1
SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE Analisis Cerita Dongeng dan Realitas Dalam Film Enchanted Melalui Pendekatan Semiotika
Aslina Dewi Agustina
Abstract Film is a set of story presented in the form of moving pictures and voices supported by many techniques of shooting, editing, and organized script. Nowadays, film is not only for entertainment interest, but it becomes important media to reach social and national purposes since it brings values of life. Enchanted is a fiction that shows some values of life by presenting the characteristics of two different lifes; fairy tale and reality. The differences can be studied through semiotic approach by analyzing symbolism and concept. Symbol is a sign that reflects ideas, thoughst, feelings, things, and action. Concept relates to perception and image whis is developing in society. The symbols and concepts related to fairy tales and reality appear during the process of metamorphosis Giselle and she becomes the real human. The symbols are presented in the wardrobe, make up, gestures, and voices. Besides the symbols are showed in some shots. The concepts are about love, relationship, marriage, survival, happily ever afteer, crimes, emotion, and heroism. Fairy tale and reality give choices, and people can decide. Key words:fairy tales, reality, semiotic, symbol. Concept, metamorphosis
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
2
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. Film merupakan gambar hidup, yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, atau oleh animasi. Dalam perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas, film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Karena film mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa manusia, sehubungan dengan ilmu jiwa sosial terdapat gejala apa yang disebut identifikasi psikologis. Kekuatan dan kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak. Film merupakan dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas yang mewakili realitas kelompok masyarakat. Baik realitas bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenar nya. Perkembangan film begitu cepat dan tidak terprediksi, membuat film kini disadari sebagai fenomena budaya yang progresif. Enchanted merupakan salah satu karya film fiksi yang dinilai sukses menggaet ribuan penonton penonton pada tahun 2007. Hal ini dikarenakan enchanted merupakan drama keluarga yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat, baik tua, muda maupun kanak-kanak. Selain itu, Enchanted menawarkan konsep yang berbeda dengan film fiksi lain. Seperti diketahui bahwa banyak sekali jenis film fiksi yang mempertontonkan cerita fantasi, khayal atau dongeng dan ada juga film fiksi yang mengangkat cerita realitas. Enchanted adalah film fiksi yang berusaha menyampaikan makna-makna kehidupan manusia dengan mengangkat cerita fantasi dongeng sekaligus realitas.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
3
Berbeda dengan film Alice and the Wonder Land atau Narnia yang membawa realitas ke negeri dongeng, Enchanted justru membawa suatu negeri dongeng pada kehidupan realitas manusia. Pemaknaan sebuah film melalui pendekatan semiotika dapat dilakukan melalui simbolisme, dimana ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan dapat diwakili oleh simbol-simbol tertentu. Dengan demikian, simbol merupakan wadah ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Itulah kandungan simbol. Isi itu diintrasformasikan secara konvensional dan arbitrer ke dalam suatu wadah yang disebut simbol tanpa ada hubungan langsung antara isi dengan wadahnya. Simbol mampu melingkupi dan merepresentasikan keseluruhan ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Selain simbolisme, kajian film juga dapat berupa analisis konsep yang muncul, yakni berupa konse-konsep yang dibangun melalui karakter dan unsur-unsur lain dalam film. Simbol dan konsep yang muncul mengenai dongeng dan realitas dalam film Enchanted dapat dikaji melalui pendekatan semiotika, ilmu tentang tanda dan makna. B. Rumusan Masalah 1. Simbol dan konsep apakah yang merepresentasikan cerita dongeng dan realitas dalam tahap metamorfosis Giselle pada film Enchanted? 2. Bagaimana model pengungkapan simbol dan konsep dalam film Enchanted?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini Bertujuan: 1. Mengetahui simbol dan konsep yang muncul sebagai representasi cerita dongeng dan realitas pada proses metamorfosis Giselle dalam film Enchanted 2. Memahami model pengungkapan simbol dan konsep pada film Enchanted.
D. Manfaat Penelitian Secara Teoritis :Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dalam bidang Ilmu ilmu semiotika. Secara Praktis:
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
4
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi pembuat film, agar dapat membuat film yang lebih kreatif, sarat makna dan sesuai dengan perkembangan budaya. 2. Dapat digunakan sebagai salah satu pendukung evaluasi kelebihan dan kekurangan film yang telah dibuat sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat menghasilkan film yang lebih berkualitas. E. Definisi kata kunci 1. semiotika: Ilmu tentang tanda dan makna 2. simbol: Tanda yang mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan 3. konsep: Citra, persepsi,pikiran 4. metamorfosis: Proses perubahan sesuatu, benda atau orang yang melalui beberapa fase/tahap 5. cerita dongeng: cerita klasik fantasi seperti Cinderella, Snow White, Sleeping Beauty, Rapunzel, dan Beauty adn The Beast 6. realitas: Kehidupan manusia di dunia nyata
II. KAJIAN TEORI Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
5
menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (Sobur, 2006). Ikon, Index, dan Simbol Dalam kajian semiotika, objek yang ditunjukkan oleh tanda biasa disebut dengan petanda meskipun penyebutan ini masih harus dijelaskan lebih jauh secara ilmiah. Dalam teori Saussure, petanda (signifie) adalah sandingan penanda (siginifiant). Sebuah tanda, khususnya tanda kebahasaan, merupakan entitas psikologis yang bersisi-dua atau dwimuka,terdiri dari unsur penanda (citra-bunyi) dan petanda (konsep). Kedua elemen tanda benar-benar menyatu dan saling tergantung. Kombinasi dari kedua unsur inilah yang kemudian menghasilkan tanda.Jadi, tanda dalam kajian ini berbeda dengan penanda yang hanya menjadi unsurnya. Mungkin dari sudut ini kemudian Peirce melihat bahwa tanda tidak menunjukkan kepada sesuatu secara utuh, yakni kepada seluruh sisi dan dayanya, tetapi hanya kepada sebagiannya. Artinya, hubungan antara tanda dan objek yang ditunjukkan adalah hubungan yang tak sempurna. Oleh karena itu, dibutuhkan komponen ketiga yang ia sebut faktor penafsir atau interpretant. Jadi, hubungan ini berpotensi beda dan selalu bisa mengalami perubahan sesuai dengan faktor penafsirnya itu. Karenanya, tanda bersifat dinamis. Menurut teori Peirce, dalam kaitannya dengan tiga komponen itu, ada tiga metode utama yang bisa kita tetapkan secara spesifik untuk melakukan proses representasi, penunjukan, atau simbolisasi. Oleh karenanya, kita bisa membedakan tanda-tanda ke dalam tiga tipe. Pertama, tanda yang menyerupai objek yang direpresentasikan atau acuan simbolnya, seperti maket dan peta. Peirce menyebut tanda ini dengan istilah icon, yaitu bentuk pengecilan dari objeknya atau miniatur. Kedua, tanda yang berkaitan secara nyata dengan objek yang ditunjukkannya seperti jarum jam dan penunjuk arah angin (weathercock). Tipe ini disebut oleh Peirce dengan istilah index. Ketiga, tanda yang keterikatannya dengan objek petandanya berlaku dalam pandangan umum atau tradisi (arbiter dan linear), seperti kata dan tanda lalu lintas. Tipe ketiga ini disebut oleh Peirce dengan istilah simbol.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
6
Ikon adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya (resembles) dengan objek yang digambarkan. Tanda visual seperti fotografi adalah ikon, karena tanda yang ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek. Sebuah foto kucing adalah ikon dari objek yang bernama kucing, karena foto kucing tersebut berusaha menyamakan dengan objek yang diacunya. Karena bentuknya yang sama/mirip dengan objek, ikon dapat diamati dengan cara melihatnya. Indeks adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-duanya dihubungkan. Indeks, merupakan tanda yang hubungan eksisitensialnya langsung dengan objeknya. Runtuhnya rumah-rumah adalah indeks dari gempa. Terendamnya bangunan adalah indeks dari banjir. Sebuah ideks dapat dikenali bukan hanya dengan melihat seperti halnya dalam ikon, tetapi juga perlu dipikirkan hubungan antara dua objek tersebut. Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran. Lampu lalu lintas adalah simbol, warna merah berhenti, hujau berarti jalan, palang merah adalah simbol yang maknanya diterima sebagai suatu kebenaraan melalui konvensi atau aturan dalam kebudayaan yang telah disepakati. Katagori-katagori tersebut tidaklah terpisah dan berbeda. Satu tanda bisa saja kumpulan dari berbagai tipe tanda. Jadi titik tekan semiotika Pierce pada semiotika visual. Berbeda dengan Sausure yang menitik beratkan pada semiotika linguistik. Representasi dan interpretasi simbol dapat bersifat denotatif dan konotatif. Pengertian denotasi dan konotasi di sini adalah suatu deretan interpretasi simbol secara bertingkat. Dengan kata lain, denotasi merupakan dasar interpretasi pada konotasi, sedangkan konotasi adalah interpretasi baru berdasarkan atau setelah denotasi. Dalam teori yang dikemukakan oleh Umberto Eco, semiotik konotatif terjadi apabila terdapat suatu semiotik yang ungkapannya meliputi semiotik lain. Misalnya, jika seseorang bertanya “Apakah kamu mencintai saya?” maka orang yang ditanya akan menjawab “ya, saya mencintai kamu”. Akan tetapi jika kalimat yang sama digunakan untuk menegur seorang kekasih karena terlambat datang, maka jawabannya akan berbeda atau bahkan mungkin sang kekasih hanya diam saja. Simbol yang pertama disebut makna atau interpretasi denotatif karena benar-benar
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
7
menanyakan perasaan cinta, sedangkan yang kedua disebut makna atau interpretasi konotatif yaitu yang timbul berdasarkan simbol pertama (denotasi). Dengan adanya keterbukaan interpretasi terhadap suatu simbol, maka makna simbol itu akan terbuka dan akan bisa berkembang secara dinamis. Tidak tertutup kemungkinan bahwa beberapa interpretasi baik konotatif maupun denotatif, bisa muncul dari satu simbol. Kemungkinan lain adalah bahwa interpretasi denotatif bisa hilang dari pemakaian simbol dan yang tetap bertahan adalah interpretasi konotatif. Simbol mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan. Dengan demikian, simbol merupakan wadah ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Itulah kandungan simbol. Isi itu diintrasformasikan secara konvensional dan arbitrer ke dalam suatu wadah yang disebut simbol tanpa ada hubungan langsung antara isi dengan wadahnya. Simbol mampu melingkupi dan merepresentasikan keseluruhan ide, perasaan, pikiran, benda dan tindakan. Proses penyimbolan itu disebut simbolisme. Analisis Semiotika Film Film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. Film merupakan gambar hidup, yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, atau oleh animasi. Tokoh yang paling dikenal sebagai Cine-Semiology adalah Christian Metz. Christian Meltz merupakan tokoh di bidang Semiotik Sinema di mana ia memunculkan beberapa bahasan mengenai pola pengambilan gambar dan makna di balik pengambilan gambar tersebut. Ia mengungkapkan bahwa film/sinema bukan suatu sistem bahasa tetapi itu adalah suatu bahasa (suatu tanda yang termotivasi) . Bidikan kamera/sinematik adalah seperti kata dalam kalimat . Jadi bidikan kamera itu bila diurutkan menjadi satu akan sama seperti kata-kata yang disusun hingga UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
8
menjadi suatu kalimat. Ia banyak menjelaskan mengenai shot (take gambar) untuk film. Shot bersifat tanpa batas dalam hal jumlah . Satu shot banyak sekali memberi informasi. Shot itu adalah satu unit yang merupakan penyajian terhadap suatu makna (actualized). Menurut ahli semiotik strukturalis Jacobson, bahasa itu memiliki enam macam fungsi (sudaryanto, 1990:12), yaitu : fungsi referensial (pengacu pesan), fungsi emotif (pengungkap keadaan pembicara), fungsi konotatif (pengungkap keinginan pembicara yang langsung atau segera dilakukan atau dipikirkan oleh sang penyimak), fungsi metalingual (penerangan terhadap sandi atau kode yang digunakan), fungsi fatis (pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dan penyimak), dan fungsi puitis (penyandi pesan). Jacobson yakin bahwa fungsi utama dari suara dalam bahasa adalah untuk memungkinkan manusia membedakan unit-unit sistematis, unit-unit yang bermakna, dan ini yang dilakukan dengan mengetahui ciri-ciri pembeda (distinctive feature) dari suatu suara yang memisahkan ciri-ciri suara yang lain. Fungsi bahasa yang berbeda tersebut, merupakan faktor-faktor pembentuk dalam setiap jenis komunikasi verbal. Addresser (pengirim) mengirimkan suatu message (pesan) kepada seorang adresse (yang dikirimi). Agar operative, pesan tersebut memerlukan context (konteks) sehingga mudah dipahami oleh yang dikirimkan dan dapat diverbalisasikan. Berangkat dari teori dasar inilah kemudian Metz mengembangkan metode analisis film dengan menggunakan teori strukturalis. Analisis film melalui pendekatan semiotik menurut Metz dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya jenis pengambilan gambar, tipe pengambilan gambar, suara, dan narasi. III. METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotika, yakni ilmu mengenai tanda dan makna. Penelitian ini menganalisis dan menggambarkan simbol dan konsep yang muncul dan memberi makna tentang dua kehidupan yang berbeda yakni dongeng dan realitas. Subjek dalam penelitian ini adalah film berjudul Enchanted, sebuah film produksi Walt Desney pada tahun 2007. Kajian Simbol dan konsep akan terfokus UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
9
pada tokoh Giselle dan juga beberapa tokoh pendukung lainnya yang dapat memperkuat data dan analisis. Simbol merupakan tanda yang mewakili ide, perasaan benda dan tindakan. Sementara konsep merupakan pikiran, persepsi dan pencitraan yang muncul di masyarakat. Analisis simbol dan konsep ini dilakukan pada fase metamorfosis Giselle, yakni fase perubahan seorang tokoh dari negeri dongeng yang berubah menjadi manusia dan hidup dalam realitas. Analisis data akan dibagi menjadi tahaptahap yang sesuai dengan tahap perubahan Giselle, yakni fase cerita dongeng, fase antara dongeng dan realitas, dan fase realitas.
IV. SIMBOL DAN KONSEP DALAM METAMORFOSIS GISELLE Berikut ini merupakan analisis terhadap simbol dan konsep berkenaan dengan representasi cerita dongeng dan realitas. Analisis simbol dan konsep ini terdapat dalam beberapa fase proses metamorfosis Giselle atau fase perubahan Giselle dari UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
10
tokoh cerita dongeng menjadi manusia utuh dalam kehidupan realitas. Fase tersebut meliputi: 1. fase cerita dongeng, dimana Giselle hidup sebagai tokoh cerita dongeng. Dalam fase ini simbol dan konsep yang muncul adalah simbol-simbol dan konsepkonsep cerita dongeng. 2. Fase antara cerita dongeng dan realitas, dimana Giselle hidup diantara dua simbol dan konsep yang berbeda, yakni cerita dongeng dan realitas, sehingga simbol dan konsep dua kehidupan tersebut dibandingkan dan lebih terlihat perbedaannya. 3. Fase realitas, dimana Giselle telah berubah menjadi manusia dengan simbol dan konsep yang dimunculkannya adalah kehidupan realitas. FASE I; GISELLE DALAM CERITA DONGENG Pada 10 menit pertama film Enchanted, kita dibawa pada sebuah negeri dongeng dengan segala nuansa dan karakteristik cerita dongeng pada umumnya. Penonton seolah dibawa dan diingatkan pada kisah cerita dongeng Cinderella, Snow White, Rapunzel dan cerita dongeng lainnya yang memiliki karakteristik yang sama dalam hal jalan cerita, penokohan, dan konsep-konsep lain yang menjadi ciri khas cerita dongeng. Secara umum, topik yang diangkat dalam cerita dongeng berkisar tentang kehidupan manusia biasa yang mendapat masalah tapi menemukan pertolongan oleh keajaiban yang terjadi dalam hidupnya. Keajaiban
yang
terjadi
bukanlah
oleh
mukjizat Tuhan melainkan oleh intervensi
Gb. 1. Giselle sebagai tokoh dongeng
dari peri, liliput, dan penyihir. Tokoh-tokoh yang menjadi karakter utama, protagonis, dalam kumpulan cerita dongeng kebanyakan adalah masyarakat petani atau pedagang. Dalam beberapa cerita, ada pula tokoh yang berasal dari keluarga kerajaan, tetapi jumlahnya tidak banyak. Ini sepertinya mencerminkan pola pikir masyarakat yang berpihak pada kaum pekerja yang senantiasa menghadapi masalah dalam hidup mereka dibandingkan kaum berkuasa dan berpunya. Meskipun begitu, ada pula karakter dari latar belakang keluarga kerajaan yang tertimpa masalah
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
11
seperti Puteri Tidur dan Putri Salju. Sedang tokoh antagonis biasa diperankan oleh wanita penyihir, ibu tiri, dan wanita licik, jarang sekali ada tokoh pria yang jahat. Tema cerita dalam kumpulan dongeng berputar sepanjang pertarungan antara orang baik dan orang jahat. Orang baik biasanya digambarkan sebagai orang yang lemah, dari segi kekuatan, dan hidup sederhana. Sayangnya, kehidupan mereka yang biasa-biasa saja sering diganggu oleh masalah. Orang jahat yang mengganggu mereka adalah orang-orang yang iri atau ingin mencuri harta milik mereka. Mereka cemburu lantaran orang lemah ini masih memiliki sesuatu yang tidak ada pada diri mereka. Ratu iri pada Putri Salju karena kecantikan miliknya. Sedang saudara tiri Cinderella cemburu pada kecantikannya yang melebihi diri mereka. Untungnya, tokoh baik dalam cerita mendapat bantuan dari pihak-pihak non manusia seperti peri, hewan, kurcaci, penyihir baik hati, atau, yang paling sering, ksatria tampan nan perkasa. Lewat pertolongan tokoh baik hati inilah mereka yang tertimpa masalah bisa menemukan jalan keluar dan menjadi pemenang. Tidak berbeda dengan gambaran cerita dongeng di atas, Enchanted juga mengetengahkan karakteristik, penokohan, dan tema sebuah cerita dongeng pada awal penyajiannya. Dan ini merupakan fase awal metamorfosis tokoh Giselle sebagai pemeran utama wanita pada film ini. Simbol-simbol yang muncul pada setiap tokoh dan adegannya merupakan representasi karakteristik cerita dongeng.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
12
Seperti cerita dongeng lainnya, film diawali oleh pembacaan narasi oleh seorang narator yang menceritakan garis besar cerita fase awal ini dan juga memperkenalkan tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya. Tokoh-tokoh yang muncul pada fase awal ini diantaranya adalah Giselle, Ratu Narissa yang jahat, Pangeran Edward yang tampan ,Nathaniel si pengawal gendut, dan beberapa binatang yang dapat berbicara atau berkomunikasi. Giselle adalah seorang gadis sebatang kara yang hidup di sebuah rumah pohon dan hanya ditemani oleh binatang-binatang yang dapat berbicara. Seperti laiknya cerita dongeng, ia adalah gadis yang mendambakan seorang pangeran tampan yang kelak akan menikahinya. Harapannya ini direpresentasikan melalui lagu tentang cinta sejati dan true love kiss , bernyanyi dengan binatang-binatang sambil mengukir sebuah patung pangeran. Seketika munculah tokoh Pangeran Edward dengan kuda putihnya tatkala mendengar senandung Giselle. Mereka pun bertemu dan langsung saling jatuh cinta bahkan langsung memutuskan untuk menikah. Hanya dari satu peristiwa yakni jatuh dari pohon, kita bisa melihat konsep
percintaan
yang
singkat
dalam
negeri
dongeng sekaligus menjadi penutup fase pertama ini, dimana
sang
gadis
telah
menemukan cinta sejatinya. Gb. 2 Giselle bertemu Edward langsung jatuh cinta
yang
Representasi
lain
nampak
fase
pada
pertama ini diantaranya, gaun pengantin Giselle yang dibuat oleh para binatang, istana kerajaan yang megah, dan kereta kencana yang dinaiki Giselle ketika menuju istana. Selain itu tokoh Ratu Narissa yang jahat dan berpakaian hitam dan berwajah kejam dengan make up serba hitam yang kemudian berubah wujud menjadi nenek sihir. Motiv kejahatannya pun adalah perebutan harta kerajaan dan modus kejahatannya berupa sumur ajaib, dimana Giselle disingkirkan dengan cara dilempar pada sumur tersebut. Dan ini menjadi batas fase pertama Giselle, yakni fase dimana Giselle adalah karakter cerita dongeng dan hidup dalam negeri dongeng sepenuhnya.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
13
FASE II GISELLE: ANTARA DONGENG DAN REALITAS Fase ini diawali ketika Giselle mendapati
dirinya
telah
berubah
wujud/fisik menjadi manusia dan terdampar di negeri asing, yang tiada lain adalah dunia manusia atau realitas. Sang sutradara memperlihatkan Bank Amerika
untuk
menunjukan bahwa dunia realitas yang Gb.3. Giselle berubah fisik
dimaksud adalah kota New York, AS. Dalam kehidupannya pada fase inilah ia
bertemu dengan karakter manusia yakni Robert, seorang duda beranak satu yang berprofesi sebagai pengacara; Morgan, seorang anak berusia 7 tahun yang mnyenangi cerita-cerita dongeng; Nancy, tunangan Robert, dan beberapa pemeran pendukung lainnya yang merepresentasikan karakter manusia dan realitas. Fase ini berlangsung selama 60 menit atau sekitar 60% dari durasi keseluruhan. Hal ini berarti bahwa fase inilah yang paling mendominasi dan menentukan jalan cerita keseluruhan, yakni fase dimana tokoh Giselle menapaki dirinya sebagai seorang tokoh dongeng yang berangsur berubah seiring dengan banyak hal yang ia temukan dan ia pelajari di dunia manusia atau realitas, sampai membawa dirinya benar-benar berubah menjadi manusia.
Analisis pada fase ini lebih kepada membandingkan simbol-simbol dan konsep-konsep yang muncul dan dibangun diantara dua kehidupan berbeda, yakni dongeng dan realitas. Penulis mengkaji tokoh Giselle sebagai representasi cerita dongeng dan membandingkannya dengan simbol-simbol dan konsep-konsep yang ditampilkan oleh karakter lain sebagai manusia dalam realitas.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
14
Busana dan Make up Giselle Simbol yang paling menonjol yang merepresentasikan tokoh Giselle sebagai gadis cantik dari negeri dongeng adalah cara ia berpakaian dan berdandan. Kemunculan pertamanya menarik perhatian banyak orang karena gaun pengantin dan tampilan Giselle yang tampak konvensional dan tidak sesuai dengan model gaun pengantin tahun 2007 di kota New York. Selain itu, selama fase ini, Giselle tetap menampilkan gaun khas negeri dongengnya yang ia buat dari kain gorden dan karpet dengan model dan warna layaknya seorang puteri negeri dongeng. Tatanan rambut Giselle pada fase ini adalah model rambut cukup panjang, ikal, dan dihiasi pita-pita berwarna, yang tentu saja tidak mencerminkan model tatanan rambut lurus yang sedang trend di kota New York pada saat itu.
Gb.4 Melalui lagu Giselle mengungkapkan perasaan
Suara dan Gerak-gerik Giselle Pada menit-menit awal kehidupan Giselle di dunia realitas, karakternya masih kental dengan cerita dongeng. Suara Giselle yang mendayu-dayu ketika berbicara dengan Robert dan cara Giselle menggeliat ketika bangun pagi masih menunjukan seorang tokoh cerita dongeng. Begitu pun kebiasaan Giselle yang mengungkapkan segala hal melalui lagu juga tetap ia lakukan. Misalnya ketika ia hendak membereskan rumah, ia memanggil binatang-binatang dengan suaranya yang khas untuk membantunya. Ia pun bernyanyi sambil membereskan rumah. Pun halnya ketika ia ingin mengungkapkan harapan-harapannya; seperti dalam cerita dongeng, harapan diungkapkan melalui lagu dan menyanyi di atas balkon. Selain itu, satu lagu yang Giselle nyanyikan pada fase ini yang menjadi soundtrack utama flm ini sekaligus menunjukan bahwa dalam cerita dongeng ungkapan perasaan dan cinta lebih banyak diungkapkan melalui lagu.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
15
Karakter Binatang Seperti dikemukakan di atas bahwa cerita dongeng umumnya melibatkan tokoh binatang yang bergaul dengan tokoh manusia dan bisa berbicara. Binatangbinatang itu hidup berdampingan tanpa mempertimbangkan hukum alam tentang rantai makanan; ada pemangsa ada yang dimangsa. Itulah yang juga ditunjukan dalam fase kesatu metamorfosis Giselle. Namun bagaimana kini ketika Giselle telah memasuki dunia realitas? Seekor Chipmunk dari negeri dongeng bernama Pip yang menyususl Giselle ke dunia realitas tiba-tiba mendapati dirinya tidak bisa berbicara. Begitu pula Ketika Giselle memanggil teman-teman binatangnya dari atas balkon, binatang-binatang pun berdatangan, tapi kali ini berbeda. Mereka adalah binatang yang tak dikenalnya, binatang yang hidup pada dunia realitas dan binatang yang tidak bisa berbicara. Binatang-binatang itu tampak akur pada saat membantu Giselle, tapi diakhir adegan membersihkan rumah, hukum rantai makanan mulai berlaku, dimana seekor burung akhirnya memakan seekor kecoa.
Identitas Giselle Dalam cerita dongeng, ketika seorang tokoh bertemu bertemu dengan tokoh lainnya, menanyakan kartu identitas bukanlah sesuatu yang penting dan memang tidak ada kartu identitas dalam sistem kehidupan dunia dongeng. Berbeda ketika Giselle kini berhadapan dengan manusia di dunia realitas. Langkah pertama Robert ketika hendak menolong dan memulangkan Giselle ke tempat asalnya adalah dengan mencari identitas Giselle, baik berupa KTP, SIM, maupun passport. Ini menjadi salah satu simbol perbedaan antara dongeng dan realitas. Kartu identitas merupakan hal yang sangat penting dan menentukan dalam kehidupan realitas
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
16
Cinta yang membutuhkan proses Pada fase kesatu, dimana Giselle hidup sebagai tokoh cerita dongeng, ia bertemu dengan sang Pangeran, Edward, melalui lagu duet dan kemudian mereka langsung jatuh cinta sesaat setelah Edward menangkap Giselle yang terjatuh dari pohon. Dalam cerita dongeng, cinta tampak sesuatu yang instant dan sederhana. Namun hal itu tidak terjadi pada dunia realitas, dimana cinta adalah sesuatu yang tidak mudah dirasakan karena membutuhkan proses dan terkadang rumit. Hal ini ditunjukan ketika Robert menangkap Giselle ketika jatuh dari atas toko sebagai awal pertemuannya. Gb.5 Giselle dan Robert tidak langsung jatuh cinta
Namun lantas mereka tidak langsung jatuh cinta. Begitu pula ketika mereka jatuh bersama-sama di
kamar mandi, perasaan cinta itu tetap belum ada. Adegan ini dapat merupakan simbol bahwa cinta memang membutuhkan proses. Cinta dalam dunia realitas memanglah sesuatu yang rumit. Pertengkaran antara Robert dan Nancy dan rentang pacaran antara Robert dan Nancy yang sudah berjalan selama 5 tahun merupakan hal yang aneh bagi Giselle yang tidak mengenal konsep kencan dan akan menikahi Edward yang baru dikenalinya selama 1 hari. Perkawinan, Perceraian vs ‘Happily ever after’ Konsep perkawinan dan perceraian dalam dunia realitas pertamakali ditunjukan oleh profesi Robert sebagai seorang pengacara yang sedang mengurus perceraian sepasang suami istri. Selain itu, tokoh Robert sendiri adalah seorang duda yang ditinggalkan oleh istrinya. Hal ini menunjukan demikianlah dalam dunia realitas. Ada perkawinan namun juga ada perceraian. Berbeda dengan cerita dongeng yang tidak mengenal konsep perceraian, perpisahan, perselingkuhan, bahkan perselisiahan antara pasangan. Hal , ini ditunjukan oleh Giselle ketika ia menangis di kantor Robert tatkala mengetahui ada sepasang suami istri yang hendak bercerai, karena yang tertanam dalam diri Giselle sebagai karakter dongeng adalah konsep ‘happily ever after’. Satu lagi hal berbeda dan berat yang dihadapi Giselle dalam UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
17
proses metamorfosis ini. Namun Giselle banyak belajar, terutama dari Robert. Percakapan antara Robert dan Giselle di restoran menunjukan suatu proses perubahan Giselle tentang konsep ‘happily ever after’. Tokoh dan Profesi Profesi atau bidang pekerjaan dalam cerita dongeng meliputi profesi sebagai petani,
pedagang,
bahkan
kadang
disinggung
tukang tidak
masalah
kayu pernah
pekerjaan.
Seperti kita ketahui dalam dunia realitas, terdapat ratusan bahkan ribuan profesi yang bisa digeluti. Bahkan
film-film
mengetengahkan
realitas
yang
Gb. 6 Para petugas yang dipanggil “petani”
pun
banyak mengangkat masalah profesi, atau paling tidak, tokoh yang melakoni film itu dilatarbelakangi oleh bidang pekerjaan tertentu. Perbedaan Ini merupakan hal yang ditunjukan dalam Enchanted. Terlihat ketika Pangeran Edward memanggil para pekerja perbaikan jalan dengan sebutan ‘petani’. Pada fase ini ditunjukan berbagai profesi atau bidang pekerjaan manusia yang tidak terdapat dalam cerita dongeng, diantaranya pengacara, petugas perbaikan jalan, sopir, resepsionis, desainer, penjaga toko, pekerja salon, pengemis, pelayan restoran, dan koki. Dimunculkannya berbagai manusia dan pekerjaannya ini juga sebagai simbol bahwa untuk dapat bertahan hidup dalam realitas itu butuh usaha dan perjuangan. Ibu tiri; baik atau jahat? Jika kita bertanya pada anak kecil mengenai ibu tiri, pasti ia akan menjawab bahwa ibu tiri itu jahat, tidak sayang, dan suka menyiksa. Atau tanya saja setelah bercerai atau ibunya meninggal apakah ayahnya boleh menikah lagi atau tidak. Hampir dapat dipastikan jawabannya adalah ‘tidak’. Hal ini karena sosok ibu tiri terutama bagi anak kecil adalah sosok yang jahat, tidak menyenangkan, dan tidak diinginkan. Mungkin terbentuknya pemikiran seperti tadi karena konsep ibu tiri jahat banyak disuguhkan dalam cerita dongeng yang notabene banyak dinikmati oleh UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
18
anak-anak. Cinderella misalnya yang menjadikan ibu tiri jahat sebagai sumber penderitaan dan masalah. Memang benar bahwa sosok ibu tiri dalam cerita dongeng adalah sosok yang kejam, dengan mata yang melotot, suka menyiksa, dan hanya membawa penderitaan. Sama halnya dengan tokoh Narissa yang merupakan ibu tiri pangeran Edward yang menjadi tokoh antagonis utama dalam film ini, namun Narissa tetaplah tokoh cerita dongeng, karena ibu tiri dalam realitas tentu tidak seperti yang disimbolkan oleh Narissa atau tokoh ibu tiri dalam cerita dongeng lainnya. Inilah kenapa Morgan begitu enggan menerima Nancy, tunangan ayahnya. Morgan diceritakan sebagai seorang anak penikmat cerita dongeng yang paham betul mengenai ibu tiri yang jahat. Hal ini ditunjukan dalam ujaran Morgan “You mean, step mother” yang memberikan tekanan pada kata step mother. Padahal tentu saja kehadiran Nancy atau ibu tiri dalam realitas tidak selalu seperti dalam cerita dongeng. Nancy sendiri sebagai calon ibu tiri Morgan bukanlah karakter jahat atau antagonis. Nancy merepresentasikan konsep ibu tiri dalam dunia realitas.
FASE III; GISELLE DALAM REALITAS Akhir dari cerita film ini adalah mengubah sosok Giselle yang pada awalnya adalah karakter cerita dongeng, berubah menjadi manusia seutuhnya dan memutuskan hidup di dunia realitas dengan menikah dengan Robert. Fase ketiga ini merupakan fase terakhir dimana Giselle sudah dapat diklaim sebagai manusia utuh. Analisis pada fase ini mengetengahkan simbol-simbol yang merepresentasikan perubahan Giselle serta konsep dongeng dan realitas yang muncul pada fase terakhir ini. ‘Marah’ bentuk emosi manusia Fase ini diawalai oleh suatu pertengkaran dan argumen antara Giselle dan Robert yang mempertentangkan konsep harapan dan kenyataan. Giselle dengan keyakinan tentang ending yang bahagia dari suatu kisah cinta tetap yakin bahwa Pangeran pujaannya Edward akan datang dan menjemputnya. Sementara Robert, UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
19
sosok manusia yang pernah merasakan pahitnya kenyataan cinta dengan ditinggalkan istrinya mencoba meyakinkan Giselle bahwa Edward mungkin tidak akan datang dan kisah cinta itu tak harus berakhir bahagia. Lagi-lagi ‘happily ever after’ dipertentangkan. Dalam adegan pertengkaran inilah kemudian ditunjukan perubahan pada Giselle yakni ketika ia harus ‘marah’ terhadap robert. ‘Marah’ adalah hal yang hampir pasti tidak ada dan tidak pernah dirasakan oleh tokoh protagonis cerita dongeng. Begitupun Giselle. Namun adalah hal yang aneh ketika ia merasakan hal luar biasa dari perasaan ‘marah’ itu. Inilah yang menunjukan batas dan titik awal Giselle memasuki fase ketiga, yakni fase dimana ia mulai berubah menjadi manusia. Peristiwa argumen malam itulah yang menunjukan kepada penonton bahwa telah terjadi perubahan (meski belum sepenuhnya) pada diri Giselle dan perasaannya terhadap Robert ketika Giselle menyentuh dada Robert dengan penuh kebimbangan. Suatu hal yang hampir tidak mungkin terjadi dalam dunia dongeng dimana cinta dan
perasaan
bisa
berubah
arah.
Kebingungan Giselle tentang hal ini lebih menunjukan tahap dimana ia sudah mulai terpengaruh oleh dunia nyata dan sudah
Gb. 7 Giselle, antara Edward dan robert
mulai akan berubah. Giselle masih tetap berpenampilan layaknya sang puteri dongeng, namun perubahan-perubahan Giselle direpresentasikan dalam hal lain. Diantaranya, nada bicara Giselle yang sudah tidak terlalu mendayu-dayu seperti lagu, gerak-gerik dan posisi tangan Giselle yang sudah tidak lagi seperti penari, serta konsep-konsep realitas yang mulai ingin diwujudkan oleh Giselle. Ketika Edward datang dengan penampilan dan gaya bak seorang Pangeran dari negeri dongeng dengan adegan merangkul dan langsung menyanyi, Giselle sudah tidak bisa lagi meneruskan lagu duetnya.
Hal
ini
menunjukan
Giselle,
bahkan
tanpa
ia
sadari
sedang
bermetamorfosis. Selain itu, Giselle meminta Edward untuk melakukan kencan yang notabene menjadi konsep pacaran di dunia realitas. Suatu keinginan yang hanya dilakukan oleh manusia dalam dunia realitas, dan tidak pernah ada pada cerita dongeng. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
20
Cinta yang problematis Perasaan berat dan agak sedih ditunjukan oleh Giselle, pun demikian halnya Robert, ketika mereka harus berpisah. Adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam cerita dongeng dimana tokoh sang puteri menduakan perasaanya. Hal ini lebih menunjukan bahwa perasaan Giselle nyata berubah. Perubahan lainnya ditunjukan ketika Giselle atas bantuan Morgan, merubah penampilannya dengan berbelanja ke toko baju dan ke salon dengan menggunakan kartu kredit, bukan atas bantuan ibu peri. Kesempurnaan metamorfosis Giselle yang berubah dari tokoh cerita dongeng menjadi manusia biasa adalah dengan ditunjukannya perubahan penampilan Giselle yang dramatis. Mulai dari busana, make up, tatanan rambut yang merepresentasikan model wanita di kota New York pada tahun 2007. Untuk menonjolkan perubahan ini, sutradara sengaja memilih setting acara pesta dansa kerajaan, dimana orang-orang pada saat itu (pada saat acara pesta dansa) justru memakai pakaian pesta bak dalam cerita dongeng. Berbeda dengan Giselle dengan penampilan barunya yang secara tidak langsung Gb. 8. Giselle, manusia utuh
mendeklamasikan bahwa
dirinya kini telah berubah menjadi manusia. Perubahan yang terjadi juga ditunjukan oleh aspek verbal dimana Giselle menjadi sulit dan ragu
memperkenalkan edward dengan sebutan my prince. Sementara Edward sendiri dengan bangga memperkenalkan Giselle dengan sebutan my bride. Dua frase yang hanya lazim dipakai dalam cerita dongeng, karena dalam dunia realitas nama panggilan untuk pasangan adalah kekasihku, pacarku, tunanganku, istriku, dan sebagainya. Berbeda dengan cerita dongeng dimana suatu perasaan cinta kepada seseorang selalu diungkapkan dengan kata-kata secara langsung ataupun melalui senandung lagu, dalam realitas perasaan cinta kadang tak perlu diungkapkan melalui cara-cara tersebut. Hal ini dikarenakan cinta dalam realitas lebih rumit, problematis dan tak selalu sesuai dengan harapan, sehingga kadang tak bisa diungkapkan karena UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
21
tak mungkin dicapai. Inilah yang ditunjukan oleh Giselle ketika ia berdansa dengan Robert diiringi musik dan lagu Waltz. Giselle yang kini sudah bermetamorfosis menjadi manusia, harus merasakan cinta yang rumit, tak terungkapkan dan tampak tidak mungkin memiliki Robert. Adegan dansa dengan musik dan lagu waltz membawa penonton pada perasaan Giselle tentang cinta yang dilematis dalam kehidupan realitas. Perasaan Giselle yang berkecamuk membawa Giselle pada keputusasaan dan frustasi. Satu lagi perasaan yang hanya ada pada dunia realitas dimana manusia bisa melakukan apa saja, bahkan diluar nalar, ketika ia sedang mengalami keputusasaan. Inilah kemudian yang dilakukan Giselle, ia memutuskan untuk menggigit buah Apel yang disodorkan oleh Narissa dalam wujud Nenek Sihir, dengan harapan ia bisa melupakan segalanya termasuk perasaan cintanya terhadap Robert. Perasaan frustasilah yang membuat Giselle jatuh pingsan, sementara
modus buah Apel
semata-mata menunjukan bahwa karakter Narissa adalah tetap sosok dari negeri Dongeng yang tidak mengalami perubahan. Begitupula solusi ‘true love kiss’ yang menunjukan karakter Pangeran Edward yang tetap sebagai sosok negeri dongeng yang juga sama sekali tidak mengalami perubahan. Sementara ‘true love kiss’ yang ternyata berhasil dilakukan oleh Robert lebih menunjukan bahwa Robertlah yang merupakan cinta sejati Giselle dan tidak perlu cinta sejati itu adalah seorang pangeran.
Gb. 9. Giselle yang bermetamorfosis UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
22
Dalam cerita dongeng tokoh heroic atau sang penyelamat adalah selalu pangeran atau sosok pria. Sang pangeran dengan pedang dan kudanya datang menyelamatkan gadis pujaannya sebagai akhir cerita. Hal ini karena cerita dongeng tidak mereprentasikan konsep-konsep feminisme dan isu kesetaraan gender. Berbeda dengan kehidupan realitas masa kini yang sudah mengalami perubahan dan perkembangan terkait masalah feminisme dan kesetaraan gender, dimana telah banyak hal yang biasa dilakukan oleh kaum pria, juga dapat dilakukan oleh kaum perempuan. Adalah suatu simbol yang jelas bahwa Giselle telah berubah menjadi manusia ketika ia memutuskan untuk mengambil pedang yang tertancap di lantai dan menyelamatkan Robert yang diculik oleh monster Narissa. Seketika itu pula ia meninggalkan sepatu kacanya, sebagai simbol bahwa ia memang meninggalkan cerita dongeng dan ia tidak akan kembali demi sepatu kaca itu, dan bukan sepatu kaca itu yang menentukan kelangsungan hidupnya, tetapi aksi penyelamatannya terhadap Robert. Ia yang datang menjemput cintanya, bukan sang pangeran yang mencarinya. Karena kini ia telah menjadi manusia dan hidup dalam realitas.
PILIHAN HIDUP: DONGENG ATAU REALITAS? Enchanted adalah suatu film yang menunjukan dua dunia yang berbeda, yakni dunia dongeng dan dunia nyata (realitas). Film ini mencoba memberikan gambaran aspek-aspek kehidupan yang nyata berbeda diantara keduanya. Dan manusia bebas memilih ia mau hidup dalam dunia yang mana; dongeng atau realitas. Giselle yang telah sampai pada fase terakhir metamorfosisnya memilih hidup di dunia realitas, dunia yang memiliki konsep-konsep yang berbeda dengan cerita dongeng. Pertemuan dan kisah cintanya dengan Robert adalah sesuatu yang ditempuh dengan proses yang panjang dan penuh pengorbanan. Dan bukan hal yang mudah untuk kedepannya bahwa ia memutuskan menikah dengan seorang duda (Robert) dan membangun rumah tangga yang tentu akan penuh liku untuk mencapai ‘happily ever after’. Namun pilihan bisa berbeda. Manusia bebas memilih jalan hidupnya. Hal ini ditunjukan oleh Nancy, tunangan Robert terdahulu yang kemudian memutuskan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
23
untuk ikut bersama Edward ke negeri dongeng. Nancy pun menikah dengan Edward dan hidup di negeri dongeng; suatu negeri yang sangat berbeda yang akan ia hadapi, negeri yang ia yakini penuh dengan romantisme, kedamaian, cinta sejati dan bebas dari perselingkuhan. Nancy sepertinya tak lagi membutuhkan hal-hal yang diperlukan
pada
dunia
realitas.
Hal
ini
ditunjukan
ketika
Nancy
melempar/membuang handpone-nya, sebagai sesuatu yang tidak ia butuhkan untuk mencapai ‘happily ever after’.
V. KESIMPULAN Terdapat perbedaan karakteristik diantara dua kehidupan cerita dongeng dan realitas. Perbedaan tersebut dapat dikaji melalui analisis simbol dan makna yang muncul pada cerita dongeng dan realitas. Simbol merupakan tanda yang mewakili ide, perasaan, pikiran, benda, dan tindakan, dan konsep merupakan suatu persepsi, dan pencitraan yang muncul dan berkembang di masyarakat. Simbol dan konsep mengenai cerita dongeng dan realitas ini muncul pada proses metamorfosis tokoh Giselle, yakni proses perubahan Giselle dari tokoh cerita dongeng menjadi manusia utuh yang akhirnya hidup dalam realitas. Simbol yang muncul adalah melalui gaya busana, make up, gerak-gerik, dan nada suara Giselle. Simbol juga muncul melalui sikap yang ditunjukan dalam beberapa pengambilan gambar. Sementara itu, konsep yang ditemukan adalah berupa suatu persepsi tentang percintaan, perkawinan, happily ever after, kejahatan, emosi, dan heroisme. Cerita dongeng dan realitas menawarkan bentuk kehidupan berbeda dan siapapun berhak menentukan pilihan; hidup dalam negeri dongeng atau realitas.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
24
DAFTAR PUSTAKA Chandler, daniel. 2000. Introduction to semantics. Routledge: Routledge outline de Saussure, Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Penerj. Rahayu Surtiati Hidayat (Edisi kritis Tulio de Mauro,1973). Eco, Umberto. 1976. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Press.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu