Sistem Informasi Geografis Pencegahan Wabah Demam Berdarah Dengan Pendekatan Medical Geography 1,2
3
1
Yus Sholva1, Eva Faja Ripanti2, Indra Azimi3 Laboratorium Multimedia dan Sistem Informasi Geografis
Progam Studi Teknik Informatika Universitas Tanjungpura Pontianak
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penyakit demam berdarah termasuk salah satu penyakit yang sulit penanganannya, karena belum ditemukan obatnya dan terjadinya wabah DB belum dapat diprediksi dengan tepat. Upaya pencegahan seperti fogging, gerakan 3M, dan abatesasi belum dapat mencegah mewabahnya DB, karena itu diperlukan pendekatan yang berbeda. Penelitian ini mengusulkan suatu pendekatan alternatif pencegahan DB dengan cara memetakan kasus DB yang terjadi. Dengan pemetaan kasus DB ini, akan dapat dianalisis data historis kasus DB sebelumnya, analisis penyebaran kasus DB dan pola penyebarannya (jika ditemukan), serta tempat-tempat yang angka kejadian kasus DB cukup tinggi. Pendekatan yang digunakan adalah medical geography yang pernah digunakan Dr. Jhon Snow tahun 1854 saat menanggulangi wabah kolera di Kota London dengan memetakan penderitanya. Hasil pemetaan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui hubungannya dengan kondisi lingkungan atau mengetahui pola penderita berdasar rumah tinggalnya.Dengan cara yang sama kasus DB dipetakan berdasarkan penderitanya untuk kemudian dianalisis. Aplikasi sistem informasi geografis dikembangkan untuk memudahkan pengelolaan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasimampu menangani data historis kasus DB dalam bentuk peta, menunjukkan pola penyebaran kasus DB (jika ada), membantu menganalisis pengaruh tindakan pencegahan (terutama fogging) terhadap jumlah kasus DB serta membantu perencanaan tindakan fogging selanjutnya. Hasil analisis sangat bergantung pada ketersediaan data penderita DB dari instansi terkait.
Kata kunci:sistem informasi geografis, data historis, demam berdarah, medical geography, analisis spasial
1.
Pendahuluan
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit menular yang belum ditemukan obatnya, di beberapa kota di Indonesia pernah menyatakan kejadian luar biasa (KLB) kasus demam berdarah, tidak terkecuali Kota Pontianak yang sejak tahun 2000 sampai 2009 terjadi tiga kali KLB demam berdarah dengan siklus 3-4 tahun. Upaya penanggulangan penyakit demam berdarah sudah sering dilakukan misal pengasapan (fogging),
membersihkan lingkungan sekitar yang dikenal dengan 3M, abatesasi, atau menggunakan predator alami misalnya ikan cupang. Namun upaya yang dilakukan tersebut belum mampu mencegah terjadinya wabah demam berdarah, sering penanganan kasus demam berdarah baru dilakukan setelah jumlah penderita semakin banyak atau ditemukan kasus penderita yang meninggal dunia. Sehingga diperlukan pendekatan yang berbeda untuk mencegah mewabahnya demam berdarah yaitu dengan pemetaan. 215
Penang ggulangan wabah w penyak kit dengan memanfaattkan ilmu pemetaan su udah lama dilakukan, sala satunya Dr. D Jhon Snow w pada tahun 1854 untu uk menanggulaangi wabah ko olera di Kota London yaang saat itu beelum ada obatn nya. Dengan memetakan n penderita penyakit koleraa, Dr. Jhon Snow men nemukan suatu u pola yang sama dimana penderita penyakit p kolerra adalah pen nduduk yang bermukim di bagian hilirr Sungai Them mes London. Dengan an nalisis spasiaal yang dilak kukannya ia berhasil menemukan m su umber penulaaran kuman kolera adallah Sungai Theemes yang men njadi sumber air minum penduduk Lo ondon dan ia mengusulkan m agar sumb ber air dialihk kan. Berkat usahanya u ini penyakit ko olera dapat dicegah penyebarrannya. Medica al geography adalah penggaabungan dua disiplin ilm mu, yaitu geo ografi dan kesehatan. Ide penggunaan n medical geography g un ntuk demam berdarah pernah p ditulis secara singk kat di Situs Geografi Populer P Indoneesia [4] pada tahun 2004. Analisis sp pasial demam berdarah Den ngue di Kota Jogjakarta untuk periodee 2004-2005 juga pernah dipresentassikan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran n Universitas Gajah Mada pada tahun 2007. Akaan tetapi, pen nelitian meng genai sistem informasi geografis g untu uk menangani data historis kasus demaam berdarah beelum diadakan. Penelittian ini bertuj ujuan untuk menghasilkan m sistem infformasi yang mampu men nangani data historis kasus k demam m berdarah, memberikan informasi daerah d yang paling p sering terjadi t kasus demam berdarah, b pen nyebaran kassus demam berdarah daan pola penyeb barannya (jika ditemukan), sehingga pada p akhirnya sistem ini daapat menjadi solusi alterrnatif bagi peemerintah dan pihak-pihak terkait untu uk mendukung upaya pencegahan demam berdarah. Dalam medical geog graphy, kasus-kasus yang terjadi dipeetakan dan daata historis kaasus tersebut dicatat. Diiharapkan, deengan penggun naan sistem informasi geografis dan d pendekataan medical geography dapat dijeelaskan tentaang konsep kesehatan dan penyeb baran penyak kit demam berdarah dii wilayah studii.
216
Unttuk mengem mbangkan ap plikasi sisteem informasi geografis demam berrdarah (SIGDB) diperlu ukan informasii spasial berup pa alamat temppat tinggall penderita demam berdarah b yaang dipreseentasikan dalam m bentuk titik k (point). Unttuk keperlu uan analisis sppasial diperluk kan peta temattik batas administratif a d jaringan jalan dan j di wilay yah studi. Pen nerapan medica al geography dalam penelitiian ini adaalah denan m memetakan penderita demaam berdaraah yang terccatat pada Dinas D Kesehattan berdasaarkan tempat ttinggalnya. Rep presentasi secaara spasial (peta) temp pat tinggal peenderita demaam berdaraah merupakan upayakan pen ndekatan kareena tidak dapat d dipastik kan apakah penderita tertular virus demam berd darah di ling gkungan temppat mpat lain. tinggallnya atau ditem W Wilayah studi aadalah Kota Pontianak deng gan letak geografis g pada garis 0º 02' 24 4" Lintang Utaara sampaii 0º 01' 37" Linntang Selatan dan 109º 16' 25" 2 Bujur Timur T sampai 109º 23' 04" Bujur Timur [8].
Gambar 1.Peta A Administratif Wilayah W Studi
2. Pen nyakit Demam m Berdarah Dem mam berdarah atau demam berdarah b deng gue adalah penyakit feb bril akut yang g ditemukan di daerah tropis, dengaan penyebaran n geografis yaang mirip dengan d malariaa. Penyakit ini disebabkan olleh salah satu s dari emp pat serotipe virus v dari gen nus Flaviviirus, famili Flaviviridae. F D Demam berdarrah disebarrkan kepada manusia m oleh nyamuk Aed des
aegypti. [6]. Hingga saat ini belum diteemukan obat untuk pen nyakit ini seh hingga pencegahan yang dilakukan adalah penang ganan pada ny yamuk Aedes aegypti seb bagai pembawaa virus. Faktor-ffaktor penyeb bab kembali munculnya wabah dem mam berdarah h adalah sebaagai berikut [10]: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pertum mbuhan jumlaah penduduk yang tidak memiliki pola tertenttu. Urbaniisasi yang tidak k terencana dan n terkontrol. Sistem m pengelolaan limbah l dan peenyediaan air bersih yang tidak meemadai. Berkem mbangnya penyebaran dan n kepadatan nyamu uk-nyamuk. Kurang gnya sistem pengamatan p ny yamuk yang efektiff. Menin ngkatnya perg gerakan dan penyebaran virus dengue. d Perkem mbangan hipereendemisitas. Melem mahnya in nfrastruktur kesehatan masyarrakat.
Pada wilayah w studi tercatat sejak k 10 tahun terakhir meengalami kejad dian luar biasa (KLB) pada tahun 2002 2, 2006, dan 2009 2 sebagaim mana Gambar 2. Namun setiap tahun tetap t terjadi kasus k demam berdarah.
penyeb baran penyakitt yang akhirnya a mempermud dah dalam penanganan wabah penya akit. Nama laain al geography addalah health geographics. g medica Meedical geogra aphy dikembaangkan pertam ma kali di London padaa pertengahan tahun 1854 olleh Dr. Jo ohn Snow. Dia menggunak kan suatu teknnik yang kemudian dikenal seb bagai mediccal geograp aphyuntuk menngidentifikasi suatu s wilayah di London n (Broad Streeet) yang merrupakan wilay yah penyeb baran penyakkit kolera teerparah deng gan memetakan lokasi peenyebaran peny yakit kolera paada suatu peta. p Dari peenelitian ini, Dr Snow dappat menyim mpulkan bahw wa penyakit kolera k menyebbar melalui makanan dan n minuman, bukan b dari udaara d mengamb bil yang teercemar. Dan akhirnya dia dapat kesimp pulan wabah kolera k yang melanda m Lond don waktu itu i menyebar melalui m air [2]. Darri hasil pem metaan wabah h kolera yaang dilakuk kan Dr. Snow, ditemukan baahwa konsentraasi penyeb baran wabah kolera terting ggi terdapat di wilayah h kota yang sumber air minumnya dari perusah haan dengan sumber air dari d hilir Sunggai Themees. Dr. Snow juga menem mukan bahwa di wilayah h tersebut jum mlah kematian yang y disebabk kan wabah kolera mencaapai 500 jiwa dalam waktu 10 hari. Dari D hasil peneelitian Dr. Sno ow ini, akhirn nya perusah haan yang seb belumnya men ngambil sumbber air darri hilir Sungai Themes, meengubah sumbber airnya dari hulu Sun ngai Themes. Akhirnya, A wab bah kolera di London dap pat diatasi [2]. Peta penyebarran wabah kolera oleh Drr. John Snow dapat d dilihat paada Gambaar 3 berikut.
Gambar 2.Jumlah Kasus K Demam Berdarah B Tah hun 2000-2009 9 di Kota Pontiianak Mediccal Geography y Medica al geographyy is a hybrrid between geography and mediccine dealing with the geographicc aspects of health h and hea althcare [7]. Medical geeography mem mpelajari peng garuh lokasi dan iklim terhadap keseehatan. Hal in ni bertujuan untuk meniingkatkan pem mahaman terhad dap berbagai faktor yaang berpeng garuh pada kesehatan masyarakatt. Dengan kata k lain, peenggabungan antara dua a disiplin ilmu u ini, dapat meningkatkan m pemahaman tentang konsep keseehatan dan 3.
Gamba ar 3. Peta Pennyebaran Wab bah Kolera Drr. John Snow w [3]. Peendekatan spassial medical geography g dalaam menang ggulangi penyakit yang mew wabah atau yaang disebab bkan pengaruhh lingkungan hingga saat ini i 2 217
terus dikembangkan sebagai upaya penanggulangan penyakit terlebih pada penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti HIV/AIDS.
4.
Sistem Informasi Geografis Menurut U.S. Geological Survey [9], “A GIS is a computer system capable of capturing, storing, analyzing, and displaying geographically referenced information; that is, data identified according to location. Practitioners also define a GIS as including the procedures, operating personnel, and spatial data that go into the system.” Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem yang dikembangkan untuk mengelola, menganalisis dan menampilkan informasi geografis. SIG menawarkan suatu sistem yang mengintegrasikan data yang bersifat keruangan (spasial) dengan data tekstual yang merupakan deskripsi menyeluruh tentang obyek dan mempermudah pengguna menyebarluaskan kaitannya dengan obyek lain di ruang muka bumi. Dengan sistem ini data dapat dikelola dan dimanipulasi untuk keperluan analisis secara menyeluruh dan sekaligus menampilkan hasilnya dalam berbagai format baik dalam bentuk peta maupun berupa tabel atau laporan [5]. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik (point), bentuk garis (line) dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat (x,y) yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sampel dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titiktitik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontur dan lainlain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain-lain. 218
Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) atau sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area [1].
5. Perancangan SIG Demam Berdarah Perancangan sistem meliputi perancangan basis data dengan entity relationship diagram (ERD), perancangan data flow diagram (DFD), perancangan antarmuka sistem.
5.1 Perancangan Basis Data dengan ERD Entitas yang ada pada sistem ini ada lima sebagai berikut: 1.
Rumah sakit, yaitu rumah sakit dimana penderita dirawat. 2. Penderita, yaitu orang yang menderita sakit demam berdarah. 3. Kelurahan, yaitu wilayah dimana penderita tinggal, fogging dan tindakan pencegahan lainnya dilakukan. 4. Fogging, yaitu tindakan fogging yang dilakukan. 5. Pencegahan lainnya, yaitu tindakan pencegahan selain fogging. Relasi antara tiap-tiap entitas dapat dituliskan dalam enterprise rules sebagai berkut: seorang penderita dirawat di satu rumah sakit dan satu rumah sakit merawat banyak penderita. Seorang penderita tinggal di satu kelurahan dan di satu kelurahan tinggal banyak penderita. Satu kegiatan fogging dilakukan di satu kelurahan dan di satu kelurahan dapat dilakukan banyak kegiatan fogging. Satu kegiatan pencegahan dilakukan di satu kelurahan dan di satu kelurahan dapat dilakukan banyak kegiatan pencegahan. Diagram ER berdasarkan enterprise rule di atas diperliihatkan pada Gambar 4.
Gambar 6. Diagram konteks sistem.
Gambar 4. Diagram ER Sistem.
Gambar 5. Diagram Relasi Antartabel Data Tabular Gambar 7. Diagram Overview Sistem Gambar 5, memperlihatkan hasil rancangan database berupa tabel dengan field yang sudah lengkap beserta relasi antara tabelnya. 5.2 Perancangan DAD Sistem informasi geografis demam berdarah yang dirancang hanya memiliki satu level pengguna. Pengguna yang dimaksud dalam sistem ini adalah Dinas Kesehatan Kota Pontianak, ataupun pihak-pihak terkait seperti organisasi kemasyarakatan dan lembaga penelitian yang ingin menggunakan sistem ini.
Terdapat 7 (tujuh) proses dalam sstem ini yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Proses 1.0 Manajemen Peta. Proses 2.0 Manajemen Kelurahan. Proses 3.0 Manajemen Rumah Sakit. Proses 4.0 Manajemen Fogging. Proses 5.0 Manajemen Pencegahan Lainnya. Proses 6.0 Manajemen Kasus Demam Berdarah. 7. Proses 7.0 Analisis Data. Secara skematik, ketujuh proses digambarkan dalam diagram overview sebagaiaman Gambar 7. 219
5.3 Perancangan Antarr Muka Antarm muka sistem dirancang daalam bentuk form-form yang memiliiki fungsi terrtentu sesuai dengan pro oses-proses yan ng ada. Form-fform tersebut diakses meelalui menu pada p form utam ma. Struktur menu dan n antarmuka sistem yang g dirancang sebagaiman na Gambar 8 dan d Gambar 9.
Referensi Kelurahan Re eferensi Referensi Rumah Sakit
Pencegahan Fogging Penccegahan K Kasus Pencegahan Lainnya
Form Utama (Manajemen Peta a)
Ga ambar 10. Tam mpilan Antar Muka M Utama Data a Kasus
Analisis Data
Gambar 8. Struktur Men nu
Pane el Menu
Panel Keterangan Lokasi
Panel Peralatan Peta Peta
6.2 Peengelolaan Datta Peengelolaan datta atribut (tab bular) dilakuk kan pada fo orm Tambah Data D dan Ubah h Data. Pada saaat data atrribut yang beriisi uraian tentaang kasus demaam berdaraah yang dialam mi seorang passien dimasukk kan maka selanjutnya s datta spasial beru upa lokasi temppat tinggall pasien haarus dibuat dengan caara menam mbahkan titik ppada peta sesu ui dengan alam mat rumah penderita. Selanjutkan S diilakukan prosses a al. Dengan carra ini maka daata relasi antribut-spasia atribut dapat ditamp pilkan melalui data spasialn nya demikiian pula sebalikknya.
Panel Pencarian Objek
Pane el Status
Gambar 9. Layout Antarra Muka Pengg guna
6.
Hasil Perancangan P dan Analisis
Sistem m yang telah h dirancang memerlukan komputer dengan d sistem operasi minim mal Windows XP. Pada komputer k jugaa harus terpasaang MySQL, MySQL ODBC Conn nector dan MapObjects Runtime. 6.1 Antar Muka Utama a Antaraa muka utama terdiri dari 5 (lima) panel terdiri darii panel peta, panel keteran ngan lokasi, panel peraalatan peta, paanel pencarian n objek, dan panel statuss. 220
Gambar 11 1. Form Tambaah Data 6.3 An nalisis Data Fittur analisis daata berfungsi untuk u membanntu penggu una dalam melakukan analisis daata berdasaarkan pilihan n tertentu. Pengguna P dappat
menganalissis data-data beerdasarkan tahu un dan bulan data. Pengg guna juga dapaat menentukan kriteria data kasus demaam berdarah yaang akan dianalisis berd dasarkan jenis kelamin dan umur pendeerita. Penggun na dapat mem milih untuk menampilkan m peta hasil analisis dalam m empat pilih han tampilan yang berbeeda, yaitu: 1.
2.
3.
4.
ClassB BreaksRendereer. Pada pilihaan ini, tiaptiap keelurahan akan ditampilkan daalam gradasi warna berdasarkan ju umlah kasus peer kelurahan. Titik-titik kasus tidaak ditampilkan. Gambar 12 mempeerlihatkan tam mpilan analissisnya. Jika wilayaah kelurahan pada p peta berrwarna sama berartii jumlah kassus demam berdarah b di kelurah han tersebut berada b satu keelas (jumlah hampirr sama). ChartR Renderer. Pad da pilihan ini, di tiap-tiap kelurah han akan diitampilkan grrafik batang (barch hart) yang men nunjukkan jumllah kasus per kelurah han. Titik-titik k kasus tidak ditampilkan. Gambaar 13 meemperlihatkan tampilan analisiisnya. DotDeensityRenderer. Pada pilihan n ini, di tiaptiap kelurahan k ditam mpilkan titik-ttitik tertentu yang jumlah j dan kerapatannya k m menunjukkan jumlah h kasus per kelurahan. k Titik k-titik kasus sebenaarnya tidak ditampilkan. d Gambar 14 mempeerlihatkan tamp pilan analisisny ya. ValueM MapRenderer. Pada pilihan ini, tiap-tiap kelurah han akan dittampilkan daalam warnawarna tertentu sesu uai pengaturan n pengguna. Titik-titik kasus sebenarnya ditampilkan. Gambaar 15 meemperlihatkan tampilan analisiisnya.
Gambar 12. Tampilan Anaalisis Data Menggunakaan Classbreaksrrenderer
An nalsis data daapat dilakukan n untuk melihhat trend jumlah j kasus demam berdarah yang terjaadi berdasaarkan waktu tertentu t (dalam m periode bullan atau taahun) yang beerarti data terd dahulu atau daata historiss masih dapat ditampilkan d daalam bentuk peeta untuk keperluan k analiisis lebih lanju ut
2 221
Gambar 13. 1 Tampilan analisis a data menggunakan m ChartR Renderer
Gamb bar 15.Tampillan analisis data menggunakaan ValueeMapRendererr
Gambar 14. 1 Tampilan analisis a data meenggunakan DotDensiityRenderer
Gamb bar 16. Peta Seebaran Kasus Demam D Berdaraah Bulan n Januari 2006 6.
222
Sebagaiimana Gambaar 16, analisiis dilakukan pada data bulan Januari 2006 dengan n mengamati sebaran kaasus demam berdarah. b Anaalisis dengan menggunak kan data historis diperlu ukan untuk melihat keecenderungan kejadian k demaam berdarah disuatu teempat. Dengaan cara tump pang susun (overlay) data d historis akan diperoleeh informasi lokasi/temp pat/wilayah yaang paling seering terjadi kasus demaam berdasar. Analisiss juga bisa dilakukan berdasarkan tindakan penanggulangan n wabah demaam berdarah yang sudah h dilakukan. Misal, M pada bulan Januari 2006 dilak kukan kegiatan n fogging disu uatu tempat, maka data fogging akan tesimpan untu uk keperluan analisis. Untuk U melihat efektivitas fo ogging yang telah dilak ksanakan padaa Januari 200 06 dilakukan dengan carra melihat dataa pada Februari 2006. Pada Gambar 17 memperlihatkan analisiss efektivitas fogging un ntuk menurunkan angka kaasus demam berdarah di d suatu kelu urahan. Pada contoh ini Kelurahan Bangka Beliitung pada bu ulan Januari 2006 terdaapat 4 kasuss, sementara pada bulan Februari 20 006 terdapat 1 kasus.
penderita sehingga ddapat dilakukaan analisis lebbih lanjut. An nalisis spasial berdasarkan n data historis bergun na untuk menam mpilkan wilay yah-wilayah yaang memiliiki jumlah kassus demam beerdarah tertingggi pada satu s periode waktu w atau beberapa perio ode waktu. Hal ini pentiing untuk men ngetahui wilay yah yang paling p sering terjadi t kasus demam d berdarrah agar daapat dilakukan perencanaan pencegahannya p a. Daata historis penanganan p d demam berdarrah seperti fogging, abaatesasi, dan seebagainya dappat dianalisis efektivitasn nya melalui overlay deng gan data kaasus demam beerdarah.
aran 7.2 Sa Un ntuk hasil an nalisis yang lebih baik, peeta digital yang digu unakan oleh sistem perrlu kapi. Penaambahan laayer RT/R RW dilengk memun ngkinkan pemb bagian wilayaah untuk analisis data meenjadi lebih sempit (small areea analysis). Daalam penelitiaan ini hubugan n kasus demaam berdaraah dengan kaawasan kumuh h atau elit attau hubung gannya dengann kawasan baanjir atau tidaak, belum dapat diketah hui karena tiidak tersedian nya layer tematik yang diperlukan. d Peerlu penambah han layer-laayer tematik laain seperti paritt/selokan, daerrah rawan banjir, daerah h miskin, dan n lain-lain, aggar sistem dapat melaku ukan analisis hubungan kassus demam m berdarah deng gan objek yang g ada pada layeerlayer teersebut.
Gamb bar 17. Tampilaan Analisis Efe fektivitas Fog gging 7. Kesimp pulan dan Sarran mpulan 7.1 Kesim Pendek katan medical geography yan ng digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan d cara memetakan n kasus demaam berdarah berdasarkan tempat tin nggal penderita. Data atribut berisikan keterangan n terkait dengaan kasus demaam berdarah direlasikan n dengan dataa spasial tem mpat tinggal
8 Dafftar Pustaka
[1] Barrus, B. dan U.S S. Wiradisastraa, 2000, Sistem Info ormasi Geograf afis, Bogor: Sarrana Manajemeen Sum mberdaya. Lab. Penginderaan n Jauh dan Karrtografi, Deparrtemen Tanah, Faperta, F IPB [2] Brin ney, Amanda, 2009, A History and Overvieew of Medical M Geogrraphy, Oktoberr 22, 2009. http p://geography.aabout.com/od/ cultturalgeography y/a/medicalgeo ograph.htm
2 223
[3] Electronic Visualization Laboratory, 2009, Information Exploration, Presentation Styles, Mei 04, 2010. http://www.evl.uic.edu/aej/422/week02.html [4] Geografiana, 2004, Peta Bisa Menghentikan Wabah Penyakit, Oktober 22, 2009. http://geografiana.com/index.php?option=com_c ontent&task=view &id=1& Itemid=55 [5] Husein, Rahmad, 2007, Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis (Geographics Information System), Oktober 29, 2009. http://www.ilmukomputer.org/wpcontent/uploads/2007/01/rahmat-sig.zip [6] Klik Dokter, 2008, Demam Berdarah Dengue. Mei 04, 2010. http://www.klikdokter.com/illness/detail/219 [7] MedicineNet.com, 2004, Definition of Medical Geography, Nopember 29, 2009. http://www.medterms.com/script/main/art.asp?a rticlekey=18879 [8] Pemerintah Kota Pontianak, 2010, Deskripsi Wilayah, Mei 04, 2010. http://www.pontianakkota.go.id/?q=tentang/des kripsi-wilayah [9] U.S. Geological Survey, 2007, Geographic Information Systems. Mei 04, 2010. http://egsc.usgs.gov/isb/pubs/ gis_poster/ [10] Widodo, Arif. 2007. Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Keterampilan Ibu-Ibu PKK Desa Makam Haji Mengenai Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Warta. Vol. 10. Hlm. 10-18.
224