13
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014
Sistem pendukung keputusan pemberian kredit rumah menggunakan analytical hierarchy process berbasis web
Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan Jurusan Teknik Informatika, Fak Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung, Jl. Villa Puncak Tidar N-01, Malang 65651 Telp. (0341) 550171; Fax. (0341) 550175 e-mail:
[email protected],
[email protected], 3
[email protected] Abstrak Manusia pada umumnya mempunyai kebutuhan primer yang tak lain adalah tempat tinggal yaitu rumah. Kebutuhan primer ini tidak semua orang dapat membelinya secara tunai. Maka dari itu diperlukannya suatu bada atau lembaga keuangan yang biasa disebut sebagai bank agar dapat memberikan bantuan dana dalam bentuk penyaluran kredit, dalam hal ini tentunya dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Demi mempermudah dan mempercepat proses kerja maka pengambilan keputusan yang tepat diperlukan. Terdapat beberapa syarat atau kriteria dalam penilaian terhadap calon nasabah, penilaian ini berdasarkan analisis kualitatif yakni dengan melihat karakter dari nasabah (Character), kapasitas melunasi kredit (Capacity), kemampuan modal yang dimiliki (Capital), asset yang dimiliki untung menanggung resiko kredit (Collateral), dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi usaha (Condition of economy). Melalui penelitian ini telah dikembangkan aplikasi untuk melakukan proses penyeleksian terhadap calon nasabah agar dapat menggunakan cara yang lebih mudah. Dalam hal ini metode yang digunakan oleh penulis adalah metode Analytical Hierarchy Process. Dari hasil uji coba program dengan manual didapat nilai prosentase tingkat validasi sistem ini adalah 85% yang dapat digunakan dalam menentukan layak atau tidaknya pemberian kredit nasabah. Berdasarkan hasil uji coba tersebut menunjukan bahwa aplikasi melalui metode AHP ini dapat digunakan untuk menentukan kelayakan kredit dengan baik. Kata kunci: Metode Analytical Hierarchy Process, kredit, sistem pendukung keputusan Abstract Basically, human has their primary need, that is, to own their houses. Not all of them can buy this primary need by cash. Therefore, they need an organization named Banks who can help lending them the fund they need in the form of Home Loan. Precise and measured decision is needed to make the credit process easier. There are several requirements of criteria to measure the customers. Those requirements are done qualitatively by analyzing the Character, Capacity, Capital, Collateral, and Condition of Economy of the customer. The researcher make this project to develop an application to help the Banks analyze the customers easier. The method used by the researcher in this project is called Analytical Hierarchy Process. Judging from the test, the validation percentage of this system reaches 85% high. Therefore, this AHP-based application can be done to measure the customer’s credit rating.
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web (Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)
14
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN
Keywords: Analytical Hierarchy Process method, credit, Decision Support System 1. PENDAHULUAN
M
anusia pada umumnya mempunyai kebutuhan akan tempat tinggal yakni rumah. Disamping sebagai tempat untuk berlindung, rumah tangga juga sebagai tempat berkumpul dan berkomunikasinya anggota keluarga. Sebagai salah satu bank yang memperhatikan kebutuhan masyarakat, bank ini menyediakan layanan kredit pemilikan rumah yang ditawarkan kepada para nasabahnya. Kredit tersebut juga bisa digunakan sebagai alat membangun bisnis dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Pemberian kredit tidak dapat dilakukan secara sembarangan, demikian juga dengan pemberian kredit di bank. Sebelum memberikan dana melalui pembiayaan pada nasabah, pihak bank terlebih dahulu melakukan penilaian nasabah untuk mengetahui layak atau tidak nasabah tersebut menerima pembiayaan. Untuk itu nasabah harus memenuhi syarat 5C, bagaimana karakter dari nasabah (character), kapasitas melunasi kredit tersebut (capacity), kemampuan modal yang dimiliki oleh nasabah (capital), jaminan atau asset yang dimiliki nasabah untuk menanggung resiko kredit (collateral), dan kondisi ekonomi saat ini yang mempengaruhi usaha nasabah (condition of economic). Dalam menentukan keputusan layak atau tidaknya kepada calon debitur di bank masih menggunakan proses manual dan database yang digunakan masih dalam bentuk kertas, sehingga menyulitkan dalam penyimpanan atau mencari data. Dalam penelitian ini dikembangkan sebuah sistem informasi berbasis computer yang dikenaldengan Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan sehingga dapat mempermudah dan mempercepat proses penentuan kredit. Penulis membuat aplikasi ini berbasis web agar aplikasi ini memudahkan seorang kredit analis dalam menentukan layak atau tidaknya kepada calon nasabah bisa lebih efisien. AHP adalah prosedur yang erbasis matematis yang bagus dan sesuai untuk kondisi evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-
atribut tersebut kemudian secara matematik dikuantitatifkan ke dalam satu set matrik perbandingan berpasangan. 2. METODE PENELITIAN 2.1 Kredit Dalam bahasa Latin, kredit disebut “credere” yang artinya percaya, yaitu kepercayaan dari kreditur bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Pengertian kredit menurut undang-undang perbankan No. 10 Tahun 1998, adalah sebagai berikut: Pengertian kredit, menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007) adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditor atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2008) kredit adalah pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman nontunai (non cash loan). Fungsi kredit bagi masyarakat menurut Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal (2007), antara lain: 1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian 2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat. 3. Memperlancar arus barang dan arus uang. 4. Meningkatkan hubungan internasional. 5. Meningkatkan produktivitas dana yang ada. 6. Meningkatkan daya guna (utility) barang. 7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat. 8. Memperbesar modal kerja perusahaan.
ISSN: 9772356441035
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014
9. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat. 10. Mengubah cara berpikir/bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis. Tujuan Penyaluran kredit antara lain untuk: a. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit. b. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada. c. Melaksanakan kegiatan operasional bank. d. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat. e. Memperlancar lalu lintas pembayaran. f. Menambah modal kerja perusahaan g. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 2.2 Prosedur Pemberian Kredit Untuk memperoleh kredit calon nasabah atau debitur harus melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal dan dokumendokumen yang dibutuhkan, analisis kredit sampai pembiayaan diberikan. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit yaitu diterima atau ditolaknya debitur tersebut. Prosedur pemberian kredit di dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidaklah jauh berbeda. Prosedur pemberian kredit meliputi: 1. Pengajuan Proposal Untuk mendapat fasilitas kredit maka calon nasabah harus membuat permohonan kredit secara tertulis dalam bentuk proposal. Proposal kredit harus meliputi dokumen-dokumen yang menjadi syarat dari bank tersebut. Dalam pengajuan proposal harus berisi keterangan tentang: a. Latar belakang pendidikan, jenis usaha, riwayat usaha tersebut. b. Besarnya kredit dan jangka waktu, di dalam proposal calon nasabah harus menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka waktu kreditnya.
15
c. Jaminan, biasanya jaminan yang diberikan dalam bentuk sertifikat atau surat. d. Tujuan pengambilan kredit yaitu maksutnya apakah untuk meningkatkan omset penjualan atau mendirikan jenis usaha baru atau modal kerja atau investasi serta tujuan lainnya. 2. Penyelidikan Berkas Tujuan dalam penyelidikan ini adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan oleh pemohon sudah lengkap sesuai dengan persyaratan yang ada. Jika menurut pihak perbankan atau analis belum lengkap atau masih kurang maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya, jika sampai batas yang telah ditetapkan belum juga melengkapi kekurangan tersebut, maka permohonan kredit tersebut dibatalkan. Untuk membuktikan kebenaran dan keaslian dari dokumen-dokumen yang telah ada, yaitu analis harus mengerti kebenaran dan keaslian dari dokumendokumen seperti Akte Notaris, TDP (Tanda Daftar Perusahaan). KTP, sertifikat tanah, dan BPKB. Kemudian setelah proses tersebut analis akan mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta oleh pemohon memang relevan dan mampu untuk membayar. 3. Penilaian Kelayakan Kredit Dalam penilaian layak atau tidaknya suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian kredit. Penilaian kelayakan suatu kredit dapat dilakukan dengan menggunakan 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral, dan Condition of economic). 4. Wawancara pertama Tujuan dari wawancara dengan pihak pemohon adalah untuk mengetahui apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang sudah ditetapkan. Wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Dalam proses wawancara ini hendaknya dibuat serileks mungkin agar hasilnya sesuai dengan tujuan
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web (Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)
16
yang diharapkan. Di dalam wawancara ini ada beberapa tipe wawancara yaitu wawancara secara terstruktur dan tidak terstruktur. 5. Peninjauan ke lokasi Setelah melakukan proses pengencekan dokumendan berkasberka serta melakukan test wawancara maka langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi obyek kredit. Kemudian hasilnya akan di crosscheck kan dengan hasil wawancara pertama. Tujuan peninajuan ini adalah untuk memastikan obyek yang akan dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang ditulis dalam proposal oleh pemohon. 6. Wawancara Kedua Proses wawancara kedua ini hanya memperbaiki berkas atau dokumen yang mempunyai kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan peninjauan ke lokasi. 7. Keputsuan Kredit Keputusan kredit adalah untuk menentukan kelayakan pemberian kredit kepada pemohon diberikan atau ditolak, jika layak maka keputusan kredit akan mencakup: a. Akad kredit yang akan ditandatangani. b. Jumlah uang yang diterima. c. Jangka waktu kredit. Kredit yang ditolak maka akan diberi surat penolakan kepada pemohon sesuai dengan alasan yang ada. 2.3 Prinsip-prinsip pemberian kredit Sebelum fasilitas kredit diberikan maka bank harus yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali melalui hasil penilaian kredit sebelum kredit disalurkan dengan prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN
keyakinan tentang nasabahnya. Prinsipprinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral dan Condition of economic). Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut Dendawijaya (2005) 1. C-1 (Character) Pengertian character adalah kepribadian, moral, kejujuran seseorang dalam hal ini yaitu calon debitur yang harus diteliti dengan seksama. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi,riwayat dan nama baik calon debitur di masyarakat. Character ini juga merupakan dasar ukuran untuk menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik pasti akan berusaha untuk membayar tanggungan atau kreditnya dengan berbagai macam cara. 2. C-2 (Capital) Capital merupakan analisis terhadap permodalan sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah pada waktu permohonan kredit diajukan. Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimilikinya harus dinilai dengan cermat sebelum permohonan dikabulkan seluruhnya atau ditolak sama sekali. 3. C-3 (Capacity) Capacity adalah analisis terhadap calon nasabah kredit dalam kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian kredit. Dari penilaian tersebut terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola dan mengembangkan bisnis yang dihubungkan dengan latar belakang pendidikan, kemampuan mengelola bisnis dan kemampuan mencari laba. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka ISSN: 9772356441035
17
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014
semakin besar pula kemampuannya untuk membayar kredit.
Intensitas Kepentingan 1
4. C-4 (Collateral) Collateral merupakan agunan atau jaminan atas kredit yang diserahkan peminjam kepada bank baik bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan tersebut harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya dan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan, sehingga jika terjadi suatu masalah atau macet, maka jaminan yang telah diberikan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi daripada jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
3
5. C-5 (Condition of Economy) Penilaian terhadap kondisi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap usaha calon nasabah dan bagaimana nasabah tersebut mengatasi sehingga usahanya berkembang. 2.4 Prinsip Dasar AHP AHP memiliki beberapa prinsip dasar yang harus dipahami untuk menyelesaikan masalah, antara lain (Paska, 2010): 1. Menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang rumit bisa dimengerti dengan diuraikan menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki, dan menggabungkannya. 2. Penilaian kriteria dan alternative Kriteria dan alternatif dapat dilakukan dengan cara membuat matriks perbandingan berpasangan. Menurut Saaty, nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan bisa diukur dengan menggunakan tabel analisis seperti berikut:
5 7 9 2,4,6,8
Keterangan Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen jelas mutlak penting daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
3. Menentukan Prioritas Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai perbandingan dari kriteria dan alternatif dilakukan dengan cara judgement yang ditentukan sendiri untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan cara memanipulasi matriks. Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tiap intensitas kepentingan antara satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level hierarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, permisalan A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, missal A1, A2, A3, A4, dan A5. Maka susunan untuk elemen yang akan dibandingkan akan tampak seperti pada gambar matriks dibawah ini: Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan A1 A2 A3 A4 A5 A1 A11 A2 A22 A3 A33 A4 A44 A5 A55 Pada umumnya, prosedur AHP meliputi: 1. Mendifiniskan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Tabel 2.1 Analisis Skala Perbandingan Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web (Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)
18
2. Dekomposisi masalah atau menyusun struktur hierarki dari permasalahan yang ada, dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di rangking. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh dari setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks perbandingan berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom. 5. Mengukur konsistensi Dalam mengukur konsistensi diperlukan beberapa langkah yaitu: a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas elemen pertama, kemudian nilai pada kolom kedua dengan prioritas elemen kedua, kemudian nilai pada kolom ketiga dengan prioritas elemen ketiga, begitu seterusnya. b. Jumlahkan setiap baris. c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relative yang bersangkutan. d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, maka hasil tersebut disebut dengan lamda maks. 6. Menghitung Consistency Index (CI) dengan rumus: a. CI = (λ maks-n)/n b. n = banyaknya elemen atau kriteria 7. menghitung Consistency Ratio (CR) dengan rumus: a. CR = CI/IR b. CR = Consistency Ratio
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN
c. CI = Consistency Index d. IR = Indeks Random Consistency 8. Menguji konsistensi hierarki. Jika nilai < 0,1 maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Tapi apabila CI/IR kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan dalam menguji konsistensi bisa dinyatakan benar. Berikut ini adalah daftar tabel dari nilai Indeks Random Konsistensi: Tabel 2.3 Daftar Indeks Random Konsistensi Ukuran matriks 1,2
Nilai IR 0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
11
1,51
12
1,48
13
1,56
14
1,57
15
1,59
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Tampilan Login Pada tampilan login ini tersedia dua macam prioritas untuk login yaitu untuk manager adalah login sebagai admin dan untuk kredit analis login sebagai customer service yang nantinya akan membedakan di form utama ketika sudah melakukan login.
ISSN: 9772356441035
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014
19
Gambar 3 Tampilan Matrik Nilai Kriteria
Gambar 1 Tampilan Login 3.2 Tampilan Menu Utama Pada menu utama ini dimana admin melakukan penilaian terhadap matrik perbandingan berpasangan, economy, character, capital, capacity dan collateral untuk membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain.
3.4 Tampilan Matrik Penjumlahan Setiap Baris Pada tampilan matrik penjumlahan setiap baris ini, angka-angka yang ada pada matrik penjumlahan setiap baris ini diperoleh dari hasil kali nilai prioritas pada matrik nilai kriteria dengan matrik perbandingan berpasangan dan kolom jumlah yaitu dari penjumlahan setiap baris. Berikut tampilan dari matrik penjumlahan setiap baris:
Gambar 4 Matrik Penjumlahan Setiap Baris
Gambar 2 Tampilan Matrik Perbandingan Berpasangan 3.3 Tampilan Matriks Nilai Kriteria Pada tampilan matrik nilai kriteria ini, angka-angka yang ada matrik ini diperoleh dari matrik perbandingan berpasangan, dengan cara nilai baris kolom di matrik perbandingan berpasangan dibagi dengan jumlah atau total dari masing-masing kolom pada matrik perbandingan berpasangan. Berikut tampilan model dari matrik nilai kriteria:
3.5 Tampilan Matriks Perhitungan Rasio Konsistensi Pembuatan matrik perhitungan rasio konsistensi ini untuk memastika bahwa nilai inputan awal pada matrik set perbandingan berpasangan bernilai benar, yaitu nilai CR harus < 0,1. Apabila nilai CR > 0,1 pada saat dihitung rasio konsistensinya maka inputan awal pada matrik set perbandingan berpasangan harus dilakukan ulang. Berikut tampilan perhitungan rasio konsistensi:
Gambar 5 Matrik Rasio Konsistensi 3.6 Tampilan Admin Halaman ini disediakan agar supaya admin dapat menambahkan anggota untuk Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web (Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)
20
dijadikan prioritas admin atau prioritas user.
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN
memberikan kredit kepada calon nasabah. Berikut hasil uji coba yang telah dilakukan:
Gambar 8 Tampilan Laporan Nasabah
Gambar 6 Tampilan Admin 3.7 Tampilan Matriks Hasil Nilai pada matrik hasil inilah yang nantinya digunakan sebagai acuan atau dasar saat perhitungan kredit untuk customer yang nantinya juga menggunakan form pertanyaan untuk membantu proses penyeleksian kredit.
Gambar 9 Tampilan Laporan Nasabah 3.9 Tampilan Input Pertanyaan Pada halaman ini adalah untuk melakukan penambahan untuk pertanyaan pada setiap masing-masing kriteria yaitu collateral, capacity, capital, condition of economy dan character. Untuk berapa jumlah pertanyaan yang mau diinputkan oleh si admin tidak diberi batasan. Berikut tampilan untuk Input Pertanyaan:
Gambar 7 Tampilan Matrik Hasil 3.8 Tampilan Laporan Nasabah Pada halaman ini untuk menampilkan perhitungan nasabah yang telah dilakukan oleh si admin atau kredit analis. Dalam pembahasan hasil, program ini akan melakukan uji coba kepada 13 orang dengan data yang berbeda antara nasabah satu dengan yang lain. Pada tabel 3.1 dapat dilihat ada dua kolom manual dan yang satu kolom program. Hasil pada kolom manual didapat dari perhitungan kredit analis yang memiliki standar nilai sendiri yaitu ketika CR (Credit Rating) < 67 maka ditolak, 67 < CR 74 dipertimbangkan dan ketika CR > 74 maka calon nasabah tersebut dapat diterima. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan apakah progam ini dapat menentukan layak atau tidaknya dalam hal
Gambar 10 Tampilan Input Pertanyaan 3.10 Analisis Uji Coba Uji coba kepada 13 calon nasabah ini adalah untuk mengetahui seberapa akurat sistem pendukung keputusan ini dalam menentukan kelayakan kredit bagi nasabah yang nantinya akan ditolak, dipertimbangkan atau diterima. Disini diambil 5 contoh saja untuk perhitungan uji coba nya.
ISSN: 9772356441035
21
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014
Tabel 3.1 Perhitungan Uji Coba Manual
Keputusan
lebih efektif dan efisien kepada pihak kredit analis atau atas dalam melakukan pengambilan keputusan.
Ditolak
5
Program
N o
Na ma
Ha sil
Keputusan
Na ma
1
A
50
Ditolak
A
Dipertimba ngkan Dipertimba ngkan
2
B
72
3
C
67
4
D
80
Diterima
D
5
E
69
Dipertimba ngkan
E
Ha sil 0,2 66 0,5 36 0,4 95 0,7 06 0,4 48
B C
Dipertimba ngkan Dipertimba ngkan Diterima Dipertimba ngkan
Dari nilai total tersebut setelah dilakukan proses perhitungan maka dapat dilihat bahwa nasabah A tersebut tidak dapat diterima karena nilai total dari kelima kriteria hanya 0,266. Pada tabel 3.2 dapat dilihat bahwa tingkat validasi sistem ini adalah 85% yang dapat digunakan dalam menentukan layak atau tidaknya member kredit pada calon nasabah. Untuk hasil pada yang dipertimbangkan calon nasabah tersebut masih bisa untuk layak mendapatkan kredit hanya saja itu semua tergantung dari keputusan pihak bank. Tabel 3.2 Nilai Prosentase hasil Uji Coba
4
Keputusan Ditolak Dipertimbangkan Diterima
Program
Manual
Prosentase
3 5 5
4 4 5
Total
13
13
75% 80% 100% 255/3 = 85%
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan pada 13 calon nasabah yang kemudian dibandingkan antara perhitungan manual dengan perhitungan program bahwa ada 5 calon nasabah diterima, 5 calon nasabah dipertimbangkan dan 4 calon nasabah ditolak. Dari hasil uji coba program dengan manual didapat nilai prosentase tingkat validasi sistem ini adalah 85% yang dapat digunakan dalam menentukan layak atau tidaknya pemberian kredit nasabah. Berdasarkan hasil uji coba tersebut menunjukan bahwa aplikasi melalui metode AHP ini dapat digunakan untuk menentukan kelayakan kredit dengan baik. Dengan adanya aplikasi ini akan membantu
SARAN
Setelah mengembangkan sistem pendukung keputusan ini, masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan sehingga perlu dikembangkan lagi agar sistem dapat berkinerja lebih baik lagi, oleh karena itu disarankan: Menambahkan kriteria yang lebih komplek pada sistem pendukung keputusan pemberian kredit nasabah sehingga dapat menentukan kelayakan pemberian kredit kepada calon nasabah agar lebih tepat dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal 2010 Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Menentukan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai Negeri, Tugas Akhir, Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No. 2, dilihat 3 Mei 2013 Efraim Turban, Jay E. Aronson, Ting-Peng Liang. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems Edisi 7. Yogyakarta : Andi Kumar, Sanjay, Parashar, Neeraj and Haleem, Abid 2009, Analytical Hierarchy Process Applied to Vendor Selection Problem: Small Scale, Medium Scale and Large Scale Industries, Business Intelligence Journal Vol. 2 No. 2, dilihat 20 Juni 2013 Materi 1 (PHP), 2011, gambar, 16 februari 2011, dilihat 28 Juli 2013 http://ndadezz.blogdetik.com/2011/02/ materi-1-php/ Rahmadana, M. Fitri dan Lumbanraja, Hafniah 2002, Analisis Pemakaian Jasa Kredit Pada Perum Pegadaian Kantor Wilayah Medan, Jurnal Ilmiah
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Rumah Menggunakan Analytical Hierarchy Process Berbasis Web (Danny Widjaja, Kestrilia Rega Prilianti, Hendry Setiawan)
22
Symbol Vol.1 No.1 / Juli 2014SSN
“ Manajemen & Bisnis” Vol. 02 No. 01, dilihat 18 Juni 2013 Rivai, Veithzal, Veithzal, Andria, Permata dan Idroes, Ferry, N. 2007, Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System, Jakarta: PT. Raja Grafindo Rochmasari, Lia, Suprapedi dan Subagyo, Hendro 2010, Penentuan Prioritas Usulan Sertifikasi Guru Dengan Metode AHP (Analitic Hirarky Process), Pascasarjana, Universitas Dian Nuswantoro, dilihat 3 Mei 2013 Saaty, Thomas L, (1990), “Decision Making for Leader”, The Analitical Hierarchy Process for Decision in Complex World, RWS Publication, Pittsburgh Saragih, Paska, Erianto 2010 Identifikasi Faktor Penentu Konsumen Dalam Memilih Jasa Perbankan Dengan Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP), Tugas Akhir, Universitas Sumatera Utara, dilihat 3 Mei 2013 Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi ke 2, Jakarta: Salemba Empat
ISSN: 9772356441035