SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr)
Oleh Efi Mulyati A34404022
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
EFI MULYATI. Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, Stabil) Tiga Varietas Nenas (Ananas comosus L. Merr.). Dibimbing oleh SOBIR
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanaman nenas yang dilihat dari penanda-penanda morfologi tanaman, baik pada karakter kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian
dilakukan untuk memenuhi standar
kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan (BUSS) tanaman nenas yang merupakan salah satu syarat pengujian dalam permohonan hak Perlindungan Varietas Tanaman. Uji BUSS ini dilakukan dengan menggunakan tiga varietas nenas, yaitu Delika Subang (jenis Smooth cayenne), serta varietas Mahkota Bogor dan Palembang (jenis Queen). Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yakni varietas nenas. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Varietas Delika Subang, Mahkota Bogor, dan Palembang tidak dapat dikatakan baru karena keberadaannya selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, namun ketiga varietas ini dapat dikatakan baru dalam hal belum didaftarkan untuk mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (Hak PVT). Berdasarkan pengamatan keunikan maka karakter pembeda secara jelas antara jenis Smooth Cayenne (varietas Delika Subang) dengan jenis Queen (varietas Palembang dan varietas Mahkota Bogor) antara lain Smooth Cayenne memiliki duri hanya pada ujung atau pangkal daun saja, profil mata buah rata, dan banyak mengandung air sehingga cocok sebagai produk olahan. Sedangkan jenis Queen memiliki duri di sepanjang tepi daun, profil mata menonjol, dan memiliki daging buah yang kering sehingga cocok sebagai buah siap makan. Varietas Palembang berbeda dengan varietas Mahkota Bogor pada karakter warna daun, warna kulit buah sebelum matang, warna kulit buah setelah matang, warna daging buah, dan pola putaran mata buah pada putaran terpanjang. Pada pengamatan keseragaman tidak ditemukan adanya tipe simpang pada ketiga varietas yang diuji, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa varietas Delika Subang, Palembang, dan Mahkota Bogor sudah seragam sehingga tidak diperlukan uji kestabilan.
SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Efi Mulyati A34404022
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: SIMULASI UJI BUSS (BARU, UNIK, SERAGAM, STABIL) TIGA VARIETAS NENAS (Ananas comosus L. Merr)
Nama
: Efi Mulyati
NRP
: A34404022
Menyetujui. Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Sobir, MSi NIP. 131 841 754
Mengetahui. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Desa Pangandaran Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 15 Februari 1986, dari pasangan Usnadi Suarja dan E. Sutarsih sebagai anak ke empat dari empat bersaudara. Penulis tumbuh besar dan menempuh pendidikan di daerah wisata tersebut. Tahun 1992-1998 penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri V Pangandaran. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 1 Pangandaran hingga lulus pada tahun 2001 dan meneruskan ke SMA Negeri 1 Pangandaran dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi Mahasiswi Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB dari tahun 2005 sampai tahun 2008. Penulis juga menjadi panitia pada beberapa kegiatan diantaranya Festival Tanaman (FESTA) ke XXVII yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) IPB, dan terlibat dalam kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura tahun 2006/2007. Penulis juga menjadi salah satu tim yang mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2008 dalam bidang Kewirausahaan yang berhasil didanai oleh DIKTI.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa selalu penulis panjatkan keHadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan HidayahNya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Simulasi Uji BUSS (Baru, Unik, Seragam, Stabil) Tiga Varietas Nenas (Ananas comosus L. Merr.)” ini dengan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pertanian (SP.) di Institut Pertanian Bogor. Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat, diantaranya adalah: 1. Dr. Ir. Sobir, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik, terima kasih atas bimbingan dan arahan kepada penulis, baik selama masa perkuliahan maupun selama penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Dr. Muhamad Syukur, SP. MSi, dan Dr. Dewi Sukma, SP. MSi sebagai dosen penguji, terimakasih atas bimbingan dan sarannya kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 3. Semua dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di IPB. 4. Kedua Orang tua (Mamah-Bapak) yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil yang memacu penulis untuk tetap semangat. Keluarga besar di Pangandaran, kakak-kakakku tercinta juga keponakankeponakanku yang selalu memberikan doa dan semangat 5. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB (PKBT-IPB), Laboratorium Pendidikan (Lab. Dik) PMT dan Laboratorium RGCI, atas pinjaman tempat dan alat-alat yang mendukung penelitian 6. Pak Baisuni dan keluarga, serta kepada semua pekerja di PKBT IPB Pasir Kuda, atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama penelitian 7. Seluruh keluarga besar PMTTB’41, khususnya untuk teman-teman yang telah membantu selama penulis melakukan pengamatan penelitian (Endah, Sinta, Ratna, Cipung, Novi, Mutia, Imel, Farah, Whenny, Wulan, Galih, Pendi, dan Isa).
7 8. Teman-teman KKP IPB 2007 Desa Pasanggrahan, Kabupaten Subang, terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 9. Mba Nunung dan teman-teman “Alfalfa” serta teman-teman di Fairus, terima kasih atas bantuan dan smangatnya selama penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian ataupun selama penyusunan skripsi ini. Thank a lot... Semoga apa yang penulis sampaikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................................. 2 Hipotesis.............................................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................3 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Nenas ........................................................ 3 Syarat Tumbuh .................................................................................................... 4 Jenis Nenas .......................................................................................................... 4 Perbanyakan Tanaman Nenas ............................................................................. 6 Perlindungan Varietas Tanaman ......................................................................... 7 BAHAN DAN METODE ........................................................................................9 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 9 Bahan dan Alat .................................................................................................... 9 Metode Penelitian................................................................................................ 9 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 10 Pengamatan Penelitian ...................................................................................... 11 Analisis Data ..................................................................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................18 Kondisi Umum .................................................................................................. 18 Karakter Kualitatif ............................................................................................ 20 Karakter Kuantitatif .......................................................................................... 28 Pembahasan Uji BUSS...................................................................................... 40 KESIMPULAN ......................................................................................................42 Kesimpulan ....................................................................................................... 42 Saran .................................................................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................43 LAMPIRAN ...........................................................................................................46
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
1. Karakter Kualitatif Tanaman Nenas.................................................................. 12 2 Deskripsi Beberapa Karakter Kualitatif Tiga Varietas Nenas .......................... 22 3 Rekapitulasi Uji t Beberapa Karakter Kuantitatif Nenas ................................. 29 4 Rataan, dan Nilai Tengah Tiga Varietas Nenas pada Beberapa Karakter Kuantitatif ......................................................................................................... 34
Nomor
Lampiran
Halaman
1. Data Klimatologi Daerah Pasirkuda, Bogor pada Mei 2007 – Juni 2008 ......... 47
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Halaman
1. Bagian-bagian Tanaman Nenas........................................................................... 7 2. Bentuk Buah ...................................................................................................... 14 3. Bentuk Mahkota Buah....................................................................................... 16 4. Beberapa karakter kuantitatif buah yang diamati ............................................. 17 5. Gulma-gulma yang terdapat pada Petakan Tanaman Nenas ............................ 19 6. Hama yang Menyerang Tanaman Nenas .......................................................... 20 7. Gejala Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Nenas ..................................... 20 8. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST 30 9. Grafik Rata-rata Panjang Daun Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST .... 31 10. Grafik Rata-rata Lebar Daun Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST ...... 32 11. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST.... 33
PENDAHULUAN
Latar Belakang Nenas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu buah tropik yang dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia. Hal ini karena Indonesia mempunyai agroklimat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman nenas. Selama kurun waktu tujuh tahun (1999-2006), produksi nenas di Indonesia terus mengalami peningkatan. Menurut Badan Pusat Statistik, produksi nenas tahun 2006 yaitu mencapai 1 427.781 ton. Tanaman nenas bukan merupakan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari Amerika Selatan yang telah didomestikasi di sana sebelum masa Columbus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia serta ke Indonesia. Tanaman ini kini tersebar di negaranegara tropik dan mulai masuk ke negara subtropik (Veirheij dan Coronel, 1997). Varietas nenas yang ada di dunia cukup banyak. Di Indonesia, varietas nenas yang ada biasanya diberi nama sesuai dengan nama daerah dimana nenas itu berasal, misalnya nenas Bogor, Subang, Palembang, Blitar, Lampung, Solok, dan Riau. Nenas yang dianjurkan oleh Departemen Pertanian untuk dibudidayakan di Indonesia terdiri dari kelompok Queen yang biasa digunakan sebagai buah segar atau “buah meja”, dan kelompok Smooth Cayenne sebagai buah olahan atau untuk industri buah kalengan. Saat ini Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB (PKBT IPB) telah melepas varietas nenas hasil seleksi dari beberapa daerah di Indonesia yang kemudian telah diberi nama, yaitu Delika Subang (kelompok Smooth Cayenne) dan Mahkota Bogor (kelompok Queen). Kedua varietas itu mempunyai ciri dan keunggulan masing-masing. Selain kedua varietas di atas, jenis nenas yang dianggap unggul adalah nenas Palembang. Nenas Palembang termasuk ke dalam kelompok yang sama dengan Mahkota Bogor yaitu kelompok Queen. Ketiga varietas nenas tersebut mempunyai penampakan fenotipik yang berbeda sehingga pengetahuan tentang karakter-karakter varietas nenas dianggap penting untuk dapat membedakan antara satu varietas dengan varietas lainnya. Selain itu, deskripsi
2 varietas tanaman nenas dapat digunakan sebagai bahan pengujian ketika akan diajukan permohonan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (Hak PVT). Suatu varietas dapat dilindungi jika dapat didefinisikan dengan jelas. Hanya varietas yang sudah didefinisikan dengan jelas yang dapat diproses untuk memperoleh hak PVT. Varietas yang layak mendapat PVT meliputi varietas dari jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil, dan diberi nama. Salah satu metode dalam pengkarakterisasian varietas tanaman nenas yaitu berdasarkan tanda-tanda morfologi tanaman yaitu melalui beberapa karakter baik karakter kualitatif maupun kuantitatif.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter-karakter dari tiga varietas nenas (Mahkota Bogor, Delika Subang, dan Palembang), baik karaktrer kualitatif mapun kuantitatif sehingga data yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemeriksaan substantif (Uji BUSS) terhadap varietas yang dimohonkan hak PVT (Perlindungan Varietas Tanaman).
Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan karakter pada tiap varietas.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi dan Morfologi Tanaman Nenas Nenas merupakan tanaman buah berbentuk semak yang mempunyai nama latin Ananas comosus. Nenas mempunyai beberapa nama daerah antara lain danas (Sunda), naneh (Sumatera) dan nanas (Jawa), (Veirheij dan Coronel, 1997). Secara taksonomi, nenas termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, ordo Farinoseae, famili Bromeliaceae, dan genus Ananas (Wikipedia.com, 2007). Menurut Smith (1939) dalam Collins (1960) menyatakan bahwa tanaman nenas terdiri dari dua genus, yaitu Ananas dan Pseudonanas. Ananas terdiri dari lima spesies antara lain (1). A. bracteatus, (2). A. erectofolius, (3). A. comosus, (4). A. fritzimuelleri, (5). A. ananasoides. Sedangkan genus Pseudonanas hanya terdiri dari satu spesies yaitu P. sagenarius. Dari keenam spesies tersebut, hanya spesies A. comosus yang telah dibudidayakan. Nenas adalah tanaman xerofit dan mempunyai jalur fotosintesis tipe CAM (Crassulacean
Acid
Metabolism
=
Metabolisme
Asam
Crassulaceae).
Karbondioksida diserap pada malam hari dan diubah menjadi asam yang digunakan dalam sintesis karbohidrat pada siang hari, sehingga pada jalur ini memungkinkan stomata tertutup sepanjang hari untuk menghemat penggunaan air (Veirheij dan Coronel, 1997). Menurut Nakasone dan Paul (1998), stomata tertutup sepanjang hari yaitu dari jam 9 pagi sampai dengan jam 2 siang, dan membuka kembali dari jam 2 siang sampai malam. Nenas merupakan tanaman monokotil yang bersifat merumpun (bertunas anakan) (Sunarjono, 2002), dengan panjang batang yaitu 20-30 cm (Samsons, 1992). Sedangkan tanaman nenas yang sudah dewasa memiliki panjang batang 30 -35 cm, dengan diameter batang 6.7 -7.5 cm (Nakasone dan Paul, 1998). Daun nenas berurat sejajar dari pangkal sampai ujung, berserabut tebal, penampang daun nenas berbentuk seperti bulan muda (cresent) dengan tepi runcing, ujung daun tepinya terlihat duri-duri (merupakan karakter varietas cayenne) (Collins, 1960). Panjang daun untuk tanaman dewasa dapat mencapai 70-80 cm dengan pertambahan jumlah daun per bulan antara 5 atau 6 helai.
4 Menurut Nakasone dan Paul (1998), bunga nenas tidak bertangkai, berwarna lembayung kemerah-merahan yang masing-masing bunga dibarengi oleh suatu braktea yang lancip; daun kelopaknya 3 helai, pendek dan berdaging; daun mahkotanya juga 3 helai, membentuk tabung yang mengelilingi 6 lembar benang sari dan satu tangkai putik yang berisi kepala putik yang bercabang tiga (Veirheij dan Coronel, 1997). Buah nenas merupakan buah majemuk yang terdiri dari 100 atau lebih komponen buah (fruitlet) yang bersatu dengan tipe sinkarpus. Pada ujung buah terdapat mahkota berduri yang disebut crown (Nakasone dan Paull, 1998).
Syarat Tumbuh Tanaman nenas bisa tumbuh di dataran tinggi sampai dataran rendah yaitu sampai 1200 m dpl, beriklim basah dengan curah hujan antara 1000 - 2500 mm/tahun (Sunarjono, 2002). Menurut Nakasone dan Paull (1998), suhu optimum untuk pemanjangan akar yaitu 290C dan suhu optimum untuk pemanjangan daun yaitu 320C. Tanaman nenas tahan terhadap tanah masam dengan pH 3 - 5 tapi lebih baik ditanam pada tanah dengan pH 5 - 6.5. Tanaman nenas bagus pula dikembangkan di daerah yang beriklim kering (4 - 6 bulan kering), selain itu tanaman nenas masih mampu berbuah pada kedalaman air tanah antara 50 - 150 cm (Sunarjono, 2002).
Jenis Nenas Terdapat beberapa jenis nenas antara lain: Queen Nenas jenis queen merupakan salah satu jenis paling tua dan mempunyai beberapa sub-varietas yang mempunyai sifat-sifat yang agak berbeda dengan tipe varietasnya (Muljoharjo, 1983). Nenas Queen terutama dikembangkan untuk pemasaran buah segar di Australia dan Afrika Selatan (Veirheij dan Coronel,1997), serta di India (Nakasone dan Paul, 1998). Jenis queen ini memiliki ciri-ciri antara lain daunnya berduri, berdaging kuning keemasan, umumnya ditanam di dataran rendah, rasanya manis dan biasa dikonsumsi
5 segar (Sunarjono, 2002). Nenas ini ukurannya lebih kecil dari jenis cayenne , yaitu 0.5 – 1.1 kg. Berbagai klon dari jenis ini antara lain MacGregor, Natal, Ripley dan Alexandria (Nakasone dan Paul, 1998). Cayenne Nenas jenis cayenne mempunyai tinggi batang 20 – 50 cm, dengan tangkai buah panjangnya 7 – 15 cm. Panjang daun bisa mencapai 100 cm dan lebar kurang lebih 6.5 cm (Muljoharjo, 1983). Daunnya tidak berduri kecuali ujungnya, umumnya ditanam di dataran tinggi dan biasa dikonsumsi segar dan untuk minuman kaleng atau produk olahan (Sunarjono, 2002). Areal penanaman yang paling luas untuk penanaman nenas cayenne yaitu di Thailand, Vietnam, Kenya, Meksiko, dan Taiwan. Berat dari nenas jenis cayenne ini antara 2.3 – 2.5 kg (Veirheij dan Coronel, 1997). Menurut Nakasone dan Paul (1998), nenas cayenne baik untuk diproses sebagai buah kalengan karena bentuknya yang silinder, daging buah berwarna kuning, kandungan asamnya rendah dan produksinya tinggi, serta nenas jenis ini juga rentan terhadap hama yang menyebabkan kelayuan dan nematoda. Klon yang termasuk dalam jenis Cayenne antara lain Smooth Cayenne, Cayenne Lisse, Smooth Guatemalan, Thyphone, St Michael dan Esmeralda. Spanish Umumnya berukuran kecil sampai medium (0.9 – 1.8 kg), daun berduri, daging buah berwarna kuning terang, cukup kandungan gula dan resisten terhadap Mealybug wilt tapi rentan terhadap gumosis karena larva dari Batrachedra (Nakasone dan Paul, 1998). Nenas Spanish terdiri dari beberapa jenis antara lain: Red Spanish, Singapore Spanish, dan lain-lain. Abacaxi Nenas jenis ini hanya dipelihara di Brazil, untuk pasaran lokal. Pinggiran daunnya berduri, dengan berat buah 1.5 kg dan dagingnya berwarna kuning pucat (Veirheij dan Coronel, 1997). Menurut Nakasone dan Paul (1998), klon yang termasuk jenis Abacaxi antara lain Abakka, Sugar Loaf, Papelon, Venezolara, dan Amarella.
6 Maipure Nenas jenis ini dipelihara di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Rasanya yang lebih manis dari jenis cayenne membuat nenas ini banyak dipasarkan sebagai buah segar untuk pasaran lokal di Negara tersebut. Bobot nenas antara 0.8 – 2.5 kg, dengan warna kulit buah kuning sampai orange, berserat, lunak dan sangat juicy. Adapun berbagai klon dari jenis Maipure yang telah diketahui antara lain Perolela, Lebrija, Monte Lirio, Abacaxi dan Rondon (Nakasone dan Paull, 1998).
Perbanyakan Tanaman Nenas Nenas bisa dikembangkan secara vegetatif maupun generatif, tapi perbanyakan secara vegetatif lebih sering dilakukan karena waktu yang dibutuhkan lebih cepat dan bisa melestarikan bahan heterozigous tanpa perubahan. Bahan tanaman yanga dapat dijadikan bibit menurut Rukmana (1996) antara lain: 1. Mahkota buah (crown), yaitu tunas yang tumbuh di atas (pucuk) buah. Jumlah tunas umumnya hanya satu. Bibit dari tunas buah ini umumnya seragam dan mulai berbuah pada umur 22 – 24 bulan setelah pindah tanam. 2. Tunas dasar buah (slips), yaitu tunas yang tumbuh di dasar (bawah) buah. Ukuran tunas bervariasi, tergantung pada kesehatan dan pertumbuhan tanaman. Bibit dari tunas ini dapat menghasilkan buah pada umur 20 bulan setelah pindah tanam. 3. Tunas batang (shoot), yaitu tunas yang tumbuh di bagian yang terletak di atas permukaan tanah. Bibit mulai berbuah pada umur 15- 18 bulan setelah pindah tanam. 4. Tunas akar (sucker) atau anakan, yaitu tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di bawah permukaan tanah, biasanya berakar, bentuk daun lebih langsing daripada daun yang lainnya. Bibit dari tunas ini akan menghasilkan buah pada umur 12 bulan setelah pindah tanam.
7 5. Stek batang, yaitu tunas yang ditumbuhkan dari mata tunas yang non aktif (mata tidur, dorman) pada batang, kemudian disemaikan dalam media steril dengan perlakuan khusus. Tanaman mulai berbunga pada umur 2 – 3 tahun.
Gambar 1. Bagian-bagian Tanaman Nenas (sumber: www.flickr.com)
Perlindungan Varietas Tanaman Indonesia memilik kekayaan plasma nutfah yang melimpah, namun masih saja terabaikan sehingga terkadang tanaman asli Indonesia dicuri atau dipatenkan oleh negara asing. Untuk itu perlindungan terhadap varietas tanaman dirasa sangat penting, apalagi varietas tersebut merupakan hasil pemuliaan tanaman (Deptan, 2007). Menurut Undang-Undang RI No.29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, menyatakan bahwa Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah perlindungan khusus yang diberikan negara yang dalam hal ini diwakili
8 oleh pemerintah dan pelaksananya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Sedangkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak khusus yang diberikan kepada pemulia dan/pemegang hak PVT untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama kurun waktu tertentu. Varietas yang akan diajukan untuk memperoleh hak PVT harus memenuhi syarat, yaitu varietas tersebut Baru, Unik, Seragam dan Stabil (BUSS), serta diberi nama. Menurut UU No. 29 Tahun 2000 tentang PVT, menyatakan bahwa suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan permoohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan (Pasal 2 Ayat 2). Suatu varietas dianggap unik jika varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah dikenal luas pada saat penerimaan permohonan hak PVT (Pasal 2 Ayat 3). Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda (Pasal 2 Ayat 4). Adapun suatu varietas dianggap stabil apabila karakter-karakternya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami perubahan pada setiap akhir siklus tersebut (Pasal 2 Ayat 5). Uji BUSS yang ditetapkan sebagai pengujian perlindungan varieas tanaman di Indonesia mengacu pada organisasi internasional tentang perlindungan varietas tanaman, yaitu UPOV (The International Union of Protection of New Varieties of Plant). UPOV menyediakan dan menyelenggarakan sistem yang efektif untuk perlindungan varietas tanaman, dengan tujuan mendorong perkembangan varietas baru tanaman untuk kepentingan masyarakat. UPOV didirikan melalui suatu pertemuan Internasional (UPOV Convention) yang diselenggarkan di Paris pada tahun 1961.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2007 sampai dengan bulan Juli 2008, di kebun percobaan PKBT IPB Pasir Kuda, Desa Pasir Mas, Bogor, yang berada pada ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah tanaman nenas jenis Queen (Mahkota Bogor dan Palembang) dan nenas jenis Smooth Cayenne (Delika Subang), pupuk (urea, KCl dan SP36), furadan, Ethrel dan insektisida. Alat yang digunakan terdiri dari peralatan budidaya, alat tulis, dan alat ukur (timbangan, penggaris dan jangka sorong, penetrometer, dan hand-refractometer).
Metode Penelitian Penelitian dirancang menggunakan rancangan Kelompok Lengkap Teracak (Randomized Complete Block Design), dengan tiga ulangan. Jumlah populasi tanaman adalah 150 tanaman per varietas. Kelompok dianggap ulangan yang berbentuk petakan yang terdiri dari 50 tanaman dengan menggunakan jarak 80 cm x 25 cm. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan ukuran bibit, yaitu bibit berukuran kecil, sedang, dan besar. Model matematika yang digunakan adalah: Yij = µ + Ki + Vj + Gij Yij : Nilai hasil pengamatan pada kelompok ke-i varietas ke-j µ
: Rataan umum
Ki : Pengaruh kelompok ke-i (i = 1,2,3) Vj : Pengaruh varietas ke-j (j = 1,2,3) Gij : Galat percobaan Jumlah tanaman yang diamati adalah 10 + (1% x jumlah tanaman dalam populasi) atau 11 tanaman per varietas.
10
Pelaksanaan Penelitian Penanaman: Bibit berupa anakan yang berukuran sedang ditanam dengan jarak tanam 80 cm x 25 cm pada lahan seluas 15 m x 10 m. Pemupukan: Kegiatan pemupukan dilaksanakan dua kali yaitu: a. Pemberian pupuk pertama diberikan 3 bulan sesudah tanam dengan dosis: − Urea : 300 kg/ha − SP-36 : 100 kg/ha − KCl : 50 kg/ha b. Pemberian pupuk kedua diberikan 7 bulan setelah tanam (menjelang forcing) dengan dosis: − Urea : 150 kg/ha − SP-36 : 50 kg/ha − KCl : 200 kg/ha c. Pupuk ditaburkan ke dalam larikan dengan ke dalam 5-10 cm di sekililing tanaman, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemeliharaan: Pemeliharaan tanaman dilaksanakan antara lain dengan melakukan penyiangan pada bedengan. Penyiangan dilakukan agar tanaman bebas dari gulma sampai menjelang panen (3 kali selama pertanaman). Selain itu dilakukan pula pengendalian terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) agar tanaman bebas dari hama dan penyakit tanaman. Induksi Pembungaan (Forcing): Untuk merangsang pembungaan dan agar tanaman nenas seragam dalam pembungaan maka dilakukan pemberian Ethrel dengan bahan aktif berupa Etilen. Kegiatan ini biasa disebut forcing. Forcing dilaksanakan ketika tanaman sudah mempunyai 20-30 helai daun ketika tanaman berumur 8 - 9 bulan setelah tanam Ethrel diberikan bersama dengan urea. Urea sebanyak 30 g dilarutkan dalam air kemudian dicampur dengan 0,6 ml Ethrel. Setiap tanaman mendapatkan 25 ml larutan yang disiramkan pada titik tumbuh. Pemberian ethrel ini dilakukan pagi hari sebelum jam 9. Panen: Panen dilakukan lima bulan setelah kegiatan forcing untuk varietas Palembang dan Mahkota Bogor, sedangka untuk varietas Delika Subang dilakukan panen pada enam bulan setelah forcing. Panen dilakukan dengan mengambil buah yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) matang pohon
11 yaitu tingkat kematangan 30% (warna pada dasar buah berwarna kuning dan pangkal batang buah telah keriput). Pemanenan nenas dilakukan dengan memetik nenas dengan tangan. Nenas yang telah dipanen kemudian disimpan selama ± 3 hari sebelum dilakukan pengamatan terhadap karakter-karakter buah, baik karakter kualitatif maupun kuantitatif.
Pengamatan Penelitian Karakter-karakter yang diamati adalah sebagai berikut: Karakter Kuantitatif: 1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai ke ujung daun terpanjang. 2. Panjang daun (cm), diukur dari pangkal sampai ujung daun terpanjang. 3. Jumlah daun, dengan menghitung seluruh daun kecuali daun yang telah layu. 4. Lebar daun (cm), yaitu dengan mengukur lebar bagian pangkal, tengah, dan ujung daun dari daun terpanjang 5. Diameter batang (cm), diukur pada dasar batang 6. Panjang duri (mm), diamati pada bagian tengah daun 7. Panjang tangkai buah (cm), diukur pada saat buah telah matang 8. Diameter tangkai buah (cm), diukur pada bagian tengah tangkai buah 9. Jumlah tunas pada pangkal atau dasar buah (slip) 10. Jumlah tunas pada tangkai buah (hapas) 11. Jumlah tunas batang (shoot) 12. Jumlah tunas anakan ( suckers) 13. Jumlah braktea pada tangkai buah 14. Panjang mahkota bunga (cm), diukur ketika bunga telah mekar 15. Bobot buah (g), diukur saat buah telah matang dan diukur tanpa crown 16. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal sampai ujung buah (lihat gambar 5) 17. Diameter buah (cm) (lihat gambar 5) 18. Nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman, yaitu dengan membandingkan antara bobot buah dengan bobot tanaman (seluruh bagian tanaman termasuk akar) 19. Diameter hati (cm) (lihat gambar 5)
12 20. Jumlah mata buah 21. Tebal kulit buah (cm) (lihat gambar 5) 22. Berat 100 biji (gram) 23. Padatan Total Terlarut (0Brix), diukur dengan menggunakan hand refractometer 24. Kedalaman mata (lihat gambar 5) 25. Kekerasan buah, diukur menggunakan penetrometer
Karakter Kualitatif Tabel 1. Karakter Kualitatif Tanaman Nenas* No.
Karakteristik
1 QL
Perawakan tanaman (tanpa buah)
2 QL
Plant habit or posture (without fruit) Pola posisi daun Foliage attitude
3 QL
Warna tengah daun bagian atas (diamati daun no 15 dari atas) Color of middle leaves on upper surface (observe on 15th leaf from the top of the plant)
4 QL 5 QL
Ketahanan penempelan daun Breakage resistance of leaf Sebaran duri daun (diamati pda bagian tengah daun) Distribution of spines (observe on middle leaves)
Indonesia
English
Notasi/ Note 3 5 7
Tegak Normal Menjalar
Erect Normal Procumbent
Tegak Sedikit terbuka Terbuka Menyebar Merunduk Kehijauan/hijau Hijau dg bintik kuning
Upright Slighty open Open Spreading Drooping Greenish/green Green with yellow mottling Green with red mottling Reddish orange Red Dark red Purplish/pink Dark red-purple/pink
1 3 5 7 9 1 2
Silvery-white Other Low Medium Hard Spines behind tip or near base only Spines behind tip and near base Spines along all margins Spines occur irregularly along both margins
9 10 3 5 7 1
Hijau dg bintik merah Jingga kemerahan Merah Merah tua Keunguan/merah jambu Merah tua-ungu/merah jambu Keperakan-putih Lainnya Lemah Sedang keras Duri hanya di ujung atau dekat pangkal daun Duri di ujung dan dekat pangkal daun Duri sepanjang tepi daun Duri tumbuh tak beraturansepanjang kedua tepi daun
3 4 5 6 7 8
2 3 4
13 Lanjutan Tabel 1. Karakter Kualitatif Tanaman Nenas* No. 6 QL
7 QL
Karakteristik Arah duri (diamati pada daun bagian tengah) Direction of spines (observe on middle leaves) Warna duri Coloration of leaf spines
8
Kekakuan duri
9
Spine stiffnes Warna tangkai buah Peduncle color
10
Keberadaan braktea bunga
11
Presence of floral bracts Warna braktea Bract color
12
Keberadaan trikome braktea
13
Presence of trichomes on bract Warna kelopak Sepal color
14
Warna mahkota Petal color
Indonesia
English
Notasi/ Note 1 2 3
Mengarah ke ujung Mengarah ke pangkal Keduanya
Only ascendent Only descendent Both
Kekuningan/kehijauan Jingga Kemerahan.merah Keunguan Lainnya Lembut Sedang Kaku Kehijaun/hijau Hijau tua Hijau dengan bintik kuning/merah Jingga kemerahan Merah Merah tua Merah jambu keunguan Merah tua-ungu/merah jambu Putih keperakan lainnya Ada Tidak ada
Yellowish/greenish Orange Reddish/red Purplish/pinkish Other Weak Intermediet Stiff Greenish/green Dark green Green with yellow/red mottling Reddish orange Red Dark red Purplish pink Dark red-purple/pink
4 5 6 7 8
Silvery white Other Present Absent
9 10 1 9
Kehijaun/hijau Hijau tua Hijau dengan bintik kuning/merah Jingga kemerahan Merah Merah tua Merah jambu keunguan Merah tua-ungu/merah jambu Putih keperakan Lainnya Ada Tidak ada
Greenish/green Dark green Green with yellow/red mottling Reddish orange Red Dark red Purplish pink Dark red-purple/pink
1 2 3
Kehijauan-hijau Hijau dengan kuning Keunguan Keperakan-putih Lainnya Keputih-putihan Kekuningan Krem Putih-ungu Lainnya
Greenish-green Green with yellow Purplish-pinkish Silvery-white Other Whittish Yellowish Cream White-purple Other
Silvery white Other Present Absent
1 2 3 4 5 3 5 7 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 1 9 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
14 Lanjutan Tabel 1. Karakter Kualitatif Tanaman Nenas* No. 15 16
Karakteristik
Indonesia
Orientasi mahkota Petal orientation Bentuk buah
Terbuka Tertutup Seperti kubus Oval Bulat Kerucut Panjang-kerucut Piramida (silindris dengan dasar buah lebar)
Fuirt shape
Silindris, ujung buah agak meruncing Silindris, ujung buah meruncing dengan tajam Pyriform (pearshaped) Reniform Lainnya
English Open Closed Square-like Oval Round Conical Long-conical Pyramidal (cylindrical with maximum diameter near base) Cylindrical, tapering slighty from near base Cylindrical, tapering sharply from near base Pyriform (pearshaped) Renyform other
Notasi/ Note 1 9 1 2 3 4 5 6
7
8
9 10 11
Gambar 2. Bentuk Buah 17
Warna buah (diamati ketika mencapai matang fisiologi) Fruit color when ripe (observed at physiological ripenes)
Hijau Hijau keperakan Kuning dengan bintik hijau Kuning kusam Kuning muda Kuning keemasan Kuning tua-jingga Jingga kemerahan Kecokelatan Lainnya
Green Silvery green Yellow with green mottling Dull yellow Bright yellow Golden yelow Deep yellow to orange Reddish orange Brownish Other
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
15 Lanjutan Tabel 1. Karakter Kualitatif Tanaman Nenas No. 18
Karakteristik Warna buah belum matang (diamati saat buah belum mencapai matang fisiologis) Fruit color whwn unripe, observed before physiological ripeness (commercial harvestibility)
19
Kemerataan warna buah ketika matang
20
Fruit color homogenity when ripe Keberadaan bintik buah
21
Presence of ‘eye’ (Berry) corking Profil mata buah
22
Eye profile Permukaan mata buah
23
24
Eye relative surface Pola putaran mata pada putaran terpanjang Orientation of the longest spiral Aroma buah eksternal Fruit external aroma
25
Warna daging buah Flesh color
26
Tekstur buah Fruit flesh texture
Notasi/ Note 1 2 3 4 5 6 7
Indonesia
English
Hijau keperakan Kehijauan/hijau Hijau tua Hijau tua kehitaman Jingga muda Jingga Merah/kemerahan/keco kelatan Merah Merah jambu Merah keunguan Merah tua-ungu Ungu Biru keunguan Lainnya Buruk Sedang Baik
Silvery green Greenish/green Dark green Dark blackish green Light/normal/orange Orange Red/reddish/brownish Red Pinkish/pink Red purplish Dark red-purple Purple Purplish blue Other Poor Medium Good
8 9 10 11 12 13 14 3 5 7
Ada Tidak ada
Present Absent
1 9
Rata Normal Menonjol Kecil Sedang Besar Ke kiri Ke kanan Tegak
Flat Normal Prominent Small Medium Large Left Right Vertical
3 5 7 3 5 7 3 5 7
Tidak beraroma Lembut Sedang Kuat Putih Krem muda Krem Kuning pucat Kuning Kuning keemasan Kuning tua keemasan Jingga muda Jingga Lainnya Lembut Sedang Kasar
Absent Mild Medium Abundant White Light cream Cream Pale yellow Yellow Golden yellow Deep golden yellow Light/normal orange Deep orange Other Smooth Medium Rough
0 3 5 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 5 7
16 Lanjutan Tabel 1. Karakter Kualitatif Tanaman Nenas No.
Karakteristik
Indonesia
27
Kebeningan daging buah
28
Fruit traslucence Bentuk Mahkota Buah Crown shape
Kurang Sedang Baik Kerucut Jorong jambul Acron (bentuk hati) Kerucut panjang Silindris memanjang Silindris dengan ujung lebat Lainnya
English Poor Good medium Cone Oblong blocky Acron (heartshape) Long-conical Lengthened cilindris Lengthened cylindrical with buncy top Other
Notasi/ Note 3 5 7 1 2 3 4 5 6
7
Gambar 3. Bentuk Mahkota Buah 29
Pola daun mahkota Attitude of crown foliage
30
Warna daun mahkota
Tegak Semi tegak Mendatar Merunduk Kehijauan/hijau Hijau dg bintik kuning
Color of crown leaves Hijau dg bintik merah Jingga kemerahan Merah Merah tua Keunguan Merah tua-ungu Keperakan-putih Lainnya
Erect Semi erect Horizontal Drooping Greenish/green Green with yellow mottling Green with red mottling Reddish orange Red Dark red Purplish/pinkish Dark red-purple/pink Silvery-white Other
1 3 5 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
17 Lanjutan Tabel 1. Karakter Kualitatif Tanaman Nenas No.
Karakteristik
31
Keberadaan fruitlet
32
Presence of fruitlet Keberadaan duri pada daun mahkota Presence of spines on crown leaves
33
Sifat crown Crown characters
34
Keberadaan biji
35
Presence of seed Warna biji Seed color
Indonesia
English
Notasi/ Note 1 9
Ada Tidak ada
Presence Absent
Halus Berduri di ujung Berduri-seperti gergaji Piping
Smooth Spines at the tip Spiny-serrate Piping
1 2 3 4
Normal Majemuk Tunggal dg crownlets (crownslips) Ada Tidak ada
Normal Multiple Single with crownlets (crownslips) Presence Absent
1 2 3
Umumnya abu-abu Umumnya coklat Lainnya
Generally gray Generally brown Other
1 3 5
Keterangan: * Berdasarkan Panduan Pengujian Individual Nenas (PPI Nenas), Departemen Pertanian, Tahun 2007.
Gambar 4. Beberapa karakter kuantitatif buah yang diamati
Analisis Data Data diambil dari tanaman contoh sebanyak 10 + 1% dari total populasi dalam setiap petak. Semua peubah yang diamati baik karakter kualitatif maupun kuantitatif, dianalisis dengan uji T dua contoh (Two-sample T-Test). .
1 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kebun Percobaan IPB Pasir Kuda, Desa Pasir Mas, Bogor, terletak pada ketinggian 250 m di atas permukaan laut. Selama penelitian berlangsung, yaitu dari bulan Mei 2007 sampai Juli 2008, daerah Pasir Kuda memiliki suhu rata-rata 25.6 0C dengan curah hujan rata-rata 264.5 mm/bulan dan kelembaban relatif 82.5%. Kondisi ini cukup sesuai untuk pertumbuhan tanaman nenas. Menurut Collins (1960), curah hujan optimum untuk pertumbuhan nenas adalah antara 1000-1500 mm/tahun. Tanaman nenas dapat tumbuh pada temperatur 20-320C, dengan pertumbuhan optimum untuk pemanjangan akar adalah 290C dan untuk pemanjangan daun adalah 320C (Nakasone dan Paull, 1998). Tanaman nenas dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal mempunyai drainase dan aerasi yang baik karena nenas tidak toleran terhadap genangan air (Nakasone dan Paull, 1998). Meskipun demikian, jenis tanah yang ideal untuk pertumbuhan nenas adalah tanah yang mengandung pasir, gembur dan banyak mengandung bahan organik (Rukmana, 1996). Selama penelitian berlangsung, hama yang menyerang antara lain hama belalang, hama dari famili Chrysomellidae, dan Hisperiidae. Gejala yang ditimbulkan dari hama-hama ini, terutama belalang adalah terdapat sayatan yang melukai daun. Walaupun demikian, gejala yang ditimbulkan tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Adapun penyakit yang menyerang adalah Mealybug wilt. Mealybug wilt merupakan penyakit yang disebabakan oleh virus dengan vektornya adalah Dysmicocus brevipes (kutu bubuk/kutu putih), dimana gejala awal dari Mealybug wilt ini adalah warna daun jadi memerah, sedangkan gejala lanjut ujung-ujung daun menjadi berwarna cokelat serta tanaman menjadi mudah dicabut dari tanah (Ploetz et al., 1994). Dari ketiga varietas, yaitu Delika Subang, Mahkota Bogor, dan Palembang, maka yang terserang hama dan penyakit adalah varietas Delika Subang. Sedangkan untuk jenis Queen, baik Mahkota Bogor ataupun Palembang sama sekali tidak terserang hama dan penyakit. Menurut Veirheij dan Coronel (1997), nenas jenis Smooth Cayenne
19 lebih rentan terserang penyakit dibandingkan dengan jenis Queen dan Spanish. Serangan hama dan penyakit ini dikendalikan dengan memberikan furadan 3G dan dengan penyemprotan insektisida. Untuk tanaman yang terkena mealybug, maka tanaman dicabut secara manual. Hal ini dilakukan supaya penyakit tidak menyebar ke tanaman yang lain. Gejala yang tampak pada tanaman yang terserang mealybug adalah warna daun menjadi memerah, sedangkan gejala lanjut ujung-ujung daun menjadi berwarna cokelat dan akhirnya tanaman menjadi layu (Gambar 7b dan 7c). Menurut Purseglove, dalam Sunarti (2002), kerusakan pada tanaman diduga disebabkan oleh bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tanaman saat kutu putih tersebut menghisap cairan tanaman dan adanya virus yang terbawa kutu tersebut dari sumber infeksi, keduanya bekerjasama menimbulkan penyakit yang mengganggu proses fisiologi tanaman. Gulma yang ditemukan pada petakan tanaman nenas antara lain adalah gulma berdaun lebar, yaitu Ageratum conizodes, Clidemia hirta, Boreria alata, Pillanthus miruri, dan gulma jenis rumput yaitu Ottochloa nodosa dan Sporobolus barteroanus. Populasi gulma yang ada dalam petakan tidak ada yang mendominasi. Pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian secara manual yaitu dengan mencabut langsung. Menurut Sunarjono (2002), gulma dapat menurunkan hasil produksi 20 - 42%.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Gambar 5. Gulma-gulma yang terdapat pada Petakan Tanaman Nenas a). Ageratum conizoides, b). Boreria alata, c). Clidemia hirta, d) Pillanthus miruri, e). Ottochloa nodosa, f). Sporobolus. barteroanus
20
a.
b.
c.
Gambar 6. Hama yang Menyerang Tanaman Nenas a). Chrysomellidae, b). Valanga nigricornis, c). Hisperiidae
a.
b.
c.
Gambar 7. Gejala Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Nenas a). Gigitan/sayatan serangga, b) dan c). Tanaman layu dan busuk akar akibat mealybug.
Karakter Kualitatif Hasil pengamatan terhadap karakter-karakter kualitatif tiga varietas nenas disajikan dalam tabel 2. Secara umum perawakan tanaman nenas adalah tegak, begitu pula yang terjadi pada ketiga varietas nenas yang diamati yaitu Delika Subang, Palembang, dan Mahkota Bogor. Tegak merupakan kriteria ideal untuk tanaman nenas karena akan lebih efisien dalam penerimaan sinar matahari sehingga lebih optimal dalam membantu proses fotosintesis. Begitu pula dengan pola posisi daun dimana untuk ketiga varietas mempunyai pola posisi daun yang terbuka. Beberapa karakter kualitatif lain yang menunjukkan kesamaan antara ketiga varietas adalah kekakuan duri, keberadaan braktea bunga, warna mahkota bunga, warna kelopak bunga, orientasi mahkota bunga, keberadaan trikome braktea, keberadaan bintik buah, daging buah transparan, pola daun mahkota (crown), sifat crown, dan keberadaan biji. Sifat crown untuk ketiga varietas adalah
21 normal artinya hanya ada satu mahkota daun yang berada di atas buah. Idealnya crown memang hanya satu tapi kenyataan di lapangan dapat terjadi crown ganda (multiple crown). Crown ganda dapat terjadi karena adanya penyimpangan genetik atau terjadinya mutasi. Menurut Direktorat Tanaman Buah (2006), crown abnormal atau crown ganda dapat disebabkan oleh defisiensi unsur hara (terutama kalsium), dan kelebihan pemberian pupuk nitrogen. Keberadaan crown ganda kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman terutama buah karena dapat menyebabkan buah menjadi kecil akibat dari persaingan fotosintat yang lebih banyak terfokus ke crown. Pengamatan terhadap warna untuk semua karakter yang diamati, dilakukan dengan pengamatan secara visual di lapang. Warna daun diamati pada tengah daun nomor ke-15 dari atas. Hasilnya menunjukkan bahwa warna daun ketiga varietas berbeda. Delika Subang mempunyai warna daun keunguan merah jambu, sedangkan untuk varietas Palembang mempunyai warna daun hijau dengan bintik merah, serta untuk varietas Mahkota Bogor mempunyai warna daun merah tua keunguan. Varietas Palembang dan Mahkota Bogor mempunyai beberapa kesamaan dalam hal yang berhubungan dengan warna, antara lain warna duri, warna tangkai buah, warna braktea, dan warna daun mahkota (crown). Sebaran duri daun antara varietas Palembang dan Mahkota Bogor juga mempunyai kesamaan antara lain sebaran duri daunnya berada disepanjang tepi daun dengan arah duri mengarah ke bagian ujung. Begitupun duri pada daun mahkota (crown) yaitu berduri seperti gergaji. Hal ini berbeda dengan varietas Delika Subang dimana sebaran duri daunnya hanya diujung atau dekat pangkal daun, dengan arah duri ke bagian ujung atau pangkal daun, serta keberadaan duri sedikit bahkan dalam satu tanaman ada yang sama sekali tidak mempunyai duri daun. Tanaman nenas yang mempunyai daun yang tidak berduri sangat diharapkan karena akan memudahkan dalam proses budidaya. Menurut Collins (1960), sifat duri di ujung daun atau berduri di seluruh tepi daun dikendalikan oleh sepasang alel yaitu S dan s. Karakter yang berduri di sepanjang daun adalah resesif, jadi nenas yang berduri di sepanjang tepi daun adalah homozigot resesif dan yang berduri di ujung daun adalah homozigot dominan atau heterozigot
Tabel 2 Deskripsi Beberapa Karakter Kualitatif Tiga Varietas Nenas No
Karakter Delika Subang Notasi Deskripsi 3 Tegak
Hasil Pengujian Palembang Notasi Deskripsi 3 Tegak
Mahkota Bogor Notasi Deskripsi 3 Tegak
1
Perawakan Tanaman (tanpa buah)
2
Pola posisi daun
1
Terbuka
1
Terbuka
1
Terbuka
3
Warna tengah daun (daun no.15 dari atas
7
Keunguan merah jambu
3
Hijau dengan bintik merah
8
Merah tuaungu
4
Ketahanan penempelan daun Sebaran duri daun
5
Sedang
7
Keras
7
Keras
1
3
Duri sepanjang tepi daun
3
Duri sepanjang tepi daun
Arah duri
3
Duri hanya diujung atau dekat pangkal daun Mengarah ke ujung dan ke pangkal
1
Mengarah ke ujung
1
Mengarah ke ujung
5
6
23 Lanjutan Tabel 2. Deskripsi Beberapa Karakter Kualitatif Tiga Varietas Nenas
No
Karakter
7
Warna duri
1
8
Kekakuan duri Warna tangkai buah
9
10
11
12
13
Delika Subang Notasi Deskripsi
Hasil Pengujian Palembang Notasi Deskripsi
Mahkota Bogor Notasi Deskripsi
4
Keunguan
4
Keunguan
7
Kekuningan/ kehijauan Kaku
7
Kaku
7
Kaku
1
Hijau
7
Merah jambu keunguan
7
Merah jambu keunguan
Keberadaan braktea bunga Warna braktea bunga
1
Ada
1
Ada
1
Ada
6
Merah tua
5
Merah
5
Merah
Keberadaan trikome braktea Warna kelopak bunga
9
Tidak Ada
9
Tidak Ada
9
Tidak Ada
1
Kehijauan/ Hijau
1
Kehijauan/ Hijau
1
Kehijauan/ Hijau
24 Lanjutan Tabel 2. Deskripsi Beberapa Karakter Kualitatif Tiga Varietas Nenas
No 14
15
Karakter Warna mahkota bunga Orientasi bunga
Delika Subang Notasi Deskripsi 4 Putih-ungu
Hasil Pengujian Palembang Notasi Deskripsi 4 Putih-ungu
Mahkota Bogor Notasi Deskripsi 4 Putih-ungu
1
Terbuka
1
Terbuka
1
Terbuka
16
Bentuk buah
7
Silindris
4
Kerucut
4
Kerucut
17
Warna buah belum matang
4
Hijau tua kehitaman
2
Kehijauan/ hijau
3
Hijau tua
18
Warna buah ketika telah matang
7
Kuning tuajingga
6
Kuning keemasan
5
Kuning muda
19
Kemerataan warna buah ketika matang Keberadaan bintik buah Profil mata buah
5
Sedang
7
Baik
7
Baik
9
Tidak ada
9
Tidak ada
9
Tidak ada
3
Rata
7
Menonjol
7
Menonjol
20 21
25 Lanjutan Tabel 2. Deskripsi Beberapa Karakter Kualitatif Tiga Varietas Nenas
No
Karakter
22
Permukaan mata buah Pola putaran mata pada putaran terpanjang
7
Besar
5
Sedang
5
Sedang
5
Kanan
3
Ke kiri
5
Ke kanan
Aroma buah eksternal Warna daging buah
3
Lembut
5
Sedang
3
Lembut
4
Kuning pucat
6
Kuning keemasan
5
Kuning
Tekstur buah Kebeningan daging buah Bentuk crown
5
Sedang
3
Lembut
3
Lembut
5
Baik
5
Baik
5
Baik
4
Kerucut panjang
5
Silindris memanjang
5
Silindris memanjang
23
24
25
26 27
28
Delika Subang Notasi Deskripsi
Hasil Pengujian Palembang Notasi Deskripsi
Mahkota Bogor Notasi Deskripsi
26 Lanjutan Tabel 2. Deskripsi Beberapa Karakter Kualitatif Tiga Varietas Nenas
No
Karakter
29
Pola daun mahkota Warna daun mahkota
30
Delika Subang Notasi Deskripsi 3 Semi tegak
Hasil Pengujian Palembang Notasi Deskripsi 3 Semi tegak
Mahkota Bogor Notasi Deskripsi 3 Semi tegak
4
Jingga Kemerahan
7
Keunguan
7
Keunguan
9
Tidak ada
9
Tidak ada
9
Tidak ada
32
Keberadaan fruitlet Keberadaan duri pada mahkota
1
Halus
3
Berduri seperti gergaji
3
Berduri seperti gergaji
33
Sifat crown
1
Normal
1
Normal
1
Normal
34
Keberadaan biji Warna biji
9
Tidak ada
9
Tidak ada
9
Tidak ada
31
35
-
-
-
-
-
-
Warna kulit buah sebelum matang (matang fisiologis) untuk ketiga varietas berbeda. Warna kulit buah sebelum matang untuk varietas Delika Subang, Palembang, dan Mahkota Bogor berturut-turut adalah hijau tua kehitaman, kehijauan/hijau, dan hijau tua. Sedangkan untuk warna buah setelah matang adalah kuning tua-jingga untuk Delika Subang, kuning kemasan untuk Palembang, dan kuning muda untuk Mahkota Bogor. Warna kulit buah yang
27 hendak dimuliakan sebagai buah segar menurut Leal dan Coppens (1996) adalah yang berwarna kuning, dan orange atau merah terang, sedangkan untuk nenas olahan tidak begitu memperhatikan warna dari kulit buah nenas. Warna daging buah untuk ketiga varietas juga berbeda dimana varietas Delika Subang mempunyai warna daging kuning pucat, kuning keemasan untuk Palembang dan warna kuning untuk daging buah Mahkota Bogor. Hal yang cukup penting dalam memenuhi kriteria ideal buah nenas adalah bentuk buah. Varietas Delika Subang mempunyai bentuk buah silindris yaitu diameter bagian tengah lebih besar dari bagian bawah atau atas. Bentuk buah silindris menjadi tipe ideal untuk buah nenas terutama untuk nenas olahan karena akan mempermudah dalam proses pengalengan dan tidak akan banyak bagian buah yang terbuang. Sedangkan untuk varietas Palembang dan Mahkota Bogor, buah berbentuk kerucut (conical) yaitu bagian atas lebih kecil dari bagian bawah dan tengah. Aroma buah eksternal pada varietas Delika Subang dan Mahkota adalah beraroma lembut sedangkan untuk varietas Palembang beraroma sedang. Tekstur daging buah pada varietas Palembang dan Mahkota Bogor padat dan tak berserat (lembut), sedangkan varietas Delika Subang agak berserat dan juicy sehingga kurang cocok sebagai buah segar atau ”buah meja”. Sedangkan untuk karakter kebeningan daging buah dikategorikan baik karena pada ketiga varietas tidak ditemukan daging buah yang bening (transparan). Bentuk daun mahkota (crown) untuk varietas Palembang dan Mahkota Bogor tidak berbeda, yaitu memiliki bentuk silindris memanjang, sedangkan untuk varietas Delika Subang berbentuk kerucut memanjang. Lain halnya dengan karakter pola daun mahkota, ketiga varietas memiliki pola yang sama yaitu semi tegak. Karakter selanjutnya yang diamati adalah keberadan biji. Berdasarkan pengamatan tidak ditemukan adanya biji baik pada varietas Delika Subang, Palembang, maupun Mahkota Bogor. Tanaman nenas jarang yang menghasilkan biji. Hal ini disebabkan karen pollen nenas tidak berfungsi ketika terjadi penyerbukan sendiri karena mempunyai sifat self incompatible. Inkompatibilitas adalah kegagalan dari buluh sari untuk tumbuh ke dalam tangkai kepala putik
28 sehingga pembuahan tidak terjadi (Bari, 2006). Verheij dan Coronel (1997) menyatakan bahwa kesuburan serbuk sari bervariasi dari 20% sampai 80%, yang bertindak sebagai agen penyerbukan adalah kumbang dan burung. Menurut Leal dan Coppens (1996), biji akan terbentuk jika terjadi persilangan, dengan persentase ovule yang menghasilkan biji setelah pollinasi adalah 5%. Untuk kelompok Cayenne, Red Spanish, Singapore Spanish, Perola dan Queen, mampu menghasilkan paling banyak dua biji per bunga, sedangkan untuk nenas yang berdaun piping (tanpa duri) mampu menghasilkan dua sampai lima bij per bunga.
Karakter Kuantitatif Penelitian ini menggunakan. Uji T dengan dua sample untuk melihat perbandingan antar ketiga varietas yaitu varietas Delika Subang, Palembang, dan Mahkota Bogor secara berpasangan. Dalam membandingan beberapa karakter kuantitatif antar varietas dapat dilakukan dengan mengajukan hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan antara nilai-nilai tengah hasil dari kedua varietas (Steel dan Torrie, 1989). Nenas varietas Palembang dan Mahkota Bogor merupakan dua varietas yang termasuk ke dalam kelompok yang sama yaitu kelompok Queen. Pengelompokan nenas dilakukan berdasarkan keberadaan duri pada daun, ukuran buah, warna dan rasa daging buah (Verheij dan Coronel, 1998). Menurut Ochse (1924) dalam Buletin Hortikultura (1985), nenas dikelompokkan berdasarkan celah pada kulit buah yaitu nenas bercelah dangkal atau bercelah dalam. Karakter-karakter yang dimiliki oleh nenas Palembang dengan Mahkota Bogor memang sangat mirip sehingga kadang sulit dibedakan jika hanya dilihat secara sekilas di lapangan. Namun berdasarkan pengamatan, nenas Palembang dan Mahkota Bogor mempunyai perbedaan dalam beberapa karakter kuantitatif antara lain lebar daun, jumlah daun, nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman, diameter tangkai buah, diameter batang, jumlah mata, PTT bagian pangkal buah, kekerasan kulit buah, dan kekerasan daging buah. Sedangkan untuk karakter lain seperti tinggi tanaman, panjang daun, panjang duri daun, panjang mahkota bunga, bobot buah, panjang dan diameter buah, panjang tangkai buah, tebal kulit buah,
29 diameter hati, kedalaman mata, PTT bagian tengah dan bagian ujung daging buah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Tabel 3 Rekapitulasi Uji t Beberapa Karakter Kuantitatif Nenas Peubah Tinggi tanaman Panjang daun Lebar daun Jumlah daun Nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman Panjang duri daun Panjang mahkota bunga (cm) Bobot buah (g) Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Diameter batang (cm) Jumlah braktea pada tangkai buah Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Jumlah mata Tebal kulit buah (cm) Diameter hati (cm) Kedalaman mata (cm) PTT bagian pangkal (0Brix) PTT bagian tengah (0Brix) PTT bagian ujung (0Brix) Kekerasan kulit buah (mm/detik) Kekerasan daging buah (mm/detik) Jumlah Sucker Jumlah Shoot
Perbandingan antar varietas berdasarkan Uji t PAL vs MB PAL vs DS MB vs DS tn * * tn ** tn ** ** tn ** tn ** **
tn
*
tn
-
-
tn
tn
tn
tn
**
**
tn
**
**
*
tn
*
**
**
tn
tn
tn
tn
tn tn * tn tn tn
** ** tn ** tn tn
** ** tn ** tn **
*
**
**
tn
tn
tn
tn
**
**
*
tn
*
*
**
tn
** tn
-
-
Keterangan: PAL=nenas varietas Palembang. MB=nenas varietas Mahkota Bogor, DS=nenas varietas Delika Subang, * berbeda nyata pada taraf 5%, ** berbeda nyata pada taraf 1%, tn tidak berbeda nyata
30 Varietas Palembang dengan Delika Subang berbeda dalam beberapa karakter antara lain karakter bobot buah, panjang tangkai buah, diameter batang, panjang buah, diameter buah, tebal kulit buah, Padatan Total Terlarut (PTT) bagian pangkal dan ujung buah, dan kekerasan daging buah, namun tidak berbeda untuk karakter nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman, jumlah braktea pada tangkai buah, diameter tangkai buah, jumlah mata, diameter hati, kedalaman mata, PTT bagian tengah dan kekerasan kulit buah. Sedangkan untuk perbandingan varietas Mahkota Bogor dan Delika Subang, sebagian besar karakter yang diamati menunjukkan perbedaan yang signifikan kecuali untuk karakter panjang mahkota bunga, diameter batang, jumlah braktea bunga, jumlah mata, diameter hati, PTT bagian tengah buah, dan kekerasan daging buah. Jika dilihat berdasarkan hasil dari Uji t pada tabel 4, maka ketiga varietas tersebut mempunyai karakter yang sama pada panjang mahkota bunga, jumlah braktea pada tangkai buah, diameter hati, dan PTT bagian tengah buah, serta berbeda pada PTT bagian pangkal buah.
Tinggi Tanaman Tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Mahkota Bogor dan Palembang tidak berbeda nyata untuk karakter tinggi tanaman, namun kedua varietas ini berbeda dengan varietas Delika Subang. Gambar 8 menunjukkan rata-rata tinggi tanaman dari 3 BST sampai 9 BST, dimana varietas Delika Subang menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi dibanding varietas lain yang diuji. Pada 9 BST rata-rata tinggi tanman untuk varietas Delika Subang adalah 65.3 cm.
Tinggi Tanaman (cm)
70.0 60.0 50.0
Delika Subang Palembang Mahkota Bogor
40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 1
2
3
4
5
6
7
Bulan Setelah Tanam (BST)
Gambar 8. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST
31
Panjang Daun Rataan panjang daun untuk ketiga varietas ditunjukkan pada gambar 9, dimana kondisinya sama dengan peubah tinggi tanaman, yaitu untuk 3 dan 4 BST panjang daun tertinggi dimiliki oleh Mahkota Bogor dan pada bulan-bulan selanjutnya, Delika Subang memiliki panjang daun tertinggi walaupun secara statistik ketiga varietas tersebut tidak berbeda nyata. Menurut Nakasone dan Paul (1998), panjang daun dewasa dapat mencapai 70-80 cm. Sedangkan menurut Verheij dan Coronel (1997), panjang daun nenas dapat mencapai 1 meter atau lebih. Pada penelitian ini, panjang daun tertinggi pada 9 BST atau ketika tanaman sudah memasuki masa generatif adalah 60.77 cm untuk varietas Delika Subang. Hal ini disebabkan karena ukuran bibit pada saat tanam relatif kecil. Bibit yang berukuran tinggi berpengaruh nyata terhadap bertambahnya jumlah daun, panjang daun, lebar daun, bobot buah, dan luas total tanaman (Pranata, 2006).
Panjang Daun (cm)
70.0 60.0 50.0
Delika Subang
40.0
Palembang
30.0
Mahkota Bogor
20.0 10.0 0.0 1
2
3
4
5
6
7
Bulan Setelah Tanam (BST)
Gambar 9. Grafik Rata-rata Panjang Daun Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST
Lebar Daun Gambar 10 menunjukkan grafik nilai rata-rata lebar pangkal daun pada tiga varietas nenas. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa lebar pangkal daun untuk ketiga varietas nenas berfluktuatif dari bulan ke bulan selama pengamatan, terutama dari 6 BST sampai 9 BST. Lebar pangkal daun tertinggi terjadi pada pengamatan 7 BST, yaitu untuk lebar pangkal daun varietas Delika Subang,
32 Palembang, dan Mahkota Bogor berturut-turut adalah 3.23 cm, 3.20 cm, dan 2.67 cm. Berfluktuatifnya lebar pangkal daun ini disebabkan karena bentuk daun nenas ada yang melengkung atau membentuk seperti pipa sehingga ketika dilakukan pengukuran maka terjadi penurunan ukuran dari ukuran pada pengamatan bulanbulan sebelumnya. Seperti yang jelas terlihat yaitu setelah 7 BST terjadi penurunan lebar pangkal daun sampai 9 BST untuk ketiga varietas kecuali varietas Palembang pada 9 BST yang mengalami kenaikan kembali menjadi 3.17 cm. Berdasarkan pengamatan, varietas yang mempunyai bentuk tepi daun melengkung adalah varietas Palembang dan varietas Delika Subang, sedangkan untuk varietas Mahkota Bogor hanya sebagian kecil yang tepi daunnya seperti pipa.
Lebar Daun (cm)
3.5 3.0 2.5
Delika Subang Palembang Mahkota Bogor
2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1
2
3
4
5
6
7
Bulan Setelah Tanam (BST)
Gambar 10. Grafik Rata-rata Lebar Daun Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST
Jumlah Daun Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa rata-rata jumlah daun untuk varietas Delika Subang, Palembang, dan Mahkota Bogor pada 9 BST berturutturut adalah 32.700, 30.800, dan 26.867 helai. Jumlah daun pada tanaman nenas dewasa dapat mencapai 70-80 helai, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun per bulan adalah 5-6 helai (Nakasone dan Paull, 1998). Menurut Nasution (2008), tinggi tanaman, diameter tajuk, jumlah daun, dan panjang daun dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi tidak langsung untuk meningkatkan bobot buah.
33
35.0
Jumlah daun
30.0 25.0
Delika Subang Palembang Mahkota Bogor
20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 1
2
3
4
5
6
7
Bulan Setelah Tanam (BST)
Gambar 11. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tiga Varietas Nenas pada 3 sampai 9 BST Nisbah Bobot Buah Terhadap Bobot Tanaman Nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman yang diharapkan dari tanaman nenas adalah besar. Semakin besar nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman menunjukkan bahwa tanaman memiliki jumlah daun sedikit sehingga diameter tajuknya pun semakin sempit. Hal tersebut baik untuk meningkatkan jumlah populasi tanaman, sehingga menguntungkan dalam produksi. Menurut Indriani (2004), salah satu tipe ideal untuk nenas kalengan adalah nenas yang memiliki nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman 0.75. Berdasarkan hasil uji t (Tabel 3 menunjukkan bahwa yang mempunyai rataan paling tinggi dibandingkan kedua varietas lain dalam karakter nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman adalah varietas Mahkota Bogor yaitu sebesar 0.64 (Tabel 4). Nilai nisbah tersebut menunjukkan bahwa bobot buah adalah separuh dari bobot tanaman.
Panjang Duri Daun Nenas dapat dikelompokan berdasarkan beberapa kriteria, salah satunya adalah ada tidaknya duri pada daun. Jenis nenas yang termasuk dalam pengelompokan ini adalah nenas Queen dan Smooth Cayenne. Berdasarkan uji banding terhadap panjang duri antara varietas Mahkota Bogor dengan varietas Palembang menunjukkan bahwa panjang kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata dimana rata-rata panjang duri untuk varietas Palembang dan Mahkota Bogor berturut-turut adalah 2.43 mm dan 2.16 mm.
34 Tabel 4 Rataan, dan Nilai Tengah Tiga Varietas Nenas pada Beberapa Karakter Kuantitatif Karakter Tinggi tanaman Panjang daun Lebar daun Jumlah daun Nisbah bobot buah terhadap bobot tanaman* Panjang duri daun (mm) Bobot buah (g) Panjang tangkai buah (cm) Diameter tangkai buah (cm) Diameter batang (cm) Jumlah braktea pada tangkai buah (helai) Panjang buah (cm) Diameter buah (cm) Jumlah mata Tebal kulit buah (cm) Diameter hati (cm) Kedalaman mata (cm) PTT bagian pangkal (0Brix) PTT bagian tengah (0Brix) PTT bagian ujung (0Brix) Kekerasan kulit buah (mm/detik) Kekerasan daging buah (mm/detik)
PAL 59.20 54.10 3.20 30.8
Rataan MB 60.30 56.70 2.60 26.9
Nilai Tengah PAL MB DS 59.30 58.60 67.20 53.60 55.70 63.20 2.40 2.90 3.30 31.0 24.2 34.2
DS 65.30 60.80 2.80 32.7
0.62
0.64
0.53
0.63
0.49
0.62
2.43
2.16
-
2.50
2.25
-
304.73
317.23
560.84
281.25
328.29
437.2
16.43
15.38
19.90
16,25
16.00
19.80
1.77
1.93
1.72
1.75
1.91
1.64
4.04
4.46
4.45
3.99
4.52
4.35
3.23
4.08
4.93
3.00
4.00
5.00
7.25 7.54 61.23 0.43 1.86
7.64 7.83
7.04 7.59 56.00 0.44 1.80
7.65 7.82
68.60 0.46 1.88
9.66 8.74 66.60 0.35 1.73
65.00 0.44 2.00
8.97 8.37 63.00 0.34 1.50
0.90
0.46
0.35
0.93
0.44
0.34
15.90
16.88
19.05
16.00
17.80
18.80
17.25
17.86
16.51
17.35
18.00
15.20
15.08
15.58
12.32
15.25
16.00
12.30
6.38
7.80
5.80
6.00
8.00
6.00
59.65
71.40
75.27
63.00
74.00
77.00
Ket: * data merupakan hasil transformasi √Y
Bobot Buah Karakter bobot buah hasil Uji t pada Tabel 3 menunjukkan bahwa bobot buah varietas Palembang tidak berbeda dengan bobot buah varietas Mahkota
35 Bogor, namun kedua varietas ini sangat berbeda nyata dengan varietas Delika Subang, dimana bobot rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh varietas Delika Subang yaitu sebesar 560.84 g. Berdasarkan hasil penelitian Nasution (2008) menunjukkan bahwa jumlah daun berkorelasi nyata terhadap bobot buah. Hal ini terbukti bahwa varietas Delika Subang mempunyai rataan jumlah daun tertinggi dan berbeda nyata dengan varieas Palembang dan Mahkota Bogor (Tabel 3 & 4).
Panjang Tangkai Buah Panjang tangkai buah varietas Palembang tidak berbeda dengan Mahkota Bogor namun berbeda dengan Delika Subang, begitu pula dengan Mahkota Bogor terhadap Delika Subang. Panjang tangkai buah tertinggi ditunjukkan oleh varietas Delika Subang. Tangkai buah yang diharapkan pada nenas adalah tangkai yang tidak terlalu panjang dan kokoh sehingga dapat mencegah kerebahan buah akibat kurang kuatnya tangkai dalam menyangga buah.
Diameter Tangkai Buah Diameter tangkai buah yang diharapkan dalam kriteria seleksi tanaman nenas adalah dimeter tangkai yang berukuran lebar. Hal tersebut disebabkan karena dengan semakin besar diameter tangkai berarti semakin besar ukuran buah, namun biasanya diameter tangkai akan berhubungan dengan diameter hati. Oleh karena itu Rostini (2007) menjelaskan bahwa dalam pemuliaan nenas sangat diharapkan jika ada diameter tangkai yang lebar tapi diameter hati sempit. Diameter tangkai buah antara varietas Palembang dengan Delika Subang tidak menunjukkan perbedaan, sedangkan untuk Mahkota Bogor memiliki diameter batang yang berbeda dengan kedua varietas lain yang diuji. Diameter tangkai buah tertinggi ditunjukkan oleh varietas Mahkota Bogor.
Diameter Batang Varietas Palembang mempunyai diameter batang yang tidak berbeda dengan varietas Mahkota Bogor dan Delika Subang, namun lain halnya dengan Mahkota Bogor yang memiliki diameter batang yang berbeda dengan Delika Subang. Diameter batang diukur pada bagian bawah batang. Varietas yang
36 memiliki rataan diameter tertinggi ditunjukkan oleh varietas Mahkota Bogor yaitu sebesar 4.46 cm (tabel 4).
Jumlah Braktea pada Tangkai Buah Braktea pada tangkai buah merupakan daun-daun kecil yang muncul pada tangkai. Braktea tersebut mempunyai ukuran yang berbeda dalam satu tangkai, dimana makin ke atas panjang braktea semakin mengecil. Keberadaan braktea pada tangkai buah ini dihitung jumlah seluruhnya kecuali tiga tangkai braktea yang berada tepat di bawah atau di dasar buah. Jumlah braktea pada ketiga varietas yang diuji menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan jumlah barktea untuk tiga varietas tersebut. Adapun nilai tengah dari jumlah braktea tertinggi yaitu varietas Delika Subang sebesar 5 helai.
Panjang Buah Panjang buah untuk varietas Palembang dan Mahkota Bogor menunjukkan hasil yang tidak berbeda, tapi pada varietas Delika Subang menunjukkan hasil bahwa panjang buah berbeda baik dengan Mahkota Bogor ataupun dengan Palembang. Berdasarkan hasil pada tabel 3, terlihat bahwa varietas Delika Subang mempunyai rataan dan nilai tengah yang paling tinggi dibanding kedua varietas lain yang diuji.
Diameter Buah Pada karakter diameter buah sama halnya dengan karakter panjang buah dimana varietas Palembang dan Mahkota Bogor memiliki diameter buah yang tidak berbeda nyata, sedangkan diameter buah tertinggi ditunjukkan oleh varietas Delika Subang (Tabel 4) yang juga sangat berbeda nyata dengan kedua varietas lain yang diuji. Hasil penelitian dari Nasution (2008) menunjukkan bahwa tinggi tanaman, jumlah daun, dan lebar daun berkorelasi positif dan nyata terhadap diameter buah. Selanjutnya diameter buah, tinggi tanaman, diameter tajuk, dan lebar daun berkorelasi positif dan nyata dengan bobot buah.
37 Jumlah Mata Buah nenas merupakan buah senokarp yang terbentuk dari penebalan poros pembungaan dan peleburan dari masing-masing bunga yang kecil, buah berbentuk buni dengan kulit buah yang keras yang terbentuk dari kelopak dan braktea yang tidak rontok (Verheij dan Coronel, 1996). Buah-buah yang kecil tersebut yang disebut sebagai mata buah. Jumlah mata buah untuk varietas Delika Subang tidak berbeda baik dengan varietas Palembang maupun dengan Mahkota Bogor. Hal ini disebabkan karena varietas Delika Subang memiliki permukaan mata yang cukup besar jika dibandingkan dengan Palembang dan Mahkota Bogor, sehingga meskipun ukuran buah Delika Subang lebih besar dari varietas lainnya tapi jumlah mata yang dimiliki tidak berbeda nyata.
Tebal Kulit Buah Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tebal kulit buah varietas Delika Subang berbeda baik dengan varietas Palembang maupun dengan varietas Mahkota Bogor. Sedangkan tebal kulit antara varietas Palembang dengan Mahkota Bogor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Kriteria yang diharapkan pada nenas adalah yang memiliki tebal kulit yang tipis agar tidak akan banyak daging buah yang terbuang. Varietas Delika Subang mempunyai tebal kulit buah paling rendah dibandingkan dengan kedua varietas lain yang diuji.
Diameter hati (core) Diameter hati untuk ketiga varietas yang diuji menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Rata-rata diameter hati untuk varietas Palembang adalah 0.9 cm, Mahkota Bogor 0.46 cm dan untuk varietas Delika Subang 0.35 cm. Pada dasarnya kriteria seleksi untuk buah nenas adalah yang memiliki buah besar dengan diameter hati yang kecil, atau dapat pula ukuran buah kecil dengan diameter hati yang kecil pula tergantung dari tujuan pemuliaan nenas itu sendiri. Nenas Mahkota Bogor dan Palembang adalah contoh nenas yang memiliki core berukuran tidak terlalu besar dan bagian core ini dapat dimakan.
38 Kedalaman Mata Kedalaman mata merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam penentuan kriteria nenas yang diinginkan. Kedalaman mata ini berhubungan dengan seberapa besar bagian buah yang dapat dimakan. Semakin dalam mata buah berarti semakin banyak bagian daging buah yang terbuang. Kedalaman mata pada varietas Mahkota Bogor berbeda dengan varietas Delika Subang, sedangkan untuk perbandingan kedua varietas lain yang diuji adalah tidak berbeda nyata. Kedalaman mata berhubungan dengan profil mata buah. Hal ini dibuktikan bahwa varietas Delika Subang yang memiliki profil mata buah yang rata ternyata memiliki kedalaman mata yang paling rendah dibanding dengan dua varietas lain yang diuji.
Padatan Total Terlarut (PTT) Padatan total terlarut atau tingkat kemanisan buah diukur pada tiga bagian yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung buah dengan menggunakan handrefractometer . Tingkat kemanisan buah berbeda-beda untuk setiap bagian yang diamati. PTT bagian pangkal tertinggi ditunjukkan oleh varietas Delika Subang yaitu dengan rataan sebesar 19.05 0Brix, urutan selanjutnya adalah Mahkota Bogor sebesar 16.88
0
Brix, dan 15.90
0
Brix. PTT bagian tengah buah
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara ketiga varietas. Rata-rata nilai PTT bagian tengah buah untuk varietas Palembang, Mahkota Bogor, dan Delika Subang berturut-turut adalah 17.25 0Brix, 17.86 0Brix , dan 16.51 0Brix (tabel 4). Sedangkan untuk PTT bagian ujung buah antara varietas Palembang dengan Mahkota Bogor menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata, sedangkan untuk varietas Delika Subang berbeda baik dengan varietas Palembang maupun dengan Mahkota Bogor. Rataan PTT bagian ujung tertinggi ditunjukkan oleh varietas Mahkota Bogor yaitu sebesar 15.58 0Brix. Bagian ujung buah memiliki rata-rata tingkat kemanisan yang paling rendah dibandingkan dengan bagian pangkal maupun ujung, hal ini berlaku untuk semua varietas. Sedangkan untuk bagian tengah buah memiliki tingkat kemanisan tertinggi kecuali untuk varietas Delika Subang, dimana PTT tertinggi ada pada bagian pangkal. Hal ini diduga karena tingkat kemerataan antara ketiga varietas
39 juga berbeda. Varietas Delika Subang memiliki tingkat kemerataan kematangan buah yang sedang jika dibandingkan dengan dua varietas lain yang diuji., sehingga bagian termanis ada di bagian pangkal buah.
Kekerasan Buah Kekerasan buah diukur pada dua bagian yaitu kulit dan daging buah. Nenas memiliki permukaan kulit yang cukup keras, dan semakin lama penyimpanan maka akan semakin keras dan kering kulit buah tersebut. Dalam penelitian ini, buah nenas diukur tingkat kekerasannya ketika buah telah disimpan selama 3 hari setelah panen (panen dilakukan pada 30% tingkat kematangan pohon) dan semua varietas diperlakukan hal yang sama. Hasil uji T menunjukkan bahwa varietas yang tidak berbeda nyata dalam karakter kekerasan kulit buah adalah varietas Palembang dengan Delika Subang, dimana tingkat kekerasan kulit buah tertinggi ditunjukkan oleh varietas Mahkota Bogor yaitu sebesar 7.80 mm/detik. Semakin keras permukaan kulit ataupun daging buah maka semakin kecil nilai yang diperoleh pada penetrometer. Lain halnya dengan kulit buah, daging buah menunjukkan nilai yang tinggi, artinya adalah struktur daging buah ”lembek” dan berongga sehingga untuk nilai kekerasan daging buah tertinggi ditunjukkan oleh varietas Delika Subang yang tidak berbeda nyata dengan Palembang dan berbeda nyata dengan Mahkota Bogor. Varietas Delika Subang memiliki kandungan air yang banyak (juice) sehingga sangat cocok sebagai buah olahan atau buah kalengan.
Jumlah Tunas Anakan (Sucker), Tunas Batang (Shoot), Tunas Tangkai Buah (hapas), dan Tunas Pangkal Buah (slip) Tunas anakan merupakan anakan nenas yang tumbuh dari bawah permukaan tanah. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa jumlah anakan antara varietas Palembang dan Mahkota Bogor sangat berbeda nyata. Mahkota Bogor memiliki jumlah tunas anakan yang jauh lebih banyak daripada varietas Palembang. Awal tumbuhnya tunas anakan pun lebih dulu tumbuh pada Mahkota Bogor daripada Palembang. Sedangkan untuk Delika Subang, jumlah tunas anakan tidak ditemui.
40 Shoot merupakan tunas yang tumbuh pada batang di bagian yang terletak di atas permukaan tanah. Jumlah tunas batang pada varietas Palembang dan Mahkota Bogor menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Berbeda dengan pernyataan Sutarto (1983) bahwa varietas Palembang lebih banyak menghasilkan tunas batang dibanding dengan nenas Bogor dan nenas Subang. Jumlah rata-rata shoot untuk varietas Palembang adalah satu shoot dalam satu tanaman. Berdasarkan pengamatan maka pada tiga varietas yang diuji tidak ditemukan adanya tunas tangkai buah (hapas). Sedangkan tunas pangkal buah (slip) ditemukan pada beberapa tanaman baik varietas Palembang maupun Mahkota Bogor. Tunas yang tumbuh pada pangkal batang sebaiknya berjumlah sedikit karena selain akan menutupi buah juga akan mempengaruhi terhadap perkembangan buah nenas.
Pembahasan Uji BUSS Varietas Delika Subang, Mahkota Bogor, dan Palembang tidak dapat dikatakan baru karena keberadaannya selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, namun ketiga varietas ini dapat dikatakan baru dalam hal belum didaftarkan untuk mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (Hak PVT). Suatu varietas dikatakan unik jika varietas tersebut dapat dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang mirip, sehingga dapat terlihat letak keunikan dari varietas tersebut. Pada penelitian ini, varietas Palembang dan Mahkota Bogor yang merupakan varietas dari jenis yang sama ternyata memiliki perbedaan pada beberapa karakter baik karakter kuantitatif maupun kualitatif. Namun karakter yang paling terlihat berbeda antar kedua varietas ini adalah karakter pola putaran mata buah pada putaran terpanjang, dimana untuk varietas Palembang memiliki pola putaran ke kiri dan untuk Mahkota Bogor memiliki putaran ke kanan. Penilaian keseragaman dilakukan dengan melihat keberadaan tipe simpang pada populasi tanaman. Keseragaman ditetapkan dengan standar 1% dengan peluang diterima paling sedikit 95% (PPI Nenas, 2006). Berdasarkan pengamatan tidak ditemukan adanya tipe simpang pada ketiga varietas. Oleh karena itu ketiga varietas ini dapat dikatakan sudah memenuhi kriteria seragam.
41 Rangkaian pelaksanaan uji BUSS harus berurutan yaitu mulai dari uji kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan. Uji kestabilan tidak selalu harus dilaksanakan karena biasanya varietas yang sudah seragam maka telah dapat dianggap stabil. Jika diragukan dan memang perlu diperlukan, maka pengujian kestabilan dilakukan dengan penanaman ulang pada tahun atau musim berikutnya. Dalam panduan Umum Uji BUSS (2006), menyatakan bahwa untuk varietas hibrida, pengujian dapat dilakukan dengan menguji varietas hibrida sekaligus menguji kestabilan dan keseragaman galur-galur tetuanya.
KESIMPULAN
Kesimpulan Varietas Delika Subang, Mahkota Bogor, dan Palembang tidak dapat dikatakan baru karena keberadaannya selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, namun ketiga varietas ini dapat dikatakan baru dalam hal belum didaftarkan untuk mendapatkan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (Hak PVT). Berdasarkan pengamatan keunikan maka karakter pembeda secara jelas antara jenis Smooth Cayenne (varietas Delika Subang) dengan jenis Queen (varietas Palembang dan varietas Mahkota Bogor) antara lain Smooth Cayenne memiliki duri hanya pada ujung atau pangkal daun saja, profil mata buah rata, dan banyak mengandung air sehingga sangat cocok untuk dijadikan produk olahan. Sedangkan untuk jenis Queen memiliki duri di sepanjang tepi daun, profil mata menonjol, dan memili daging buah yang kering sehingga cocok dijadikan sebagai buah segar (buah siap makan). Adapun varietas Palembang berbeda dengan varietas Mahkota Bogor pada karakter warna daun, warna kulit buah sebelum matang, warna kulit buah setelah matang, warna daging buah, dan pola putaran mata buah pada putaran terpanjang. Pada pengamatan keseragaman tidak ditemukan adanya tipe simpang pada ketiga varietas yang diuji, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa varietas Delika Subang, Palembang, dan Mahkota Bogor sudah seragam sehingga tidak diperlukan uji kestabilan.
Saran Pada Panduan Pengujian Individual (PPI) perlu diberikan keterangan mengenai cara pengamatan terhadap karakter-karakter tanaman yang diperlukan dalam Uji BUSS agar mempermudah pelaksanaan pengujian. Selain itu penulis juga menyarankan bahwa Varietas Delika Subang dapat dijadikan sebagai varietas contoh untuk nenas jenis Smooth Cayenne, sedangkan untuk nenas jenis Queen maka Mahkota Bogor atau Palembang dapat dijadikan sebagai varietas contoh dalam pelaksanaan uji BUSS.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S.1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Badan Pusat Statistik. Production of Fruits in Indonesia . www.bps.go.id. 3 Juni 2008. Badan Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (BPP Teknologi). Ananas comosus. http://www.ristek.go.id. 27 November 2007. Bari, A., S. Musa, dan E. Sjamsudin. 2006. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agromoni dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Collins, J. L. 1960. The Pineapple, Botany, Cultivation and Unitilization. Leonard Hill. London. Departemen Pertanian. Perlindungan Varietas Tanaman. www.deptan.go.id. 25 Juli 2007 Departemen Pertanian. Panduan Pengujian www.deptan.go.id. 25 Juli 2007
Individual
(PPI)
Departemen Pertanian. Profil Perlindungan Varietas www.database1.deptan.go.id/ppvt/profil/pengantar_kapus.php. 2007
Nenas.
Tanaman 25 Juli
Direktorat Tanaman Buah. 2006. Masalah Nenas dalam Gambar, Defisiensi Unsur Hara dan Gangguan Lainnya. Direktorat Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta. Indriani. 2004 Keragaan Kualitas Nenas Varietas Smooth cayenne Terseleksi di Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Irfandi. 2005. Karakterisasi Morfologi Lima Populasi Nenas. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Leal, F. and G. Coppens. 1996. Pineapple. P402-424. In J. Janick and J. N. Moore (Eds.). Fruit Breeeding. Volume I. Tree and Tropical Fruits. John Willey and Sons. Inc New York. Muljoharjo, M. 1983. Nenas dan Teknik Pengolahannya. Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian, Fateta, UGM.
44 Nakasone, H.Y and R.E. Paul. 1998. Tropical Fruits. CAB International. London. p.292 – 327. Nasution, M. A. 2008. Analisis Parameter Genetik dan Pengembangan Kriteria Seleksi bagi Pemuliaan Nenas (Ananas comosus L. Merr.) di Indonesia. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Ploetz, R.C., G.A. Zentmyer, W.T. Nishijima, K.G. Rohrbaca and H.D. Ohr. 1994. Pineapple In Compendium of Tropical Fruit Diseases. APS Press. USA. Pranata, B. Y. 2006. Pengaruh Ukuran Bibit terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Kesiapan Induksi Bunga Nenas Smooth Cayenne di Kabupaten Subang. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan Umum Pengujian Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan. Departemen Pertanian Jakarta Rostini, N., C. Bakti, dan S. Mubarok. 2007. Seleksi Nenas Hasil Persilangan Cayenne dengan Queen di Jatinangor. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang dibiayai oleh Hibah Kompetitif. Bogor. hal 205-209. Rukmana, R. 1996. Budidaya dan Pasca Panen Nenas. Kaniswi. Yogyakarta. Samsons, J. A. 1992. Tropical Fruits. United States with John Willey & Sons, Inc. New York. Sari, R. N. 2002. Analisis Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Populasi Nenas (A. comosus L. Merr.) Queen di Empat Desa Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia. Jakarta. Sunarjono, H. 2002. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta. Sunarti, E. 2002. Biologi Kutu Putih Nenas Dysmicoccus brevipes (Cock.) (Hemiptera: Pseudococcidae) pada Umbi Kentang. Skripsi. Departemen Hama dan Penyakit Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sutarto, I., A. Makmur, A. Sukasi, dan S. Solahudin. 1985. Beberapa pengamatan kualitatif keragaman antar klon dan dalam klon pada populasi tanaman nenas. Buletin Hortikultura.
45 Tohir, K. A. 1978. Bercocok Tanam Pohon Buah-buahan. Pradaya Paramita. Jakarta. Verheij, E.W. dan R. E. Coronel. 1997. Buah-buahan yang dapat dimakan. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara. Prosea 2 UPOV.
The UPOV System of Variety Plant Protection. http://www.upov.int/en/about/upov_system.htm. 9 September 2009.
LAMPIRAN
47 Tabel Lampiran 1. Data Klimatologi Daerah Pasirkuda, Bogor pada Mei 2007 – Juni 2008
Bulan Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008
Suhu Rata-rata (0C) 26.0 25.6 25.6 25.4 26.0 26.0 25.1 25.6 25.8 25.6
Kelembaban Rata-rata (%) 86.0 83.0 81.0 79.0 77.0 81.0 87.0 86.0 82.0 83.0
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Darmaga Bogor
Curah Hujan Rata-rata (mm/bulan) 198.5 348.0 142.4 72.2 233.7 119.0 337.9 475.2 292.4 330.8 429.4 423.0 147.6 152.0