Wawancara
Minggu, 23 Oktober 2011 10:18
Apa dan bagaimana SSCIntersolusi, berikut adalah petikan dari hasil wawancara team S?IS Fokus dengan pemilik sekaligus direktur utama LBB SSCIntersolusi.
S?IS FOKUS: Bisa Anda jelaskan tentang perubahan branding SSC ini? Kira-kira apa yang melatarbelakanginya?
Yana: Sebenarnya sederhana, semua ini dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menjadi yang terbaik. Mungkin dulu publik melihat SSC Jogja ini masih ada di bawah bayang-bayang Sony Sugema College Bandung, karena selain secara organisatoris memang lahir dari Bandung dan saya sendiri juga turut membidani lahirnya Sony Sugema College Bandung. Tetapi sesungguhnya hubungan itu lebih dominan real hanya pada persoalan historis. Masalah sistem, produk dan proses layanan maupun infra struktur lainnya sangat jelas berbeda.
S?IS FOKUS: Maksudnya berbeda itu konkretnya apa dan bagaimana?
Yana: Ya, sangat tegas berbeda. Mulai dari visi-misi kelembagaan sampai pada sistem kelembagaan yang dikembangkan. Apakah itu menyangkut sistem kepegawaian-nya (tentor dan karyawan), sistem pembelajaran, sistem evaluasi, produk-produk soal, diktat, ataupun layanan-layanan kesiswaan lainnya.
1/5
Wawancara
Minggu, 23 Oktober 2011 10:18
S?IS FOKUS: Maaf ini partanyaan agak nakal, lebih baik atau sebaliknya?
Yana: Saya juga mohon maaf tidak bisa memberi komentar. Bagi saya hak menilai itu ada pada publik, terutama siswa dan masyarakat pengguna layanan kami. Yang pasti sejak branding SSCIntersolusi kami gunakan jumlah siswa lembaga kami semakin meningkat, kelulusan siswa di SMP, SMA, maupun PTN Favorit juga meningkat. Bahkan saat ini sudah mulai banyak yang menjadi mitra kami untuk membuka cabang-cabang SSCIntersolusi di berbagai daerah melalui pola franchising. Misalnya di Semarang, Solo, Purwokerto, Magelang, Salatiga, Bantul, Klaten, Ngawi (Jatim), Pontianak (Kalbar), dan tidak kurang dari 12 daerah lainnya yang sedang dalam proses negosiasi untuk pembukaan cabang.
S?IS FOKUS: Tadi Anda menyebut tentang kelulusan siswa di SMP, SMA, dan PTN Favorit. Bisa Anda jelaskan berapa prosen dari jumlah siswa yang ikut bimbel?
Yana: Angka prosentasenya saya tidak tahu pasti, harus lihat data dulu, mungkin plus minusnya sekitar 70%-an. Sekedar ilustrasi, untuk kelulusan di KU UGM misalnya insya Alloh tidak kurang 50 siswa. Oh ya, untuk masalah ini perlu sedikit saya luruskan. Sebenarnya ukuran prosentase angka kelulusan ini tidak sedekar masalah kuantitatif, tetapi jauh lebih penting juga menyangkut masalah kualitas jurusan dan perguruan tinggi yang menjadi pilihannya. Jika targetnya hanya kuantitatif itu tidak terlalu sulit, karena ada banyak jurusan dan PTN yang persaingannya sangat rendah, terutama di luar Jawa. Masalahnya akan menjadi sulit jika yang menjadi target siswa adalah jurusan favorit dan di perguruan tinggi favorit. Nah siswa-siswa SSCIntersolusi ini mayoritas berasal dari sekolah-sekolah favorit (kalau publik Jogja sudah sangat tahu itu). Mereka ikut belajar ditempat kami juga dengan target-target pilihan jurusan favorit, biasanya yang ada di UGM, ITB, dan UI. Inilah yang sering jadi sandungan bagi siswa-siswa kita, karena seringkali mereka bersaing dengan temannya sendiri. Andai saja sebagaian diantaranya mau menurunkan selera pilihannya sedikit saja atau membuka alternatif lain di luar 3 PTN tadi, cerita akan menjadi lain lagi, mungkin akan lebih banyak lagi angka kelulusan siswa-siswi SSCIntersolusi ini.
2/5
Wawancara
Minggu, 23 Oktober 2011 10:18
S?IS FOKUS: Di Jogja ini lembaga bimbel kan semakin banyak. Dan kalau saya sering perhatikan persaingannya pun semakin marak. Bagaimana Anda mengantisipasinya? Bagaimana juga dengan strategi yang Anda gunakan?
Yana: Memang benar di jogja ini bimbel cukup banyak. Maklum Jogja ini kan penyandang predikat kota pendidikan. Saya sendiri mengakui persaingan bimbel di Jogja sangat ketat. Masalah stragegi yang dikembangkan juga cukup beragam. Bagi saya bimbel ini tidak sekedar lembaga bisnis. Lebih dari itu karena garapannya bidang pendidikan, saya lebih suka memperlakukan lembaga saya ini sebagai laboratorium untuk mengembangkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran saya tentang dunia pendidikan, tentang manajemen kelas, tentang klinik kelas, tentang bagaimana mengajar yang baik, tentang bagaimana menyapa siswa, dan masih banyak lainnya. Seringkali saya mendapat pertanyaan baik di forum-forum bisnis ataupun forum pendidikan tentang bagaimana saya mengelola lembaga bimbingan belajar SSCIntersolusi ini. Biasanya pertanyaan berkutat seputar prospek bisnis bimbel, menguntungkan atau tidak menguntungkan, bahkan yang secara tajam mempertanyakan tentang komitmen sosialnya terhadap dunia pendidikan. Ya itu tadi, bisnis bimbel ini ada pada dua ranah, yakni pengelolaan usaha bisnis dan pengelolaan lembaga pendidikan, dan ini perlu keseimbangan. Kita tidak bisa menampikkan ranah yang satu dengan yang lainnya.
S?IS FOKUS: Maksudnya?
Yana: Begini, kita tidak bisa memperlakukan lembaga bimbel hanya dari perspektif bisnis murni saja. Karena dalam prinsip bisnis murni, bisa jadi pertimbangan investasi maupun dalam pengelolaannya semata karena motif profit. Masalah-masalah yang menyangkut tanggung jawab pendidikan ataupun tanggung jawab sosial lainnya seringkali tereduksi. Nah di lembaga bimbel kita tidak bisa begitu. Kita harus bisa ?mengakrabi? dan memahami semua elemen pendidikan, terutama sapaan-sapaan terhadap sekolah sebagai mitra kita.
3/5
Wawancara
Minggu, 23 Oktober 2011 10:18
S?IS FOKUS: Apa termasuk KKN dengan guru-guru di sekolah pak?
Yana: Insya Alloh tidak sampai ke sana. Sapaan-sapaan yang saya maksudkan lebih pada upaya-upaya menghargai dan menghormati institusi sekolah, jika perlu secara bersama-sama dengan sekolah turut memecahkan berbagai problematika yang meliputi dunia pendidikan kita. Ya misalnya, minimal saling tukar informasi tentang perkembangan prestasi akademik siswa, atau mewacanakan isu-isu pendidikan baik tataran kebijakan maupun tataran praksisnya dalam sebuah seminar, atau juga kegiatan-kegiatan aksi lainnya.
Saya pikir ada banyak usaha-usaha kemitraan yang bisa dibangun dengan instutusi sekolah ketimbang berkolusi dengan satu atau lebih oknum guru, karena selain dilarang oleh agama/negara juga cenderung merusak iklim dan budaya organisasi di sekolah itu sendiri. Jika ini yang terjari kan fatal. Alih-alih lembaga bimbel itu mengusung brand sebagai lembaga pendidikan, tetapi dalam praktek sangat mungkin merusak pendidikan.
S?IS FOKUS: Oya ini pertanyaan terakhir pak. Di usianya yang ke-12 th ini apa harapan LBB SSCIntersolusi terhadap perkembangan dunia pendidikan kita ke depan.
Yana: Ya, semakin maju dan mampu mengejar berbagai ketertinggalan dari perkembangan dunia pendidikan negara lain, karena ini sebenarnya kunci untuk membuat bangsa yang kompetitif. Tidak seperti sekarang kondisi SDM kita ini cukup memprihatinkan.
Sangat ironis memang, sumber daya alam kita ini kaya tetapi mayoritas penduduknya miskin, kualitas SDM rendah (sangat rendah dibanding bangsa lain), pengangguran hampir dimana-mana, kriminalitas dan narkoba semakin menggila. Bahkan baru-baru ini para TKI kita di Malaysia bak seperti binatang, ditangkapi, dicambuk, dan diusir. Saya sendiri tidak tahu di mana salahnya sistem pendidikan kita ini. Secara politik sudah cenderung benar. Ini terlihat jelas di UUD hasil amandemen. Misalnya tentang otonomi sekolah, hak-hak guru dalam mendidik, anggaran pendidikan yang wajib disediakan pemerintah, hak rakyat untuk mendapat pendidikan, dll. Tapi entah karena motif apa yang mendasarinya, dalam prakteknya kok selalu terjadi gonjang ganjing, tarik menarik kepentingan, benturan-benturan penafsiran, ketidakkonsekuenan, ketidakkonsistenan, dan wah masih banyak lagi deh. Terlalu banyak
4/5
Wawancara
Minggu, 23 Oktober 2011 10:18
untuk disebutkan satu per satu. Mudah-mudahan saja ini hanya cobaan dari Alloh yang Maha Kuasa dan kita sebagai bangsa dapat mengatasinya dengan baik. Amin.
5/5