SIKAP MASYARAKAT KUDUS TERHADAP UNDANG-UNDANG TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Anisa Listiana dan M. Widjanarko Dosen Jurusan Ushuluddin STAIN Kudus
[email protected] Dosen Tetap Universitas Muria Kudus
[email protected]
Abstract: This study is about PKDRT law. It gives us information that domestic violence is a real thing that happens in our society, especially in Kudus. On the one hand, civil society actually has a formula to prevent the authority and rights of their family life with PKDRT (legal elimination of domestic violence) law. On the other hand, the government has a responsibility to eliminate violence, force and coercion in family life as referred to in 11, 12 and 13 of Law No. 23 of 2004. But the most important thing is that the courage of society to show concern and the seriousness of the government to take action when violence occurs. This research shows that domestic violence is a result of power imbalance between the weak dan the strong in our society where many women that represent the weak became a victim.
Keyword s: Attitude, Domestic Violence, Gender Based Violence Abstrak: Penelitian ini adalah tentang hukum PKDRT. Ini memberi kita informasi bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hal nyata yang terjadi dalam masyarakat kita, terutama di Kudus. Di satu sisi, masyarakat sipil sebenarnya memiliki formula untuk mencegah wewenang dan hak-hak kehidupan keluarga mereka dengan PKDRT (penghapusan hukum kekerasan dalam rumah tangga) hukum. Di sisi lain, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menghapus kekerasan, kekuatan dan pemaksaan dalam kehidupan keluarga sebagaimana dimaksud dalam 11, 12 dan 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004. Tapi yang paling penting adalah bahwa keberanian masyarakat untuk
134 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
menunjukkan perhatian dan keseriusan pemerintah untuk mengambil tindakan saat terjadi kekerasan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah hasil dari ketidakseimbangan kekuatan antara lemah Dan yang kuat dalam masyarakat kita di mana banyak wanita yang mewakili lemah menjadi korban.
Kata Kunci : Sikap, Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Kekerasan Berbasis Gender di wilayah publik maka dengan gampang
Pendahuluan
orang menilai hal tersebut adalah tindak Kekerasan dalam rumah tangga
kekerasan.
Kekerasan
adalah salah satu bentuk kekerasan yang
disebabkan
secara
kekerasan
langsung
banyak
terjadi
di
tersebut
bukan
karena
pelaku
tindak
mengalami
stres
ataupun
dianggap
masalah ekonomi tetapi berasal dari
sebagai hal yang sepele. Bahkan banyak
masyarakat sendiri yang tidak menghargai
yang tidak mau tahu dan menolak untuk
perempuan sebagaimana mestinya dengan
membantu perempuan yang mengalami
jalan
nasib seperti ini untuk sekedar berempati
perempuan untuk urusan publik.
masyarakat
yang
seringkali
tidak
memberi
akses
pada
Kekerasan
Kekerasan pada intinya adalah
dalam rumah tangga (selanjutnya disebut
melakukan suatu tindakan atau serangan
KDRT) dapat terjadi di mana saja di
pada seseorang secara fisik, maupun
berbagai dunia tidak membedakan kultur,
mental yang berakibat penderitaan yang
agama,
belakang
berkepanjangan pada penderitanya. Ciri
pendidikan yang terjadi sejak lama. Hal
yang lain adalah tindak kekerasan ini ada
ini dianggap sebagai masalah pribadi
hubungan yang tidak seimbang antara
sehingga tabu untuk segera diambil
yang
tindakan meskipun ada nyawa terancam.
Sebenarnya kekerasan ini tidak selalu
Di
terjadi
dan
menerima
sisi
ras,
lain,
kenyataan.
bahkan
latar
masyarakat
seringkali
kuat
terhadap
antara
yang
laki-laki
lemah. terhadap
menganggap KDRT bukan sebagai tindak
perempuan tapi juga antara perempuan
kekerasan, misalnya laki-laki menganiaya
dengan perempuan lain atau bahkan
istrinya di rumah, atau seorang ayah
perempuan
menganiaya anaknya di rumah. Sementara
(Fakih,1997:17).
untuk perlakuan yang sama dan dilakukan
terhadap
laki-laki
Hasil penelitian yang dilakukan
Sikap Masyarakat Kudus terhadap UU tentang Penghapusan KDRT (Anisa L. dkk.) | 135
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
tangga, seperti yang tertuang di dalam
Universitas Muria Kudus, di Kabupaten
pasal 11, 12, 13 undang-undang PKDRT
Kudus memperlihatkan bahwa bentuk
tersebut, termasuk juga dalam upaya
kekerasan psikologis adalah yang paling
pensosialisasiannya.
tinggi (48%) disusul kekerasan fisik (18
peran serta masyarakat dalam mengawal,
%), dan seksual (15 %). Para korban
mengontrol pelaksanaan undang-undang
kekerasan juga dilaporkan tidak hanya
tersebut perlu didukung oleh semua pihak.
mengalami satu bentuk kekerasan bahkan
Berangkat
Oleh
dari
karena
realitas
itu,
dan
ditemukan sekitar 4 % yang mengalami
pemikiran di atas, maka penelitian ini
kekerasan dalam bentuk ketiganya, baik
memfokuskan sikap masyarakat Kudus
secara fisik, psikologis dan seksual.
terhadap adanya Undang - Undang RI No
Pelaku
23 tahun 2004 tentang
kekerasan terhadap perempuan
– PKDRT.
pada umumnya dikenal baik oleh korban,
Pendekatan
seperti orang tua, suami, pacar, paman,
penelitian ini adalah kuantitatif, dengan
atasan, teman (10 %) dan bahkan pelaku
lokasi penelitian di Kabupaten Kudus.
kekerasan
saudara
Jumlah responden sebanyak 450 angket
kandung. Pelaku yang tidak dikenal hanya
yang disebar pada sembilan kecamatan
0.5 % saja (Widjanarko, dkk, 2004 : Th).
yaitu Kaliwungu, Kota, Jati, Undaan,
tersebut
Hasil
adalah
penelitian
digunakan
dalam
atas
Mejobo, Jekulo, Bae, Gebog dan Dawe.
membukakan mata kita bahwa kekerasan
Data berasal dari laki-laki dan perempuan
terhadap perempuan betul-betul ada dalam
yang bekerja di sektor domestik atau
kehidupan nyata di masyarakat Kudus.
publik, dengan aneka profesi. Penelitian
Dengan
ini menggunakan instrumen data berupa
disahkannya
di
yang
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
angket.
2004 tentang Penghapusan Kekerasan
kebutuhan data yang akan diekplorasikan
Dalam Rumah Tangga tentu saja menjadi
dalam penelitian, angket ini bersifat
harapan
terbuka
besar
dalam
melindungi
Angket
dan
dibuat
tertutup.
berdasarkan
Pemilihan
perempuan dari KDRT. Selain itu, dengan
responden berdasarkan teknik accidental
diundangkannya undang-undang tersebut
sampling
sekaligus memberikan tanggung jawab
sampling, hanya individu-individu yang
yang cukup berat kepada pemerintah
kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai
daerah
saja yang diselidiki. Selanjutnya data
untuk
melakukan
berbagai
penghapusan kekerasan dalam rumah
136 |
angket
yaitu
akan
teknik
dilakukan
nonrandom
editing,
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
pengkodean, kemudian ditabulasi. Data
history seperti misalnya tumbuh dan
deksriptif yang didapat dari penelitian ini
berkembang dalam keluarga yang
akan dianalisis dengan analisis statistik
penuh dengan kekerasan atau anak
deskriptif
yang memang mengalami kekerasan
berupa
diagram. Sedangkan
teori yang digunakan untuk membedah
dari
permasalahan
microsystem seperti dominasi figur
adalah
teori
multidimensional dari Lori Heise.
orang
tuanya.
Kedua,
pria dalam keluarga (termasuk figur pria adalah penguasa dan pengelola
Pembahasan A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Kekerasan Berbasis Gender
kekayaan
keluarga),
alkohol
dan
konflik-konflik
perkawinan. Ketiga, exosystem seperti status sosial ekonomi yang rendah, pengangguran
Anne Grant (1991) dalam
penggunaan
kenakalan
dan
pengaruh
lingkungan.
Keempat,
seperti
misalnya
karyanya Breaking the Cycle of
macrosystem
Violence, mendefinisikan kekerasan
maskulinitas
dalam rumah tangga atau domestik
sebagai dominan dan agresif, budaya
sebagai pola perilaku menyimpang
patriarkis,
(assaultive) dan memaksa (coersive),
kekerasan (Heise, 1998: Th).
termasuk serangan
yang
dipersepsikan
toleransi
terhadap
Teori multidimensional dari
secara fisik,
seksual, psikologis dan pemaksaan
Heise
secara ekonomi, yang dilakukan oleh
keterkaitan antara aspek individual
orang
pasangan
dengan aspek di luar individual, sejak
intimnya misalnya perempuan atau
dari lingkungan yang terkecil sampai
isteri yang dipaksa untuk bekerja oleh
lingkungan global individu sekaligus
suaminya atau pacarnya (Anne Grant,
menerangkan
1991: 2). Kemudian dijelaskan oleh
kepada kita rumit dan kompleksnya
Lori Heise dalam bukunya Violence
faktor penyebab terjadinya kekerasan
Againts
Integrated,
terhadap perempuan (Nurhayati, E.
Ecological Framework (1998), bahwa
dkk., 2000: 85). Dengan demikian
kekerasan dalam keluarga (domestic
kekerasan dalam rumah tangga adalah
violence) terjadi karena keterkaitan 4
suatu pola pemaksaan kehendak atau
faktor,
penganiayaaan
dewasa
kepada
Women:
yaitu:
An
Pertama,
personal
ini
menerangkan
dan
atas
saling
menjelaskan
seseorang
Sikap Masyarakat Kudus terhadap UU tentang Penghapusan KDRT (Anisa L. dkk.) | 137
terhadap pasangannnya atau anggota keluarganya
yang
menggunakan
menjambak dan sebagainya. b. Secara tidak langsung yaitu
serangan dan ancaman, termasuk
penganiayaan
penyiksaan
menyakiti atau merusak barang-
secara
fisik,
mental,
dengan
jalan
seksual, dan juga penguasaan secara
barang
ekonomis.
pasangan, misalnya menyiksa
yang
berarti
bagi
Adapun jenis-jenis kekerasan
hewan piaraan, memecahkan
dalam rumah tangga antara lain
barang, perabotan, dan lain-lain.
meliputi;(1) Kekerasan yang terjadi
2. Penganiayaan
akibat mas kawin dan perkawinan di
melakukan
bawah umur, (2) perkosaan, (3)
dengan
Kekerasan seksual dalam perkawinan,
persetujuan pasangan.
(4) pelecehan seksual, (5) pelacuran
seksual perbuatan
cara
paksaan
3. Penganiayaan
ekonomi
yaitu seksual tanpa yaitu
dan perdagangan perempuan, (6)
membuat ketergantungan ekonomi
pornografi, dan (7) kekerasan dalam
dengan cara mencegah pasangan
rumah
untuk mandiri dan berpenghasilan
tangga
dukungan
yang
pemerintah
mendapat seperti
sendiri
baik
kerja
di
rumah
termaktub dalam (a) UU perkawinan
maupun di luar rumah, keuangan
No.1 th 1974 pasal 31 ayat 3, (b) UU
sangat dibatasi.
Perkawinan No 1 th 1974 pasal 31
4. Penganiayaan
emosi
yaitu
ayat 1, dan (c) SE Menaker No.7 th
menghilangkan rasa percaya diri
1990 tentang upah (LKP2 PP Fatayat
dan
NU, 2003: 12)
menghindari
Jenis-jenis
penganiayaan
yang ada dalam rumah tangga meliputi: 1. Penganiayaan fisik a. Secara
langsung
untuk
penganiayaan/menyelamatkan diri. Penganiayaan ini dapat berbentuk melukai, ancaman menculik anak-
yaitu
penganiayaan badan pasangan dengan menggunakan tangan,
138 |
kemampuan
anak, bunuh diri, isolasi, intimidasi dan hak istimewa laki-laki. Negara
harus
bertanggung
kaki atau benda-benda lainnya.
jawab atas sistem masyarakat yang
Misalnya
memukul,
masih menomorduakan perempuan
menampar,
mencakar,
dalam berbagai aspek kehidupan, dan
mencekik,
meludahi,
solusinya
dengan
adalah
dengan
adanya
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
perbaikan
sistem
dan
Penelitian ini mengambil data
sekarang sudah ada UU PKDRT
dari 445 informan dalam berbagai
No.23 tahun 2004. Sistem ekonomi
profesi yang yaitu: petani, pekerja
(yang masih terlalu memihak kepada
bangunan, PRT, pekerja pabrik/buruh,
laki-laki,
penjaga
seperti
hukum,
sistem
kredit,
toko,
ibu
rumah
tangga,
pertanahan, dll), sistem pendidikan,
pegawai swasta, pegawai negeri, guru,
media masa dan masih banyak yang
mahasiswa, santri, pedagang, pelajar,
lainnya yang harus dibenahi dengan
wiraswasta, dan lainnya. Informan
perspektif gender dan memperhatikan
terbanyak adalah ibu rumah tangga,
prinsip keadilan dan kesetaraan.
mahasiswa, pelajar, pegawai swasta, pedagang dan petani, dengan prosentasi
B. Sikap Masyarakat Kudus Terhadap
sebagagaimana terlihat dalam gambar diagram berikut.
Undang-Undang PKDRT
11, pengangguran
2 , p e k e rja bangunan
20, petani 3 , la in 2
8 , p rt 5 , b u ru h
9 7 , Ib u ru m a h tangga 36, pegawai s w as ta
5 7 , p e k e rja p a b rik 1 3 , p e n ja g a tok o
14, pegaw ai n e g e ri
1 7 , w ira s w a s t a
4 , g u ru
23, pedagang 8 , s a n t ri
4 8 , M a h a s is w a 3 9 , p e la ja r
Diagram 1. Profesi Responden Berdasarkan Jenis pekerjaan Dari mengatakan
445
responden
yang
tahu
mengenai
KDRT
tahu hanya 66 responden (13 %), berikut dapat dilihat pada gambar diagram:
berjumlah 339 orang (87 %) dan yang
Sikap Masyarakat Kudus terhadap UU tentang Penghapusan KDRT (Anisa L. dkk.) | 139
M engenai K D RT
T id a k T a h u 1 3 % , 6 6 o ra n g
Ta hu T id a k T a hu Ta h u 87% , 339 orang
Diagram 2. Pengetahuan Masyarakat Tentang KDRT. Responden yang menyatakan pernah mengalami
KDRT
(kekerasan
dalam
(memaksa melakukan) 4 orang. Pelaku kekerasan
dalam
rumah
tangga
di
rumah tangga) berjumlah 225 mengaku
masyarakat Kudus terbanyak adalah suami
pernah mengalami KDRT dan yang tidak
berjumlah 73, ayah: 43, saudara : 30, ibu:
pernah berjumlah 111 orang. Bentuk
29, teman: 28, kakak: 10, istri: 9, atasan:
kekerasan yang pernah dialami oleh
9, anak: 7, lain-lain: 7, adik: 5, pembeli: 3,
responden adalah kekerasan dalam bentuk
anak majikan: 2.
fisik misalnya dipukul, diludahi, ditampar,
berlangsung pada KDRT yaitu di rumah
ditendang, dijambak, didorong hingga
(187), di tempat kerja (24), di sekolah (6),
terjatuh
di asrama(4), di jalan (5), dan lain-lain (2).
berjumlah
(dimarahi,
diejek,
58
orang.
kata-kata
Psikis kotor,
Selanjutnya
Tempat kejadian
mengenai
sikap
mengancam, mengintimidasi) berjumlah
masyarakat kudus dalam menghadapi
244 orang. Ekonomi (mencegah pasangan
KDRT mulai dari menolak, marah, lari,
mandiri
sendiri
menasehati, menjelaskan, cerai, keluar
dengan tidak boleh bekerja baik di rumah
kerja, diam bahkan menerima begitu saja.
atau di luar rumah, keuangan dibatasi)
Seperti yang terlihat pada gambar diagram
berjumlah
berikut:
140 |
dan
29
berpenghasilan
orang
dan
Seksual
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
Sikap Terhadap KDRT 16, 3, cerai diselesaikan
3, keluar kerja 9, lain-lain
2, menasehati
55, menerima
4, diam 4, menjelaskan 6, marah
134, menolak
29, lari 80, protes 23, membalas
Diagram 3. Sikap Masyarakat Terhadap KDRT Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 450 responden. Yang mengetahui UU PKDRT sebanyak 179 atau 47% dan yang tidak tahu sebanyak 226 atau 53%.
U U R I N o 23 T ah u n 2004: P D K R T
Tdk Tahu U U P DK RT 47% , 226
Tahu U U P K DRT 53% , 179
Diagram 4. Pengetahuan Tentang UU PKDRT Informasi tentang UU RI No 23 Tahun
2004
tentang
PKDRT
sudah
banyak yang diketahui oleh masyarakat
televisi, radio. koran, majalah. Juga dari sekolah dan lain-lainnya,
dapat dilihat
dari gambar diagram berikut:
Kudus lewat berbagai media seperti
Sikap Masyarakat Kudus terhadap UU tentang Penghapusan KDRT (Anisa L. dkk.) | 141
T ahu U U P K D R T N o 23 tahun 2004 2, s ek olah
30, tem an
2, s audara 2, lain-lain
10, tem pat k erja 8, m ajalah 189, televis i
11, k oran 28, radio
Diagram 5. Berbagai Informasi Masyarakat tentang Undang-undang PKDRT Pengetahuan tentang UU RI No 23
mempercayainya
sehingga
tentang PKDRT sebagai payung hukum
masyarakat Kudus
terbelah antara ada
yang mengayomi masyarakat ternyata
yang percaya tidak percaya dan ada yang
tidak langsung direspon positif oleh
ragu-ragu dengan berbagai alasan.
masyarakat
diagram di bawah ini.
dalam
bentuk
sikap
Lihat
Adanya UU No 23 T ahun 2004: PKDRT
70, tidak perc ay a 85, perc ay a
122, ragu-ragu
Diagram 6. Kepercayaan Masyarakat terhadap Undang-undang PKDRT Terdapat
beberapa
alasan
yang
anggapan
bahwa
KDRT
ini
masih
masih membuat masyarakat meragukan
ditabukan dan dianggap privasi sehingga
efektivitas UU PKDRT ini. Di antaranya
sulit mengidentifikasi dan konsekuensinya
142 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
jera bagi korban ketika melapor karena
memberikan jaminan hukum sehingga
pelaku
mampu
adalah
orang
dekat.
Banyak
mengurangi
bahkan
nantinya
perempuan menganggap KDRT adalah
terhapuskan kekerasan rumah tangga. UU
wajar andaikan tahupun mereka tidak mau
ini juga dianggap mampu memberikan
atau takut lapor karena khawatir dengan
perlindungan
akibat-akibat yang terjadi selanjutnya.
berkeluarga sehingga adanya UU tersebut
Keraguan juga muncul karena sikap apatis
dalam
sebagian
keharmonisan dan melindungi kekerasan
kecil.
masyarakat Apa
terutama
dengan
rakyat
undang-undang
bagi
warganegara
keluarga
yang
menimbulkan
atau perilaku macam-macam.
menjamin laki-laki tidak kawin lagi. Sementara kalangan yang tidak percaya
beralasan
bahwa
UU
ini
melanggar pakem tentang Rumah Tangga
C. Analisis Gender Atas Pengetahuan Dan
Sikap
Masyarakat
Kudus
Terhadap UU PKDRT
yang selama ini dipahami dalam filosofi Jawa
“mikul
jero”
Penganiayaan yang terjadi dalam
sehingga sesuatu yang terjadi dalam
rumah tangga atau kekerasan dalam
rumah tangga tidak perlu diceritakan pada
rumah
orang lain.
Undang-undang ini juga
Kabupaten Kudus akan tetapi dapat terjadi
dianggap tidak efektif bagi penduduk desa
di mana saja di berbagai dunia dan tidak
yang pengetahuan, kesadaran hukum serta
membedakan kultur, agama, ras, latar
tingkat melek informasinya masih rendah.
belakang
UU ini dalam pandangan masyarakat
Penelitian ini menemukan korban KDRT
dinyatakan susah dilaksanakan dan hanya
sebanyak 334 orang rata-rata adalah kaum
berhenti sebagai regulasi saja karena
perempuan, meskipun ada juga dari
resistensi
yang
beberapa
atau
mengalami KDRT, dan yang menjadi
menutupinya karena dianggap sebagai
pelaku rata-rata adalah laki-laki. Mengapa
rahasia rumah tangga masing-masing.
hal ini terjadi? Hal ini terjadi karena ada
Sedangkan kalangan yang percaya dengan
hubungan yang tidak seimbang antara
Undang-undang PKDRT ini menaruh
yang kuat dan yang lemah. Perempuan
harapan besar bagi penyelesaian kasus
banyak
KDRT sehingga tidak hanya sebatas
dalam rumah tangga karena perempuan
pengaduan.
lebih rentan dan juga posisinya yang
kebanyakan
duwur
dari
korban
mendem
KDRT
merahasiakan
Undang-undang
ini
tangga
tidak
pendidikan
informan
mengalami
saja
atau
terjadi
ekonomi.
laki-laki
korban
di
yang
kekerasan
Sikap Masyarakat Kudus terhadap UU tentang Penghapusan KDRT (Anisa L. dkk.) | 143
pincang di mata masyarakat baik secara
kerjanya
ekonomi, sosial maupun politik, meskipun
menimbulkan banyak penyebab kekerasan
terkadang dari sisi ekonomi, pendidikan,
yang berbasis gender yang merupakan
sosial,
akibat
maupun
politik,
perempuan
di
sektor
dari
publik
sistem
sehingga
patriarkhi
tersebut lebih unggul tetapi masih juga
(mengutamakan kepentingan laki-laki).
mengalami KDRT. Misalnya seperti kasus
Proses pemahaman yang demikian sudah
yang pernah ditangani oleh peneliti dan
mengakar dan hal tersebut bersumber dari
kebetulan juga masuk dalam responden
keyakinan, kebijakan pemerintah, tafsiran
ketika
oleh
agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan
suaminya setiap hari mendapat perlakuan
atau asumsi ilmu pengetahuan yang ada
kekerasan mulai dari verbal (dengan kata-
dalam suatu masyarakat.
kata
dia
mengalami
yang
KDRT
menyakitkan
korban),
Kekerasan terhadap sesama manusia
(ditampar,
ditendang,
pada dasarnya berasal dari berbagai
dipukul, didorong sampai jatuh) dan
sumber, akan tetapi salah satu kekerasan
diancam
kepada
terhadap salah satu jenis kelamin tertentu
keluarga, jika lapor akan dibunuh. Padahal
yang disebabkan oleh anggapan jender.
si
ekonomi
Kekerasan yang disebabkan oleh bias
maupun sosial lebih berada daripada
jender ini disebut sebagai gender-related
suami. Ada juga kasus yang dialami oleh
violence.
responden yang suaminya orang yang
perspektif jender muncul karena ada
berpendidikan ternyata sering berbuat
faham bahwa laki-laki dan perempuan
kasar pada istrinya.
berbeda sebagai kodrat dari Tuhan, dan
kekerasan
istri
fisik tidak
boleh
secara
lapor
pendidikan,
Ada pemahaman dan keyakinan
hal
Kekerasan
tersebut
yang sudah terpatri dalam masyarakat
perbedaan
bahwa laki-laki dan perempuan secara
lahirnya
sosial berbeda peran dan fungsi, di
bentuk
samping
diskriminasi,
sehingga
juga
sifat
dan
keyakinan
karakternya
inilah
yang
itulah
ketidakadilan
marginalisasi
dalam
dominasi, ataupun
stereotype. Semua inilah yang merupakan
anggapan
perempuan.
lemah,
dirubah,
menyebabkan
subordinasi,
hulu
itu
dapat
yang
konsep
membentuk masyarakat yang mempunyai perempuan
tidak
berdasarkan
dari
setiap
kekerasan
Keyakinan
terhadap dalam
emosional, tidak mandiri, kerjanya di
masyaraktpun membentuk bahwa kodrat
domestik,
kuat,
perempuan itu harus dan posisinya di
perkasa, berpikir rasional, mandiri dan
bawah laki-laki bersifat melayani dan
144 |
sementara
laki-laki
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
sebagai kepala rumah tangga, hal ini pada
sehingga kekerasan yang dilakukan oleh
akhirnya menempatkan perempuan seperti
kelompok
barang
legitimasi karena strata (Marx dan Adam
milik
laki-laki
dan
dapat
yang
berkuasa
mendapat
diperlakukan sesuai dengan keinginan
Padgorecki dkk, 1987: 90).
laki-laki. Pola relasi yang seperti itu
Feminis
akhirnya membentuk system patriarkhi
kekerasan dalam rumah tangga adalah
yang
tingkat
akibat dari pemisahan ranah public dan
masyarakat bawah, menengah hingga
ranah privat, pada ranah public laki-
bahkan sampai kelas tinggi, mulai dari
lakimenempati
keluarga, masyarakat dan Negara.
tingkatannya sementara perempuan berada
hidup
darimulai
Kekerasan disebabkan
dari
berbasis
karena
Radikal
Dari teori
dinyatakan
starta
yang
bahwa
tinggi
jender
pada ranah privat, dimana perempuan
ketidaksetaraan
cenderung berkutat pada ranah domestic
kekuatan yang ada dalam
masyarakat,
sehingga
hal
tersebut
menempatkan
termasuk tindak kekerasan yang terjadi
perempuan pada posisi tertindas (Gadis
dalam rumah tangga (domestic violence).
arivia, 2003: 100).
Kekerasan dalam rumah tangga dari
Kekerasan dalam rumah tangga
perspektif teori Class diasumsikan muncul
ternyata dapat berwujud dalam ragam
karena ada dua kelompok yang berada
bentuk, misal tindak kekerasan dalam
pada strata yang berbeda, kelompok
bentuk penyiksaan terhadap anak-anak
kapitalis disatu sisi dan di lain sisi ada
(child
kelompok kaum buruh. Kaum kapitalis
pemaksaan
merupakan kaum yang mengontrol kaum
perempuan,
ataupun
buruh dan kaum buruh berada pada posisi
terselubung
(molestation)
subordinat
memegang
yang
tidak
abuse)
dan
KB,
atau
termasuk penyunatan
juga anak
kekerasan
menyentuh
yaitu bagian
diuntungkan.berdasarkan konsep teori itu
tertentu dari tubuh perempuan dengan
laki-laki dipandang sebagai kaum kapitalis
berbagai cara dan kesempatan tanpa
yang mempunyai posisi lebih tinggi,
kerelaan si pemilik tubuh,yang sering
menentukan dan diuntungkan sedangkan
terjadi di tempat pekerjaan atau di tempat
pihak perempuan ditempatkan sebagai
umum, serta pelecehan seksual ( sexual
kaum buruh yang rendah posisi dan tidak
and emotional harassment) yaitu tindakan
diuntungkan. Relasi yang demikian itu
yang merupakan sesuatu yang tidak
menunjukkan adanya penguasaan suatu
menyenangkan bagi perempuan, misalnya
kelompok
lelucon vulgar, omongan kotor, minta
terhadap
kelompok
lain,
Sikap Masyarakat Kudus terhadap UU tentang Penghapusan KDRT (Anisa L. dkk.) | 145
imbalan sexual, menyentuh menyenggol
mengagetkan lagi ada responden yang
bagian
dipaksa oleh orang tuanya untuk menikah
tubuh
tanpa
ijin
dari
yang
bersangkutan. Praktik kekerasan tersebut
dengan
sering terjadi pada beberapa responden
sehingga
diantaranya adalah ketika di bus/ angkot
serangga.
laki-laki
yang
responden
tidak
disukai
minum
racun
dan di tempat kerja, dan ada juga ada
Dari berbagai kasus yang dialami
responden yang dipaksa oleh orang tuanya
oleh para responden tersebut di atas, maka
untuk menikah dengan laki-laki yang
peneliti berkesimpulan bahwa kekerasan
tidak
responden
dalam rumah tangga baik yang menjadi
mencoba bunuh diri misalnya dengan
korban itu anak, istri, pembantu, pekerja
minum
rumah tangga, semuanya adalah akibat
disukai racun
sehingga serangga,
akan
tetapi
responden selamat dan akhirnya orang tua
dari
responden sadar dengan pemaksaan tidak
kekuatan laki-laki, majikan, orang tua
akan
terhadap anak, istri, pelayan atau pekerja
memberikan
kebahagiaan
pada
anaknya.
kekuasaan,
ketidakseimbangan,
rumah tangga. Oleh karena itu, kesadaran
Bentuk kekerasan ini juga dialami masyarakat
Kudus
dibutuhkan
untuk
ketika
meminimalisir terjadinya kekerasan dalam
responden diantaranya adalah ketika di
rumah tangga. Dengan UU No. 23 tahun
bus/angkot ada laki-laki yang tiba-tiba
2004 tentang Penghapusan Kekerasan
menggesek-gesekkan
ke
Dalam Rumah Tangga ini memberikan
responden dan karena responden tidak
payung bagi korban KDRT dan juga dapat
nyaman akhirnya memilih untuk turun
menghukum pelaku yang menganggap
dari bus. Ada juga responden yang naik
KDRT ini sesuatu yang wajar dan tidak
bus yang berdesak-desakan, kemudian ada
termasuk sebuah kejahatan. Hal ini butuh
laki-laki yang tidak dikenal tiba-tiba
kerjasama
meremas payudara responden, kemudian
pemuka agama, pemuka masyarakat, LSM
responden tidak terima dan memarahi si
yang
laki-laki tadi. Ada juga responden yang
akademika,
diperlakukan tidak senonoh oleh majikan
mensosialisasikan dan membumikan UU
diminta untuk memijit kemudian minta
No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT,
dilayani
KDRT semakin berkurang.
seks,
misalnya
masyarakat
kemaluannya
kemudian
responden
dari
peduli
pemerintah, perempuan, ormas,
DPRD, civitas untuk
menolak dan akhirnya dia dikeluarkan dari
146 |
pekerjaannya.
Yang
lebih
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012
dibutuhkan
Penutup
peran
aktif
pemerintah,
sudah
institusi pendidikan, tokoh agama, tokoh
Undang-undang
masyarakat, partai politik, DPRD dan
Nomor 13 tahun 2004 tentang PKDRT.
organisasi non pemerintah dalam upaya
Peran televisi, teman dan radio sebagai
mensosialisasikan Undang-undang No. 23
penyebar informasi terkait dengan adanya
Tahun 2004 tentang PKDRT ini. Upaya
Undang- undang PKDRT
penyadaran
Masyarakat mengetahui
Kudus
adanya
berpengaruh
terhadap
ini sangat masyarakat,
masyarakat
berkesinambungan
untuk
yang
penghapusan
meskipun masih perlu adanya sosialisasi
kekerasan berbasis gender baik di tingkat
yang
keluarga
menyentuh
seluruh
masyarakat
maupun
kekerasan
berbasis
secara langsung. Sikap masyarakat Kudus
gender di ruang public, juga menjadi salah
terhadap Undang-undang PKDRT ada
satu solusi dalam rangka memenuhi hak
yang percaya, tidak percaya dan bahkan
perempuan untuk menikmati rasa aman
ada ragu-ragu, dengan berbagai alasan
dan terbebas dari belenggu kekekerasan.
masing-masing.
Oleh
karena
itu Tangga, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Alberta Social Service and Community Health,
1985, “Breaking Tha
Pattern:
How
Alberta
Communities Can Help Assaulted Women and Their Familiies”, Lori L, Heise, 1998, Women:
Violence Against An
Integrated,
Etiological Framework, Vol.4, Fakih.
Nurhayati, E,. dkk., 2000, Menggugat Harmoni, Yogyakarta:
Rifka
Annisa Women’s Crisis Center Ratna, Megawangi, 1999,
Membiarkan
Berbeda, Sudut Pandang Baru Tentang
Relasi
Gender,
Bandung: Mizan Widjanarko, M.dkk., 2004,
Kekerasan
No. 3, June Sage Publication.
Terhadap
Perempuan
M.,
Kabupaten
Kudus,
1997,
Analisis
Gender,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hadi, S., 1987,
Metodologi Research,
Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Dalam
Laporan
Penelitian: Puslitbang Universitas Muria Kudus. ---------------------,
2004,
Kekerasan
Terhadap Perempuan Berbasis
LKP2 PP Fatayat NU, 2003, Konseling Kekerasan
di
Rumah
Gender,
Yogyakarta:
Rifka
Annisa Women’s Crisis Center
Sikap Masyarakat Kudus terhadap UU tentang Penghapusan KDRT (Anisa L. dkk.) | 147
dan Ford Foundation. ---------------------,
2004,
Kekerasan
STOP
Dalam
!!
Rumah
Tangga, Jakarta: Semai, Koalisi Perempuan Indonesia Yayasan
Jurnal Jurnal
Perempuan,
2005,
Perempuan
Untuk
Pencerahan
Dan
Kesetaraan,
Edisi No. 39 Jakarta
148 |
MUWÂZÂH, Volume. 4, Nomor. 1, Juli 2012