KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI SISWA SMP YANG MENDAPAT MAKAN SIANG DAN TIDAK MENDAPAT MAKAN SIANG DARI SEKOLAH DENGAN SISTEM FULLDAY SCHOOL Siti Nuraini Dongoran1, Albiner Siagian2, Zulhaida Lubis2 Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU 2 Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat
[email protected]
1
ABSTRACT The teaching learning process activity of the school applied the fullday school system is conducted in full day (less than 9 hours). The student who study in this school has the higher learning activity than student in the public school. Therefore, the fullday school provide the student with or without lunch. This research aims to compare the energy and protein sufficiency and nutrition status of students of fullday junior high school. So it review whether the lunch provided by full day school satisfy the nutrition requirement of the students. This research was conducted at two fullday schools in Medan. Of each school the sample is 58 students. The anthropology data was collected by do the measurement of weight and height while the food intake data was collected by interview using recall form 24 hours for twice. The result of this research indicates the sufficiency of energy and nutrition status of the student in fullday school who get the lunch from school is better than student who did not obtain the lunch from school. While for protein sufficiency is contrary. But the lunch supplied by fullday school that provide the students with lunch did not fulfill the nutrition requirement of students. Therefore, the fullday school that provide the student with lunch and without lunch must consider the nutrition status of the student specially when student in the school. A good nutrition status will increase the body immune of student in order to preven any diseases for student and can learn effectively with the higher learning achievement. Keywords : energy sufficiency, protein sufficiency, nutritional status, lunch, junior high school student. PENDAHULUAN Anak Indonesia merupakan generasi penerus untuk melanjutkan kegiatan pembangunan bangsa. Sudah seharusnya generasi penerus bangsa mendapatkan pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan, agar kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya dapat berlangsung secara optimal. Generasi penerus tersebut termasuklah para remaja. Berdasarkan perkembangan psikologis, remaja dibagi menjadi dua. Remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal memiliki rentang usia 12-16. Sedangkan remaja akhir 17-21 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2013).
Remaja awal umumnya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kebutuhan gizi remaja relative besar,kerena pada usia tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat. Selain itu remaja umumnya melakukan aktifitas fisik lebih tinggi dibanding dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan pada remaja akan menimbulkan gizi kurang maupun masalah gizi lebih,sedangkan kekurangan gizi pada remaja akan
2 mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka penyakit (morbiditas), mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya organ reproduksi (Safitri, 2011). Saat ini banyak remaja di kota Medan yang mengenyam pendidikannya di sekolah dengan sistem Fullday School. Fullday School merupakan program pendidikan yang seluruh aktivitas berada di sekolah (sekolah sepanjang hari) dengan ciri integrated activity dan integrated curriculum(Zuliana, 2014). Waktu yang banyak di sekolah pastilah diisi dengan aktivitas yang padat. Agar aktivitas yang padat tersebut bisa terlaksana dengan baik tentunya butuh asupan gizi yang baik. Untuk itu sekolah dengan sistem fullday pada umumnya menyediakan makan siang bagi para siswanya. Tujuannya adalah agar siswa dapat terkontrol makan siangnya sehingga memiliki tenaga untuk melanjutkan pelajaran hingga sore hari. Namun ada juga sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi siswanya. Pemberian makanan di sekolah ini juga bisa menjadi salah satu upaya kesehatan di sekolah yaitu perbaikan gizi di sekolah yang merupakan amanat dari UU No. 23 tahun 1992, Pasal 11 : upaya kesehatan dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah perbaikan gizi di sekolah. Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang menyediakan makan siang bagi para siswanya adalah Siti Hajar Fullday School. Sekolah ini terletak di Jalan Jamin Ginting Km 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan. Selain menyediakan makan siang, sekolah Siti Hajar juga memberikan snack bagi para siswanya. Snack diberikan pukul 10.00 dan makan siang diberikan pukul 13.00. Sekolah Siti Hajar memiliki dapur sendiri, sehingga makan siang yang disediakan berasal dari sekolah tersebut.Siti Hajar tidak memiliki siklus
menu yang tetap. Menu ditentukan oleh para guru dan di ganti setiap hari jumatnya dan variasi menunya sangat beragam sehingga murid tidak bosan dengan menu yang disediakan. Namun ada juga sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi siswanya. Salah satu sekolah fullday di kota Medan yang tidak menyediakan makan siang bagi siswanya adalah AlUlum Terpadu Islamic School yang terletak di Jalan Tuasan no. 35 Medan.Siswa disekolah ini biasanya memperoleh makan siang dari bekal yang dibawa dari rumah atau membeli makan siang di kantin sekolah. Makan siang yang di jual di kantin diantaranya nasi goreng, mie goreng, nasi sayur dll. Tidak ada waktu dan tempat khusus untuk makan siang di sekolah ini. Sekolah hanya memberi waktu istirahat pada pukul 10.30 dan 12.00. Kedua sekolah tersebut memiliki alasan yang kuat untuk menyediakan atau tidak menyediakan makan siang bagi siswanya. Sekolah Siti Hajar menyediakan makan siang dengan alasan agar makan siang para siswanya terkontrol sehingga tidak ada yang tidak makan siang dan agar bisa tetap fokus belajar sampai sore hari. Sekolah Al-ulum tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya karena sekolah berasumsi bahwa para siswa memiliki selera yang berbeda-beda sehingga dikhawatirkan para siswa mudah bosan terhadap menu yang diberikan sehingga lebih senang jajan dari pada harus mengkonsumsi makan siang yang diberikan sekolah. Kedua alasan tersebut adalah alasan yang bisa diterima. Namun bagi siswa yang tidak disediakan makan siang dari sekolah dikhawatirkan tidak terpenuhi zat gizinya. Sehingga berpotensi terhadap tumbuh kembangnya kelak. Atas dasar ini penulis berasumsi bahwa anak sekolah dengan sistem Fullday School yang mendapat makan siang dari sekolah, kecukupan energi dan kecukupan protein serta status gizinya
3 lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. Membuktikan hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan melihat perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa yang sekolah di Fullday School yang mendapat makan siang dengan yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecukupan energi dan protein serta status gizi siswa SMP yang mendapat makan siang dan tidak mendapat makan siang dari sekolah dengan sistem Fullday School. . Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah di kota Medan. Sekolah Siti Hajar Fullday School yang terletak di jalan Letjen Jamin Ginting kilometer 11 gang Paya Bundung Simpang Selayang, Medan Tuntungan sebagai sekolah fullday yang memberikan makan siang bagi para siswanya yang selanjutnya akan disebut dengan sekolah dengan penyelenggaraan makan (PM) dansekolah yangAl-Ulum Terpadu IslamicSchool yang terletak di Jalan Tuasan no. 35 Medan. sebagai sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya yang selanjutnya disebut dengan sekolah tanpa penyelenggaraan makan (TPM). Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2015. Populasi dari penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII sekolah Siti Hajar Fullday School yang berjumlah 128 siswa dan SMP Al-ulum Islamic School yang berjumlah 144 siswa.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 siswa dari setiap sekolah. Data identitas sampel yang meliputi data pribadi dan data orang tua di dapat dari kuisioner yang diisi olehsiswa,data asupan energi dan protein diperoleh dari hasil wawancara dengan responden menggunakan formulir recall
24 jamyang dilakukan sebanyak dua kali, data status gizi responden meliputi berat badan dan tinggi badan responden dilakukan dengan penimbangan menggunakantimbangan digital badhroom scale dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoice, data gambaran umum makan siang yang diberikan SMP Siti Hajar diperoleh melalui metode penimbangan makanan dengan cara menimbang dan mencatat makan siang yang disediakan sekolah Siti Hajar selama dua hari Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis menggunakan program komputer yaitu SPSS melalui editing, coding, entry, cleaning, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Siswa Sekolah PM dan TPM Gambaran umum karakteristik sampel adalah karakteristik dari murid di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) yang terdiri dari jenis kelamin dan umur. Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner, gambaran umum siswa PM dan TPM menurut karakteristik murid ditampilkan pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Siswa Sekolah PM dan TPM PM Karakteristik
TPM
n
%
n
%
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
24 34
41,4 58,6
35 23
60,3 39,7
Total
58
100,0
58
Umur 10-12 13-15 Total
30 28 58
51,7 48,3 100,0
28 30 58
100,0 48,3 51,7 100,0
4 Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM dan TPM Tingkat kecukupan energi adalah perbandingan antara jumlah energi yang dikonsumsi oleh siswa SMPdengan angka kecukupan energi anak usia 10-15 tahun.Tingkat kecukupan energi
diklasifikasikan menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (8089% AKG) normal (90-119% AKG) dan kelebihan (>120% AKG) (Depkes RI 1996).
Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecukupan Energi Siswa Sekolah PM danTPM PM Tingkat Kecukupan Energi N % Defisit berat 27 46,6 Defisit sedang 6 10,3 Defisit ringan 8 13,8 Normal 13 22,4 Diatas angka kebutuhan 4 6,9 Total 58 100
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa anak yang mengalami defisit energi tingkat berat terbanyak ada pada siswa sekolah fulldayTanpaPenyelenggaran Makan (TPM) yaitu 37 anak (63,8%) sedangkan pada siswa sekolah fullday denganPenyelenggaran Makan (PM) terdapat 27 anak (46,6%). Adapun Tingkat kecukupan energi normal terbanyak pada siswa sekolah fullday denganPenyelenggaran Makan (PM) yaitu 13 anak (22,4%) sedangkan pada siswa sekolah fulldayTanpaPenyelenggaran Makan (TPM) hanya 6 anak (10,3%) yang normal. Oleh karena p= 0,084 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kecukupan energi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) lebih baik dari pada siswa SMP fullday school yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM). Tingkat kecukupan protein adalah perbandingan jumlah protein yang dikonsumsi oleh siswa SMP dengan angka kecukupan protein anak usia 10-15 tahun. Tingkat kecukupan protein diklasifikasikan menjadi defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (8089% AKG) normal (90-119% AKG) dan
TPM n 37 7 8 6 0 58
% 63,8 12,1 13,8 10,3 0,0 100
kelebihan (>120% AKG) (Depkes RI 1996). Tabel 3. Distribusi Tingkat Kecukupan Protein Siswa Sekolah PM danTPM PM TPM Tingkat Kecukupan n % n % Protein Defisit berat Defisit sedang Defisit ringan Normal Diatas angka kebutuhan Total
14 10 5 17 12
24,1 17,2 8,6 29,3 20,7
25 6 9 16 2
43,1 10,3 15,5 27,6 3,4
58
100,0
58
100,0
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa anak yang mengalami defisit protein tingkat berat terbanyak ada pada siswa sekolah fulldayTanpaPenyelenggaran Makan (TPM) yaitu 25 anak (43,1%) sedangkan pada siswa sekolah fullday denganPenyelenggaran Makan (PM) terdapat 14 anak (24,1%). Adapun tingkat kecukupan protein normal terbanyak pada siswa sekolah fulldaydenganPenyelenggaran Makan (PM) yaitu 17 anak (29,3%) sedangkan pada siswafulldayTanpaPenyelenggaran Makan (TPM) terdapat 16 anak (27,6%) yang normal. Oleh karena p= 0,014 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwakecukupan protein siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah/
5 sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) tidak lebih baik dari pada siswa SMP fullday school yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM). Status Gizi Siswa Sekolah PM dan TPM Status gizi adalah keadaan gizi siswa SMP yang ditentukan dengan indikator IMT menurut umur. Status gizi siswa diklasifikasikan menjadi sangat kurus (<-3 SD), kurus (≥ -3 SD sampai ≤ -2 SD), normal (-2 SD saampai +2SD), overweight (≥ +2 SD sampai ≤ +3 SD), obesitas (> +3 SD) (WHO, 2007). Tabel 4. Distribusi Status Gizi Siswa Sekolah PM danTPM PM TPM Status Gizi n % n % Sangat Kurus Kurus Normal Overweight Obesitas Total
0 2 46 10 0 58
0,0 3,4 79,3 17,2 0,0 100,0
0 2 49 4 3 58
0,0 3,4 84,5 6,9 5,2 100,0
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa anak memiliki status gizi normal di sekolah fulldayTanpaPenyelenggaran Makan (TPM) lebih banyak daripada di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) yaitu 49 di sekolah fullday
TanpaPenyelenggaran Makan (TPM) dan 46 di sekolah fullday dengan Penyelenggaran Makan. Namun di sekolah fulldayTanpaPenyelenggaran Makan (TPM) terdapat anak yang Obesitas sebanyak 3 anak (5,2%). Oleh karena p= 0,113 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa status gizi siswa SMP fullday school yang mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) lebih baik dari pada siswa SMP fullday school yang tidak mendapat makan siang dari sekolah/ sekolah fullday Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM). Asupan Energi dan Protein dari Makan Siang Siswa PM dan TPM Asupan Energi dan protein dari makan siang siswa fullday dengan Penyelenggaran Makan (PM) dan TanpaPenyelenggaran Makan (TPM) adalah jumlah energi dan protein yang dikonsumsi siswa ketika makan siang. Makan siang setidaknya harus memberikansepertiga atau 30% dari kecukupan harian yang dianjurkan (AKG) baik untuk energi maupunprotein dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, vitamin C, zat besi dan kalsium. Asupan energi dan protein minimal yang harus dikonsumsi dan terdapat pada makan siang anak dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 5.Jumlah Energi dan Proteinyang Harus Dikonsumsi Siswa padaMakan Siang Laki-laki Perempuan Zat Gizi 10-12 13-15 10-12 13-15 Energi (kkal) 630 742,5 600 637,5 Protein (g) 56 72,0 18 20,7 Perbedaan asupan energi pada makan siang siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dan Tanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Distribusi Asupan Energi pada Makan Siang Siswa PM dan TPM PM TPM Asupan Energi n % n % Memenuhi 0 0,0 3 5,2 Tidak Memenuhi 58 100,0 55 94,8 Total
58
100,0
58
100,0
6 Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa yang memenuhi asupan energi siang hari sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 30% dari kebutuhan sehari adalah pada sekolahfulldayTanpaPenyelenggaran Makan (TPM) sebanyak 3 orang (5,2%) sedangkan pada sekolah fullday denganPenyelenggaran Makan (PM) tidak ada siswa yang memenuhi asupan energi siang sesuai yang dianjurkan. Asupan energi siang hari siswafullday dengan penyelenggaran makan siang belum satupun yang memenuhi kebutuhan. Hal ini dikarenakan makan siang yang diberikan kepada para siswa baru memenuhi sekitar 60% dari kebutuhan energi yang dianjurkan pada makan siang. Sumber makan siang siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM), berasal dari makan siang yang disediakan sekolah. Oleh karena itu makan siang yang diberikan sekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan energi siswa. AKG siswa usia 10-15 tahun dapat dilihat pada Depkes RI 2013 tentang AKG. Pemberian makan di sekolah seharusnya bisa menjadi salah satu cara memperbaiki gizi anak sekolah. Di beberapa negara maju, pemberian makan di Sekolah merupakan salah satu cara memperbaiki gizi anak sekolah.Belum terpenuhinya kebutuhan energi siswa di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) dikarenakan makan siang yang disediakan sekolah porsinya tidak sesuai dengan kebutuhan para siswa (sedikit). Meskipun demikian berdasarkan keberagaman jenis makanan dan cita rasa, makanan yang disediakan dari sekolah sangat baik.Karena terdiri dari nasi, lauk, sayuran dan buah serta memiliki rasa yang lezat sehingga tidak pernah ada siswa yang komplen atau bosan dengan makanan yang disediakan. Hal ini jugalah yang menyebabkan siswa sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) jarang mengkonsumsi jajanan pada jam makan siang. Mayoritas para siswa selalu menghabiskan jatah makan siang mereka.
Pada sekolah fulldayTanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) terdapat 3 siswa yang memenuhi kebutuhan energi makan siang yang dianjurkan (30% dari kebutuhan sehari). Ketiga siswa tersebut adalah siswa yang membawa bekal dari rumah secara teratur. Sumber makan siang siswa sekolah fulldayTanpa Penyelenggaraan Makan (TPM) berasal dari bekal yang dibawa dari rumah atau dibeli di kantin sekolah. Mayoritas siswa di sekolah ini membawa makan siang dari rumah yaitu sebanyak 60,3% yang membawa bekal secara teratur (>4x seminggu) dan 39,7% lainnya tidak membawa bekal secara teratut (<4x seminggu). Siswa yang tidak membawa bekal secara teratur biasanya memperoleh makan siang dengan membeli makan di kantin sekolah. Jajanan yang sering di beli para siswa di sekolah fullday Tanpa Penyelenggara Makan (TPM) adalah jajanan yang tinggi protein seperti burger dan ayam goreng tepung. Walau tidak dalam porsi yang banyak namun mampu menyumbang kecukupan protein para siswa. Untuk anak yang tidak membawa bekal dari rumah, kebanyakan membeli menu nasi goreng atau mie goreng di kantin sekolah. Asupan protein siang hari siswa sekolah fulldaydengan penyelenggaraan makan siang belum ada yang memenuhi kebutuhan. Ini dikarenakan satu-satunya sumber makan siang yang diperoleh siswa sekolah fullday dengan penyelenggaraan makan adalah dari makan siang yang disediakan dari sekolah.Sedangkan makan siang yang diberikan sekolah hanya menyumbang sekitar 48% dari anjuran protein yang harus dipenuhi dalam makan siang. Dengan kata lain belum mampu memenuhi 30% dari kebutuhan harian siswa. Pada siswa sekolah fulldaytanpa penyelenggaraan makan siang terdapat 10 siswa (17,2%) siswa yang memenuhi kecukupan protein siang hari. 10 siswa ini mendapat makan siang dari bekal yang di bawa dari rumah.
7 Kekurangan pemenuhan energi dan protein pada makan siang siswa mempengaruhi kecukupan energinya, sehingga asupan energi siswa tidak terpenuhi. Jika hal ini terus terjadi maka status gizi siswa akan menurun. Kekurangan energi dan protein terjadi akibat dari asupan energi dan protein yang tidak cukup memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka tubuh akan mengambil simpanan glikogen dalam tubuh dan diubah menjadi energi. Sedangkan kelebihan energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan. (Almatsier, 2004) Penyelenggaran makan siang di sekolah fullday dengan Penyelenggaraan Makan (PM) belum memenuhienergi dan protein yang dianjurkan dipenuhi dari makan siang yaitu minimal 30% dari kebutuhan sehari. Akibatnya pemenuhan kecukupan energi dan protein untuk siang hari masih kurang. Sekolah menyediakan tambahan nasi, namun sangat jarang siswa yang menggunakan kesempatan ini. Para siswa hanya menghabiskan apa yang disajikan pada mereka saja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada siswa sekolah fullday dengan penyelenggaraan makan, sebagian besar dari para siswa selalu menghabiskan makan siang mereka. Pada siswa sekolah fulldaytanpapenyelenggaraan makan umumnya mereka membawa bekal dari rumah sehingga porsi yang diberikan bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Namun sekolah tidak menyediakan tempat makan khusus bagi para siswanya. Sehingga makan siang para siswa kurang terkontrol. Sekolah memberikan jam istirahat yang digunakan untuk sholat dan makan. Menyelenggarakan makan siang pada sekolah fullday bukanlah sebuah keharusan. Namun jika dapat menyelenggarakan makan siang dengan baik dan memenuhi kebutuhan zat gizi para siswa tentu itu lebih utama. Karena pemberian makan di sekolah bisa menjadi salah satu cara memperbaiki gizi para
siswa. Sekolah fullday yang memberikan makan siang bagi para siswanya sangat diapresiasi. Tetapi perlu menjadi catatan bahwa makan siang yang diberikan harus memenuhi kebutuhan siswa. Agar tujuan menjaga kesehatan siswa bisa terlaksana. Sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang bagi para siswanya bukanlah sebuah masalah. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pihak sekolah mengontrol agar para siswa seluruhnya makan siang. Baik yang dibawa dari rumah ataupun yang dibeli di kantin sekolah. Salah satu contoh pengontrolan yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan memberi ruangan khusus untuk makan para siswa. KESIMPULAN 1. Kecukupan energi sehari siswa yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. 2. Kecukupan protein sehari siswa yang mendapat makan siang dari sekolah tidak lebih baik dari siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. 3. Status gizi siswa yang mendapat makan siang dari sekolah lebih baik daripada siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah. 4. Asupan energi dan protein siang siswa yang tidak mendapat makan siang dari sekolah lebih baik dari pada siswa yang mendapat makan siang dari sekolah. 5. Makan siang yang disediakan sekolah fullday yang menyediakan makan siang baru memenuhi 61% untuk energi dan 48% untuk protein dari kebutukan energi dan protein siang hari para siswa. 6. Sebagian besar siswa sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang membawa bekal dari rumah. SARAN 1. Makan siang yang diberikan kepada para siswa disesuaikan dengan kebutuhan para siswa yang dapat dilihat
8 pada Depkes RI 2015 agar kecukupan gizi untuk makan siang siswa dapat terpenuhi. 2. Sekolah fullday yang tidak menyediakan makan siang melakukan pengontrolan ketat terhadap keberlangsungan makan siang para siswa. DAFTAR PUSTAKA Adriani, M. Bambang W. 2014. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur kehidupan. Jakarta: Kedokteran Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menkes no 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. http://gizi.depkes.go.id. diakses 30 April 2015. Devi, N. 2012. Gizi Anak Sekolah. Jakarta : Kompas Media Nusantara. Dwi, Y. Hubungan Antara Asupan Energi Asupan Protein.https://kangdil.files.wordpress. com/2013/06/yussie-dwi-b-mspmihubungan-antara-asupan-energiasupan-protein.pdf diakses 04 April 2015.
Kasjono, HS. Yasril, 2009. Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Agnes, A.M. 2013. Pangan Sehat Untuk Semua. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group. Notoadmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Rachmawati, L. 2009. Kontribusi Makanan di Sekolah dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor. Institut Pertanian Bogor.Skripsi. Safitri, S. 2011. Hubungan Status Gizi Remaja Putri dengan Usia Menarche di SMPN 2 Pekalongan Tahun 2011. Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi. Sugiarto, dkk. 2001. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Supariasa, I. D. N., Bakhyar, B. & Ibnu F. 2008. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sulistyaningsih, W. 2008. Full Day School & Optimalisasi Perkembangan Anak, Yogyakarta:Paradigma Indonesia. Zuliana, I. 2014. Penerapan Sistem Fullday School Membentuk Kualitas Akhlak Siswa di SD Islam Miftahul Huda Tulungagung. IAIN Tulungagung. Skripsi.