SISTEM PENENTUAN DAERAH RELOKASI PEMUKIMAN MASYARAKAT DI KOTA BANDA ACEH BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Rina Kemala Sari Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Gunadarma e-mail :
[email protected]
ABSTRAK: Pasca bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Nanggore Aceh Darussalam tahun 2004, mengakibatkan kehancuran infrastruktur dengan cakupan luas, baik terhadap pemukiman masyarakat serta infrastruktur publik dan sebagainya. Untuk itu diperlukan proses relokasi, pembangunan kembali perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Penulisan ini dilakukan untuk membuat alat bantu dalam menentukan daerah relokasi pemukiman masyarakat dalam proses sistem penunjang keputusan pemilihan lokasi alternatif relokasi. Memberikan analisa informasi geografis terhadap daerah tersebut baik fisik, karateristik dan lingkungan (enviroment) pasca tsunami. Dan yang terpenting aspirasi masyarakat yang tertimpa bencana terhadap daerah relokasi. Proses analisa ini digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi yang menjadi tahap penentuan daerah relokasi pemukiman. Sehingga dapat diperoleh daerah relokasi yang ditentukan sudah tepat dan sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat dan aspek geografis. Pada proses analisis geografis ini mengunakan Mapinfo Profesional dalam manipulasi data spatial sebagai sistem informasi geografis terhadap penentuan daerah/lokasi relokasi serta mengunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 Kata Kunci : Relokasi, Penentuan Daerah Geografis, Aspirasi Pemrograman Visual Basic 6.0, MapInfo Profesional
Masyarakat,
1. PENDAHULUAN Pasca Gempa dan Tsunami yang menghantam Propinsi Nangroe Aceh Darussalam, berakibat pada kehancuran infrastruktur dengan cukup luas. Setelah pasca bencana, rakyat Aceh dihadapkan pada masalah hancurnya tempat tinggal dan infrastruktur publik. Meskipun demikian, tantangannya sekarang adalah bagaimana menanggapi secara efektif kebutuhan dan harapan masyarakat yang terkena dampak bencana guna membantu mereka kembali mendapatkan kualitas hidup seperti sebelum bencana. Sehingga pemerintah memberikan sebuah sistem keputusan tentang relokasi atau pemukiman kembali para korban tsunami/gempa
1
ke daerah yang aman untuk tempat bermukim secara permanen, sehingga diharapkan mereka dapat menjalankan kehidupan seperti semula atau bahkan lebih baik. Dalam sistem keputusan relokasi ini diperlukan penerapan yang berbasis sistem komputer. Dengan dukungan aplikasi-aplikasi yang sangat berguna, maka perpaduan antara hardware, software dan brainware akan menghasilkan suatu solusi yang sangat efektif untuk menyelesaikan masalah bagi suatu perusahaan ataupun organisasi dalam memberikan dukungan sebuah keputusan. Aplikasi-aplikasi ini memiliki berbagai macam model, salah satu contohnya yang berbasis sistem informasi geografis (SIG). Dengan teknologi SIG dapat menggabungkan database operation, seperti query dan analisis statistik dengan peta. Saat ini SIG dijadikan sebagai tool yang digunakan untuk pemetaan dan analisa terhadap banyak aktivitas di atas permukan bumi. Proses pemetaan wilayah memegang peranan penting dalam perkembangan dan distribusi informasi mengenai wilayah tersebut. Seperti informasi tentang letak/jarak, geologi, lingkungan dan sebagainya dari suatu wilayah. Dalam hal ini penulis membatasi masalah untuk sistem pendukung keputusan ini hanya didasarkan pada studi kasus di daerah Banda Aceh khususnya dan propinsi NAD umumnya dalam hal penentuan relokasi pemukiman masyarakat yang tertimpa bencana. Basis data yang digunakan diperoleh dari basisdata yang dimiliki oleh bagian IT BRR Nias-NAD. Penulis hanya membahas berdasarkan data yang telah didapat berupa aspirasi masyarakat serta peta geografis daerah dengan tampilan grafik dan peta dapat diketahui mayoritas aspirasi masyarakat tentang pemukiman yang cocok. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk menghasilkan prototype alat bantu untuk menentukan daerah relokasi pemukiman masyarakat dalam proses sistem penunjang keputusan pemilihan lokasi alternatif relokasi. Memberikan analisa informasi geografis terhadap daerah tersebut baik fisik, karateristik dan lingkungan (enviroment) setelah pasca tsunami. Dan yang terpenting aspirasi masyarakat yang tertimpa bencana terhadap daerah relokasi. Pada proses analisa ini untuk mendapatkan informasi yang digunakan menjadi tahap penentuan daerah relokasi pemukiman. Sehingga dapat diperoleh daerah relokasi yang ditentukan sudah tepat dan sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGENALAN RELOKASI Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia di terjemahkan Relokasi adalah membangun kembali perumahan, harta kekayaan, termasuk tanah produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya obyek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan pembangunan relokasi .
2
Rencana pemukiman kembali dengan jadwal kegiatan dan anggaran wajib bagi setiap proyek yang dampak pemukiman kembali. Dan konsep-konsep pokok perencanaan yang harus diperhatikan bila menyusun rencana pemukiman sebagai berikut: • Kerangka kebijaksanaan atau peraturan yang menyangkutnya apakah telah tersedia atau diperlukan hal tersebut. • Mendefinisikan bantuan/hak yang layak diterima orang terkena dampak berdasarkan jenis kerugian yang di alami orang terkena dampak dan kelayakan • Perencanaan gender yang dimana melibatkan kepentingna pihak dari perempuan sebagai bahan pertimbangan • Persiapan sosial terhadap kepentingan penduduk yang terpenuhi • Anggaran yang mana dalam pembiayaan lahan dan pemukiman kembali • Batasan waktu dalam pengadaaan lahan dan pemukiman kembali sesuai dengan jadwal pembangunan yang ditetapkan dan evaluasinya 2.2 PILIHAN TEMPAT RELOKASI Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan relokasi, karena sangat menentukan hal-hal berikut, kemudahan menuju ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang dahulu (tempatnya yang lama) dari segi karateristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan matapencaharian berhasil. Jadi pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari studi kelayakan.. Pemilihan lokasi harus memperhitungkan dampak terhadap masyarakat setempat. Permasalahan seperti kualitas lahan,daya tampung lokasi, kekayaan milik umum, sumber daya, prasarana sosial dan komposisi penduduk (stratifikasi social, suku bangsa, jenis kelamin, etnik minoritas) perlu dipertimbangkan selama studi kelayakan seperti hal dibawah ini dalam table: Tabel 2.1 Empat Tahap Pemilihan Lokasi Empat Tahap Pemilihan Lokasi 1. Pemilihan lokasi dan alternatif
2. Studi Kelayakan
Memilih lokasi yang baik adalah unsur yang paling penting. Mulai dengan pilihan-pilihan alternatif, yang melibatkan pemukiman kembali yang potensial dan penduduk setempat dalam proses tersebut. Melakukan studi kelayakan lokasi alternatif
3
dan mempertimbangkan potensi kawasan dari segi persamaan ekologi, harga lahan, dan peluang ekonomi lainnya untuk mata pencarian masyarakat setempat
3. Susunan dan Rancangan
4. Pembangunan Lokasi Pemukiman Kembali
Susunan dan rancangan kawasan relokasi harus sesuai dengan spesifikasi dan kebiasaan budaya. Mengidentifikasi lokasi sekarang terhadap berbagai prasarana fisik dan sosial di masyarakat yang terkena dampak yaitu bagaimana anggota keluarga, kerabat, terkait satu sama lain dikawasan sekarang, serta berapa sering dan siapa (jenis kelamin/umur) yang menggunakan berbagai sarana dan prasarana sosial. Penting memahami pola pemukiman dan rancangan yang ada supaya dapat menaksir kebutuhan di kawasan pemukiman yang baru. Masukan masyarakat harus menjadi bagian integral proses rancangan. Luas lahan untuk pembangunan rumah harus berdasarkan tempat tinggal sebelumnya dan kebutuhan di kawasan baru. Pemukim kembali harus diijinkan membangun rumah mereka sendiri dari pada diberikan rumah yang sudah disediakan. Seluruh sarana dan prasarana fisik dan sosial harus sudah siap sebelum pemukim diminta untuk pindah ke lokasi. Pihak yang terkait dan perkumpulan masyarakat harus diajak bermusyawarah dalam pembangunan lokasi pemukiman kembali.
2.3 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Definisi SIG selalu berubah karena SIG merupakan bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif masih baru. Dari akronim di atas dapat memperoleh beberapa definisi dari SIG yakni : • Sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintergrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karateristik-karateristik fenomena yang ditemukan di suatu lokasi. • SIG/GIS adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa , mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi.
4
•
SIG merupakan kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang memungkinkan untuk mengelola, memetakan informasi spasial berikut data atributnya dengan akurasi kartografi. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini di imlementasikan dengan pernagkat keras dan perangkat lunak komputer 2.4 MAPINFO PROFESIONAL Mapinfo profesional dikembangkan oleh MapInfo Corp sejak tahun 1986. produk awal MapInfo Corp ditujukan untuk komputer dekstop atau PC dengan DOS sebagai sistem operasinya. Oleh karenanya, produk MapInfo tersebar keseluruh dunia bersama dengan penyebaran PC dan sistem operasinya. MapInfo diminati oleh pengguna GIS (Geographic Information System) karena mempunyai karakteristik yang menarik, seperti mudah digunakan, harga yang relatif murah, tampilan yang interaktif dan menarik, user friendly, dan dapat di costumized menggunakan bahasa skrip yang dimiliki. 3. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Fungsionalitas dari sistem ini dilakukan dengan tiga bagian proses sistem yakni masukan (input), proses (process) dan keluaran (output). Pada masukan (input) dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data yang diperlukan sebagai masukan pada sistem yang terdiri data masyarakat, data aspirasi masyarakat dan data spasial (peta) yang berhubungan dengan penentuan daerah relokasi serta parameter (fisik, karateristik, zonasi dan lingkungan daerah) yang ada didalamnya. Setelah dilakukan input data selanjutnya dilakukan proses terhadap data-data tersebut baik berupa pengelompokan data opini masyarakat serta analisis overlay data spasial terhadap lokasi alternatif relokasi serta penilaiannya parameter lokasi dengan aspek sosial ekonomi, lingkungan-lokasi, dan psikologi masyarakat sehingga diperoleh keluaran (output) dari data berupa informasi yang berupa tampilan serta statistik grafik mengenai lokasi yang tepat untuk relokasi di tinjau berbagai aspek yang ada. 3.1 TAHAP PERANCANGAN UMUM Sistem ini mempunyai empat tahap utama dalam proses pembuatannya. Tahap pertama adalah tahap perancangan sistem. Pada tahap ini penulis melakukan inventarisasi terhadap elemen sistem apa saja yang akan dimasukkan dalam program ini. Tahapan ini memberikan gambaran kasar sistem. Tahap yang kedua adalah tahap perancangan basis data. Pada tahap ini dilakukan perancangan antarmuka basis data. Pada tahap perancangan basis data ini menampilkan database, tabel .
5
Tahap yang ketiga adalah tahap perancangan antarmuka. Pada tahap ini dilakukan perancangan antarmuka grafis. Pada tahap perancangan antarmuka ini dilibatkan penggunaan bahasa pemrograman Visual Basic. Tahap ketiga adalah tahap pengkodean sistem. Pada tahap ini, semua elemen yang berada pada daftar kebutuhan yang ada pada tahap pertama dimasukkan secara kode kedalam program. Semua fungsi pendukung sistem dan antarmuka grafis mengalami pengintegrasian ke dalam sebuah rangkaian kode program yang utuh. 3.2 TAHAP PERANCANGAN SISTEM Dalam perancangan sistem ini memberikan sebuah alur sistem penunjang keputusan berupa Context Diagram (CD), Data Flow of Diagram (DFD) dan Flowchart Program Sistem. Dibawah ini Context diagram dari sistem penunjang keputusan penentuan daerah relokasi pemukiman yang merupakan proses alur dari sistem ini. Pelaksana Tempat Relokasi
BRR
Memberikan Data
PEMUKIMAN Usulan Daerah RelokaSI
Lap..Hasil Daerah Relokasi
SISTEM PENENTUAN DAERAH RELOKASI
Gambar 3.2 Context Diagram Sistem PEMERINTAH
3.3 TAHAP PERANCANGAN BASIS DATA Dalam sistem penunjang keputusan penentuan daerah relokasi pemukiman ini menggunakan perangkat lunak database MySQL 3.23. dengan ODBC (Open Database Connetivity) MySQL ODBC 3.51 serta menggunakan database yang ada di perangkat lunak MapInfo Profesional. 3.4 TAHAP PERANCANGAN ANTAR MUKA Dalam pembuatan program, penulis membuat perancangan antar-muka yang terdiri dari beberapa form, pembagian kedalam beberapa form ini dimaksudkan untuk mempermudah para pemakai dalam penggunaannya, sehingga pemakai tidak mengalami kesulitan dan kerancuan dalam proses Sistem Penentuan Daerah Relokasi Pemukiman.Dalam program ini terbagi ke dalam beberapa form, yaitu : form splash, form login, form Main, form Responden, form Faktor Aspirasi, form Peta.
6
3.5 ALGORITMA SISTEM Algoritma yang digunakan dalam program ini adalah proses analisis berupa grafik dengan berbagai multicriteria terhadap daerah yang di tentukan oleh pemerintah setempat. Dalam hal ini daerah yang di jadikan studi kasus adalah kota banda aceh dengan 3 lokasi alternatif. Pada program ini terdapat data responden atau masyarakat dalam mengenai hal pemukiman serta aspirasi atau opini sebagai parameter keinginan masyarakat dalam relokasi pemukiman. Sehingga di peroleh hal yang paling dominan pada aspirasi masyarakat yang terbagi dengan berbagai faktor-faktor dan kelompok masyarakat. Dalam aspek geografis daerah relokasi yang telah ditentukan, penulis melakukan analisis dengan berbagai aspek-aspek geografi tersebut yang terdiri aspek fisik kota banda aceh dengan indikator struktur geologi, bentang alam dan kerusakan pasca bencana. Selanjutnya aspek karakteristik fisik kota banda, aspek zonasi fisik kota banda aceh dan yang terakhir aspek lingkungan dengan indikator logam berat, air sumur dan amoniak. Dari aspek-aspek diatas dapat diketahui apakah titik atau lokasi yang telah ditentukan buat relokasi uda benar dengan mengunakan analisis di atas. Kemudian ada penilaian terhadap lokasi tersebut dengan berbagai kriteria (multicriteria). Penilaian tersebut pada aspek relokasi dimana interval penilaian dengan point dari 0-9.Pada penilaian ini dengan menggunakan kriteria dengan berbagai faktorfaktor baik sosial ekonomi, lingkungan fisik lokasi dan psikologi. Dari faktor-faktor tersebut dicari nilai rata-rata dari masing-masing faktornya terhadap pilihan lokasi yang ada. Sehingga dapat di analisis lokasi mana yang tepat di bangun relokasi pemukiman. Point 0-1 2-3 4-5 6-7 8-9
Keterangan Jelek Cukup Cukup Bagus Bagus Sangat Bagus
Nilai point di atas digunakan pada proses penilaian daerah relokasi dengan berbagai kriteria (multiplecriteria). Dan nilai point tersebut sebagai sebuah rangking (peringkat) akan kondisi/keadaaan suatu lokasi alternatif yang di berikan dengan berbagai faktor atau aspek seperti : • Faktor Sosial Ekonomi • Faktor Lingkungan Lokasi • Faktor psikologi masyarakat
7
Aspek-aspek tersebut merupakan aspirasi dari masyarakat yang ada. Nilai point tersebut merupakan nilai rata- rata (average) dari perhitungan pada masing-masing aspek tersebut di atas dengan lokasi alternatif yang diberikan. Nilai rata- rata ini menggunakan rumus sebagai berikut : Point (hasil ) = ∑xa ∑x Keterangan : Point (hasil) : Nilai rata-rata ∑ xa : Nilai total item pada aspek ∑x : Nilai jumlah item pada aspek Dan pada masing-masing aspek di atas terdiri dengan berbagai elemen atau item yang masuk ke dalam kategori aspek tersebut, seperti matapencaharian merupakan item pada aspek atau faktor sosial ekonomi pada lokasi alternatif tersebut dan seterusnya. 4 UJI COBA DAN ANALISA 4.1 UJI COBA Ujicoba dilakukan dengan analisa faktor-faktor aspirasi masyarakat dan analisa geografis. Aspirasi masyarakat Pada form responden ada lima kategori responden yang menyediakan data dan informasi. Kelompok tersebut adalah: pengungsi yang tinggal di kamp pengungsian atau di tempat umum, pengungsi yang menumpang ditempat kerabat, masyarakat lokal, tokoh masyarakat dan pengungsi yang sudah kembali. Dari 290 responden di Banda Aceh, 65% berjenis kelamin laki-laki dan 35% perempuan. Pengungsi yang menumpang di rumah kerabatnya diwakili oleh 34%, sementara pengungsi yang tinggal di kamp pengungsian/tempat umum oleh 23%. Pengungsi yang telah pulang/kembali 11%. Masyarakat lokal dan tokoh masyarakat masingmasing 16%. Mayoritas responden tergolong dalam kelompok usia 19-45 tahun. Pekerjaan responden sebelum bencana kebanyakan sebagai pedagang (21%) dan karyawan swasta (10%). Kelompok responden juga mencakup ibu rumah tangga, PNS, wiraswasta masing-masing (12%) dan nelayan (4%).
8
Gambar 4.1 Tampilan Form Responden Form faktor aspirasi masyarakat bertujuan mengelompokan aspirasi responden berdasarkan dari studi lapangan dengan mengangkat isu pemukiman setelah mereka tertimpa bencana. Pengelompokannya dengan berbagai faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan dalam hal penentuan pemukiman masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kembali ke daerah asal, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk pindah ke penampungan sementara, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk tinggal di lokasi permanen, lokasi pemukiman sementara atau permanen yang diinginkan, jenis bantuan, aktivitas spontan ynag dilakukan untuk memenuhi kebutuhan temppat tingal dan teknik relokasi yang diinginkan merupakan jenis faktor-faktor aspirasi masyarakat. Dari tiap-tiap faktor tersebut ada beberapa aspirasi masyarakat (kebutuhan dan aspirasi para pengungsi) yang dipersentasekan berdasarkan jenis kelompok responden. Lalu dibuat kesimpulan kebutuhan dan aspirasi apa saja yang mayoritas dibutuhkan masyarakat
Gambar 4.2 Tampilan Form Aspirasi Masyarakat Keputusan Untuk Tinggal di Lokasi Permanen 9
Gambar 4.3 Tampilan Kesimpulan Form Aspirasi Masyarakat Keputusan Untuk Tinggal di Lokasi Permanen Geografis Analisa geografis terbagi atas analisis fisik kota, zonasi kota, karakteristik dan lingkungan. Pada analisis fisik kota terdapat 3 faktor yaitu aspek geologi, kontur bentang alam dan tingkat kerusakan kota pasca tsunami. Pada aspek geologi menjelaskan tentang patahan yang terdapat di kota Banda Aceh. Yaitu adanya Patahan Darul Salam dan Darul Imarah. Daerah patahan adalah daerah yang berada di zona sesar dimana terjadi pergeseran terus menerus, yang akan mengakibatkan gempa, sehingga daerah ini tidak layak untuk dikembangkan menjadi kawasan permukiman. Zonasi menjelaskan jenis-jenis kawasan yang ada di kota Banda Aceh seperti dibawah ini: 1 Kawasan Aquatic merupakan daerah tambak,hutan bakau, rekreasi pantai,dan kawasan lindung pantai, kepadatan bangunan sangat rendah didukung bangunan tahan gempa/ bangunan tradisional (panggung) 2 Kawasan terbangun kepadatan rendah, didukung bangunan tahan gempa dan sistem drainase yang handal.Tidak disarankan untuk kegiatan komersial atau kegiatan sosial lainnya.Perumahan masih dimungkinkan 3 Kawasan terbangun kepadatan sedang, dgn bangunan tahan gempa dan sistem drainase yang handal. Kawasan komersial dimungkinkan dikembangkan secara terbatas, nilai-nilai heritage disarankan untuk dipertahankan 4 Kawasan terbangun kepadatan tinggi, tinggi,dgn bangunan tahan gempa, fungsifungsi semula didorong untuk dikembangkan,dengan insentif keringanan pajak,pengendalian harga tanah, serta kelengkapan dan kehandalan infrastruktur Karakteristik fisik kota pasca tsunami terbagi atas 4, dijelaskan di bawah ini:
10
1. Daerah genangan relatif permanen,drainase sulit,tanah tidak padat,air tanah dangkal 0-10m,payau, 10-30 m baik, >30 m payau,rawan terjangan tsunami 2. Daerah rawan genangan, drainase sulit, tanah sebagian tidak kompak/padat, air tanah sebagian payau, masih terjangkau tsunami 3. Beberapa lokasi rawan genangan, drainase cukup, tanah relatif kompak, air tanah relatif baik, masih terpengaruh tsunami 4. Daerah relatif mantap, drainase baik,tanah relatif kompak, air tanah relatif baik, tidak terpengaruh tsunami (dengan tinggi gelombang <10 m)
Gambar 4.4 Tampilan Analisa Lokasi Alternatif pada Zonasi Fisik Kota dan karakteristik Setelah terjadinya bencana tsunami, diperkirakan pencemaran air permukaan dan air tanah dapat terjadi karena beberapa hal sebagai berikut: - Terlepasnya material limbah dari tangki penimbunan bahan-bahan yang bersifat limbah berbahaya dan beracun (B3). - Kontaminasi dari jenazah manusia dan bangkai hewan di badan air, serta aliran air hujan yang terkontaminasi jenazah manusia dan bangkai hewan. - Kontaminasi air laut ke dalam air tanah - Genangan sisa air tsunami - Kontaminasi mikroorganisme pathogen dan infeksius dalam air tanah dan air sumur
11
4.2 Hasil Uji Coba Dalam menguji program yang telah dibuat ini, penulis menggunakan sejumlah data-data pada program ini dalam memberi informasi pada proses menunjang keputusan dalam penentuan daerah relokasi pemukiman masyarakat. Dan penulis juga melakukan uji coba program ini langsung kepada pengguna dengan memberi Questioner User Acceptance Test terlampir yang mana 40 orang pengguna dijadikan sebagai responden. Berdasarkan uji coba pada form aspirasi masyarakat tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan mengenai kebutuhan dan aspirasi para pengungsi mengenai tempat tinggal. Responden di Banda Aceh menyebutkan alasan utama para pengungsi ingin kembali kedesa asalnya adalah harapannya menekuni kembali mata pencahariannya semula, lalu para pengungsi ingin memulai kembali kehidupan normalnya yang bermatabat, dan yang lainnya karena khawatir kehilangan tanah milik mereka yang ditinggalkan. Responden mengklaim mereka akan mempertimbangkan ketersediaan layanan dasar dan peluang untuk mendapat bantuan terus menerus sebelum pindah ke permukiman sementara. Untuk relokasi permanen, mereka menyatakan lokasi permukiman sebaiknya dilengkapi dengan dengan layanan dasar. Responden mengatakan keutuhan masyarakat adalah penting sehingga para pengungsi sebaiknya dipindahkan bersama-sama dengan tetangga sebelum bencana. Faktor ekonomi dan psikologi menjadi pertimbangan para pengungsi berdasarkan kecenderungan pilihan yang diberikan responden. Di bawah ini pembagian faktor sosial-ekonomi berdasarkan mayoritas persentase dari aspirasi pemukiman masyarkat. Pada form geografis seperti fisik, zonasi, karakteristik dan lingkungan kota maka daearah reokasi yang tepat yaitu pada bentang alam memiliki kontur ketingginan 550 M dengan dataran bergelombang dan dataran landai. Selanjutnya dalam tingkat kerusakan tidak terlalu rusak dan berada pada kawasan perkotaan dan lokasi tersebut jauh dari dua jalur patahan yang dilewati yaitu patahan Darul Salam dan Darul Imarah. Berada di zona 3 dan 4, dimana zona 3 terbangun kepadatan sedang dengan radius dari pantai 1500m, beberapa lokasi rawan genangan,drainase cukup, tanah relatif kompak, air tanah relatif baik, meskipu masih terpengaruh tsunami tapi sudah dapat ditempati/dibangun lagi. Sedangkan zona 4 merupakan zona yang paling tepat karena terbangun kepadatan tinggi dengan radius dari pantai 2000m, daerah relatif mantap, drainase baik,tanah relatif kompak, airtanah relatif baik, tidak terpengaruh tsunami (dgn tinggi gelombang <10 m). Pada aspek lingkungan yaitu lingkungan yang berada jauh dari pencemaran zat-zat kimiawi akibat pencemaran limbah padat terjadi sebagai akibat dari limbah puing-puing bangunan, limbah benda-benda dan bahan milik masyarakat, material laut, bangkai hewan dan lumpur tsunami. Pada hasil diatas dapat disimpulkan berdasarakan analisa geografis terhadap lokasi alternatif relokasi bahwa lokasi relokasi yang tepat dan aman adalah Lokasi A dan Lokasi B. Selanjutnya pada gambar 4.5 merupakan proses penilaian terhadap lokasi alternatif relokasi dengan berbagai kriteria yang ada. Kriteria ini merupakan aspirasi masyarakat dalam lokasi alternatif relokasi dengan memberi point 0 – 9
12
sebagai tingkat hasil penilaian terhadap lokasi alternatif tersebut dan pada tampilan rekomendasi memberi ketentuan dalam proses membangun relokasi pemukiman lama atau relokasi pemukiman baru dengan mengikuti kaidah-kaidah yang di rekomendasikan. Setelah proses hasil analisa seperti yang di perlihatkan gambar dan tabel diatas, maka di lakukan proses penilaian pada masing-masing lokasi alternatif relokasi seperti yang terlihat pada gambar 4.5. Dalam proses penilaian relokasi memiliki beberapa faktor-faktor atau kriteria yang mempengaruhinya antara lain: sosial ekonomi, lingkungan-lokasi, dan psikologi masyarakat. Seperti terlihat pada gambar 4.5 dibawah ini:
Gambar 4.5 Tampilan Penilaian Aspek Relokasi pada Lokasi Alternatif Selanjutnya dari proses ini, maka diperlihatkan hasil dari penilaian ini dengan perhitungan dan kondisi dari nilai point sehingga diperoleh keluaran seperti gambar 4.6 dibawah ini :
Gambar 4.6 Tampilan Hasil Penilaian Aspek Relokasi pada Lokasi Alternatif Mengenai daerah rekomendasi dan BRR, berdasarkan hal-hal tersebut yaitu berdasarkan aspirasi masyarakat dan geografis maka tiga daerah relokasi (A, B, dan C) yang tepat untuk dijadikan daerah relokasi yaitu daerah A dan B untuk lokasi BRR
13
dan lokasi 1, 2 dan 3 untuk lokasi rekomendasi. Lokasi-lokasi yang tepat tersebut berada di zona 3 dan 4. Dan dapat dipersentase data yang sesuai dengan program ini mengenai luas daerah relokasi yakni sekisar 76,47 %, sedangkan data luas daerah relokasi yang tidak sesuai dengan program ini sekisar 23,53%.
Gambar 4.7 Tampilan Lokasi BRR-Rekomendasi 5. KESIMPULAN Menghasilkan prototype alat bantu untuk menentukan daerah relokasi pemukiman masyarakat dalam proses sistem penunjang keputusan untuk memperoleh daerah relokasi yang tepat dan sesuai untuk pemukiman bagi masyarakat. Dengan menganalisa berbagai faktor-faktor yang menjadi aspirasi masyarakat terhadap daerah relokasi serta analisa informasi geografis terhadap daerah tersebut baik fisik, karateristik dan lingkungan (enviroment) setelah pasca tsunami.
DAFTAR PUSTAKA [1] Denny Charter, Irma Agtrisari, Desain dan Aplikasi GIS, PT Elex Media Komputindo , Jakarta, 2003. [2] F. Davidson et al. Relocation and Resettlement Manual: A Guide to Managing and Planning Relocation.IHUD Rotterdam. (The Netherlands), 1993 [3] Laporan Survei, Kebutuhan Pemukiman Dan Mata Pencaharian Dari Masyarakat yang Tertimpa Bencana Alam di NAD, Banda Aceh, 2005. [4] Http://www.e-aceh-nias.org/index.php?id=sectoral&ref=
14