SITI NUR APRIYANI
TAKDIR CINTA KANAYA
Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com
TAKDIR CINTA KANAYA Oleh: Siti Nur Apriyani Copyright © 2015 by Siti Nur Apriyani
Penerbit Siti Nur Apriyani meldapipri.blogspot.com
[email protected]
Desain Sampul: Siti Nur Apriyani
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
THANKS TO Puji syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayahnya Saya dapat menyelesaikan novel ‘Takdir Cinta Kanaya’. Saya menyadari bahwa keberhasilan penulisan novel ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, saya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah iklas membantu dalam penyelesaian novel ini, semoga segala kebaikan dan pertolongannya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhir kata semoga novel ini dapat menghibur dan bermanfaat bagi para pembaca.
3
1 Tik...tok...tik...tok...tik...tok... Bunyi jam terdengar keras mengiringi detak jantungku. Keringat dingin membasahi kebaya putih yang telahku kenakan sejak satu jam yang lalu untuk menyambut calon suami yang belum pernah Aku kenal dan Aku temui sebelumnya. Perasaan takut dan ragu menyergap hatiku, bagaimana jika calon suamiku tidak sesuai dengan apa yang Aku bayangkan? Tua, gendut, botak? Oh tidak Naya! Ini cuma imajinasimu saja. Mana mungkin orangtuamu tega menjodohkan kamu dengan orang seperti itu. "Nay, rombongan keluarga doi dateng tuh" ucap sepupuku, Karla, sambil tertawa cengengesan. "Serius Lu?" tanyaku kaget sekaligus gugup. "Iya. Ayo turun dan pasang seyum paling manis hahaha" "Berisik Lu" kataku sambil bercermin memastikan semuanya rapi. Kebaya udah oke, make up juga udah oke. Apalagi yang kurang? "Udah cantik ko" puji Karla sambil menarik tanganku menjauhi cermin. "Lu udah liat doi? Gimana orangnya? Ga gendut dan tuakan?" tanyaku penasaran "Nanti juga Lu ketemu" ujarnya semakin membuatku dag dig dug penasaran
4
Perjalanan dari kamar menuju ruang keluarga terasa begitu menegangkan. Tangga demi tangga dilalui dengan perasaan berkecamuk. Huh...tenang Naya tenang, tarik nafas, hembuskan, tarik nafas, hembuskan. "Itu Kanaya" seru mamah sambil menunjuk ke arahku Aku tersenyum walaupun sedikit dipaksakan sambil memperhatikan orang-orang disekelilingku. Apakah ini nyata? Apakah Aku akan dilamar hari ini ? Oh my god Aku masih belum percaya semua ini. Baru minggu kemarin, Papah dan Mamah mengatakan perjodohan ini dan hari ini semuanya terasa seperti mimpi. "Nay" ucap Karla setengah berbisik. "Eh iya apa ?" kataku setelah tersadar dari lamunan singkat tadi. "Calon mertua Lu manggil" bisik Karla. "Sini Nak, duduk disini" kata perempuan paruh baya berkerudung coklat dengan gamis yang sewarna dengan kerudungnya sambil menunjuk tempat duduk kosong di sampingnya. "Iya tante" ucapku sambil menghampirinya. Duduk disamping calon ibu mertua membuatku gugup dan gelisah. Bagaimana kalau beliau ibu mertua yang jahat? Stop thinking about it Nay!. "Nay kenalin ini Tante Rosa, calon ibu mertua kamu" kata mamah memperkenalkan ibu yang tadi memanggilku.
5
"Salam kenal Tante Rosa" ucapku sesopan mungkin memberikan kesan yang baik. "Jangan panggil Tante, panggil ibu saja. Kamu akan jadi bagian dari keluarga ibu." ucap Ibu Rosa tulus, sangat jauh diluar dugaanku. "Sebentar lagi acaranya akan di mulai. Sebaiknya Naya masuk dulu ke kamar" kata Karla menghampiri Aku, Mamah dan Ibu Rosa. Deg…sebentar lagi Aku akan bertemu dengan calon suamiku. "Iya bawa Naya ke kamar tamu" ucap Mamah "Iya tante" kata Karla sambil menuntunku memasuki kamar tamu. Acara lamaran dimulai, diawali dengan pembukaan, sambutan dari kedua belah pihak dan acara puncak dimulai, acara yang membuat jantungku berdebardebar. "Silahkan masuk Sarah Kanaya Subroto" ucap Om Fahmi yang sedari tadi memandu jalannya acara lamaran ini. Karla membukakan pintu kamar dan mempersilahkan Aku untuk keluar. Tenang Naya tenang. Senyum termanis coba untuk Aku hadirkan tapi semuanya nihil, Aku masih gugup dan takut. Aku melihat orangorang disekitarku, yang manakah orang yang dijodohkan denganku? Apakah pria yang berdiri disamping Om Fahmi? Tapi dia cukup tua untukku, dia lebih cocok jadi Ayahku.
6
"Salam kenal Kanaya" ujar Pria yang berdiri disamping Om Fahmi sambil tersenyum "Iya Pak." ucapku tak bisa menyembunyikan wajah cemberutku. "Tenang Nay, beliau bukan calon kamu" kata Om Fahmi berbisik seakan bisa membaca wajah beteku. Apa? Dia bukan orangnya? Terus yang mana orangnya? "Perkenalkan Kanaya Saya Ayahnya Alfaro Abiyansyah, Rudi Abiyansyah" ucap pria yang berdiri di samping Om Fahmi. "Maaf Om Saya kira..." ucapku malu, untung acara ini hanya dihadiri oleh keluarga dari kedua belah pihak. "Iya tidak apa-apa. Al ada di belakang kamu" kata Om Rudi Belakang? Kenapa dia dibelakangku? Kuberanikan untuk menoleh ke belakang dan subhanallah dia salah satu ciptaan-Mu yang indah. Wajahnya putih dan bersih, hidungnya mancung dan alisnya tebal. Tubuhnya proporsional layaknya seorang atlit dan dia mengenakan baju panjang batik berwarna biru dan celana hitam panjang kain yang semakin membuatnya terlihat gagah. Aku memperkirakan usianya sekitar 30 tahun. "Hai Nay" ucapnya lembut "Ha…hai" ucapku gugup
7
"Karena kedua calon telah hadir, marilah kita saksikan acara tukar cincin antara Alfaro Abiansyah dengan Sarah Kanaya Subroto" Ujar Om Fahmi lantang Alfaro terlihat merogoh sesuatu dari saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak cincin. Dia mengambil satu cincin dan memasangkannya di jari manisku. "Semoga kamu jodohku" ujar Alfaro ketika selesai memasangkan cincin tersebut. "Aamiin" ucapku sambil mengambil cincin dari kotaknya dan memasangkannya pada jari manis Alfaro. Suara riuh tepuk tangan menyambut selesainya pemasangan cincin, tapi Aku masih merasa ini adalah mimpi. Aku menoleh sekilas ke arah Alfaro, apakah dia akan menjadi suamiku? Tapi kita berdua belum saling mengenal. Om Fahmi menutup acara lamaran ini dan memberikan kesempatan kepada para tamu undangan untuk menyicipi hidangan yang telah dipersiapkan. Dalam waktu sekejap, kedua keluarga besar ini saling membaur satu sama lain. "Kamu tidak makan?" tanyaku pada Alfaro setelah kita berdua duduk disalah satu sofa. "Aku sudah makan sebelum kesini" Jawabnya datar. "Oh, Al boleh Aku bertanya tentang perjodohan ini?" tanyaku mencoba mencairkan suasana diantara kami.
8
"Ya silahkan. Aku juga memiliki banyak pertanyaan untukmu" ucapnya sambil tersenyum, tapi Aku melihat senyum itu sedikit dipaksakan. "Kapan kamu mengetahui perjodohan ini?" ucapku bersemangat. "Aku mengetahui ini semua sebulan yang lalu. Perjodohan ini memang terkesan terburu-buru dan jujur Aku tidak menyukainya." ujarnya santai. Deg...Dia tidak menyukai perjodohan ini! lalu bagaimana hubungan ini kedepannya? Apa nantinya hanya aku saja yang berusaha mempertahankan hubungan ini? Stop Nay jangan berpikir begitu. "Al, kalau kamu tidak menyukai perjodohan ini lalu kenapa kamu menerimanya? Ini bukan perjodohan mainmain Al" kataku tegas, ada perasaan marah dibalik ucapanku. "Kamu tahu sendiri perjodohan ini karena perjanjian di antara kakek kita. Kondisi kakekku yang kritis dan kakekmu yang sudah meninggal mengharuskan perjanjian itu harus segera dilaksanakan dan Aku tidak punya pilihan lain. Aku tahu Nay kamu khawatir hubungan ini tidak akan berlangsung lama, tapi kamu harus tahu Aku bukan tipe orang yang tidak bertanggung jawab terhadap pilihan yang Aku ambil." ucapnya panjang lebar. "Syukurlah kalau begitu" "Kamu sendiri kenapa menerima perjodoha ini?"
9
"Aku sudah cape didesak Mamah untuk segera menikah. So, Aku terima perjodohan ini karena Aku percaya orangtua gak akan menjerumuskan anaknya. Kamu lebih beruntung karena setidaknya kamu di beritahu sebulan sebelumnya, sementara Aku baru seminggu yang lalu di beritahu" ujarku berterus terang. "Benarkah?" tanyanya tak percaya. "Ya. Salahku juga sih sebulan belakangan ini Aku terlalu sibuk sehingga harus pulang larut malam dan pergi ke luar kota sehingga tidak ada waktu untuk ngobrol santai membahas ini." "Kita harus lebih mengenal Nay" kata Alfaro sambil tersenyum "Tentu saja." "Emm...Aku harus pulang, sudah malam" ucap Alfaro sambil beranjak dari sofa. "Aku akan mengantar kamu ke gerbang" tawarku sopan "Terima kasih." Akhirya keluarga Alfaro dan keluarga besarku telah pulang hanya tersisa Papah, Mamah, Ka Ridwan, Aku, dan Bi Sumi. Kami berlima sibuk merapikan dan membersihkan sisa-sisa acara lamaran tadi. "Bagaimana Alfaro de?" tanya ka Ridwan penuh selidik. "Ga tahu. Aku baru mengenalnya tadi jadi belum tahu seperti apa dia" "Tapi gantengkan?"desak ka Ridwan. 10
"Ngga. Biasa aja" kataku bohong. "Ngaku aja de, muka kamu pas liat dia keliatan banget mupengnya hahaha" ledek Ka Ridwan puas. "Ngga. Udah ah jangan di bahas lagi Ka." ujarku setengah merengek. Emang keliatan banget ya mupengnya? "Nay, besok kamu dan Al pergi ke butik Tante Salsa ya untuk pengukuran baju pengantin dan setelah itu kalian ke percetakan untuk membuat kartu undangan." ucap Mamah mengingatkan jadwal tambahanku besok. "Iya Mah" Jawabku singkat "Nanti Al jemput kamu ke kantor saat jam makan siang" ucap Mamah lagi. "Apa? Dia emang tahu kantor Aku dimana?" "Tahu dong kan Mamah yang ngasih tahu hehehe." "Pantes" ujarku puas.
11