Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
SISTEM DESENTRALISASI DALAM PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA Roziqin Kaprodi Magister Ilmu Hukum UNIBA Kaltim Abstrak Desentralisasi dan demokrasi sudah berkembang seiring dengan perkembangan wacana di tingkat dunia. Pada Orde Lama digunakan sistem politik yang dinamakan demokrasi terpimpin, walapun dalam istilah demokrasi terpimpin terdapat contradictio in terminus (di dalam terminilogi mengandung kontradiksi) antara kata demokrasi yang bersifat egalitarian, dengan kata terpimpin yang lebih bersifat hierarkhis, tetapi sebagaian besar rakyat pada waktu itu tidak terlampui mempersalahkan, sebabnya rakyat masih percaya pada diri presiden. Setelah Orde lama muncul dengan istilah Orde Baru, dikembangkan istilah demokrasi Pancasila, dengan ciri utama tidak hanya oposisi, serta menghindari adanya dominasi oleh mayoritas maupun tirani oleh minoritas. Keywords: decentralitation Demokrasi adalah pemerintahan
PENDAHULUAN telah
yang dijalankan oleh rakyat, terutama
menjadi sebuah kosakata yang dikenal di
kekuasaan yang dijalankan oleh kelompok
seluruh dunia, meskipun dengan nuansa
mayoritas yang terpilih melalui pemilihan
yang berbeda-beda sesuai sejarah politik
secara
masing-masing negara yang menganutnya,
perwakilan
negara Jerman (dahulu) juga menyatakan
periodik, pandangan ini sejalan dengan
dirinya
demokrasi,
“the
prakteknya
mengenaidemokrasi yang dikemukakan
Demokrasi
sebagai
meskipun
nampaknya
negara
dalam
pemerintahannya
bersifat
tirani
dan
oleh
langsung yang
maupun
melalui
dilaksanakan
secara
Gettyburg
Abraham
Formula”
Lincoln
yakni:
otoriter, begitu juga negara Korea Utara
“Government of the people, by the people,
menyebut
for the people”.2
meskipun
dirinya
negara
sistem
pemerintahannya
tidak
dan
demokrasi,
Di
pratek
mencerminkan
nilai-nilai demokrasi universal.1
Held, David, 2006, Models of Democracy. Terjemahan oleh Abdul Haris, Jakarta, Akbar Tanjung Institute, hal. x-xi
wacana
tentang
demokrasi juga sudah berkembang seiring dengan perkembangan wacana di tingkat dunia,
1
Indonesia
pada
orde
lama
di
bawah
2
Ziegenhain, Pattrick, 2008, The Indonesian Parliament and Democratization, Singapore, Institute of Sautheast Asian, hal. 15
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
27
Sistem Desentralisasi dalam … kepemimpinan Presiden Ir. Soekarno,
konsolidasi
digunakan sistem politik yang dinamakan
pernah
demokrasi terpimpin, meskipun dalam
cenderung semu; dan (4) penyelesaian
istilah
terdapat
masalah-masalah sosial, politik, hukum
“contradiction in terminus” (di dalam
yang tidak pernah tuntas yang diwariskan
terminologinya mengandung kontradiksi)
oleh rejim-rejim terdahulu.3
demokrasi
terpimpin
sosial-politik
mencapai
yang
soliditas
tidak namun
bersifat
Sistem politik yang demokrasi
egalitarian, dengan kata terpimpin yang
harus diikuti dengan penegakkan hukum,
lebih bersifat hierarkhis, tetapi sebagaian
tanpa adanya peneggakan hukum yang
besar rakyat Indonesia pada waktu itu
tegas, konsisten, dan transparan, sistem
tidak
demokrasi akan mengarah pada anarki,
antara
kata
demokrasi
terlampau
yang
mempersalahkan.
Sebabnya rakyat Indonesia masih percaya
yang
pada diri Presiden, yang sudah teruji dalam
pembangkangan sosial, tekanan-tekanan
perjuangan
masyarakat dalam pengambilan keputusan
mencapai
proklamasi
diawali
dengan
adanya
pikir
publik yang mengarah pada “mobocracy
masyarakat pada saat itu masih berorentasi
atau ochlocracy, menggantikan fungsi
vertikal keatas, dengan istilah “Sabdo
birokrasi.
kemerdekaan,
apalagi
Pandito
Ratu”,
yang
bahwa
pernyataan
pola
menggambarkan sang
pemimpin
merupakan sesuatu yang harus ditaati.
Setelah orde lama tumbang dan digantikan
olehorde
kepemimpinan
baru
Presiden
di
bawah
Soeharto,
gempitanya
dikembangkan istilah demokrasi Pancasila,
demokrasi di Indonesia, menurut Markoff
dengan ciri utama tidak adanya oposisi,
oleh
dasar
serta menghindari adanya dominasi oleh
perubahan yang ditempuh begitu jelas dan
mayoritas maupun tirani oleh minoritas,
kecepatannya karena peraturan perundang-
keputusan terpenting ditetapkan melalui
undangan silih berganti oleh desakan
musyawarah
kepentingan kekuasaan jangka pendek,
menggambarkan
akankah perubahan demokrasi Indonesia
mufakat
menuju demokrasi yang beku (frozen
peranan elit menjadi sangat dominan
democracy)
dibandingkan kelompok masyarakat awam
Dalam
Heru
gegap
Nugroho,
dengan
strategi
ciri-ciri
sebagai
mufakat, proses,
menggambarkan
musyawarah sedangkan hasilnya,
berikut: (1) sempoyongan ekonominya baik di tingkat nasional maupun lokal; (2) berhentinya
proses
pembentukan
masyarakat warga (civil society); (3)
3
Dalam Pengantar buku Markoff oleh Heru Nugroho, Huntington, Samuel P, 1991, Gelombang Demokrasi ketiga, Terjemahan oleh Asril Marjohan, Jakarta, Pustaka Grafiti, hal. xix
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
28
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
Menurut Boediono dalam orasi
lainnya, sehingga terjadi bias elit pada berorentasi
ilmiah pengukuhan guru besarnya di
vertikal ke atas seperti di Indonesia, sistem
Universitas Gagjah Mada Yogyakarta pada
ini
tanggal 24 Februari 2007, mengingatkan
masyarakat
cocok
yang
masih
dengan
sistem
budaya
bahwa demokrasi harus dikembangkan
masyarakatnya. sampai
sejalan dengan kemakmuran di bidang
sekarang, muncul lagi istilah demokrasi
ekonomi, perbaikan tata pemerintahan,
tanpa
serta
Pada
masa
disertai
reformasi
tambahan
kata
supremasi
hukum.
dibelakangnya, yang mencoba mengadopsi
menegaskan
nilai-nilai demokrasi universal. Tata nilai
diartikan secara subtantif dan mencakup
berbangsa dan bernegara yang diatur
tidak hanya formal demokrasi (pemilihan
dalam konstitusi dicoba disusun ulang,
umum
Undang-Undang Dasar 1945 yang selama
pembagaian kekuasaan antara eksekutif
ini
dan legislatif, peran pers dan organisasi
disakaralkan
karena
memberi
kekuasaan yang sangat besar kepada
bahwa:
Selanjutnya
yang
demokrasi
bebas,
multi
harus
partai,
kemasyarakatan dan sebagainya).4 Berangkat
presiden sebagai satu-satunya mandataris
dari
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
Boediono,
kemudian diamandemen sampai 4 (empat)
pemahaman bahwa demokrasi bukanlah
kali
untuk
satu-satunya
posisi
kesejahteraan masyarakat, masih ada 3
sebagai satu-satunya mandataris MPR,
(tiga) pilar lainnya yang perlu juga
kekuasaan Presiden sangat besar meskipun
dikembangkan
secara
tidak sampai bersifat mutlak.
penegakkan
hukum,
dan
diamandemen
Dalam
masih
terbuka
kembali,
bahasa
dalam
konstitusi
disebutkan bahwa: “Kekuasaan Presiden
dapat
pandangan
pilar
dikembangkan
untuk
mencapai
simultan
yakni
pertumbuhan
ekonomi, serta manjemen pemerintahan yang baik.
tak terbatas” melalui posisi tersebut,
Demokrasi tanpa hukum hanya
Presiden kemudian mengkooptasi cabang-
akan menciptakan anarkisme yang dapat
cabang kekuasaan pemerintahan lainnya,
menciptakan situasi “chaos,” demokrasi
seperti legislatif, yudikatif, dan audif, bahkan kalangan pers pun dibungkam dengan diberi “lebel yang bebas dan bertanggung jawab.”
4
Boediono, 2007, Dimensi Ekonomi Politik Pembangunan Indonesia, Pidato Pengkuhan , jabatan Guru Besar Pada Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, tanggal 24 Februari 2007, tidak di publikasikan.
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
29
Sistem Desentralisasi dalam … tanpa penegakkan hukum yang adil,
organisasi semi bebas, ataupun sektor
pertumbuhan
privat.6
ekonomi,
hanya
akan
menciptakan gejolak karena “perutnya kosong”
sebaliknya,
negara
demokrasi
tanpa
keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat
adil,
(DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat
pertumbuhan ekonomi yang cukup disertai
Daerah (DPRD) atau lembaga Legislatif
manajemen
baik,
adalah suatu keharusan, kerena lembaga
hanya akan menciptakan kebangrutan
legislatif merupakan perwakilan rakyat
karena
kolusi,
dalam membuat undang-undang ataupun
nepotisme, serta pemborosan keuangan
Peraturan Daerah yang akan diberlakukan
dan kekayaan negara.
bagi rakyat.7
penegakkan
demokrasi
Dalam
hukum
yang
pemerintahan
terjadinya
yang
korupsi,
Secara teoritis dapat dikemukakan
Negara Indonesia mengenal tiga
bahwa menurut Rondinelli dan Cheema
jenis lembaga yang berperan besar dalam
dari
pelaksanaan pemerintahan, masing-masing
sudut
pandang
kebijakan
dan
administrasi, desentralisasi adalah transfer
lembaga
perencanaan, pengambilan keputusan, atau
Judikatif.Ketiga
otoritas administratif, dari pemerintah
memainkan peran dan fungsinya dalam
pusat kepada organisasinya di lapangan,
sistem pelaksanaan pemerintahan negara.
unit-unit administratif lokal, organisasi
Ketiganya merupakan lembaga yang oleh
semi otonomi dan organisasi pemerintahan
kekuasaan
lokal, atau organisasi non pemerintah.
5
Eksekutif,
Legislatif,
lembaga
negara
diberi
dan
tersebut
kewenangan
masing-masing dan diatur melalui suatu
Pada sisi lain menurut Litvack dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
transfer
Dalam
kewenangan dan tanggung jawab berkaitan
pemerintahan
dengan
dari
Indonesia, ketiga lembaga tersebut dalam
organisasi
Undang-Undang Dasar Negara Republik
pemerintah yang ada dibawahnya, atau
Indonesia Tahun 1945 dapat dibedakan
Seddon
desentralisasi
pemerintah
fungsi-fungsi pusat
adalah
publik
kepada
sistem di
penyelenggaraan negara
Republik
tiga ranah (domain) yaitu kekuasaan eksekutif
atau
pelaksana,
kekuasaan
6
5
Rondinell, Dennis, and Shabir Cheema, 1983, Decentralization and Development: Policy Implementation in Developing Countries, Sage, Publications, hal.18
Ohmae, Kenichi, 2002, Hancurnya Negara Bangsa-Bangkitnya Negara Kawasan dan Geliat Ekonomi Regional di Dunia Tak Terbatas, Terjemahan oleh Ruslani, Yogyakarta, Qalam, hal.2 7 Hans Kelsen, 2007 Teori Hukum Murni, Nusamedia dan Nuansa, Bandung, hal.97
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
30
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
legislatif dan fungsi pengawasan, dan
demikian, lembaga eksekutif dan lembaga
kekuasaan kehakiman atau fungsi yudisial.
legislatif merupakan bidang kekuasaan
alaupun ketiganya telah diberi
dalam kehidupan bernegara dan keduanya
kewenangan masing-masing, hal itu tidak
memiliki
berarti masing-masing dalam keadaan
mewujudkan cita-cita dan tujuan negara
terpisah satu sama lain dan berdiri sendiri.
sebagaimana
Terhadap hal ini, pilihan ketatanegaraan
keempat Pembukaan Undang Undang
Indonesia menetapkan bahwa tidak ada
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
pemisahan yang mutlak ketiga bidang
1945. Demikian pula dalam hal terjadinya
kekuasaan dimaksud melainkan hanya
perbedaan-perbedaan, masih pula patut
pada pembagian kekuasaan yang ditandai
untuk
dengan penentuan kewenangan melalui
bukanlah eksekutif maupun sebaliknya.
Konstitusi, yakni Undang-Undang Dasar
Keduanya oleh hukum positif diberi hak
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
dan
Konstitusi menentukan suatu pembagian
sebagaimana
kekuasaan
demokrasi
dan
bukan
pemisahan
(separation of power).8
tujuan
yang
tertuang
dinilai
wajar
yakni
dalam
sebab
kewenangan
alinea
legislatif
masing-masing
tersirat dan
sama
dalam
pembagian
konsep kekuasaan
(destribution of power). Dalam berbagai kasus, misalnya,
Hubungan antara lembaga legislatif dan eksekutif berarti melibatkan diri dalam
dalam
upaya mencermati sejauh mana keduanya
pertanggungjawaban
saling berinteraksi dalam wujud saling
daerah
mendukung satu sama lain atau sebaliknya
pencalonan dan pemilihan kepala Daerah
berpotensi saling meniadakan satu atau
sering
lainnya.
keduannya.
keduanya
Demikian dalam
pula
menganalisis
perspektif
(unsur
dan
mekanisme
seorang
kepala
eksekutif),9
proses
menimbulkan
Konsep
sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara.
proses
dari
ekses
terhadap
hubungan
antara
legislatif dan eksekutif berpangkal pada
Persamaan dalam peran, dalam
konsep yang dikenal dengan istilah checks
batasan tertentu, masih dapat dinilai positif
and balances. Konsep ini berada pada
oleh karena landasan teoretis maupun
ranah mempersoalkan antara tugas dan
tatanan yang ada memang menghendaki
kewenangan
8
9
Mukthie Fadjar, 2003, Reformasi Konstitusi Dalam Masa Transisi Paradigmatik, Malang, Penerbit In-Trans, hal. 5
keduanya
dalam
Ryaas Rasyid. 2002. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar, hal. 194.
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
31
Sistem Desentralisasi dalam … penyelenggaraan pemerintahan, baik pada
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
tingkat nasional, regional maupun lokal di
Negara
Indonesia.
yang
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
hendak diperhatikan di dalam suatu istilah
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Checks and Balances tidak lain adalah
Tahun 1945.
untuk
Pada
dasarnya,
mengukur
apakah
apa
tugas
Kesatuan
Republik
Indonesia
dan
kewenangan itu telah berjalan dengan baik
PEMBAHASAN
atau tidak, telah sesuai dengan aturan yang
1. Arah Perkembangan Desentralisasi
telah
ditetapkan
sebagainya
atau
termasuk
belum apakah
dan dalam
di Indonesia a. Perkembangan
tindakan masing-masing yakni eksekutif
Demokrasi
di
Indonesia
maupun legislatif tidak keluar dari apa
Dimensi demokrasi di Indonesia
yang telah ditetapkan di dalam aturan yang
mengalami perkembangan sangat pesat
telah ditentukan oleh negara.
setelah reformasi antara lain bertambahnya
Kehadiran perwakilan rakyat dalam
jumlah Partai Politik, berubahnya sistem
sebuah negara demokrasi bukanlah untuk
pengisian
mengurangi
bertambahnya jumlah daerah otonom di
kewenangan
dari
pada
pejabat
publik,
maupun
eksekutif tetapi harus dipandang sebagai
Indonesia. Sejak berlakunya
upaya untuk terjaminnya kepentingan
Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
rakyat dalam seluruh kebijakan pemerintah
Pemerintahan Daerah.
termasuk
Pemerintah
Legislatif
dipahami semua
pembentuk
Undang-
fungsi
Untuk dapat disebut sebagai negara
bukan
sebagai
demokrasi, sebuah negara harus memenuhi
norma
hukum,
persyaratan
Daerah,
sebagai
berikut:
(1)
melainkan hanya pembentuk norma umum
competitive elections, (2) freedom of
oleh organ khusus yang disebut lembaga
speech, (3) freedom of the press, (4) rule
Legislatif.10
of law, (5) civilian control of the
Pemerintahan penyelenggaraan
Daerah
urusan
adalah
military.11 Selain
pemerintahan
itu
di
dalam
negara
oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
demokrasi juga ada kebebasan berbicara,
Perwakilan
(DPRD)
kebebasan pres, penegakan hukum serta
tugas
pengawasan meliter oleh kekuasaan sipil,
menurut
Rakyat asas
pembantuan
Daerah
otonomi
dengan
dan
prinsip
otonomi 11
10
Hans Kelsen, Op.,Cit, hal.314
Merriem, Dictionary
2008,
Kamus
Webster
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
Online
32
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
bahkan di negara demokrasi, pers telah
tidak hanya oposisi, serta menghindari
dianggap sebagai cabang pemerintahan di
adanya dominasi oleh mayoritas maupun
luar
tirani oleh minoritas.
cabang
eksekutif,
legislatif
dan
Keputusan terpenting ditetapkan
yudikatif. Sistem politik yang demokratis
melalui
musyawarah
mufakat,
harus diikuti dengan penegakan hukum
musyawarah
tanpa adanya penegakan hukum yang
sedangkan
tegas,
sistem
hasilnya. Dalam mekanisme pengambilan
demokrasi akan mengarah pada anarki,
keputusan melalui musyawarah mufakat,
yang
adanya
peranan elit menjadi sangat dominan
pembangkangan sosial, tekanan-tekanan
dibandingkan kelompok msyarakat awam
masyarakat dalam pengambilan keputusan
lainnya, pada masyarakat yang masih
publik yang mengarah pada mobocracy
berorentasi vertikal ke atas seperti di
atau
Indonesia, sistem ini sesuai dengan sistem
konsisten,
transparan,
diawali
achocracy,
dengan
menggantikan
fungsi
menggambarkan mufakat
proses,
menggambarkan
budaya masyarakat.
birokrasi.
Sebagaian
Gambaran di Indonesia sendiri
rakyat
juga
tidak
wacana tentang demokrasi juga sudah
mempermasalahkan istilah dan isi dari
berkembang seiring dengan perkembangan
demokrasi Pancasila, karena rakyat masih
wacana di tingkat dunia. Pada Orde Lama
percaya pada pemimpin, apalagi pada
digunakan sistem politik yang dinamakan
awalnya, sistem politik tersebut telah
demokrasi
dalam
mampu menciptakan kestabilan politik dan
terdapat
pertumbuhan ekonomi dalam jangka yang
dalam
relatif lama. Sistem politik demokrasi
kontradiksi)
Pancasila telah mampu membawa rakyat
istilah
terpimpin,
demokrasi
walapun
terpimpin
contradictio
in
terminilogi
mengandung
antara
demokrasi
kata
terminus
(di
yang
bersifat
egalitarian, dengan kata terpimpin yang
menjadi lebih makmur dan sejahtera dibanding masa sebelumnya. Pada
lebih bersifat hierarkhis, tetapi sebagaian besar
rakyat
terlampui
pada
waktu
mempersalahkan,
itu
tidak
sebabnya
rakyat masih percaya pada diri presiden.
masa
reformasi
sampai
sekarang, muncul lagi istilah demokrasi, tanpa
disertai
tambahan
kata
dibelakangnya, yang mencoba mengadopsi
Setelah Orde lama muncul dengan
nilai-nilai demokrasi universal. Tata nilai
istilah Orde Baru, dikembangkan istilah
berbangsa dan bernegara yang diatur
demokrasi Pancasila, dengan ciri utama
dalam konstitusi dicoba disusun ulang,
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
33
Sistem Desentralisasi dalam … UUD 1945 yang lama ini disakralkan
pendahulu
karena memberi kekuasaan yang sangat
desentralisasi telah memberi warna yang
besar kepada Presiden sebagai satu-
membuat bangsa Indonesia menjadi lebih
satunya
dewasa dalam berpemerintahan, dalam
mandataris
MPR,
kemudian
antara
sentralisasi
diamandemen samapai 4 (empat) kali, dan
setiap
masih
tentang desentralisasi. Secara filosofi dan
terbuka
untuk
diamandemen
undang-undang
dan
kembali. Dalam posisi sebagai satu-
paradigma
satunya
kekuasaan
dengan suasana kebatinan dan sistem nilai
presiden sangat besar meskipun tidak
yang berlaku pada masa itu. Secara teoritis
sampai bersifat mutlak, dalam bahasa
dapat di kemukakan bahwa menurut
konstitusi disebutkan bahwa kekuasaan
Rondinelli dan Cheema, yang dilihat dari
Presiden tidak terbatas.
sudut pandang kebijakan dan administrasi,
mandataris
MPR,
Melalui posisinya tersebut Presiden
yang
yang mengatur
berbeda-beda
desentralisasi
adalah;
sesuai
transfer
kemudian mengkooptasi cabang-cabang
perencanaan, pengambilan keputusan, atau
kekuasaan pemerintahan lainnya seperti
otoritas administratif lokal, organisasi semi
legislatif, yudikatif, dan auditif, bahkan
otonom
kalangan pers pun dibungkam dengan
pemerintah lokal, atau organisasi non
diberi
pemerintah.12 Selain itu menurut Litvack
lebel
”pers
yang
bebas
dan
bertanggungjawab”.
dan
organisasi
parastatal,
dan Seddon desentralisasi adalah: transfer
Sekarang ini Indonesia sedang
kewenangan dan tanggung jawab berkaitan
memasuki masa ujicoba dengan sistem
dengan
demokrasi yang merujuk pada nilai-nilai
pemerintah
universal, meskipun tidak ada jaminan
pemerintah yang ada dibawahnya, atau
bahwa sistem yang dugunakan sekarang
organisasi semi bebas, ataupun sektor
akan membawa Indonesia lebih maju dan
privat.13 Dari beberapa definisi tentang
makmur dibandingkan masa lalu. Bagi di
desentralisasi di atas, dapat ditarik intisari
Indonesia desentralisasi bukan hal yang
desentralisasi yakni: (1) adanya transfer
baru, karena sistem pemerintahan tersebut
kewenangan
sudah ada sejak tahun 1903 dengan adanya
mengenai fungsi-fungsi publik; (2) transfer
decentralisatie
wet.
Sejak
fungsi-fungsi pusat
dan
publik
kepada
dari
organisasi
tanggung
jawab
Indonesia
merdeka sampai saat ini sudah ada 8 12
(delapan) undang-undang yang secara mengatur tentang desentralisasi. Pilihan politik pemerintahan yang bergerak seperti
Rondinelli, Dennis, and Shabir Cheema, 1983, Decentralization and Development: policy Implementation in developing Countries, sage Publication, hal.18 13 Wikipedia, The Free Encylopedia
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
34
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
tersebut berasal dari pemerintah pusat, (3)
(unitaris)
transfer tersebut diberikan kepada entitas,
membentuk
yang
pemerintah pusat.
dapat
berbentuk;
organisasi
seperti
di
daerah
Indonesia, otonom
yang adalah
badan-badan
Sumber kewenangan atau urusan
pemerintah semi otonom, organisasi atau
yang ditransfer berasal dari pemerintah
pejabat pemerintah pusat yang berada di
pusat, hal ini sejalan dengan Pasal 4 ayat
luar
non
(1) Undang-Undang Dasar 1945 yang asli
formal,
maupun yang telah diamandemen yaitu:
menurut Pasal 1 huruf b Undang-Undang
Presiden Republik Indonesia memegang
Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Pokok
Undang Dasar.
pemerintah
subnasional,
ibukota
pemerintah.
negara, Secara
organisasi legalistik
Pemrintahan
di
Daerah,
desentralisasi adalah penyerahan urusan
Menurut Undang-Undang Nomor 5
pemerintahan dari Pemerintah Pusat atau
Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 22
Daerah tingkat atasannya kepada Daerah
Tahun 1999 serta Undang-Undang Nomor
menjadi
tanggganya,
32 Tahun 2004, menegaskan bahwa yang
menurut Pasal 1 huruf e Undang-Undang
menerima desentralisasi adalah daerah
Nomor
Tentang
otonom, bukan hanya pemerintah daerah,
Pemerintahan Daerah desentralisasi adalah
daerah otonom itu sendiri adalah Kesatuan
Penyerahan wewenang pemerintahan oleh
masyarakat
hukum
Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam
batas-batas
wilayah
kerangka
mengatur
dan
urusan
22
rumah
Tahun
Negara
1999
Kesatuan
Republik
yang
mempunyai
yang
berwenang
mengurus
urusan
Indonesia, menurut Pasal 1 butir 7
pemerintahan dan kepentingan masyarakat
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
setempat
Tentang
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
Pemerintahan
Desentralisasi
adalah:
Daerah, penyerahan
wewenang pemerintahan oleh Pemerintah
sistem
menurut
Negara
prakarsa
Kesatuan
sendiri
Republik
Indonesia.
kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia. Dari ketiga
peraturan
perundang-undangan
b. Arah Perkembangan Desentralisasi di Indonesia Perkembangan
desentralisasi
di
tentang pemerintaham daerah sebagaimana
Indobnesia sejak jaman Hindia Belanda
dikemukakan di atas, dapat diketahui
sampai saat ini yakni dari sentralistik
bahwa dalam negara berbentuk kesatuan
bergerak ke desentralisasi yang lain, kajian
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
35
Sistem Desentralisasi dalam … yang lengkap mengenai perkembangan
membahayakan keutuhan Negara Kesatuan
pemerintahan daerah di Indonesia sejak
Republik
masa kemerdekaan sampai tahun 1965.
dengan maksud dan tujuan pemeberian
Indonesia
dan
tidak
serasi
desentralisasi
otonomi kepada daerah sesuai dengan
diputuskan berdasarkan suasana politik
prinsip-prinsip yang digariskan di dalam
pada
GBHN.
Arah
pendulum
jamannya,
yang
kemudian
Pada masa Undang-Undang Nomor
diformalisasikan dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
sebagai
contoh:
5 Tahun 1974, prinsip otonomi yang nyata
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965
dan
Tentang
Pemerintahan
diwujudkan dalam bentuk pemerintahan
desentralistik,
yang sentralistik, peran instansi vertikal
prinsip otonomi yang digunakan adalah riil
dalam melaksanakan asas dekonsentrasi
dan seluas-luasnya, pada masa itu kata
lebih dominan dibandingkan peran dinas
otonomi
daerah
Daerah
Pokok-Pokok sifatnya
sangat
yang
seluas-luasnya
sesuai
suasana batin para penyusun undangundang maupun tuntutan jaman, prinsip
bertanggung
dalam
jawab
menjalankan
ternyata
asas
desentralisasi. Melalui prinsip uniteritorial dan
tersebut oleh Undang-Undang Nomor 5
unipersonal,
Tahun
jabatannya adalah juga kepala wilayah
1974
sebagai
undang-undang
kepala
daerah
karena
total,
sebagai wakil pemerintah pusat di daerah,
pendulum yang semula berada pada kutub
melalui posisinya yang ganda, kepala
desentralisasi, ditarik ke kutub lainnya
daerah menjadi lebih kuat dibanding
yang bersifat sentralistik.
DPRD sebagai wakil rakyat.
penggantinya,
dikoreksi
secara
Prinsip yang dipakai bukan lagi
Pada masa Undang-Undang Nomor
Otonomi yang riil dan seluas-luasnya,
22 Tahun 1999 sebagaimana buah dari
tetapi
dan
gerakan reformasi, pendulum pembagian
demikian
kewenangan antara pemerintah pusat dan
otonomi
bertanggung
yang
jawab,
nyata
dengan
prinsip otonomi yang riil atau nyata tetap
pemerintah
merupakan prinsip yang harus melandasi
menuju ke kutup lainnya yang bersifat
pelaksanaan pemberian otonomi kepada
sangat desentralistik, bahkan rumusan
daerah, sedangkan istilah seluas-luasnya
pembagian
tidak
yang tertuang dalam Pasal 7 ayat (1)
lagi
dipergunakan
karena
otonom
bergerak
kewenangan
kembali
pemerintahan
berdasarkan pengalaman selama ini istilah
menyebutkan:
tersebut
mencakup kewenangan dalam seluruh
ternyata
kecenderungan
dapat
pemikiran
menimbulkan yang
dapat
Kewenangan
daerah
bidang pemerintahan, kecuali kewenangan
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
36
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
negeri,
antara lain dari Litvak menyebutkan:
pertahanan keamanan, peradilan, moneter
adanya keseimbangan pembagian urusan
dan fiskal, agama serta kewenangan
pemerintahan
bidang lain.
keuangan
dalam
bidang
politik
luar
Pemahaman dari Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
maupun
yang
pemerintah
sumber-sumber
menyertainya
pusat
dengan
antar
pemerintah
daerah. Prinsip
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
desentralisasi
sangat
berkeseimbangan sebenarnya justru yang
besar
paling sesuai dengan falsafah negara
di
Pancasila, yang pada dasarnya adalah
sentralisasikan kepada daerah otonom,
ideologi jalan tengah. Pancasila juga
seperti pengalaman sejarah pemerintahan
menggunakan
pendekatan
daerah di Indonesia pada masa lalu,
pengambuilan
keputusan
apabila memilih salah satu kutup secara
memcahkan masalah, seperti tersirat pada
berlebihan, segera akan gerakan untuk
sila ke empat yakni Kerakyatan yang
mendorong kembali pendulum pembagian
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
kewenangan
permusyawaratan perwakilan.
undang-undang
tersebut
desentralistik, karena kewenangan
sebagaian
penmerintahan
pemerintah
pada
titik
Melalui
keseimbangan baru. Berbeda dengan berbagai undang-
dalam ataupun
desentralisasi
berkeseimbangan
dapat
dilakukan
undang pemerintahan daerah yang pernah
pembagian urusan pemerintahan antara
disusun,
pendulum
pemerintah pusat dengan daerah otonom
kewenangan
antara
pembagian
pemerintah
pusat
secara
proposonal
dengan
dengan daerah otonom tidak lagi memilih
mempertimbangkan nilai-nilai efektifitas,
salah satu kutup yang sangat desentralistik
efesiansi,
ataupun
ekonomi, serta nilai demokrasi, dalam
yang
sangat
sentralistik,
keadilan,
kesetaraan,
melainkan memilih keseimbangan diantara
bidang
keduannya, oleh karena itu, Undang-
dialokasikan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dapat
pemerintahan, sudah tergambar adanya
disebut
tugas, wewenang, serta tanggung jawab.
sebagai
menggunakan
undang-undang prinsip
yang
desentralisasi
bersekeimbangan.
urusan
dan
pemerintahan
kepada
setiap
yang entitas
Pembagian urusan pemerintahan yang dilakukan secara proposonal harus
Prinsip ini bukanlah hal yang baru,
diikuti dengan pembagian sumber-sumber
karena sudah banyak pandangan para ahli
keuangan yang sepadan pula sesuai dengan
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
37
Sistem Desentralisasi dalam … prinsip
”
uang
mengikuti
fungsi”.
mengadili,
dan
memutus
perkara.
Kemudian diikuti dengan pengalokasian
Kekuasaan yudikatif, yang dalam UUD
sumber daya aparatur sesuai jenis dan
NRI TAHUN 1945 disebut dengan istilah
kualitas
kekuasaan
urusan
ditangani
pemerintahan
oleh
setiap
yang
kehakiman,
diselenggarakan
entitas
untuk menegakkan hukum dan keadilan.
pusat,
Jika dilihat dari hasil Perubahan UUD NRI
pemerintahan(pemerintah
pemerintah daerah provinsi, pemerintah
1945,
daerah kabupaten/kota).
kehakiman merupakan salah satu materi
Melalui
prinsip
desentralisasi
ketentuan
muatan
yang
tentang
mengalami
kekuasaan
perubahan
kepentingan
mendasar. Secara kuantitatif, perubahan
antara pemerintah pusat dengan daerah
tersebut dapat dilihat dari penambahan
otonom maupun antar daerah otonom
butir
diharapkan dapat dikurangi, karena ada
perubahan,ketentuan
pembagian
kehakiman dan UUD NRI 1945 hanya 2
berkeseimbangan
konflik
urusan
pembagian
pemerintahan
sumber-sumber
secara proposonal,
dengan
dan
keuangan
ketentuan.
Sebelum kekuasaan
pasal yang terdiri atas 3 ayat. Setelah
mengingat
perubahan,
ketentuan
kepentingan nasional serta persatuan dan
tersebut menjadi 5 pasal terdiri atas 19
kesatuan bangsa dan negara.
ayat. Dari sisi kelembagaan, Perubahan
Melalui
desentralisasi
UUD NRI Tahun 1945 melahirkan 2 (dua)
berkeseimbangan, dilakukan pembagian
lembaga
fungsi yang jelas antara kepala daerah dan
kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi
DPRD. Dalam pengertian desentralisasi
(MK) sebagai salah satu pelaku kekuasaan
terkandung
kehakiman dan Komisi Yudisial (KY)
adanya
penyerahan
di
lingkungan
kekuasaan
dan
sebagai lembaga yang terkait dengan
daerah,
keberadaan Mahkamah Agung (MA).Agar
kewenangan mengatur yang diwujudkan
kekuasaan kehakiman dapat menjalankan
dalam bentuk membuat peraturan daerah
fungsi dengan baik,dibutuhkan pengaturan
lebih banyak menjalankan kewenangan
lebih lanjut sesuai dasar konstitusional
mengurus yang bersifat implementasikan
yang ada.
kewenangan mengurus
untuk rumah
mengatur tangga
Apabila
dari kewenangan mengatur.
kita
menilik
proses
kekuasaan
perdebatan dalam Perubahan UUD NRI
negara adalah kekuasaan yudikatif, yaitu
Tahun 1945, akan kita temukan empat isu
kekuasaan
penting
Salah
peradilan
satu
untuk dalam
cabang
menyelenggarakan bentuk
memeriksa,
terkait
dengan
kekuasaan
kehakiman. Keempat isu tersebut adalah
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
38
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
pentingnya
menegaskan
kehakiman
yang
menjamin
kekuasaan
merdeka,
penegakan
hukum
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
Jaminan
tersebut
diwujudkan
dalam
perlunya
rumusan Pasal 24 ayat (1) UUD NRI
dengan
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
mengatur badan-badan yang terkait dengan
kekuasaan
kehakiman
itu,perlunya pengawasan terhadap hakim,
kekuasaan
dan perlunya penerapan judicial review.
menyelenggarakan
Penegasan kekuasaan kehakiman yang
menegakkan hukum dan keadilan. meliputi
merdeka menjadi perhatian utama karena
kebebasan dalam mengambil putusan serta
kondisi masa lalu yang menempatkannya
kemandirian
di bawah kendali kekuasaan eksekutif.
Adapun penempatan semua lingkungan
yang
merupakan
merdeka
untuk
peradilan
demi
pengelolaan
organisasi.
karier,serta
peradilan di bawah kekuasaan kehakiman
lembaga
diwujudkan dalam Pasal 24 ayat (2) yang
peradilan di bawah kendali pemerintah,
menentukan bahwa salah satu pelaku
yaitu
kekuasaan kehakiman adalah MA yang di
Perekrutan
hakim,
administrasi,dan
keuangan
Departemen
Kehakiman.Di
sisi
lain,terdapat badan peradilan yang berada
bawahnya
terdapat
di
peradilan,
yaitu
bawah
institusi
pemerintah,yaitu
empat
lingkungan
peradilan
umum,
pengadilan agama di bawah Departemen
lingkungan peradilan agama, lingkungan
Agama dan pengadilan militer di bawah
peradilan militer, dan lingkungan peradilan
ABRI.Kedudukan
tata usaha negara.
dan
ketergantungan terganggunya
Selain keberadaan MA, MK, dan
independensi lembagalembaga peradilan
KY yang ada pada UUD NRI Tahun 1945
tersebut dalam memeriksa, mengadili, dan
pascaperubahan,
memutus perkara.
pembahasannya
tersebut
mengakibatkan
kekuasaan sumber
kehakiman,
pengelolaan
kekuasaan mengadili untuk menegakkan
harus
baik
dari
administrasi,
maupun
diselenggarakan
kehakiman
sendiri.
sisi
oleh Selain
itu,semua lingkungan peradilan yang ada berada
di
agar
memasukan pemikiran bahwa keberhasilan
daya,
kekuasaan
usulan
kemerdekaan
kehakiman
keuangan
terdapat
proses
menjamin
Untuk kekuasaan
dalam
bawah
lembaga
pelaku
hukum
dan
keadilan
tidak
hanya
ditentukan oleh lembaga peradilan, tetapi juga ditentukan oleh badan-badan lain yang bergerak di wilayah hukum. Karena pengaturan
itu,
diperlukan
badanbadan
lain
juga seperti
kekuasaan kehakiman, tidak ada yang
kejaksaan, kepolisian, advokat, notaris,
berada di bawah instansi pemerintah.
dan lembaga pemasyarakatan. Setelah
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
39
Sistem Desentralisasi dalam … melalui perdebatan, keberadaan kejaksaan,
Karena itu, diperlukan keberadaan badan
kepolisian, advokat, notaris, dan lembaga
pengawasan ter-sendiri. Pada awalnya,
pemasyarakatan
khusus
usulan yang muncul adalah perlunya
masuk dalam rumusan hasil tersebut.Hal
pengaturan Dewan Kehormatan Hakim
itu karena badan-badan tersebut dari sisi
atau Dewan Kehormatan MA. Namun,
kelembagaan tidak sepenuhnya berada di
kelemahan dari lembaga tersebut adalah
bawah kekuasaan kehakiman, walaupun
statusnya sebagai alat kelengkapan MA
fungsinya terkait erat.
sehingga merupakan bagian dari MA itu
tidak
secara
itu,keberadaannya
sendiri. Pengawasan internal semacam itu
dipandang cukup diatur dengan undang-
biasanya tidak efektif dan cenderung
undang. Kepolisian negara diatur dalam
muncul semangat korps.
Selain
yaitu Pertahanan dan
Karena itu,pengawasan terhadap
Keamanan Negara. Sebagai landasan,
hakim harus diformat sebagai pengawasan
pengaturan badan-badan tersebut dalam
eksternal.Lembaga
undang-undang terdapat pada Pasal 24
wewenang pengawasan tersebut harus
ayat (3) yang menyatakan bahwa badan-
mandiri
badan lain yang fungsinya berkaitan
Pemikiran tersebut mendasari munculnya
dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
KY yang bersifat mandiri. Wewenang KY
undangundang.
adalah terkait dengan pengawasan untuk
bab tersendiri,
Permasalahan
berikutnya
yang
yang
dari lembaga
menjaga
memiliki
yang diawasi.
dan
menegakkan
muncul dalam perdebatan Perubahan UUD
kehormatan,keluhuran
NRI
perilaku hakim. Dalam pembahasan juga
Tahun
1945
adalah
perlunya
mengemuka
terkait
termasuk memberikan rekomendasi sanksi
kondisi
peradilan
di
Indonesia pada masa lalu yang dinilai sarat
untuk
dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme
Agung.
serta praktik mafia peradilan. Selain
dilaksanakan
wewenang
serta
pengawasan terhadap hakim. Hal itu dengan
bahwa
martabat,
oleh
KY
Mahkamah
Dengan wewenang tersebut, KY
agar
dinilai nantinya akan mengetahui rekam
kemerdekaan yang dimiliki oleh hakim
jejak dan kualitas hakim. Karena itu, KY
tidak disalahgunakan.
juga diberikan wewenang mengusulkan
itu,pengawasan
juga
diperlukan
Pengawasan tidak dapat dilakukan
pengangkatan hakim agung kepada DPR
oleh lembaga politik seperti DPR atau
dan selanjutnya ditetapkan oleh presiden.
presiden karena akan mengurangi hakikat
Dengan
kemerdekaan
diharapkan benar-benar memiliki integritas
kekuasaan
kehakiman.
demikian,
hakim
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
agung
40
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
Beijing Statement Of Principles Of The
profesional, dan berpengalaman di bidang
Independence The Law Asia Region Of
hukum.
The Judiciary di Manila tanggal 28
Negara Indonesia adalah Negara
Agustus
1997,
dimana
didalamnya
Hukum. Penegasan Indonesia sebagai
ditegaskan bahwa:
negara
1) kehakiman merupakan institusi nilai
yang
berdasarkan
hukum
dituangkan dalam pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 dan perubahannya yang menyatakan
bahwa
negara
Indonesia
yang tertinggi pada setiap masyarakat; 2) kemerdekaan hakim mempersyaratkan bahwa hukum memutuskan sebuah
adalah negara hukum. Konsekuensi dari
perkara
penegasan
pemahaman
tersebut
adalah
adanya
sepenuhnya
atas
undang-undang
dasar dan
perlindungan hak asasi manusia, adanya
terbebas dari pengaruh dari manapun,
kekuasaan
merdeka
baik langsung maupun tidak langsung,
dengan menyelenggarakan peradilan yang
hakim memiliki yurisdiksi atas segala
bebas dan tidak memihak, serta adanya
isu yang memerlukan keadilan.
kehakiman
yang
Di Indonesia kekuasaan kehakiman
legalitas dalam arti hukum dalam segala
dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan
bentuknya. Untuk
mewujudkan
cita-cita
Badan Peradilan yang ada dibawahnya
kekuasaan kehakiman yang merdeka, pasal
dalam
24 ayat (1) UUD NRI 1945 menyatakan
peradilanagama, peradilan TUN, peradilan
bahwa kekuasaan kehakiman merupakan
militer, dan oleh sebuah Mahkamah
kekuasaan
Konstitusi.
yang
menyelenggarakan
merdeka
untuk
peradilan
guna
menegakkan hukum dan keadilan. Pada hakikatnya cita-cita untuk menciptakan
lingkungan
Demikian
peradilan
ketentuan
umum,
yang
terdapat dalam pasal 24 ayat (2) UUD 1945. Untuk
mendukung
terwujudnya
kekuasaan kehakiman yang merdeka dan
kekuasaan kehakiman yang merdeka telah
mandiri merupakan cita-cita universal. Hal
diadakan perubahan terhadap UU No. 14
ini bisa dilihat dalam Basic Principles On
tahun 1970 tentang pokok-pokok kekuasan
Independence of The Judiciary, yang
kehakiman dan UU No. 35 Tahun 1999
diajukan
PBB
tentang perubahan UU No. 14 tahun 1970
(Resolusi 40/32 tanggal 29 Nopember
yang diganti dengan UU No. 4 Tahun
1985 dan resolusi 40/146 tanggal 13
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Dan
Desember 1985). Juga bisa dilihat pada
yang terakhir UU No. 4 Tahun 2004
oleh
Majelis
Umum
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
41
Sistem Desentralisasi dalam … tersebut dirubah menjadi UU No. 48
komprehensif subtansi UU No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman.
Tahun 2009, misalnya adanya bab
Salah satu inti dari UU No. 4 tahun 2004
tersendiri
adalah pelaksanaan prinsip satu atap (one
penyelenggaraan
roof system) terhadap lembaga peradilan
kehakiman;
baik itu terkait dengan kelembagaan
2) Pengaturan
mengenai
asas kekuasaan
umum
mengenai
maupun tehnis administrasi dan finansial
pengawasan
peradilan sebagaimana ketentuan pasal 13
konstitusi sesuai dengan peraturan
ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004. Adapun
perundang-undangan dan mendasarkan
alasan
pada Kode Etik dan Pedoman Perilaku
yang
mengharuskan
adanya
perubahan atas UU No. 4 Tahun 204
Hakim;
menjadi UU No. 48 Tahun 2009 tentang
3) Pengaturan
hakim
dan
umum
mengenai
Kekuasan Kehakiman adalah karena UU
pengangkatan
No. 4 Tahun 2004 belum mengatur secara
hakim dan hakim konstitusi;
komprehensif kekuasaan tersebut
tentang
kehakiman
penyelenggaraan dan
untuk
perubahan memperkuat
4) Pengaturan
dan
hakim
pemberhentian
mengenai
pengadilan
khusus yang mempuyai kewenangan untuk
memeriksa,
mengadili,
dan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
memutus perkara tertentu yang hanya
dan mewujudkan sistem peradilan yang
dapat
terpadu (integrated justice system).
lingkungan
Di
samping
itu
juga
untuk
dibentuk
dalam
badan
salah
peradilan
satu yang
berada di bawah Mahkamah Agung;
memenuhi putusan Mahkamah Konstitusi
5) Pengaturan mengenai hakim ad hoc
Nomor 005/PUU/2006 yang salah satu
yang bersifat sementara dan memiliki
amarnya telah membatalkan pasal 34 UU
keahlian serta pengalaman di bidang
No. 4 Tahun 2004. Putusan MK tersebut
tertentu untuk memeriksa, mengadili
juga telah membatalkan ketentuan yang
dan memutus suatu perkara;
terkait dengan pengawasan hakim dalam
6) Pengaturan umum mengenai arbitrase
UU No. 22 Tahun 2004 tentang Komisi
dan alternatif penyelesaian sengketa di
Yudisial. Adapaun hal-hal penting yang
luar pengadilan;
ada dalam UU No. 48 Tahun 2009, antara
umum bagi pencari keadilan yang tidak
lain sebagai berikut: 1) Mereformulasi
7) Pengaturan umum mengenai bantuan
dan
mereposisi
mampu dan pengaturan mengenai pos
sistematika UU No. 4 Tahun 2004
bantuan
terkait
pengadilan;
dengan
pengaturan
secara
hukum
pada
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
setiap
42
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
8) Penegasan bahwa hakim dan hakim
tersebut sangat jelas, tetapi oleh Undang-
konstitusi adalah pejabat negara; dan
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
9) Pengaturan umum mengenai jaminan
pemerintahan daerah, khususnya pasal 24
keamanan dan kesejahteraan hakim
ayat (3) dan ayat (5) dibuat aturan yang
dan hakim konstitusi.
berbeda, sehingga muncul jabatan wakil kepala daerah yang dipilih dalam satu
2. Sistem Desentralisasi dalam Negara
paket. Setelah Undang-Undang Nomor 32
Kesatuan Republik Indonesia a. Perubahan Paradigma dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia Reformasi
yang
terjadi
di
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah berjalan
kemudian
ditemui
berbagai
masalah
berkaitan
dengan
pengisian
Indonesia pada Tahun 1997-1998 telah
jabatan Wakil Kepala Daerah yang dipilih
merubah
dalam satu paket, ada konflik mengenai
secara
mendasar
sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara serta
pembagian
kewenangan,
berpemerintahan, UUD 1945 yang selama
sumber
masa orde baru telah dibuat sakral dan
pengaruh, ataupun menjadi pesaing pada
dilakukan indoktrinasi menurut tafsiran
periode jabatan berikutnya.
penghasilan,
pembagian
saling
reputan
sepihak dari pemerintahan melalui P4,
Perubahan penting yang terjadi
pada masa reformasi diamendemen sampai
pada amandemen UUD 1945 antara lain
empat kali, bahkan ada kemungkinan akan
adalah digantinya paradigma pemencaran
diamandemen kembali.
kekuasaan pemerintahan secara horisontal,
Melalui reformasi telah dilakukan
yang semula menggunakan paradigma
meskipun
pembagian kekuasaan (distribution of
kemudian juga menimbulkan dampak
power) merubah paradigma pemisahan
negatif berupa de-ligitimasi konstitusi,
kekuasaan (separation of power). Sejarah
sebagai contoh Undang-Undang Nomor 32
pemerintahan telah memberikan bukti
Tahun
yang nyata pada masa pemerintahan yakni
de-sakralisasi
2004,
UUD
1945,
kususnya
Bab
tentang
pemilihan kepala daerah jelas tidak sejalan
luasnya
kekuasaan
dengan konstitusi. Pada Pasal 18 ayat (4)
kemudian
UUD 1945 disebutkan bahwa Gubernur,
anomali-anomali
Bupati, Walikota masing-masing sebagai
kesengsaraan bagi rakyat karena menderita
kepala pemerintahan provinsi, kabupaten,
kemiskinan maupun konflik antara anak
kota dipilih secara demokratis, isi pasal ini
bangsa, sebagai satu-satunya mandataris
pada
presiden
akhirnya yang
yang
menunjukan membawa
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
43
Sistem Desentralisasi dalam … MPR,
presiden
intervensi
dan berada di bawah kekuasaan presiden,
cabang-cabang
kemudian membuat lembaga yudikatif
melakukan
kekuasaan
pada
pemerintahan
lainnya
cabang
mandul dalam penegakan hukum, terutama
legislatif (DPR), Yudikatif (MA) maupun
yang berkaitan dengan pelanggaran hukum
auditif
tersebut
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah.
diperkuat oleh UUD 1945 yang asli. Pada
Pada akhirnya korupsi merajarela dimana-
Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 (asli)
mana tanpa ada penindakan hukum yang
dikemukakan bahwa Presiden memegang
sepadan. Indonesia dikenal sebagai negara
kekuasaan
yang korup, tetapi koruptornya terutama
(BPK),
dengan
membentuk
membentuk
menjadi
intervensi
undang-undang DPR,
padahal
yang berasal dari pejabat negara, sehingga
undang-undang
adalah
Indonesia terjadi krisis multidimensional
seharusnya
yang nyaris membuat negara masuk ke
persetujuan
kekuasaan
seperti
legislatif kekuasaan
yang DPR.
Sejarah
dalam jurang kebangrutan.
pemerintahan kemudian memberikan bukti
Pada sisi lain, berdasarkan UUD
bahwa masa itu hampir semua undang-
1945 (asli), fungsi BPK sebagai auditor
undang datang dari pihak pemerintah.
negara
DPR
fungsi
melalui cara membentuk BPKP (Badan
legislasi hanya lebih banyak berposisi
Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan),
sebagai pembahas terhadap rancangan
apabila BPK merupakan satuan pengawas
undang-undang
ekternal dari pemerintah, maka BPKP
sebagai
penyelenggara
yang
datang
dari
diintervensi
oleh
pemerintah
pemerintah. Terlebih pada waktu itu ada
merupakan
satuan
pengawas
internal
hegemoni satu partai (Golkar) sehingga
pemerintah
yang
berada
dibawah
sebagaian besar anggota DPR tidak berani
lingkungan Departemen Keuangan, berada
bersuara vokal, khawatir drecall oleh
di bawah dan bertanggung jawab kepada
partainya. Intervensi pada fungsi yudikatif
menteri keuangan. Jumlah unit-unit cabang
nampak dari mekanisme pengisian jabatan
BPKP di berbagai daerah di seluruh
ketua Mahkamah Agung yang sepenuhnya
Indonesia lebih banyak dibandingkan unit-
tergantung pada presiden sebagai kepala
unit
negara, hal tersebut terjadi karena UUD
mengurangi peran BPK karena tergantikan
1945 yang asli memberikan cek kosong
oleh BPKP, dalam perjalannya kedudukan
kepada Presiden sebagai pembuat undang-
BPKP
undang, untuk mengisinya sendiri menurut
independen yang berada di bawah dan
kepentingannya.
departemen
bertanggung jawab kepada presiden, tetapi
kehakiman yang dipimpin oleh menteri
lembaga tersebut tetap tidak dapat bebas
Adanya
BPK,
hal
diperkuat
ini
pada
gilirannya
menjadi
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
lembaga
44
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
dari
pengaruh
kekuasaan
Presiden.
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
kembali,
kerena
bertentangan
dengan
terkandung
dalam
Dikaitkan dengan sistem pemerintahan,
semangat
yang
perubahan paradigma pemerintahan dari
konstitusi,
dengan
paradigma
ke
koordinasi Kepala Daerah, Kekuasaan
kekuasaan
kehakiman menjadi tidak merdeka lagi
paradigma
pembagian
kekuasaan
pemisahan
berada
bawah
menimbulkan berbagai konsekuensi logis,
dalam
(1) penguatan peran DPR sebagai lembaga
menegakkan
legislatif, hal ini terlihat pada Pasal 20 ayat
Perubahan paradigma alokasi kekuasaan di
1 UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi
tingkat nasional berpengaruh pula pada
Dewan Perwakilan Rakyat memegang
alokasi kewenangan di daerah antara
kekuasaan membentuk undang-undang.
Kepala Daerah dengan DPRD dengan
Melalui amandemen UUD 1945, fungsi
perubahan fungsi legislatif di tingkat
yudikatif diperkuat dan dipisahkan dari
pusat, di tingkat daerah terjadi pergeseran
fungsi
adalah
titik kewenangan menyusun Peraturan
menempatkan korp hakim berada di bawah
Daerah. Penguatan fungsi legislatif bagi
Mahkamah Agung, tidak lagi dalam
DPRD
sebuah depaertemen. Pengisian jabatan
semangat demokrasi, tetapi di sisi lain
Ketua MA juga tidak lagi sepenuhnya
menimbulkan ketidakkonsistenya sistem,
dilakukan oleh Presiden, tetapi
juga
penguatan fungsi legislatif di tangan DPR
melibatkan DPR sebagai wakil rakyat
di tingkat nasional tepat dilakukan, karena
sebagaimana menurut Pasal 24 ayat (1)
antar DPR dengan Presiden merupakan
UUD NRI Tahun 1945 menegaskan
dua lembaga
yang terpisah. Tingkat
Kekuasaan
pemerintahan
daerah,
eksekutif,
kekuasaan
bentuknya
kehakiman
menegakkan Pemisahan
di
peradilan
hukum
satu
sisi
dan
guna
keadilan.
sejalan
baik
dengan
menurut
merdeka
untuk
Undang-Undang Nomor 1974, Undang-
peradilan
guna
Undang Nomor 32 Tahun 2004, antara
keadilan.
Kepala Daerah dan DPRD berada pada
yang
menyelenggarakan
merupakan
menjalankan
di
hukum kekuasaan
dan
Yudikatif
dari
satu
kotak,
yakni
kotak
pemerintahan
unsur
pengaruh kekuasaan Eksekutif di tingkat
penyelenggara
daerah,
nasional tentunya berdampak pada tingkat
penguatan fungsi legislasi di tingkat
daerah, keanggotaan Muspida yang selama
daerah di tingkat nasional.
ini memasukan unsur Pengadilan Negeri di tingkat Kabupaten/Kota dan Pengadilan Tinggi di tingkat Provinsi perlu ditinjau
b. Kekuasaan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
45
Sistem Desentralisasi dalam … Penyelenggaraan
kegiatan pembuatan hukum dalam salah
pemerintahan terdapat tiga pilar utama,
satu bentuk saja, yakni misalnya Undang-
yakni kekuasan legislatif, eksekutif dan
Undang Dasar atau undang-undang saja.
legislatif. Ketiganya memainkan peran
Untuk tingkat yang lebih rendah tidak
penting sesuai dengan kewenangannya
dibuat oleh lembaga parlemen. Selebihnya,
masing-masing. Kedua kekuasaan yakni
parlemen hanya sebagai pengawas saja
legislatif dan eksekutif lebih dinamis
bukan sebagai produsen.15
Dalam
Dalam
sifatnya dan lebih memiliki frekuensi yang
kehidupan
bernegara,
dapat
pengertian legislatif itu diperluas dengan
bersinggungan satu sama lain. Adanya
adanya pembagian pemerintahan dari segi
keadaan yang amat memungkinkan di
kewilayahan, yakni pusat dan daerah.
mana kedua jenis kekuasan di atas
Daerah dalam pengertian di atas merujuk
(legislatif dan eksekutif) bersinggungan,
kepada
maka menjadi penting untuk ditinjau
kabupaten atau kota. Dengan begitu, maka
terlebih
terutama
pengertian legislatif menjadi istilah yang
menyangkut pengertian dan wewenangnya
dapat pula diterapkan dalam arti lembaga
masing-masing.
yang memproduk peraturan perundang-
cukup
tinggi
di
mana
kedua 14
dahulu
keduanya,
Pengertian dasar dari
kewilayahan
diartikan
undangan
untuk
membuat
perundangan yang demikian diberi inisial
undang-undang. Pengertian legislatif ini
sebagai peraturan yang dikeluarkan oleh
sering
sebagai
pemerintahan yang ada di daerah yang
pengertian parlemen atau sering diartikan
lebih dikenal dengan sebutan Peraturan
sebagai lembaga wakil rakyat.
Daerah (Perda). Sedangkan Tugas dan
sebagai
legislatif kekuasaan
pula
diterjemahkan
Menurut Jimly Asshiddiqie, sesuai
daerah.
dan
adalah
kekuasaan
di
provinsi
Peraturan
kewenangan lembaga legislatif dalam arti
dengan teori pemisahan kekuasaan, orang
fungsinya
membayangkan bahwa fungsi legislatif
Nomor
dari kekuasan negara dapat dikaitkan
Pemerintahan Daerah terdiri dari tiga hal,
dengan lembaga parlemen. Pada hal,
yakni fungsi legislasi, anggaran, dan
menurut
Jimly
pengawasan.16
legislatif
itu
14
Asshiddiqie, hanyalah
fungsi
menurut 32
Tahun
Undang-Undang 2004
tentang
menyangkut
Jimly Asshiddiqie, 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta, Penerbit Konstitusi Press, hal. 5
15
Ibid, hal. 7. Lihat, Pasal 41 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. 16
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
46
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
g. Memberikan persetujuan terhadap
Menurut Pasal 42 Undang-Undang Nomor
32
Tahun
2004
rencana
tentang
mempunyai
tugas
h. Meminta
daerah
dalam
untuk
dan
keterangan
penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
mendapat persetujuan bersama; b. membahas
laporan
pertanggungjawaban kepala daerah
a. membentuk Perda yang dibahas kepala
sama
pemerintah daerah;
dan
wewenang :
dengan
kerja
internasional yang dilakukan, oleh
Pemerintahan Daerah sebagai berikut : 1) DPRD
terhadap
i.
menyetujui
Membentuk
panitia
pengawas
pemilihan kepala daerah;
rancangan Perda tentang APBD
j. Melakukan
bersama dengan kepala daerah;
pengawasan
dan
pengawasan
meminta laporan KPUD dalam
terhadap pelaksanaan Perda dan
penyelenggaraan pemilihan kepala
peraturan
daerah;
c. melaksanakan
perundang-undangan
k. Memberikan persetujuan terhadap
lainya, peraturan kepala daerah, APBD,
kebijakan
daerah
dalam
pemerintah
rencana kerja sama antar daerah
melaksanakan
dan dengan pihak ketiga yang
program pembangunan daerah, dan
membebani
kerjasama internasional di daerah;
daerah.
d. mengusulkan pengangkatan dan
2) Selain
masyarakat
tugas
dan
dan
wewenang
pemberhentian kepala daerah/wakil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
kepala daerah kepada Presiden
DPRD
melalui Menteri Dalam Negeri
wewenang
melalui
perundang-undangan.17
Gubernur
bagi
DPRD
kabupaten/kota;
melaksanakan
Dari
lain
gambaran
tugas
diatur
di
dan dalam
atas
dapat
e. memilih wakil daerah dalam hal
dikatakan
bahwa
terjadi kekosongan jabatan wakil
beberapa
fungsi
kepala daerah;
lembaga lembaga legislatif yang dinamai
f. memberikan
pendapat
dan
pertimbangan kepada pemerintah
sebagai
Dewan
sebenarnya yang
terdapat
melekat
Perwakilan
pada
Rakyat
Daerah(DPRD). Fungsi-fungsi dimaksud
daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
17
Lihat, Pasal 42 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
47
Sistem Desentralisasi dalam … adalah fungsi legislasi, anggaran dan
persinggungan
pengawasan,
legislatif dan eksekutif di dalam suatu
yang
kemudian
diikuti
antar
dua
dengan adanya hak-hak tertentu yang
penyelenggaraan
dimiliki.
nasional, DPR dengan unsur eksekutif
Jimly
Asshiddiqie
akhirnya
“Dalam berbagai literatur hukum dan politik lazim dipahami oleh berbagai sarjana, bahwa tugas-tugas pokok lembaga lembaga parlemen itu di mana-mana adalah: (a) mengambil inisiatif atau upaya pembuatan undang-undang; (b) mengubah atau amandemen terhadap berbagai peraturan perundang-undangan; (c) mengadakan perdebatan mengenai kebijaksanaan umum; dan (d) mengawasi pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembelanjaan negara.”18 Dari uraian di atas, dengan mengacu pada penelusuran di atas, maka dengan mengingat pengertian parlemen yang diperluas sebelumnya, maka apa-apa menjadi
tugas
tugas
pokok
Dewan
pokok
lembaga
Dewan
Perwakilan Rakyat di Daerah (provinsi maupun kabupaten dan kota). Yang dapat disimpulkan sementara dari tinjauan fungsi lembaga legislatif dalam hal ini adalah apa yang dibuat oleh lembaga dimaksud sebagai suatu produk hukum menjadi acuan dari apa yang hendak dilakukan oleh lembaga eksekutif. Dengan pengertian lain bahwa produk inilah pula dapat menjadi titik
pangkal
jajaran
pertemuan
dan
pemerintahan
daerah
provinsi
maupun kabupaten dan kota. Pemerintah dalam arti yang luas menyangkut tiga kekuasaan yang masingmasing mempunyai tugas dan kewenangan yang berbeda. Tetapi, dalam pengertian yang sempit, pemerintah tidak lain adalah lembaga
yang
berfungsi
eksekutif.
Pengertian lain dari fungsi demikian menunjuk tentang adanya suatu lembaga negara yang menjalankan pemerintahan di luar dari dua lembaga sebelumnya yakni legislatif dan yudikatif. Eksekutif dalam banyak penjelasan dinamai pula dengan istilah Pemerintah atau Government. Menurut pengertian dasarnya berasal dari bahasa Inggris yakni to
govern
yakni
yang
memerintah.
Sebelumnya telah disinggung, bahwa kata dasar dari pemerintah berasal dari kata “to govern” yakni memerintah. Ia seakan-akan mewakili negara untuk mengatur rakyat, yakni dalam pengertian memerintah rakyat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh negara. Jimly Asshiddiqie menyimpulkan bahwa diwakili
18
tingkat
dengan unsur eksekutif daerah, baik
Perwakilan Rakyat (DPR) akan menjadi pula
Di
pusat sedang di tingkat daerah, DPRD
mencatat bahwa:
yang
negara.
lembaga,
kepentingan oleh
negara
biasanya
Pemerintah
sedang
Ibid., hal. 39
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
48
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
kepentingan rakyat diintisusionalisasikan
sesuai dasar konstitusional yang ada.
atau dilembagakan melalui parlemen.19
Apabila kita menilik proses perdebatan
kekuasaan
dalam Perubahan Undang-Undang Dasar
negara adalah kekuasaan yudikatif, yaitu
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
kekuasaan
akan kita temukan empat isu penting
Salah
satu
cabang
untuk
peradilan
dalam
menyelenggarakan bentuk
memeriksa,
terkait
dengan
kekuasaan
kehakiman.
perkara.
Keempat isu tersebut adalah pentingnya
Kekuasaan yudikatif, yang dalam Undang-
menegaskan kekuasaan kehakiman yang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
merdeka, perlunya menjamin penegakan
Tahun1945
disebut
hukum dengan mengatur badan-badan
kekuasaan
kehakiman,
mengadili,
dan
memutus
dengan
istilah
diselenggarakan
yang
terkait
dengan
itu,perlunya
untuk menegakkan hukum dan keadilan.
pengawasan terhadap hakim, dan perlunya
Jika dilihat dari hasil Perubahan Undang-
penerapan judicial review. Penegasan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
kekuasaan
Tahun 1945, ketentuan tentang kekuasaan
menjadi perhatian utama karena kondisi
kehakiman merupakan salah satu materi
masa lalu yang menempatkannya di bawah
muatan
kendali kekuasaan eksekutif.
yang
mengalami
perubahan
Untuk
mendasar. Secara kuantitatif, perubahan tersebut dapat dilihat dari penambahan
kekuasaan
butir ketentuan.
kekuasaan
Perubahan Undang-Undang Dasar
kehakiman
sumber
yang
merdeka
menjamin
kemerdekaan
kehakiman,
pengelolaan
kehakiman daya,
baik
dari
administrasi,
maupun
Negara Rrepublik Indonesia Tahun 1945
keuangan
melahirkan 2 (dua) lembaga di lingkungan
kekuasaan
kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah
itu,semua lingkungan peradilan yang ada
Konstitusi (MK) sebagai salah satu pelaku
berada
kekuasaan
Komisi
kekuasaan kehakiman, tidak ada yang
Yudisial (KY) sebagai lembaga yang
berada di bawah instansi pemerintah.
terkait dengan keberadaan Mahkamah
Jaminan
Agung (MA).Agar kekuasaan kehakiman
rumusan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang
dapat
dengan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
baik,dibutuhkan pengaturan lebih lanjut
1945 yang menyatakan bahwa kekuasaan
kehakiman
menjalankan
dan
fungsi
harus
sisi
diselenggarakan
kehakiman
di
bawah
tersebut
sendiri.
lembaga
diwujudkan
oleh Selain
pelaku
dalam
kehakiman merupakan kekuasaan yang 19
Jimly Asshiddiqie., op cit., hal. 37
merdeka
untuk
menyelenggarakan
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
49
Sistem Desentralisasi dalam … peradilan demi menegakkan hukum dan
yang menyatakan bahwa negara Indonesia
keadilan.
adalah negara hukum.21
meliputi
kebebasan
dalam
Konsekuensi
mengambil putusan serta kemandirian pengelolaan
organisasi.
Adapun
asasi
di
kehakiman
kekuasaan
kehakiman
penegasan
tersebut adalah adanya perlindungan hak
penempatan semua lingkungan peradilan bawah
dari
manusia,
adanya
yang
kekuasaan
merdeka
dengan
diwujudkan dalam Pasal 24 ayat (2) yang
menyelenggarakan peradilan yang bebas
menentukan bahwa salah satu pelaku
dan tidak memihak, serta adanya legalitas
kekuasaan kehakiman adalah MA yang di
dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
bawahnya
terdapat
Untuk mewujudkan cita-cita kekuasaan
peradilan,
yaitu
empat
lingkungan
peradilan
umum,
kehakiman yang merdeka, Pasal 24 ayat
lingkungan peradilan agama, lingkungan
(1)
peradilan militer, dan lingkungan peradilan
Republik
tata usaha negara.
menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman
Selain
itu,keberadaannya
Undang-Undang
Dasar
Indonesia
Negara
Tahun
1945
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
dipandang cukup diatur dengan undang-
menyelenggarakan
undang. Kepolisian negara diatur dalam
menegakkan hukum dan keadilan.22
bab tersendiri,
peradilan
guna
yaitu Pertahanan dan
Keamanan Negara. Sebagai landasan,
PENUTUP
pengaturan badan-badan tersebut dalam
1. Kesimpulan
undang-undang terdapat pada Pasal 24
Desentralisasi dan demokrasi sudah
ayat (3) yang menyatakan bahwa badan-
berkembang seiring dengan perkembangan
badan lain yang fungsinya berkaitan
wacana di tingkat dunia. Pada Orde Lama
dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
digunakan sistem politik yang dinamakan
undang-undang.20
demokrasi
Negara Indonesia adalah Negara
istilah
terpimpin,
demokrasi
walapun
terpimpin
Hukum. Penegasan Indonesia sebagai
contradictio
in
negara
terminilogi
mengandung
antara
demokrasi
yang
berdasarkan
dituangkan dalam Pasal
hukum
1 ayat
(3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik
kata
terminus
(di
dalam terdapat dalam
kontradiksi) yang
bersifat
egalitarian, dengan kata terpimpin yang
Indonesia Tahun 1945 dan perubahannya 21
20
Lihat, Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Lihat, Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 22 Lihat, Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
50
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
Melalui
lebih bersifat hierarkhis, tetapi sebagaian besar
rakyat
pada
waktu
itu
tidak
desentralisasi
berkeseimbangan
dapat
perlu
dilakukan
sebabnya
pembagian urusan pemerintahan antara
rakyat masih percaya pada diri presiden.
pemerintah pusat dengan daerah otonom
Setelah Orde lama muncul dengan istilah
secara
Orde
mempertimbangkan nilai-nilai efektifitas,
terlampui
mempersalahkan,
Baru,
dikembangkan
istilah
proposonal
demokrasi Pancasila, dengan ciri utama
efesiansi,
tidak hanya oposisi, serta menghindari
ekonomi, serta nilai demokrasi, dalam
adanya dominasi oleh mayoritas maupun
bidang
tirani oleh minoritas.
dialokasikan
Reformasi
yang
terjadi
di
Indonesia pada Tahun 1997-1998 telah merubah
secara
mendasar
keadilan,
dengan
urusan
dan
kesetaraan,
pemerintahan
kepada
setiap
yang entitas
pemerintahan, sudah tergambar adanya tugas, wewenang, serta tanggung jawab. Sejarah
sistem
pemerintahan
telah
kehidupan berbangsa dan bernegara serta
memberikan bukti yang nyata pada masa
berpemerintahan, UUD 1945 yang selama
pemerintahan yakni luasnya kekuasaan
masa orde baru telah dibuat sakral dan
presiden yang kemudian pada akhirnya
dilakukan indoktrinasi menurut tafsiran
menunjukan
sepihak dari pemerintahan melalui P4,
membawa
pada masa reformasi diamendemen sampai
karena menderita kemiskinan maupun
empat kali, bahkan ada kemungkinan akan
konflik antara anak bangsa, sebagai satu-
diamandemen kembali. Melalui reformasi
satunya
telah dilakukan de-sakralisasi UUD 1945,
melakukan intervensi kekuasaan pada
meskipun kemudian juga menimbulkan
cabang-cabang
dampak
seperti cabang legislatif (DPR), Yudikatif
konstitusi.
negatif
berupa
de-ligitimasi
anomali-anomali kesengsaraan
mandataris
bagi
MPR,
pemerintahan
yang rakyat
presiden
lainnya
(MA) maupun auditif (BPK), intervensi tersebut diperkuat oleh UUD 1945 yang
2. Saran
asli.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas & Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
51
Sistem Desentralisasi dalam … Boediono, 2007, Dimensi Ekonomi Politik Pembangunan Indonesia, Pidato Pengkuhan , Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, tanggal 24 Februari 2007, tidak di publikasikan. Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Nusamedia dan Nuansa, Bandung, 2007 Held, David, 2006, Models of Democracy. Terjemahan oleh Abdul Haris, Jakarta, Akbar Tanjung Institute Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Surabaya, 2005 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta, Penerbit Konstitusi Press, 2005 ------------------------, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, Konstitusi Press, Jakarta, 2006 -----------------------, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta, 2005 -----------------------, Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sinar Grafika, 2010 Komisi Pemberantasan Korupsi, Telaah Peran Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), 2005 Stoner, James A.F. and Freeman, Edward, (Alih Bahasa Bakowatn Wilhelmus W), Manajemen, Itermedia, Jakarta, 1994 Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008 Sadu Wasistiono dan Yonata Wiyoso, Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Fokusmedia, 2009 Tri Ratnawati, Pemekaran Daerah, Politik Lokal & Beberapa Isu Terseleksi, Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2009 Mukthie Fadjar, Reformasi Konstitusi Dalam Masa Transisi Paradigmatik, Malang, Penerbit In-Trans, 2003 Markoff oleh Heru Nugroho, Huntington, Samuel P, 1991, Gelombang Demokrasi ketiga, Terjemahan oleh Asril Marjohan, Jakarta, Pustaka Grafiti DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
52
Sistem Desentralisasi dalam Pemerintahan …
ISSN (P): 2356-1939 ISSN (e): -
Ryaas Rasyid. 2002. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Yogyakarta, Penerbit Pustaka Pelajar, 2002 Rondinell, Dennis, and Shabir Cheema, 1983, Decentralization and Development: Policy Implementation in Developing Countries, Sage, Publications Ohmae, Kenichi, 2002, Hancurnya Negara Bangsa-Bangkitnya Negara Kawasan dan Geliat Ekonomi Regional di Dunia Tak Terbatas, Terjemahan oleh Ruslani, Yogyakarta, Qalam Ziegenhain, Pattrick, 2008, The Indonesian Parliament and Democratization, Singapore, Institute of Sautheast Asian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPRD. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
DE FACTO Vol. 1, No. 1 September 2016 http://jurnal.uniba-bpn.ac.id/index.php/defacto/issue/view/28
53