SINTESA RPI 15: PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN DAN AIR PENDUKUNG PENGELOLAAN DAS Koordinator Wakil Koordinator
: Pratiwi : I Wayan Susi D.
Peneliti : I WAYAN SD., BUDI NARENDRA, BENY H., UGRO, BURHANUDIN, SEPTI ASIH W., LAODE ASIR, KUDENG SALATA, RETNO., DEWI, IDA RAHMAWATI, HARIS HERMAN S., NINING W., NILAMSARI, DANY, FAIQOTUL, BINA SITEPU, ANDI GUSTIANI, ERDY S.,TYAS M.B.,GUNARDJO,AGUNG SUPANGAT,RAHADYAN ADI,HERU, DANY, HALIDAH
TARGET OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA
Teknik Pengelolaan SDLA Wil.Daratan
Teknik Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang (emas,timah, batubara)
Kesesuaian Tempat Tumbuh Jenis-jenis Pohon pada Unit DAS
Modelling Tata Guna Lahan untuk Optimalisasi Tataair
Teknik Pengelolaan SDLA Wil.Gambut
Informasi tentang Pendekatan Partisipatif dalam Pengembangan RLKTA
Teknik Pengelolaan SDLA Wil.Pantai
Pedoman Teknik Mitigasi Longsor
Evaluasi Pengelolaan Lahan Gambut: untuk pertanian
Ditargetkan dapat dicapai melalui 23 Judul Penelitian pada 1 Puslit, 1 Babes, 8 UPT Badan Litbang
Evaluasi Pengelolaan Lahan Pantai: Berpasir dan Berlumpur
REALISASI OUTPUT RPI 2010-2014 SINTESA
Teknik Pengelolaan SDLA Wil.Daratan
Teknik Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang (emas,timah, batubara)
Peta Kesesuaian Tempat Tumbuh Jenis-jenis Pohon pada Unit DAS (Brantas,Pe mali Jratu, Citanduy, Asahan)
Modelling Tata Guna Lahan untuk Optimalisasi Tataair (Cisadane)
Teknik Pengelolaan SDLA Wil.Gambut
Informasi tentang Pendekatan Partisipatif dalam Pengemban gan RLKTA
Teknik Pengelolaan SDLA Wil.Pantai
Informasi awal mengenai Mitigasi Longsor
Informasi mengenai Evaluasi Pengelolaan Lahan Gambut:untuk pertanian
Informasi mengenai Evaluasi Pengelolaan Lahan Pantai: Berpasir dan Berlumpur
Kegiatan penelitian telah dilakukan sesuai target yang ditetapkan yaitu berjumlah 23 judul penelitian, dan dilaksanakan di 10 Satker
HASIL SINTESA RPI (1) A.Pengelolaan SDLA Wilayah Daratan 1.Reklamasi Lahan Bekas Tambang (Emas,Timah,Batubara) v Dosis yang tepat dari pemanfaatan lumpur tailing pada penambangan emas, yaitu: media tailing:pupuk kandang=1:1 (v/v) serta tanaman lokal yang tahan terhadap Pb,Cu,Mn dan Fe yaitu manglid,suren, sonokeling v Dosis yang terbaik dari pemanfaatan tailing kuarsa pada penambangan timah: 20% b.o+20% top soil + 5%kapur +1% NPK+54% tailing kuarsa dan bahan campuran overburden: 20% b.o+20% top soil + 10%kapur+1% NPK +49% overburden sebagai media semai dan tanam di areal bekas tambang timah. Tanaman yang cocok untuk rehab bekas tambang timah antara lain: ubak, Eucalyptus urophylla, sengon buto, trembesi. Jenis-jenis cover crops yang cocok dalam rehab lahan bekas tambang timah yaitu Puereria javanica dan Centrosema pubescens dengan model penempatan dalam baris. v Informasi jenis-jenis pohon yang sesuai untuk rehab bekas tambang batubara:tahap awal: waru gunung, gmelina,trembesi,johar, sengon buto,terap,nyatoh,mahang,pulai,nyawai,dao,medang, puspa, Ficus sp.,dan laban. Setelah tanaman ini berkembang kemudian ditanami Dipterocarpaceae(S.macophylla, Dryobalanops lanceolata, S.smithiana). Pemanfaatan asam humat dan kompos di persemaian dapat dilakukan dengan mencampurkan kompos, dan tanah bks tambang (1:2) dengan 100 ml asam humat per polybag. Di lapangan pemanfaatan arang aktif kelapa sawit 1-3,5 liter per lubang tanam.
2. Peta Kesesuaian Jenis Pohon pada Unit DAS (Brantas,Pemali jratun dan Citanduy serta Padang-SUMUT)àlihat contoh peta 3.Modelling tataguna lahan untuk optimalisasi tataair (Cisadane): Model penggunaan lahan yang iideal di DAS Cisadane: v Hulu:30% hutan, 30% kebun rakyat, 30% sawah dan 10% pemulkiman v Tengah:30% unt agroforestry, 30% unt hutan tanaman dan 40% unt pemukiman v Hiilir: Hutan (32%), perkebunan (14%), pertanian lahan kering campuran (21%), semak belukar (22%),pemukiman (11%)
HASIL SINTESA RPI (2) 4. Mitigasi longsor v Metode dan teknik rehabilitasi lahan terdegradasi pada lahan berpotensi longsor yang efektif dengan penanaman jenis tanaman yang memiliki perakaran kuat dan lebat serta memiliki akar tunjang. v L okasi monitoring yang berpotensi longsor berurutan dari yang paling berpotensi adalah Banjarnegara (3,8=agak tinggi), Purworejo (3,6=agak tinggi), dan Gombong (3,0=sedang). Ketiga lokasi tersebut memiliki kesamaan antara lain kemiringan lereng yang curam dan kandungan liat tinggi, dan dilewati sesar.
5. Pendekatan partisipatif dalam pengembangan KTA (studi kasus di Datara dan Mararin) Faktor penentu munculnya partisipasi pada masyarakat yang dilibatkan yaitu: v Perlu faktor pendorong; yang dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka misalnya listrik bersumber dari pembangkit listrik mikro hidro (PLTMH), bibit tanaman yang mereka harapkan memberi manfaat yang besar. v Figur yang disegani v Insentif
B.Pengelolaan SDLA wilayah gambut Evaluasi pengelolaan lahan gambut untuk usaha tani (studi kasus di Lahan Gambut Kalampangan sebagai budidaya pertanian intensif): v Pengolahan lahan gambut di Kalampangan oleh masyarakat untuk usaha pertanian dilakukan dengan mengatur drainase melalui pembuatan saluran mikro, penambahan input abu,pupuk dan tanah mineral. v Pemanfaatan lahan gambut yang akan difokuskan untuk pertanian, hendaknya tetap mempertahankan sebagian tutupan lahannya sbg vegetasi hutan dengan penerapan agroforestry
C.Pengelolaan SDLA wilayah pantai Pantai berpasir v Penanaman tanaman tanggul angin, merehabilitasi lahan pantai berpasir dengan mengkombinasikan tanaman tanggul angin dan tanaman semusim serta pengembangan lahan pantai berpasir menjadi tempat rekreasi (agroecotourism). v Dalam pengembangannya peran masyarakat sangat diperlukan, input teknologi dan aturan-aturan yang mendukung, serta koordinasi dengan Pemda setempat.
KEMANFAATAN (OUTCOME) Teknologi : v Pemilihan jenis utk rehab SDL dan Air; v Peta kesesuian jenis pohon pada unit DAS (Brantas,Pemali Jratun, Citanduy,Padang) v Demplot penanaman sesuai jenis-jenis lokal pada lokasi lahan bekas tambang dengan memanfaatkan limbah tambang sebagai media tanam v Rehabilitasi lahan bekas tambang; v Pengelolaan lahan pantai berpasir dan gambut Input Kebijakan v Input kebijakan implementasi reklamasi lahan bekas tambang v Input kebijakan penggunaan lahan untuk optimalisasi tata air di DAS Cisadane v Input kebijakan pembukaan areal hutan tanaman dengan menggunakan dasar pemilihan jenis dan kesesuaian lahan
PERMASALAHAN UTAMA v Ditengah perjalanan RPI muncul judul-judul yang tidak bisa diakomodir RPI lain sehingga masuk ke dalam RPI 15 v Beberapa kegiatan terlambat dilaksanakan baru pada tahun ke 4 dan ke 5 sehingga hasilnya belum maksimal disintesakan, misalnya: Karakterisasi dan konservasi tanah dan air pd ekosistem gambut dan pantai berlumpur.
REKOMENDASI UNTUK 2015-2019 • Rekomendasi bagi RPI 2015-2019 (Badan Litbang) v Karakterisasi dan konservasi tanah dan air pd ekosistem gambut dan pantai berlumpur (mangrove) >>> masih perlu dilanjutkan, karena hasilnya belum maksimal v Mitigasi tanah longsor dan banjir pada wilayah DAS kritis dan sangat kritis v Modelling penggunaan lahan untuk mendukung tata air optimal pada DAS wilayah luar Jawa • Rekomendasi dalam rangka dukungan terhadap IKP Eselon I KLHK 2015-2019 v BUK: kegiatan pembukaan areal hutan tanaman harus memperhatikan kajian ilmiah peta kesesuaian lahan yang telah dibuat dari hasil RPI ini v BPDAS PS: ü rehabilitasi lahan pada areal DAS kritis dapat dilakukan dengan memperhatikan peta kesesuaian lahan yang telah dibuat oleh RPI 15. ü rehabilitasi lahan di areal bekas tambang dapat dilakukan dengan memperhatikan dosis yang telah ditemukan dalam RPI 15 termasuk pemanfaatan jenis-jenis lokal setempat yang adaptif.
Reklamasi Lahan Bekas Tambang (Emas,Timah,Batubara)
Pengelolaan SDLA wilayah pantai
Peta Kesesuaian Jenis Pohon pada Unit DAS
Pengelolaan SDLA wilayah gambut