SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB BUMI PUTERA 1912 KANTOR CABANG ASURANSI KUMPULAN (ASKUM) YOGYAKARTA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Sebutan Vokasional Ahli Madya ( A.Md ) dalam Bidang Manajemen Administrasi
Oleh : Tony Hariyanto D.1506113
PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
MOTTO
iv
“ Menarik Hikmah, Jangan Menyerah ” “ Berpikir Positif dan Berjiwa Besar ” “ Dzikir Dalam Hati Akan Membuat Sesuatu Terjadi, Kekuatan Doa Akan Memberikan Segalanya ” “ Berani SUKSES Artinya Berani Mengambil Resiko ”
PERSEMBAHAN
♦ Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya yang telah di berikan ♦ Kepada Bapak dan Ibu yang telah merawat, membesarkanku dan yang selalu mendoakan, membimbing, mendukung dan memberikan semangat serta dorongan yang tiada hentinya ♦ Kepada kakakku semua yang tersayang, m’eko, mb’dwi, m’en serta keluarga besarku yang memberi motivasi dan insipirasi buat aku ♦ Via yang telah memberi dukungan, kasih sayang, motivasi, semangat dan inspirasi kepada aku. ♦ Keluarga Bapak Sulaeman, Mbah, dek Rita & dek Wulan, makasih buat semuanya ♦
Keluarga Besar D III FISIP MA 2006 dan temanteman jurusan lain
♦
Orangorang yang selalu memberi dukungan buat aku
♦
Almamater yang kubanggakan ♦ Aku dan masa depanku
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB. BUMIPUTERA 1912 Kc ASKUM YOGYAKARTA”. Tugas Akhir ini disusun dan diajukan dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh sebutan Vokasional Ahli Madya (A.Md) dalam bidang Manajemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS). Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, saya menyadari sepenuhnya bahwa yang tersusun dalam tugas akhir ini masih jauh dari sempurna sehingga saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun guna penulisan yang lebih baik selanjutnya. Kami yakini bahwa penyusunan tugas akhir ini tidaklah akan terwujud bila tanpa adanya bantuan dari pihakpihak terkait untuk mewujudkan penyusunan tugas akhir ini, maka melalui kata pengantar ini tidaklah berlebihan kiranya bila kami menyampaikan kata terima kasih yang sebesarbesarnya yang terhormat kepada : 1.
Bapak Drs. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2.
Bapak Drs. Sakur, MS, selaku Ketua Program Diploma III Manajemen Administrasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.
Bapak Drs. Agung Priyono, M.Si, selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberi semangat dalam penyusunan Tugas Akhir. 4.
Ibu Dra. Kristina Setyowati M.si, selaku pembimbing akademis yang telah memberi
bimbingan selama menjadi mahasiswa. 5.
Bapak Murkadi, selaku Pimpinan Kc Askum AJB BumiPutera Yogyakarta
6.
Seluruh karyawan beserta staff Askum AJB Bumiputera 1912 yang telah memberikan
bimbingan serta informasi yang penulis butuhkan selama melaksanakan magang terutama kepada Ibu Erna Widyastuti, S. Si, AAi. J, Ibu Lilis Sugiarti, Ibu Safitriani Dewi, SE, Bapak Aris Darmawan, Ibu Thri Wahyuningsih, dan Bapak R. Arif Suryohandaru, SE 7.
Bapak dan Ibu tercinta yang telah membesarkan, mendidik, menyanyangi dan memberi
kepercayaan kepada penulis. 8.
Teman – Teman Kost “ Wisma Mulia ” seperti jacko, sus, debel, uchin, & koko yang
telah memberi motivasi dan semangat kepada penulis, serta rasa kebersamaan dan kekeluargaan
selama menjalani hidup di perantauan. 9.
Teman – teman kelas MA A / B, terima kasih atas persahabatannya terutama Putra,
Sunar, Ongky, Ndaru, Anto, Mbah Darmo, Rohmat dan Sidik, kebersamaan bersama kalian takkan pernah terlupakan.. 10.
Semua pihak yang telah membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir dengan lancar. Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan. Harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan pengalaman bagi semua pihak yang membutuhkan serta bermanfaat pula pada perkembangan ilmu Manajemen Administrasi.
Surakarta, Juni 2009 Hormat Kami,
Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iii HALAMAN MOTTO.....................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................v KATA PENGANTAR.....................................................................................vi DAFTAR ISI....................................................................................................viii DAFTAR TABEL............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi ABSTRAK.......................................................................................................xii BAB I : PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Perumusan Masalah
3
C.
Tujuan Pengamatan
4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A.
Pengertian Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri..................................5
a.
Pengertian Sistem
5
b.
Pengertian Pelayanan
6
c.
Pengertian Asuransi
11
d.
Pengertian Kecelakaan Diri
14
B.
Metode Pengamatan
17
a.
Sumber Data
17
b.
Teknik Pengumpulan Data
18
c.
Teknik Analisa Data
18
BAB III : DESKRIPSI PERUSAHAAN A.
Gambaran Umum Tentang AJB. Bumiputera 1912...........................................20
Kelahiran AJB. Bumiputera 1912
20
b.
Perjalanan Bumiputera 1912...............................................25
c.
Nilai Perjuangan AJB Bumiputera 1912.............................27
B.
Bentuk Usaha Bersama
28
C.
Tujuan Berdirinya Bumiputera 1912
29
1.Masa Kelahiran Bumiputera 1912
29
2.
29
Masa Pembangunan D.
Visi dan Misi AJB. Bumiputera
30
E.
Pengertian Asuransi Jiwa
30
F.
Sumber Hukum Asuransi Jiwa
31
G.
Produk Dasar Asuransi Jiwa
31
H.
Karakteristik Produk Askum
33
I. Istilahistilah yang Berlaku Pada Askum
36
BAB IV : PEMBAHASAN A.
Cara Pemberian Pelayanan Pada Nasabah 39
1.Pelayanan Pengajuan Surat Penutupan
40
2.
Underwriting Asuransi Kumpulan 42
3.
Pelayanan Klaim
48
4.
Pembayaran Premi
54
5.
Pelayanan Habis Kontrak
55
B.
Data Nasabah 56
BAB V : KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan
60
Saran
61
Daftar Pustaka Lampiran – lampiran
BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Pada dekade terakhir, perusahaan yang bergerak di bidang jasa semakin meningkat, namun hal ini tidak semuanya mendasar pada kualitas pelayanan yang ditawarkan. Peningkatan kualitas akan jasa yang diberikan semakin mendapat banyak perhatian bagi perusahaan–perusahaan jasa. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai keunggulan dalam persaingan. Kualitas yang diberikan oleh perusahaan, akan menimbulkan persepsi konsumen terhadap kualitas yang diberikan kepadanya. Seringkali terdapat perbedaan antara harapan konsumen dengan persepsi konsumen terhadap kualitas yang diberikan oleh perusahaan. Persepsi pelanggan terhadap kepuasan merupakan penilaian subyektif dari hasil yang diperolehnya. Harapan pelanggan bersumber dari faktor pemasaran yang terkendali seperti harga, promosi dan faktor–faktor lain yang menunjang pemasaran. Untuk mengetahui apakah perusahaan telah memberikan kualitas jasa yang sesuai dengan harapan konsumen, maka perlu dilakukan evaluasi (penilaian) dari konsumennya agar perusahaan tetap exist (hidup) dan semakin berkembang ketika situasi persaingan mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut terjadi karena tingkah laku dari para pesaing itu sendiri. Pesaing baru mungkin akan masuk dalam arena persaingan. Perusahaan perusahaan yang tidak begitu menonjol/kecil, mungkin akan diambil alih oleh perusahaan yang lebih besar. Perusahaan yang tidak mampu mempertahankan pelanggannya, akan kalah oleh pesaing–pesaing baru dengan strategi yang dimiliki pesaing tersebut. Pada situasi persaingan di bidang jasa yang semakin ketat, suatu perusahaan dituntut untuk bisa bertindak secepat mungkin guna mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada perusahaan jasa. Dengan 1
adanya peningkatan kualitas jasa yang baik, maka dapat menimbulkan suatu loyalitas konsumen dan berkemungkinan besar menarik konsumen baru. Konsumen yang telah loyal pada suatu produk dalam perusahaan jasa, juga dapat diartikan konsumen tersebut merasa terpuaskan kebutuhannya sehingga melakukan pembelian lebih dari sekali. Hal tersebut sangat menguntungkan perusahaan, karena melalui terpuasnya kebutuhan konsumen, maka konsumen tidak akan melirik perusahaan lain dan kemungkinan besar terjadi promosi gratis dalam bentuk ”mulut ke mulut” yang dilakukan oleh konsumen loyal kepada konsumen lainnya. Pelaksanaan pelayanan jasa dilakukan oleh suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan memberikan kualitas pelayanan (service) yang terbaik bagi konsumen dengan tujuan untuk menciptakan kepuasan konsumen sehingga konsumen cenderung akan menjadi pelanggan setia pada perusahaan tersebut. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, salah satunya adalah perusahaan asuransi. Jasa asuransi semakin menjamur di berbagai segi kehidupan. Hal ini disebabkan karena banyaknya produk–produk jasa yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Mulai dari asuransi jiwa, asuransi kendaraan hingga asuransi bangunan/gedung telah ditawarkan guna mewaspadai terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan hingga mengakibatkan kematian ataupun bencana alam. Semakin banyaknya perusahaan asuransi dan produk yang ditawarkan, memberikan banyak pilihan kepada seseorang atau pun suatu organisasi untuk menentukan asuransi yang diinginkan. Begitu banyak bermunculan perusahaan asuransi di Indonesia, namun hanya sebagian kecil yang masih tetap exsis sejak dari dulu. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera sebagai badan usaha yang bergerak di sektor jasa khususnya asuransi jiwa, dituntut untuk dapat menciptakan bisnis dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin dalam upaya tetap unggul untuk persaingan jangka panjang dengan memberikan jaminan kepastian dalam pelayanan kesehataan bagi nasabahnya. Sudah tidak diragukan lagi prestasi dan penghargaan yang telah dicapai oleh AJB Bumiputera 1912 sebagai perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan–perusahaan asuransi yang lain. Hal ini yang memotivasi seluruh karyawan untuk terus mempertahankan eksistensi perusahaan di bidang jasa tersebut. AJB Bumiputera 1912 banyak dikenal masyarakat luas karena telah lama perusahaan jasa ini berdiri.
”Asuransi jiwa menyediakan lembaga bagi orang–orang untuk dapat secara sistematis menciptakan jaminan keuangan bagi keluarganya dan/atau bagi perusahaannya. Ia juga merupakan sumber modal yang penting bagi perusahaan dan industri sehingga dengan demikian ia menunjang perekonomian.” (A. Hasymi Ali, 1993 : 76) Peningkatan minat masyarakat akan asuransi jiwa, mendorong AJB Bumiputera 1912 untuk melayani masyarakat dalam jumlah besar pada suatu wadah kumpulan atau organisasi. Bagian tersebut yaitu divisi asuransi kumpulan (askum). AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta dengan sekuat tenaga memberikan kepuasan pelayanan agar nasabah tidak kecewa dengan kinerja perusahaan. Sistem pelayanan harus dibuat secara sederhana, tidak berbelitbelit dan sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu melakukan desain ulang sistem pelayanannya, jika pelayanan yang diberikan tidak atau belum bisa memuaskan pelanggan. Pelayanan yang diberikan AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta salah satunya yaitu dalam asuransi kecelakaan diri. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui sejauh mana ”SISTEM PELAYANAN ASURANSI KECELAKAAN DIRI PADA AJB BUMIPUTERA 1912 KANTOR CABANG ASKUM YOGYAKARTA ” sebagai judul Tugas Akhir ini. B.
Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut : ” Bagaimana sistem pelayanan asuransi kecelakaan diri pada AJB. Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta?”. C.
Tujuan Pengamatan Dalam pelaksanaan suatu kegiatan, pada dasarnya selalu mempunyai tujuan. Demikian juga dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Manajemen Administrasi (KKMA) ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Operasional a.
Untuk mengetahui dan memperoleh suatu gambaran mengenai sistem pelayanan
asuransi kecelakaan diri pada AJB. Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta b.
Untuk membantu meningkatkan kualitas pelayanan terutama pada asuransi
kecelakaan diri. c.
Untuk mengetahui hambatanhambatan apa saja yang dihadapi dalam pelayanan
asuransi kecelakaan diri
2. Tujuan Fungsional a.
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya tentang bidang pelayanan asuransi kecelakaan diri terutama dalam perannya membantu meningkatkan kualitas pelayanan asuransi kecelakaan diri. 3. Tujuan Individu Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka pada kegiatan pengamatan bertujuan untuk mengkaji teoriteori tentang masalah yang dirumuskan, selain itu tinjauan pustaka juga merupakan landasan dalam menyelesaikan pengamatan. Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan pustaka yang akan digunakan untuk menganalisa setiap variabel dari sistem pelayanan asuransi kecelakaan diri pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta.
D.
Pengertian Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri adalah kesatuan atau
kumpulan bagian subsistem–subsistem yang saling terjalin satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan yaitu kepuasan pengguna dengan jalan melayani atau memberi bantuan kepada orang lain di dalam suatu perusahaan jasa yang menawarkan perlindungan diri dari kecelakaan. 1. Pengertian Sistem Setiap sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar dan terdiri dari berbagai sistem yang lebih kecil yang disebut subsistem. Suatu sistem sangat diperlukan dalam setiap organisasi. Tanpa sistem, sebuah organisasi tidak akan mampu menjalankan usahanya. Ada berbagai pendapat mengenai definisi sistem itu sendiri, antara lain : a. Sistem adalah setiap sesuatu yang terdiri atas obyek–obyek atau unsur– unsur atau komponen–komponen yang bertata kaitan atau bertata hubungan satu sama lain sedemikian sehingga unsur–unsur tersebut merupakan satu kesatuan pemprosesan atau pengolahan yang tertentu. ( S. Prayudi Atmosudirjo, 1979: 231 ) b. Sistem merupakan kumpulan dan komponen yang saling berinteraksi atau saling bergantung yang dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga 1
membentuk suatu kebulatan dan diorganisir untuk mencapai tujuan. ( Radiosunu, 1982 : 7 ) c. Sistem adalah kesatuan jumlah sarana yang saling berkaitan satu dengan lainnya dan secara bersama–sama mengolah rangsang (masukan, input) yang berasal dari lingkungan untuk menghasilkan suatu reaksi (output). ( R. Matindas, 1997 : 5 ) Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, istilah sistem mempunyai beberapa pengertian yaitu : 1) Sekelompok bagian–bagian yang bekerja bersama–sama untuk melakukan sesuatu maksud. 2) Sekelompok dari pendapat, peristiwa, kepercayaan dan sebagainya yang disusun dan diatur baik–baik. 3) Cara atau metode yang teratur untuk melakukan sesuatu. ( Ig. Wursanto, 1995 : 20 ) Tidak ada sebuah sistem yang bisa berlaku untuk semua organisasi. Bagi masing–masing organisasi, sistem harus dipelajari, dirancang dan dikembangkan sendiri–sendiri sesuai dengan tujuan organisasinya. Tetapi, apapun bentuk dan bagaimanapun corak suatu sistem, tujuan terakhir dan cita–cita tertinggi dari penelaahan–penelaahan terhadap sistem dalam organisasi ialah mencapai target/sasaran yang diinginkan organisasi tersebut. 2. Pengertian Pelayanan Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Terdapat berbagai macam definisi mengenai pelayanan seperti yang dikemukakan oleh A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, bahwa pelayanan umum dapat diartikan sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor materiil melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya”(1995 : 26). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan berasal dari kata dasar layan.
Melayani yaitu membantu menyediakan ( menyiapkan ) apaapa yang diperlukan seseorang (1989 : 504), jadi pelayanan dapat diartikan melayani, bukan untuk dilayani karena didalamnya terdapat makna agar yang dilayani merasa terlayani dengan baik. Bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa, memuaskan kebutuhan pelanggan berarti perusahaan harus memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan. Terdapat teknik–teknik dasar dalam pelayanan menurut Endar Sugiarto dalam bukunya “Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa”, yaitu: a. Ucapkan salam pada pelanggan b. Tawarkan bantuan untuk melayani c. Layanilah tamu dengan sebaik–baiknya d. Setelah selesai melayani ucapkan terima kasih ( 1999 : 225 ) Pelayanan haruslah aktif karena di dalam pelayanan pada dasarnya manusialah yang menjadi tujuan pokok baik secara perorangan maupun organisasi atau kelompok badan usaha. Pelayanan yang berdasarkan ikatan organisasi inilah yang menimbulkan pelayanan publik, sebab didalamnya terdapat interaksi antara karyawan dengan masyarakat ataupun publik. Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan maupun instansi pelayanan umum merupakan dasar usaha peningkatan kualitas pelayanan. Penelitian terhadap berbagai pihak yang berkepentingan dengan jasa pelayanan menghasilkan berbagai faktor yang menjadi penghambat peningkatan kualitas pelayanan. Faktor–faktor penghambat tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1.
Kurang otoritas yang diberikan pada bawahan 2.
Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menanggapi keluhan konsumen
3.
Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada ijin dari atasan
4.
Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberi jalan keluar yang baik
e. Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu jam kerja sehingga sulit untuk dihubungi f. Banyak interest pribadi g. Budaya tip h. Aturan main yang tidak terbuka dan tidak jelas i. Kurang profesional ( kurang terampil menguasai bidangnya )
j. Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat k. Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu l. Tidak ada keselarasan antar bagian dalam memberikan layanan m. Kurang kontrol sehingga petugas agak “nakal” n. Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan o. Belum ada sistem informasi manajemen ( SIM ) yang terintegrasi. ( Zulian Yamit, 2005 : 32 ) Pada dasarnya manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan pelayanan yang baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Pelayanan disini yaitu proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang berlangsung menggunakan akal, pikiran, panca indera dan anggota badan dengan atau tanpa alat dalam bentuk barang atau jasa. Menurut Zulian Yamit (2005:21) terdapat beberapa karakteristik jasa pelayanan, karakteristik jasa pelayanan tersebut antara lain : 1. Tidak dapat diraba ( Intangibility ) Jasa adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat disentuh atau tidak dapat diraba. Bagaimanapun juga pada kenyataannya konsumen membeli dan memerlukan sesuatu yang tidak dapat diraba. 2. Tidak dapat disimpan ( Inability to Inventory ) Salah satu ciri khusus dari jasa adalah tidak dapat disimpan. 3. Produksi dan konsumsi secara bersama. Jasa adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama dengan produksi. 4. Memasukinya lebih mudah. Mendirikan usaha di bidang jasa membutuhkan investasi yang lebih sedikit, mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia tidak membutuhkan teknologi tinggi. 5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar. Jasa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti : teknologi, peraturan pemerintahan dan kenaikan harga energi. Sektor jasa keuangan merupakan contoh yang paling banyak dipengaruhi oleh peraturan dan perundang–undangan pemerintah dan teknologi komputer. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang bermutu, oleh sebab itu kualitas yang berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pengguna jasa untuk dapat mewujudkan harapan pengguna jasa.
Perusahaan bisa hancur jika mengabaikan keluhan pelanggan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para petugas ketika menghadapi keluhan pelanggan, antara lain yaitu : 1. Pelanggan biasanya marah pada saat menyampaikan keluhan, tetapi petugas tidak boleh terpancing dan ikut marah. 2. Petugas tidak boleh membuat janji–janji demi menyenangkan pelanggan namun berakibat fatal di kemudian hari, serta tidak menjanjikan sesuatu di luar kewenangannya. 3. Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sementara petugas sudah berbuat maksimal untuk pelanggan, petugas harus berani menyatakan menyerah dengan jujur. Kejujuran adalah kebijaksanaan terbaik. 4. Ada pelanggan yang selalu mengeluh. Dalam menghadapi pelanggan seperti itu, petugas harus sabar dan melakukan pendekatan terhadap orang tersebut secara khusus. ( Endar Sugiarto, 1999 : 204 ) Dijelaskan bahwa wujud pelayanan yang didambakan oleh pengguna jasa adalah sebagai berikut : a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat dalam arti tanpa hambatan yang kadang kala dibuat–buat. b. Memperoleh layanan secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau untaian kata lain yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu baik alasan untuk dinas maupun alasan untuk kesejahteraan. c. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam pelayanan tanpa pandang bulu. d. Pelayanan yang jujur dan terus terang yang artinya apabila ada hambatan karena suatu masalah yang tidak dapat dielakkan hendaknya diberitahukan. ( A.S. Moenir, 1995 : 41–44 ) Pada prinsipnya, ada tiga kunci memberikan layanan pelanggan yang unggul. Pertama, kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Termasuk di dalamnya memahami tipe–tipe pelanggan. Kedua, pengembangan database yang lebih akurat daripada pesaing (mencakup data kebutuhan dan keinginan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi persaingan). Ketiga, pemanfaatan informasi–informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu kerangka strategik. Kerangka ini diwujudkan dalam pengembangan relationship marketing. ( Fandy Tjiptono, 1997 : 128 ) Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan
penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dapat dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Dalam pelaksanaan pelayanan, terdapat delapan dasar untuk memberikan kepuasan pada pelanggan. Pelaksanaan delapan dasar pelayanan tersebut, yaitu : a. Memusatkan Perhatian pada Pelanggan b. Memberikan Pelayanan yang Efisien c. Meningkatkan Perasaan Harga Diri Tamu d. Membina Hubungan Baik dengan pelanggan e. Memberikan Penjelasan dan Keterangan f. Dapat Menentukan Apa Keinginan Pelanggan g. Penjelasan Jasa Pelayanan yang Dapat Diberikan oleh Perusahaan h. Mengalihkan Pelayanan ke Orang Lain ( Endar Sugiarto, 1999 : 171174 ) 3.
Pengertian Asuransi Definisi asuransi bisa diberikan dari berbagai sudut pandang, yaitu dari sudut pandangan ekonomi, hukum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian matematika.
1. Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan ( finansial ). 2. Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung. Jadi tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil. 3. Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/ menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko (sharing of risk) di antara sejumlah besar nasabahnya. Selain itu, asuransi juga merupakan lembaga keuangan bukan bank, yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat yang kemudian menginvestasikan dana itu dalam berbagai kegiatan ekonomi (perusahaan).
4. Dari sudut pandang sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota–anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing–masing anggota tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandangan sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal itu berarti kerugian setiap anggota dipikul bersama. 5. Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko. Hukum probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan. ( Herman Darmawi, 2001 : 2–3 ) Sementara adanya berbagai pendapat mengenai definisi asuransi, masing–masing definisi itu membantu kita memperoleh pengertian tentang sifat asuransi itu. “Asuransi adalah suatu alat sosial yang menggabungkan risiko–risiko individu kedalam suatu kelompok dan menggunakan dana yang disumbangkan oleh anggota–anggota kelompok itu untuk membayar kerugian–kerugian.” ( A. Hasymi Ali, 1993 : 170 ) Terdapat beberapa pendapat mengenai manfaat asuransi. Manfaat asuransi seperti yang dikemukakan oleh Herman Darmawi dalam bukunya Manajemen Asuransi, yaitu : 1. Asuransi melindungi risiko investasi 2. Asuransi sebagai sumber dana investasi 3. Asuransi untuk melengkapi persyaratan kredit 4. Asuransi dapat mengurangi kekhawatiran 5. Asuransi mengurangi biaya modal 6. Asuransi menjamin kestabilan perusahaan 7. Asuransi dapat meratakan keuntungan 8. Asuransi dapat menyediakan layanan profesional 9. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian 10. Asuransi membantu pemeliharaan kesehatan. (1998 : 411) Sedangkan manfaat asuransi menurut Dr. Man Suparman Sastrawidjaja S.H, S.U & Endang S.H, yaitu :
1.
Asuransi dapat memberikan rasa terjamin atau rasa aman dalam menjalankan usaha.
2.
Asuransi dapat menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan, sebab dengan pengalihan resiko kepada perusahaan asuransi maka perusahaan akan mencurahkan perhatian dan pikirannya pada peningkatan usaha.
3.
Asuransi cenderung kearah perkiraan dan penilaian biaya yang layak, dengan demikian perusahaan akan memperhitungkan adanya ganti rugi dari asuransi didalam ia menilai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
4.
Asuransi merupakan dasar pertimbangan dari pemberian suatu kredit.
5.
Asuransi dapat mengurangi timbulnya kerugian–kerugian.
6.
Asuransi merupakan alat untuk membentuk modal pendapatan atau untuk harapan masa depan, terutama dalam asuransi jiwa.
7.
Asuransi merupakan alat pembangunan. Premi yang terkumpul dapat dipakai sebagai dana investasi dalam pembangunan. ( 1997 : 70–71 ) 4. Pengertian Kecelakaan Diri Yang dimaksud kecelakaan diri dalam asuransi kecelakaan diri adalah suatu kejadian/peristiwa yang secara tiba–tiba, tidak diduga sebelumnya, datang dari luar diri peserta, bersifat kekerasan, tidak dikehendaki dan tanpa adanya unsur kesengajaan dalam peristiwa itu yang mengakibatkan peserta menderita cacat jasmani atau meninggal dunia atau sebagai akibat tindakan pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung tidak mempunyai kepentingan dalam asuransinya. Asuransi kecelakaan pribadi adalah sebuah asuransi yang memberi perlindungan (proteksi) kepada orang yang membeli polis jasa asuransi terhadap bahaya atau resiko kecelakaan yang menyebabkan yang berikut ini : 1). Kematian (death) 2). Cacat tetap (permanent disablement) 3). Cacat sementara (temporary disablement) 4). Biaya perawatan dokter dan pengobatan (medical treatment expenses) ( Herman Darmawi, 2001 : 125126 ) Asuransi kecelakaan semakin banyak diminati karena resiko kecelakaan bisa terjadi
dimana saja. Dewasa ini asuransi kecelakaan pada umumnya menawarkan jenis asuransi yang berikut : 1.
Kehilangan jiwa
2.
Kehilangan anggota badan dan penglihatan 3. Penggantian kerugian mingguan untuk ketidakmampuan (disability) total atau sebagian
4.
Penggantian kerugian khusus untuk patah/lepas tulang tertentu
5.
Penggantian ganda ( lipat dua, lipat tiga atau lebih ) 6. Penggantian biaya pengobatan, pembedahan, rumah sakit dan perawatan,
7.
Pembebasan premi untuk ketidakmampuan total ( Drs. A. Hasymi Ali, 1993 : 101 ) Tunjangan yang diperoleh jika kecelakaan menyebabkan cacat tetap atau meninggal ialah 100% dari uang pertanggungan. Tidak semua kecelakaan bisa mendapat ganti rugi. Kejadian atau peristiwa yang dapat dianggap sebagai kecelakaan diri dalam Asuransi Kecelakaan Diri adalah :
a. Keracunan dalam bentuk yang mendadak, karena masuknya gas, uap atau bahan makanan yang mengandung racun ke dalam tubuh yang tidak disengaja oleh peserta. b. Penularan karena masuknya zat–zat yang mengandung kuman–kuman penyakit sebagai akibat dari jatuhnya ke dalam air atau ke dalam zat cair atau zat padat lainnya dengan tidak sengaja. c. Akibat malapetaka yang datang secara mendadak dari luar diri peserta, seperti : kapal karam, pendaratan darurat, keruntuhan, tabrakan kendaraan bermotor. d. Akibat tindakan penganiayaan atau penyerangan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa adanya unsur–unsur kesalahan pada diri peserta, bagaimanapun bentuk dan sifatnya. e. Masuknya kuman–kuman penyakit ke dalam luka yang dikaitkan oleh suatu kecelakaan, misalnya : tetanus atau infeksi. Asuransi kecelakaan juga memiliki bermacam–macam ciri. Ciri tersebut memberi sedikit gambaran tentang asuransi kecelakaan diri kepada orang yang masih awam mengenai asuransi khususnya kecelakaan diri. Ciri–ciri asuransi kecelakaan diri diantaranya yaitu : 1.
Memberikan Santunan akibat kecelakaan : •
Santunan meninggal
•
Santunan Cacat tetap
•
Bantuan biaya perawatan/pengobatan. 2.
Cara bayar premi fleksibel (Tunggal, Semesteran, Triwulanan,
Bulanan). 3.
Tarip premi sama untuk semua usia. 4.
Besarnya premi dibedakan berdasarkan tingkat resiko (Klasifikasi
Pekerjaan) 5.
Masa asuransi 1 tahun atau kurang 6.
Untuk polis dengan jumlah peserta tertentu diberikan
potongan/diskon premi. 7.
Plan Asuransi Kecelakaan Diri dapat berdiri sendiri, tanpa harus
menjadi rider untuk polis lainnya Manfaat Asuransi Kecelakaan Diri : 1. Manfaat bagi Peserta : Plan Asuransi Kecelakaan Diri memberikan manfaat dari segi financial bagi keluarga peserta jika kecelakaan tersebut sampai menyebabkan kematian atau cacat tetap dan atau biaya pengobatan yang akan mengganggu keperluan lain yang telah direncanakan. 2. Manfaat bagi Perusahaan/Organisasi : a. Membantu perusahaan/organisasi dalam hal penyediaan dana santunan sebagai tanggung jawab moral pengusaha/organisasi terhadap karyawan/anggota maupun keluarganya yang mendapat musibah kecelakaan. b. Memberikan citra yang baik bagi perusahaan karena perusahaan/organisasi tersebut peduli pada karyawannya. c. Meningkatkan loyalitas, memotivasi dan produktivitas kerja karyawan. E. Metode Pengamatan Berdasarkan tentang tinjauan pustaka tersebut didepan, maka akan diuraikan tentang metode pengamatan. Pengamatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu pengamatan yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, menuturkan dan menganalisa data yang ada sekaligus memberi penjelasan. Jadi berdasarkan penjelasan tersebut data yang dikumpulkan dalam pengamatan ini bersifat
penjelasan dan gambaran yang menjelaskan tentang pokok pembahasan dalam pengamatan, sebagian besar data yang diperoleh bukan berupa angka dan nominal yang bersifat matematis. 1.
Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan bagaimana Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta. Sumber data yang diperlukan antara lain : 1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis dari obyek pengamatannya, tujuannya agar memperoleh data sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam pengamatan, sumber data primer berupa informan yaitu pegawai AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta. 2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau dari pihak yang berhubungan dengan obyek pengamatan, guna mendukung data primer. Adapun sumbersumber datanya berupa : a. Dokumendokumen yang dimiliki AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta b. Bukubuku literatur (profil produk, struktur organisasi, sejarah perusahaan) c. Website dari AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta d. Buku pendukung studi pustaka lainnya
2.
Teknik Pengumpulan Data Kecermatan dalam memilih dan menyusun teknik/cara pengumpulan data ini sangat berpengaruh pada subyektifitas hasil pengamatan. Penulis dalam usaha memperoleh data, yaitu melalui cara sebagai berikut: 1. Pengamatan langsung (observasi) Yaitu pengumpulan data secara langsung terhadap obyek yang diamati. Observasi ini dilakukan dengan cara mengikuti program magang di AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta 2. Wawancara ( Interview) Pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara lisan dan langsung, sehingga penulis dapat mengadakan pendekatan secara langsung dengan pihak yang bersangkutan. Penulis memilih langsung informan yang tahu mengenai permasalahan yang sedang diamati
3. Telaah Dokumen Telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan membaca dan mempelajari brosurbrosur, peralatanperalatan, laporan dan literatur lain yang berhubungan dengan materi pengamatan. Metode dokumentasi merupakan metode pokok dalam pengamatan ini, sebab dalam pengolahan data penulis banyak menggunakan dokumentasi yang ada.
3.
Teknik Analisis Data Analisa data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis maka data akan dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah dalam pengamatan. Dalam teknik analisis data ini penulis menggunakan model analisis interaktif, sesuai dengan tujuan proses pengamatan yakni proses pengumpulan data saling berinteraksi dalam satu proses membentuk suatu siklus. Teknik analisis data ini juga dipakai untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai Sistem Pelayanan Asuransi Kecelakaan Diri pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta. Datadata dan informasi yang diperoleh dengan membaca, mencatat, bertanya dan mempelajari buku diktat maupun literatur yang berkaitan serta mendukung pengamatan, untuk selanjutnya dikelompokkan dan diklasifikasikan menurut jenisnya. Kemudian dari data tersebut diolah dan dianalisa berdasarkan permasalahan yang ada kemudian disajikan dalam bentuk laporan.
KCA TTA KUO AKA BAB III KUAK KASIR AGEN ASKUM DESKRIPSI PERUSAHAAN PEG. ADMIN F. Gambaran Umum Tentang Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 1.Kelahiran AJB Bumiputera 1912 Lahirnya AJB Bumiputera 1912 tidak dapat dipisahkan dari Kebangkitan Nasional, dalam bab ini Penulis akan mengulas secara ringkas kaitannya dengan “Boedi Oetomo” baik secara kelembagaan, tokohtokohnya, sifat dan cara perjuangan yang dipilih, karena AJB Bumiputera 1912 adalah bagian dari pergerakan nasional pada kurun waktu yang sama dengan pendirinya Budi Utomo yang dijadikan tonggak sejarah untuk kemudian dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Dilatar belakangi oleh kondisi bangsa Indonesia yang terjajah selama lebih hampir tiga ( 3 ) abad oleh colonial Belanda maka timbulah Gerakan Nasional oleh bangsa Indonesia yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo yang merupakan gabungan dari unsur unsur Jong Java, Jong Sumatera, Jong Batak Bond, Jong Islamieten Bond, dan Jong Selebes. Boedi Oetomo yang didirikan Dr. Soetomo dan kawankawannya di STOVIA Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908, yang mempunyai susunan pengurus sebagai berikut: Ketua
: Soetomo
Wakil Ketua : Moh. Soelaeman Sekretaris I
: Soewarno
Sekretaris II : Goenawan Mangoen Koesoemo Bendahara
: Angka
Pada bulan Agustus 1908 berdirilah Boedi Oetomo Cabang Yogyakarta I yang diketuai oleh Dr. Wahidin dengan anggota Pengurus 1
yang terdiri dari bangsawan. Sedangkan Cabang dari Yogyakarta II diketuai oleh M. Djoko Soeroso yang angotanya terdiri atas pelajarpelajar Kweekschool ( Sekolah Pendidikan Guru ) Jetis Yogyakarta. Menjelang konggres I Boedi Oetomo yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 35 Oktober 1908, dibentuk Panitia Konggres yang susunannya sebagai berikut : Ketua
: Dr. Wahidin Soediri Hoesodo
Wakil Ketua : R. M. Pandji Brotoatmojo Penulis I
: M. Ng. Dwidjosewojo
Penulis II
: R. Sosrosoegondo
Bendahara
: Pangeran Noto Dirodjo
Dari anggota panitia itu diketahui bahwa M. Ng. Dwidjosewojo berasal dari unsur Boedi Oetomo Cabang Yogyakarta II, karena dia adalah guru Bahasa Jawa di Sekolah Pendidikan Guru tersebut diatas. Hal ini perlu penulis kemukakan karena akan ada kaitannya dengan kegiatan dan penganut Boedi Oetomo dikalangan guru. Berdirinya Boedi Oetomo mempunyai dampak yang luas dikalangan Kaum Pergerakan Nasional di Indonesia. Berbagai perkumpulan muncul dengan program perjuangan masing masing, seperti Serikat Perdagangan Islam ( SDI ) di Jakarta tahun 1909, disusul dengan pendirian SDI di Bogor dan Surakarta, Indische Partij 1912, dan pergerakanpergerakan lain. Sifat perjuangan Boedi Oetomo adalah moderat, inilah yang membedakan dengan organisasi pergerakan lain yang sifatnya radikal, sifat moderat Boedi Oetomo ini tercermin dari pilihan tokoh yang memimpin, hampir semua pengurus Boedi Oetomo baik pusat maupun cabang memilih cara perjuangan yang moderat yang kooperatif dengan Belanda. Dari sifat perjuangan Boedi Oetomo yang moderat itu, menimbulkan kontroversi. M. Ng. Dwidjosewojo pernah memperjelas sifat Boedi Oetomo, yaitu moderat dalam cara perjuangannya dan kooperatif dalam menghadapi Pemerintahan Kolonial Belanda. Pernyataan tersebut mengundang berbagai reaksi, yang paling tajam datang dari kelompok Radikal Revolusioner. Bahkan Soewardi Soerjaningrat pernah mencurigai Dwidjosewojo sebagai de loyal “strooplikers” walaupun pada akhirnya pernyataan itu diralatnya sendiri. Tentang M. Ng. Dwidjosewojo ini ada hal menarik untuk dikemukakan, yaitu besarnya
peranan dan pengaruh di lingkungan Boedi Oetomo. Di sini Dwidjosewojo berperan sangat aktif bersama rekanrekannya dari Boedi Oetomo seperti Sastrowidjoyo, maka dari sini dapat disimpulkan bahwa Dwidjosewojo adalah motor penggerak dihampir semua kegiatan Boedi Oetomo, baik di bidang sosial, maupun politik seperti perjuangannya dalam membentuk Volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda) yang terwujud pada tahun 1918. Juga salah satu usahanya adalah membentuk organisasi di kalangan para guru. Pembentukan organisasi ini merupakan cikal bakal berdirinya AJB Bumiputera 1912 yang sekarang. Tahun 1912 Dwidjosewojo mendirikan Perserikatan Guruguru Hindia Belanda ( P.G.H.B ) yang mendapat pengakuan dari pemerintah pada tanggal 18 Desember 1912. Pada Konggres I di Magelang tanggal 12 Februari 1912 P.G.H.B memilih Pengurus Besarnya yang terdiri dari : Ketua
: Mas Karto Hadi Soenoto, Guru Bahasa Melayu, MOSVIA Magelang
Sekretaris
: M. Ng. Dwidjosewojo
Bendahara
: Mas Amidjojo, Guru H.I.S Magelang
Meskipun tidak diketemukan sumber yang dapat menjelaskan pembentukan organisasi guru ini, tapi dapat diduga bahwa dalam Boedi Oetomo sendiri banyak sekali yang anggota anggotanya menduduki jabatan sebagai guru, yang konon tidak mendapat perlakuan yang layak dari Pemerintah Hindia Belanda, antara lain tidak adanya peraturan tentang gaji yang memadai, juga belum ada ketentuan tentang dana pensiun. Perasaan senasib kaum guru itulah yang mendorong mereka membentuk organisasi profesi untuk memperjuangkan kepentingan yang dianggap mendesak. Lagipula, salah satu program Boedi Oetomo adalah memajukan pendidikan bagi anakanak Bumiputera. Sebagai seorang tokoh yang mengetahui benar kondisi para guru pada masa itu, Dwidjosewojo menggunakan Konggres I Magelang sebagai forum untuk mencetuskan gagasannya mendirikan Asuransi Jiwa. Sebelumnya ia pernah melontarkan gagasan ini dalam Konggres Boedi Oetomo 1910, namun karena organisasi Boedi Oetomo terdiri dari berbagai unsur yang secara sosial ekonomi tidak homogen, sebagian serba kecukupan dan sebagian lagi dalam keadaan tidak baik, rupanya pihak pengurus besar Boedi Oetomo yang sebagian besar
terdiri dari pejabat Pemerintahan yang sudah mapan secara ekonomi, menjadi kurang peka terhadap usulan ini dan akhirnya usulan ini tidak ada kelanjutannya. Solidaritas di kalangan para guru yang terbentuk karena persamaan nasib, telah membuat gagasan Dwidjosewojo memperoleh sambutan yang sangat positif. Konggres I P.G.H.B di Magelang pada tanggal 12 Februari 1912 dengan suara aklamasi menerima usulan Dwidjosewojo dan kawankawan tokoh guru lainnya, untuk mendirikan sebuah perusahaan Asuransi Jiwa khusus untuk anggota P.G.H.B dan diberi nama “Onderlinge Levensverzekering Maatschappj P.G.H.B” disingkat O.L Mij. P.G.H.B yang berkedudukan di Magelang sebagaimana disebutkan di muka, O.L Mij. P.G.H.B ini dipimpin oleh Pengurus Besar P.G.H.B yaitu : Direktur
: M.K.H Soebroto
Sekretaris
: M. Ng. Dwidjosewojo
Bendahara
: M. Adimidjojo
Ada sumber lain yang menyebutkan bahwa M. Ng. Dwidjosewojo tidak menjabat sebagai sekretaris tetapi Komisaris O.L Mij. P.G.H.B, dan perlu diketahui bahwa bentuk usaha ”onderlinge” pada saat itu dapat didirikan tanpa harus mengeluarkan modal terlebih dahulu, lagipula pada saat itu belum ada UndangUndang yang mengatur perasuransian, asuransi jiwa khususnya. Semua kegiatan usaha diatur berdasarkan Kitab Undang Undang Hukum Dagang (W.v.K) dan Kitab UndangUndang Hukum Perdata ( B.W ) yang dibuat pada pertengahan abad 19. Kelanjutan usaha O.L Mij. P.G.H.B selanjutnya kurang menggembirakan, karena adanya masalah, antara lain diantara para pengurus P.G.H.B tidak ada seorangpun yang memiliki kualifikasi untuk memimpin perusahaan Asuransi Jiwa, yang mengharuskan adanya keahlian khusus, seperti keahlian dalam bidang matematika ( aktuaria ), keahlian bidang seleksi, dan keahlian lain yang lazim dibutuhkan dalam perusahaan asuransi. Keadaan perusahaan yang kurang baik memaksa mereka untuk mencari pemecahannya antara lain dengan meminta subsidi per tiap bulan kepada pemerintah Hindia Belanda. Permintaan subsidi dikabulkan pemerintah dengan memberikan subsdi f 300 perbulan dengan perjanjian agar O.L Mij. P.G.H.B tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan P.G.H.B saja tetapi
sudah dapat menerima pegawai negeri dan pegawai swapraja di seluruh Indonesia. Dengan begitu dan juga merupakan suatu keharusan bahwa O.L Mij. P.G.H.B saat ini tidak hanya anggota P.G.H.B saja melainkan bagi umum. Maka O.L Mij. P.G.H.B harus menyesuaikan dengan tuntutan tersebut dan dirubah menjadi perusahaan yang terbuka bagi masyarakat yang lebih luas. Mengingat karena usaha ini tidak diperuntukkan bagi anggota P.G.H.B saja melainkan untuk masyarakat yang lebih luas juga dengan pertimbangan lain akhirnya O.L Mij. P.G.H.B diganti namanya menjadi O.L Mij. Boemipoetra diumumkan melalui majalah resmi P.G.H.B DwidjoOetomo edisi 25 Desember 1914, jadi jelaslah bahwa perubahan tersebut sebagai akibat dari pemberian subsidi pemerintah Hindia Belanda yang disertai perjanjian bahwa perusahaan untuk selanjutnya tidak hanya dibuka bagi anggota P.G.H.B saja tapi juga bagi pegawai negeri lainnya, dan tidak boleh menerima kalangan swasta. Demikianlah sejarah kelahiran Bumiputera 1912, melalui likuliku yang mencerminkan kondisi perjuangan pada jamannya. Mulamula Dwidjosewojo yang menjabat sebagai sekretaris pengurus besar Budi Utomo mendapat kiriman laporan tahunan NILLMIJ tahun 1908, yang kemudian mengilhaminya untuk mendirikan perusahaan asuransi jiwa bagi kaum Bumiputera, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka, yang merupakan salah satu maksud tujuan didirikannya Budi Utomo. Perjalanan Bumiputera 1912
2. a.
Masa Hindia Belanda AJB Bumiputera 1912 saat itu tidak mendapat dukungan dari pemerintah Kolonial
Hindia Belanda, dapat digambarkan sulitnya posisi Bumiputera 1912 pada waktu itu adalah sebagai berikut: a. Bumiputera 1912 harus menghadapi persaingan, baik secara teknik maupun secara komersial dengan perusahaan asing yang lebih maju dan pada waktu yang bersamaan masih menerima tekanan dari pihak pemerintah Kolonial Hindia Belanda agar Bumiputera 1912 tetap terbelakang terutama dalam bidang teknik dan komersial. b. Bumiputera 1912 hanya diperbolehkan bagi kalangan Hindia Belanda dan Swapraja saja, larangan tersebut dicabut pada tahun 1923 bersamaan dengan dihentikannya subsidi sebesar f300 per bulan sejak tahun 1913.
c. Di bidang teknik yaitu aktuaria, pihak Belanda tidak pernah memberikan bimbingan yang memadai, apalagi mendidik tenaga Bumiputera untuk menjadi aktuaris yang kompeten, pihak Belanda hanya menyerahkan tabeltabel cadangan premi yang siap pakai, walaupun orang yang menghitung cadangan premi untuk Bumiputera 1912 itu tidak mempunyai latar belakang pendidikan aktuaria sama sekali. Seandainya tabeltabel itu palsu, pihak Bumiputera tidak dapat berbuat apaapa. b.
Masa Pendudukan Jepang Jepang menduduki Indonesia dengan mengalahkan tentara Kolonial Belanda yang
didukung sekutu dalam rangka memenangkan perang dan bukan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu Kolonialisme. Dalam keadaan seperti itu hampir di semua sektor mengalami kekalutan tidak terkecuali Bumiputera 1912. Direksi terpaksa mengeluarkan peraturan darurat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan diantaranya: 1. Pembekuan sementara peraturanperaturan pinjaman polis 2. Pembekuan peraturan penjualan polis 3. Pembayaran klaim dilakukan dengan angsuran c.
Masa Revolusi Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 mengubah keadaan bangsa yang semula
terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Namun kemerdekaan terancam oleh kembalinya pihak penjajah Belanda dan pihak tersebut mempengaruhi seluruh Direksi Bumiputera 1912 untuk mewujudkan citacita yang selama ini terhambat oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan pemerintahan tentara Jepang. Lalu segara dibentuk “Planning Board” (Badan Perencanaan) yang dipimpin Notohamiprojo, dimaksudkan untuk mencapai sasaran modernisasi Bumiputera 1912. Perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan memuncak sehingga terjadi pertempuran diseluruh wilayah Indonesia, terutama Jawa dan Sumatera, disusul perang gerilya lantaran tentara kolonial Hindia Belanda berhasil menguasai perkotaan, semua rencana Direksi Bumiputera belum ada yang direalisasikan. Bahkan antara tanggal 19 Desember 1948 sampai akhir Juni 1949 kantorkantor Bumiputera 1912 terpaksa ditutup. Arsiparsip perusahaan banyak yang hilang dan rusak, gedunggedung kantor milik perusahaaan banyak yang rusak, ada yang dipindah tangan dan tidak dapat digunakan lagi.
Masa Pembangunan
Tanggal 1 Juni 1949, Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta. Demikian juga dengan Bumiputera 1912 yang segera kembali membuka kantornya sedikit demi sedikit keadaan mulai berlangsung membaik. Kemunduran perusahaan akibat perang Pasifik antara tahun 19411945 dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan antara tahun 19451949 secara sistematik dapat diatasi. Dan Bumiputera 1912 dapat memulai pembangunan secara modernisasi yang sebelumnya telah direncanakan. Nilai Perjuangan AJB Bumiputera 1912
3.
Gerakan usaha AJB Bumiputera 1912 mempunyai nilai kejuangan yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan bahwa lahirnya AJB Bumiputera 1912 dilatarbelakangi oleh: a. Kondisi bangsa dan masyarakat yang terjajah dan ingin bangkit. b. Kesejahteraan para guru Hindia Belanda ( pribumi ) yang diperlakukan berbeda dengan guruguru Belanda. Nilai kejuangan yang ditunjukkan bahwa AJB Bumiputera 1912 didirikan dengan bentuk mutual karena : a. Untuk mewujudkan citacita bersama masyarakat sejahtera. b. Hanya memerlukan anggota dan tanpa modal ( uang ) yang memang tidak dimiliki oleh para pendiri. c. Sebagai sarana media persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. d. Sebagai perwujudan budaya gotong royong/usaha bersama (ondernaling/mutual). e. Didirikan dari, oleh dan untuk anggota yang dimanifestasikan dengan kedudukan tertinggi ada pada anggota yang diwakili oleh Badan Perwakilan Anggota (BPA) dan organisasinya. Dengan tanpa uang maka modal utama yang sesungguhnya adalah idealisme, semangat nasionalisme, patriotisme dan dedikasi terhadap perjuangan G. Bentuk Usaha Bersama Istilah bentuk usaha bersama yang digunakan dalam laporan ini dibatasi pada pengertian yang berasal dari istilah bahasa Belanda onderling yang dalam bahasa Inggris mutual: yang dikaitkan dengan bentuk perusahaan asuransi onderlinge maatschappij/mutual company. Dengan demikian, secara istilah “usaha bersama” dalam laporan ini hanya sebatas untuk pembahasan bentuk usaha bagi perusahaan asuransi jiwa.
Menurut sejarahnya, ciriciri utama usaha bersama dibidang asuransi adalah: a. Besarnya premi yang harus dibayar tidak tetap. Dalam rangka perkembangannya di kemudian hari, premi tidak tetap ini juga digunakan perusahaan yang berbentuk lain dari usaha bersama. b. Usaha bersama tidak memerlukan modal. Hal ini yang membedakan bentuk usaha bersama dengan perseroan terbatas ( PT ). c. Pada dasarnya, usaha bersama tidak mengejar laba. Jika ada surplus dari hasil usahanya, maka surplus itu dibagikan pada seluruh pesertanya. d. Asuransi dalam bentuk usaha bersama berstandar pada resiko murni, sedang bentuk perseroan terbatas dengan premi tetapnya dapat saja menetapkan asas resiko spekulatif, jadi ada dua unsur laba yang diharapkan dari modal yang ditanamkannya. e. Dalam usaha bersama, resiko dipikul oleh para peserta sendiri sebagai pemilik perusahaan, sedang pada Perseroan Terbatas, perusahaanlah yang memikul resikonya. a.
Tujuan Berdirinya Bumiputera 1912
1. Masa Kelahiran Bumiputera 1912 Berusaha memperbaiki nasib dan derajat guruguru Indonesia, yang konon pada saat itu merupakan golongan pegawai paling rendah, baik gaji maupun martabatnya, dibanding dengan pegawai pemerintah di lingkungan pemerintahan ( pamong praja ). 2. Masa Pembangunan Setiap usaha baik jasa maupun non jasa pastilah mempunyai tujuan yang ingin dicapai untuk kemajuan perusahannya, Bumiputera 1912 sendiri sebagai badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik. Bumiputera 1912 juga berupaya untuk terus memajukan kelangsungan usaha ini antara lain menjamin kesejahteraan keluarga dan ikut membangun bangsa dan negara menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Dan usaha yang dilakukan ini selalu berprinsip pada gotong royong, dimana semua akibat atau resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab bersama. AJB Bumiputera memiliki visi baru yang secara umum dibangkitkan oleh idealisme dan nilai luhur perusahaan yang perwujudannya dilakukan dengan cara baru yang tidak selalu konstan, sehingga menjadi satu kesinambungan memimpin dalam era globalisasi terutama dalam hal tertentu harus berkaitan dengan kegiatan AJB Bumiputera 1912 yaitu product dan
service, distribution, channel, costumer foccus, outstanding organization. Dimana setiap perubahan pola konsumen yang juga cepat berubah, maka Bumiputera memfokuskannya pada para nasabah yaitu dengan cara pemisahan aktivitas asuransi dengan investasi, mengorganisasikan segmen pasar, sehingga konsumen dapat dengan mudah memilih asuransi yang diinginkannya dan sesuai garis program asuransi yang ditawarkan AJB Bumiputera 1912, serta mengidentifikasi need and want yang sesuai dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen saat ini. b.
Visi dan Misi AJB Bumiputera 1912 Visi : “ Selalu berada dibenak dan di hati masyarakat melalui cara dengan mempertinggi kepercayaan ( terpercaya ) : mempertinggi kualitas output ( bermutu ); Mempertinggi efisiensi ( terefisien ) dengan cara memfokuskan pada nasabah untuk mencapai hasil operasi yang prima dalam rangka mengembangkan organisasi ” Misi : “ Menjadikan AJB Bumiputera 1912 sebagai Asuransinya Bangsa Indonesia “
c.
Pengertian Asuransi Jiwa
1. Pengertian Asuransi Asuransi adalah peniadaan resiko kerugian yang datanganya tak terduga sebelumnya yang menimpa seseorang dengan cara menggabungkan sejumlah orang yang menghadapi resiko yang sama dan mereka itu membayar premi yang besarnya cukup untuk menutupi resiko kerugian yang mungkin atau pasti menimpa salah seorang atau lebih diantara mereka. 2. Pengertian Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa adalah pelimpahan resiko ( risk shifting ) kerugian ekonomi dari tertanggung kepada penanggung akibat meninggal atau hilangnya jiwa tertanggung pada usia produktif atau mencapai usia tua sehingga tidak mampu bekerja. Jadi resiko yang dilimpahkan pada penanggung bukanlah resiko hilangnya jiwa tertanggung melainkan kerugian ekonomi sebagai akibat meninggalnya jiwa tertanggung. d.
Sumber Hukum Asuransi Jiwa 1.
Pasal 33 ayat 1 UUD 1945
“ Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan “. 1. Kitab UndangUndang Hukum Perdata, buku ke 3 tentang perikatan 2. Kitab UndangUndang Hukum Dagang, buku ke 1 bab IX dan bab X, UU No. 2/92 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. 3. PP No. 73/92 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian e.
Produk Dasar Asuransi Jiwa
1. Formula Dasar Produk Asuransi Jiwa a. Term Insurance Merupakan program asuransi jiwa dimana uang pertanggungan akan dibayar kepada yang ditunjuk jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi. Jika sampai habis kontrak tertanggung masih hidup maka tak ada pembayaran uang pertanggungan ( death benefit ) b. Whole Life Program asuransi jiwa yang berlaku seumur hidupnya tertanggung. Whole Life dibedakan menjadi 3 yaitu ; i. Asuransi seumur hidup tanpa batasan, artinya premi dibayar secara berkala sepanjang tertanggung masih hidup ii. Asuransi seumur hidup dengan batasan, artinya premi dibayar secara berkala sampai umur tertentu misal 5560 tahun atau 65 tahun. iii. Asuransi seumur hidup dengan premi tunggal artinya premi dibayar sekaligus kemudian polis menjadi bebas premi.
c. Pure Endowment Suatu Asuransi dimana pertanggungan hanya akan dibayarkan jika tertanggung masih hidup pada akhir masa asuransinya, tapi jika tertanggung meninggal pada masa asuransi maka tidak ada pembayaran uang pertanggungan. Jelas bahwa pure endowment hanya menitikberatkan pada unsur saving saja. 2. Produk yang dipasarkan AJB Bumiputera 1912 Sesuai dengan UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian maka sebagai
perusahaan AJB Bumiputera 1912 memasarkan 4 macam produk dasar yaitu : 1. Asuransi Jiwa 2. Asuransi Kecelakaan 3. Asuransi Kesehatan 4. Program Aktivitas •
Produk AJB Bumiputera 1912 Berdasarkan Segmen Pasar i.
Asuransi Jiwa Perorangan
1. Asuransi Jiwa Perorangan Standard Produk asuransi jiwa perorangan yang diperuntukkan bagi para perorangan untuk segmen pasar kelas menengah (standar), dipasarkan dan dikelola oleh Divisi Asuransi Jiwa Standar. 2. Asuransi Jiwa Perorangan Eksekutif Produk asuransi jiwa perorangan yang diperuntukkan bagi pasar perorangan untuk segmen pasar kelas atas (eksekutif), dipasarkan dan dikelola oleh Divisi Asuransi Jiwa Eksekutif ii.
Asuransi Kumpulan
Produk asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, asuransi kesehatan, dan program anuitas yang diperuntukkan bagi pasar organisasi (kumpulan), dipasarkan dan dikelola oleh divisi asuransi jiwa kumpulan.
Struktur Organisasi Kantor Operasional Askum ( Asuransi Kumpulan )
KCA : Kepala Cabang Askum TTA : Tenaga Teknik Aktuaria AKA : Agen Koordinator Askum KUO : Koordinator Unit Operasional KUAK : Koordinator Unit Administrasi Keuangan
f.
Karakteristik Produk Askum
1. Satu Polis Asuransi kumpulan memberikan perlindungan/proteksi terhadap peserta atau tertanggung dalam satu kontrak asuransi dengan satu polis yang dipegang oleh pemegang polis. 2. Sertifikat Peserta Peserta Asuransi Kumpulan diberikan sertifikat peserta sebagai bukti kepesertaannya dalam asuransi kumpulan. 3. Polis Terbuka Dalam perjalanan masa asuransi dapat dilakukan penambahan peserta/tertanggung. 4. Administrasi Sederhana Administrasi asuransi kumpulan dikatakan sederhana karena : i. Hanya dengan satu surat permintaan sejumlah peserta yang ditandatangani oleh pemegang polis ii. Hanya dengan satu kuitansi premi untuk bukti pembayaran premi pertama maupun premi lanjutan. 5. Korespondensi Sederhana Korespondensi dengan para nasabah cukup dilakukan dan hanya berhubungan dengan pemegang polis untuk mengurus keperluan asuransi bagi semua peserta. 6. Faktor Biaya Rendah Dengan kesederhanaan administrasi dan korespondensi, mengakibatkan rendahnya biaya dalam premi untuk setiap peserta bila dibanding dengan faktor biaya pada asuransi perorangan. 7. Premi Lebih Rendah Dengan rendahnya biaya dalam premi maka secara langsung preminya menjadi lebih rendah. Faktor lain adalah kemungkinan tabel mortalita yang digunakan dalam menghitung premi lebih maju 8. Experience Rating Dalam menentukan premi terhadap program asuransi, khususnya pada penjualan ulang akan melihat pada pengalaman sebelumnya. Hasil perhitungan premi dapat lebih rendah
atau lebih tinggi, tergantung pengalaman klaim tahun sebelumnya atas peserta yang diasuransikan. 9. Uang pertanggungan dapat diperlakukan sama atau berbeda untuk setiap peserta. 10. Profit Sharing Pada planplan tertentu dimungkinkan adanya pembagian keuntungan kepada pemegang polis pada masa asuransi. Ada 2 macam profit sharing yaitu : a.
Mortalita Profit Sharing Yaitu pembagian keuntungan mortalita pada plan asuransi ekawaktu dan ekawarsa. Apabila klaim meninggal pada plan tersebut sampai dengan berakhirnya masa asuransi lebih kecil dari asumsi perhitungan teknik pada awal asuransi, maka terdapat pembagian keuntungan.
b.
Profit Sharing pada Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan Apabila klaim rawat inap dan pembedahan lebih kecil dari asumsi perhitungan teknik pada awal asuransi, maka terdapat pembagian keuntungan (profit sharing). 11. Premi Kembali Pada kondisi tertentu dimungkinkan adanya pengembalian premi. Misalnya pada rawat inap dan pembedahan, apabila ada peserta mengundurkan diri sebelum berakhirnya masa asuransi, maka premi akan dikembalikan kepadanya. 12. Peserta Berhenti Pada produk saving (tabungan), apabila peserta menghentikan asuransinya dapat diambil nilai tunainya atau diubah menjadi Asuransi Jiwa Perorangan. 13. Pembayaran Premi Cara pembayaran premi berdasarkan sistem pendanaan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : a. Non Contributory Pembayaran premi seluruhnya ditanggung oleh pemegang polis. Dalam hal demikian maka seluruh karyawan yang memenuhi syarat harus diasuransikan. b. Contributory Pembayaran premi yang dananya berasal dari kontribusi pemegang polis dan
peserta. Dalam hal demikian sekurangkurangnya 75 % dari seluruh karyawan yang memenuhi syarat harus diasuransikan. c. Sepenuhnya Oleh Peserta Dalam hal ini seluruh premi dibayar oleh pemegang polis dan peserta berperan sebagai penghimpunan dan membayarkan premi ke perusahaan asuransi. 14. Tailor Mode Meskipun terdapat produk standar, namun dapat dilayani permintaan modifikasi produk standar atau bahkan mendisain produk khusus ( pure tailor made ) g.
Istilahistilah Yang Berlaku Pada Askum 1.
Direksi
: Direksi AJB Bumiputera 1912
2. Badan Perwakilan Anggota : Lembaga tertinggi di AJB Bumiputera 1912 yang memiliki kekuasaan tertinggi. Anggotanya berasal dari pemegang polis yang dipilih oleh pemegang polis itu sendiri. 3. Badan
: Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912
4. Polis
: Akte perjanjian Asuransi Jiwa Kumpulan antara badan dengan
pemegang polis. 5. Pemegang Polis
: Lembaga yang mengadakan kontrak asuransi jiwa kumpulan
dengan lembaga. 6. Peserta/tertanggung : Seorang yang atas jiwanya diasuransikan dan terdaftar pada peserta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari polis asuransi jiwa kumpulan. 7. Yang ditunjuk : Lembaga atau seseorang yang mendapat kuasa dari pemegang polis yang ditunjuk untuk menerima uang pertanggungan. 8. Sertifikat
: Tanda bukti dalam keikutsertaan pada Asuransi Jiwa Kumpulan.
9. Uang Pertanggungan : Sejumlah uang yang tercantum pada sertifikat dan atau daftar peserta yang pembayarannya dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya peserta. 10. Premi
: Jumlah uang yang disetujui oleh pemegang polis yang wajib dibayarkan
kepada badan untuk memperoleh manfaat asuransi. 11. Klaim
: Tuntutan hak dari pemegang polis kepada badan untuk mendapatkan
santunan atau jaminan karena syaratsyaratnya pemenuhan haknya sudah terpenuhi.
12. Plan
: Suatu rancangan produk atau program yang memberikan manfaat
asuransi yang ditawarkan pada pasar. Plan menjelaskan secara detail mengenai manfaat manfaat atau benefit, premi, ketentuan underwriting dan syaratsyarat lain yang berhubungan dengan produk tersebut. 13. Nilai Tunai
: Sejumlah uang yang akan diterima oleh pemegang polis jika yang
bersangkutan membatalkan penutupan dan menyerahkan kembali polis kepada perusahaan. Nilai tunai hanya terdapat pada polis yang mengandung unsur tabungan. 14. Jangka asuransi/kontrak
: Lamanya kontrak asuransi sesuai dengan yang
diperjanjikan yang dihitung sejak mulainya kontrak asuransi sampai dengan berakhirnya kontrak asuransi yang tertuang dalam polis, daftar data peserta atau sertifikat peserta. 15. Mulai Asuransi
: Mulai berlakunya kontrak perjanjian dimana hak dan kewajiban
masingmasing pihak mulai timbul. 16. Cara Bayar
: Suatu sistem pembayaran premi yang disepakati pemegang polis sesuai
dengan polis yang diambilnya. Pada dasarnya premi asuransi dibayarkan secara tahunan, namun perusahaan dapat mengambil kebijaksanaan dengan cara pembayaran premi dengan cara cicilan yaitu antara lain dengan premi cicilan bulanan, premi cicilan triwulanan, premi cicilan setengah tahunan, dan tahunan serta tunggal atau sekaligus. 17. Usia
: Usia tertanggung pada saat masuk menjadi peserta asuransi kumpulan.
Menurut ketentuan standar, usia peserta ditambah dengan lama kontrak asuransi tidak boleh melebihi 65 tahun. Dalam penghitungan usia biasanya diadakan pembulatan. Sedangkan cara menghitung usia adalah dengan menghitung selisih tahun dan bulan pada saat masuk atau mulai asuransi dikurangi tahun dan bulan kelahiran calon tertanggung
BAB IV
PEMBAHASAN 1.
CARA PEMBERIAN PELAYANAN PADA NASABAH Cara pemberian pelayanan yang baik sangat penting dilakukan oleh setiap perusahaan. Karena dengan memberikan pelayanan yang baik akan meningkatkan citra perusahaan. AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta yang mempunyai jumlah nasabah yang cukup banyak, juga perlu memberikan pelayanan yang baik bagi nasabahnya. Untuk meningkatkan kualitas serta keberhasilan yang ingin dicapai oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta, maka dibutuhkan cara– cara dalam memberikan pelayanan pada nasabah. Dalam hal ini pegawai dan juga penagih (agen) harus berusaha dengan baik dalam meningkatkan pelayanan bagi nasabahnya. Penagih (agen) dan pegawainya harus berkomunikasi dengan baik karena mereka yang biasa berhadapan langsung dengan para nasabahnya. Adapun cara yang ditempuh para pegawai AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada nasabah antara lain sebagai berikut : 1. Sabar dalam memberikan pelayanan dan menjawab semua pertanyaan dari nasabah dengan penuh perhatian. 2. Bersikap ramah apabila berbicara dengan nasabah dengan menggunakan nada bicara yang sopan 3. Mampu memberikan kesan yang baik terhadap para nasabah yang datang ke AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta. 4. Para pegawai dan para penagih berusaha meningkatkan pengetahuan tentang jasa–jasa yang ditawarkan oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta 5. Jujur serta menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh para nasabah. Itulah cara–cara yang dilakukan oleh AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta dalam memberikan pelayanan bagi nasabahnya. Dan 1
untuk itu diharapkan para nasabahnya dapat semakin memberikan kepercayaannya pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Cabang Askum Yogyakarta. Yang menjadi subyek asuransi adalah badan asuransi, dalam hal ini yaitu Badan Askum, sedang yang menjadi obyek asuransi adalah instansi, organisasi, perguruan/sekolahan, lembaga, perbankan, perusahaan, industri dan lain sebagainya yang bersifat kelompok dan memungkinkan untuk diasuransikan. Hak subyek asuransi adalah menerima premi, sedangkan kewajiban subyek asuransi adalah membayar klaim apabila terjadi klaim atas diri peserta asuransi. 1. Pelayanan Pengajuan Surat Penutupan Setiap agen/pegawai yang berhasil melakukan presentasi hingga lembaga/organisasi tersebut mengajukan penutupan Askum, maka hal–hal yang harus dilakukan setelah itu adalah : a. Melakukan pendataan calon peserta Askum yang meliputi nomor, nama, tanggal lahir, usia, nama ibu kandung, mulai asuransi, masa asuransi, Uang Pertanggungan dan premi b. Membantu calon Pemegang Polis mengisi Surat Permintaan Penutupan Asuransi Kumpulan c. Meminta tanda tangan dan stempel perusahaan calon Pemegang Polis pada Surat Pernyataan dan pada Daftar data peserta Asuransi Kumpulan d. Membuat kwitansi premi e. Melakukan penagihan premi kepada calon Pemegang Polis f. Menyetorkan premi kepada kasir Kantor Cabang Askum g. Membuat/mengisi blanko provisi penutupan Askum
PROSEDUR PENGAJUAN SURAT PENUTUPAN & UNDERWRITING TTA ( Tenaga Teknik Aktuaria ) Mengklasifikasikan tingkat resiko dari calon peserta Menentukan tarif premi yang harus dibayar pemegang polis
Calon Peserta/ Pemegang Polis Mendaftarkan Diri Membawa berkas berkas persyaratan Mengisi surat permintaan penutupan
AKA ( Agen Koordinator Askum ) Melakukan pendataan calon peserta Membantu calon pemegang polis mengisi SPP Membuat/mengisi kwitansi Menagih premi dan menyetorkan ke kasir Askum
AKA (Agen Koordinator Askum) Menyerahkan polis dan sertifikat ke pemegang polis
KUAK (Koordinator Unit Administrasi dan Keuangan) Menerima semua berkas calon pemegang polis Mencatat dan membukukan berkas berkas tersebut hingga terbit akseptasi Kantor Pusat Menerima berkas yang dikirim dari kantor cabang Menerbitkan polis dan sertifikat Mengirimkan polis dan sertifikat ke kantor cabang
Subsistem dalam pelayanan pengajuan surat penutupan dan underwriting adalah : 1.Calon Peserta/ Pemegang Polis 2.
TTA ( Tenaga Teknik Aktuaria )
3.
AKA ( Agen Koordinator Askum )
4.
KUAK ( Koordinator Unit Administrasi dan Keuangan )
5.
Pegawai Kantor Pusat
Berdasar data yang diperoleh dari Ibu Lilis selaku KUAK Askum Bumiputera, bagi calon nasabah yang akan mengajukan surat penutupan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Setiap lembaga yang bermaksud mengambil Polis Asuransi Kecelakaan Diri pada Askum, harus mengisi dengan benar dan lengkap serta menandatangani formulir Surat Penutupan berikut kelengkapannya yang disediakan untuk keperluan tersebut dan kemudian mengirimkannya ke Badan Askum. b. Surat Penutupan yang telah diisi dengan lengkap dan benar tersebut menjadi dasar perjanjian Asuransi Kumpulan antara Badan dengan Pemegang Polis. c. Jika kemudian ternyata keterangan–keterangan yang dinyatakan dalam Surat Penutupan berikut kelengkapannya tersebut tidak benar atau palsu, sedang kontrak asuransinya masih berjalan, maka Badan Askum berhak sepenuhnya untuk membatalkan kontrak asuransinya dengan tidak dapat diwajibkan untuk mengembalikan premi yang telah diterima oleh Badan Askum kepada pemegang Polis, kecuali jika keterangan yang tidak benar itu terbukti diberikan dengan sengaja satu sama lain menurut pertimbangan Badan Askum. 2. Underwriting Asuransi Kumpulan Underwriting sering pula disebut sebagai seleksi resiko. Selanjutnya didefinisikan bahwa underwriting atau seleksi resiko adalah suatu proses untuk menaksir dan mengklasifikasikan tingkat resiko dari seseorang yang jiwanya akan diasuransikan. Data dibawah ini diperoleh berdasarkan buku underwriting asuransi kumpulan dan hasil wawancara dengan Ibu Erna Widyastuti dan Ibu Dewi. Adapun maksud dan tujuan seleksi resiko terhadap calon tertanggung dalam asuransi adalah :
a. Untuk memastikan agar setiap calon pemegang polis atau tertanggung/peserta membayar premi sesuai dengan tingkat resikonya. b. Untuk menjaga kelangsungan asuransi, sehingga tidak merugikan perusahaan maupun pemegang polis atau tertanggung/peserta. c. Untuk menjaga kestabilan dana yang terhimpun, sehingga perusahaan dapat berkembang. Untuk program Asuransi Kecelakaan Diri tidak ada batasan Uang Pertanggungan. Karena resiko kecelakaan diri tidak didasarkan pada usia maupun banyaknya peserta, tetapi didasarkan pada jenis pekerjaan Calon Peserta. Sesuai dengan jenis pekerjaannya, Calon Peserta Asuransi Kecelakaan Diri pada Asuransi Kumpulan dapat digolongkan menjadi (empat) klas resiko. Dasar penggolongan tersebut adalah berkaitan dengan jenis atau macam pekerjaan sehari – hari dimana akan terdapat perbedaan bahaya kecelakaan yang mungkin dihadapi/dideritanya. Klasifikasi resiko itu sebagai berikut : Resiko Klas I Kelompok orang yang termasuk ke dalam klas ini adalah mereka yang pekerjaannya bersifat administratif, misalnya :
Pimpinan dan Pegawai/Karyawan Administrasi dari Kantor Pemerintah.
Karyawan Administrasi pada Bank, Hotel, Restoran, Toko
Akuntan, Pengacara, Notaris
Dosen, Guru
Dokter
dan lain – lain yang sejenisnya.
Resiko Klas II Kelompok orang yang termasuk dalam klas ini adalah mereka yang pekerjaannya hampir sama dengan Klas I, tetapi sering melakukan perjalanan atau dinas luar, atau melakukan tugas menggunakan tenaga fisik, misalnya :
Salesman, Penagih Rekening/Kolektor
Artis, Aktor/Aktris (tidak termasuk stuntman)
Kontraktor, Konsultan, Wartawan
Pelayan Hotel, Toko/Supermarket, Bioskop, Restoran, Penjahit
Bidan, Petugas Rumah Sakit
dan lainlain yang sejenisnya.
Resiko Klas III Kelompok orang yang termasuk dalam klas ini adalah mereka para pekerja lapangan atau teknisi/pekerja yang bekerja secara manual atau bekerja dengan menggunakan mesin–mesin ringan, misalnya :
Buruh pada pabrik alat–alat pertanian
Insinyur pelaksana pekerjaan pendingin/pemanas udara dan teknisinya
Insinyur, montir dan pekerja lain di pelabuhan udara
Sopir dan Kondektur kendaraan umum, pekerja pada pabrik
dan lainlain yang sejenisnya.
Resiko Klas IV Kelompok orang yang termasuk dalam klas ini adalah mereka para pekerja kasar atau sifatnya berbahaya atau pekerjaan–pekerjaan dengan menggunakan mesin berat, misalnya :
Pekerja galangan kapal
Pekerja Tambang
Pekerja pada Dek kapal
Operator Crane, Lori
Pekerja pada pergudangan
Pekerja yang menggunakan bahan peledak
dan lainlain yang sejenisnya
Resiko kecelakaan dalam Asuransi Kecelakaan Diri dibedakan menjadi tiga resiko, yaitu resiko A, resiko B dan resiko D dengan benefit sebagai berikut :
1. Resiko A (Meninggal Dunia) Jika peserta meninggal dunia akibat kecelakaan dalam masa asuransi, kepada ahli waris melalui pemegang Polis dibayarkan santunan sebesar Uang Pertanggungan. 2. Resiko B (Cacat Tetap Total/Sebagian) Jika peserta mengalami cacat tetap total/sebagian akibat kecelakaan dalam masa asuransi, kepada peserta melalui Pemegang Polis dibayarkan santunan sebesar prosentase yang telah ditentukan maksimum sebesar Uang Pertanggungan. Yang dimaksud dengan cacat tetap total adalah suatu keadaan cacat yang terus menerus selama
hidup dan oleh dokter dinyatakan sudah tidak mungkin lagi diadakan penyembuhan. Sedangkan cacat tetap sebagian adalah suatu keadaan cacat badan sehingga dari badan yang cacat tersebut tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya yang dinyatakan oleh dokter. 3. Resiko D (Pengobatan akibat kecelakaan) Jika peserta menjalani pengobatan/perawatan akibat kecelakaan dalam masa asuransi, kepada peserta yang bersangkutan melalui pemegang polis dibayarkan biaya pengobatan/perawatan sebesar kwitansi dan maksimal 10% dari Uang Pertanggungan untuk setiap kejadian dan maksimal sebesar Uang Pertanggungan selama masa asuransi. Benefit resiko kecelakaan yang dapat dijual pada Asuransi Kecelakaan Diri: Resiko A
: Meninggal Dunia
Resiko A+B
: Meninggal Dunia + Cacat Tetap
Resiko B + D
: Cacat Tetap + Pengobatan Kecelakaan Resiko A + B + D
: Meninggal dunia + Cacat Tetap +
Pengobatan Kecelakaan
Tabel 4.1 Premi Tahunan Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan Per 1.000 UP
KELAS
A
JENIS RESIKO B B + D
A + B +D
I
0.65
1.40
2.37
3.02
II
0.86
1.93
2.96
3.82
III
1.19
2.64
3.60
4.79
5.01
5.11
7.43
IV 2.32 Sumber : Materi Pelatihan Agen
Contoh biaya premi yang dibayar berdasarkan jenis resiko dengan Uang Pertanggungan yang telah ditetapkan : Jenis Resiko
: A
Plan
: Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan
UP
: Rp. 2.000.000,
Kelas Resiko
: Kelas IV
Masa Asuransi Premi Tahunan
: 1 Tahun : 2.000.000 x 2. 32 = Rp. 4.640 1000
Jenis Resiko
: B
Plan
: Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan
UP
: Rp. 2.000.000,
Kelas Resiko
: Kelas III
Masa Asuransi Premi Tahunan
: 1 Tahun : 2.000.000 x 2. 64 = Rp. 5.280 1000
Jenis Resiko
: B + D
Plan
: Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan
UP
: Rp. 2.000.000,
Kelas Resiko
: Kelas II
Masa Asuransi Premi Tahunan
: 1 Tahun : 2.000.000 x 2. 96 = Rp. 5.920 1000
Jenis Resiko
: A + B + D
Plan
: Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan
UP
: Rp. 2.000.000,
Kelas Resiko
: Kelas I
Masa Asuransi Premi Tahunan
: 1 Tahun : 2.000.000 x 3. 02 = Rp. 6.040
1000 Untuk asuransi jangka pendek (di bawah 1 tahun) pada plan Asuransi Kecelakaan Diri, besar tarip premi ditentukan dengan skala sebagai berikut : MASA ASURANSI
PREMI
1 hari s/d 7 hari
12,5% x premi 1 tahun
8 hari s/d 15 hari
15% x premi 1 tahun
16 hari s/d 1 bulan
20%
x premi 1 tahun
Lebih dari 1 bulan s/d 2 bulan
30%
x premi 1 tahun
Lebih dari 2 bulan s/d 3 bulan
40%
x premi 1 tahun
Lebih dari 3 bulan s/d 4 bulan
50%
x premi 1 tahun
Lebih dari 4 bulan s/d 5 bulan
60%
x premi 1 tahun
Lebih dari 5 bulan s/d 6 bulan
70%
x premi 1 tahun
Lebih dari 6 bulan s/d 7 bulan
75%
x premi 1 tahun
Lebih dari 7 bulan s/d 8 bulan
87,5% x premi 1 tahun
Lebih dari 8 bulan s/d 12 bulan
100% x premi 1 tahun
Untuk jumlah tertentu peserta Asuransi Kecelakaan Diri Kumpulan diberikan potongan (Discount) premi dengan ketentuan sebagai berikut : Jumlah Peserta 2. s/d 24 orang 0% 25. s/d 50 orang 5% 51. s/d 100 orang 10% 101. s/d 200 orang 15% 201 s/d 300 orang Lebih dari 300 orang
Potongan
20% 25%
Faktor – faktor yang dipergunakan dalam menghitung premi Asuransi Kecelakaan Diri diantaranya adalah : a. Besarnya Uang Pertanggungan b. Masa Asuransi c. Kelas Risiko Peserta
d. Jenis Risiko Data data diatas diperoleh dari Buku Materi Pelatihan Agen dan Bapak Arif selaku KUO Askum Yogyakarta.
3. Pelayanan Klaim Klaim merupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pelayanan asuransi. Klaim merupakan realisasi dari janji perusahaan terhadap pemegang polis pada saat penutupan asuransi. Pemenuhan janji tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab perusahaan dan sekaligus merupakan indikator apakah perusahaan mampu (solvable) atau tidak dalam memenuhi kewajibannya. Klaim juga merupakan objek yang sangat rawan karena dapat menjadi anti propaganda bagi perusahaan jika tidak ditangani secara baik. Oleh karena itu penanganan masalah klaim ini harus benar–benar dilaksanakan dengan sebaik mungkin baik segi operasi maupun administrasinya. Untuk keperluan tersebut, kita perlu menyadari betapa pentingnya penanganan klaim tersebut dan sekaligus harus diketahui bagaimana cara pelaksanaan yang terbaik sehingga dalam implementasinya tidak ditemukan hambatan–hambatan. PROSEDUR PELAYANAN KLAIM TTA ( Tenaga Teknik Aktuaria ) Memeriksa berkas permohonan klaim Menyeleksi dokumen mengenai kebenarannya/keasliannya Melakukan pengecekan fakta/langsung ke lapangan Melaporkan ke KUAK Calon Peserta/ Pemegang Polis Mengajukan klaim dengan membawa dokumendokumen yang diperlukan dalam pengajuan klaim
Kasir Askum
Membayarkan nilai klaim kepada peserta Membuat/mengisi kwitansi pembayaran klaim Mengcopy berkas berkas dan kwitansi klaim kemudian mengirim ke kantor pusat dan kantor cabang
KUAK ( Koordinator Unit Administrasi dan Keuangan ) Mengecek daftar data peserta dan data polis, apakah kepesertaannya masih aktif atau tidak Menyeleksi Administrasi berupa kelengkapan dokumen dan berkas yang diperlukan dalam pengajuan klaim Meminta persetujuan ke KCA
KUAK ( Koordinator Unit Administrasi dan Keuangan ) Memberikan persetujuan pembayaran klaim melalui kasir KCA ( Kepala Cabang Askum ) Menolak atau menyetujui pembayaran klaim Jika disetujui, maka berkasberkasnya akan dikembalikan ke KUAK
Subsistem dalam pelayanan klaim, yaitu : Calon Peserta/ Pemegang Polis TTA ( Tenaga Teknik Aktuaria ) KUAK ( Koordinator Unit Administrasi Keuangan ) KCA ( Kepala Cabang Askum ) Kasir Askum Berdasar data yang diperoleh dari buku pedoman Administrasi Konservasi dan Klaim, adapun langkah – langkah yang harus dilakukan dalam pemprosesan klaim terdiri atas : 1. Penyelidikan Klaim (Claim Investigation) 2. Pembayaran atau penolakan Klaim 3. Pelaporan Klaim (Claim Report) Ketiga langkah tersebut harus dilakukan secara berurutan dan tidak boleh dibolak–balik. Selama ini sering terjadi pembayaran klaim tanpa adanya penyelidikan lebih dahulu. Penyelidikan sesudah pembayaran klaim adalah merupakan hal yang tidak efektif dan bahkan sia–sia. Kita akan mengalami kesulitan dalam menarik kembali uang yang sudah diberikan kepada nasabah meskipun dapat dibuktikan bahwa klaim yang kita bayarkan ternyata salah. Di bawah ini akan diuraikan bagaimana cara penanganan tersebut dilakukan oleh kantor operasional. Dalam pelayanan klaim, kalau berkas sudah lengkap dan diseleksi kelayakan serta sudah diperiksa dengan benar dan kelayakannya, maka klaim dibayar. Seleksi administrasi dilakukan oleh Koordinator Unit Administrasi Keuangan (KUAK), sedang seleksi teknis dilakukan oleh Tenaga Tehnik Aktuaria (TTA). Semuanya ini akhirnya mendapat persetujuan dari Kepala Cabang Askum (KCA). 1. Penyelidikan Klaim Dalam pemprosesan klaim langkah pertama yang harus dilakukan adalah penyelidikan klaim. Penyelidikan tersebut dilakukan untuk mendapatkan data yang benar atas timbulnya hak klaim tersebut. Adapun pertanyaan yang harus dijawab dalam penyelidikan tersebut yaitu : a. Apakah kepesertaannya masih aktif ? Kepesertaan yang masih aktif adalah peserta yang sampai pada tanggal timbulnya hak klaim masih tercatat sebagai peserta dan premi atas polis tersebut sudah dibayar atau
jika belum masih dalam masa leluasa (grace period). Hal ini dicek dari Daftar Data Peserta dan Data Polis. Jika ternyata bahwa peserta yang bersangkutan tidak aktif lagi, maka pengajuan klaim tersebut tidak dapat dibayar dan hanya dapat diberikan haknya berupa nilai tunai atau hak lain yang ditentukan dalam perjanjian jika ada. b. Apakah dokumen pengajuan klaim sudah benar ? Dokumen klaim sangat diperlukan untuk kepentingan penyelidikan dan administrasi klaim. Kelengkapan data merupakan penelitian pertama yang harus dilakukan. Jenis data yang diperlukan pada jenis klaim asuransi kecelakaan diri yaitu : 1) Sertifikat Kepesertaan (Asli jika Cacat Total, lainnya copy) 2) Photocopy KTP dan dapat beserta copy Kartu keluarga jika perlu karena jenis asuransinya. 3) Proses Verbal dari Kepolisian (copy) 4) Surat Keterangan dari Dokter tentang perawatan yang dilakukan (asli) 5) Kwitansi Biaya Pengobatan dan perinciannya (asli) 6) Surat Keterangan Dokter tentang presentasi Cacat yang diderita (asli) c. Pengecekan Dokumen Dokumen klaim yang diajukan kemudian oleh TTA dicek kebenarannya. Pengecekan tersebut dimaksudkan untuk melihat hal–hal sebagai berikut : 1) Apakah dokumen tersebut sesuai dengan aslinya 2) Apakah terdapat pernyataan yang bertentangan dengan prinsip asuransi yang bersifat material yang dapat mengakibatkan klaim tidak dibayar (misalnya perbedaan umur, perbedaan nama dsb). 3) Apakah sebab terjadinya klaim tersebut dicover dalam polis (klaim meninggal dan pengobatan). 4) Apakah jumlah klaim yang diajukan sudah sesuai dengan perhitungan yang sebenarnya. d. Pengecekan Fakta Setelah seluruhnya dokumen diperiksa dengan prosedur di atas, hal lain yang perlu dilakukan adalah pengecekan langsung (fact finding). Namun hal ini tidak selalu dilakukan dengan pertimbangan : 1)
Biaya pengecekan
Jika untuk melakukan pengecekan diperlukan biaya yang cukup besar yang dapat disebabkan lokasi yang cukup jauh, maka pengecekan langsung sebaiknya dihindarkan. Namun dapat diupayakan pengecekan tidak langsung
melalui bantuan kantor Operasional Asper yang dekat ke lokasi tersebut. Bantuan tersebut dapat kita peroleh jika kita membuat agreement (persetujuan) dengan Divisi Standard. jika lokasi pengecekan dekat dengan kantor operasional Askum, maka pengecekan langsung sebaiknya dilakukan. 2)
Jumlah, jenis dan frekuensi klaim
Pengecekan langsung ke lapangan juga harus mempertimbangkan jumlah, jenis dan frekuensi terjadinya klaim. Yang perlu dicek ke lapangan adalah klaim yang mempunyai kriteria sebagai berikut : a. Klaim meninggal, kecelakaan atau pengobatan dengan jumlah Rp. 10.000.000, atau lebih b. Klaim meninggal, kecelakaan atau pengobatan kurang dari jumlah di atas tetapi dengan frekuensi yang tidak logis (selalu melebihi asumsi) Adapun personel yang melakukan pengecekan sebaiknya dilakukan oleh TTA, bukan oleh Penutup sendiri. Dari hasil analisa serta pengecekan tersebut di atas, oleh TTA dibuat rekomendasi yang berupa petunjuk kepada pimpinan operasional untuk membuat suatu keputusan apakah klaim dapat dibayar atau ditolak. 2. Pembayaran atau Penolakan Klaim Jika dari hasil proses dalam butir 1.b diputuskan bahwa klaim dapat dibayar, maka sedapat mungkin diusahakan agar pembayaran segera dilakukan. Makin cepat klaim dibayar maka service yang diberikan akan makin baik. Jika pembayaran klaim melebihi jumlah kewenangan pemimpin operasional, segera dikonsultasikan dengan Divisi untuk menjamin pembayaran klaim yang cepat. Dalam hal ini klaim harus ditolak atau ditunda maka hal tersebut harus segera diberitahukan kepada pemegang polis. Penyampaian tersebut harus dilakukan dengan cara yang paling sopan dan lengkap dengan argumentasi penolakan atau penundaan. Alasan tersebut sedapat mungkin diupayakan untuk mudah dimengerti dan dimaklumi pemegang polis. Cara penyampaiannya dapat melalui surat, tetapi apabila mungkin langsung menghadap pemegang polis, tergantung waktu dan tenaga yang diperlukan. Jika penolakan tersebut diduga dapat berakibat tidak baik bagi kelangsungan hubungan dengan
pemegang polis, maka hal tersebut harus dikonsultasikan lebih dahulu dengan Divisi sebelum ditolak atau ditunda. 3. Pelaporan Klaim Seluruh pembayaran klaim harus dilaporkan ke Divisi lengkap dengan data pendukungnya. Data pendukung yang dimaksud adalah seluruh berkas klaim yang disebutkan dalam butir 1.b ditambah dengan kwitansi asli pembayaran klaim. Pembayaran klaim tersebut harus dimasukkan kedalam blanko mutasi klaim dan dikirim bersama–sama berkas tersebut. Untuk keperluan data di kantor operasional maka seluruh pembayaran klaim tersebut dicatat dalam blanko tersendiri dengan format sebagai berikut : TABEL 4.2 CONTOH BLANKO PEMBAYARAN KLAIM
No.
Nama
Peserta
Tanggal Klaim
Jumlah Klaim yang Dibayar Mngl
HK
Pnbsn
Pngbtn
Pens.
Jumlah Sumber : Buku pedoman Administrasi Konservasi dan Klaim
4. Pembayaran Premi Pelayanan pembayaran premi yang dilakukan pada nasabah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pelayanan langsung dan pelayanan tidak langsung. a.
Pelayanan langsung kepada nasabah
Yaitu pelayanan yang dilakukan dengan cara penagih datang langsung kepada nasabah yang bersangkutan, sehingga nasabah tidak perlu repot datang ke kantor AJB Bumiputera 1912 untuk membayar. b.
Pelayanan tidak langsung kepada nasabah
Yaitu pelayanan yang dilakukan dengan cara nasabah datang langsung ke kantor AJB
Bumiputera 1912, disana nasabah akan dilayani sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Dan apabila datang langsung, nasabah akan mendapat potongan dari premi yang harus dibayarkan. Pada dasarnya premi askum dibayar secara otomatis oleh pemegang polis melalui sarana transfer. Namun kenyataannya tidak sedikit portofolio askum dimana penagihan preminya harus dilakukan secara efektif, khususnya perusahaan kecil dengan premi kecil juga. Dalam implementasinya masih banyak kekurangan kekurangan dalam penagihan premi antara lain : a. Premi tidak dibayar untuk seluruh peserta Premi asuransi kumpulan harus dibayar untuk seluruh peserta dan tidak boleh diterima hanya untuk sebagian peserta. Jika premi hanya dibayar untuk sebagian peserta, hal itu berarti bahwa peserta yang tidak membayar sudah tidak aktif lagi. Oleh karena itu adalah merupakan tugas kita untuk menjelaskan permasalahannya kepada pemegang polis. Jika premi dibayar hanya untuk sebagian peserta maka kita akan menghadapi kesulitan dalam pencatatan (administrasi). Di samping hal tersebut akan sulit untuk mengontrol apabila terjadi pembayaran premi loncat untuk beberapa peserta. b. Jatuh tempo pembayaran tidak sama untuk seluruh peserta Keadaan seperti ini terjadi sebagai akibat dari tambahan peserta. Premi atas tambahan peserta seharusnya dihitung proporsional sampai jatuh tempo pembayaran premi berikutnya sehingga pada saat jatuh tempo tersebut premi ditagih sekaligus untuk seluruh peserta. Untuk satu polis jatuh tempo pembayaran untuk seluruh peserta harus disamakan, tidak tergantung kepada tanggal masuknya. Jika tidak demikian maka untuk setiap polis kita harus melakukan penagihan berkali–kali dalam satu periode pembayaran premi. c. Laporan penerimaan premi tidak rutin/lengkap Dari pengamatan selama ini terdapat beberapa kantor yang tidak melaporkan penerimaan premi secara rutin dan lengkap. Rutin artinya bahwa setiap pembayaran premi harus dilaporkan ke Divisi. Sedangkan lengkap berarti disertai dengan bukti–bukti penerimaan premi. 5. Pelayanan Habis Kontrak Untuk Asuransi Kecelakaan Diri, jangka waktu maksimal adalah 1 tahun. Setelah jangka waktu asuransi telah berakhir atau biasa disebut habis kontrak, peserta/tertanggung berhak memperpanjang
waktu kontraknya yang telah disepakati sebelumnya. Perpanjangan kontrak ini tentu saja kembali lagi dengan pembayaran premi seperti pada saat awal peserta ikut asuransi. Peserta/nasabah berhak untuk memperpanjang kontrak asuransi ataupun memutuskan kontraknya. Jika peserta tidak ingin memperpanjang kontraknya, maka peserta tidak perlu datang ke kantor untuk menyelesaikan administrasi, karena jika masa kontraknya habis, maka polis sudah tidak berlaku lagi. Namun para Agen maupun pegawai Askum akan terus melayani keinginan dan kebutuhan nasabahnya. B. DATA NASABAH Dalam sistem pelayanan, datadata tentang nasabah juga sangat diperlukan guna mengetahui banyaknya peserta baru, jumlah nasabah yang mengajukan klaim, serta untuk mengetahui besarnya nilai klaim yang dibayarkan. Prosentase yang dibuat penulis, diharapkan untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahami datadata tesebut. Berikut ini adalah tabel yang dibuat penulis berdasarkan datadata yang telah dikumpulkan. Tabel 4.3 Rekap Jumlah Peserta Asuransi Kantor Cabang Askum Yogyakarta Bulan Januari – Desember 2008 BULAN
POLIS
PESERTA
PROSENTASE
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JUMLAH TOTAL
18 10 21 29 26 18 18 23 46 14 16 15
9.411 7.919 10.740 13.847 7.769 12.428 9.209 11.217 10.524 10.441 8.667 9.725
7,72% 6,49% 8,81% 11,36% 6,37% 10,20% 7,55% 9,20% 8,63% 8,57% 7,11% 7,98%
254
121.897
100%
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh jumlah peserta paling banyak adalah pada bulan April 2008 yaitu sebanyak 13.847 peserta. Sementara itu jumlah polis paling banyak yaitu pada bulan September 2008 sekitar 46 polis. Satu polis tidak dapat diprediksi banyaknya peserta didalamnya. Hal ini berkaitan dengan perusahaan yang memiliki karyawan/nasabah yang berbeda satu sama lain. Dari setiap bulannya, peserta yang terdaftar sebagai nasabah AJB Bumiputera 1912 tidak dapat diketahui kapan terjadi peningkatan ataupun penurunannya. Sebab semua itu tergantung pada keaktifan agen dalam merekrut nasabah. Selain data tersebut diatas, telah dibuat oleh penulis juga jumlah peserta yang mengajukan klaim dan nilai klaim yang dibayarkan. Berikut tabel yang dibuat oleh penulis. Tabel 4.4 Rekap Klaim Pengobatan Asuransi Kecelakaan Diri Kantor Cabang Askum Yogyakarta Bulan Januari – Desember 2008 BULAN
PESERTA
NILAI KLAIM
PROSENTASE
JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
11 10 14 15 8 30 10 10 15 16 9 5
2,372,025 3,389,334 4,688,600 5,507,324 1,615,000 5,172,272 4,329,101 2,654,008 5,086,660 2,575,507 3,905,150 9,510,300
7.1% 6.5% 9.2% 9.8% 5.2% 19.6% 6.5% 6.5% 9.8% 10.5% 5.9% 3.3%
JUMLAH
153
50,805,281
100%
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa peserta yang paling banyak mengajukan klaim selama tahun 2008 yaitu pada bulan Juni, dapat dilihat juga berdasar prosentase yang dibuat penulis. Sedangkan nilai klaim yang dibayarkan paling besar adalah pada bulan Desember, padahal jumlah pesertanya paling sedikit. Hal ini bukan berarti nilai klaim yang diberikan berbanding lurus dengan
jumlah peserta, karena besar kecilnya nilai klaim tidak hanya tergantung dari Uang Pertanggungan yang telah disepakati sebelumnya, tetapi juga tergantung pada biaya pengobatan yang diajukan oleh peserta. Biaya pengobatan tidak boleh melebihi dari Uang Pertanggungan. Jika biaya pengobatan melebihi Uang Pertanggungan, maka AJB Bumiputera 1912 hanya akan membayarkan sebesar Uang Pertanggungan yang diperjanjikan. Pada tahun berikutnya, AJB Bumiputera 1912 belum bisa memprediksikan kapan jumlah peserta/nilai klaim akan meningkat, karena tidak ada yang tahu kapan terjadinya kecelakaan. Selain hanya mengetahui jumlah nasabah/peserta AJB Bumiputera 1912 dan jumlah nilai klaim pada tahun 2008, riwayat beberapa nasabah AJB Bumiputera yang sudah mengajukan klaim juga penting untuk diketahui, karena untuk mengetahui bagaimana pelayanan yang diberikan AJB Bumiputera 1912 selama menjadi nasabah disana, namun ada beberapa sumber yang tidak bisa disebutkan karena bersifat rahasia perusahaan. Seorang nasabah yang bernama Bapak X ini lahir pada tahun 1959. Selain sebagai pemegang polis, beliau adalah pemilik usaha di Yogyakarta. Ia telah mengasuransikan 27 pegawainya termasuk juga beliau sendiri. Selama menjadi nasabah AJB Bumiputera 1912 sejak 2 tahun yang lalu, beliau merasakan AJB Bumiputera 1912 Yogyakarta khususnya pada kantor cabang Askum, sudah cukup memberikan pelayanan yang memuaskan. Ketika beliau datang ke kantor cabang Askum untuk menanyakan beberapa hal tentang asuransi yang dipilihnya, pegawai yang melayani beliau cukup ramah dan memberikan informasi yang cukup jelas dan mudah dipahami oleh beliau. Beliau memilih produk asuransi kecelakaan diri karena usahanya bergerak dibidang transportasi. Ia berpikir dengan mengikuti asuransi tersebut, jika suatu saat terjadi sesuatu yang tidak diharapkan yaitu berupa kecelakaan, maka beliau bisa mendapat ganti rugi dari peristiwa itu. Beliau tidak merasa dirugikan jika dalam waktu kontrak telah habis tidak terjadi kecelakaan dan uangnya sebagai pembayaran premi tidak dikembalikan. Karena bagi beliau, premi yang dibayarkan cukup kecil dan hanya dibayarkan sekali saja. Nasabah yang lain, sebut saja bapak Y, juga merupakan salah satu pemegang polis pada AJB Bumiputera 1912 Yogyakarta. Beliau sudah cukup lama menjadi nasabah AJB Bumiputera 1912, yaitu sejak tahun 1999. Asuransi yang dipilihnya adalah asuransi jiwa. Beliau menjabat sebagai kepala bagian SDM di perusahaannya. Ada sekitar 59 pegawainya yang diasuransikan. Jenis program yang diikuti yaitu jenis ekawarsa, jenis asuransi dengan masa kontrak 1 tahun. Manfaat yang ingin beliau dapatkan adalah jika suatu saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan hingga meninggal, maka keluarga yang ditinggalkan mendapat santunan seperti yang dijanjikan oleh AJB Bumiputera 1912. Namun ada
beberapa pelayanan yang membuat beliau sedikit kecewa. Ketika beliau datang ke kantor Askum, beliau tidak dapat menemukan pegawai yang melayani beliau. Beliau harus menunggu beberapa waktu karena pegawai yang melayani sedang mengikuti rapat. Namun setelah pegawai selesai rapat, pegawai tersebut meminta maaf kepada beliau dan melayani beliau dengan penuh keramahan. Lebih dari itu, beliau merasa pelayanan yang diberikan AJB Bumiputera 1912 sudah cukup memuaskan.
BAB V KESIMPULAN & SARAN
H. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Pelayanan yang berkualitas sangat diperlukan dalam usaha yang bergerak di bidang
jasa khususnya asuransi. Kualitas pelayanan merupakan ukuran penilaian menyeluruh atas tingkat suatu pelayanan yang baik 2.
Untuk mencapai hasil yang unggul dan maksimal, setiap karyawan harus memiliki ketrampilan diantaranya, berpenampilan menarik/baik serta bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja dan selalu siap melayani, tenang dalam bekerja, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaan dengan baik maupun kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, mampu menangani keluhan pelanggan secara baik.
3.
Pelayanan yang bisa diandalkan mengandung unsur : melakukan apa yang sudah dijanjikan kepada konsumen, professional dalam melayani konsumen dan ketepatan dalam memberikan informasi kepada konsumen. Jika hal tersebut yang diberikan kepada konsumen, maka akan memberikan persepsi yang baik atas pelayanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada penilaian nasabah atas citra AJB Bumiputera 1912.
4.
Dengan adanya sistem yang baik pada pelayanan, akan memudahkan seseorang dalam menangani/mengatasi suatu masalah dengan sesegera mungkin, untuk itu sebuah sistem sangat diperlukan dalam suatu organisasi.
5.
Ada berbagai jenis pelayanan dalam asuransi, khususnya pada asuransi kecelakaan diri, diantaranya mulai dari pelayanan permintaan penutupan asuransi, pelayanan klaim kecelakaan, pelayanan mengenai premi maupun pelayanan habis kontrak. Jika salah satu pelayanan tersebut kurang mendapat respon/tanggapan yang serius dari karyawan atas keluhan peserta/nasabah, maka kualitas pelayanan pada AJB Bumiputera 1912 patut untuk dipertimbangkan oleh nasabah. Untuk itu, semua pelayanan asuransi pada AJB Bumiputera 1912 harus berjalan dengan baik sesuai dengan sistem yang dijalankan.
I. SARAN
1. Melihat banyaknya nasabah yang mengajukan klaim dan belum memenuhi persyaratan yang berlaku, para pegawai hendaknya memberikan informasi lebih dahulu ketika awal konsumen mendaftarkan diri menjadi nasabah mengenai persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengajuan klaim, sehingga dapat memperlancar proses pelayanan klaim tersebut. 2. Nasabah hendaknya membuat janji dahulu dengan agen/pegawai pelayanan sebelum datang ke kantor dalam rangka pengajuan klaim ataupun sekedar meminta bantuan/informasi mengenai asuransi. Hal ini akan memudahkan nasabah agar tidak menunggu terlalu lama saat ingin memperoleh pelayanan asuransi. Selain itu juga, pegawai/agen lebih aktif dalam bersosialisasi dengan nasabah untuk memberikan informasi agar nasabah tidak datang pada jam sibuk. Sosialisasi dapat dilakukan melalui telepon atau pada saat awal nasabah mendaftarkan diri.
DAFTAR PUSTAKA Ali, A. Hasymi. 1993. Pengantar Asuransi. Jakarta : Bumi Aksara 1993. Bidang Usaha Asuransi. Jakarta : Bumi Aksara Atmosudirjo, S. Prayudi. 1979. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan. Jakarta : Ghalia Indonesia Darmawi, Herman. 2001. Manajemen Asuransi. Jakarta : PT. Bumi Aksara Matindas, R. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Grafiti Pers. Moenir, A.S. 1995. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara Radiosunu. 1982. Konsep, Sistem dan Fungsi Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : BPFE UGM Sastrawidjaja, Man Suparman & Endang. 1997. Hukum Asuransi, Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito, Usaha Perasuransian. Bandung : Alumni Sugiarto, Endar. 1999. Psikologi Pelayanan Dalam Industri Jasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Tjiptono, Fandy. 1997. Prinsipprinsip : Total Quality Service (TQS). Yogyakarta: Andi Wursanto, Ig. 1995. Kearsipan II. Yogyakarta : Kanisius Yamit, Zulian. 2005. Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta : Ekonisia
Sumber Lain : Buku Pedoman Administrasi Konservasi Dan Klaim Buku Underwriting Asuransi Jiwa Kumpulan Buku Materi Pelatihan Agen