mengikuti edukasi saat jadwal posbindu berlangsung, yang artinya sudah mencapai target petunjuk teknis posbindu dari Kemenkes (2014) yaitu ≥75% sasaran. Sedangkan pada variabel terapi farmakologis, di seluruh posbindu Puskesmas Ciputat tidak dilakukan pemberian suntik insulin tetapi petugas kesehatan memberikan obat diabetes yang sama dengan obat anti diabetes yaitu metformin. Alasan lainnya terapi farmakologis tidak diambil karena merupakan penatalaksanaan yang bersifat kuratif dan peneliti tidak dapat meneliti lebih jauh mengenai hal farmakologis.
35
B. Definisi Operasional Pada penelitian ini dipaparkan mengenai definisi operasional guna menghindari kesalahan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Berikut definisi operasional penelitian ini yang diuraikan pada tabel 3.1 berikut:
Variabel Status
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Kadar Hasil status pemeriksaan Rekam medik Telaah
Gula Darah
kadar
gula
darah kadar
penderita DM tipe 2 darah berupa sewaktu.
gula
gula dokumen pasien
darah yang terdapat di pada
Posbindu bulan
September 2016
Hasil Ukur
Skala Ukur
0. Baik: Jika hasil pemeriksaan kadar Ordinal gula darah sewaktu sebesar 80-144 mg/ dL. 1. Sedang: Jika hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu sebesar 145-199 mg/ dL. 2. Buruk: Jika hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu sebesar ≥ 200 mg/ dL.
36
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
PERKENI (2011) Penerapan 3J Jumlah makanan
Jumlah rata-rata asupan Form
food Wawancara
karbohidrat,
2x24
lemak,
gula
protein, recall murni jam.
0. Baik: Jika responden mengikuti aturan Ordinal jumlah makanan sesuai standar diet secara rata-rata dalam 2 hari recall
(sukrosa) selama 2x24
yaitu:
jam.
-
Karbohidrat:
45-65%
dari
kebutuhan energi -
Protein: 10-20% dari kebutuhan energi
-
Lemak: 20-25% dari kebutuhan
37
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
energi -
Gula murni (sukrosa) : <5% dari kebutuhan energi
1. Tidak baik: Jika responden tidak mengikuti salah satu atau lebih aturan jumlah makanan sesuai standar diet secara rata-rata dalam 2 hari recall. PERKENI (2011); Idris (2014) Jenis makanan
Jenis
makanan
dikonsumsi
yang Form
food Wawancara
oleh recall
2x24
0. Baik: Jika responden menghindari Ordinal untuk mengonsumsi jenis makanan
responden selama 2x24 jam
dalam 2 hari recall berikut:
jam.
-
Sumber karbohidrat sederhana
38
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
-
Protein hewani tinggi lemak
-
Makanan
berkolesterol
tinggi,
sumber lemak trans dan lemak jenuh 1. Tidak baik: Jika responden tidak menghindari salah satu jenis makanan tersebut dalam 2 hari recall. PERKENI (2011); Waspadji
(2010);
Almatsier (2006); Lestari (2011) Jadwal makan
Pengaturan
waktu Form
makan
(makan
pagi, recall
siang,
malam,
dan jam
food Wawancara 2x24
0. Baik: Jika jadwal makan responden Ordinal sesuai dengan standar diet DM dalam 2 hari recall yaitu:
39
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
selingan) selama 2x24
-
Makan pagi jam 06.30-07.30 WIB
jam.
-
Selingan pagi jam 09.30-10.30 WIB
-
Makan siang jam 12.30-13.30 WIB
-
Selingan siang jam 15.30-16.30 WIB
-
Makan malam jam 18.30-19.30 WIB
-
Selingan malam jam 20.30-21.30 WIB
1. Tidak baik: Jika responden tidak mengikuti salah satu atau lebih aturan
Skala Ukur
40
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
jadwal makan sesuai standar diet DM dalam 2 hari recall Waspadji (2007); Amtiria (2016) Aktivitas Fisik
Aktivitas
fisik
yang Global
biasa dilakukan sehari- Physical hari,
termasuk
saat Activity
bekerja, olahraga, pergi Questionnare dari
satu
tempat istirahat
tempat
lain,
ke (GPAQ)
maupun
selama
Wawancara
0. Aktivitas ringan, jika nilai <600 METmenit/minggu 1. Aktivitas sedang, jika nilai MET 6001499 MET menit/minggu 2. Aktivitas berat, jika nilai ≥1500 MET menit/minggu
satu WHO (2006)
minggu terakhir.
Ordinal
41
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah: a. Ada hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. b. Ada hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. c. Ada hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. d. Ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik deskriptif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain crosssectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat yang diidentifikasi secara bersamaan atau dalam satu waktu. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di 7 posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat pada bulan Agustus-Oktober tahun 2016. Pemilihan lokasi penelitian yaitu di posbindu memiliki beberapa pertimbangan diantaranya pemberian edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik dilakukan di dua tempat yaitu di posbindu dan klinik gizi Puskesmas Ciputat. Akan tetapi pasien DM tipe 2 yang berkunjung ke klinik gizi tidak semua berasal dari wilayah kerja Puskesmas Ciputat dan sangat jarang untuk melakukan kunjungan ulang sehingga peneliti memilih posbindu dimana penderita DM tipe 2 juga telah diberikan edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik dan memudahkan peneliti dalam menentukan sampel penelitian.
42
43
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita DM tipe 2 yang tercatat di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan yang terdiri dari Posbindu Salak, Posbindu Kunir Putih, Posbindu Rambutan, Posbindu Melon, Posbindu Alpukat, Posbindu Melati, dan Posbindu Jeruk yaitu berjumlah 116 orang. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat mewakili populasi. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang tercatat di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini melihat dari hasil skrining farmakologis. Kriteria inklusi responden pada penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang tercatat di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Sedangkan kriteria eksklusi responden pada penelitian ini adalah responden yang patuh dalam meminum obat metformin, dimana terdapat 32 (27,5 %) penderita DM tipe 2 yang patuh dalam hal jadwal meminum obat, dosis obat, dan habisnya obat yang diberikan oleh petugas kesehatan. Peneliti menanyakan terlebih dahulu ke bidan desa obat apa yang diberikan ke penderita DM tipe 2 saat berlangsungnya jadwal posbindu dan didapatkan bahwa obat metformin yang diberikan sehingga peneliti menjadikan konsumsi obat metformin sebagai penentu patuh tidaknya meminum obat.
44
3. Perhitungan Sampel Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus jumlah sampel untuk uji hipotesis beda 2 proporsi, yaitu:
n
= Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z1-α/2
= Derajat kepercayaan (CI 95% = 1,96; α=5%)
Z1-β
= Kekuatan uji 90% 1,28
P
= Rata-rata proporsi pada populasi
P₁
= Proporsi populasi status kadar gula darah baik dengan penderita DM tipe 2 yang baik dalam penerapan jenis makanan 0,526 (Ardyana, 2014)
P₂
= Proporsi populasi status
kadar gula darah baik dengan
penderita DM tipe 2 yang tidak baik dalam penerapan jenis makanan 0,167 (Ardyana, 2014) Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel minimum didapatkan hasil untuk besar sampel sebanyak 35 orang dan karena uji yang dilakukan adalah uji beda dua proporsi, maka sampel dikalikan 2 sehingga didapat besar sampel minimum untuk penelitian ini adalah 70 orang kemudian ditambahkan 15% untuk mengurangi missing data. Namun setelah dilakukan penentuan eksklusi, dari 116 didapat 32 orang yang patuh mengkonsumsi obat metformin maka tidak dijadikan sampel penelitian. Sehingga, jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi 84 orang.
45
4. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan metode proportionate random sampling, yaitu metode yang digunakan pada populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan menghitung jumlah sampel di masing-masing posbindu yang menjadi populasi penelitian dalam 3 bulan yaitu April-Mei dan Agustus tahun 2016 diantaranya adalah Posbindu Salak, Posbindu Kunir Putih, Posbindu Rambutan, Posbindu Melon, Posbindu Alpukat, Posbindu Melati, dan Posbindu Jeruk dimana total penderita DM tipe 2 yang tercatat berjumlah 116 penderita DM tipe 2. Masing-masing jumlah penderita DM tipe 2 di Posbindu Salak berjumlah 20 orang, Posbindu Kunir Putih berjumlah 13 orang, Posbindu Rambutan berjumlah 15 orang, Posbindu Melon berjumlah 13 orang, Posbindu Alpukat berjumlah 18 orang, Posbindu Melati berjumlah 15 orang, dan Posbindu Jeruk berjumlah 22 orang. Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan proporsi setiap posbindu adalah:
Keterangan: jumlah anggota sampel tiap posbindu jumlah anggota populasi tiap posbindu jumlah anggota populasi seluruh posbindu jumlah anggota sampel seluruh posbindu Wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 mempunyai 7 pos pembinaan terpadu (posbindu) yang tersebar pada 2 (dua) Kelurahan. Berikut
46
adalah tabel yang menunjukkan penentuan jumlah sampel yang diambil berdasarkan alokasi dari tiap posbindu. Tabel 4.1 Pembagian Sampel No
Kelurahan
Posbindu
Jumlah Responden
1
Salak
20/116 x 84 = 14
2
Kunir Putih
13/116 x 84 = 9
Rambutan
15/116 x 84 = 11
4
Melati
15/116 x 84 = 11
5
Jeruk
22/116 x 84 = 16
Melon
13/116 x 84 = 9
Alpukat
18/116 x 84 = 14
3
Cipayung
6 7
Ciputat Total
84
Sampel setiap responden diambil secara random sesuai dengan jumlah responden yang dibutuhkan. Dari 116 penderita DM tipe 2 yang terpilih berdasarkan kriteria, apabila responden tidak sesuai kriteria akan segera dilakukan drop out dan dilakukan pemilihan responden dengan pengocokan hingga menemukan responden yang sesuai kriteria. D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat dan dibantu para kader di 7 Posbindu serta bidan desa Puskesmas Ciputat. Pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi sumber data, alur pengumpulan data, instrumen penelitian, dan pengukuran. 1. Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder:
47
a. Data Primer Data primer yang langsung diperoleh saat penelitian adalah hasil wawancara recall 2x24 jam untuk melihat penerapan aturan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik dengan kuesioner GPAQ. b. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai kadar gula darah penderita DM tipe 2 yang diperoleh dari data rekam medik Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. 2. Alur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan membagi atas beberapa tahap, berikut alur pengumpulan data: a. Tahap pertama adalah pada variabel terkontrol edukasi dengan melihat frekuensi, konten atau materi, dan siapa yang memberikan edukasi tersebut. Selain itu, pada variabel terkontrol edukasi juga dilihat daftar hadir penderita DM tipe 2 saat jadwal posbindu dari bulan Agustus 2015Juli 2016 setiap 6 bulan sekali. Didapatkan hasil bahwa 94 (81,03%) pasien DM mengikuti edukasi saat jadwal posbindu berlangsung, yang artinya sudah mencapai target petunjuk teknis posbindu dari Kemenkes (2014) yaitu ≥75% sasaran. Sedangkan, pada variabel terkontrol terapi farmakologis dilakukan pengambilan data dengan melihat jenis obat apa yang diberikan kepada penderita DM tipe 2 dan kepatuhan meminum obat dari segi jadwal, dosis obat, dan habisnya obat tersebut. Peneliti menanyakan terlebih dahulu ke bidan desa obat apa yang diberikan ke penderita DM tipe 2 saat berlangsungnya jadwal posbindu dan didapatkan bahwa obat metformin
48
yang diberikan sehingga peneliti menjadikan konsumsi obat metformin sebagai penentu patuh tidaknya meminum obat. b. Tahap kedua adalah penelitian dimulai saat jadwal posbindu masingmasing berlangsung, kemudian responden diminta kesediaannya untuk mengisi lembar informed consent. c. Tahap ketiga adalah tahap pengisian kuesioner karakteristik responden berupa nomor, nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan responden. d. Tahap keempat adalah peneliti dan kader menimbang BB dan mengukur TB responden, lalu data berat dan tinggi badan dicatat ke dalam kuesioner. Data BB dan TB ini digunakan untuk menghitung kebutuhan energi masing-masing responden. e. Tahap kelima adalah pengisian data kadar gula darah yang telah di cek oleh bidan desa menggunakan Glucometer, Gluco Dr Strip, serta blood lancets AVICO 28G dari pihak Puskesmas. f. Tahap keenam adalah melakukan wawancara recall makanan dengan alat bantu food model dan kuesioner GPAQ dengan alat bantu GPAQ Generic Show Card. g. Tahap terakhir adalah pemeriksaan kelengkapan data. Setelah data seluruh responden tercatat, maka peneliti kembali melakukan pengecekan data yang telah terisi untuk menghindari kesalahan ataupun kekurangan dalam pengisian, sekaligus membuat persetujuan dan perjanjian untuk pertemuan dihari lain terkait recall makanan dalam satu pertemuan mendatang.
49
3. Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data menggunakan instrumen sebagai berikut: a. Data register penderita DM tipe 2 di Posbindu. b. Lembar informed consent, kuesioner karakteristik responden dan hasil pengukuran anthropometric. c. Rekam medik kadar gula darah penderita DM tipe 2 di Posbindu. d. Form Food Recall 2x24 jam. e. Form
aktivitas
fisik
menggunakan
Global
Physically
Activity
Questionnaire (GPAQ). f. Alat peraga GPAQ Generic ShowCard g. Food Model. h. Timbangan berat badan. i. Microtoise. 4. Pengukuran Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Data Anthropometric Data anthropometric pada penelitian ini berupa data berat badan (kg) dan tinggi badan (m²) yang digunakan untuk perhitungan total kebutuhan energi masing-masing responden. Hasil perhitungan total kebutuhan energi tersebut akan dijadikan pembanding dalam analisis data recall 2x24 jam. b. Data Kadar Gula Darah Data tentang status kadar gula darah penderita DM tipe 2 yang diperoleh melalui rekam medis di setiap Posbindu. Metode pengambilan kadar gula darah di Posbindu Puskesmas Ciputat dilakukan oleh bidan
50
desa melalui alat Glucometer dengan keakuratan yang cukup baik yaitu sensitivitas 70% dan spesivitas 90% (Weitgasser, 2007) serta bahan yaitu Gluco Dr Strip dan blood lancets AVICO 28G. c. Data Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) Form Food Recall 24 jam digunakan untuk mencatat asupan makanan dan waktu makan responden selama 2x24 jam dalam waktu yang berlainan. Alasan pengambilan data recall hanya dilakukan selama 2 hari karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Supariasa, 2012 dan Gibson, 2005). Metode recall ini berupa wawancara menanyakan makanan yang responden konsumsi selama 24 jam sebelum wawancara dilakukan. Pada saat wawancara recall, peneliti menggunakan food model sebagai panduan dalam menentukan besar porsi makanan yang dikonsumsi responden. Food model memudahkan responden untuk memperkirakan besar, bentuk serta jumlah porsi makanan yang mereka makan. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi bias dari kekuatan ingatan responden. Hasil dari Recall 24 jam segera diketik dan diolah dengan menggunakan software yaitu Nutrisurvey 2007 (versi Indonesia). Sehingga segera diperoleh jumlah zat gizi yang responden konsumsi lalu hasil perhitungan asupan makan tersebut dibandingkan dengan kebutuhan energi dan zat gizi sesuai standar diet DM masing-masing responden. Selain itu, dilakukan analisis jenis makanan dengan membandingkan
51
standar jenis makanan apa saja yang diperbolehkan, dibatasi, dan dihindari. Begitu pula jadwal makan dianalisis dengan membandingkan waktu makan yang ada pada food recall 2x24 jam dengan standar jadwal makan penderita DM tipe 2. d. Data Aktivitas Fisik Data tentang aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan memberikan kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) versi 2 dari WHO (2006) yang sudah tervalidasi di 9 negara berkembang termasuk Indonesia dengan karakteristik penduduknya yaitu urban dan rural dengan tingkat validitas (r = 0,48) (Cleland, et al, 2014) dan reabilitas yang cukup besar yaitu 0,67-0,81 (Bull, Maslin, & Amstrong, 2009). Oleh sebab itu, kuesioner GPAQ pada penelitian ini sudah dapat digunakan tanpa melalui tahap uji validitas dan reabilitas kembali. GPAQ terdiri dari 16 pertanyaan dengan menggunakan kode E1 sampai dengan E16. Pertanyaan GPAQ terbagi dalam tiga domain yaitu aktivitas saat bekerja, aktivitas dari satu tempat ke tempat lain, dan aktivitas sedentari. MET digambarkan dengan satuan kg/kkal/jam. Cara mengolah data ini mengunakan rumus total aktivitas fisik dalam MET menit/minggu. Rumusnya adalah sebagai berikut: Total Aktivitas Fisik MET-menit/minggu = [(E2 x E3 x 8) + (E5 x E6 x 4) + (E8 x E9 x 4) + (E11 x E12 x 8) + (E14 x E15 x 4)] Hasil ukur dari variabel aktivitas fisik yaitu aktivitas ringan (<600METs-menit/minggu),
aktivitas
sedang
(600-1499
menit/minggu), dan aktivitas berat (≥1500 METs-min/minggu).
METs-
52
E. Pengolahan Data 1. Penyuntingan Data (Editing) Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan akhir apakah masih ada data yang belum dikode atau salah dalam memberi kode. Pemeriksaan kelengkapan jawaban responden di akhir tahap wawancara pengambilan data dalam pelaksanaan penelitian. 2. Pemasukan Data (Entry Data) Pada tahap ini, data-data dimasukkan dalam program perangkat lunak komputer. Data dari kuesioner dimasukkan dengan bantuan software Ms.Excel dan SPSS, sedangkan data dari food recall 2x24 jam dimasukkan dengan bantuan Nutrisurvey, Ms.Excel dan SPSS. 3. Pemberian Kode (Coding) Tahap ini dilakukan dengan memberi kode angka pada jawaban responden di dalam kuesioner untuk memudahkan proses pemasukan dan pengolahan data. Tahap coding dilakukan pada jawaban kuesioner mengenai kadar gula darah. Selain itu, penilaian aturan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik responden juga dilakukan coding. Berikut ini langkah pengodean dari masing-masing variabel yang akan diteliti: a. Variabel Dependen 1) Status Kadar Gula Darah Penilaian status kadar gula darah dilihat dari rekam medis hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu jika kadar gula darah baik sebesar 80-144 mg/dL diberi kode “0”, jika kadar gula darah sedang sebesar 145-199 mg/dL dan jika kadar gula darah buruk sebesar ≥200 mg/ dL diberi kode “2”.
53
b. Variabel Independen 1) Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) Penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dinilai dari hasil form food recall 2x24 jam yang telah diolah dari Nutrisurvey 2007 dan dibandingkan dengan standar diet DM tipe 2, lalu hasil tersebut dimasukkan kedalam Ms.Excel untuk melihat data responden secara keseluruhan. Tahap terakhir adalah pemberian kode di program SPSS . Masing-masing aspek dinilai dengan ketentuan yaitu jika baik diberi kode “0” namun jika tidak baik maka diberi kode “1”. Pada penerapan jumlah makanan, dikatakan baik jika responden mengikuti aturan jumlah makanan sesuai standar diet secara rata-rata dalam 2 hari recall yaitu karbohidrat 45-65% dari kebutuhan energi, protein 10-20% dari kebutuhan energi, lemak 2025% dari kebutuhan energi, dan gula murni (sukrosa) <5% dari kebutuhan energi. Untuk mendapatkan data kategori jumlah makanan, data recall yang ada perlu diolah lebih lanjut. Contoh: responden A di recall hari ke-1 kebutuhan yang didapat adalah karbohidrat 132,9gr (50%), protein 40,3gr (15%), lemak 42gr (35%), dan sukrosa 6,3gr (3,4%). Sedangkan, di recall hari ke-2 kebutuhan yang didapat adalah karbohidrat 63,9gr (75%), protein 13,9gr (16%), lemak 36gr (9%), dan sukrosa 15,2gr (5,07%). Nilai antara recall hari ke-1 dan ke-2 kemudian dirata-ratakan, lalu didapat hasil setiap kebutuhan zat gizi tersebut baik dalam memenuhi kebutuhan energi dan diberikan kode “0”. Contoh entry
54
data untuk pengolahan jumlah makanan yang disajikan pada gambar 4.1: Gambar 4.1 Contoh entry data food recall hari ke-1 dan ke-2
Gambar 4.2 Contoh entry & coding data rata-rata dari food recall 2x24 jam
55
Pada penerapan jenis makanan, dikatakan baik jika responden menghindari untuk mengonsumsi jenis makanan sumber karbohidrat sederhan, protein hewani tinggi lemak, makanan berkolesterol tinggi, sumber lemak trans dan lemak jenuh. Untuk mendapatkan data kategori jenis makanan, data recall yang ada perlu diolah lebih lanjut. Dengan menggunakan contoh yang sama pada gambar 4.1 di program nutrisurvey, terlihat beberapa macam makanan tetapi dalam 2 recall tersebut responden A mengkonsumsi minuman coca cola dan penggunaan gula pasir yang merupakan jenis bahan makanan yang dihindari yaitu sumber karbohidrat sederhana. Maka, responden A dikatakan tidak baik dalam menerapkan jenis makanan dan diberikan kode “1”. Selain itu, penerapan jadwal makan dikatakan baik jika jadwal makan responden sesuai dengan standar diet DM yaitu makan pagi jam 06.30-07.30, selingan pagi jam 09.30-10.30, makan siang jam 12.30-13.30, selingan siang jam 15.30-16.30, makan malam jam 18.30-19.30,
dan
selingan
malam
jam
20.30-21.30.
Untuk
mendapatkan data kategori jadwal makan, data recall yang ada perlu diolah lebih lanjut. Dengan menggunakan contoh yang sama pada gambar 4.1 di program
nutrisurvey,
terlihat
bahwa
responden
A
tidak
mengkonsumsi makanan pada waktu selingan sore dan malam di recall hari ke-1. Pada recall hari ke-2 responden A juga tidak mengkonsumsi makanan pada waktu pagi dan malam. Maka, responden A dikatakan tidak baik dalam menerapkan jadwal makan
56
dan diberikan kode “1”. Hal tersebut terjadi karena responden A tidak menerapkan jadwal 3x makan utama dan 3x selingan sesuai standar diet DM. 2) Aktivitas Fisik Aktivitas fisik akan dinilai dari hasil Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) versi 2 dari rumus total aktivitas fisik. Nilai tersebut dimasukkan kedalam Ms.Excel untuk melihat data responden secara keseluruhan. Selanjutnya, dilakukan pemberian kode di program SPSS. Jika responden memiliki aktivitas fisik ringan diberi kode “0”, jika responden memiliki aktivitas fisik sedang diberi kode “1”, dan jika responden memiliki aktivitas fisik berat diberi kode “2”. Contoh responden A tidak melakukan aktivitas pada pertanyaan E1 (kerja berat), E10 (olahraga berat seperti sepak bola dan lari), dan E13 (olahraga sedang seperti bersepeda, berenang, voli) dalam seminggu terakhir maka pada kolom pertanyaan waktu dikosongkan. Tetapi responden A melakukan aktivitas pada pertanyaan E4 yaitu bersih-bersih rumah (mengepel, menyapu, menyeterika, dan mencuci baju) selama 3 hari dalam seminggu terakhir dalam waktu 20 menit. Selain itu, responden A juga melakukan aktivitas perjalanan dari tempat ke tempat pada pertanyaan E7 yaitu dari rumah ke pasar dengan berjalan kaki selama 5 hari dalam seminggu terakhir dalam waktu 1 jam 15 menit yang dijadikan ke total menit menjadi 75 menit. Setelah itu, hasil yang didapat dimasukkan ke rumus Total Aktivitas Fisik MET-menit/minggu = [(E2 x E3 x 8) + (E5 x E6 x 4)
57
+ (E8 x E9 x 4) + (E11 x E12 x 8) + (E14 x E15 x 4)]. Karena responden A hanya melakukan aktivitas pada pertanyaan E4 dan E7, maka rumus yang dimasukkan adalah (E5 x E6 x 4) + (E8 x E9 x 4) (3 hari x 20 menit x 4)+(5 hari x 75 menit x 4) 216 + 1500 = 1716 METs-min/minggu Nilai METs yang tertera adalah 1716 METs-min/minggu, artinya responden A aktivitasnya merupakan aktivitas berat dengan kode “2” karena total aktivitas fisiknya ≥1500 METs-min/minggu. 4. Pengoreksian Data (Cleaning Data) Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kembali data yang telah dimasukkan ke dalam software dan dilihat kelengkapan jawaban serta kesalahan dalam pemberian kode. Tahap ini dilakukan agar tidak mengganggu proses selanjutnya. F. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang akan diteliti. Pendeskripsian tersebut dapat dilihat pada gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen (status kadar gula darah) dan variabel independen (penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal)) dan aktivitas fisik, masing-masing variabel ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel
58
independen. Analisis bivariat ini menggunakan uji chi square. Berikut rumus chi-square: X2 = Ʃ
df = (b-1) (k-1)
Keterangan: X2 = nilai chi-square E = nilai harapan O = nilai observasi df = degree of freedom b = jumlah baris k = jumlah kolom Untuk
menguji
kemaknaan
digunakan
nilai
p-value
dengan
menggunakan tingkat kemaknaan 5% dan derajat kepercayaan 95%. Sehingga jika p-value ≤ 0,05 maka menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dan jika p-value > 0,05 maka menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independen.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Puskesmas Ciputat Puskesmas Ciputat terletak ± 6 km Sebelah Utara Kota Tangerang Selatan. Luas wilayah kecamatan ciputat kira-kira 13.330 Ha dengan sebagian besar berupa tanah darat/kering (93,64%) sisanya adalah tanah rawa/danau. Puskesmas Ciputat merupakan salah satu dari 3 puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat. Letaknya berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara
: Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah
2. Sebelah Selatan
: Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
3. Sebelah Barat
: Wilayah Kerja Puskesmas Benda Baru
4. Sebelah Timur
: Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat terletak di Jalan Ki Hajar Dewantara No.7 Kelurahan Ciputat, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Dibangun di atas tanah seluas 693 m2 dengan luas bangunan lebih kurang 1200 m² terdiri dari 2 lantai. Kegiatan pelayanan di pusatkan di lantai 1 sedangkan lantai 2 difungsikan sebagai ruang pimpinan, staff, data dan ruang rapat. Di lantai 2 juga terdapat ruang pelayanan pengobatan TB paru, klinik sanitasi, klinik PTRM dan laboratorium. Wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdiri dari 2 kelurahan yaitu Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Cipayung. Puskesmas Ciputat memiliki 7 pos pembinaan terpadu (Posbindu), dimana 2 posbindu berada di Kelurahan Ciputat dan 5 posbindu berada di Kelurahan
59
60
Cipayung. Posbindu tersebut berada dibawah tanggung jawab bidan desa yang dipilih oleh kepala Puskesmas Ciputat. Berikut adalah nama-nama posbindu dan jadwal pelaksanaan posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat: Tabel 5.1 Nama Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat No
Posbindu
Jadwal Pelaksanaan
1
Salak
Selasa, minggu ke-3
2
Kunir Putih
Rabu, minggu ke-2
Rambutan
Rabu, minggu ke-3
4
Melati
Jumat, minggu ke-3
5
Jeruk
Kamis, minggu ke-1
Melon
Kamis, minggu ke -2
Alpukat
Senin, minggu ke-2
3
Kelurahan
Cipayung
6 Ciputat 7
Sumber: Profil Puskesmas Ciputat Tahun 2015
Adapun beberapa kegiatan yang terdapat di setiap posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat yaitu kegiatan pengukuran BB dan TB; pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat; konseling/edukasi; dan pemberian obat. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara kerjasama antara bidan desa dari Puskesmas Ciputat dan kader di setiap posbindu, dimana kader melakukan kegiatan pengukuran BB dan TB serta pemberian edukasi. Bidan desa yang bertugas merupakan lulusan D3 Kebidanan, dan terdiri dari 2 orang yang masing-masingnya ditempatkan di Kelurahan Ciputat dan Cipayung. Sedangkan, kader yang melakukan kegiatan tersebut telah diberikan pelatihan dari pihak Puskesmas Ciputat dan dilakukan evaluasi setiap adanya lokakarya mini (lokmin) di Puskesmas Ciputat.
61
Penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta. Selain itu, karakteristik usia responden beragam mulai dari dewasa, pra-lansia, dan lansia. Terlampir bahwa responden termuda berumur 38 tahun dan paling tua berumur 78 tahun. B. Hasil Analisis Univariat 1. Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 Gambaran distribusi status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 seperti yang terlihat pada tabel 5.2 berikut ini: Tabel 5.2 Distribusi Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Status Kadar Gula Darah
Jumlah (n)
Persen (%)
Baik (80-144 mg/ dL)
16
19,0
Sedang (145-199 mg/ dL)
31
36,9
Buruk (≥200 mg/ dL)
37
44,0
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 84 penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 37 (44,0%) diantaranya memiliki status kadar gula darah yang buruk ≥200 mg/ dL. 2. Gambaran Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 Gambaran distribusi penerapan jumlah makanan pada penderita DM tipe 2 seperti yang terlihat pada tabel 5.3 berikut ini:
62
Tabel 5.3 Distribusi Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Jumlah Makanan
Jumlah (n)
Persen (%)
Baik
34
40,5
Tidak Baik
50
59,5
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 84 penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 50 (59,5%) diantaranya memiliki penerapan jumlah makanan yang tidak baik. 3. Gambaran Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 Gambaran distribusi penerapan jenis makanan pada penderita DM tipe 2 seperti yang terlihat pada tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5. 4 Distribusi Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Jenis Makanan
Jumlah (n)
Persen (%)
Baik
30
40,5
Tidak Baik
54
64,3
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 84 penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 54 (64,3%) diantaranya memiliki penerapan jenis makanan yang tidak baik.
63
4. Gambaran Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 Gambaran distribusi penerapan jadwal makan pada penderita DM tipe 2 seperti yang terlihat pada tabel 5.5 berikut ini: Tabel 5.5 Distribusi Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Jadwal Makan
Jumlah (n)
Persen (%)
Baik
8
9,5
Tidak Baik
76
90,5
Total
84
100,0
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 84 penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 76 (90,5%) diantaranya memiliki penerapan jadwal makan yang tidak baik. 5. Gambaran Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 Gambaran distribusi aktivitas fisik pada penderita DM tipe 2 seperti yang terlihat pada tabel 5.6 berikut ini: Tabel 5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Aktivitas Fisik
Jumlah (n)
Persen (%)
Kurang
10
11,9
Sedang
20
23,8
Berat
54
64,3
Total
84
100,0
64
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 84 penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 54 (64,3%) diantaranya memiliki tingkat aktivitas fisik yang berat. C. Hasil Analisis Bivariat Pada penelitian ini, seluruh variabel dependen maupun independennya marupakan variabel kategorik, sehingga uji hubungan antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya menggunakan metode uji chi-square pada alfa 5% dengan CI 95%. Berikut hasil analisis masing-masing variabel: 1. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Hasil analisis antara penerapan jumlah makanan dengan status kadar gula darah pada pederita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini: Tabel 5.7 Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Penerapan
Status Kadar Gula
Jumlah
Darah
Total P value
Makanan Baik
Sedang
Buruk
n
%
n
%
n
%
n
%
Baik
10
29,4
13
38,2
11
32,4
34
100,0
Tidak Baik
6
12,0
18
36,0
26
52,0
50
100,0
Total
16
19,0
31
36,9
37
44,0
84
100,0
0,082
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui bahwa dari 50 penderita DM tipe 2 terdapat 26 (52,0%) diantaranya tidak baik dalam menerapkan jumlah
65
makanan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 34 penderita DM tipe 2 terdapat 13 (38,2%) diantaranya baik dalam menerapkan jumlah makanan dengan status kadar gula darah yang sedang. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value = 0,082 (p<0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. 2. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Hasil analisis antara penerapan jenis makanan dengan status kadar gula darah pada pederita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini: Tabel 5. 8 Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Penerapan
Status Kadar Gula
Jenis
Darah
Total
P value
Makanan Baik
Sedang
Buruk
n
%
n
%
n
%
n
%
Baik
10
33,3
14
46,7
6
20,0
30
100,0
Tidak Baik
6
11,1
17
31,5
31
57,4
54
100,0
Total
16
19,0
31
36,9
37
44,0
84
100,0
0,002
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, diketahui bahwa dari 54 penderita DM tipe 2 terdapat 31 (57,4%) diantaranya tidak baik dalam menerapkan jenis makanan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 30 penderita DM tipe 2 terdapat 14 (46,7%) diantaranya baik dalam menerapkan jenis makanan dengan status kadar gula darah yang sedang. Dari hasil uji
66
statistik diperoleh nilai P-value = 0,002 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. 3. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah Hasil analisis antara penerapan jadwal makan dengan status kadar gula darah pada pederita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini: Tabel 5.9 Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Penerapan
Status Kadar Gula
Jadwal
Darah
Total
P value
Makanan Baik
Sedang
Buruk
n
%
n
%
n
%
n
%
Baik
4
50,0
2
25,0
2
25,0
8
100,0
Tidak Baik
12
15,8
29
38,2
35
46,1
76
100,0
Total
16
19,0
31
36,9
37
44,0
84
100,0
0,108
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, diketahui bahwa dari 76 penderita DM tipe 2 terdapat 35 (46,1%) diantaranya tidak baik dalam menerapkan jadwal makan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 8 penderita DM tipe 2 terdapat 4 (50,0%) diantaranya baik dalam menerapkan jadwal makan dengan status kadar gula darah yang baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value = 0,108 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
67
4. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Hasil analisis antara aktivitas fisik dengan status kadar gula darah pada pederita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 6.0 berikut ini: Tabel 6.10 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016 Aktivitas
Status Kadar Gula
Fisik
Darah Baik
Sedang
Total
Buruk
n
%
n
%
n
%
n
%
Ringan
0
0
5
50,0
5
50,0
10
100,0
Sedang
1
5,0
7
35,0
12
60,0
20
100,0
Berat
15
27,8
19
35,2
20
37,0
54
100,0
Total
16
19,0
31
36,9
37
44,0
84
100,0
P value
0,075
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, diketahui bahwa dari 54 penderita DM tipe 2 terdapat 20 (37,0%) diantaranya tingkat aktivitas fisiknya berat dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 20 penderita DM tipe 2 terdapat 12 (60,0%) diantaranya tingkat aktivitas fisiknya sedang dengan status kadar gula darah yang buruk. Dan dari 10 penderita DM tipe 2 samasama terdapat 5 (50,0%) diantaranya tingkat aktivitas fisiknya ringan dengan status kadar gula darah yang sedang dan buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value = 0,075 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara penerapan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat.
pada
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini berfokus pada penatalaksanaan DM tipe 2 yang terdiri dari diet, aktivitas fisik, edukasi, dan terapi farmakologis. Tetapi pada penelitian ini, tatalaksana edukasi dan farmakologis tidak diteliti, hanya dijadikan sebagai variabel terkontrol dalam menentukan kriteria responden. Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan skrining, variabel edukasi bersifat homogen dan variabel farmakologis sebagai penentuan kriteria inklusi dan eksklusi sampel. 2. Terapi farmakologis dijadikan penentu kriteria inklusi dan eksklusi sampel. Pada variabel terkontrol dilihat siapa saja yang patuh dan tidak patuh dalam meminum obat metformin yang diberikan bidan desa. Tetapi peneliti hanya melihat jenis obat yang hanya diberikan bidan desa dari puskesmas tanpa menanyakan lebih lanjut jenis obat anti diabetes lainnya yang mungkin responden konsumsi. Pada akhirnya peneliti tidak mendapat persepsi dari penderita DM tipe 2 mengenai terapi farmakologis lebih luas. 3. Terdapat over reported dari pihak puskesmas mengenai cut off status kadar gula darah yang digunakan sehingga peneliti melakukan konfirmasi dan perbaikan dalam menentukan cut off yang digunakan pada penelitian ini.
68
69
B. Gambaran Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 Kadar gula darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah (Parker, 2004).
Terkendalinya kadar gula darah yang baik dan optimal
diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Kadar gula darah pada orang normal biasanya konstan, karena pengaturan metabolisme yang baik. Akan tetapi pada penderita DM tipe 2 tidak dapat memproduksi insulin yang cukup sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia (WHO, 2015). Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 84 penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 44,0% diantaranya memiliki status kadar gula darah yang buruk ≥200 mg/ dL. Sedangkan 36,9% diantaranya memiliki status kadar gula darah yang sedang dan hanya 19,0% yang memiliki status kadar gula darah baik. Dari proporsi status kadar gula darah terlihat bahwa penderita DM tipe 2 yang memiliki status kadar gula darah buruk (<200 mg/ dL) lebih tinggi, dimana responden yang memiliki kadar gula darah tertinggi sebesar 337 mg/ dL (terlampir). Penderita DM harus menyadari bahwa kadar gula darah yang selalu tinggi dalam jangka panjang akan menimbulkan komplikasi atau penyakit penyulit pada berbagai organ tubuh dengan risiko 2 kali lebih mudah pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke dan pembuluh darah jantung menimbulkan penyakit jantung koroner, 5 kali lebih mudah menderita ulkus/gangrene, 25 kali lebih mudah pembuluh darah mata menimbulkan kebutaan, dan 7 kali lebih mudah pembuluh darah ginjal menimbulkan gagal ginjal kronik (Waspadji, 2011). Dalam mencapai status kadar gula darah yang baik, menurut PERKENI (2011) penderita DM tipe 2 harus melakukan perubahan gaya hidup seperti diet dengan menerapkan aturan 3J dan peningkatan aktivitas fisik. Pada penelitian ini,
70
banyaknya responden yang memiliki kadar gula darah sedang dan buruk dipengaruhi oleh penatalaksanaan pengendalian kadar gula darah seperti diet dan aktivitas fisik yang belum maksimal tetapi sebaliknya dengan yang memiliki kadar gula darah yang baik. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi penatalaksanaan pengendalian kadar gula darah menjadi tidak maksimal. Menurut Suyono (2011), penderita DM terkadang menghiraukan pesan dari adanya edukasi atau penyuluhan mengenai diet dan aktivitas fisik. Sehingga hal tersebut merupakan hambatan bagi para petugas kesehatan karena sulit memotivasi dan kurang adanya dukungan dari ligkungan sekitar. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan penelitian ini bahwa sebagian besar responden sebenarnya paham akan hal apa saja yang harus dilakukan dan tidak dilakukan agar kadar gula darah tidak meningkat, tetapi mereka sulit membiasakan diri melakukan kegiatan yang baru karena kurangnya motivasi dan dukungan dari lingkungan sekitar. C. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 50 penderita DM tipe 2 terdapat 52,0% diantaranya tidak baik dalam menerapkan jumlah makanan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 34 penderita DM tipe 2 terdapat 38,2% diantaranya baik dalam menerapkan jumlah makanan dengan status kadar gula darah yang sedang. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,082 yang berarti tidak terdapat hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardyana (2014) di Surakarta dengan sampel 37 pasien penderita DM tipe 2 yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara ketepatan jumlah makanan dengan status kadar gula darah. Tidak
71
adanya hubungan tersebut mungkin disebabkan jumlah asupan makanan yang dikonsumsi tidak sesuai dengan kebutuhan serta jenis diet DM masing-masing subjek. Menurut PERKENI (2011), jumlah makanan yang didefinisikan sebagai banyaknya kalori dalam ukuran kkal perlu mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi. Pada akhirnya responden dapat mengetahui aturan jumlah makanan sesuai standar diet yaitu karbohidrat 4565% dari kebutuhan energi, protein 10-20% dari kebutuhan energi, lemak 20-25% dari kebutuhan energi, dan gula murni <5% dari kebutuhan energi. Pada penelitian ini, sebagian besar responden belum menerapkan aturan dalam batasan jumlah asupan karbohidrat, gula, dan lemak jenuh sehingga status kadar gula darah mereka buruk. Menurut Almatsier (2009), jumlah kalori yang dikonsumsi secara berlebihan akan meningkatkan kadar gula darah pasien. Pengaturan jumlah karbohidrat dan gula penting karena merupakan determinan kadar gula darah. Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks. Sumbersumber gula yang dimurnikan (sukrosa) akan diserap lebih cepat dibandingkan dengan karbohidrat yang berasal dari pati atau makanan berserat seperti sereal atau buah atau dari jenis karbohidrat kompleks. (Azrimaidaliza, 2009) Connor et al. (2014) menyatakan bahwa konsumsi minuman manis seperti minuman ringan susu, teh, kopi, minuman berpemanis, jus buah erat pengaruhnya dengan peningkatan gula darah DM tipe 2. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa responden masih mengkonsumsi minuman ringan dan manis. Selain itu, responden juga mengkonsumsi bahan santan, kelapa, minyak kelapa yang merupakan lemak jenuh dalam jumlah yang melebihi batas < 7%. Jumlah asupan lemak jenuh perlu dibatasi karena selain berkaitan dengan kadar gula
72
darah, kaitan lainnya adalah dari tujuan utama diet DM yaitu mencegah timbulnya penyakit komplikasi diabetes seperti kardiovaskular (ADA, 2015). Lemak jenuh merupakan determinan diet yang juga penting karena dapat menimbulkan risiko kardiovaskuler. Tingginya risiko menderita penyakit kardiovaskuler pada pasien diabetes dan kenyataan bahwaasupan lemak jenuh memberikan efek terhadap metabolisme lemak (meningkatkan kolesterol LDL), resistensi insulin dan tekanan darah. (Azrimaidaliza, 2009) Masih banyaknya responden yang tidak baik dalam menerapkan jumlah makanan dipengaruhi oleh adanya peningkatan rasa lapar atau yang disebut polyphagia. Polyphagia ini menyebabkan penderita DM tipe 2 akan selalu merasa lapar karena kalori yang dihasilkan dari makanan akan dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah dan tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan dalam tubuh (Subekti, 2011). Disamping itu, responden yang baik dalam menerapkan jumlah makanan, banyak yang memiliki status kadar gula darah sedang dan sebagian diantaranya memiliki kadar gula darah yang baik . Hal ini tidak terlepas dari adanya edukasi yang diberikan oleh bidan desa dan kader terlatih dalam memberikan anjuran makanan. Dalam hal jumlah makanan, petugas menerangkan kepada responden terkait porsi makanan serta URT yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, yang berasal dari leaflet penanganan DM. Hal ini menunjukkan bahwa jika penderita DM tipe 2 menerapkan dengan baik jumlah makanan, maka status kadar gula darahnya akan terkontrol dalam keadaan baik maupun sedang yang masih dapat di jaga. D. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Pemilihan jenis makanan yang tepat sangat penting bagi penderita DM tipe 2 karena berkaitan dengan kadar gula darah dan pencegahan penyakit komplikasi
73
diabetes (ADA, 2010). Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi, dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat (Waspadji, 2007). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 54 penderita DM tipe 2 terdapat 57,4% diantaranya tidak baik dalam menerapkan jenis makanan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 30 penderita DM tipe 2 terdapat 46,7% diantaranya baik dalam menerapkan jenis makanan dengan status kadar gula darah yang sedang. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,002 yang berarti terdapat hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Adanya hubungan tersebut terlihat karena responden belum menghindari jenis makanan yaitu sumber karbohidrat sederhana (gula pasir, gula jawa, madu, sirup, cake, permen, minuman ringan, dan selai), makanan berkolesterol tinggi (kuning telur, jeroan, lemak daging, otak, durian, susu full cream), sumber lemak trans (margarin), dan asam lemak jenuh (mentega, santan, kelapa, keju krim, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit). Hal tersebut terjadi dikarenakan walaupun responden sudah mengetahui jenis makanan yang harus dihindari, responden tetap mengonsumsi jenis bahan makanan tersebut salah satunya gula pasir, santan, dan minyak kelapa sawit. Selain itu, responden juga masih mengkonsumsi makanan yang seharusnya dihindari seperti kue-kue manis, jeroan, dan minuman ringan seperti big cola. Penyebab lain masih banyaknya responden yang tidak baik dalam menerapkan jenis makanan yang akhirnya status kadar gula darah buruk adalah karena responden tidak mengolah makanan dengan benar seperti menggoreng dengan
74
minyak goreng yang dipakai sampai beberapa kali. Menurut Sukardji (2009), penderita DM tipe 2 mempunyai risiko tinggi untuk mendapatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, sehingga lemak dan kolesterol dalam makanan perlu dibatasi. Kolesterol dalam jumlah yang banyak di dalam darah, dapat membentuk endapan dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis. Pengolahan makanan sebaiknya tidak terlalu banyak digoreng dan tidak lebih dari satu lauk saja pada tiap kali makan. Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian Verawati, dkk (2014) di Purworejo dengan sampel 106 penderita DM tipe 2 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis makanan dengan status kadar gula darah. Selain itu, penelitian Toharin (2015) di Batang Semarang dengan sampel 53 penderita DM tipe 2 juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara aturan jenis makanan dengan status kadar gula darah. Dengan pola makan yang baik diharapkan akan dapat menurunkan atau membantu menurunkan kadar gula darah dalam batas-batas normal (PERKENI, 2011). Hal tersebut menunjukkan jika penderita DM tipe 2 menerapkan dengan baik jenis makanan yang akan dimakan, maka status kadar gula darahnya akan baik. E. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 76 penderita DM tipe 2 terdapat 46,1% diantaranya tidak baik dalam menerapkan jadwal makan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 8 penderita DM tipe 2 terdapat 4 50,0% diantaranya baik dalam menerapkan jadwal makan dengan status kadar gula darah yang baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,108 yang berarti tidak terdapat hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Tidak
75
adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena beberapa hal seperti responden belum terbiasa dengan jadwal makan yang memiliki interval 3 jam dan jam yang sudah ditentukan dari standar diet DM. Belum terbiasanya responden dengan jadwal makan standar diet DM dikarenakan responden memiliki kesibukan pekerjaan atau aktivitas lain seperti mengantar anak ke sekolah, melakukan aktivitas rumah tangga, dan melakukan persiapan seperti menjual makanan dan pekerjaan lainnya. Selain itu, mayoritas responden menghindari makan malam dan selingan. Dan pada pelaksanaan edukasi, petugas tidak terlalu terfokus pada aturan jadwal makan yang sudah tersedia di leaflet DM tipe 2 karena lebih memberikan edukasi terkait jumlah dan jenis makanan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putro (2012) di Kediri Jawa Timur dengan sampel 60 penderita DM tipe 2 yang menunjukkan tidak adanya hubungan diet tepat jadwal makan terhadap status kadar gula darah. Selain itu, penelitian Idris (2014) di Batua Raya Makassar dengan sampel 46 penderita DM tipe 2 juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara jadwal makan terhadap status kadar gula darah. Menurut Waspadji (2007) pasien DM makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam yang bertujuan untuk mempertahankan status kadar gula darah yang baik. Pada penelitian eksperimen Jakubowicz (2015) di Tel Aviv Israel dengan sampel 22 penderita DM tipe 2 yang sudah mengidap diabetes selama kurang lebih 10 tahun diikutsertakan untuk mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00, makan siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00 yang sesuai dengan kebutuhan energi responden dan hasilnya responden yang mengikuti anjuran pada jam-jam tersebut maka gula darah akan mengalami penurunan sebesar 10%.
76
Pengaturan jadwal makan sangatlah penting bagi penderita DM tipe 2 karena dengan membagi waktu makan menjadi porsi kecil tetapi sering, karbohidrat dicerna dan diserap secara lebih lambat dan stabil. Selain itu, kebutuhan insulin pun menjadi lebih rendah dan sensitivitas insulin menjadi meningkat sehingga metabolisme tubuh dapat berjalan dengan lebih baik (Waspadji, 2007). Menurut PERKENI (2011) dan Waspadji (2011) membagi makanan menjadi beberapa porsi kecil dengan frekuensi lebih sering pada makan besar dan selingan lebih efektif untuk menjaga gula darah terus berada dalam batas normal. Jika semakin jauh jarak antara makan pertama dengan makan kedua atau antara mengudap selingan, maka semakin besar makan yang diminta (Magee, 2014). Jadi, dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini responden lebih mengkonsumsi makanan pada waktu makan besar dibandingkan dengan selingan. Sehingga kemungkinan untuk menerapkan jadwal makan 3 kali makan dan 3 kali selingan lebih sulit karena kebiasaan dan kesibukan responden. F. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 54 penderita DM tipe 2 terdapat 37,0% diantaranya tingkat aktivitas fisiknya berat dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 20 penderita DM tipe 2 terdapat 60,0% diantaranya tingkat aktivitas fisiknya sedang dengan status kadar gula darah yang buruk. Dan dari 10 penderita DM tipe 2 sama-sama terdapat 50,0% diantaranya tingkat aktivitas fisiknya ringan dengan status kadar gula darah yang sedang dan buruk. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,075 yang berarti tidak terdapat hubungan antara penerapan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Tidak
77
adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena responden yang memiliki tingkat aktivitas berat sebagian besar masih memiliki status kadar gula darah yang buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Qadrianty,et.al (2006) yang juga menggunakan kuesioner GPAQ di Puskesmas Kota Makassar dengan sampel 36 penderita DM tipe 2 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kadar gula darah penderita DM tipe 2 (p=0,655). Menurut Qadrianty,et.al (2006) hal tersebut terjadi karena sebanyak 76,2% responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi justru memiliki kadar gula darah yang tidak terkontrol. Pada penderita DM tipe 2, aktivitas fisik juga berperan utama dalam pengaturan kadar gula darah (Ilyas, 2011). Pernyataan tersebut sejalan dengan Mahan dan Stump (2008) yang memaparkan bahwa aktivitas fisik juga dapat meningkatkan aktivitas termogenesis dan proses metabolisme tubuh dalam menghasilkan energi, termasuk metabolisme glukosa. Aktivitas fisik secara teratur pada penderita DM tipe 2 dapat meningkatkan sensitivitas insulin yang mempengaruhi kadar gula darah menjadi terkontrol (ADA, 2015). Pada akhirnya, glukosa yang ada di dalam darah akan dimobilisasi ke dalam sel untuk sintesis energi. Aktivitas fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas yang mencakup semua olahraga, semua gerakan tubuh, semua pekerjaan, rekreasi, kegiatan sehari-hari, dan kegiatan pada waktu senggang (WHO, 2006). Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas fisik menggunakan GPAQ, diketahui bahwa jenis aktivitas yang umumnya dilakukan responden adalah berjalan kaki yang merupakan jenis ketahanan (endurance) yang dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sirkulasi darah agar tetap sehat dan bertenaga (Fatmah, 2010).
78
Adapun selain aktivitas berjalan kaki, responden juga melakukan aktivitas fisik jenis kelenturan (flexibility) yang menurut Fatmah (2010) dapat membantu pergerakan menjadi lebih mudah, mempertahankan otot tubuh, dan membuat sendi berfungsi dengan baik yakni dengan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci baju, menyetrika baju, mengepel lantai. Selain itu, aktivitas fisik jenis kekuatan (strength) yang sering dilakukan responden adalah membawa belanjaan dan sebagian kecil mengikuti senam. Maka dari itu, lebih dari sebagian responden 54 (64,3%) memiliki tingkat aktivitas fisik berat. Menurut Sudarsono (2015) terdapat penelitian di Kanada tentang hal yang mempengaruhi penderita DM tipe 2 untuk melakukan aktivitas fisik diantaranya dipengaruhi oleh faktor utama persepsi seseorang terhadap mudah tidaknya melaksanakan aktivitas fisik secara teratur. Studi tersebut menyatakan bahwa intervensi harus difokuskan pada upaya mengatasi hambatan dalam melakukan aktivitas fisik secara teratur seperti masalah keuangan, kesehatan, waktu, akses, dan jam kerja. Oleh karena itu, sebaiknya dalam upaya meningkatkan aktivitas fisik perlu dilakukan peningkatan motivasi, misalnya melalui kegiatan berbagi pengalaman dengan penderita DM tipe 2 yang melakukan aktivitas fisik teratur dan berhasil mengendalikan kadar glukosa darah.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 lebih banyak yang buru (≥200 mg/ dL). 2. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 lebih banyak yang tidak baik dalam menerapkan jumlah makanan. 3. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 lebih banyak yang tidak baik dalam menerapkan jenis makanan. 4. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 paling banyak yang tidak baik dalam menerapkan jadwal makan. 5. Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 lebih banyak yang menerapkan aktivitas fisik dengan kategori berat. 6. Tidak ada hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016.
79
80
7. Ada hubungan bermakna antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. 8. Tidak ada hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016. 9. Tidak ada hubungan antara penerapan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
Puskesmas Ciputat tahun 2016.
B. SARAN 1. Bagi Puskesmas Ciputat a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan perbaikan sekaligus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat pada program pencegahan penyakit tidak menular di posbindu, klinik gizi dan pelayanan umum. b. Meningkatkan peran Posbindu di Kelurahan Ciputat dan Cipayung dalam memotivasi masyarakat terutama penderita DM tipe 2 agar menerapkan penatalaksanaan DM tipe 2. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara penambahan sesi berbagi pengalaman antara pasien yang berhasil menerapkan diet dan aktivitas fisik kepada pasien yang akan dan sedang menjalani penatalaksanaan tersebut saat jadwal posbindu berlangsung, penyebaran pamflet dan poster saat edukasi di posbindu atau saat kegiatan jalan santai dan senam.
81
c. Meningkatkan monitoring dan evaluasi berkala pada kader posbindu. Upaya tersebut dapat dilakukan saat adanya kegiatan lokakarya mini (lokmin) di Puskesmas. 2. Bagi Peneliti Lain a. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyertakan variabel penatalaksanaan yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperti edukasi dan terapi farmakologis. b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode eksperimental sehingga dapat melihat 4 pilar penatalaksanaan diabetes akan berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap kadar gula darah.
DAFTAR PUSTAKA
Aguiar, E.J. et al., 2014. Efficacy of interventions that include diet , aerobic and resistance training components for type 2 diabetes prevention : a systematic review with meta-analysis. International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity, vol.11(2), pp.1–10. Ajala, O., English, P. & Pinkney, J., 2013. Systematic review and meta-analysis of different dietary approaches to the management of type 2 diabetes. The American Journal of Clinical Nutrition, vol.97(16), pp.505–516. Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka American Diabetes Association (ADA). 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care Journals, vol.35 (1), pp.564-571. American Diabetes Association (ADA). 2015. Standards of Medical Care in Diabetes-2015. Diabetes Care: The Journal of Clinical and Applied Research and Education, vol.38 (1) Amtiria, HJ. Rahma. 2016. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Skripsi pada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung. Anani, S., Udiyono, A. & Ginanjar, P., 2012. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), pp.466–478. Ardyana , Della. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Status Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU
82
83
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi pada Program Studi Diploma III Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhamadiyah Surakarta. Azrimaidaliza, 2009. Asupan Zat Gizi dan Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), pp.36–41. Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet: Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit (untuk Perawat dan Dokter). Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Bull, F.C., Maslin, T.S. & Armstrong, T. 2009. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) : Nine Country Reliability and Validity Study. Journal of Physical Activity and Health, vol.6, pp.790–804. CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2014. National Diabetes Statistics Report 2014 Fact Sheet. Cleland, C.L. et al., 2014. Validity of the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) in assessing levels and change in moderate-vigorous physical activity and sedentary behaviour. BMC Public Health, vol.14(1225), pp.1–11. Connor, L.O. et al., 2015. Prospective Associations And Population Impact Of Sweet Beverage Intake and Type 2 Diabetes, and Effects Of Substitutions With Alternative
Beverages.
Diabetologia,
58(7),
pp.1474–1483.
doi:
10.1007/s00125-015-3572-1 Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2014. Profil Penyakit Menular dan Tidak Menular. Kota Tangerang Selatan. Dorlan, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland: Edisi 29. Jakarta: EGC Dworatzek, P.D. et al., 2013. Nutrition Therapy Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines Expert Committee. Canadian Journal of
84
Diabetes,
37,
pp.S45–S55.
Available
at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcjd.2013.01.019. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga Medical Series Gibson, R.S., 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press. Holt, Tim & Kumar, Sudhesh. 2010. ABC Of Diabetes: Sixth Ediiton. West Sussex: Wiley-Blackwell, A John Wiley & Sons Idris, Andi Mardhiyah. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Rawat Jalan DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar Tahun 2014. Skripsi pada Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar. Ilyas, Ermita. 2011. Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes Mellitus dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Indriyani, P., Supriyatno, H. & Santoso, A., 2007. Pengaruh Latihan Fisik ; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Dm Tipe 2. Media Ners, vol.1(2), pp.89–99. International Diabetes Federation. 2012. Global Guideline for Type 2 Diabetes, Belgium: International Diabetes Federation International Diabetes Federation (IDF). 2015. IDF Diabetes Atlas: Seventh Edition. Belgium: International Diabetes Federation Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Jakarta: Kemenkes RI Kemenkes RI. 2013. Diabetes Mellitus Penyebab Kematian Nomor 6 Di Dunia: Kemenkes Tawarkan Solusi CERDIK Melalui Posbindu. Artikel tersedia pada http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melitus-penyebab-kematian-
85 nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-posbindu.html
22
Januari 2016 Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Kurniawati, D,. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengontrolan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Rawat Jalan Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang Lestari, Tri Suci. 2012. Hubungan Psikososial dan Penyuluhan Gizi dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Fatmawati Tahun 2012. Skripsi pada Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Lubis, Heni Sholatya. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah Terkontrol pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kranggan. Skripsi pada Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Jakarta Magee, Elaine. 2014. Nutrisi Sehat Bagi Penderita Diabetes. Solo: Tiga Serangkai Mahan LK, Stump SE. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy 12 th edition. United State of America(US) : Saunders Elsevier. Morris, S.F. et al., 2010. Medical Nutrition Therapy : A Key to Diabetes Management and Prevention. Clinical Diabetes, vol.28 (1), pp.12–18. Muliani, Usdeka. 2013. Asupan Zat-zat Gizi dan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, vol.4 (2), pp. 325-332
86
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK). 2008. Prevent Diabetes Problems: Keep Your Diabetes Under Control. Bethesda: National Institute of Diabetes and Digestive. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Norris, S.L. et al., 2004. Long-term Effectiveness of Lifestyle and Behavioral Weight Loss Interventions in Adults with Type 2 Diabetes : A Meta-analysis. Elsevier, vol.117(8), pp.762–774. Parker, James N, et al. 2004. Blood Glucose. United States of America: ICON Group International PERKENI. 2011. Konsensus Pengendalian Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2011. Jakarta: PERKENI Putro, P.J.S. & Suprihatin, 2012. Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan Jenis Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal STIKES, 5(1), pp.71–81. Qadrianty, S., Hadju, V. & Jafar, N., 2006. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dan Tingkat Kepatuhan Minum Oho (Obat Hipoglikemik Oral) Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Rawat Jalan Di Puskesmas Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Sarafino,
Edward
P.
&
Timothy
W.Smith.
2011.
Health
Psychology:
Biopsychosocial Interactions. United States of America: John Wiley&Sons, Inc Smeltzer, et al. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
87
Soegondo, dkk. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Subekti, Imam. 2011. Apa itu Diabetes: Patofisiologi, Gejala dan Tanda? Dalam Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Sudarsono, N.C., 2015. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Aktivitas Fisik pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2. eJournal Kedokteran Indonesia, 3(1), pp.70–76. Suhaema, dkk,. 2010. Pengendalian Status Gizi, Kadar Glukosa Darah, Tekanan Darah Melalui Terapi Gizi Medis pada Pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 2 Rawat Jalan di RSU Mataram NTB. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, vol.7 (2), pp.48-57 Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Suparmin, Siskawati. 2010. Beda Kadar Glukosa Darah Pada Pria Perokok dan Bukan Perokok Tembakau Usia 20-60 Tahun di Salemba Tahun 2009-2010. Skripsi pada Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Sukardji, Kartini. 2011. Penatalaksanaan Gizi pada Diabetes Mellitus dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Suyono, Slamet. 2011. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes Mellitus dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Teh, C.H. et al., 2015. Association of physical activity with blood pressure and blood glucose among Malaysian adults : a population-based study. BMC Public Health, vol.15(1205), pp.1–7 Toharin, Syamsi, dkk. 2015. Hubungan Modifikasi Gaya Hidup dan Kepatuhan Konsumsi Obat Antidiabetik dengan Kadar Gula Darah pada Penderita
88
Diabetes Melitus Tipe 2 di RS Qim Batang Tahun 2013. Unnes Journal of Public Health, vol.4 (2), pp. 153-161 UPT Puskesmas Ciputat. 2015. Pencegahan Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Ciputat. Kota Tangerang Selatan UPT Puskesmas Ciputat. 2015. Profil Puskesmas Ciputat Tahun 2015. Kota Tangerang Selatan Verawati, R.R., Hadi, H. & Aprilia, V. 2014. Pola Makan Berhubungan dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap RSUD Saras Husada Purworejo. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, vol.2 (2), pp. 74-79. Waspadji,
Sarwono.
2011.
Diabetes
Mellitus:
Mekanisme
Dasar
dan
Pengelolaannya yang Rasional dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI Waspadji, Sarwono. 2007. Pedoman Diet Diabetes Mellitus. Jakarta: FK UI Weitgasser, R. et al., 2007. New , small , fast acting blood glucose meters – an analytical laboratory evaluation. Swiss Med Weekly, 137, pp.536–540. WHO. 2003. Adherence to Long Term Therapies: Evidence for Action. Switzerland: WHO WHO.
2015.
Diabetes
Mellitus.
Fact
sheet
pada
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/ diakses pada 20 Januari
2016 WHO. 2010. Global Recommendation on Physical Activity For Health, Switzerland: WHO Press. WHO. 2006. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide. Switzerland: WHO
LAMPIRAN
Lampiran 1 LEMBAR SKRINING VARIABEL TERKONTROL EDUKASI DAN TERAPI FARMAKALOGIS
A. EDUKASI Lembar Observasi Frekuensi/Jadwal
Konten/Materi
Pemberi Edukasi
B. TERAPI FARMAKOLOGIS No.
Pertanyaan
Jawaban
(diisi oleh peneliti)
B1
B2
Apakah Bapak/Ibu meminum obat sesuai
0. Ya
anjuran jadwal dari petugas kesehatan?
1. Tidak
Apakah Bapak/Ibu meminum obat sesuai
0. Ya
dengan dosis yang dianjurkan petugas
1. Tidak
kesehatan? B3
Apakah Bapak/Ibu menghabiskan obat yang
0. Ya
diberikan oleh petugas kesehatan?
1. Tidak
Lampiran 2 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Bapak/Ibu, Saya Cesil Magdalena mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, sedang melakukan penelitian skripsi saya dengan judul “HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL) DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2016”. Berkaitan dengan judul tersebut, saya sangat mengharapkan Bapak/Ibu untuk dapat menjadi responden saya dan bersedia dalam pengisian kuesioner, food recall 2x24 jam, dan memperbolehkan saya untuk melihat kadar gula darah dalam data rekam medis Posbindu Puskesmas Ciputat. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi anda. Dan apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta,
2016 Peneliti
CESIL MAGDALENA
Lampiran 3 FORMULIR INFORMED CONSENT Dengan ini saya, Nama
:
Jenis Kelamin : P/L Usia
:
Alamat
:
No. Telp/HP :
Menyatakan bersedia mengikuti kegiatan penelitian ini dengan ketentuan apabila ada hal-hal yang tidak berkenan pada Saya, maka Saya berhak mengajukan pengunduran diri dari kegiatan penelitian ini.
Jakarta,
2016
Responden
(…………………………..)
Lampiran 4 KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI: HUBUNGAN PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL) DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2016
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Petunjuk: Isilah data di bawah ini pada kolom jawaban dan untuk jawaban pilihan lingkari pada salah satu nomor jawaban yang sesuai. No.
Identitas
A1 A2 A3 A4
Nomor Responden Nama Responden Usia Jenis Kelamin
A5
Pendidikan Terakhir
A6
Pekerjaan
Jawaban
tahun 0. 1. 0. 1. 2. 3. 4. 5.
Laki-laki Perempuan Tidak sekolah Tidak lulus SD/sederajat Lulus SD/sederajat Lulus SMP/sederajat Lulus SMA/sederajat Lulus Diploma/perguruan tinggi
B. KADAR GULA DARAH No.
Kadar Gula Darah ............. mg/ dL
(diisi oleh peneliti)
(diisi oleh peneliti)
C. FORM FOOD RECALL 2X24 JAM Petunjuk: Semua jenis makanan yang dikonsumsi Bapak/Ibu berikut waktu makan dan ukuran jumlahnya (dalam berat/gram atau ukuran rumah tangga) selama 2x24 jam yang lalu. Hari/Tanggal yang direcall: Waktu
Makanan
Bahan Makanan (deskripsi detail dan merk jika ada)
PAGI Pukul:
SELINGAN PAGI Pukul: SIANG Pukul:
SELINGAN SORE Pukul: SORE/MALAM Pukul:
SELINGAN MALAM Pukul: TOTAL
Ukuran URT
Berat (gr)
D. FORM ANALISIS PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL) D1. Jumlah Makanan Analisis 0. Baik 1. Tidak baik
Kode [ ]
D2. Jenis Makanan Analisis 0. Baik 1. Tidak baik
Kode [ ]
D3. Jadwal Makan Analisis 0. Baik 1. Tidak baik
Kode [ ]
E. Global Physically Activity Questionnaire Aktivitas saat Bekerja
Kode
(Aktivitas termasuk kegiatan belajar, latihan, aktivitas rumah tangga,dll)
(diisi oleh peneliti)
E1.
Apakah pekerjaan sehari-hari anda memerlukan kerja berat (seperti membawa atau mengangkat beban berat, menggali atau
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
pekerjaan konstruksi lain) minimal 10 menit per hari? a) Ya, b) Tidak E2
(lanjut ke pertanyaan no.E4)
Berapa hari dalam seminggu anda melakukan aktivitas berat? ______ hari
E3.
Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan kerja berat ? (a)_____ jam (b)_____ menit
E4.
Apakah aktivitas sehari-hari anda termasuk aktivitas sedang (seperti membawa atau mengangkat beban yang ringan)? a) Ya, b) Tidak
E5.
(lanjut ke pertanyaan no.E7)
Berapa hari dalam seminggu anda melakukan aktivitas sedang? ______ hari
E6.
Berapa lama dalam sehari biasanya anda melakukan aktivitas sedang? (a)_____ jam (b)_____ menit
Aktivitas Perjalanan Dari Tempat Ke Tempat (Perjalanan ke tempat aktivitas, berbelanja, beribadah, dll) E7
Apakah anda berjalan kaki atau bersepeda minimal 10 menit setiap harinya untuk pergi ke suatu tempat? a) Ya, b) Tidak
E8.
(lanjut ke pertanyaan no.E10)
Berapa hari dalam seminggu anda berjalan kaki atau bersepeda (minimal 10 menit) untuk pergi suatu tempat?
E9.
______ hari
Berapa lama dalam sehari biasanya anda berjalan kaki atau bersepeda untuk pergi ke suatu tempat? (a)_____ jam (b)_____ menit
Aktivitas Rekreasi
(Olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya) E10.
Apakah anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
[
]
merupakan aktivitas berat (lari atau sepak bola) minimal 10 menit per hari? a) Ya, b) Tidak E11.
(lanjut ke pertanyaan no.E13)
Berapa hari dalam seminggu anda melakukan olahraga, fitness atau rekreasi yang merupakan aktivitas berat?
E12.
______ hari
Berapa lama dalam sehari anda melakukan olahraga, fitness atau kegiatan rekreasi yang merupakan aktivitas berat? (a)_____ jam (b)_____ menit
E13.
Apakah anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi yang merupakan aktivitas sedang (bersepeda, berenang, voli) minimal 10 menit per hari? c) Ya, d) Tidak
E14.
(lanjut ke pertanyaan no.E16)
Berapa hari dalam seminggu anda melakukan olahraga, fitness atau rekreasi yang merupakan aktivitas sedang? _____ hari
E15.
Berapa lama dalam sehari anda melakukan olahraga, fitness atau rekreasi yang merupakan aktivitas sedang?
(a)_____ jam
(b)_____ menit Perilaku Sedenter (Aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak seperti duduk saat bekerja, duduk saat di kendaraan, menonton televisi, atau berbaring, kecuali tidur) E16.
Berapa lama anda duduk atau berbaring dalam sehari? (a)….. jam (b)…… menit.
F. ANALISIS Global Physically Activity Questionnaire (GPAQ) Total Aktivitas Fisik MET-menit/minggu
Kode (diisi peneliti)
[(E2 x E3 x 8) + (E5 x E6 x 4) + (E8 x E9 x 4) + (E11 x E12 x 8) + (E14 x E15 x 4)] = ……….
oleh
Lampiran 5 GPAQ GENERIC SHOW CARD
STANDAR PENGATURAN JENIS MAKANAN DIET DIABETES MELLITUS
A. JENIS BAHAN MAKANAN YANG DIANJURKAN -
Sumber protein hewani : daging kurus, ayam tanpa kulit, ikan dan putih telur
-
Sumber protein nabati : tempe, tahu, kacang-kacangan (kacang ijo, kacang merah, kacang kedele)
-
Sayuran yang bebas dikonsumsi (sayuran A) : oyong, ketimun, labu air, lobak, selada air, jamur kuping, dan tomat
-
Buah-buahan : jeruk siam, apel, papaya, melon, jambu air, salak, semangka, belimbing
-
Susu rendah lemak atau susu skim
B. JENIS BAHAN MAKANAN YANG DIPERBOLEHKAN TETAPI DIBATASI -
Sumber karbohidrat kompleks : padi-padian (beras, jagung, gandum), umbiumbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan sagu
-
Sayuran tinggi karbohidrat : buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bayam, daun katuk, daun papaya, melinjo, nangka muda, dan tauge
-
Buah-buahan tinggi kalori: nanas, anggur, manga, sirsak, pisang, alpukat, sawo
C. JENIS BAHAN MAKANAN YANG HARUS DIHINDARI -
Sumber karbohidrat sederhana : gula pasir, gula jawa, batu, madu, sirup, cake, permen, minuman ringan, selai
-
Makanan mengandung asam lemak jenuh: mentega, santan, kelapa, keju krim, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit
-
Makanan mengandung lemak trans: margarin
-
Makanan mengandung kolesterol tinggi: kuning telur, jeroan, lemak daging, otak, durian, susu full cream
-
Makanan mengandung natrium tinggi: makanan berpengawet, ikan asin, telur asin, abon, kecap
STANDAR PENGATURAN JADWAL MAKAN DALAM SEHARI DIET DIABETES MELLITUS
Jenis Makan
Waktu
Makan Pagi
06.30 – 07.30 WIB
Selingan
09.30 – 10.30 WIB
Makan Siang
12.30 – 13.30 WIB
Selingan
15.30 – 16.30 WIB
Makan Sore/Malam
18.30 – 19.30 WIB
Selingan
20.30 - 21.30 WIB
Lampiran 6 DATA JUMLAH PASIEN DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS CIPUTAT BULAN JANUARI S/D DESEMBER 2015
1000
100
Jumlah Pasien
10
Ja nu a Fe ri br ua ri M ar et Ap ril M ei Ju ni Ju Ag l i u Se stu s pt em be r O kt ob N ov e r em b D es er em be r
1
Keterangan Bulan Jumlah Pasien Januari 100 Februari 112 Maret 113 April 116 Mei 118 Juni 121 Juli 124 Agustus 124 September 126 Oktober 128 November 132 Desember 132
Lampiran 7 DOKUMENTASI KEGIATAN
Lampiran 8 Transkrip Hasil Fakta Lapangan di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Aspek
Tanggal
Kegiatan-kegiatan 4 posbindu
2016
Tempat
Februari 7 posbindu -
Peristiwa -
23
Februari 2016
Simpulan
Kegiatan pengukuran BB dan TB; Seluruh
posbindu
pemeriksaan tekanan darah, gula melaksanakan
kegiatan-
darah, kolesterol, dan asam urat; kegiatan tersebut. konseling/edukasi;
dan
pemberian
obat. -
Hasil pencatatan dan pelaporan saat posbindu berlangsung.
-
Diluar jadwal posbindu, terdapat kegiatan senam.
5 meja
4 2016
Februari 7 posbindu -
-
23
Setelah pemeriksaan kesehatan, bidan Saat
berlangsungnya
desa memberikan obat anti diabetes kegiatan posbindu di meja
Februari 2016
-
yaitu metformin kepada penderita ke-5,
petugas
DM tipe 2.
lupa
kerap
kesehatan
menanyakan
Di meja ke-4, bidan desa terkadang perkembangan diet serta lupa menanyakan perkembangan diet aktivitas fisik dan langsung
Aspek
Tanggal
Tempat
Peristiwa
Simpulan
dan aktivitas fisik. -
memberikan obat.
Seluruh kader melakukan kegiatankegiatan yang sudah ditentukan di setiap meja, pada meja ke-5 salah satu
kader
berkoordinasi
dengan
bidan desa. Bidan Desa
4 2016
Februari 5 -
Posbindu
-
23 Kelurahan
Februari 2016
Bidan desa di posbindu kelurahan Bidan desa masih lupa cipayung terkadang telat datang saat menanyakan progress dari
Cipayung
jadwal posbindu. -
tatalaksana yang dilakukan
Saat berlangsungnya posbindu, bidan oleh pasien. desa aktif memberikan cek kesehatan dan edukasi tetapi di
4 posbindu
yang jumlah pasiennya lebih dari 100, bidan desa terkadang lupa menanyakan progress dari tatalaksana yang dilakukan. 2
Posbindu
Kelurahan
-
Bidan desa di posbindu kelurahan ciputat datang tepat waktu saat
Aspek
Tanggal
Tempat
Peristiwa
Ciputat
Simpulan
jadwal posbindu. -
Saat berlangsungnya posbindu, bidan desa aktif memberikan cek kesehatan dan edukasi dan sudah menanyakan progress
dari
tatalaksana
yang
dilakukan. Kader
4 2016
Februari Posbindu -
23 Kunir
Februari 2016
dan
Putih
yang datang hanya 2-3 orang dari kadernya kurang aktif.
Posbindu
Alpukat
Kader-kader di 2 posbindu tersebut 2 dari 7 posbindu, kinerja
total kader yaitu 6-7 orang. -
Kader-kader
kurang
aktif
dalam
menggerakkan pasien untuk datang ke
posbindu,
tersebut
karena
berada
di
posbindu wilayah
perumahan/komplek. 5 posbindu
-
Seluruh kader aktif datang saat jadwal posbindu dan juga aktif dalam menggerakkan pasien untuk datang ke posbindu.
Aspek
Tanggal
Tatalaksana Diet 4 dan
Aktivitas 2016
Tempat
Februari 7 posbindu -
Peristiwa -
23
Simpulan
Penderita DM tipe 2 menganggap Penderita DM tipe 2 belum anjuran diet penting akan tetapi sulit menerapkan
diet
dan
Fisik
pada Februari 2016
menerapkan sehari-hari karena harus aktivitas fisik dengan baik.
Penderita
DM
sesuai dengan aturan 3J.
tipe 2
-
Penderita DM tipe 2 lebih banyak melakukan aktivitas rumah tangga seperti
mencuci
menyapu,
baju,
mengepel,
menyetrika,
membersihkan halaman.
dan
Lampiran 9 Output Analisis Univariat dan Bivariat
1. Gambaran Status Kadar Gula Darah STATUS_KGD Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
16
19.0
19.0
19.0
sedang
31
36.9
36.9
56.0
buruk
37
44.0
44.0
100.0
Total
84
100.0
100.0
2. Gambaran Penerapan Jumlah Makanan Jumlah Makanan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
34
40.5
40.5
40.5
tidak baik
50
59.5
59.5
100.0
Total
84
100.0
100.0
3. Gambaran Penerapan Jenis Makanan Jenis Makanan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
baik
30
35.7
35.7
35.7
tidak baik
54
64.3
64.3
100.0
Total
84
100.0
100.0
4. Gambaran Penerapan Jadwal Makan Jadwal Makan Cumulative Frequency Valid
baik
Percent
Valid Percent
Percent
8
9.5
9.5
9.5
tidak baik
76
90.5
90.5
100.0
Total
84
100.0
100.0
5. Gambaran Aktivitas Fisik AKTIVITAS_FISIK Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
ringan
10
11.9
11.9
11.9
sedang
20
23.8
23.8
35.7
berat
54
64.3
64.3
100.0
Total
84
100.0
100.0
6. Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Crosstab STATUS_KGD baik Jumlah Makanan
baik
Count % within Jumlah Makanan
tidak baik
Count % within Jumlah Makanan
Total
Count % within Jumlah Makanan
sedang
buruk
Total
10
13
11
34
29.4%
38.2%
32.4%
100.0%
6
18
26
50
12.0%
36.0%
52.0%
100.0%
16
31
37
84
19.0%
36.9%
44.0%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.081
Likelihood Ratio
5.014
2
.082
Linear-by-Linear Association
4.831
1
.028
Pearson Chi-Square
5.022
N of Valid Cases
84
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.48.
7. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah Crosstab STATUS_KGD baik Jenis Makanan
baik
Count % within Jenis Makanan
tidak baik
Total
6
30
33.3%
46.7%
20.0%
100.0%
6
17
31
54
11.1%
31.5%
57.4%
100.0%
16
31
37
84
19.0%
36.9%
44.0%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.002
Likelihood Ratio
12.841
2
.002
Linear-by-Linear Association
11.920
1
.001
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
12.332
84
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.71.
Total
14
Count % within Jenis Makanan
buruk
10
Count % within Jenis Makanan
sedang
8. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah Crosstab STATUS_KGD baik Jadwal Makan
baik
Count % within Jadwal Makan
tidak baik
Total
Total
2
2
8
50.0%
25.0%
25.0%
100.0%
12
29
35
76
15.8%
38.2%
46.1%
100.0%
16
31
37
84
19.0%
36.9%
44.0%
100.0%
buruk
Total
Count % within Jadwal Makan
buruk
4
Count % within Jadwal Makan
sedang
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.063
Likelihood Ratio
4.448
2
.108
Linear-by-Linear Association
3.842
1
.050
Pearson Chi-Square
5.515
N of Valid Cases
84
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.52.
9. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Crosstab STATUS_KGD baik AKTIVITAS_FISIK
ringan
Count % within AKTIVITAS_FISIK
sedang
Count % within AKTIVITAS_FISIK
berat
Count % within AKTIVITAS_FISIK
Total
Count % within AKTIVITAS_FISIK
sedang 0
5
5
10
.0%
50.0%
50.0%
100.0%
1
7
12
20
5.0%
35.0%
60.0%
100.0%
15
19
20
54
27.8%
35.2%
37.0%
100.0%
16
31
37
84
19.0%
36.9%
44.0%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
8.504
a
4
.075
Likelihood Ratio
10.877
4
.028
5.136
1
.023
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
84
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.90.
DAFTAR HADIR PENDERITA DM TIPE 2 BULAN AGUSTUS 2015-JULI 2016 ≤6 BULAN
7-12 BULAN
TOTAL
Posbindu Melon
12
10
10
Posbindu Salak
20
16
16
Posbindu Kunir Putih
8
7
7
Posbindu Rambutan
15
14
14
Posbindu Melati
15
13
13
Posbindu Jeruk
22
21
21
Posbindu Alpukat
18
13
13
POSBINDU
TOTAL
94 (81,03%)
Cut Off daftar hadir dari juknis posbindu ≥75% (Kemenkes, 2014)
HASIL DATA DAN ANALISIS No
Usia
JK
Pendidikan
Pekerjaan
KGDmgdl
Jumlah
Jenis
Jadwal
totalmets
AKTIVITAS_FISIK
1
57 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
253
0
0
1
1,680
2.00
2
50 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
235
0
0
0
1,402
1.00
3
49 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
140
0
0
0
1,589
2.00
4
49 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
121
0
0
1
1,523
2.00
5
52 pr
lulus perguruan tinggi
guru ngaji
189
0
1
1
1,590
2.00
6
56 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
237
0
0
1
1,771
2.00
7
58 lk
lulus smp
penjaga warung
190
0
0
1
1,603
2.00
8
38 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
209
0
1
1
1,353
1.00
9
44 lk
lulus sd
montir
177
0
1
1
4,310
2.00
10
39 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
122
0
0
0
1,507
2.00
11
56 lk
tidak lulus sd
marbot
200
1
1
1
1,692
2.00
12
50 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
177
0
0
0
1,446
1.00
13
53 lk
tidak sekolah
pengangguran
225
1
1
1
1,561
2.00
14
65 pr
tidak lulus sd
ibu rumah tangga
231
1
1
0
420
0.00
15
50 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
194
1
0
1
1,677
2.00
STATUS_KGD 2.00 2.00 0.00 0.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 0.00 2.00 1.00 2.00 2.00 1.00
No
Usia
JK
Pendidikan
Pekerjaan
KGDmgdl
Jumlah
Jenis
Jadwal
totalmets
AKTIVITAS_FISIK
16
47 pr
tidak sekolah
ibu rumah tangga
148
1
1
1
903
1.00
16
61 pr
lulus sd
pensiunan
195
1
1
1
397
0.00
18
61 lk
lulus sma
penjual tanaman
243
1
1
1
862
1.00
19
55 pr
lulus sd
penjaga loket
211
0
1
1
1,109
1.00
20
45 pr
lulus perguruan tinggi
ibu rumah tangga
143
0
0
0
1,803
2.00
21
45 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
167
1
1
1
1,795
2.00
22
53 pr
lulus perguruan tinggi
guru tk
239
1
1
1
1,760
2.00
23
58 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
112
1
1
1
1,682
2.00
24
57 pr
lulus sd
ketua posbindu
219
0
0
1
1,597
2.00
25
53 pr
lulus dmp
ibu rumah tangga
197
1
0
1
1,239
1.00
26
51 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
156
0
0
0
1,804
2.00
27
50 pr
lulus perguruan tinggi
ibu rumah tangga
241
1
1
1
1,862
2.00
28
39 pr
tidak sekolah
penjual pecel lele
127
0
1
1
2,063
2.00
29
45 lk
lulus smp
pengangguran
182
1
1
1
2,303
2.00
30
59 pr
tidak sekolah
ibu rumah tangga
208
1
1
1
1,791
2.00
31
38 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
146
0
0
1
2,821
2.00
STATUS_KGD 1.00 1.00 2.00 2.00 0.00 1.00 2.00 0.00 2.00 1.00 1.00 2.00 0.00 1.00 2.00 1.00
No
Usia
JK
Pendidikan
Pekerjaan
KGDmgdl
Jumlah
Jenis
Jadwal
totalmets
AKTIVITAS_FISIK
32
60 lk
lulus sd
pensiunan
234
1
1
1
753
1.00
33
59 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
258
1
1
1
1,567
2.00
34
78 lk
lulus sma
pensiunan
171
1
1
1
302
0.00
35
55 pr
tidak lulus sd
ibu rumah tangga
142
1
1
1
1,656
2.00
36
65 lk
lulus sd
ibu rumah tangga
210
1
1
1
981
1.00
37
57 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
331
1
1
1
1,058
1.00
38
50 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
206
1
1
1
2,044
2.00
39
65 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
199
1
1
1
1,472
1.00
40
69 pr
tidak lulus sd
ibu rumah tangga
201
0
1
1
362
0.00
41
45 pr
lulus perguruan tinggi
sales
126
0
0
1
3,011
2.00
42
49 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
200
1
1
1
2,199
2.00
43
52 pr
lulus sma
bu rumah tangga
147
0
0
1
1,604
2.00
44
62 pr
tidak lulus sd
ibu rumah tangga
199
1
1
1
438
0.00
45
59 lk
lulus sd
wiraswasta
188
1
1
1
1,737
2.00
46
50 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
168
1
0
1
2,490
2.00
47
57 lk
lulus smp
pengangguran
337
1
1
1
591
0.00
STATUS_KGD 2.00 2.00 1.00 0.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 0.00 2.00 1.00 1.00 1.00 1.00 2.00
No
Usia
JK
Pendidikan
Pekerjaan
KGDmgdl
Jumlah
Jenis
Jadwal
totalmets
AKTIVITAS_FISIK
48
52 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
207
0
1
1
1,644
2.00
49
61 pr
tidak sekolah
ibu rumah tangga
130
1
0
1
1,327
1.00
50
63 pr
lulus sd
penjaga warung
196
1
1
1
1,063
1.00
51
58 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
227
1
1
1
1,295
1.00
52
50 lk
lulus perguruan tinggi
tidak bekerja
253
1
1
1
3,103
2.00
53
40 pr
lulus perguruan tinggi
ibu rumah tangga
105
0
0
0
2,761
2.00
54
63 lk
tidak lulus sd
tidak bekerja
218
1
1
1
526
0.00
55
57 lk
lulus perguruan tinggi
wiraswasta
147
0
0
1
2,026
2.00
56
40 pr
lulus perguruan tinggi
ibu rumah tangga
107
0
0
1
2,593
2.00
57
48 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
177
1
1
1
1,792
2.00
58
66 lk
lulus sma
tidak bekerja
199
1
1
1
1,004
1.00
59
54 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
222
1
1
1
1,699
2.00
60
64 pr
tidak lulus sd
ibu rumah tangga
181
0
0
1
378
0.00
61
60 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
159
1
1
1
1,138
1.00
62
39 pr
lulus sd
123
1
1
1
3,014
2.00
63
39 pr
lulus sd
ibu rumah tangga pembantu rumah tangga
142
0
0
1
4,132
2.00
STATUS_KGD 2.00 0.00 1.00 2.00 2.00 0.00 2.00 1.00 0.00 1.00 1.00 2.00 1.00 1.00 0.00 0.00
No
Usia
JK
Pendidikan
Pekerjaan
KGDmgdl
Jumlah
Jenis
Jadwal
totalmets
AKTIVITAS_FISIK
64
57 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
215
1
1
1
1,666
2.00
65
44 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
146
0
0
1
2,214
2.00
66
50 pr
lulus sd
ibu rumah tangga
208
1
1
1
1,840
2.00
67
58 lk
lulus perguruan tinggi
wiraswasta
210
1
1
1
1,716
2.00
68
42 pr
lulus perguruan tinggi
ibu rumah tangga
180
0
0
1
2,973
2.00
69
53 lk
tidak sekolah
211
1
1
1
7,320
2.00
70
55 pr
lulus smp
kuli bangunan pembantu rumah tangga
216
0
1
1
3,957
2.00
71
45 pr
lulus perguruan tinggi
ibu rumah tangga
163
0
0
1
2,048
2.00
72
43 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
150
0
0
1
1,783
2.00
73
43 lk
lulus sd
tidak bekerja
124
1
1
1
2,089
2.00
74
61 pr
tidak sekolah
ibu rumah tangga
303
0
0
1
825
1.00
75
47 pr
lulus perguruan tinggi
ibu rumah tangga
182
1
1
1
1,997
2.00
76
63 lk
lulus sd
tidak bekerja
185
1
1
1
450
0.00
77
46 pr
tidak lulus sd
ibu rumah tangga
139
0
0
1
2,371
2.00
78
51 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
215
1
1
1
1,119
1.00
79
59 lk
lulus sma
tidak bekerja
148
1
1
1
2,831
2.00
STATUS_KGD 2.00 1.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 1.00 1.00 0.00 2.00 1.00 1.00 0.00 2.00 1.00
No
Usia
JK
Pendidikan
Pekerjaan
KGDmgdl
Jumlah
Jenis
Jadwal
totalmets
AKTIVITAS_FISIK
80
64 lk
lulus sma
tidak bekerja
201
1
1
1
1,045
1.00
81
37 lk
lulus sma
tidak bekerja
113
1
1
1
2,267
2.00
82
50 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
227
1
1
1
1,642
2.00
83
55 pr
lulus smp
ibu rumah tangga
241
1
1
1
306
0.00
84
45 pr
lulus sma
ibu rumah tangga
203
0
0
1
1,235
1.00
*Status KGD 0=Baik (80-144 mg/dl) ; 1=Sedang ; 2=Buruk(≥200 mg/dl) *Jumlah, Jenis, Jadwal Makan 0=Baik ; 1=Tidak Baik *Aktivitas Fisik 0=Ringan ; 1=Sedang ; 2=Berat
STATUS_KGD 2.00 0.00 2.00 2.00 2.00