KONSTRUKSI REALITAS KAUM PEREMPUAN DALAM FILM WANITA TETAP WANITA “ANALISIS SEMIOTIKA”
Oleh Irmawati Nasution 2103210012
ABSTRAK Perbedaan gender sering menjadi masalah yang sering terjadi di negara kita. Hal yang demikian telah banyak dilihat pada karyakarya sutradara film di indonesia. Namun ada hal yang unik pada salah satu film yang menggambarkan realitas kamum perempuan, judulnya Wanita Tetap Wanita. Film tersebut menceritakan kisah perempuan dengan status sosial berbeda dan berbagai masalah yang mereka hadapi. Penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menemukan apa saja makna terkait dalam pengkonstruksian realitas kaum perempuan, serta mendefinisikan konstruksi realitas kaum perempuan dalam film Wanita Tetap Wanita. Data-data yang diperoleh adalah data berupa kalimat-kalimat yang terdapat pada dialog dan gambar pada sequence film, kemudian dianalisis dengan menggunakan model semiotika Roland Barthes dengan tiga tahap analisis yaitu deskripsi makna denotatif, identifikasi sistem hubungan tanda dan makna konotatif, serta análisis mitos. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna yang terdapat dalam film Wanita Tetap Wanita terkait dalam mengkonstruksikan realitas kaum perempuan meliputi makna denotatif, konotatif, dan mitos. Terdapat dua konsep yang berbeda dalam film Wanita Tetap Wanita yaitu konsep feminisme dan non feminisme. Dengan mengkonstruksikan realitas kaum perempuan yang mengalami ketidakadilan gender, film ini lebih menyiratkan mitos-mitos yang berkembang dalam aliran feminisme, sehingga dapat disimpulkan bahwa film ini cenderung berideologi feminis. Kata Kunci: Konstruksi Realitas, Kaum Perempuan, Film Wanita Tetap Wanita, Analisis Semiotika.
PENDAHULUAN Film
selain sebagai
alat untuk
mencurahkan ekspresi
bagi
penciptanya, juga sebagai alat komunikator yang efektif. “Film dengan
1
kemampuan daya visualnya yang didukung audio yang khas, sangat efektif sebagai
media
hiburan
dan
juga
sebagai
media
pendidikan
dan
penyuluhan.”(Canagara, 2012:150). Film memiliki dampak negatif dan positif. Beberapa dampak positifnya adalah dapat menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran. Namun, dikawatirkan dapat menjerumuskan orang ke hal-hal yang negatif serta meruntuhkan nilai-nilai moral dan tatanan hidup yang ada di tengah masyarakat. Peneliti berfokus mengambil realitas kaum perempuan sebagai bahan kajian di film omnibus Wanita Tetap Wanita, yang diluncurkan pada tahun 2013 oleh Rafii Ahmad dan Irwansyah. Latar belakang pemilihan topik ini adalah dari beberapa fakta sosial kehidupan perempuan. Pada tahun 2010 Indonesia pernah menempati posisi teratas sebagai negara asal korban perdagangan manusia (trafficking). Hingga Juni 2011, sedikitnya tercatat ada 3.909 korban perdagangan manusia dan sebagian besar korbannya kaum perempuan. Fenomena-fenomena tersebut membuat pembicaraan tentang perempuan selalu menjadi hal yang menarik dan juga patut untuk diangkat dan diteliti. Kaum perempuan seakan-akan identik dengan kelemahan dan ketertindasan. Perbedaan gender menjadi masalah yang sering terjadi di negara kita. Perempuan hanya memiliki peran domistik, perempuan makhluk yang lemah, dan perempuan hanya sebagai bunga atau pemanis. “Paham tentang wanita sebagai orang lemah lembut, permata, bunga, dan sebaliknya pria sebagai orang yang cerdas, selalu mewarnai karya sastra” (Endraswara, 2013:143). Gambaran yang demikian telah banyak dilihat pada karya-karya
2
sutradara film di Indonesia. Namun ada hal yang unik pada salah satu film yang menggambarkan realitas kamum perempuan , judulnya Wanita Tetap Wanita. Ada lima gambaran realita kaum perempuan yang disutradarai oleh sutradara berbeda dalam film ini, yaitu Irwansyah, Teuku Wisnu, Reza Rahadian, Dan Didi Riyadi. Film omnibus Wanita Tetap Wanita menceritakan kisah perempuan dengan status sosial berbeda dan berbagai masalah yang mereka hadapi. Namun di satu sisi penulis merasakan adanya gambaran perempuan yang masih rendah, dan realita itu dituangkan secara halus. Inilah suatu alasan penulis untuk meneliti film omnibus Wanita Tetap Wanita. Penulis ingin mengetahui bagaimana pencipta film menggambarkan realitas kaum perempuan secara mendalam dalam film tersebut. Film merupakan bidang kajian yang sarat akan tanda-tanda yang sulit untuk ditafsirkan. Semiotika pun digunakan untuk menganalisa media dan untuk mengetahui bahwa film merupakan
fenomena.
“Keberadaan
simbol
menjadi
penting dalam
menjelaskan fenomena komunikasi.” (Surip, 2011: 10). Gambar film yang muncul silih berganti menunjukkan pergerakan yang ikonis bagi realitas yang dipresentasikan. Makna dikonstruksi oleh sistem representasi dan diproduksi melalui sistem bahasa yang fenomenanya bukan hanya melalui ungkapan – ungkapan verbal tapi juga visual. Penulis menggunakan analisis
semiotika dengan tujuan untuk
mengeksplorasi makna sosial dan bahasa yang dituangkan dalam film tersebut, baik yang berwujud verbal maupun nonverbal. Semiotika dalam
3
penelitian ini sendiri menggunakan pendekatan melalui gagasan signifikasi dua tahap Roland Barthes (two order of signification). “ahli semiotika Perancis, Roland Barthes (1915-1980) menggambarkan menggunakan kekuatan penggunaan semiotika untuk membongkar struktur makna yang tersembunyi dalam tontonan, pertunjukan sehari-hari, dan konsep-konsep umum.(Danesi,2010:12). Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul : “Konstruksi Realitas Kaum Perempuan Dalam Film Wanita Tetap Wanita ‘Analisis Semiotika’ ” METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat memaparkan tentang situasi dan peristiwa, datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, dengan memaparkan cara kerja yang bersifat sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya.Peneliti mengidentifikasi sejumlah dialog dan gambar yang terdapat sequence yang di dalamnya terdapat unsur tanda yang menggambarkan realitas kaum perempuan. Setelah itu pemaknaannya akan melalui proses interpretasi sesuai dengan tanda-tanda yang ditunjukkan dengan menggunakan analisis semiotika. Penelitian ini ditekankan pada pendeskripsian makna yang terkandung dalam tanda-tanda yang digunakan dalam film dengan analisis level pertandaan Barthes (1972) menyangkut denotasi, konotasi dan mitos
4
mengenai realitas wanita dan makna konseptualnya dari interpretasi film yang diteliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Makna- makna yang terdapat dalam film Wanita Tetap Wanita terkait dalam pengkonstruksian realitas kaum perempuan meliputi makna denotasi, konotasi, dan Mitos. 1. Makna Denotatif Konstruksi Realitas Kaum Perempuan pada Film Wanita Tetap Wanita Makna yang terdapat dalam sequence, seorang wanita yang gagal menikah, terlihat ibu dan adiknya menangis smbil berpelukan. Dia hanya terdiam terdiam dengan mata berkaca-kaca. Kemudian suara hening sejenak, lalu muncul suara monolog dan subtite yang berisi, “Mengapa Kita jatuh, Karena kita harus bangkit.” Dia belum bisa move on dari lelaki yang membuat rasanya rusak. Seorang wanita idealis yang memilih untuk melajang seumur
hidup
sedang
membicarakan
masalah
tuntuan
pasar
yang
memaksanya harus membuat tulisan tentang cinta. Wanita yang telah bertunangan sedang menyentuh tangan lelaki yang sudah berkeluarga dan mencoba mengutarakan isi hatinya. Lelaki itu menarik tangan dan mengajak pulang. Kemudian di tengah jalan perempuan itu tiba-tiba ditampar seorang wanita yang baru turun dari mobil samil berkata “jagan ganggu suami saya!”. Seorang pramugari yang memiliki tanggung jawab yang besar untuk membayar pengobatan ibunya dan naik Haji. Dia ditawarkan makan malam kepada salah seorang pilot yang sangat berpengaruh dalam perusahaan
5
penerbangan itu. Namun dia menolak dengan berbagai argumentnya, karena menganggap hal itu tidak halal. Kemudian Vanya, seorang model yang terlihat berbeda penampilan dari wanita biasanya dari segi model rambut dan gaya berpakaiannya. Desaignernya memaksa wanita itu untuk melayaninya, namun wanita itu terlihat tidak takut. Hingga membuat desaigner emosi dan berusaha mencekiknya di suatu ruangan sunyi di diskotik. Namun wanita itu justru tertawa dengan aksi lelaki itu. 2. Makna Konotatif Konstruksi Realitas Kaum Perempuan pada Film Wanita Tetap Wanita Makna yang muncul dari sequence wanita (perempuan dalam istilah gender) yang terdiam dan mencoba menahan airmatanya yang perlahan membasahi pipi, wanita itu sesungguhnya rapuh. Kebahagian, cinta, dan harapannya hilang begitu saja. Tidak hanya itu saja yang terdapat dalam expresi wajahnya, namun juga rasa malu pada undangan, keluarga, dan juga pastinya rasa malu dengan orang-orang di sekelilingnya. Ini adalah akibat dari cinta yangterlalu dipaksakan dalam suatu perjodohan. Dalam hal ini, perempuan adalah makhluk yang tersakita, yang mencoba untuk tegar. Hal ini terlihat pada kata subtile dan audio yang berbunyi “mengapa kita jatuh? Karena kita harus bangkit. Wanita itu selalu berusaha untuk bangkit mestipun untuk bangkit dari hal pahit adalah suatu hal yang susah untuk dilakukan. Seorang wanita idealis berkata “ lu tau kan! Gue memutuskan untuk lajang seumur hidup”. namun tuntutan kerjanya membuatnya plinplan. sequence yang menampilkan ucapan temannya yang berbunyi “Kalo lu tidak ngikuti
6
kemauan mereka, lu kagag mkan mbo”. Kata-kata ini bermakna suatu ancaman bagi Adith, yaitu untuk berusaha membuat karya tentang cinta. Dan pastinya cinta itu tidak akan bisa dikisahkan tanpa harus dirasakan atau dialami. Inilah yang menggeser prinsip idiealismenya. Disinilah letak kekuatan perempuan. Dia mampu mencapai sesuatu hal, mesti itu sangat sulit bagi mereka. Wanita yang sudah bertunangan memegang tangan Andi dan mengungkapkan isi hatinya kepada Andi, yaitu lelaki yang sudah beranak satu. dia berusaha menggoda, dan dalam hal ini posisi perempuan dikonstruksikan sudah melampaui gendernya. Biasanya wanita adalah menunggu kata-kata dari lelaki, baru bisa mengutarakan isi hatinya,namun pada gambar tersebut, wanita sudah terlebih dahulu mengutarakan isi hatinya, bahkan sudah berani untuk bertindak terlebih dahulu.. Makna konotatif terlihat dari cara pramugari itu menjawab tawaran temannya, dia menanggapi tawaran sahabatnya dengan perkataan “Ya ga mungkinlah, Fan. Gue ga suka cara kayak gitu. Ya masa iya.. gue biayain haji nyokap gue. Gue biayain rumah sakit nyokap gue, pake cara yang ga bener”. Dia adalah seorang gadis yang sangat menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita. Menjadi simpanan pilot, sudah menjadi hal biasa di suatu penerbangan. Termasuk pramugari-pramugari juga menggunakan cara itu untuk memperoleh posisi bagus. Wanita yang bekerja sebagai model ertawa. Ini menggambarkan kepribadian vanya sebagai wanita yang terbiasa berada di pergaulan bebas. Untuk menghadapi hal-hal yang extream seperti adegan tersebut sudah biasa baginya.Kehidupan para model yang sudah terbiasa boleh ditiduri ataupun
7
melayani perancang busana (tim kerjanya) membuat Dion (desaigner) menganggap semua model-model di club malam itu bisa dipake. Bahkan mereka mengancam untuk menjelekkan polpularitas adalah sebuah senjata. Hal ini terlihat pada perkataan Dion pada Vanya di sequence ini. Dion sangat merendahkan wanita pada sequence ini, terlihat pada kata-kata “Sadar, lu itu murahan. Makna konotasi terlihat dari expresi tertawa Vanya terdapat di akhir sequence ini bermakna, Vanya tidak merasa takut, karena Vanya memiliki rencana dibalik kejadiian itu. Dia berhasil menjebak Dion, nama baiknya sebagai seorang model yang sempat tercemar dibuat Dion akan bisa pulih kembali. Pencemaran nama baik yang dilakukan Dion membuatnya sempat tidak memiliki pekerjaan, sehingga membuatnya frustasi karena tidak dapat menafkahi kedua adiknya, dan membayar pengobatan adiknya. 3. Makna Mitos Konstruksi Realitas Kaum Perempuan pada Film Wanita Tetap Wanita Mitos yang diambil dari seluruh sequence adalah perempuan merupakan makhluk yang lemah,lembut, dan gampang tersentuh hatinya, memiliki sifat feminis dalam gaya hidupnya, termasuk dalam hal berpenampilan. Namun ada saja perempuan yang meninggalkan meninggalkan sifat kefeminiman gendernya sendiri, dan memilih untuk mengarah ke sifat maskulin. Perempuan menanggung beban yang paling berat dalam suatu kehancuran percintaan. Seorang perempuan yang sudah ditunangkan harus setia kepada tunangannya. Mitos yang menjatuhkan lelaki dalam dosa, sama seperti Hawa menjerumuskan Adam ke dalam dosa masi terkandung dalam sequence
8
tersebut. dapat kita lihat pada gambar saat perempuan tersebut menyentuh tangan lelaki, sambil menggoda lewat mencurahkan isi hatinya. Tidak hanya memiliki beban kerja yang berat, Perempuan menjadi korban kekerasan dan menanggung
beban
yang
paling
berat
dalam
hubungan
gelap
(perselingkuhan). Hal ini dikarenakan mitos tentang kekuasaan lelaki, yaitu lelaki berhak memiliki istri lebih dari satu dan sementara perempuan harus setia kepada sang suami. Subordinasi pada kalangan perempuan membuat perembuat hanyalah sebagai korban kehormatan dan perasaan, juga memiliki beban kerja yang berat. Perempuan menjadi korban dari dominasi patrialki dan kapitalisme. Dominasi laki-laki yang beranggapan bahwa wanita diciptakan sebagai makhluk penghibur bagi laki-laki menja membuat wanita menjadi korban dari hasrat laki-laki.Mitos wanita sebagai bahan pemanis selalu hidup sepanjang zaman. Perempuan menjadi korban kekerasan lelaki saat berada di dalam pergaulan bebas. Anggapan tentang semua perempuan yang hidup di dunia malam adalah wanita murahan, sehingga bnyak lelaki yang semena-mena untuk berbuat apa saja kepada perempuan termasuk menjadikan perempuan sebagai korban kekerasan seksual ataupun korban kekerasan fisik, dan mental. Namun mitos yang mengatakan sehebathebatnya wanita, tidak akan sempurna tanpa ada lelaki yang mendampinginya selalu ada di kalangan masyarakat. Sejak Kartini mendobrak ketertindasan bagi perempuan. Hingga sampai sekarang emansipasi itu terus berkembang sehingga banyak perempuan yang selalu sukses dalam karir.ini adalah awal dari gerakan feminisme. Bahkan motifasi dari dalam diri perempuan itu lebih
9
besar dibanding lelaki.
Banyak perempuan sukses dan memiliki trauma
sendiri dengan kekerasan gender yang diberikan oleh lelaki oleh sebab itu perempuan terkadang hal itu memotifasi dirinya untuk lebih sukses dan akan hidup tanpa cinta lelaki.Bahkan perempuan mampu mengemban beban dan tanggung jawab seperti laki-laki. Berdasarkan hasil analisi makna konotatif dan mitos yang telah ditemukan dalam dialog dan gambar sequence
tersebut, terdapat realitas
kaum perempuan dalam subordinasi,violance oleh kaum lelaki. Seperti yang telah dibahas pada Bab 3 Kerangka Teoretis, kaum perempuan sering sekali menjadi korban ketidakadilan sosial, akibat dari konstruksi gender yang terlanjur mengakar kuat dalam masyarakat. Dalam sequence tersebut kaum perempuan tidak berperan penting dalam hal pernikahan, ayah lebih berhak dalam hal memilih pasangan hidup anak perempuannya. Selain itu perempuan hanya sebagai korban dari pernikahan, lelaki lebih berhak untuk meninggalkan perempuan. Namun perempuan diposisikan sebagai perempuan yang feminis dalam film tersebut, yaitu perempuan yang memiliki jiwa besar, sabar, kuat, dan berusaha untuk bangkit. Perempuan mengalami banyak pendobrakan terhadap mitos yang menganggap bahwa perempuan adalah pemeran sampingan (tidak penting) dalam setiap hal dalam masyarakat. Misalnya dalam suatu keluarga, istri tidak mampu berbuat apa-apa tanpa persetujuan suami, namun suami boleh berbuat apapun tanpa persetujuan dari istri. Termasuk untuk menikah lagi atau untuk menceraikan istri. Dan didalam suatu hubungan percintaan, perempuan 10
biasanya menunggu kata-kata dari lelaki untuk mengatakan perasaan kepadanya, meskipun perempuan tersebut sudah memiliki rasa suka jauh sebelumnya dari lelaki tersebut. Namun pada sequence film Wanita Tetap Wanita tersebut, perempuan sudah mendahului laki-laki untuk mengutarakan perasaannya, serta memiliki keberanian untuk menyentuh tangan lelaki tersebut. Selain itu perempuan juga telah mendobrak subordinasi terhadap kaum perempuan yang mengatakan bahwa di dalam suatu ikatan perempuan tidak mampu berbuat apa-apa, semua tergantung pada lelaki yang berhak untuk menikahi atau meninggalkan perempuan. Dalam film tersebut perempuan yang telah bertunangan mencoba menjalin suatu hubungan asmara dengan lelaki lain, merupakan pengkonstruksian perempuan sebagai perempuan feminis. Selain itu perempuan tidak mau tertindas di dalam violance (kekerasan) oleh laki-laki, terlihat dari cara perempuan yang berani menentang laki-laki dalam sequence tersebut. PENUTUP Realitas kaum perempuan dalam film Wanita Tetap Wanita ditampilkan melalui konflik-konflik berupa problematika beberapa tokoh wanita yang berperan sebagai wanita- wanita yang memperjuangkan kebahagiaan. Seperti Shana yang berusa bangkit dari masa lalunya yang menyedihkan, Kinan yang berusaha membahagiakan ibunya, Nurma memperjuangkan cinta lamanya, Adith yang berusaha menjadi penulis sukses, dan Vanya yang berjuang hingga bekerja di dunia malam demi memberikan
11
pengobatan pada adiknya yang autis.
Konfllik-konflik tersebut adalah
representasi dari realitas kaum perempuan di Indonesia. Kaum perempuan dikonstruksikan dalam ketidak adilan gender dalam film ini , yaitu : a. Kaum perempuan mengalami diskriminasi akibat konstruksi gender yang membagi ciri-ciri dan sifat feminitas pada perempuan, dan maskulinitas pada laki-laki. b. Kaum perempuan mengalami subordinasi, perempuan ditempatkan pada posisi di bawah lelaki, c. Begitu juga dalam dunia pergaulan bebas, perempuan yang akan menanggung beban paling berat, seperti pelecehan sexsual, perusakan nama baik, ataupun kekerasan fisik. Dengan
mengkonstruksikan
realitas
tersebut,
film
ini
lebih
menyiratkan mitos-mitos yang berkembang dalam aliran feminisme. Sehingga dapat disimpulkan bahwa film ini cenderung berideologi feminis.
12
DAFTAR PUSTAKA
Barthes, Roland. 2007. Membedah Yogyakarta:Jalasutra.
Mitos-Mitos
Budaya
Massa.
Canagara,Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra. Endraswara,Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Caps. Surip, Muhammad. 2011. Teori Komunikasi: Pendekatan Dalam Teori Komunikasi. Medan: Unimed. .
13