SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN
BPTP SULAWESI SELATAN
LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang.
• Pengadaan bibit pada suatu tanaman yang akan dieksploitasi secara besar-besaran dalam waktu yang cepat akan sulit dicapai dengan perbanyakan melalui teknik konvensional. • Salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan telah terbukti memberikan keberhasilan adalah melalui teknik kultur in vitro.
LANJUTAN……….
Untuk mendukung terwujudnya swasembada gula yang dicanangkan pemerintah dengan target produksi gula sebesar 5,7 juta ton pada tahun 2014
• Ketersediaan bibit tebu yang cukup besar, yaitu kurang lebih 39 milyar stek/bibit siap salur. • Penyediaan bibit tebu adalah menggunakan bibit kultur jaringan yang relatif dapat mempercepat sekaligus menjamin mutu bibit tebu.
LANJUTAN……….
Selama ini penyediaan bibit tebu dilaksanakan melalui pembangunan kebun benih tebu berjenjang (KBP, KBN, KBI, KBD) yang memerlukan waktu ± 2 tahun
Bibit tebu asal kultur jaringan, sebelum digunakan di Kebun Tebu Giling (KTG) ditanam dulu di Kebun Benih Datar (KBD) yang hanya membutuhkan waktu ± 7 bulan.
TEKNIK KULTUR JARINGAN
Teknik menumbuhkan bagian tanaman (protoplas, sel, jaringan, dan organ) secara aseptis hingga membentuk planlet (tanaman utuh)
Diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat, bebas dari hama penyakit, disamping itu bibit yang diperoleh mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
Bibit tebu asal kultur jaringan yang akan ditanam pada kebun pembenihan (KBD) adalah dalam bentuk bagal mikro G 2, berdiameter 10 – 18 mm dengan jumlah mata dorman yang viable sebanyak 6 – 8 mata per bagal.
RUMUSAN MASALAH
Konsumsi gula di Indonesia cenderung meningkat tiap tahun baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri, sementara itu produksi gula dalam negeri belum mampu memenuhi konsumsi, dengan demikian untuk memenuhi pasokan diperoleh melalui impor yang volumenya beberapa tahun terakhir > 1 juta t pertahun dengan nilai ± AS $500 juta, suatu nilai yang cukup besar, menguras devisa (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2010).
produktivitas dan rendemen rendah, masing-masing 70 – 80 t/ha dan ≤ 7 %, sementara potensi hasil ≥ 100 t/ha dan ≥ 10%
Penggunaan dan ketersediaan bibit yang bermutu belum terjamin
TUJUAN, KELUARAN DAN SASARAN
TUJUAN 1) mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah pembibitan tebu asal kultur jaringan dan
2) menyusun model pengembangan pembibitan tebu asal kultur jaringan sesuai dengan kondisi spesifik lokasi berdasarkan prinsip agribisnis
PRODUK TARGET Produk target yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah usul rekomendasi kebijakan berupa model pengembangan agribisnis pembibitan tebu asal kultur jaringan. Rekomendasi ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengambil kebijakan dan pelaku usahatani tebu dalam rangka meningkatkan kualitas bibit tebu yang pada gilirannya akan meningkatkan produksi dan pendapatan petani dan pengusaha. Produk target yang juga ingin dicapai adalah data dan informasi serta profil pembibitan tebu asal kultur jaringan di Sulawesi Selatan
BENTUK KEGIATAN HASIL LITBANG Bentuk kegiatan pemanfaatan hasil litbang dari hasil kegiatan ini adalah sebagai bahan informasi dan acuan dalam rangka mendorong pengembangan agribisnis pembibitan tebu asal kultur jaringan guna menjamin ketersediaan bibit tebu dalam jumlah cukup, berkualitas dan harga terjangkau, serta menguntungkan penangkar. Dengan demikian akan meningkatkan kualitas pertanaman tebu giling yang pada gilirannya akan mengungkit produksi tebu, gula dan pendapatan petani.
METODOLOGI……….
LOKASI DAN WAKTU
• Di wilayah tanam PG. TAKALAR Kabupaten Takalar, PG CAMMING dan PG ARASOE di Kabupaten Bone. • Pengkajian di lakukan mulai bulan Februari – September 2012.
TAHAPAN PELAKSANAAN
• Persiapan, Koordinasi dan apresiasi dengan stakeholder, Pengumpulan data eksisting sistem produksi dan distribusi bibit tebu asal kultur jaringan, Focus group discussion (FGD) dengan petani, dan pengelola PG , Workshop penyusunan model sistem agribisnis bibit tebu asal kultur jaringan, Implemenetasi model
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
• Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling. Petani yang menggunakan bibit tebu asal kultur jaringan.
METODOLOGI……….
JENIS DATA
• Data Primer dan Sekunder meliputi karakteristik responden, Penguasaan teknologi, Persepsi terhadap bibit tebu asal kultur jaringan, Sistem produksi bibit tebu petani, Sistem produksi bibit tebu pabrik gula, Karakteristik teknologi bibit tebu asal kultur jaringan
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
• Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman di lapangan. Selain itu juga dilakukan diskusi melalui Focus discussion group terhadap penyuluh lapangan dan kelompok tani.
TEKNIK ANALISIS DATA
• Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan perilaku Petani Tebu di lokasi penelitian. Analisis pendapatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani.
SISTIM PRODUKSI PABRIK GULA (PG)
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Kebun tebu dikelola dengan menggunakan manajemen perusahaan perkebunan (estate) dimana PG sekaligus memiliki PG SWASTA lahan HGU (Hak Guna Usaha)
PG BUMN
• Sebagian besar tanaman tebu dikelola oleh rakyat. Umumnya melakukan hubungan kemitraan dengan petani tebu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEBU DI SUL SEL, TAHUN 2010 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000
10,000 Takalar Bone Gowa
1
2
3
4
5
918 1,118 596
900 1,007 558
1,675 61,772 743
1,861 61,342 1,331
443 378 673
Takalar
Bone
Gowa
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEBU DI SUL SEL, TAHUN 2011 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500
Takalar Bone Gowa
1
2
3
4
5
794 1,319 663
794 663
1,907 273
2,401 411
371 597 699
Takalar
Bone
Gowa
HASIL DAN PEMBAHASAN
PRODUKSI PTP. NUSANTARA XIV (PERSERO) 16,000 14,000 12,000
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000
PG Takalar PG Bone (Arasoe) PG Bone (Camming) PG Takalar
1
2
3
3,277 3,816 4,279
6,178 7,517 13,646
1,885 1,969 3,189
PG Bone (Arasoe)
PG Bone (Camming)
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEBU DI SUL SEL TAHUN 2011 6000 5000 4000 3000 2000 1000
0 PG Takalar PG Bone (Arasoe) PG Bone (Camming) PG Takalar
1
2
3
3118 3743 3864
5539 4589 5266
3157 2164 2543
PG Bone (Arasoe)
PG Bone (Camming)
HASIL DAN PEMBAHASAN
DATA GILING PTP. NUSANTARA XIV (PERSERO), TAHUN 2010 Uraian
Lokasi Pengkajian PG Takalar
Luas Giling (Ha)
PG Bone (Arasoe)
PG Bone (Camming)
3.815
4.278
3.276
177.179
256.188
137.017
46.43
59.87
41.80
4.22
5.31
4.50
Produksi Gula (Ton)
7.517
13.645
6.177
Produksi Tetes (Ton)
8.093
10.895
8.028
Tebu Giling (Ton) Tebu (Ha) Rendemen (%)
Awal Giling
16 Juli 2010
Akhir Giling
12 Jan 2010
18 Juli 2010 28 Juni 2010 14 Peb 2010
9 Nop 2010
HASIL DAN PEMBAHASAN
DATA GILING PTP. NUSANTARA XIV (PERSERO), TAHUN 2011 Uraian
Lokasi Pengkajian PG Takalar
PG Bone (Arasoe)
PG Bone (Camming)
Luas Giling (Ha)
3.799
4.914
4.186
Tebu Giling (Ton)
82.446
128.477
131.341
21,70
25,14
31,38
5,81
5,43
5,66
Produksi Gula (Ton)
4.793
6.997
7.447
Produksi Tetes (Ton)
3.297
5.969
7.942
Tebu (Ha) Rendemen (%)
Awal Giling
16 Juli 2011 14 Juli 2011 18 Mei 2011
Akhir Giling
4 Okt 2011
14 Okt 2011
3 Agt 2011
PENJELASAN RENDEMEN
Rendemen adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen.
Jika rendemen tebu 10 %, artinya, dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula, akan diperoleh gula, 10 kg.
RENDEMEN DIAKIBATKAN OLEH
Peranan bibit unggul, penerapan baku teknis dan manejemen tebang angkut sangat penting dalam meningkatkan rendemen.
Kesulitan PG mendapatkan tebu khususnya dua bulan pertama musim giling, masa tanam yang mundur dan varietas memberikan kontribusi terhadap belum optimalnya rendemen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN
Laboratorium kultur jaringan di BBBiogen menghasilkan varietas-varietas : PS 881 PS 882 PMC 7616 SS 57 (Kentung) PSDM 901
Varietas yang Varietas yang tersebar di terbanyak Sulawesi diproduksi Selatan adalah adalah PS 864 PS 881, PS 861 dan PS 862 dan VMC 7616 dan PSBN 901
MASALAH
HASIL DAN PEMBAHASAN
BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN P3GI
• Viabilitas tinggi 60 - 70 • Produksi berorientasi pada kuantitas kurang memperhatikan kualitas • Transportasi yang cukup lama sehingga mengakibatkan bibit rusak • Harga bibitnya mahal • Petani dibebankan ongkos kirim
KETERSEDIAAN INFORMASI TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN
Petani tebu di Sulawesi Selatan secara umum didominasi (70%) oleh petani kecil dengan luas areal kurang dari 1 ha.
Proporsi petani dengan areal antara 1-5 ha diestimasi sekitar 10-20%,
Petani yang memiliki areal diatas 5 ha, bahkan sampai puluhan ha diperkirakan sekitar 5 – 10 %%.
BERDASARKAN FAKTOR AGROKLIMAT ADA 2 KALENDER PERTANAMAN
Pola I adalah pengolahan tanah dilakukan mulai bulan April dan penanaman dilakukan pada bulan Mei-Juni. Masa panen berlangsung pada bulan Mei hingga November.
Pola II adalah pengolahan tanah dilakukan pada September dan penanaman dilakukan pada bulan Oktober dan November. Untuk pola ini, panen dilakukan pada bulan Oktober dan November tahun berikutnya.
UNTUK MEMPEROLEH PRODUKTIVITAS TEBU DAN RENDEMEN TINGGI
PG berusaha melakukan kerjasama dengan kelompok tani dalam menyusun jadwal tanam dan tebang.
perebutan waktu tebang, masih sering menjadi masalah. Para petani sering tidak mendapat jatah tebang yang sesuai dengan harapan mereka.
Di satu sisi pihak manajemen PG sudah secara maksimal mengatur jadwal tebang giling guna memaksimalkan potensi secara keseluruhan.
Di sisi lain PG harus memenuhi jumlah hari giling minimal.
SISTIM PRODUKSI BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN Usaha pembibitan (kebun bibit datar, KBD) antara lain dilakukan oleh PTPN, perusahaan swasta serta Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).
Usaha Pembibitan PTPN dilakukan untuk memenuhi PTPN sendiri serta untuk pekebun tebu rakyat.
Pembibitan tebu memerlukan areal yang relatif luas. Untuk 1ha KBD akan menghasilkan bibit untuk 7-8 ha tanaman.
Hal ini juga menjadi salah satu penyebab harga bibit tebu relatif mahal, yaitu Rp 1,5–1,7 juta per ha tanaman.