PENGARUH KERAGAMAN PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, ETIKA BISNIS ISLAM DAN CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA KEUANGAN SYARIAH DI BMT BINA USAHA KARANG JATI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah
Oleh: RIZQA RAMADHANING TYAS NIM : 223-12-007
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
PENGARUH KERAGAMAN PRODUK, KUALITAS PELAYANAN, ETIKA BISNIS ISLAM DAN CITRA PERUSAHAAN TERHADAP KEPUTUSAN NASABAH UNTUK MENGGUNAKAN JASA KEUANGAN SYARIAH DI BMT BINA USAHA KARANGJATI
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi syari’ah
Oleh : Rizqa Ramadhaning Tyas NIM : 223-12-007
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
ii
iii
iv
v
MOTTO
If you look what you have in life, you’ll always have more. If you look at what you don’t have in life, you’ll never have enough -Oprah Winfrey-
I am thankfull for all of those who said NO to me. It’s because of them I’m doing it myself -Albert Einstein-
When one door closes, another opens, but we often look so long and so regretfully Upon the closed door that we do not see the one which has opened for us -Alexander Graham Bell-
A wealth without a religion is a blind
God is never wrong in giving the sustenance
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Almarhumah Ibuku tercinta Ismi Nuryani S.Pd dan ayahku Bambang Budi Haryono sebagai wujud terima kasih atas kasih sayang dan doa yang selama ini diberikan kepada saya. 2. Adekku tersayang Ridhan Azka Hani Fanu yang telah memberikan semangatnya. 3. Bapak Nafis Irkhami M.Ag, M.A, selaku pembimbing saya. 4. Dosen jurusan syariah yang telah membimbing saya selama 2 tahun. 5. Teman-teman program studi S-1 Perbankan Syariah angkatan 2012 yang telah menemaniku selama dua tahun ini. 6. Almamaterku.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Keragaman Produk, Kualitas Pelayanan, Etika Bisnis Islam dan Citra Perusahaan Terhadap Keputusan Nasabah untuk Menggunakan Jasa Keuangan Syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati”. Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Perbankan Syariah S-1 Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga 2. Bapak Benny Ridwan, M.Hum, Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Salatiga 3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si, Ketua Program Studi S-1 Perbankan Syariah 4. Bapak Nafis Irkhami, M.Ag, M.A, Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberikan bekal ilmu yang tidak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Jurusan Syariah STAIN Salatiga.
viii
ix
6. BMT Bina Usaha Karang Jati, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian hingga akhir. 7. Semua pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT memberikan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang bersangkutan. Salatiga, 24 Januari 2015 Penulis,
Rizqa Ramadhaning Tyas
ix
ABSTRAK
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis Islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati dan variabel manakah yang berpengaruh paling berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan jumlah populasi 3.852 nasabah yang merupakan jumlah keseluruhan nasabah yang menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati sampai tahun 2014. Sedangkan sampelnya adalah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Alat analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda, dimana sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan. Terdapat pengaruh yang signifikan keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis Islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah. Hal ini terbukti dari hasil uji t dan uji f menghasilkan nilai signifikansi <0,05. Nilai R Square sebesar 0,824 mengindikasi bahwa variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 82,4%. Sedangkan sisanya 17,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar penelitian ini. Kemudian Kualitas pelayanan merupakan variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa keuangan syariah. Hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung (0,396) lebih tinggi dibanding variabel lainnya.. Hal ini mengindikasi bahwa nasabah menginginkan adanya pelayanan yang baik dan memuaskan dari BMT Bina Usaha Karang Jati, karena kualitas pelayanan menciptakan kepuasan nasabah sehingga nasabah akan menggunakan jasa keuangan syariah di BMT Bina Usaha Karang Jati. Kata Kunci: Keragaman Produk, Kualitas Pelayanan, Etika Bisnis Islam, Citra Perusahaan, Keputusan Nasabah
x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
i
HALAMAN PENGAJUAN JUDUL …………………………………………
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………..
iv
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………..
v
MOTTO ……………………………………………………………………….
vi
PERSEMBAHAN ………………………………………………………….....
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………...
viii
ABSTRAK …………………………………………………………………….
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….
xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………
7
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………….
8
1.4 Kegunaan Penelitian ………………………………………………
8
1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………………..
9
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka ……………………………………………………..
11
2.2 Kerangka Teori …………………………………………………….
14
xi
xii
2.2.1 Keragaman Produk ………………………………………….
14
2.2.2 Kualitas Pelayanan …………………………………………..
16
2.2.3 Etika Bisnis Islam ……………………………………………
20
2.2.4 Citra Perusahaan …………………………………………….
24
2.2.5 Keputusan Nasabah ………………………………………….
27
2.3 Kerangka Penelitian ……………………………………………….
29
2.4 Hipotesis …………………………………………………………...
30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……………………………………………………..
32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………
33
3.3 Populasi dan Sampel ……………………………………………….
33
3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………
34
3.5 Skala Pengukuran ………………………………………………….
35
3.6 Definisi Konsep dan Operasional ………………………………….
36
3.7 Instrumen Penelitian ……………………………………………….
38
3.8 Uji Instrumen Penelitian …………………………………………..
39
3.9 Alat Analisis ……………………………………………………….
42
3.9.1 Uji Asumsi Klasik ……………………………………………
42
3.9.2 Analisis Regresi Berganda …………………………………...
44
3.9.3 Uji T ………………………………………………………….
45
3.9.4 Uji F ………………………………………………………….
46
3.9.5 Koefisien Determinasi ……………………………………....
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………………….
49
xiii
4.2 Hasil Penelitian ……………………………………………………
59
4.2.1 Deskripsi Responden ………………………………………..
59
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Umum Responden …………………
62
4.2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Data ………………………….
65
4.2.4 Uji Asumsi Klasik …………………………………………..
67
4.2.5 Model Persamaan Regresi Berganda ………………………..
71
4.2.6 Pengujian Hipotesis …………………………………………
74
4.2.7 Uji Goodness of Fit …………………………………………
79
4.3 Pembahasan ……………………………………………………….
80
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan ……………………………………………………
84
B.
Saran …………………………………………………………..
85
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. LAMPIRAN
86
xiv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………….
60
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Berdasarkan Umur……………………
61
Tabel 4.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ……………..
61
Tabel 4.4
Deskripsi Responden Berdasarkan Status Marital ………….
62
Tabel 4.5
Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menggunakan Jasa.
63
Tabel 4.6
Deskripsi Responden Berdasarkan Jarak Rumah ke BMT …
64
Tabel 4.7
Deskripsi Responden Berdasarkan Pengeluaran per Bulan …
64
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian ……………………..
65
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………...
66
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas …………………………………..
69
Tabel 4.11 Model Persamaan Regresi (Uji T) …………………………..
72
Tabel 4.12 Hasil Uji F ………………………….....................................
78
Tabel 4.35 Hasil Uji Goodness of Fit (R2) ……………………………...
79
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Tahap Proses Pembelian ………………………………...
27
Gambar 2.2
Kerangka Penelitian …………………………………….
30
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BMT Bina Usaha ………………….
51
Gambar 4.2
Grafik Uji Normalitas Data dengan Normal P-Plot …….
68
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ………………
71
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank- bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sejak tahun 1992. Pada awal munculnya perbankan syariah hingga tahun 1998 dapat dikatakan mengalami perkembangan yang lambat. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya perangkat hukum yang mendukung sistem operasional bank syariah. Sistem perbankan di Indonesia itu sendiri diatur dalam UU No. 7 tahun 1992 (diubah dengan UU No. 10 tahun 1998) tentang perbankan bahwa perbankan di Indonesia terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu Bank umum dan Bank perkreditan rakyat yang masing-masing dapat melakukan kegiatan usaha konvensional ataupun kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. sedangkan lembaga keuangan non Bank itu antara lain berbentuk koperasi, asuransi dan yang lainnya yang melakukan kegiatan usahanya dalam bentuk konvensional maupun syariah (Ascarya, 2008: 25). Memberikan pelayanan yang lebih baik dan luas kepada masyarakat bawah, dibentuklah BPRS. Nama perkreditan sesungguhnya tidak tepat, karena Bank Islam tidak melayani perkreditan tetapi pembiayaan, sehingga
1
2
penggunaan nama perlu dipertimbangkan. Istilah perkreditan menjadikan makna pembiayaan menjadi kabur. Harapan kepada BPRS, menjadi sangat besar, mengingat cakupan bisnis bank ini lebih kecil. Namun demikian, dalam realitasnya sistem bisnis BPRS juga terjebak pada pemusatan kekayaan hanya pada segelintir orang, yakni para pemilik modal. Komitmen untuk membantu meningkatkan derajat hidup masyarakat bawah mengalami kendala baik dari sisi hukum maupun teknis. Dari sisi hukum, prosedur peminjaman Bank umum dan BPRS sama, begitu juga dari sisi teknis. Padahal inilah kendala utama pengusaha kecil, sehingga harapan besar pada BPRS hanya menjadi idelita (Ridwan, 2004: 72) Dari persoalan tersebut, mendorong munculnya keuangan syariah alternative yaitu sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi juga sosial, tetapi juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan kekayaan pada sebagian kecil orang pemilik modal (pendiri) dengan penghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata dan adil. Lembaga yang terlahir dari kesadaran umat dan “ditakdirkan” untuk menolong kelompok mayoritas yakni pengusaha kecil/mikro. Lembaga yang tidak terjebak pada permainan bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk mencapai kemakmuran bersama. Lembaga yang tidak terjebak pada pikiran pragmatis tetapi memiliki konsep idealis yang istiqomah. Lembaga tersebut adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
3
Perlu dimengerti hingga sekarang ini di tahun 2013 di daerah Kecamatan Bergas terdapat sepuluh lembaga keuangan dalam bentuk syari’ah, diantaranya delapan lembaga yang berbentuk BMT (Baitul Maal wal Tamwil), dan dua BPRS. BMT – BMT tersebut mempunyai tujuan yang sama dengan yaitu sebagai lembaga untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Produk merupakan keseluruhan konsep objek/proses yang memberikan sejumlah nilai pada konsumen (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006: 70). Keragaman produk (features), dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti yang dapat menambah nilai suatu produk. Keragaman produk biasanya diukur secara subyektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini konsumen) yang menunjukan adanya perbedaan kualitas suatu produk (jasa). Dengan demikian, perkembangan kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. Produk jasa dari suatu perusahaan jasa harus dikemas secara sebaik mungkin, diharapkan agar bisa menarik konsumen untuk memakai atau mengkonsumsi jasa tersebut. Melihat perkembangan lembaga keuangan saat ini, seharusnya pihak lembaga keuangan tersebut dapat menerapkan strategi agar nasabah termotivasi untuk menggunakan jasa keuangan syariah yaitu dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah, maka lembaga keuangan tersebut harus meningkatkan kualitas pelayanan.
4
Parasuraman (1985) dalam Tho’in (2011) menyebutkan bahwa dimensi kualitas terdiri dari lima faktor, yaitu: (1) Reliability; yaitu kemampuan untuk memberikan jasa dengan segera dan memuaskan; (2) Responsiveness; yaitu kemampuan untuk memberikan jasa dengan tanggap; (3) Assurance; yaitu kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf, bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan; (4) Emphaty; yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pelanggan; (5) Tangibles; yaitu fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi. Untuk meningkatkan kualitas layanan diperlukan pengetahuan strategik dalam bisnis (business strategy). Hal ini diperlukan untuk meningkatkan profesionalisme dalam bidang pelayanan (Sudarsono, 2007: 109) Etika adalah sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran agama (Arifin, 2007: 64). Dengan itu, maka etika bisnis Islam menjunjung tinggi semangat paling percaya, kejujuran, dan keadilan, sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan berkembang sangat kekeluargaan, dalam contohnya, beberapa kiat dan etika Rasulullah dalam membangun citra dagangnya adalah sebagai berikut: penampilan, pelayanan, persuasi, pemuasan (Muhammad, 2002: 102). Maka dari itu, menurut A. Hanafi dan Hamid Salam, etika bisnis Islam merupakan nilai-nilai etika Islam dalam aktivitas bisnis yang telah disajikan dari perspektif Al Qur’an dan
5
Hadits, yang bertumpu pada 6 prinsip, terdiri dari kebenaran, kepercayaan, ketulusan, persaudaraan, pengetahuan, dan keadilan (Arifin, 2007: 74) Kasali (2009: 110) menyatakan bahwa tidak dapat dipungkiri dunia ini terus berubah. Maka, tidak ada kata kunci lain selain beradaptasi dengan perubahan yang ada dalam persaingan dunia usaha yang sekarang semakin ketat, kepuasan konsumen kini menjadi syarat penting yang harus dimiliki oleh semua perusahaan agar bisa bersaing di pasar. Tuntutan kebutuhan konsumen akan mutu dan keragaman produk yang tinggi, harga terjangkau, dan pelayanan yang baik, menuntut para produsen dan pemasar berlomba memberikan nilai lebih pada produknya. Terciptanya pelayanan yang baik, didukung dengan citra yang baik akan berdampak pada nasabah yang akan memutuskan untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati tentunya akan meningkatkan jumlah nasabah yang menggunakan jasa baik pembiayaan maupun tabungan pada BMT tersebut. Citra BMT yang baik akan mempengaruhi pikiran nasabah untuk memilih jasa keuangan syariah.
Citra adalah tujuan utama dan sekaligus
merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai oleh dunia. Pengertian citra itu abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi dapat dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari masyarakat luas (Rueslan, 1998: 62). Sedangkan keputusan adalah hal sesuatu yang diputuskan konsumen untuk memutuskan
pilihan
atas
tindakan
pembelian
barang
atau
jasa
6
(Sutisna,2003:15). Sebelum terjadinya penggunaan terhadap sebuah jasa, seringkali seorang nasabah menerima informasi yang berkaitan dengan jasa dan lembaga yang menyediakan jasa tersebut. Informasi tersebut dapat berupa kesan nasabah yang telah melakukan penggunaan jasa yang sama terhadap citranya, atau berita yang disampaikan oleh pihak yang menyediakan jasa tersebut. Citra juga sangat berpengaruh bagi nasabah untuk memutuskan menggunakan jasa, Pada fenomena di lapangan BMT memiliki keragaman produk yang sederhana dibandingkan dengan Bank Umum Syariah akan tetapi jumlah nasabah pada lembaga keuangan syariah tersebut semakin tahun semakin bertambah. Dilihat dari sisi etika binis Islam, kebanyakan BMT masih menggunakan perhitungan prosentasi dalam menentukan bagi hasil antara nasabah (mudharib) dan BMT (shahibul maal), yang akan membuat citra BMT tersebut sistem keuangannya masih disamakan dengan sistem keuangan konvensional. Akan tetapi BMT-BMT di kabupaten Semarang mempunyai standar kualitas pelayanan yang baik, seperti contoh melayani tabungan maupun pembiayaan dengan layanan jemput bola yaitu mengambil uang setoran dari tabungan maupun pembiayaan dengan mendatangi nasabah di rumah, tempat kerja dan lain-lain. BMT Bina Usaha Karang Jati memposisikan diri sebagai penyedia jasa yang berbasis syariah dan juga begitu pentingnya variabel- variabel yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT, dengan
7
menilai segala sesuatunya dari sudut pandang, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang variabel- variabel yang dapat mempengaruhi keputusan nasabah dengan mengambil judul: “Pengaruh Keragaman Produk, Kualitas Pelayanan, Etika Bisnis Islam dan Citra Perusahaan terhadap Keputusan Nasabah untuk Menggunakan Jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati”.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah keragaman produk berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati? 2. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati? 3. Apakah etika bisnis Islam berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati? 4. Apakah citra perusahaan berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati? 5. Variabel manakah yang berpengaruh paling besar terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati?
8
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh keragaman produk terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati. b. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati. c. Untuk mengetahui pengaruh etika bisnis Islam terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati. d. Untuk mengetahui pengaruh citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati. e. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat disusun kegunaan penelitian sebagai berikut: a. Bagi Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan penulis
serta dapat
menerapkan ilmu yang diperoleh yang dapat menambah wawasan ilmiah b. Bagi
BMT, sebagai
bahan
pertimbangan
atau
masukan
dalam
mengembangkan keragaman produk BMT, meningkatkan pelayanan agar sesuai dengan etika bisnis islam
9
c. Bagi STAIN Salatiga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik dalam bidang manajemen lembaga keuangan syariah, khususnya mengenai pengaruh keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati. d. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian khususnya pada kajian yang sama yang berkenaan dengan masalah keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan.
1.5. Sistematika Penulisan Agar skripsi memperoleh gambaran secara berurutan, maka penulis menyajikan sistematika penulisan yaitu uraian singkat mengenai hal – hal yang akan dilaporkan secara sistematis. Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka yang berisi tentang telaah pustaka, kerangka teori, kerangka penelitian dan hipotesis yang menguraikan tentang keragaman produk, kualitas pelayanan, dimensi kualitas pelayanan, etika bisnis islam, prinsip etika bisnis islam, citra perusahaan, keputusan nasabah, proses pembelian keputusan konsumen, model penelitian dan hipotesis.
10
Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, skala pengukuran, definisi konsep dan operasional, instrumen penelitian, uji instrumen penelitian dan alat analisis. Bab IV Analisis, membahas tentang gambaran umum BMT dan analisa data kualitatif, pengujian instrument penelitian yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas, uji penyimpangan asumsi klasik, uji statistik yang terdiri dari analisa koefisien regresi, analisa koefisien determinasi, uji T (parsial), uji F (simultan) dan pembahasan. Bab V Penutup merupakan bab terakhir, yang berisi kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang dilakukan.
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Telaah Pustaka Penelitian Erlisa Aulia Gautama (2012) yang berjudul “Pengaruh Keragaman Produk, Pendapatan dan Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Elektronik Merk Polytron studi kasus pada PT. Atlanta Semarang”. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden. Uji hipotesis pada variabel keragaman produk menggunakan uji- t menunjukkan hasil signifikan dengan angka 3,551 dan sig. 0,0001 <α 0,05. Pada variabel pendapatan hasilnya sebesar 3,838 dan sig. 0,000 <α 0,05. Sedangkan pada variabel pelayanan juga memperoleh hasil yang positif yaitu 2,371 dan sig. 0,022 <α 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keragaman produk, pendapatn dan pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Penelitian lain yang setema juga dilakukan oleh Andi Nugraha (2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keragaman produk terhadap keputusan pembelian konsumen pada Alfamart Cabang Komplek Rancaekek Kencana. Sampel dalam penelitian ini 100 responden. Dari perhitungan uji hipotesis nilai t
11
hitung=
6,97 lebih besar dari t
12
tabel=
1,678, maka keragaman produk memiliki pengaruh yang positif terhadap
keputusan pembelian konsumen. Pada penelitian Rizqa Ramadhaning Tyas (2012) yang berjudul “Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan Nasabah untuk Menabung di BMT Sumber Mulia Tuntang” menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan terhadap keputusan menabung. Hal ini terbukti dari hasil uji t lebih besar dari nilai t hitung yaitu reliability (3,838>1,7011), responsiveness (2,121>1,7011), assurance (3,062>1,7011), emphaty (4,760>1,7011), dan tangibles (3,290>1,7011), sedangkan pada variabel lokasi juga menunjukkan nilai uji t lebih besar dari t hitung (3,4801>1,7011). Variabel yang berpengaruh paling dominan yaitu variabel emphaty. Ahmad Ulinuha (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pelayanan dan Citra Pegadaian Syariah terhadap Keputusan Nasabah dalam Menggunakan Jasa Layanan Gadai Pada Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan dan citra pegadaian syariah secara parsial maupun simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan. Uji t dan uji f menghasilkan nilai signifikansi <0,05. Kemudian nilai R square sebesar 0,338 mengindikasi bahwa variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 38%, sedangkan sisanya sebesar 0,620 atau 62% dijelaskan oleh variabel- variabel di luar penelitian. Penelitian lain yang setema yaitu Lailatul Hikmah (2011) yang berjudul “Pengaruh Keragaman Produk dan Etika Bisnis Islam terhadap Minat Nasabah
13
Menggunakan Jasa BMT Robbani Kaliwungu”. Sampel pada penelitian ini sebanyak 82 responden. Uji hipotesis menggunakan uji t menunjukkan hasil signifikan dengan angka 2,117 dengan sig 0,037<0,05. Sedangkan variabel etika bisnis islam juga menunjukkan hasil yang positif yaitu 5,109 dan sig. 0,000<0,05. Selanjutnya dalam uji F atau uji simultan nilai F hitung sebesar 26,397. Ini menunjukkan bahwa keragaman produk dan etika bisnis islam berpengaruh signifikan terhadap minat nasabah menggunakan jasa BMT Robbani Kaliwungu. Penelitian Hadi (2009) dengan judul Etika Bisnis Islam (Studi tentang Pemasaran Produk Murabahah dalam Perspektif Etika Bisnis Islam pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang) menyimpulkan beberapa etika dalam pemasaran yang dilakukan adalah memiliki kepribadian spiritual (taqwa), berperilaku baik dan simpatik (shidiq), menepati janji dan tidak curang, jujur dan terpercaya, tidak suka berburuk sangka, tidak suka menjelek-jelekan, tidak melakukan suap (riyswah). Menurut Rahmatika (2011) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Etika Bisnis Islami dalam Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi kasus Waroeng Steak & Shake di Yogyakarta) menyimpulkan bahwa etika bisnis islami dalam variabel kualitas tehnik dan citra perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan, sedangkan etika bisnis islami dalam variabel kualitas fungsional berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Secara simultan etika bisnis islami dalam kualitas
14
teknik, kualitas fungsional dan citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Saefullah (2012) yang berjudul Pengaruh Persepsi Pengguna Facebook Commerce
(F-Commerce)
terhadap
Keinginan
Bertransaksi
Online
menyimpulkan bahwa secara simultan variabel persepsi kualitas pelayanan, kemudahan, dan kepercayaan berpengaruh secara signifikan. Secara parsial variabel persepsi kemudahan dan kepercayaan berpengaruh signifikan namun variabel kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keinginan bertransaksi online pengguna facebook commerce. Penelitian Widya Emil Luthfia (2012) tentang Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan dan Harga terhadap Keputusan Pembelian pada Coffee Shop Kofisyop Tembalang yang menyimpulkan bahwa secara individual, variabel yang memiliki pengaruh paling besar adalah variabel kualitas produk dengan koefisien regresi sebear 0,374, kemudian diikuti variabel harga sebesar 0,331, dan yang tidak memiliki pengaruh positif adalah variabel kualitas pelayanan yaitu -0,028.
2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Keragaman Produk 2.2.1.1 Pengertian Produk Produk merupakan keseluruhan konsep objek/proses yang memberikan sejumlah nilai pada konsumen (Lupiyoadi, 2006: 70).
15
Menurut Kotler (2003: 428), produk jasa merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan. Produk adalah apa saja, yang dapat ditawarkan kepada pasar agar dapat dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka (Amir, 2005: 8). Dari pengertian produk di atas dapat disimpulkan bahwa produk adalah suatu objek/proses yang dapat ditawarkan kepada konsumen yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan mereka.
2.2.1.2 Keragaman Produk Keragaman produk (features) dapat berbentuk tambahan dari suatu produk inti yang menambah nilai suatu produk. Keragaman produk biasanya diukur secara subyektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini konsumen) yang menunjukan adanya perbedaan kualitas suatu produk (jasa). Dengan demikian, perkembangan kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat menyesuaikan diri dengan pasar (Lupiyoadi, 2006: 176). Produk yang mempunyai banyak fungsi dapat dikenakan harga yang tinggi daripada dengan satu fungsi. Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan feature yang berbeda-beda yang melengkapi fungsi dasar produk. Upaya untuk menjadi yang pertama dalam
16
memperkenalkan fitur baru yang dianggap berharga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk bersaing (Kotler, 2005: 350). Perencanaan produk harus memikirkan produk pada tiga tingkat. Tingkat paling dasar adalah produk inti. Produk inti terdiri dari jasa untuk memecahkan masalah atau manfaat inti yang dicari konsumen mereka membeli suatu produk. Jadi, ketika merancang produk, terlebih dahulu pemasar harus menetapkan manfaat yang diberikan produk bagi konsumen. Kemudian perencanaan produk harus menyusun produk aktual selain produk inti. Produk aktual mungkin mempunyai lima macam karakteristik, yaitu tingkat mutu, sifat, desain, nama merek, dan kemasan. Akhirnya, perencanaan produk harus menyusun produk tambahan selain produk inti dan produk aktual dengan menawarkan tambahan servis dan manfaat bagi konsumen (Kotler, 1997: 274).
2.2.2 Kualitas Pelayanan 2.2.2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Menurut Kotler (2002: 83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan
17
perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2000: 58) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen. Jadi penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan refleksi persepsi evaluatif terhadap pelayanan yang diterimanya pada waktu tertentu. Menurut Tho’in (2011) bahwa kualitas pelayanan lebih menitik-beratkan
pada
kepuasan
pelanggan,
dimana
kualitas
pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampainnya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja karyawan baik internal maupun eksternal. Secara umum dikatakan bahwa kualitas adalah karakteristik produk/ jasa, yang ditentukan oleh pemakai dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan. Menurut Swastha (2002:158) agar konsumen dapat memutuskan
18
terhadap suatu produk atau jasa salah satunya dengan meningkatkan kualitas pelayanan.
2.2.2.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry sebagaimana dikutip Umar (2000: 8-9), untuk mengevaluasi kualitas jasa pelanggan umumnya menggunakan 5 dimensi adalah sebagai berikut: a. Tangibles Merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa. Komponen-komponen
dari
dimensi
tangibles
meliputi
penampilan fisik seperti gedung, ruangan front-ofifce, tempat parkir,
kebersihan,
kerapian,
kenyamanan
ruangan,
dan
penampilan karyawan. b. Reliability Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur dimensi
19
reliability
ini
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat. c. Responsiveness Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk
menanggapi
permintaan,
pertanyaan,
dan
keluhan
konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan. d. Assurance Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan penyedia jasa. Komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang
20
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lainlain e. Emphaty Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan
dari
akses
(acces)
yaitu
kemudahan
untuk
memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan
kemampuan
melakukan
untuk
menyampaikan
informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
2.2.3 Etika Bisnis Islam 2.2.3.1 Pengertian Etika Bisnis Islam Etika atau etos sebagai cabang filsafat yang mempelajari baik buruk perilaku manusia biasanya diklasifikasikan ke dalam filsafat moral (Irkhami, 2014: 10). Definisi dari etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-
21
prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis juga dikatakan sebagai seperangkat prinsip dan norma dimana para pelaku bisnis harus mempunyai
komitmen
dalam
melakukan
sebuah
transaksi,
berperilaku, dan juga berelasi guna mencapai tujuan bisnisnya dengan selamat (Badroen, 2006: 15). Islam adalah agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran etika dan moral kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (Irkhami, 2014: 10). Sedangkan pengertian bisnis Islami adalah usaha untuk mencukupi kebutuhan lewat proses penyediaan oleh produsen kepada konsumen dengan cara-cara serta aturan yang menurut syariat Islam diperbolehkan (Arifin, 2009: 122). Menurut Arifin (2009: 123) etika bisnis Islam adalah ajaran baik buruk, benar salah atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi bersumber dari ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi sikap saling percaya, kejujuran dan keadilan.
2.2.3.2 Prinsip Etika Bisnis Islam Prinsip-prinsip etika bisnis Islam menurut Arifin (2007: 80) adalah sebagai berikut:
22
a.
Prinsip tauhid (kesatuan/unity) Prinsip ini merupakan prinsip pokok dari segala sesuatu, karena di dalamnya terkandung perpaduan keseluruhan aspekaspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya menjadi satu (homogeneous whole). Maka Islam kemudian menawarkan keterpaduan antara agama sebagai perwujudan dari sikap taat hamba kepada Khalik, dengan berbagai aspek kehidupan di dunia (ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain sebagainya) yang bertujuan untuk membentuk satu kesatuan yang utuh.
b.
Prinsip keseimbangan (keadilan/equilibrium) Prinsip yang kedua ini lebih menggambarkan dimensi kehidupan
pribadi
yang
bersifat
horizontal.
Prinsip
keseimbangan (Equilibrium) yang berisikan ajaran keadilan merupakan salah satu prinsip dasar yang harus dipegang oleh siapapun. c.
Prinsip kehendak bebas (ikhtiyar/free will) Konsep Islam memahami bahwa institusi ekonomi seperti pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan perekonomian. Hal ini berlaku manakala terjadi persaingan bebas dapat terjadi secara efektif, hal ini dimungkinkan terjadi manakala tidak ada
23
intervensi bagi pasar dari pihak manapun, tak terkecuali oleh pemerintah. d.
Prinsip pertanggungjawaban (responsibility) Untuk memenuhi segala bentuk kesatuan dan juga keadilan, maka manusia harus bertanggungjawab atas semua perilaku yang telah diperbuatnya. Dan dalam dunia bisnis hal semacam itu juga sangat berlaku. Setelah melaksanakan segala aktifitas bisnis dengan berbaagi bentuk kebebasan, bukan berarti semuanya selesai saat tujuan yang dikehendaki tercapai, atau ketika sudah mendapatkan
keuntungan.
Semua
itu
perlu
adanya
pertanggungjawaban atas apa yang telah pebisnis lakukan, baik itu pertanggungjawaban ketika ia bertransaksi, memproduksi barang,
menjual barang,
melkukan
jual-beli,
melakukan
perjanjian dan lain sebagainya. e.
Prinsip kebenaran Prinsip ini di samping memberi pengertian benar lawan dari salah, merupakan prinsip yang mengandung dua unsur penting yaitu kebajikan dan kejujuran. Kebenaran merupakan satu prinsip yang tidak bertentangan dengan seluruh ajaran Islam. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku yang benar dan jauh dari kesan salah, semisal dalam proses transaksi barang, proses mengembangkan bisnis, maupun
24
proses untuk mendapatkan keuntungan harus berlandaskan prinsip kebenaran. Dan tentunya jika hal itu sudah dilaksanakan dengan sendirinya nilai kehalalannya akan tampak. f.
Prinsip ihsan (benevolence) Prinsip ini mengajarkan untuk melakukan perbuatan yang dapat mendatangkan manfaat kepada orang lain, tanpa harus aturan yang mewajibkan atau memerintahnya untuk melakukan perbuatan itu. Atau dalam istilah lainnya adalah beribadah maupun berbuat baik seakan-akan melihat Allah, jika tidak seperti itu, maka yakinlah bahwa Allah melihat apa yang kita kerjakan.
2.2.4 Citra Perusahaan 2.2.4.1 Citra Perusahaan Citra adalah gambaran yang dimiliki setiap orang mengenai pribadi perusahaan, organisasi atau produk (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995: 32). Citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai oleh dunia. Pengertian citra itu abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi dapat dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari masyarakat luas (Rueslan, 1998: 62).
25
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya citra pada produk dan pelayanannya (Jefkins dan Yadin, 2004: 19). Sedangkan hal-hal positif yang meningkatkan citra perusahaan lebih dikenal dan diterima publiknya adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, kualitas pelayanannya, keberhasilan dalam bidang marketing dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (Rueslan, 1998: 66). Secara logika, jika perusahaan sudah mengalami krisis kepercayaan dari publik atau masyarakat umum maka akan membawa dampak negatif terhadap citranya, bahkan akan terjadi penurunan citra sampai pada titik yang paling rendah. Sebelum
terjadinya
penggunaan
terhadap
sebuah
jasa,
seringkali seorang nasabah menerima informasi yang berkaitan dengan jasa dan lembaga yang menyediakan jasa tersebut. Informasi tersebut dapat berupa kesan nasabah yang telah melakukan penggunaan jasa yang sama terhadap citranya, atau berita yang disampaikan oleh pihak yang menyediakan jasa tersebut. Bagi sebagian orang, informasi tersebut kadangkala tidak mempengaruhi keputusan penggunaannya, tetapi bagi sebagian yang lain informasi tersebut menjadi hal yang sangat berharga untuk dipertimbangkan. Setiap nasabah tentunya mempunyai pandangan
26
tersendiri tentang pengaruh informasi tersebut terhadap penggunaan jasa. Untuk mengukur citra perusahaan, baik citra positif maupun negatif diperlukan alat ukur untuk mengetahui citra perusahaan tersebut. Ada empat hal yang digunakan sebagai alat pengukur pembentukan citra perusahaan (Rueslan,1998: 25), yaitu : a. Kepercayaan Merupakan kesan, dan pendapat atau penilaian positif khalayak terhadap suatu perusahaan. b. Realitas Menggambarkan suatu yang realitas, jelas terwujud, dapat hasilnya diukur, dan dapat dirasakan di pertanggung jawabkan dengan perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden. c. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan Menggambarkan keadaan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan publiknya. d. Kesadaran Adanya kesadaran khalayak tentang perusahaan dan perhatian terhadap produk yang dihasilkan.
27
2.2.5 Keputusan Nasabah 2.2.5.1 Keputusan Keputusan adalah hal sesuatu yang diputuskan konsumen untuk memutuskan pilihan atas tindakan pembelian barang atau jasa (Sutisna, 2003: 15). Keputusan juga diartikan untuk memutuskan suatu kesimpulan. Menurut Amirullah (2002: 50) pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan- kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu biasanya diawali dengan mengidentifikasi
masalah utama yang mempengaruhi tujuan,
menyusun, menganalisis dan memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang dianggap paling baik.
2.2.5.2 Proses Pembelian Keputusan Konsumen Gambar 2.1 Model Proses Pembelian Lima Tahap
Pengenalan
Pencarian
Evaluasi
Keputusan
Kebutuhan
Informasi
Alternatif
Pembelian
Sumber : Kotler, 2002: 251
Perilaku setelah Pembelian
28
Menurut Kotler (2002: 251) proses keputusan pembelian melewati lima tahap yaitu: a. Pengenalan kebutuhan Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan yang nyata dengan yang diinginkan. Kebutuhan dipicu oleh stimuli intern dan ekstern. b. Pencarian informasi Seorang konsumen yang tergerak oleh stimuli akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok yaitu : 1)
Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
2)
Sumber komersial : iklan, pedagang, perantara, pengemasan
3)
Sumber pengalaman : penanganan, pemeriksaan, penggunaan produk
4)
Sumber publik : media massa, organisasi rating konsumen
c. Evaluasi alternative Tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli atau konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merekmerek alternatif dalam satu susunan pilihan.
29
d. Keputusan pembelian Keputusan pembelian dipengaruhi oleh dua faktor, yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain. Kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Konsumen membentuk suatu maksud pembelian atas faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. e. Perilaku pascapembelian Setelah pembelian produk, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidak-puasan tertentu. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen dengan suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Jika konsumen merasa puas dia akan menunjukkan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi.
2.3 Kerangka Penelitian Pada penelitian ini terdapat lima variabel yang diidentifikasi sebagai masalah penting, empat variabel independen yaitu: keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan serta variabel dependen yaitu keputusan nasabah. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
30
Untuk melakukan analisis ini diperlukan adanya alat ukur yang merupakan indikator dari variabel- variabel tersebut di atas. Secara skematis, berikut penulis sajikan kerangka penelitian sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.2:
Keragaman Produk (X1)
Kualitas Pelayanan (X2)
Keputusan Nasabah (Y)
Etika Bisnis Islam (X3)
Citra Perusahaan (X4)
2.4 Hipotesis Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif akan mengidentifikasi hubungan antarvariabel. Hubungan antarvariabel bersifat hipotesis. Hipotesis merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuannya, atau merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian (Prasetyo dan Jannah, 2011: 76) Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
31
H1 : Keragaman produk memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. H2 : Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. H3 : Etika bisnis Islam berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. H4 : Citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. H5 : Kualitas pelayanan merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditinjau dari tujuan penelitian digolongkan sebagai penelitian deskriptif dan penelitian verifikatif. Menurut Sugiyono (2006: 11). Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Sedangkan penelitian verifikatif adalah suatu penelitian yang ditunjukkan untuk menguji teori dan akan mencoba menghasilkan metode ilmiah baru yakni status hipotesa yang berupa kesimpulan, apakah suatu hipotesa diterima atau ditolak. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan responden mengenai variabel-variabel yang diteliti yaitu keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam, citra perusahaan dan keputusan nasabah. Penelitian verifikatif pada dasarnya menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilakukan melalui pengumpulan data di lapangan. Dalam hal ini penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keragaman produk,
32
33
kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa di BMT Bina Usaha Karang Jati.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di BMT Bina Usaha, yang terletak di Karang Jati. Waktu dilakukan penelitian ini adalah pada tanggal 3 November sampai dengan 8 November 2014.
3.3
Populasi dan Sampel 3.3.1
Populasi Populasi merupakan kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang dilakukan terhadap orang, benda, atau tempat. Dalam penelitian ini populasinya adalah nasabah yang menggunakan jasa BMT sampai dengan tahun 2014 yang berjumlah 3.852 nasabah.
3.3.2 Sampel Sehubungan dengan adanya keterbatasan waktu, maka dalam penelitian ini akan digunakan sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang digunakan adalah random sampling. Sedangkan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumusan dari Rao (1996) sebagai berikut ;
34
n
N 1 N (moe) 2
Keterangan : n
= jumlah sampel
N
= populasi
moe = margin of error max yaitu tingkat kesalahan maksimal yang masih dapat ditoleransi Berdasarkan data yang diperoleh dari BMT Bina Usaha Karang Jati, jumlah nasabah yang ada sampai tahun 2014 berjumlah 3.852, maka dalam penentuan sampel dengan margin of error diambil sebesar 0,1 % adalah :
n
N 1 N (moe)2
n
3.852 1 3.852 (0,1) 2
n = 97.46 dibulatkan menjadi 100 responden
Berdasarkan perhitungan diatas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden. Hal ini juga untuk memenuhi standar ideal minimal jumlah sampel penelitian.
3.4
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:
35
1. Observasi Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meninjau serta melakukan pengamatan langsung dan pencatatan sistematik terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti. 2. Interview Yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab dengan karyawan BMT untuk memperoleh data mengenai profil BMT, jumlah nasabah serta produk tabungan, pembiayan dan jasa lainnya. 3. Kuesioner Yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar pertanyaan tertulis. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai gambaran umum dari responden, serta sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan penelitian, guna mendapat data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 4. Studi Kepustakaan Yaitu pengumpulan data untuk memperoleh data-data sekunder, dengan cara menggunakan informasi dari literatur, buku-buku ataupun sumber lainnya yaitu dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
3.5
Skala Pengukuran Penulis menggunakan skala likert sebagai acuan dalam penyusunan angket yang disebarkan kepada responden. Skala likert digunakan untuk
36
mengukur sikap responden dalam memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau nasalah yang diberikan kepada yang bersangkutan dalam suatu riset tertentu (Sarwono, 2009: 72). Pengukuran data dalam penelitian ini menggunakan 5 tingkat yang terdiri dari Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (S), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Kelima penilaian ini diberi bobot sebagai berikut:
3.6
a)
Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 1
b)
Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2
c)
Jawaban Netral (N) diberi bobot 3
d)
Jawaban Setuju (S) diberi bobot 4
e)
Jawaban Setuju Sekali (SS) diberi bobot 5
Definisi Konsep dan Operasional Definisi konsep dan operasional dari variabel-variabel yang dianalisis adalah sebagai berikut: 3.6.1 Keragaman Produk Keragaman produk (features) dapat berbentuk tambahan dari suatu produk inti yang menambah nilai suatu produk (Lupiyoadi, 2006: 176). Variabel keragaman produk akan diukur melalui indikator sebagai berikut: a. Produk inti b. Produk Aktual c. Produk tambahan
37
3.6.2 Kualitas Pelayanan Kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen (Tjiptono, 2000: 58). Variabel kualitas pelayanan diukur melalui indikator sebagai berikut: a. Tangibles (bukti fisik) b. Reliability (keandalan) c. Responsiveness (daya tanggap) d. Assurance (jaminan) e. Emphaty (empati) 3.6.3 Etika Bisnis Islam Etika bisnis Islam adalah ajaran baik buruk, benar salah atau ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi bersumber dari ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi sikap saling percaya, kejujuran dan keadilan (Arifin, 2009: 123). Variabel etika bisnis Islam diukur melalui indikator sebagai berikut: a.
Tauhid
b.
Keseimbangan
c.
Kehendak bebas
d.
Pertanggungjawaban
e.
Kebenaran
38
f. Ihsan 3.6.4 Citra Perusahaan Citra itu abstrak dan tidak dapat diukur secara matematis tetapi dapat dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari masyarakat luas (Rueslan, 1998: 62). Variabel citra diukur melalui indikator sebagai berikut: a. Kepercayaan b. Realitas c. Kerjasama saling menguntungkan d. Kesadaran 3.6.5 Keputusan Nasabah Keputusan adalah hal sesuatu yang diputuskan konsumen untuk memutuskan pilihan atas tindakan pembelian barang atau jasa (Sutisna, 2003: 15). Adapun keputusan nasabah diukur dengan: a. Pengetahuan b. Sikap pendirian dan kepercayaan c. Persepsi
3.7
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
39
diolah. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, ceklis (checklist), atau daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian ini menggunakan angket dalam bentuk skala sikap (likert), berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif. Angket dalam penelitian ini berisi tentang variabel bebas dan variabel terikat yaitu keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam, citra perusahaan serta keputusan nasabah dengan masing- masing pernyataan diberi skor sebagai berikut: Sangat Tidak Setuju (STS) diberi bobot 1, Tidak Setuju (TS) diberi bobot 2, Netral (N) diberi bobot 3, Setuju (S) diberi bobot 4 dan Setuju Sekali (SS) diberi bobot 5.
3.8
Uji Instrumen Penelitian Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Instrumen dalam penelitian ini akan diuji dengan uji validitas dan reliabilitas. 3.8.1 Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan kuesioner. Validitas menunjukkan sejauhmana ketepatan dan
40
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. (Saifuddin Azwar, 2003:5). Teknik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah berdasarkan Rumus Koefisien Product Moment Pearson, yaitu:
rXY
N XY XY
NX X NY Y 2
2
2
2
Dimana : rxy
: koefisien Korelasi Product Moment
X
: nilai dari item ( pertanyaan)
Y
: nilai dari total item
N
: banyaknya responden atau sampel penelitian (Saifuddin 2003) Perhitungan ini akan dilakukan dengan bantuan komputer program
SPSS (Statistical Package for Social Science). Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu data maka akan dibandingkan nilai r hitung (Corrected Item Total Correlation) dengan nilai r tabel. Kriteria penilaian uji validitas, adalah: a). Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut valid. b). Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut tidak valid.
41
3.8.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. (Saifuddin Azwar, 2003:4). Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. (Saifuddin Azwar, 2003:4). Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah dengan menggunakan Rumus Koefisien Cronbach Alpha: (Saifuddin Azwar, 2003 : 35)
kr 1 k r r
Dimana :
= Koefisien Cronbach Alpha
k
= Jumlah item valid
r
= Rerata korelasi antar item
1
= Konstanta Pengujian reliabilitas terhadap seluruh item atau pertanyaan pada
penelitian ini akan menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha. Nilai
42
Cronbach Alpha pada penelitian ini akan digunakan nilai 0.6 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0.6 (Nunally, 1996 dalam Imam Ghozali, 2001 : 140).
3.9 Alat Analisis 3.9.1 Uji Asumsi Klasik 3.9.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, dependent variable dan independent variable keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 2001; 153). Mendeteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal P-P Plot. Adapun pengambilan keputusan didasarkan kepada: a). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tiak mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogram tidak
43
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3.9.1.2 Uji Multikolineritas Uji asumsi multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan linear antara variabel bebas (independent) satu dengan variable bebas (independent) lainnya. Dalam analisis regresi linear berganda, terdapat dua atau lebih variabel bebas (independent) yang diduga akan mempengaruhi variabel tergantungnya
(dependen).
Pendugaan
tersebut
akan
dapat
dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang linear
di
antara
variabel
independent.
Pengujian
adanya
multikoliniearitas dilihat dari nilai tolerance dan varian variabel factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =1/tolerance). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah niai tolerance<0,1 atau sama dengan nilai VIF<10 (Ghozali, 2001; 157). 3.9.1.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas itu dengan melihat
44
grafik plot antara nilai prediksi dengan residualnya, adapun dasar untuk menganalisisnya adalah : a). Jika ada pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit)
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskedastisitas. b). Jika tidak ada pola yang serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.9.2 Analisis Regresi Berganda Regresi digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas (Sarwono, 2012: 91). Untuk mendapatkan persamaan yang melibatkan hubungan antara tiga variabel atau lebih menggunakan regresi berganda (multiple regression). Analisa ini digunakan untuk meramalkan apakah ada tidaknya hubungan sebab akibat antara variabel-variabel tersebut. Variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan (x): dengan variabel yang terkena pengaruh variabel yang lainnya (y). untuk mempermudah dan menghemat waktu maka dalam penelitian ini dibantu dengan program SPSS dalam proses perhitungannya. Rumus: Y= a + B1X1 + B2 X2 + B3X3 + B4X4 + ai
45
Keterangan: Y
= Keputusan Nasabah
a
= Konstanta
b 1, b2, b3, b4
= Koefisien variabel x1, x2, x3, x 4
X1
= Keragaman Produk
X2
= Kualitas Pelayanan
X3
= Etika Bisnis Islam
X4
= Citra Perusahaan
ai
= Error
3.9.3 Uji Signifikan Parsial atau Uji T Pengukuran ttes dimaksudkan untuk mempengaruhi apakah secara individu ada pengaruh antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian secara parsial untuk setiap koefisien regresi diuji untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan melihat tingkat signifikansi nilai t pada digunakan (Gujarati, 1997; 182):
th
1 S e 1
5% rumus yang
46
Keterangan: th
: t hitung.
i
: parameter yang diestimasi
Se
: standar error.
Pengujian
setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai
mutlak thit ttabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan bila nilai thit < ttabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak,
3.9.4 Uji F Untuk menguji secara bersama-sama antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan melihat tingkat signifikansi (F) pada yang digunakan (Gujarati, 1997; 185):
R2 Fh K - 12 1- R N K
5% rumus
47
Keterangan: R
: koefisien korelasi ganda.
Fh
: F hitung.
K
: jumlah variabel bebas.
N
: jumlah sampel yang dipakai.
Pengujian setiap koefisien regresi bersama-sama dikatakan signifikan bila nilai mutlak Fhit > Ftabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan tidak signifikan bila nilai Fhit < Ftabel atau nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. 3.9.5 Koefisien Determinasi Selanjutnya untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel tergantung dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi (R2). Jika hasil perhitungan menunjukkan semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa sumbangan dari variabel bebas terhadap variasi variabel tergantung semakin besar. Berarti model yang digunakan semakin besar untuk menerangkan variasi variabel tergantungnya. Sebaliknya jika R2 menunjukkan semakin kecil (mendekati
48
nol), maka sumbangan dari variabel bebas terhadap variasi nilai variabel tergantung semakin kecil. Secara umum dikatakan bahwa besarnya koefisien determinasi berganda (R2) berada antara 0 dan 1 atau 0 R2 .
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Berdirinya BMT Bina Usaha Karang Jati BMT (Baitul Maal wat Tamwil) Bina Usaha pada proses pendiriannya dibantu dan difasilitasi oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dimana dalam pendiriannya PINBUK ini bekerja sama
dengan
Departemen
Tenaga
Kerja
melalui
Program
Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil (P3T). Pada awalawal tahun berdirinya BMT Bina Usaha ini, cara memperkenalkan diri kepada masyarakat yaitu dengan cara mengadakan sosialisasisosialisasi di tempat-tempat umum yang biasa digunakan warga masyarakat untuk berkumpul, dalam hal ini khususnya di masjidmasjid. Awal mula BMT Bina Usaha ini memperkenalkan diri dengan adanya sosialisasi pada bulan Juli 1998 di Masjid Ad-Dakwah, Karang Jati dan secara resmi mulai beroperasional pada tanggal 1 November 1998 di Jalan PTP Ngobo no. 4 Sruwi Karangjati, kecamatan Bergas. Pada tanggal 29 Juli 2008 Koperasi BMT Bina Usaha menempati kantor baru di Ngimbun RT. 03 RW. 03 kelurahan Karang Jati kecamatan Bergas.
49
50
4.1.2. Legalitas BMT Bina Usaha Dasar hukum yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan operasi BMT Bina Usaha adalah sebagai berikut: a. BMT Bina Usaha berbadan hukum koperasi berdasarkan Akta Pendirian Koperasi dengan SK Menteri Koperasi PKM No. 066/BH/KDK.11.1/III/1999 tanggal 23 Maret 1999 b. Perubahan
Anggaran
Dasar
dan
Badan
Hukum
nomor
57/BH/PAD/XIV.23/188.4/II/2009 tanggal 11 Februari 2009 c. SISIPK No. 064/SISPK/KDK11.1/V/2011 d. Ijin Gangguan No. 503/124/2011 e. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Koperasi No. 11,17,2,64,00263
4.1.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi BMT Bina Usaha pada tahun 2013-2017 dapat digambarkan sebagai berikut :
51
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT Bina Usaha Rapat Anggota Tahunan
Pengurus
Pengawas:
Ketua:
Ketua:
Drs. Agus Gunawan, M.Pd
Drs. Toni Irianto
Sekretaris:
Anggota:
Muhaimin, S.Ag
1. H. Hartono, S.Pd 2. Drs. Nasocha M. Noor
Bendahara I: Siti Hanifah, S.Ag Bendahara II: Danar Dono
Manajer Siti Hanifah, S.Ag
Pembukuan
Kepala. Pembiayaan
Irsyam Priyadi, SE Juwanto
Teller
Pemasaran
Ramadhani N.K.P
1. Pujiarto 2. Ahmad Turyono, SE 3. Lia Fajaryani, SE 4. Farkhan Rozikin
Sumber: Laporan RAT BMT Bina Usaha Karang Jati Tahun 2013
52
Tugas masing-masing bagian yang terdapat pada struktur organisasi BMT Bina Usaha adalah sebagai berikut: a. Pengawas 1. Melakukan pengawasan secara tidak langsung 2. Melakukan koordinasi dengan pengurus b. Pengurus 1. Mengadakan rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja BMT 2. Menyelenggarakan rapat 3. Menyelenggarakan rapat pengurus minimal 1 kali setiap bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan usaha BMT oleh pengelola 4. Menunjuk pengelola BMT yang professional c. Pengelola 1. Manager a) Memimpin kegiatan BMT secara menyeluruh b) Melakukan koordinasi seluruh staf BMT c) Menyusun rencana kerja bulanan, triwulanan, dan tahunan yang
merupakan
penjabaran
dari
kebijakan
umum
pengawas dan Rapat Anggota Tahunan d) Menandatangani surat-surat untuk kepentingan intern dan ekstern e) Memberi
persetujuan
pemindahbukuan
setiap
transaksi,
biaya
atau
53
f) Mengangkat dan memperhentikan pegawai g) Meneliti laporan periodik (bulanan, triwulanan, dan tahunan) 2. Kepala Pembiayaan a) Menyusun rencana pembiayaan b) Menerima usulan dan melakukan wawancara analisa pembiayaan c) Memantau, membina, dan medata jalannya pengangsuran pembiayaan agar tidak macet d) Menganalisa proposal pembiayaan nasabah e) Mengajukan persetujuan pembiayaan kepada manajer f) Melakukan survei untuk mencari calon nasabah baru g) Melakukan administrasi pembiayaan h) Melakukan penagihan lapangan i) Melaksanakan pelayanan pengambilan atau pengantaran dari debitur 3. Pembukuan (Accounting) a) Membukukan semua transaksi keuangan b) Membuat laporan-laporan keuangan secara periodik c) Mengadministrasikan seluruh dokumen yang berhubungan dengan bagian keuangan
54
d) Melayani claim, biaya, serta gaji yang telah disetujui manajer e) Mengarsip semua berkas, surat-surat dan dokumendokumen lain sehingga tidak hilang. 4. Kasir (Teller) a) Bertindak sebagai penerima uang dan juru bayar b) Melayani penerimaan serta penarikan dari dan ke nasabah c) Melakukan pembayaran sesuai dengan perintah manajer d) Menghitung bagi hasil seluruh nasabah e) Mengadministrasikan seluruh transaksi yang berhubungan dengan kas f) Setiap akhir jam kerja menghitung uang yang ada dan meminta pemeriksaan dari manajer 5. Pemasaran (Marketing) a) Melakukan kegiatan-kegiatan kerja dan promosi b) Mencari sumber-sumber dana dengan melihat kemungkinan dan peluang dana murah yang dapat dihimpun baik dari nasabah maupun simpanan dari pihak ketiga c) Bersama bagian pembiayaan melakukan penagihan ke setiap nasabah yang diberikan pembiayaan sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah disepakati
55
4.1.4. Operasional BMT Bina Usaha a. Baitul Maal Yaitu peran sosial dalam penyaluran dana kepada delapan golongan. BMT Bina Usaha selain sebagai organisasi bisnis juga merupakan organisasi sosial. BMT Bina Usaha mendapat dana dari zakat, infak, dan sodaqoh. b. Baitul Tamwil Yaitu mengelola dana umat yang sangat potensial dan sesuai syariat islam. BMT Bina Usaha sebagai organisasi bisnis adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan terhadap usaha-usaha produktif dan menguntungkan. Jenis produk yang dikeluarkan BMT Bina Usaha terdiri dari: 1. Produk Simpanan Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah dalam bentuk simpanan biasa atau simpanan berjangka. Produk simpanan yang terdapat pada BMT Bina Usaha meliputi: a) Si Rela (Simpanan Sukarela Lancar) Merupakan
simpanan
dengan
akad
wadiah
yadhamanah, yaitu akad titipan uang anggota BMT dengan tanggungan keamanan dari BMT dan BMT diperkenankan untuk mengelola uang tersebut untuk keperluan yang
56
bermanfaat. BMT akan memberikan kadar keuntungan sesuai dengan ketetapan BMT. b) Si Suka (Simpanan Sukarela Berjangka) Merupakan simpanan dengan akad mudharabah, yaitu anggota BMT menginvestasikan sejumlah dana kepada BMT dan BMT akan mengelola dana tersebut dalam bentuk pembiayaan dan usaha lain yang bermanfaat. Anggota BMT akan memperoleh bagian keuntugan berdasarkan nisbah yang telah disepakati. c) Si Supel (Simpanan Sukarela Pelajar) Merupakan simpanan yang diperuntukkan bagi pelajar, dengan akad wadiah yadhamanah, yaitu akad titipan uang dengan tanggungan keamanan dari BMT dan BMT diperkenankan untuk mengelola uang tersebut untuk keperluan yang bermanfaat. BMT akan memberikan pembagian kadar keuntungan sesuai dengan ketetapan BMT. d) Si Suqur (Simpanan Persiapan Ibadah Qurban) Merupakan
simpanan
yang
direncanakan
untuk
pembelian hewan qurban pada hari raya Idul Adha. Si Suqur menggunakan akad wadiah yadhamanah. BMT akan memberikan pembagian kadar keuntungan sesuai dengan ketetapan BMT.
57
e) Si Aman (Simpanan Amanah) Adalah dana amanah anggota BMT berupa zakat, infaq, shadaqah dan dana sosial yang disampaikan kepada BMT dan BMT akan menyalurkan serta mengalokasikan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkan dan berhak menerima (mustahiq).
2. Produk Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang yang dapat dipinjamkan kepada peminjam berdasarkan persetujuan atau kesepakatan bersama antara pihak BMT dengan nasabah. Nasabah peminjam (pembiayaan) wajib mengembalikan dan melunasi pinjaman beserta bagi hasilnya setelah jangka waktu tertentu yang telah ditentukan sesuai kesepakatan bersama. Jenis-jenis pembiayaan di BMT Bina Usaha adalah sebagai berikut: a) Mudharabah (MDA) Yaitu akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (BMT selaku shahibul maal) menyediakan seluruh modal usaha, sedangkan pihak kedua (anggota
BMT
sebagai
mudharib)
bertindak
selaku
pengelola usaha dan keuntungan usaha dibagi antara BMT
58
dengan anggota BMT sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad pembiayaan. b) Musyarakah (MSA) Yaitu akad kerjasama antara BMT dan anggota BMT untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (modal usaha) dan keuntungan usaha dibagi antara BMT dengan anggota BMT sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad pembiayaan. c) Murabahah (MBA) Yaitu akad jual beli suatu barang antara BMT (penjual) dengan anggota BMT (pembeli) dengan menegaskan harga belinya
kepada
anggota
BMT
dan
anggota
BMT
membayarkan dengan harga yang lebih sebagai margin. d) Ijarah (IJR) Yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan pemilikan barang itu sendiri. e) Qardhul Hasan (QH) Yaitu suatu akad pinjaman kepada anggota BMT dan anggota BMT berkewajiban mengembalikan sejumlah pokok pinjaman tanpa tambahan keuntungan kepada BMT.
59
Berikut ini syarat pengajuan pembiayaan: 1) Bersedia menjadi anggota 2) Amanah dan bertanggung jawab 3) Memiliki kartu identitas 4) Memiliki usaha dan atau pekerjaan tetap 5) Mengisi formulir permohonan pembiayaan 6) Bersedia di survei ke rumah atau tempat usaha 7) Permohonan pembiayaan dilengkapi fotocopy identitas diri (KTP suami-istri dan Kartu Keluarga) yang masih berlaku 8) Pengajuan pembiayaan harus diketahui suami atau istri atau orang tua (bagi yang belum menikah) 9) Satu keluarga hanya diperbolehkan mengajukan satu permohonan pembiayaan 10) Memberikan fotocopy jaminan yang akan dijadikan agunan 11) Berkas yang sudah masuk tidak dapat diminta kembali
4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah sampel nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati yang berjumlah 100 responden. Responden tersebut diminta menjawab daftar pertanyaan yang diajukan. Adapun karakteristik dari masing-masing responden yang meliputi jenis
60
kelamin, umur, pendidikan dan status marital responden dapat dilihat pada penjelasan berikut;
4.2.1.1. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada bagian ini dapat dijelaskan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Pria
32
32
Wanita
68
68
Total
100
100
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nasabah BMT Bina Usaha sebagian besar berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 68 %. Hal ini dapat dipahami karena nasabah wanita BMT Bina Usaha sering menggunakan jasa dan produk BMT tersebut untuk usaha dagangnya. 4.2.1.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Pada bagian ini dapat dijelaskan karakteristik responden berdasarkan umur yang ditunjukkan pada tabel berikut:
61
Tabel 4.2 Umur Responden Umur < 20 Tahun 20 – 40 Tahun > 40 Tahun Total
Jumlah 6 84 10 100
Persentase (%) 6 84 10 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nasabah BMT Bina Usaha sebagian besar berumur antara 20 sampai 40 tahun yaitu sebanyak 84 %. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah yang menggunakan jasa BMT Bina Usaha masih berusia produktif dan masih memiliki aktivitas usaha. 4.2.1.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada bagian ini dapat dijelaskan karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Pendidikan Responden Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 Total
Jumlah 1 23 68 6 2 100
Persentase (%) 1 23 68 6 2 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar latar belakang pendidikan nasabah BMT Bina Usaha adalah SMA yaitu sebanyak 68 %. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah BMT
62
Bina Usaha memiliki latar belakang pendidikan yang memadai dalam menggunakan dan memanfaatkan jasa BMT Bina Usaha.
4.2.1.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Marital Pada bagian ini dapat dijelaskan karakteristik responden berdasarkan status marital responden yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.4 Status Marital Responden Status Marital
Jumlah
Persentase (%)
Menikah
95
95
Tidak Menikah
5
5
100
100
Total
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah BMT Bina Usaha menikah yaitu sebanyak 95 %. Hal ini berarti jasa dan produk BMT Bina Usaha banyak digunakan oleh nasabah yang sudah berkeluarga dalam mengembangkan usahanya.
4.2.2. Deskripsi Karakteristik Umum Responden Selain karakteristik responden juga akan dijelaskan karakteristik umum responden yang meliputi lama menabung di BMT Bina Usaha Karang Jati, jarak rumah dengan kantor BMT Bina Usaha dan pengeluaran nasabah setiap bulannya. Adapun karakteristik umum tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikut:
63
4.2.2.1. Deskripsi Mengenai Lama Menabung di BMT Bina Usaha Karang Jati Pada bagian ini dapat dijelaskan mengenai lama menabung nasabah di BMT Bina Usaha Karang Jati yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.5 Lama Menabung di BMT Bina Usaha Karang Jati Lama Menabung < 6 Bulan 6 – 12 Bulan 1 – 3 Tahun 3 – 5 Tahun > 5 Tahun Total
Jumlah 2 3 46 38 11 100
Persentase (%) 2 3 46 38 11 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah BMT Bina Usaha sudah menabung antara 1 sampai 3 tahun yaitu sebanyak 46 %. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah mempunyai keyakinan dan kepercayaan dalam menggunakan jasa dan produk BMT Bina Usaha Karang Jati. 4.2.2.2. Deskripsi Mengenai Jarak Rumah Nasabah Dengan Kantor BMT Bina Usaha Karang Jati Pada bagian ini dapat dijelaskan mengenai jarak rumah nasabah dengan kantor BMT Bina Usaha Karang Jati yang ditunjukkan pada tabel berikut:
64
Tabel 4.6 Jarak Rumah Dengan Kantor BMT Bina Usaha Karang Jati Jarak < 1 Km 1 – 5 Km 5 – 10 Km > 10 Km Total
Jumlah 19 76 5 0
Persentase (%) 19 76 5 0
100
100
Sumber: Data primer yang diolah, 2014
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati bertempat tinggal antara 1 sampai 5 kilometer yaitu sebanyak 76 %. Hal ini mengindikasikan bahwa jasa dan produk BMT Bina Usaha banyak digunakan oleh nasabah yang bertempat tinggal dan tempat usahanya berada dekat dengan kantor BMT Bina Usaha Karang Jati. 4.2.2.3. Deskripsi Mengenai Pengeluaran Nasabah Setiap Bulannya Pada bagian ini dapat dijelaskan mengenai pengeluaran nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati setiap bulannya yang ditunjukkan pada tabel berikut Tabel 4.7 Pengeluaran Nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati Setiap Bulannya Pengeluaran Jumlah Persentase (%) < Rp. 500.000 0 0 Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 3 3 Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 58 58 Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 33 33 Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 6 6 > Rp. 4.000.000 0 0 Total 100 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2014
65
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar pengeluaran nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati setiap bulannya berkisar antara Rp. 1.000.000 sampai Rp. 2.000.000 yaitu sebanyak 58 %. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati memiliki penghasilan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
4.2.3.
Uji Validitas dan Reliabilitas Data Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dianalisis menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas. Hasil pengujian validitas dari instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian Variabel
Keragaman Produk (X1)
Kualitas Pelayanan (X2)
Etika Bisnis Islam (X3)
Item/ Kode X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6
Corrected Item Total Correlation /r hitung 0,674 0,827 0,537 0,846 0,740 0,589 0,387 0,612 0,606 0,421 0,777 0,593 0,512 0,796 0,437
r Tabel
Status
0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
66
Citra (X4)
Keputusan Nasabah (Y)
X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4
0,678 0,815 0,542 0,849 0,573 0,453 0,649 0,574
0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199 0,199
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 4.8 dijelaskan mengenai validitas item kuesioner. Dengan bantuan program SPSS diperoleh angka Corrected Item Total Correlation /r hitung. Dari data pada tabel 4.8 terlihat seluruh r
lebih besar bila dibandingkan r
hitung
tabel
product moment = 0,199
(dengan =5%, df=n-k-1=95) maka semua item pertanyaan instrumen penelitian yang digunakan dapat dikatakan valid. Setelah dilakukan pengujian validitas maka selanjutnya juga dilakukan pengujian reliabilitas. Hasil pengujian reliabilitas dari instrumen penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian NO.
VARIABEL
CRONBACH ALPHA
1.
Keragaman Produk (X1)
0,864
2.
Kualitas Pelayanan (X2)
0,796
3.
Etika Bisnis Islam (X3)
0,815
4.
Citra Perusahaan (X4)
0,864
5.
Keputusan Nasabah (Y)
0,759
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
67
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki Cronbach alpha lebih besar dari 0,60, sehingga instrumen penelitian ini dapat dikatakan andal (reliabel) dan dapat digunakan sebagai alat ukur.
4.2.4.
Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan analisis regresi yaitu model analisis regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik. Model regresi yang baik adalah model yang dapat memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan (Gujarati, 1995). Adapun pengujian terhadap asumsi klasik dengan program SPSS 10.0 yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : a. Uji Normalitas Pengujian normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji normalitas data adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
68
Gambar 4.2 Uji Normalitas Data dengan Normal P-Plot
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan hasil pengolahan data maka didapatkan hasil bahwa semua data berdistribusi secara normal dan tidak terjadi penyimpangan, sehingga data yang dikumpulkan dapat diproses dengan metode-metode selanjutnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan sebaran data yang menyebar disekitar garis diagonal pada “Normal P-Plot of Regresion Standardized Residual” yang sesuai dengan gambar di atas.
69
b. Uji Multikolinieritas Deteksi adanya multikolinearitas menurut Imam Ghozali (2001:63) multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 10. Setiap analisis harus menentukan tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir. Nilai toleransi dan VIF, ringkasan hasil output SPSSnya ditunjukkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas Berdasarkan Nilai Tolerance dan VIF Variabel
Nilai Tolerance
Nilai VIF
X1
0,613
1,578
X2
0,251
1,955
X3
0,346
1,892
X4
0,543
1,799
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
70
Terlihat untuk keempat variabel bebas (independent), angka VIF ada di sekitar angka 1 atau tidak ada satu pun variabel bebas (independent) yang memilik besaran VIF lebih dari 10. Selain itu nilai Tolerance untuk empat variabel bebas (independent) juga semuanya mendekati angka 1. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi adanya multikolinieritas antar variabel bebas (independent) dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedatisitas Uji
ini
bertujuan
menguji
model
regresi
terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Dengan melihat grafik scatterplot pada output yang dihasilkan. Jika titik-titik membentuk suatu pola tertentu, maka hal ini mengindikasikan terjadinya heteroskedastisitas, tetapi apabila titik-titik pada grafik scatterplot menyebar di atas dan di bawah angka 0, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadinya heteroskedastisitas.
71
Gambar 4.3 Hasil Analisis Grafik Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Dari grafik scatterplot, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y. Dari pengamatan pada grafik di atas maka disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.2.5.
Model Persamaan Regresi Berganda Model persamaan regresi yang baik adalah model yang memenuhi persyaratan asumsi klasik. Dari hasil analisis sebelumya, telah terbukti bahwa model persamaan yang diajukan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan asumsi klasik sehingga model persamaan dalam penelitian ini sudah dianggap baik.
72
Tabel 4.11 Model Persamaan Regresi
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Setelah dilakukan pengolahan data dengan bantuan program SPSS, maka didapatkan persamaan akhir sebagai berikut: Y = 2,891 + 0,155X1 + 0,289X2 + 0,234X3 + 0,360X4 dimana : Y
: Keputusan nasabah
X1
: Keragaman produk
X2
: Kualitas pelayanan
X3
: Etika bisnis islam
X4
: Citra Perusahaan
Persamaan di atas
hasilnya yang dapat diterangkan sebagai
berikut: 1. : 2,891 Apabila variabel keragaman produk (X1), kualitas pelayanan (X2), etika bisnis islam (X3) dan citra perusahaan (X4) tidak
73
mempengaruhi keputusan menjadi nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati ternyata BMT Bina Usaha Karang Jati juga masih memperoleh nasabah baru. Ini mengindikasikan masih ada variabel lain selain variabel keragaman produk (X1), kualitas pelayanan (X2), etika bisnis islam (X3) dan citra perusahaan (X4) yang memberikan sumbangan terhadap keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati. 2. X1 : 0,155 Angka tersebut menujukkan koefisien untuk variabel keragaman produk yang dimiliki BMT Bina Usaha Karang Jati. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya pengaruh positif keragaman produk terhadap keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati, yang berarti semakin banyaknya keragaman produk maka keputusan menjadi nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati akan meningkat. 3. X2 : 0,289 Angka tersebut menujukkan koefisien untuk variabel kualitas pelayanan yang diberikan BMT Bina Usaha Karang Jati. Koefisien tersebut
mengindikasikan adanya pengaruh positif kualitas
pelayanan terhadap keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati, yang berarti semakin baik kualitas pelayanan maka keputusan menjadi nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati akan meningkat.
74
4. X3 : 0,234 Angka tersebut menujukkan koefisien untuk variabel etika bisnis islam yang dimiliki BMT Bina Usaha Karang Jati. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya pengaruh positif etika bisnis islam terhadap keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati, yang berarti semakin baik etika bisnis islam yang dijalankan maka keputusan menjadi nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati akan meningkat. 5. X4 : 0,360 Angka tersebut menujukkan koefisien untuk variabel citra perusahaan yang dimiliki BMT Bina Usaha Karang Jati. Koefisien tersebut mengindikasikan adanya pengaruh positif citra perusahaan terhadap keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati, yang berarti semakin baik citra perusahaan maka keputusan menjadi nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati akan meningkat. 4.2.6.
Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis pada penelitian ini digunakan statistik t dan statistik F. Uji statistik t digunakan untuk menguji signifikansi secara parsial yaitu masing-masing variabel independent berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap variabel dependent (Y) pada tingkat signifikansi =5%. Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi secara simultan yaitu secara bersama-sama apakah
75
variabel independent (keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan) berpengaruh signifikan ataukah tidak terhadap variabel dependent (keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati) pada tingkat signifikansi =5%.
4.2.6.1. Pengujian hipotesis pertama (H1) Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah keragaman produk memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Berdasarkan tabel 4.11, didapatkan nilai koefisien variabel keragaman produk (X1) positif dan signifikansi (p) sebesar 0,003 yang kurang dari 0,05,
berarti secara signifikan
variabel keragaman produk mempengaruhi variabel keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati atau hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. 4.2.6.2. Pengujian hipotesis kedua (H2) Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah kualitas
pelayanan
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap
keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Berdasarkan tabel 4.11, didapatkan nilai koefisien variabel kualitas pelayanan (X2) positif dan signifikansi (p) sebesar 0,001 yang kurang dari 0,05, berarti secara signifikan variabel kualitas pelayanan mempengaruhi variabel keputusan nasabah
76
BMT Bina Usaha Karang Jati atau hipotesis
kedua dalam
penelitian ini diterima. 4.2.6.3. Pengujian hipotesis ketiga (H3) Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah etika bisnis islam memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Berdasarkan tabel 4.11, didapatkan nilai koefisien variabel etika bisnis islam (X3) positif dan signifikansi (p) sebesar 0,001 yang kurang dari 0,05, berarti secara signifikan variabel etika bisnis islam mempengaruhi variabel keputusan nasabah
BMT Bina
Usaha Karang Jati atau hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. 4.2.6.4. Pengujian hipotesis keempat (H4) Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah citra perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Berdasarkan tabel 4.11, didapatkan nilai koefisien variabel citra perusahaan (X4) positif dan signifikansi (p) sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05, berarti secara signifikan variabel citra perusahaan mempengaruhi variabel keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati atau hipotesis keempat dalam penelitian ini diterima.
77
4.2.6.5. Pengujian hipotesis kelima (H5) Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Berdasarkan tabel 4.11, didapatkan nilai t statistik untuk variabel keragaman produk sebesar 0,123, untuk variabel kualitas pelayanan sebesar 0,396, untuk variabel etika bisnis islam sebesar 0,285 dan untuk variabel citra perusahaan sebesar 0,314. Apabila dilihat dari nilainya maka kualitas pelayanan merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati atau hipotesis kelima dalam penelitian ini diterima.
4.2.6.6. Uji F Statistik Pengujian F statistik merupakan pengujian secara simultan, artinya untuk menguji apakah variabel independen (keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati). Adapun hasil dari pengujian F statistik dapat dilihat pada tabel berikut:
78
Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikansi Secara Simultan
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Berdasarkan tabel 4.12, didapatkan nilai F statistik sebesar 26,133 dengan nilai signifikansi (p) 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel keragaman produk (X1), kualitas pelayanan (X2), etika bisnis islam (X3) dan citra perusahaan (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal ini berarti perubahan jumlah nasabah dan penggunaan jasa
BMT Bina Usaha Karang Jati sangat ditentukan oleh
tersedianya keragaman produk yang dimiliki BMT Bina Usaha Karang Jati dan baik atau tidaknya kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan yang dimiliki BMT Bina Usaha Karang Jati. Apabila produk jasa yang dimiliki BMT Bina Usaha Karang Jati semakin beragam, kualitas pelayanan yang diberikan baik, etika bisnis islam dijalankan dengan baik dan citra perusahaan yang dimiliki semakin baik maka akan berakibat pada
79
meningkatnya keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati.
4.2.7.
Uji Goodness of Fit (R2) Koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui sampai seberapa besar prosentase variasi variabel bebas pada model dapat diterangkan oleh variabel terikat (Gujarati, 1995). Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam prosentase. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji Goodness of Fit (R2)
Sumber : Data primer yang diolah, 2014
Besarnya koefisien determinasi atau R2 sebesar 0,824 atau 82,4 persen. Dapat diartikan bahwa 82,4 persen variasi variabel tidak bebas yaitu variabel keputusan nasabah BMT Bina Usaha Karang Jati pada model dapat diterangkan oleh variabel bebas yaitu keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan. Sedangkan sisanya (17,6 persen) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model (selain variabel keragaman produk, kualitas pelayanan, etika bisnis islam dan citra perusahaan).
80
4.3.
Pembahasan Produk merupakan keseluruhan konsep objek/proses yang memberikan sejumlah nilai pada konsumen (Lupiyoadi, 2006). Menurut Kotler (2003), produk jasa merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan
produsen
untuk
diperhatikan,
diminta,
dicari,
dibeli,
digunakan. Pada pengujian hipotesis pertama terbukti bahwa keragaman produk memiliki pengaruh positif terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal ini patut dipahami karena dengan adanya keragaman produk jasa BMT Bina Usaha Karang Jati maka akan mendorong nasabah untuk semakin menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Kesimpulan pada pengujian hipotesis pertama ini sesuai dengan pernyataan (Lupiyoadi, 2006) yang menyatakan bahwa keragaman produk (features) dapat berbentuk tambahan dari suatu produk inti yang menambah nilai suatu produk. Keragaman produk biasanya diukur secara subyektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini konsumen) yang menunjukan adanya perbedaan kualitas suatu produk (jasa). Dengan demikian, perkembangan kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat menyesuaikan diri dengan pasar. Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2000) mengemukakan bahwa kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan
81
konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen. Jadi penilaian konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan refleksi persepsi evaluatif terhadap pelayanan yang diterimanya pada waktu tertentu. Pada pengujian hipotesis kedua terbukti bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal ini patut dipahami karena dengan semakin baiknya kualitas pelayanan yang diberikan BMT Bina Usaha Karang Jati maka akan membuat nasabah merasa puas dan mempunyai keinginan untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Kesimpulan pada pengujian hipotesis kedua ini sesuai dengan pernyataan Tho’in (2011) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan lebih menitik-beratkan pada kepuasan pelanggan, dimana kualitas pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kinerja karyawan baik internal maupun eksternal. Etika bisnis adalah seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas. Dalam arti lain etika bisnis juga dikatakan sebagai seperangkat prinsip dan norma dimana para pelaku bisnis harus mempunyai komitmen dalam
82
melakukan sebuah transaksi, berperilaku, dan juga berelasi guna mencapai tujuan bisnisnya dengan selamat (Badroen, 2006). Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga terbukti bahwa etika bisnis islam memiliki pengaruh positif terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal ini patut dipahami karena dengan dijalankannya etika bisnis islam yang diterapkan BMT Bina Usaha Karang Jati maka akan membuat nasabah memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap etika bisnis yang baik dan dijalankan BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Arifin (2007) yang menyatakan bahwa etika bisnis harus dijalankan dengan baik dan menurut prinsip-prinsip yang dianut. Prinsip-prinsip etika bisnis islam meliputi; prinsip
tauhid
(kesatuan/unity),
prinsip
keseimbangan
(keadilan/equilibrium), prinsip kehendak bebas (ikhtiyar/free will), prinsip pertanggungjawaban (responsibility), prinsip kebenaran dan prinsip ihsan (benevolence). Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya citra pada produk dan pelayanannya (Jefkins dan Yadin, 2004). Berdasarkan pengujian hipotesis keempat terbukti bahwa citra perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal ini patut dipahami karena dengan citra yang baik dari BMT Bina Usaha Karang Jati maka
83
akan mendorong nasabah memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap produk jasa yang ditawarkan BMT Bina Usaha Karang Jati. Kesimpulan pada pengujian hipotesis keempat ini sesuai dengan pernyataan Rueslan (1998) yang menyatakan bahwa hal-hal positif yang meningkatkan citra perusahaan lebih dikenal dan diterima publiknya adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, kualitas pelayanannya, keberhasilan dalam bidang marketing dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial. Secara logika, jika perusahaan sudah mengalami krisis kepercayaan dari publik atau masyarakat umum maka akan membawa dampak negatif terhadap citranya, bahkan akan terjadi penurunan citra sampai pada titik yang paling rendah. Pada pengujian hipotesis kelima terlihat bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah menginginkan adanya pelayanan yang baik dan memuaskan dari BMT Bina Usaha Karang Jati, karena hal ini akan menciptakan kepuasan nasabah dan akan loyal terhadap BMT Bina Usaha Karang Jati. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Tjiptono (2000) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan tingkatan kondisi baik buruknya sajian yang diberikan oleh perusahaan jasa dalam rangka memuaskan konsumen dengan cara memberikan atau menyampaikan jasa yang melebihi harapan konsumen.
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Keragaman produk memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0,003 yang lebih kecil dari 0,05. 2. Kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. 3. Etika bisnis islam memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. 4. Citra perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. 5. Kualitas pelayanan merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan nasabah untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati, hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien sebesar 0,396
84
85
yang lebih tinggi daripada nilai koefisen variabel keragaman produk, etika bisnis islam dan citra perusahaan.
5.2
Saran Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut ; 1. Untuk meningkatkan keputusan nasabah dalam menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati dapat dilakukan dengan meningkatkan dan menambah keragaman produk yang ditawarkan, mengingat keragaman produk merupakan indokator keputusan nasabah yang memberikan sumbangan atau pengaruh terkecil dalam penelitian ini. 2. BMT
Bina
Usaha
Karang Jati dapat
mempertahankan
bahkan
meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah agar dapat memuaskan dan memenuhi harapan nasabah melalui penyediaan fasilitas pelayanan yang lebih baik. 3. BMT Bina Usaha Karang Jati tetap menerapkan etika bisnis islam dalam operasionalnya agar nasabah merasa yakin halal untuk menggunakan jasa BMT Bina Usaha Karang Jati dalam mengembangkan usahanya. 4. BMT Bina Usaha Karang Jati dapat meningkatkan citra perusahaan melalui kegiatan sosial dan pemberian sumbangan kepada masyarakat yang berada di sekitar BMT Bina Usaha Karang Jati serta partisipasi dalam pembangunan wilayah Karang Jati.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufik M. 2005. Dinamika Pemasaran Jelajahi dan Rasakan. Jakarta: PT. Grafindo Persada Amirullah. 2002. Perilaku Konsumen, Yogyakarta: Graha Ilmu Arifin, Johan. 2007. Fiqih Perlindungan Konsumen. Semarang: Rasail Semarang Arifin, Johan. 2009. Etika Bisnis Islami. Semarang: Walisongo Press Arikunto Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Badroen, Faisal et al. 2006. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana Gautama, Erlisa Aulia. 2011. Pengaruh Keragaman Produk, Pendapatan dan Pelayanan terhadap Keputusan Pembelian Elektronik Merk Polytron (Studi Kasus pada PT. Atlanta Semarang). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Semarang. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Edisi kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gujarati. 1997. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill International Hadi, Samsul. 2007. Etika Bisnis Islam (Studi tentang Pemasaran Produk Murabahah dalam Perspektif Etika Bisnis Islam Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang). Skripsi pada Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang. Hikmah, Lailatul. 2011. Pengaruh Keragaman Produk dan Etika Bisnis Islam terhadap Minat Nasabah Menggunakan Jasa BMT Robbani Kaliwungu. Skripsi pada Program S1 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Irkhami, Nafis. 2014. Islamic Work Ethics Membangun Etos Kerja Islami. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 2004. Public Relations. Jakarta: Erlangga. 86
87
Kasali, Renald. 2009. Marketing In Crisis, Marketing Theraphy, Menyerang Pasar dan Mengambil Manfaat dari Krisis Ekonomi. Jakarta: Gramedia Kesuma, Sari. “Olah Data dan Analisa Statistik SPSS dan AMOS”. http://spssamos.blogspot.com/2012_04_01_archive.html (akses 10 Juli 2012) Kotler, Philip dan Gery Amstrong. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo Kotler, Philip. 2002 . Manajemen Pemasaran. Jakarta : Prenhallinho ___________. 2003. Manajemen Pemasaran, edisi kesebelas. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia ___________. 2005. Manajemen Pemasaran, jilid 1. Jakarta: Indeks Luthfia, Widya Emil. 2012. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian pada Coffee Shop Kofisyop Tembalang. Skripsi pada Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Muhammad. 2002. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Nugraha, Andi. 2010. Pengaruh Keragaman Produk terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Alfamart Cabang Rancaekek Bandung. Skripsi pada Program S1 Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Minftahul. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada Rahmatika, Dyah Wikan. 2012. Pengaruh Etika Bisnis Islami dalam Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus Waroeng Steak & Shake di Yogyakarta). Tesis pada Program S2 Fakultas Minat Ekonomi Islam Universitas Gadjah Mada. Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat Rao, Purba. 1996. Measuring Consumers Perceptions Throught Factor Analysis. Journal The Asian Manager, February-March, hal 28-32, Vol 1, No.4 Saefullah. 2012. Pengaruh Persepsi Pengguna Facebook Commerce (FCommerce) terhadap Keinginan Bertransaksi Online. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
88
Saifuddin, Azwar. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press Rueslan, Rosady. 1998. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Garfindo Persada. Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik itu Mudah, Panduan Lengkap Mengajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Andi _______. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS. Jakarta: PT. Gramedia Sudarsono, Heri. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta Suharyanto dan Purwanto SK. 2004. Statistik, untuk Ekonomi dan Keungan Modern. Jakarta: Salemba Empat Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. 2002. Pengantar Bisnis Modern, Edisi ketiga. Yogyakarta: Liberty Tho’in, Muhammad. 2011. Pengaruh Faktor-faktor Kualitas Jasa terhadap Kepuasan Nasabah di Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Tekun Karanggede Boyolali. Muqtasid Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Vol. 2, Juli 73-89. Tjiptono, Fandy. 2000. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andy Tyas, Rizqa Ramadhaning. 2012. Pengaruh Lokasi dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan nasabah untuk Menabung di BMT Sumber Mulia Tuntang. Muqtasid Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah STAIN Salatiga. Vol. 2, Desember 277-297 Ulinuha, Ahmad. 2010. Pengaruh Pelayanan dan Citra Pegadaian Syariah terhadap Keputusan Nasabah dalam Menggunakan Jasa Layanan Gadai Pada Pegadaian Syariah Cabang Majapahit Semarang. Skripsi pada Program S1 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
89
Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
90
LAMPIRAN
DAFTAR KUESIONER
I.
II.
Identitas Responden Nama
:
Alamat
:
Pendidikan terakhir
:
Jenis kelamin
:
Status pernikahan
:
Usia
:
Karakteristik Umum 1. Sudah berapa lama Anda menabung di BMT Bina Usaha? a. Kurang dari 6 bulan b. 6 – 12 bulan c. > 1 – 3 tahun d. > 3- 5 tahun e. Lebih dari 5 tahun 2. Berapa jauh dari rumah Anda menuju lokasi BMT Bina Usaha? a. Kurang dari 1 KM b. Antara 1 – 5 KM c. > Antara 5 – 10 KM d. > Lebih dari 10 KM 3. Berapa jumlah pengeluaran Anda per bulan? a. Kurang dari Rp 500.000,b. Rp 510.000,- s/d Rp 1.000.000,c. Rp 1.100.000,- s/d Rp 2.000.000,d. Rp 2.100.000,- s/d Rp 3.000.000,e. Rp 3.100.000,- s/d Rp 4.000.000,f. Diatas Rp 4.000.000,-
III.
Tanggapan Nasabah Petunjuk Pengisian : Berilah tanda (√) pada pilihan penilaian Anda, khusus pada isian penilaian Anda, skala penilaian adalah sebagai berikut : 1
: Sangat Tidak Setuju (STS)
2
: Tidak Setuju (TS)
3
: Netral (N)
4
: Setuju (S)
5
: Sangat Setuju (SS)
JAWABAN NO.
PERNYATAAN
ALTERNATIF 5
Keragaman Produk Banyak pilihan produk tabungan dan pembiayaan di BMT Bina 1.
Usaha dengan berbagai keunggulan yang berbeda-beda. Saya dapat memilih produk sesuai dengan keinginan
2.
saya,misalnya: produk SI RELA yang dapat diambil kapan saja. Produk-produk yang ada di BMT Bina Usaha dapat dijangkau
3.
oleh kalangan masyarakat bawah sampai kalangan atas Produk tabungan dan pembiayaan di BMT Bina Usaha memiliki
4.
manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Kualitas Pelayanan 5.
6.
7.
Proses pelayanan karyawan BMT Bina Usaha sesuai dengan prosedur Karyawan BMT Bina Usaha menanggapi permasalahan nasabah dengan baik Nasabah merasa aman dan nyaman saat bertransaksi di BMT Bina Usaha
4
3
2
1
8.
9.
Karyawan BMT Bina Usaha selalu membantu memberikan alternatif solusi atas keluhan yang dialami nasabah. Formulir dan slip yang dibutuhkan nasabah untuk melakukan transaksi selalu tersedia dan mudah diperoleh di BMT Bina Usaha
Etika Bisnis Islami BMT Bina Usaha mengedepankan etika dan ajaran Islam dengan 10.
baik sehingga terhindar dari praktek-praktek bisnis yang kotor/haram Karyawan BMT Bina Usaha memberikan pelayanan kepada
11.
nasabah dengan adil dan tidak membeda-bedakan nasabah BMT Bina Usaha melakukan kegiatan-kegiatan sosial misalnya,
12.
dengan pembagian dana/ zakat tersendiri untuk masyarakat yang membutuhkan. Karyawan BMT Bina Usaha melakukan tugasnya masing-masing
13.
dengan penuh tanggung jawab. Karyawan BMT Bina Usaha melayani nasabah dengan jujur dan
14.
dapat dipercaya. Karyawan BMT Bina Usaha selalu bersikap sopan dan ramah
15.
terhadap nasabah.
Citra Perusahaan 16.
Pihak BMT Bina Usaha memberikan informasi tentang prosedur secara terbuka dan jujur sehingga dapat dipercaya Karyawan BMT Bina Usaha melakukan tugasnya yang dapat
17.
dipertanggungjawabkan sehingga nasabah dapat merasakan pelayanannya
18.
19.
Proses transaksi di BMT Bina Usaha dilakukan secara komunikatif Proses prosedur pengambilan produk-produk BMT Bina Usaha telah dipahami oleh nasabah dengan baik
Keputusan Nasabah 20.
Keanekaragaman produk BMT Bina Usaha menjadi daya tarik bagi saya untuk menjadi nasabah
21.
Sikap adil, jujur dan kesopanan karyawan BMT Bina Usaha menjadi daya tarik saya menjadi nasabah
22.
Saya tertarik dengan BMT ini karena Produk-produk tabungan dan pembiayaan di BMT Bina Usaha telah sesuai dengan syariat Islam
23.
Saya tidak berniat untuk menjadi nasabah BMT lain mengingat keragaman produk dan pelayanan prima di BMT Bina Usaha
Ungaran, ..........................
Rizqa Ramadhaning Tyas
DESKRIPSI RESPONDEN
KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
REGRESI
VALIDITAS DAN RELIABILITAS 1. Keragaman Produk
2. Kualitas Pelayanan
3. Etika Bisnis Islam
4. Citra
5. Keputusan Nasabah