Sistem Pemesanan Outline: I. What is Order Point? II. Safety Stock III. Service Level IV. Penentuan Order Point V. Periodic Order Quantity (POQ). Kuliah ke-9 Rabu, 2 8 Nov 2008 z
Case: Inventory or Just In Time? Salah satu penemuan besar dari Hewlett Packard (HP), yaitu membuat komputer dalam 6000 versi?. Masalah HP: - Bgmn HP menyediakan parts di tangan tanpa bangkrut krn biaya gudang? - Bgmn HP menjaga agar aliran part dari pemasok ke assembly line lancar?
Langkah pemecahan yang ditempuh HP Menggunakan Just in Time (JIT): 1. Stok parts disediakan tidak lebih dari sebanyak yang dibutuhkan untuk 1 hari produksi saja. 2. Bila circuit board atau microchip masuk ke assembly line, re-order dilakukan secara otomatis untuk produksi hari berikutnya. 3. Proses assembling dirancang secara hati-hati untuk beroperasi tidak lebih dari 20 jam. 4. Langkah HP ini adalah: Menggunakan metode JIT untuk merespons perubahan dramatis yang terjadi dengan cepat di lingkungan industri.
I. What is Order Point ? Order Point : “Kuantitas pada saat persediaan di tangan (on hand) berada pada satu tingkat persediaan tertentu”. OP = DDLT + SS
dimana :
OP = Order Point DDLT = demand during lead time SS = Safety Stock
Contoh Order Point 1. Dengan permintaan 200 unit setiap minggu, lead time 3 minggu, dan safety stock 300 unit, dapat dihitung OP: - Formula: OP = DDLT + SS - Jadi: OP = (3 x 200) + 300 = 900 unit. 2. Bila Order Quantity 1000 unit dan safety stock 300, berapa persediaan rata-rata ? - Formula: Persediaan rata2 = Q/2 + SS = 1000/2 + 300 = 800 unit
II. Safety Stock (SS) Safety Stock : “Sejumlah persediaan (inventory) yang disediakan sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian pengadaan sejumlah persediaan.” Safety Lead Time : “Sejumlah persediaan sebagai perlindungan terhadap timing ketidakpastian, dengan merencanakan pemasanan dan penerimaan sebelum kebutuhan sepanjang lead time”.
Perhitungan Sigma Period
Forecast Demand
1
1000
2
Actual Demand
Deviation
Deviation Squared
1200
200
40000
1000
1000
0
3
1000
800
-200
40000
4
1000
900
-100
10000
5
1000
1400
400
160000
6
1000
1100
100
10000
7
1000
1100
100
10000
8
1000
700
-300
90000
9
1000
1000
10
1000
800
-200
40000
Total
10000
10000
0
400000
0
Rata-rata deviasi kuadrat = 400,000/10 = 40,000 Sigma = √ 40,000 = 200 unit
0
0
Perhitungan Safety Stock & Order Point Diket: Bila diketahui sigma 200 unit, dan DDLT adalah rata-rata demand = 10000/10 = 1000 unit : a). Hitung SS dan OP untuk 84 % service level b). Bila SS sama dengan 2 standar deviasi, hitung SS dan OP Jawab : a). SS = 1 sigma = 1 x 200 = 200 unit OP = DDLT + SS = 1000 + 200 = 1200 unit b). SS = 2 sigma = 2 x 200 = 400 unit OP = DDLT + SS = 1000 + 400 = 1400 unit
Table of Safety Factor Service Level (%)
Safety Factor (z di tabel normal)
50%
0.00
75
0.67
80
0.84
85
1.04
90
1.28
94
1.56
95
1.65
96
1.75
97
1.88
98
2.05
99
2.33
99.86
3.00
99.99
4.00
Distribusi Kemungkinan Permintaan selama Lead Time
m = mean permintaan
R = Reorder point
s = Safety stock
III. Service Levels Diperlukan stok pengaman yg cukup, agar biaya penyimpanan utk tambahan persediaan, dan biaya kehabisan stok bisa di-minimumkan. Biaya kehabisan stok, krn biaya back-order, kehilangan penjualan, dan kehilangan pembeli Kemungkinan kehabisan stok terjadi pada saat stok terlalu sedikit tiap order dilakukan, dimana : - Makin sering reorder dilakukan, makin besar kemungkinan kehabisan stok. - Sebaliknya, makin besar ‘order quantity’, makin kecil kemungkinan kehabisan stok.
Contoh Service Level Diket: Kebijakan manajemen memberikan toleransi 1 kali kehabisan stok dalam setahun (untuk salah satu produknya). Annual demand 52000 unit, order quantity (OQ) 2600 unit, standar deviasi permintaan selama lead time 100 unit, dan lead time 1 minggu. Hitung : 1. Frekuensi order per th = annual demand/OQ = 52000/2600 = 20 X per th 2. Service level ? Krn 1 X kehabisan stok ditolerir, maka tdk kehabisan stok adalah (20 –1) = 19 X per th. Jadi service level = 19/20 x 100 % = 95 %.
3. Safety stock ? Krn service level 95 %, maka safety factor (dari tabel) = 1,65 Safety stock = safety factor x sigma = 1,65 x 100 = 165 unit. 4. Order point ? DDLT = 52000/52 = 1000 unit Order point = DDLT + SS = 1000 + 165 = 1165 unit.
IV. Penentuan Order Point Red-tag system: Tanda yang ditempatkan pada posisi stok sama dengan ‘order point’ Two-bin system: Ketika tingkat stok cadangan dicapai, order harus dilakukan (biasa untuk item C) Periodic review system: Order yang dilakukan setiap periode yang sama, dengan order quantity bervariasi. Jumlah di tangan dan kuantitas yang di-order harus cukup sampai pengiriman berikutnya diterima.
Perpetual inventory record system : Rekaman transaksi persediaan setiap waktu. Jadi, setiap waktu transaksi dapat dilihat – berapa di tangan, jumlah di-order yang belum diterima, jumlah yang dialokasikan, dan yang tersedia.
Screw 42654
Date
Ordered
Received
Order Quantity 500 Issued
On hand
01
500
02
500
03
500
Allocated
Available 500
400
100
100
0
100
600
0
600
500
04 05
Order Point 100
400 500
V. Sistem Pemesanan (Periodic Review System) Contoh Pemesanan dilakukan perusahaan tiap 2 minggu (10 hari). Lead time 2 hari. Rata-rata permintaan baut 150 buah per minggu (5 hari kerja), dengan safety stock 3 hari pasokan di tangan. Satu pemesanan dilakukan minggu ini, dan stok di tangan 130 baut. Ditanya : a. Berapa ‘target level’ ? b. Berapa banyak baut di-order pada minggu ini ?
Jawab : D = permintaan per hari = 150/5 = 30 buah/ hari L = lead time = 2 hari R = periode pemesanan (review) = 10 hari SS=safety stock = 3 hari pasokan = 90 unit I = persediaan di tangan = 130 unit. a. Target level, T = D(R+L) + SS 30(10 +2) + 90 = 450 unit b. Order quantity, Q = T – I = 450 – 130 = 320 unit