SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERSETUJUAN PENERIMAAN PINJAMAN DI PD. BPR BKK LASEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES
NASKAH PUBLIKASI
diajukan oleh Ahmad Zahid 09.11.2984
kepada SEKOLAH TINGGI MAJAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2013
DECISION SUPPORT SYSTEM ACCEPTANCE LOAN AGREEMENT IN PD. BPR BKK LASEM USING BAYESIAN METHODS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERSETUJUAN PENERIMAAN PINJAMAN DI PD. BPR BKK LASEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BAYES Ahmad Zahid Kusrini Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRACT This decision support system to help determine whether or not a customer has the right to apply for a loan in PD. BPR BKK Lasem using bayes methods. Use bayes methods utilizing the weight of each category are obtained based on the number of indicators used. The indicators outlined in question in accordance with the predefined categories. Obtained from the weight of each category and the probability of the obtained threshold value category. Probability and threshold values each category can be changed at any time according to the indicators used. After calculating the results that have been the maximum value. It is useful to facilitate decision-making related to the problem of determining the loan eligibility in PD. BPR BKK Lasem, so that the customer will be entitled to get the loan and are not entitled to get the loan. Keywords : Decision Support System, Loan, PD. BPR BKK Lasem, Bayes Methods
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi komputer, informasi sangat diperlukan
untuk mendukung pengambilan suatu keputusan dengan cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Perusahaan – perusahaan kredit seperti bank dan perusahaan pendanaan lainnya menyalurkan kredit kepada pihak – pihak yang membutuhkan. Dalam menganalisis kelayakan suatu pemberian kredit, banyak sekali faktor yang menjadi pertimbangan. Faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam pengajuan kredit antara lain : aset bersih, kapasitas usaha, penghasilan bersih, kelengkapan dokumen jaminan dan nilai barang jaminan. Faktor – faktor tersebut kemudian dibandingkan dengan jumlah kredit yang diajukan. Bagaimanapun, pengalaman menunjukan bahwa pengambilan keputusan penerimaan kredit dibuat lebih berdasarkan hubungan keluarga / kerabat dan hanya dengan menggunakan system pencatatan manual. Bukan menggunakan system komputerisasi yang lebih akurat dalam pengambilan keputusan. Serta tidak melalui proses evaluasi sesuai prosedur yang ditentukan oleh perusahaaan penyedia pinjaman kredit. Bahkan pada perusahaan yang memiliki beberapa kantor cabang, pegawai bagian kredit menginterpretasikan kriteria penerimaan kredit dengan cara yang berbeda – beda. Hal ini memungkinkan seorang debitur yang sudah ditolak permohonan kreditnya mendapatkan pinjaman / kredit dari kantor cabang lain. Mempertimbangkan kondisi yang sudah dijelaskan diatas, maka penulis mengajukan Tugas Akhir berupa sistem pendukung keputusan yang dapat membantu manager kredit dalam menilai kelayakan pemberian pinjaman, yang prosedurnya berlaku sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan oleh perusahaan beserta kantor cabang yang lain. Penyelesaiaan masalah dalam sistem ini menggunakan dasar teori Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan) dan mengggunakan kriteria bayes untuk pengambilan keputusanya. Dalam menganalisis suatu permohonan pinjaman, seorang manager kredit seringkali menginterpretasikan kriteria penerimaan kredit dengan cara yang berbeda – beda, sehingga timbul ketidakseragaman penerapan kriteria penerimaan kredit pada kantor cabang yang berbeda. Hal ini menyebabkan rentan terjadi kolusi dan nepotisme dalam proses penerimaan kredit, dan tentu saja akan menimbulkan suatu masalah berupa kredit macet, yang sangat merugikan perusahaan.
1
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah di jelaskan di atas, maka
rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana membangun suatu sistem yang dapat menentukan seorang yang mengajukan kredit (nasabah) dikatakan berhak atau tidak berhak untuk menerima pinjaman. 2.
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan - laporan yang diperlukan. (Jogiyanto. HM, 2005 : 11) 2.2
Sistem Pendukung Keputusan
2.2.1
Definisi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem informasi berbasis komputer
yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model. (Dadan Umar Dhani, 2001 : 55) 2.3
Teori Analisis Analisis sistem adalah penguraian dari suatu informasi yang utuh ke dalam
bagian-bagian komponen dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan - permasalahan, kesempatan - kesempatan, hambatan - hambatan yang terjadi dan kebutuhan - kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikanperbaikan. (Jogiyanto HM, 2005 : 129) 2.4
Perancangan Basis Data
2.4.1
Konsep Basis Data Dan Sistem Basis Data Data adalah bentuk yang masih mentah yang belum dapat bercerita banyak,
sehingga perlu diolah lebih lanjut. (Jogiyanto. HM, 2005 : 8). Basis data adalah kumpulan dari data - data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. (Jogiyanto. HM, 2005 : 13). 2.4.2
Entity Relationship Diagram (ERD) Salah satu cara pemodelan data adalah dengan ERD (Entity Relationship
Diagram).
Pemodelan
data
merupakan
kumpulan
perangkat
konseptual
untuk
menggambarkan data, hubungan data dan batasan data. ERD merupakan diagram hubungan entitas atau yang lebih dikenal dengan sebutan E-R diagram, adalah notasi grafik dari sebuah model data atau sebuah model jaringan yang menjelaskan tentang
2
data yang tersimpan (data storage) dalam sistem secara abstrak. (Fathansyah, 2004 : 80). 2.4.3
Data Flow Diagram (DFD) Data
Flow
Diagram
(DFD),
DFD
merupakan
suatu
teknik
penggambaran/pemodelan proses bisnis menggunakan notasi - notasi grafis yang menunjukkan aliran informasi dan perubahannya yang diterapkan sebagai perubahan data dari masukan (input) menjadi keluaran (output). Data Flow Diagram (DFD) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dalam istilah Diagram Alir Data (DAD). (Fathansyah, 2004 : 65). 2.4.4
Normalisasi Normalisasi merupakan cara pendekatan dalam membangun desain logika basis
data relasional yang tidak secara langsung berkaitan dengan model data, tetapi dengan menerapkan sejumlah aturan dan kriteria standart untuk menghasilkan struktur tabel yang normal. Pada dasarnya desain logika basis data rasional dapat menggunakan prinsisp normalisasi maupun trasformasi dari model E-R ke bentuk fisik. (Kusrini, 2006 : 40). 2.5
Model Proses
2.5.1
Proses Waterfall Dalam tahap pengembangan sistem ini menggunakan model proses Waterfall.
Yaitu penurunan dari satu fase ke fase yang lainnya model ini dikenal sebagai model air terjun atau siklus hidup perangkat lunak. Tahap satu selesai langsung ke tahap berikut begitu seterusnya hingga perangkat lunak dikirimkan. Tahapan - tahapan tersebut membentuk siklus, artinya jika pada suatu tahapan ada data - data yang seharusnya dilakukan pada tahapan sebelumnya tetapi belum dilakukan, maka dapat kembali ke tahapan sebelumya. Tahapan-tahapan tersebut saling mempengaruhi (life cycle). (Pressman, 2010 : 39). 2.6
Kriteria Bayes Dalam Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Penggunaan kriteria bayes ini memanfaatkan bobot masing-masing kategori
yang diperoleh berdasarkan banyaknya indikator yang digunakan, dalam hal ini indikator - indikator tersebut dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Dari bobot yang diperoleh masing-masing kategori maka diperoleh probabilitas dan nilai ambang setiap kategori. Probabilitas dan nilai ambang setiap kategori dapat berubah setiap saat sesuai dengan indikator yang digunakan. Setelah dilakukan perhitungan maka dipilih hasil yang mempunyai nilai maksimal. Dengan penggunaan kriteria bayes hasil yang didapatkan lebih akurat dan sangat membantu dalam proses pengambilan keputusan dibandingkan dengan penyeleksian secara
3
manual yaitu pengecekan berkas secara satu per satu yang sangat tidak efektif karena membutuhkan waktu yang lama. Pada kriteria bayes akan digunakan nilai harapan (expected value) sebagai dasar perhitungan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Istilah harapan (expected value) sangat luas penggunaannya. Di dalam teori pengambilan keputusan nilai harapan pay off merupakan salah satu kriteria dasar pengambilan keputusan. (Marimin, 2004 : 18). 2.7
Parameter Penilaian Penentuan Pinjaman Berikut ini adalah daftar kriteria, pertanyaan dan jawaban yang digunakan dalam
menentukan seorang nasabah berhak atau tidak dalam menerima persetujuan kredit. Tabel 2.1. Kriteria Penentuan Persetujuan Penerimaan Pinjaman / Kredit
2.8
Sistem Pearagkat Lunak
2.8.1
Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic 6.0 berawal dari bahasa pemrograman BASIC (Bginners
All-purpose Symbolic Instruction Code). Karena bahasa BASIC cukup mudah dipelajari dan popular maka hampir setiap programmer menguasai bahasa ini. (Anonim, 2002 : 3). 2.8.2
Microsoft Access 2003 Microsoft Access merupakan software database desktop yang paling popular.
Microsoft Access 2003 merupakan versi ke delapan dari Microsoft Access. Popularitas Microsoft Access didapat karena software ini sangat user friendly dan ringan sehingga pengguna pribadi serta Small Office Home Office (SOHO) dapat membangun aplikasi database tanpa harus mengeluarkan effort (usaha) serta biaya yang besar. (Teddy Awaluddin SE, 2004 : 1).
4
3.
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1
Tinjauan Umum
3.2
Sistem Yang Sedang Berjalan Sistem yang sedang berjalan sekarang di PD. BPR BKK Lasem didalam
menyimpan data dan menentukan penerimaan pengajuan pinjaman masih menggunakan system lama, yaitu system pencatatan manual. Hal itu dapat mengakibatkan kesalahan pencatatan data dan penyimpanan data yang tidak aman. Sehingga kerahasiaan data menjadi tidak aman apabila tidak dijaga dengan baik. 3.3
Analisis Sistem Analisis merupakan penguraian dari suatu masalah yang ada, yang akhirnya
menghasilkan suatu kesimpulan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah - masalah yang ada. Tujuan utama dari Analisis Sistem (system analysis) adalah mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah - masalah, kesempatan - kesempatan, hambaan - hambatan dan kebutuhan - kebutuhan yang ada kemudian dilakukan pembenahan. Untuk melakukan analisis terhadap kelemahan sistem yang sedang berjalan pada PD. BPR BKK Lasem, maka dilakukan metode SWOT yaitu Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity), Ancaman (Threats). a. Kekuatan (Strength) Setiap faktor atau kondisi positif yang berasal dari dalam organisasi yang memungkinkan organisasi tersebut dapat terus berkembang, tumbuh atau mencapai kondisi yang lebih baik. Kekuatan dari sistem yang ada sekarang adalah dengan proses pendataan yang terperinci dapat memberikan informasi yang lengkap seputar data diri dan kepribadian dari nasabah. Mulai dari data nasabah, pertanyaan berdasarkan kategori dan jawaban dari pertanyaan itu sendiri. b. Kelemahan (Weakness) Dengan adanya sistem yang baru maka kelemahan akan berkurang.Kelemahan yang ada pada sistem sekarang yaitu : 1. Pengolahan data untuk mendapatkan kesimpulan berhak atau tidaknya nasabah memperoleh pinjaman membutuhkan waktu yang cukup lama. 2. Data yang sudah ada disimpan dalam berkas atau dengan lembaran kertas sehingga mudah hilang, tercecer, dan tidak aman. 3. Pencarian data dalam bentuk lembaran kertas membuat pencarian data yang tersimpan menjadi lambat dan memakan waktu. c. Peluang (Opportunity) Dengan melakukan perubahan sistem atau mengganti sistem yang ada saat ini, pelayaanan akan lebih cepat dan kepuasan pelanggan menjadi meningkat.
5
Sehingga calon nasabah tidak akan segan atau ragu menjadikan PD. BPR BKK Lasem sebagai tempat investasi atau tempat peminjaman kredit. d. Ancaman (Threats) Dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, mendukung tercptanya sistem yang lebih baik dan lebih akaurat. Banyak pihak yang terus mengembangkan sistem yang lebih kompleks, menjadikan daya saing tinggi. Sehingga perlu dilakukan pengembangan secara berkelanjutan pada sistem yang sudah ada. Atau dapat dilakukan juga perubahan sistem yang lebih baik. 3.4
Analisis Kelayakan Sistem Analisis kelayakan merupakan proses yang mempelajari atau menganalisa
permasalahan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan akhir yang akan dicapai. Tujuan dari analisis kelayakan adalah untuk menguji apakah sistem baru yang akan diterapkan sebagai pengembangan dari sistem lama layak dipakai atau tidak. Dalam tahap ini diperlukan pertimbangan ketika menentukan seberapa banyak keuntungan yang didapat dan biaya yang diperlukan dari sistem baru tersebut. a. Kelayakan Teknis Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat, ada yang menguntungkan ataupun merugikan.Keberdaan sasaran teknoloogi juga merupakan bagian yang diperlukan untuk menunjang kelancaran operasional dalam penentuan penerimaan pinjaman di PD. BPR BKK Lasem. Proses penelitian menunjukkan bahwa pengembangan sistem yang dirancang dan direncanakan kearah komputerisasi penentuan penerimaan pinjaman sangat ideal untuk diterapkan, karena dilihat dari persediaan hardware dan software yang dibutuhkan banyak tersedia pada objek penelitian. b. Kelayakan Operasional Sistem ini dirancang untuk mempermudah pengambilan keputusan dan dalam proses pengembangan dilakukan dengan penyerapan kebutuhan informasi dari pihak terkait, selain itu dalam penerapan sistem dilakukan pelatihan personal guna penyesuaian dengan sistem yang baru agar tidak mengganggu proses kerja. c. Kelayakan Hukum Pengembangan sistem dapat dikatakan layak secara hukum apabila tidak melanggar hukum yang berlaku. Syarat mutlak agar tidak terjadi masalah dikemudian hari adalah dengan penggunaa software asli dan berlisensi (legal) dalam penggunaan aplikasi pendukung system. d. Kelayakan Ekonomi Kelayakan ekonomi merupakan aspek yang paling dominan dari aspek kelayakan lain. Pada penerapan dan pengembangan suatu sistem menyangkut tentang
6
pengadaan, yaitu besarnya dana yang harus dikeluarkan dengan harapan manfaat yang lebih besar yang akan diperoleh dari pengembangan sistem tersebut. 4.
IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
4.1
Implementasi Implementasi adalah penerapan hasil analisis dan perancangan yang telah
dilakukan sebelumnya. Implementasi ini meliputi implementasi perangkat keras dan perangkat lunak, implementasi basis data, implementasi pembangunan aplikasi dan implementasi antar muka. Setelah implementasi selesai dilakukan, selanjutnya evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari perancangan yang telah diimplementasikan. Selain itu, evaluasi diperlukan untuk mengetahui sejauh mana sistem yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kekurangan sistem yang didapat dari evaluasi dapat dijadikan acuan pengembangan sistem selanjutnya. 4.2
Implementasi Sistem Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan setelah proses pengujian selesai
dilaksanakan dengan mewujudkan program hingga memperlihatkan hasilnya, tahap ini termasuk juga kegiatan penulisan kode - kode program untuk dapat dijalankan oleh komputer dengan tujuan agar sistem dapat dioperasikan dengan baik sesuai yang diharapkan. 5.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil setelah beberapa tahapan dalam menyelesaikan
aplikasi sistem administrasi perusahaan ini adalah : 1. Telah dibuat Sistem Pendukung Keputusan yang dapat membantu komite kredit PD. BPR BKK Lasem untuk menentukan layak atau tidaknya seorang nasabah mendapatkan pinjaman berdasarkan perhitungan nilai dari setiap jawaban pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan metode bayes. 2. Output yang dikeluarkan dari sistem pendukung keputusan ini adalah berupa hasil penilaian nasabah yang layak atau tidak layak dalam menerima persetujuan kredit. Sistem pendukung keputusan ini membantu memberikan alternatif pada proses pengambilan keputusan, tetapi tidak menggantikan pemakai sebagai pengambil keputusan. 3. Hasil dari sistem pendukung keputusan ini adalah didasarkan pada pemanfaatan bobot masing - masing kategori yang diperoleh berdasarkan banyaknya indikator yang digunakan. Dalam hal ini indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pertanyaan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Dari bobot yang diperoleh masing - masing kategori maka diperoleh nilai probabilitas dan nilai
7
ambang. Probabilitas dan nilai ambang setiap kategori dapat berubah setiap saat sesuai dengan indikator yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Seri Panduan Pemrograman Microsoft Visual Basic 6.0. Yogyakarta : Andi Offset. Awaluddin, Teddy. 2004. Merancang dan Membangun Aplikasi Database dengan Access 2003. Jakarta : Salemba Infotek. Dhani, Dadan Umar. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta : Elex Media Komputindo. Fathansyah. 2004. Buku Teks Komputer Basis Data. Bandung : Informatika. Jogiyanto, H.M. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi pendekatan teori terstruktur dan praktek aplikasi bisnis. Yogyakarta : Andi Offset. Kusrini. 2006. Strategi Perancangan dan Pengelolaan Basis Data. Yogyakarta : Andi Offset. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Bogor : Grasindo. Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak : Pendekatan Praktisi Buku I. Yogyakarta : Andi Offset.
8