Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
SISTEM PENGAMBILKEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN POSISI IDEAL PEMAIN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROESS (AHP) Abdul Wahab1, Asep Kusnandar 2
1) SMPN 2 Salopa Jl. Sukajaya 1 No. 35 Cibabat Cimahi Barat Cimahi E-mail:
[email protected] 2) SMPN 18 Kota Tasikmalaya Perum Sukamenak Indah Blok G 5 Purbaratu Tasikmalaya E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Untuk menentukan posisi ideal seorang pemain sepak bola agar sesuai dengan karakter dan kriteria yang diharapkan, dibutuhkan insting pelatih yang cukup tajam dan sebuah sistem yang dapat membantu menyediakan pilihan sebagai sarana pendukung dalam pengambilan suatu keputusan. Biasanya, dalam melakukan proses penentuan pemain masih dilakukan secara manual yaitu dengan mengimplementasikan ke dalam bentuk sebuah file kertas berupa form penilaian karakter dan kriteria pemain saja. Selama ini, masih ada pelatih yang masih kurang tepat dalam menentukan posisi ideal pemain karena hanya mengandalkan insting dan ego para pemainnya sehingga masih ada pelatih yang belum mampu menilai pemain secara objektif. Dengan memanfaatkan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai metode dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dalam proses penentuan posisi ideal seorang pemain yang menggunakan beberapa kriteria (multikriteria) untuk memilih seorang pemain yang tepat. SPK ini membantu pelatih dalam membuat keputusan yang tepat dan AHP digunakan sebagai model untuk pembobotan multikriteria dalam proses seleksi. Dalam metode teknik pengumpulan data, studi literatur, observasi dan wawancara digunakan untuk masalah-masalah yang terkait. Selain itu, teknik dan model analisis data menggunakan metode aliran terstruktur dimana tools yang digunakan adalah Data Flows Diagram (DFD) dan Entity Relationship Diagram (ERD). Aplikasi ini dibangun dengan tools Borland Delphi (7.0) sebagai desain tampilan antarmuka dan MySQL sebagai media pengolahan basis data-nya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini diharapkan dapat membantu pelatih dalam proses pengambilan keputusan dan dapat merubah cara penilaian dari yang bersifat subjektif menjadi lebih objektif. Kata Kunci: Sepak Bola, Sistem Pendukung Keputusan, Analytical Hierarchy Process (AHP), Basis Data. I.
PENDAHULUAN Pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia sepak bola, terutama dalam proses penyeleksian pemain dan pemilihan penempatan posisi yang ideal agar sesuai
dengan karakter dan kriteria yang diharapkan itu dirasakan masih belum optimal karena masih belum mempunyai suatu sistem yang terkomputerisasi secara menyeluruh yang dapat menyajikan 11
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
informasi, yang mampu menyediakan pilihan bagi para pelatih sebagai sarana pendukung dalam pengambilan suatu keputusan. Pada kenyataannya selama ini, dalam proses penyeleksian pemain dan pemilihan penempatan posisi yang ideal tersebut masih dilakukan secara manual yakni dengan diimplementasikan dalam bentuk sebuah file kertas berupa form penilaian karakter dan kriteria pemain saja. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu tempat pelatihan sepak bola, ternyata seorang manajer atau pelatih masih merasa kesulitan dalam menentukan posisi yang ideal untuk para pemainnya karena kendala yang masih dialami biasanya dalam proses penyeleksian pemain, masih ada pelatih yang belum bisa menilai pemain secara objektif. Dimana, para pemain memang benarbenar dinilai dari kemampuan mereka sendiri bukan dari penilaian secara subjektif saja. Selain itu juga, pada umumnya proses pengambilan keputusan di dalam menentukan peran pemain masih mengandalkan insting pelatih dan ego para pemain itu saja. Sebagai contoh sederhana, pemain yang memang mempunyai skill dan kriteria yang cocok sebagai seorang penyerang (striker) tapi malah diposisikan sebagai seorang pemain belakang (defender) yang mempunyai kriteria dan karakter yang sangat berbeda sekali dengan seorang penyerang. Jika hal seperti itu terjadi, maka akan mengakibatkan
perbedaan visi antara pelatih dengan pemain yang pada akhirnya nanti bisa mengurangi kinerja dan performa tim. Agar pemilihan pemain bisa sesuai dengan kriteria yang diharapkan, perlu dilakukan proses penyeleksian pemain terlebih dahulu. Dimana, pelatih akan melakukan pengamatan secara langsung dengan melihat bagaimana teknik bermain setiap pemain, baik secara individu maupun kerjasama secara tim. Lalu, akan dilakukan penilaian dari pengamatan tersebut. Namun dikarenakan penilaian pemain yang masih manual tadi, maka pelatih membutuhkan waktu lebih dan kecermatan dalam proses untuk menentukan posisi ideal pemain itu sendiri. Dengan metode Analytical Hierarcy Process (AHP), pemecahan masalahdapat dilakukan dengan cara sistematis, karena strukturnya yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada subkriteria yang paling dalam. Selain itu juga, AHP memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Metode ini juga memperhitungkan daya tahan output analisis sensitifitas pengambilan keputusan. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka solusi yang diberikan yaitu dengan membangun sebuah aplikasi sistem pengambilan keputusan penempatan posisi ideal pemain sepak bola.
II. LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi didefinisikan oleh Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis (1983) sebagai berikut: “Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi
yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”. 12
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
2.2.2 Komponen Sistem Informasi Berikut ini merupakan komponen dalam sistem informasi: 1. Komponen Input Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi 2. Komponen Model Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan. 3. Komponen Output Output berupa informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem. 4. Komponen Teknologi Teknologi merupakan alat dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. 5. Komponen Basis Data Merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. 6. Komponen Kontrol Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk mencegah dan menanggulangi gangguan atau hal-hal yang dapat merusak sistem.
2.2.3 Sistem Pendukung Keputusan (SPK) 2.2.3.1 Pengertian SPK Definisi dari sistem pedukung keputusan adalah sistem yang menyediakan sarana bagi para manajer untuk mengembangkan informasi sesuai dengan keputusan yang akan dibuat. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semiterstruktur yang spesifik. Berikut ini adalah tahapantahapan dari SPK: a. Mendefinisikan masalah b. Pengumpulan data atau elemen informasi yang relevan c. Pengolahan data menjadi informasi baik dalam bentuk laporan grafik maupun d. tulisan. e. Menentukan alternatif-alternatif solusi (bisa dalam persentase). Tujuan dari SPK: 1. Membantu menyelesaikan masalah semi-terstruktur 2. Mendukung manajer dalam mengambil keputusan 3. Meningkatkan efektifitas bukan efisiensi pengambilan keputusan Dalam prosesnya, SPK dapat menggunakan bantuan dari sistem lain seperti Artificial Intelligence, Expert Systems, Fuzzy Logic, dll. 2.2.3.2 Manfaat dari Sistem Pendukung Keputusan Adapun manfaat dari SPK diantaranya adalah: 1. Pengambilan keputusan yang rasional, sesuai dengan jenis keputusan yang diperlukan. 2. Membuat peramalan (forecasting). 3. Membandingkan alternatif tindakan. 13
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
4. Membuat analisis dampak. 5. Membuat model.
AHP, ada permasalahan atau goal dengan beberapa level kriteria dan alternatif. Masing masing alternatif dalam satu kriteria memiliki skor. Skor diperoleh dari eigen vector matriks yang diperoleh dari perbandingan berpasangan dengan alternatif yang lain. Skor yang dimaksud ini adalah bobot masing-masing alternatif terhadap satu kriteria. Masing-masing kriteriapun memiliki bobot tertentu (didapat dengan cara yang sama).
2.2.3.3 Metode-metode dalam pendukung keputusan Ada banyak metode yang digunakan dalam pendukung keputusan sebagian diantaranya adalah senbagai berikut: 1. Fuzzy Logic Fuzzy Logic adalah cara yang tepat atau mudah untuk memetakan inputoutput didasari oleh konsep himpunan fuzzy. Diantara input dan output terdapat blackbox. Di dalam blackbox terdapat proses yang tidak diketahui, bisa didekati dengan pendekatan sistem linear, ekonometri, interpolasi, system pakar atau logika fuzzy, dll. 2. ANFIS Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) adalah penggabungan fuzzy inference system yang digambarkan dalam arsitektur jaringan syaraf. Sistem inferensi fuzzy yang digunakan adalah sistem inferensi fuzzy model Takagi- Sugeno Kang (TSK) orde satu dengan pertimbangan kesederhanaan dan kemudahan komputasi. ANFIS adalah jaringan neuralfuzzy yang terdiri atas 5 lapisan dan setiap lapis terdapat node. Terdapat dua macam node yaitu node adaptif (bersimbol kotak) artinya parameter bisa berubah dengan proses pembelajaran dan node tetap (bersimbol lingkaran). 3. Analytical Hierarcy Process (AHP) AHP diperkenalkan oleh DR. Thomas L. Saaty di awal tahun 1970. Pada saat itu, AHP digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan pada beberapa organisasi dan perusahaan. Pengambilan keputusan dilakukan secara bertahap dari tingkat terendah hingga puncak. Pada proses pengambilan keputusan dengan
2.2.4 Analytical Hierarcy Process (AHP) 2.2.4.1 AHP Secara Umum Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem (Saaty, 2001). Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. 2.2.4.2 Prinsip Dasar AHP Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relative dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan 14
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004).
menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas. 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut :
2.2.4.3 Prosedur AHP Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi: 1. Menyusun Hirarki dari Permasalahan Yang Dihadapi Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hirarki adalah dengan
Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Keterangan Kepentingan 1 3
Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainya
7
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainya
9
Satu elemen jelas mutlak penting daripada elemen lainya
2, 4, 6, 8
Nilai-nilai antara dua nilai yang berdekatan
3. Menentukan Prioritas Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut ini:
a. Menjumlahkan nilai-nilai setiap kolom pada matriks b. Lakukan normalisasi matriks dengan membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan. c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata. 4. Mengatur Konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak 15
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
Ket : CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index IR = Index Random 7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai rasio konsistensi adalah kurang dari 0.1, maka rasio dari konsistensi perhitungan tersebut dapat diterima. 8. Indeks Konsistensi (CI); matriks random dengan skala penilaian 9 (1 sampai 9) beserta kebalikannya sebagai Indeks Random (IR). Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika “judgment” numerik diambil secara acak dari skala 1/9, 1/8, ..., 1, 2, ..., 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda, sebagai berikut:
menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Mengalikan matriks dengan prioritas bersesuaian. b. Jumlahkan hasil perkalian setiap baris c. Hasil penjumlahan dari baris dibagi dengan elemen yang bersangkutan d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada dan hasil 5. Hitung indeks konsistensi atau Consistency Index (CI) dengan rumus: CI = ((λmaks – n) / n-1) Dimana n = banyaknya elemen 6. Hitung rasio konsistensi atau Consistency Ratio (CR) dengan rumus: CR = CI / IR
Tabel 2.2 Tabel Index Random Ukuran Matriks Nilai IR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0.2
0.2
0.58
0.9
1.12
1.24
1.32
1.41
1.45
1.49
1.51
1.48
1.56
1.57
1.5
9. Perhitungan untuk Menentukan Tujuan Setelah perhitungan CR sudah diterima atau berhasil maka perhitungan dilanjutkan untuk menentukan tujuan akhir, yaitu perhitungan sebagai berikut: Hasil1 = (Nilai Kriteria1*Prioritas Kriteria1) + (Nilai Kriteria2 * PrioritasKriteria2) + … sampai kriterian+Prioritas Kriteria-n Hasil2 = (Nilai Kriteria2*Prioritas Kriteria1) + (Nilai Kriteria2 * Prioritas Kriteria2) + … sampai kriteria-n Hasil-n = (Nilai Kriteria-n*Prioritas Kriteria1) + (Nilai Kriteria-n * Prioritas Kriteria2) + … sampai kriteria-n
Hasil akhir merupakan perbandingan dari hasil-hasil yang telah dihitung, dengan membandingkan semua hasil, maka didapat hasil tertinggi dan hasil ini merupakan keputusan hasil akhir yang dipilih. III. SISTEM ANALISA Analisis dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan dan hambatan yang terjadi serta kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. 16
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem dan sebelum tahap desain sistem. Tahap analisis sistem merupakan tahap yang kritis dan sangat penting karena kesalahan di tahap ini akan menyebabkan kesalahan di tahap selanjutnya.
3.1 Desain AHP Dalam penyelesaian dengan AHP terlebih dahulu dibuat struktur hirarki yang berhubungan dengan penentuan posisi ideal, struktur hirarki dapat di lihat di gambar berikut:
Posisi Main
Nilai Kriteria kemapuan
F
MF
Gk
Dominasi Kekiatan kaki
B
Kiri
Kanan
Kiri & Kanan
Gambar 3.1 Hirarki Proses IV. PERANCANGAN SISTEM 4.1 Kebutuhan Sistem Yang Akan Dirancang Perancangan sistem merupakan tahap mendapatkan ide atau gagasan guna memenuhi tujuan pengembangan sistem informasi sebagai persiapan untuk rancang bangun implementasi. Tahap pengembangan sistem akan menentukan dan menggambarkan bagaimana suatu sistem dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Rancangan sistem informasi yang disampaikan penyusun diharapkan dengan adanya perancangan sistem informasi ini dapat membantu menilai kemampuan pemain. Rancangan program yang akan dibuat oleh penyusun, antara lain:
1. Pendataan Pemain 2. Pendataan Kriteria Kemampuan 3. Pendataan Nilai Standar Kriteria Kemampuan 4. Pendataan Nilai Kriteria Kemampuan Pemain 5. Pencetakan Laporan 4.2
Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) merupakan alat bantu yang digunakan untuk mendeskripsikan sistem secara lengkap dan jelas, baik sistem yang sudah ada maupun sistem yang masih dalam rancangan. Dalam DFD ini diterangkan mengenai aliran data, proses informasi, hasil data dan sumber tujuan data yang dilakukan oleh sistem
17
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
4.3 Rancangan Data Flow Diagram (DFD) 4.3.1 Diagram Konteks
Gambar 4.1 Diagram Kontek 4.4 Rancangan Entity Relationship Diagram (ERD)
Gambar 4.2 Rancangan Entity Relationship Diagram (ERD) V.
IMPLEMENTASI Implementasi pada Hardware dan Software Adapun konfigurasi software dan hardware yang digunakan dalam implementasi program yang dilakukan adalah sebagai berikut :
terlaksananya program ini adalah sebagai berikut: 1. Processor Intel(R) Pentium(R) 4 CPU 1,60 GHz 2. RAM 256 MB 3. Harddisk 40 GB 5.2 Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam menyelesaikan program tersebut, diantaranya:
5.1 Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk mendukung 18
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
1. Sistem Operasi: Microsoft Windows XP Professional SP 2 2. Bahasa Pemrograman: Borland Delphi Enterprise Versi 7.0
3. Database: MYSQL Xamppliter
5.3 form yang di implementasikan 5.3.1 Tampilan Form Utama
Gambar 5.1 Form Utama 5.3.2
Form Hak Akses User
Gambar 5.3 Form Hak Akses User VI.
KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) maka penilaian kemampuan seorang pemain dalam tim sepak bola dapat diperoleh dengan cepat dan mendekati keakuratan.
2. Sistem ini adalah pendukung keputusan seorang pelatih dalam menempatkan posisi ideal pemain dalam sepak bola. 3. Pendataan yang menjadi lebih cepat juga pembuatan laporan menjadi lebih efisien karena dilakukan secara komputerisasi. 4. Pelatih dapat dengan mudah dalam mengelola satu atau lebih tim sepak bola.
19
Siatem Pengambilan Keputusan Untuk Mnentukan Posisi Ideal Pemain Sepak Bola Mengguakan Metode Analitical Hierarchy Prosess (AHP) (Abdul Wahab – Asep Kusnandar)
VII. DAFRAT PUSTAKA Definisi Sistem Pendukung Keputusan, http://republikbm.blogspot.com/2007/10/ definisi-sistem-pendukungkeputusan.html Diktat Kuliah Basis Data, STMIK-DCI Tasikmalaya, Tasikmalaya, 2010. Jogiyanto, (2005). Analisis Dan Desain, Yogyakarta: Andi. Mengenal Analytical Hierarcy Proces (AHP), http://republikbm.blogspot.com/2007/10/ mengenal-analytical-hierarcyprocess.html Modul Analisis Perancangan Sistem Informasi, STMIK-DCI Tasikmalaya, Tasikmalaya, 2010. Sudjarwo, Iwan dan Nurdin, Enur. (2005). Permainan Sepakbola, Diktat. Tasikmalaya: PJKR FKIP Universitas Siliwangi. Turban, Efraim., Aronson, Jay E., and Liang, Ting-Peng., “Decision Support System and Intelegent System (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas). 7th”, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005.
20