Komposisi Perifiton Pada Substrat Alami (Batu) di Sungai Salo Desa Salo Kecamatan Salo Kabupaten Kampar Composition of periphyton attached in the stone substrate in the Salo River, Salo Village, Salo Districts, Kampar Regency By : Indra R. Simangunsong 1), Madju Siagian
2)
, Asmika. H. Simarmata 2)
E-mail :
[email protected] Abstract Periphyton is a group of aquatic microorganism that grew in the surface of natural substrates such as rock, wood, plants and aquatic animals. A research aims to understand the periphyton composition in the Salo River was conducted in April to May 2015. Sampling were conducted in 3 stations, they were in the upstream (St1), midstream (St 2), downstream (St 3), 4 times, once/ week. Results shown that there were 42 periphyton species present and they are belonged to 4 classes, namely Bacillariophyceae (28 species), Cyanophyceae (6 species), Chlorophyceae (7 species) and Dynophyceae (1 species). The abundance of periphyton in the upstream, midstream and downstream Salo River is significantly different, there were upstream (630 cell/cm2), midstream (1,499 cell/cm2), and downstream (4,545 cell/cm2) respectively. Periphyton abundance in the Salo River in general was around 630 – 4,545 cells /cm2. Keywords : Salo River, Periphyton, Composition
1) Student of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University 2) Lecture of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University PENDAHULUAN
Kecamatan
Salo,
Kabupaten
Sungai Salo merupakan salah
Kampar. Sungai ini sering disebut
satu anak Sungai Kampar. Sungai
Sungai Hijau oleh masyarakat karena
Salo memiliki kedalaman berkisar
airnya yang jernih kehijau hijauan.
30-50 cm, lebar berkisar 4-13 m, dan
Hulu Sungai Salo berada di Desa
diperkirakan panjang sungai ±10 km.
Petai
Sungai Salo berada di Desa Salo
perkebunan karet, bagian tengah di
merupakan
kawasan
dekat Bukit Cadika dijadikan sebagai
Salo. Hipotesis untuk penelitian ini
tempat objek wisata, di bagian hilir
adalah “Ada perbedaan komposisi
dari Sungai Salo berada di dekat
perifiton antara hulu, tengah, dan
Batalyon Infantri 132 Kampar yang
hilir di Sungai Salo”.
digunakan
sebagai
penambangan
batu dan pasir.
METODOLOGI PENELITIAN
Perifiton adalah salah satu
Penelitian ini dilaksanakan
komunitas di sungai yang berperan
mulai bulan April-Mei 2015 di
sebagai produsen primer, penghasil
perairan Sungai Salo Kecamatan
oksigen, dan sumber bahan organik
Salo Kabupaten Kampar. Identifikasi
di sungai (Graham dan Wilvox,
sampel perifiton dilaksanakan di
2000). Selanjutnya disebut bahwa
Laboratorium Produktivitas Perairan
perifiton
dan
merupakan
sumber
pengukuran
kualitas
air
makanan penting bagi avertebrata
dilaksanakan di lapangan dan di
dan beberapa ikan (Newman dan
laboratorium. Bahan yang digunakan
McIntoch dalam Lestari, 2013).
untuk pengambilan sampel perifiton
Diduga aktivitas-aktivitas di daerah
aliran
sungai
adalah: Batu yang terdapat secara
akan
alami sebagai media menempelnya
yang
perifion, labu semprot, botol sampel,
perifiton.
sikat sebagai alat pengerik perifiton,
Penelitian tentang perifiton di Sungai
lugol untuk mengawetkan perifiton,
Salo ini belum pernah dilakukan,
dan delimeter untuk mengetahui
sehingga perlu dilakukan penelitian
luasan substrat batu. Bahan yang
tentang komposisi perifiton pada
digunakan untuk kualitas air yaitu
substrat alami di Sungai Salo desa
larutan MnSO4, larutan H2SO4 pekat,
Salo Kecamatan Salo.
larutan NaOH–KI, larutan thiosulfat
mempengaruhi
organisme
hidup
seperti
menetap
Penelitian ini bertujuan untuk
untuk mengukur oksigen terlarut,
mengetahui komposisi dan jenis
indikator phenoptalein dan larutan
perifiton di Sungai Salo. Manfaat
Na2CO3
dari penelitian ini diharapkan dapat
karbondioksida bebas. Pada saat
sebagai informasi mengenai jenis
pengukuran
kualitas
dan kelimpahan perifiton di Sungai
laboratorium
digunakan
untuk
mengukur
air
di
larutan
Amonium Molibdate dan larutan
buah, sebaliknya jika sedikit, maka
SnCl2 untuk analisis fosfat, larutan
jumlah batu yang akan diambil 25
brucine dan H2SO4 pekat untuk
batu dan jika bervariasi maka jumlah
analisis nitrat.
batu yang diambil 10 buah (Berkman
Peralatan yang digunakan di
dan Canova, 2007 dalam Simarmata,
lapangan antara lain thermometer
2015).
untuk mengukur suhu perairan, pH
penjepit agar tidak terkontaminasi,
indikator untuk mengukur derajat
batu yang diambil ditaruh dalam rak
keasaman perairan, botol BOD untuk
plastik, yang mana bagian atas
tempat air sampel oksigen terlarut,
menghadap ke atas (seperti posisi di
karbondioksida dari botol sampel
sungai),
untuk tempat sampel perifiton, dan
ditempatkan di atas permukaan batu
GPS. Alat yang digunakan pada saat
atau sedekat mungkin dengan bagian
pengukuran di laboratorium adalah
tengah batu, digunakan skapel untuk
spektrofotometer, vacum pump, filter
menandai lingkaran. Bagian batu
milipore dan erlenmeyer. Parameter
yang
kualitas air yang diukur antara lain :
dibersihkan
parameter fisika antara lain suhu,
selanjutnya, perifiton yang terdapat
kecerahan, parameter kimia yaitu
dalam lingkaran delimeter dikerik
derajat
oksigen
dengan sikat halus, disemprot dengan
terlarut (DO), karbondioksida (CO2),
akuades dan ditampung dalam botol
nitrat, dan fosfat.
sampel. Setelah itu dibilas sekali lagi
keasaman
(pH),
Pengambilan
sampel
dengan
Substrat
diambil
Delimeter
berada
dengan
atau
cincin
diluar
delimeter
terlebih
dahulu,
akuades
(digunakan
dilakukan di tiga stasiun yaitu stasiun
secukupnya),
1 di bagian hulu terdapat perkebunan
dimasukkan ke dalam botol sampel
karet, stasiun 2 di bagian tengah
lalu diawetkan dengan lugol 1%
terdapat kegiatan wisata, stasiun 3 di
sampai warna sampel menjadi seperti
bagian hilir terdapat pengerukan
teh pekat, kemudian botol sampel
pasir. Jumlah substrat yang diambil
dibungkus dengan plastik berwarna
berbeda setiap stasiun, jika perairan
hitam, dan dibawa ke laboratorium
ditutupi
untuk
banyak
perifiton,
maka
jumlah batu yang diambil cukup 5
selanjutnya
air
diidentifikasi.
sampel
Pengamatan
perifiton menggunakan mikroskop
Olympus CX 21 dan identifikasi
selanjutnya
diambil
kesimpulan.
perifiton merujuk pada Serediak dan
Unutk melihat apakah kelimpahan
Linh Huynh, (2006), Bigg dan Kilroy
perifiton di hulu, tengah, dan hilir
(2000); Yunfang (1995), Belcher dan
berbeda, dilakukan uji dua arah
Swale (1978), Presscott (1974).
anova menurut Sokal dan Rohlf
Perhitungan luas permukaan
(1995). Jika F hitung > F tabel maka
batu yang dikerik menurut Bigg dan
hipotesis diterima dan sebaliknya
Kilroy dalam Simarmata (2015)
jika F hitung ≤ F tabel maka
adalah sebagai berikut.
hipotesis ditolak.
Luasan = n πr2 Keterangan:n=Jumlah batu yang dikerik π= 3,14 r= Jari-jari delimeter
HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis
dan
kelimpahan
perifiton yang ditemukan di Sungai
Kelimpahan perifiton yang
Salo selama penelitian ada 42 jenis
ditemukan dihitung menurut rumus
perifiton yang terdiri dari 4 kelas
(APHA, 2012):
yaitu : Bacillarophyceae (28 jenis),
Keterangan : K = kelimpahan perifiton (sel/cm2) N = jumlah perifiton yang ditemukan At= luas cover glass (20×20) mm2 Vt= volume sampel perifiton Ac= luas lapangan pandang (cm2) As= luas substrat yang dikerik (cm2) Vs=volume sampel perifiton yang diamati Data yang diperoleh selama penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif sesuai dengan kondisi penelitian dan dibahas berdasarkan literatur yang ada dan dikaitkan dengan parameter kualitas air untuk
Cyanophyceae
(6
jenis),
Chlorophyceae
(7
jenis),
Dinophyceae satu jenis (Gambar 1).
5000
Kelimpahan sel/cm2
4500 4000 3500 3000
Bacillariophyceae
2500
Cyanophyceae
2000
Chlorophyceae
1500
Dinophyceae
1000 500 0 St 1
St 2
St 3
Stasiun
Gambar 1. Kelimpahan Perifiton yang Ditemukan Selama Penelitian di Sungai Salo Gambar 1 dapat dilihat bahwa
Bacillariophyceae di perairan sering
jenis yang paling banyak ditemukan
mendominasi. Jenis
yang paling
yaitu kelas Bacillariophyceae (28
sedikit
yaitu
jenis).
Dinophyceae (1 jenis) karena jenis
Hal
ini
karena
Bacillariophyceae
kelas mampu
dari
ditemukan
kelas
Dinophyceae
kelas
lebih
menyesuaikan diri terhadap arus
dominan terdapat di laut. Hal ini
yang lambat sampai yang kuat
sependapat dengan Nontji (2006)
dengan alat penempel pada substrat.
yang menyatakan kelas Dinophyceae
Hal ini sesuai dengan Welch 1980
adalah grup fitoplankton yang sangat
dalam
umum ditemukan di perairan laut.
Muharram
menambahkan
(2006)
bahwa
kelas
Total kelimpahan perifiton
merupakan
yang ditemukan pada substrat batu di
kelompok organisme yang mampu
Sungai Salo di Stasiun 3 lebih
menyesuaikan diri terhadap pengaruh
banyak dibandingkan Stasiun 2 dan
arus yang kuat sampai lambat dengan
lebih banyak dibandingkan Stasiun 1.
kekuatan alat penempel terhadap
Kelimpahan di stasiun 3 tinggi
substrat yang berupa tangkai gelatin.
karena ketersediaan unsur hara di
Selanjutnya Menurut Wetzel (2001)
Stasiun 3 lebih banyak dibanding
dalam Telaumbanua et al., (2013),
stasiun lain. Tingginya unsur hara di
keberadaan
Stasiun 3 ini karena stasiun ini
Bacillariophyceae
jenis
kelompok
terdapat pada bagian hilir sehingga
(0,10-0,25 m/dtk), dan sangat lambat
sumber nitrat dan fosfat berasal dari
(< 0,10 m/dtk). Selanjutnya menurut
berbagai aktivitas mulai dari hulu,
(Welch
dan
Lindel,
1992)
tengah, hingga ke hilir sungai yaitu
mengemukakan
bahwa
pada
aktivitas perkebunan karet di hulu,
kecepatan
arus
aktivitas pemandian di tengah, dan
komposisi
utama
pengerukan pasir di hilir sungai yang
perairan
mengalir dan berkumpul di Stasiun 3
kecepatan arus berkurang, komunitas
(hilir sungai). Hal ini dapat dilihat
perifiton didominasi oleh alga biru-
dari
hijau,
selanjutnya
konsentrasi unsur hara di Stasiun 3
bahwa
batas
yaitu nitrat (0.0555 mg/L) dan fosfat
penempelan alga adalah 50 cm/detik.
(0.0525 mg/L) (Lampiran 7) yang
Disamping itu Stasiun 3 terletak pada
tinggi dibanding stasiun lain. Sesuai
daerah yang terbuka sehingga cahaya
dengan pendapat Nybakken (1992)
matahari yang masuk ke dalam
dalam Simanjuntak (2013) bahwa
sungai tidak terhambat untuk proses
ketersediaan unsur hara dan cahaya
fotosintesis dan tembus ke dasar
yang cukup dapat digunakan oleh
perairan.
organisme alga untuk tumbuh dan
terlarut (DO) yang diperoleh selama
berkembang.
penelitian,
hasil
penelitian
Kecepatan
bahwa
arus
di
adalah
38
cm/detik,
perifiton diatom,
apabila
dikemukakan
arus
kritis
Berdasarkan
Stasiun
di
3
bagi
oksigen
memiliki
Stasiun 3 yang diperoleh selama
konsentrasi DO yang tinggi (9,98
penelitian
m/dtk.
mg/L) dibandingkan Stasiun 1 (6,89
Walaupun kecepatan arus di stasiun
mg/L) dan Stasiun 2 (7,64 mg/L).
3 lebih tinggi dibanding Stasiun 1
Konsentrasi DO tinggi disebabkan
dan Stasiun 2, kecepatan arus di
karena kelimpahan perifiton tinggi di
Stasiun 3 ini masih tergolong sedang.
Stasiun 3 sedangkan nilai DO rendah
Hal ini sesuai dengan pendapat
di Stasiun 1 karena kelimpahan
Whitton (1975) dalam Muharram
perifiton juga rendah. Selain itu, nilai
(2006), arus dibagi ke dalam 5
CO2 di Stasiun 3 lebih rendah
kategori yaitu arus yang sangat cepat
dibandingkan Stasiun 1 dan 2. Hal
> 1 m/dtk, cepat (0,50-1 m/dtk),
ini karena kelimpahan perifiton di
sedang (0,25-0,50 m/dtk), lambat
Stasiun
yaitu
0,38
3 tinggi
sehingga CO2
banyak
digunakan
proses
0,050 mg/L perairan yang mesotrofik
fotosintesis. Menurut Effendi (2003),
dan kandungan antara 0,051–0,100
kadar
mg/L
CO2
pengurangan
untuk
dapat
mengalami
karena
proses
adalah
perairan
eutrofik
(Wetzel, 1975 dalam Hidayat 2001).
fotosintesis yang ada di perairan
Konsentrasi
tersebut.
berkisar dari 0,0275-0,0555 mg/L
Kelimpahan terendah
di
perifiton
Stasiun
1
karena
dan
nitrat
konsentrasi
0,0375-0,0525
Sungai
Salo
fosfat
berkisar
mg/L.
jadi
ketersediaan unsur hara lebih sedikit
konsentrasi nitrat dan fosfat dalam
dan terbawa oleh arus ke hilir sungai.
penelitian ini dibandingkan dengan
Hal ini sesuai konsentrasi nitrat
pendapat di atas maka status trofik
(0,0275 mg/L) dan fosfat (0,0375
Sungai Salo adalah oligotrofik dan
mg/L) yang rendah dibanding stasiun
mesotrofik.
lain. Sedikitnya unsur hara di Stasiun
Hasil uji dua arah anova
1 karena aktivitas di Stasiun 1 hanya
menunjukkan F hitung (44.1545) > F
terdapat perkebunan karet sehingga
tabel (5.1432) (Lampiran 8) artinya
pupuk dan serasah masuk ke perairan
ada perbedaan nyata kelimpahan
yang disebabkan oleh hujan dan
perifiton pada substrat batu di hulu,
terbawa oleh arus ke arah hilir
tengah,
sungai.
Sehingga hipotesis penelitian ini Berdasarkan
konsentrasi
dan
hilir
Sungai
Salo.
diterima.
nitrat menurut Wetzel (1983) dalam Salwiyah (2010) bahwa perairan
KESIMPULAN DAN SARAN
ologotrofik memiliki kadar nitrat
Kesimpulan
antara 0,00-1,00 mg/L dan perairan
Komposisi
perifiton
mesotrofik memiliki kadar nitrat
berdasarkan jenis dan kelimpahannya
yang berkisar antara 1,00-5,00 mg/L
yang diperoleh selama penelitian
serta
memiliki
berjumlah 42 spesies yang terdiri
kadar nitrat 5-50 mg/L. Berdasarkan
dari 4 kelas yaitu Bacillariophyceae
konsentrasi fosfat antara 0,00-0,020
(28
mg/L
spesies), Chlorophyceae (7 spesies)
perairan
adalah
eutrofik
perairan
yang
oligotrofik, kandungan antara 0,021-
spesies),
Dynophyceae
Cyanophyceae
(1
(6
spesies).
Kelimpahan perifiton berkisar 630 sel/cm2-4545 sel/cm2. Berdasarkan jenis dan kelimpahan perifiton yang ditemukan selama penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi Sungai Salo masih baik dan kualitas perairan
masih
kehidupan
organisme
Kelimpahan
perifiton
mendukung akuatik. di
hulu,
tengah, dan hilir Sungai Salo berbeda nyata. Saran Perlu
dilakukan
penelitian
lanjutan tentang komposisi perifiton pada substrat alami lainnya seperti tumbuhan air. DAFTAR PUSTAKA APHA (American Public Health Association). 2012. Standart Methods For The Examination Of Water And Waste Water. 23st Ed American Public Health Association (APHA). USA Port City Press. Washington DC. Anonimus. 2009b. Dikutip dari http://idonkelor.blogspot.com /20 09/03/cyanophyceaealgabiru. html (Dikunjungi tanggal 06 Juli 2015 Pukul 23.05 WIB). Barus, I. T. A. 2001. Pengantar Limnology. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Jakarta. diterbitkan)
(Tidak
Graham, L.E Dan L.W. Wilcox. 2000. Algae. Prentice Hall, New York. Hatta, M. 2007. Hubungan Antara Produktivitas Primer Fitoplankton dengan Unsur Hara Pada Kedalaman Secchi di Perairan Waduk PLTA Koto Panjang, Riau. Tesis. IPB. (Tidak diterbitkan). Hidayat, Y. 2001. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Kandungan Unsur Hara N dan P Serta Struktur Komunitas Fitoplankton di Situ Tonjong, Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hal. (Tidak diterbitkan). Indrawati, I., Sunardi, I.. 2010. Perifiton Sebagai Indikator Biologi pada Pencemaran Limbah Domestik di Sungai Cikuda Sumedang. Prosiding Seminar Nasional Limnology V. Universitas Padjajaran. Bandung.(Tidak diterbitkan). Lestari, F. S. 2013. Biosorpsi Logam Pb II dan Ni(II) oleh Biomassa Perifiton pada Perairan Lotik. Sikripsi.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).
Muharram, 2006. Struktur Komunitas Perifiton dan Fitoplankton di Bagian Hulu Sungai Ciliwung, Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB Bogor. (Tidak diterbitkan).
Perairan Waduk PLTA Koto Panjang Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (Tidak diterbitkan).
Salwiyah, 2010. Kondisi Kualitas Air Sehubungan dengan Kesuburan Perairan Sekitar Pltu Nii Tanasa Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal. Universitas Haluoleo. Kendari. 18(2): 5257.
Telaumbanua, B. V., T. A. Barus, A. Suryanti. 2013. Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Naborsahan Sumatera Utara (Periphyton Primary Productivity in Naborsahan River North Sumatra). Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Simarmata, A.H. 2015. Penuntun Praktikum Produktivitas Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan). Simanjuntak, T. T. 2013. Jenis dan Kelimpahan Perifiton di
Welch, E. B. and Lindel. 1992. Ecological Effects of Wastewear-Applied Limnology and Pollutant Effects. E & Spon. London.