Sikap konsumen pasar tradisional terhadap ikan bandeng segar (chanos chanos) di kabupaten Klaten Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
R. Dyah Wulandari H.036088
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah subsektor perikanan. Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritim atau kelautan yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu mencapai 5,8 juta Km2 atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat sumber daya alam kelautan terutama ikan. Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami peningkatan dari 6,86 juta ton menjadi 7,39 juta ton. Hal tersebut menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, belum dibarengi dengan tingginya tingkat konsumsi ikan nasional yang baru mencapai 24,47 kg/kapita/tahun, atau masih rendah dibandingkan rekomendasi dari Badan Pangan Dunia sebesar 26 kg/kapita/tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006). Salah satu produk perikanan adalah ikan bandeng yang banyak di budidayakan di daerah pesisir pantai di Indonesia. Ikan Bandeng dalam bahasa Latin disebut Chanos chanos atau milk fish (bahasa Inggris). Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae. Spesies ini hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Ikan Bandeng baru kembali ke laut bila sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Wikipedia, 2009). Manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan tidak hanya dalam hal kebutuhan pangan pokok saja seperti beras, jagung, umbi-umbian, tetapi juga memerlukan pemenuhan akan gizi khususnya yang mengandung protein
tinggi baik dari nabati maupun hewani. Kesadaran akan kebutuhan dan keinginan terhadap pemenuhan gizi terutama protein hewani mendorong masyarakat dalam pembelian ikan segar terutama ikan bandeng yang bermutu baik (Wijayanto, 2007). Aspek konsumsi ikan bandeng segar oleh masyarakat adalah sumber protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein tinggi sekitar 20% dan rendah kolesterol yang kandungan lemaknya hanya 4,8 % (Mudjiman, 1991). Bandeng presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk bandeng olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Produk ikan bandeng lainnya yaitu ikan bandeng segar banyak dijumpai di pasar tradisional. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan masa operasinya ratarata dari subuh sampai siang atau sore hari namun ada sebagian yang beroperasi malam. Selain itu, pasar tradisional juga selalu menyediakan produk-produk yang segar termasuk ikan bandeng segar. Konsumen menginginkan ikan bandeng segar yang baik sesuai dengan seleranya. Konsumen akan selalu memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar. Pemasar atau produsen ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten khususnya di pasar tradisional dituntut memberikan kualitas produk yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar atau produsen ikan bandeng segar harus mengetahui sikap konsumen. Sikap konsumen menjadi faktor yang kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga dengan mempelajari sikap konsumen dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk membantu pemasar atau produsen dalam menyediakan produk khususnya ikan bandeng segar yang memiliki atribut yang sesuai dengan keinginan konsumen.
B. Rumusan Masalah Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein hewani dan sering dikonsumsi masyarakat. Jenis ikan yang sering dikonsumsi masyarakat sangat beraneka ragam. Jenis ikan yang dipasarkan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu ikan atau hasil perikanan dalam keadaan segar atau sering disebut ikan segar dan dalam bentuk olahannya. Ikan segar dapat berupa ikan laut maupun ikan air tawar. Salah satu jenis ikan segar yang sekarang ini ada dipasaran adalah ikan bandeng (Chanos chanos), gurameh (Osphronemus gouramy Lac.), lele (Clarias batrachus Linnaeus), kakap (Lutjanus spp.), nila (Tilapia nilotica L.), mujaer (Tilapia mossambica Peters) dan berbagai jenis ikan lainnya yang masih dalam bentuk segar (Junianto, 2007). Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng yang dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah ikan bandeng segar. Menurut Standar Nasional Indonesia (2008) dalam Bank Indonesia (2010), ciri ikan segar adalah mata cerah dengan bola mata menonjol dan kornea tampak jernih, insang berwarna cemerlang tanpa lendir, lapisan lendir jernih, transparan, mengkilat cerah dan belum terdapat perubahan warna, sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut dagingnya utuh, bau isi perut segar, bau segar, bau rumput laut, bau spesifik jenis, konsistensi padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging tulang belakang. Atribut ikan bandeng segar menurut Wijayanto (2007) yaitu ukuran ikan, keadaan mata, kekenyalan daging dan kebersihan kulit sisik sedangkan menurut Purnomowati dkk. atribut ikan bandeng segar yaitu keadaan mata, keadaan mulut, warna insang, kebersihan sisik, kekenyalan daging dan aroma ikan bandeng. Sofyan Ilyas (1998) dalam Bank Indonesia (2010) menyebutkan ciri ikan bandeng segar berdasarkan lima parameter yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Ciri Ikan Bandeng Segar No.
Parameter
Keterangan
1.
Kulit
2.
Sisik
3.
Mata
4.
Insang
5.
Daging
Warna kulit terang dan jernih, Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut. Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas. Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung. Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah dan tertutup lendir berwarna terang dan bau segar seperti bau ikan. Daging kenyal, berbau segar dan bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan.
Sumber : Sofyan Ilyas (1998). Salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap biasanya mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen akan sangat terkait dengan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian suatu produk. Sikap konsumen terhadap permintaan ikan bandeng di pasar tradisional dipengaruhi oleh adanya selera dan pengetahuan konsumen yang tercermin dari perilaku konsumen. Pengkajian mengenai perilaku konsumen khususnya mengenai sikap konsumen tentu menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga diharapkan produk tersebut dapat memberikan manfaat bagi konsumen. Jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat memberikan keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen ikan bandeng perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan konsep kepercayaan dan perilaku.
Setiap konsumen memiliki kriteria produk ideal. Ditinjau dari sikap, maka semakin dekat sebuah produk ke poin ideal maka semakin ideal posisi produk tersebut. Poin ideal tersebut mengenai atribut yang melekat pada suatu produk. Konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar akan mempertimbangkan atribut yang melekat pada ikan bandeng. Atribut tersebut dievaluasi oleh konsumen sehingga mencerminkan sikap konsumen terhadap produk ikan bandeng segar. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut : 1. Apakah atribut ikan bandeng segar telah memenuhi sifat ideal yang diinginkan konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten? 2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap berbagai atribut ikan bandeng segar? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi atribut produk ikan bandeng segar yang memenuhi sifat ideal bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten. 2. Mengidentifikasi sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap berbagai atribut produk ikan bandeng segar. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai
topik
penelitian
dan
dilaksanakan
untuk
melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi produsen serta pemasar ikan bandeng segar, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tentang sikap konsumen di Kabupaten Klaten terhadap ikan bandeng segar sehingga dapat digunakan sebagai dasar strategi pemasaran yang akan diterapkan. 3. Bagi pihak lain sebagai sumber referensi dan dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi yang berminat pada masalah yang sama.
I. LANDASAN TEORI
A.
Penelitian Terdahulu Penelitian Rismawati (2007) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta, menggunakan analisis model sikap angka ideal, yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut keamanan produk, warna, kemasan, dan kondisi fisik mendekati ideal, tetapi atribut harga belum ideal. Sikap konsumen terhadap sayuran organik sangat baik, sedangkan sifat ideal sayuran organik adalah sayuran organik keamanannya terjamin, lubang pada daun seminimal mungkin, berwarna kehijau-hijauan, kemasan menarik, dan harga murah. Penelitian Kilamanca (2008) mengenai Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Kota Surakarta, dengan menggunakan analisis model sikap angka ideal, menunjukkan bahwa berdasarkan analisis kepentingan atribut susu kedelai, diketahui atribut yang diprioritaskan oleh konsumen dalam melakukan pembelian, secara berturutturut adalah keamanan, rasa, kepraktisan, kemasan, harga dan promosi. Sedangkan berdasarkan analisis masing-masing atribut menurut ideal konsumen pasar swalayan, diketahui bahwa atribut-atribut secara keseluruhan pada susu kedelai cair UHT sudah mendekati ideal, kecuali atribut promosi ; pada susu kedelai cair impor, atribut-atribut secara keseluruhan sudah mendekati ideal kecuali atribut promosi dan keamanan. Sedangkan atributatribut susu kedelai bubuk secara keseluruhan sudah mendekati ideal, kecuali harga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap susu kedelai cair teknologi sederhana adalah sangat baik. Sedangkan sikap konsumen terhadap produk susu kedelai cair UHT, susu kedelai cair impor dan susu kedelai bubuk adalah baik. Sifat ideal susu kedelai menurut konsumen adalah kemasan menarik, produk praktis, harga murah, promosi maksimal, rasa kedelai terasa, dan bebas bahan pengawet.
Budiyati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Konsumen Dalam Mengambil Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota Yogyakarta melakukan análisis tentang sikap konsumen terhadap atribut produk kunyit putih di kota Yogyakarta. Atribut kunyit putih yang diketahui ada lima jenis antara lain : komposisi bahan, harga, jenis produk, indikator pengunaan dan kemasan produk. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa keamanan produk merupakan atribut yang paling penting, yang kemudian diikuti dengan komposisi bahan, indikasi penggunaan, jenis produk dan harga. Dengan menggunakan análisis multiatribut model poin ideal diketahui bahwa atribut komposisi bahan belum mendekati sesuai dengan keinginan konsumen. Sedangkan secara umum sikap konsumen terhadap kunyit putih sudah sangat baik artinya responden menerima produk tersebut yang kemudian diikuti dengan pembelian atau mengkonsumsinya. Beberapa penelitian diatas dijadikan sebagai landasan dengan alasan bahwa ketiga penelitian diatas menggunakan metode analisis data yang sama yaitu Model Angka Ideal (The Ideal - Point Model). Model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat, dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. B.
Tinjauan Pustaka 1. Ikan Bandeng Segar Ikan bandeng termasuk dalam kelas Pisces (bangsa ikan), sub kelas Teleostei (ikan bertulang besar), ordo Malcopterygii (ikan berjari-jari sirip lemah), keluarga Chanidae (bandeng-bandengan), genus Chanos, spesies Chanos-chanos. Dalam bahasa daerah dikenal dengan nama bandeng, bolu, muloh, ikan agam. Dalam bahasa inggris disebut milk fish karena dagingnya seputih susu dan rasanya pulen (Mudjiman, 1991).
Lama ikan bandeng menjadi dewasa masih belum dapat diketahui dengan pasti. Sebab di tambak ikan bandeng belum menjadi dewasa. Walaupun sudah dipelihara 4-5 tahun, panjangya sudah 75-86 cm, belum juga masak kelamin. Oleh karena itu, jenis jantan dan betinanya pun masih belum dapat dibedakan. Namun suatu pengamatan yang telah dilakukan oleh ahli budidaya ikan pada tahun 1976 di Taiwan, mendapatkan suatu hasil bahwa ikan bandeng asal dari laut (jantan dan betina) dapat masak kelamin setelah dipelihara selama 5-6 tahun di dalam tambak (Mudjiman, 1991). Ikan bandeng memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu sebesar 20 % dibanding dengan protein yang berasal dari tumbuhtumbuhan, sebab protein hewani mengandung asam-asam amino yang lengkap dan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino yang ada dalam tubuh manusia. Disamping itu juga sebagai sumber lemak, mineral, dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan (Murtidjo, 2002). Bandeng merupakan ikan tambak yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Bandeng termasuk ikan bertulang keras, dagingnya berwarna putih susu, dan strukturnya padat dengan duri-duri halus. Kandungan gizi per 100 gram daging ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Gizi Daging Ikan Bandeng Segar per 100 gram Kandungan gizi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B (mg)
Daging Ikan Bandeng Segar 129 20 4,8 20 150 2 150 0,05
Sumber : Khotimah (2006). Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan
serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Bandeng juga mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak ini bermanfaat mencegah terjadinya penggumpalan keping-keping darah sehingga mengurangi risiko terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak ini juga bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam pertumbuhan
otak
pada
janin
serta
pendewasaan
sistem
saraf
(Khotimah, 2006). 2. Pasar dan Pasar Tradisional Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran yang berguna untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1997). Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi keinginan mereka. Semua istilah pasar menunujukkan tempat dimana penjual dan pembeli berkumpul untuk bertukar barang-barang mereka. Ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada sejumlah pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada suatu produk (Kotler, 2000). Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006). Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelolaan pasar. Kebanyakan menjual barang-barang kebutuhan seharihari (Anonim, 2010). Menurut Saptoaji (2007), keberadaan pasar modern seperti swalayan atau supermarket tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pasar tradisional. Pasar tradisional didalamnya terjadi interkasi antara penjual dan pembeli. Hubungan antara personal antara pedagang dan pembeli lebih dekat sehingga memudahkan dalam tawar-menawar. 3. Pemasaran Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen, dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003). Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk membeli suatu produk (Lamb et al, 2001). Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tiga unsur pokok pemasaran yaitu: (a) Orientasi pada konsumen, (b) Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral dan (c) Kepuasan konsumen. Dalam konteks agribisnis, operasionalisasi konsep pemasaran merupakan hal yang mutlak harus diterapkan. Konsep pemasaran dalam hal ini adalah sekumpulan gagasan pengembangan produk yang mengacu pada pasar, berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen, serta didukung penuh oleh usaha pemasaran secara terpadu yang diarahkan untuk membangkitkan kepuasan konsumen (Kotler, 1997). 4. Riset Konsumen Menurut Simamora (2004), riset konsumen merupakan bagian dari riset pemasaran. Riset konsumen merupakan suatu rangkaian proses. Karena berusaha menemukan kebenaran tentang suatu objek, maka proses riset harus benar. Riset konsumen terdiri dari empat tahap, yaitu : a. Mendefinisikan masalah dan menetapkan sasaran penelitian. Masalah penelitian adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti atau sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Atau bisa juga yang menimbulkan keingintahuan karena lain dari biasanya. Setelah menetapkan masalah penelitian selanjutnya perlu menetapkan sasaran penelitian. Pada umumnya ada tiga jenis sasaran penelitian: 1) Mengumpulkan
informasi
awal
yang
diperlukan
untuk
mendefinisikan masalah dan mengajukan hipotesis. 2) Mendeskripsikan sesuatu. 3) Menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat. b. Mengembangkan rencana riset Tahap ini sering disebut juga proposal penelitian. Rencana riset harus menyatakan data yang apa dibutuhkan, bagaimana cara mengumpulkan data, metode kontak apa yang dilakukan, apa alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data serta bagaimana rencana pengambilan sampel. c. Mengimplementasikan rencana riset Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Setelah data terkumpul, kemudian diolah, misalnya dengan menggunakan tabulasi dan alat-alat statistik lainnya. d. Menginterpretasikan dan membuat laporan hasil penelitian Tahap ini menginterpretasikan informasi apa yang terkandung pada hasil olahan dan analisis data. Setelah diperoleh informasiinformasi tersebut kemudian dituliskan dalam laporan yang bisa dibaca siapa saja. Bentuk laporan penelitian beragam sesuai dengan kepentingannya, salah satunya berupa skripsi yang ditulis dengan mengikuti struktur formal. 5. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan) Menurut Olson dan Peter (1999), model Teori Tindakan beralasan mengasumsikan bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan konsekuensi alternatif perilaku yang sedang dipertimbangkan, dan memilih salah satu yang dapat memberikan konsekuensi paling diharapkan. Hasil dari proses pilihan beralasan adalah suatu keinginan untuk terlibat dalam perilaku yang dipilih. Keinginan berperilaku adalah alat prediksi perilaku nyata terbaik. Menurut teori ini seseorang cenderung melaksanakan perilaku yang dievaluasi baik dan diterima baik orang lain serta cenderung menahan diri dari perilaku yang dianggap tidak baik dan tidak menyenangkan orang lain. Secara formal, Teori Tindakan Beralasan dapat disajikan sebagai berikut :
B∼BI = W1 (AB) + W2 (SN)
Dimana :
B (Behaviour)
= suatu perilaku
BI (Behaviour Intention)
=
AB (Attitude Behaviour)
niat berperilaku =
sikap konsumen untuk terlibat pada
perilaku SN (Subjective Norm) =
norma subjektif sehubungan dengan apakah orang lain menginginkan si konsumen terlibat pada perilaku tersebut
W1 dan W2 (Weight)
=
bobot yang ditentukan secara empiris yangmenggambarkan pengaruh relatif dari komponen.
Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) disebut juga dengan model keinginan berperilaku. Teori ini mengungkapkan bahwa perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku dan norma subjektif dengan memperkenalkan formulasi pengaruh kelompok referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Jadi teori ini tidak berusaha memprediksikan perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk betindak (Mowen dan Minor, 2002). Teori Tindakan Beralasan merupakan salah satu teori untuk memahami minat konsumen dalam membeli produk atau dengan kata lain behavioral intention model (model minat berperilaku). Menurut Theory Reasoned Action tersebut, perilaku (behavior) seseorang tegantung pada minatnya (intention) sedangkan minat untuk berperilaku tegantung pada sikap (attitude) dan norma subyektif (subjective norm) atas perilaku (Yatyoga, 2007). Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Sularto (2004), niat berperan mempengaruhi perilaku yang akan terjadi. Niat dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku seseorang yang bersifat normatif dan apa yang dilakukan orang lain (terutama yang orang-orang berpengaruh di dalam kelompok) pada situasi yang sama. Teori Tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta
dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu : (1) Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu, (2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh normanorma subjektif dan (3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma-norma subjektif membentuk suatu intense atau niat untuk berperilaku tertentu. 6. Sikap Konsumen Sikap merupakan ungkapan perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Seorang pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen terhadap produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan pembelian, bukan saja dari konsumen yang bersangkutan tetapi dari rekomendasi kepada teman-teman maupun keluarganya juga akan membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar. Sebaliknya, sikap negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap yang demikian akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Itulah sebabnya pemasar sangat mempedulikan sikap konsumen terhadap produknya. Sikap positif didukung supaya tetap positif ataupun bertambah positif,
sikap
negatif
diupayakan
diubah
menjadi
positif
(Prasetijo dan John, 2005). Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. (Sumarwan, 2003). Sedangkan perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatankegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengembangan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut. Terdapat dua elemen penting dalam pengertian perilaku konsumen yaitu : (1) proses pengambilan keputusan dan (2) kegiatan fisik yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, mempergunakan
barang-barang
dan
jasa
-
jasa
ekonomis
(Dharmmesta dan Handoko, 1997). Perilaku konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang. Lebih dari itu, perilaku konsumen adalah suatu hal yang dinamis, yang mencangkup suatu hubungan interaktif antara afektif dan kognitif serta perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberi dan menerima sesuatu yang berharga (Simamora, 2003). Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah: a. Pengalaman pribadi, pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh pengalaman konsumen terhadap produk. Sebagus apapun produk jika tidak pernah dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap produk tersebut. b. Pengaruh keluarga dan kawan, pengaruhnya melalui perkataan, perbuatan atau teladan. c. Direct
Marketing,
pemasaran
langsung
adalah
metode
yang
mengkombinasikan semua metode promosi dan diarahkan langsung kepada pelanggannya yang memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya sedikit. Karena kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan pelanggan yang unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable terhadap produk. d. Media Massa, banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan sumber informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini. e. Karakteristik
individu,
karakteristik
seseorang
mempengaruhi
pembentukan sikap karena memiliki cara dan kemampuan yang berbeda dalam membentuk persepsi, seperti tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, kepribadian dan lain-lain.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain: a. Faktor kebudayaan, faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas sosial pembeli. b. Faktor Sosial, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen. c. Faktor pribadi, keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep pembei yang bersangkutan. d. Faktor psikologis, faktor psikologis yang utama yaitu motivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap. 7. Atribut Produk Konsep dasar tertentu akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan dengan mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut produk yang dianggap relevan atau menonjol. Mereka akan memberikan paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari. Pasar dari suatu produk sering dapat disegmentasikan menurut atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda. Para pemasar harus lebih memperhatikan kepentingan atribut, mereka harus mengukur bobot kepentingan yang digunakan konsumen pada berbagai atribut (Kotler, 1999).
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Kemampuan konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut sehingga para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya. Atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003). Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin dimilki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu atribut intrinsik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama merk, label, dan kemasan (Mowen dan Minor, 2002). C.
Kerangka Teori Pendekatan Masalah Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menyebabkan adanya peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung nilai gizi tinggi terutama dari protein hewani. Pemenuhan protein hewani salah satunya dengan mengkonsumsi ikan bandeng segar. Ikan bandeng segar merupakan salah satu jenis ikan yang banyak digemari oleh masyarakat karena mudah dalam pengolahannya, memiliki rasa yang gurih dan mengandung protein tinggi yang berguna bagi tubuh untuk pertumbuhan serta harganya yang relatif murah dibandingkan dengan ikan laut segar lainnya.
Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada ikan bandeng segar. Atribut yang diteliti meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang. Sikap konsumen tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk yang dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan ikan bandeng segar salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat membentuk sebuah perilaku konsumen. Sikap konsumen dapat menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap atribut dan manfaat yang diperoleh dari produk ikan bandeng segar. Kepercayaan dan sikap akan membentuk perilaku. Dengan mengetahui sikap konsumen, maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Konsumen memiliki poin ideal pada setiap produk. Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka semakin baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis model sikap angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat, dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut : n
Ab =
å i =1
Wi
Ii - Xi
Di mana : Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i Ii
= performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i n
= jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen Pasar Tradisional
Produk Kebutuhan Sehari-hari
Ikan Bandeng segar
Konsumen Ikan Bandeng Segar
Atribut-atribut Ikan bandeng segar : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Harga Ukuran ikan Keadaan mata Keadaan Kulit Kebersihan Sisik Keadaan Daging Aroma atau bau Warna Insang
Evaluasi
Kepercayaan
Sikap Konsumen
Model Poin Ideal
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar. D. Hipotesis 1.
Diduga atribut ikan bandeng segar memenuhi sifat ideal (sifat produk ikan bandeng segar telah sesuai dengan keinginan atau selera konsumen pasar tradisional Kabupaten Klaten).
2.
Diduga sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah baik (konsumen memberikan tanggapan yang baik terhadap ikan bandeng segar).
E.
Asumsi-Asumsi
1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian. 2. Dalam pengambilan keputusan, konsumen mengevaluasi atribut-atribut yang ada pada produk. F.
Pembatasan Masalah 1.
Ikan bandeng segar yang diteliti terbatas pada ikan bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau maupun teksturnya.
2.
Atribut yang diteliti dalam penelitian ini adalah atribut yang melekat pada ikan bandeng segar yang meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang.
3.
Penelitian terbatas pada konsumen yang membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten untuk konsumsi sendiri atau rumah tangga.
4.
Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April – Mei 2010 dan harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.
G.
Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1.
Konsumen ikan bandeng segar adalah seseorang yang membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional untuk konsumsi sendiri atau rumah tangga.
2.
Sikap konsumen adalah penilaian kognitif baik maupun tidak baik sebagai tanggapan dari produk yang diperoleh dan pengalaman atau informasi yang diperoleh.
3.
Ikan bandeng segar adalah ikan bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau maupun teksturnya.
4.
Atribut adalah karakteristik yang dimiliki atau melekat pada suatu produk dalam hal ini ikan bandeng segar. Atribut ikan bandeng
segar yang akan diteliti meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, dan keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang. 5.
Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan produk.
6.
Ukuran ikan adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan besar atau kecilnya ikan. Ukuran ikan bandeng segar terdiri dari besar sebanyak 3 - 4 ekor per kg, sedang sebanyak 5 - 7 ekor per kg, dan kecil sebanyak lebih dari 7 ekor per kg.
7.
Keadaan mata adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan ciri-ciri mata ikan, yaitu dengan pilihan bersinar cerah/terang dan menonjol, sedikit bersinar cerah dan datar, serta tidak bersinar/suram dan tenggelam/tidak menonjol.
8. Keadaan kulit adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan kulit yang membungkus tubuh ikan bandeng. Dengan pilihan yaitu warna kulit terang dan jernih dan masih kuat membungkus tubuh; kulit berwarna kusam, pucat dan berlendir banyak dan terlihat mengendur. 9.
Kebersihan sisik adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan sisik yang meliputi warna, keadaan sisik tidak terkoyak dan bebas dari kotoran-kotoran yang menempel. Dengan pilihan kulit sisik bersih (warna cemerlang/terang atau belum pudar, sisik melekat kuat, tidak sobek, dan bebas dari kotoran); kulit sisik agak bersih (warna sedikit cemerlang atau sedikit pudar, sisik sedikit melekat kuat, sedikit sobek dan ada sedikit kotoran) dan kulit sisik kotor (warna pudar atau tidak cemerlang, sisik mudah lepas, sobek, dan ada banyak kotoran).
10.
Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat pada tulang. Dengan pilihan daging kenyal, elastis (bila ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang; tidak elastis (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan, lembek, dan mudah lepas dari tulang.
11.
Aroma atau bau ikan adalah karakteristik ikan bandeng segar yang dapat dirasakan dengan indera penciuman. Dengan pilihan aroma atau bau ikan antara lain bau busuk (menusuk), anyir atau amis dan segar.
12. Warna insang adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan alat pernapasan atau insang pada ikan bandeng segar. Dengan pilihan warna insang antara lain insang berwarna merah terang dan lamella insang terpisah, tertutup lendir berwarna terang; insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan tertutup lender berwarna keruh. 13.
Sikap terhadap produk (Ab) adalah sikap konsumen secara menyeluruh terhadap produk ikan bandeng segar yang digambarkan oleh angka nol sampai jumlah tertentu.
14.
Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang dilakukan konsumen terhadap kepentingan atribut, yaitu dengan menyatakan pilihan skala yang menggambarkan sama sekali tidak penting (1) sampai kategori sangat penting (5).
15.
Perfomansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan perfomansi konsumen dari atribut yang dievaluasi.
16.
Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
17.
Pasar Tradisional adalah pasar dimana konsumen membeli dengan cara tawar menawar dengan penjual.
III.METODE PENELITIAN
A.
Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian dijelaskan (Surakhmad, 1998). Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data (Singarimbun dan Effendi, 1995).
B.
Metode Penentuan Lokasi Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Klaten. Pemilihan Kabupaten Klaten sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten merupakan daerah yang tingkat konsumsi ikan bandeng segar dari tahun ke tahun rata-rata cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Jumlah Konsumsi Ikan Bandeng Segar di Kabupaten Klaten No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008
Volume (Kg) 104.347 105.100 115.000 116.150 112.298
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008. Data konsumsi ikan bandeng segar tersebut diatas juga didukung dengan data realisasi peredaran ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Realisasi Peredaran Ikan Bandeng Segar Di Kabupaten Klaten No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
2004 2005 2006 2007 2008
Dari Daerah Lain (Kg) 119.253 120.300 125.500 126.800 127.276
Ke Luar Daerah (Kg) 14.906 15.200 10.500 10.650 14.978
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008. Selain itu, berdasarkan pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten Klaten yang setiap tahunnya meningkat. Peningkatan pendapatan per Kapita penduduk Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Harga Konstan 2000 No.
Tahun
Pendapatan per Kapita
1. 2. 3. 4. 5. Jumlah Rata-rata
2004 2005 2006 2007 2008
4.279.722,85 5.078.862,92 5.805.021,37 6.444.304,16 7.308.450,42 28.916.361,72 5.783.272,344
Peningkatan (%) 18,67 14,30 11,01 13,41 57,39 11,478
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008 Menurut Sumarwan (2003), pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan itulah konsumen dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen dan menjadi indikator besarnya jumlah produk yang bisa dibeli konsumen. Tabel 5 menunjukkan bahwa pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004-2008 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 11,478 % per tahun sehingga daya beli masyarakat juga meningkat. Tingkat pendapatan akan mempengaruhi
pengambilan
keputusan
dalam
pemenuhan
kebutuhan
termasuk kebutuhan konsumsi pangan. Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional yang ada di Kabupaten Klaten. Pasar tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki
oleh pasar modern yaitu adanya interaksi sosial antara pedagang dan pembeli, produk-produk yang dijual selalu segar, dan kebanyakan pasar tradisional menampung produk-produk lokal (Anonim, 2006). Berdasarkan sumber dari Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten, wilayah perdagangan di Kabupaten Klaten dikelompokkan menjadi 5 wilayah perdagangan atau UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah), yaitu 1. Wilayah UPTD I
: Kota
2. Wilayah UPTD II
: Delanggu
3. Wilayah UPTD III
: Jatinom
4. Wilayah UPTD IV
: Pedan
5. Wilayah UPTD V
: Jogonalan
Pengelompokkan wilayah perdagangan atau UPTD tersebut akan diambil lima pasar yang mewakili masing-masing wilayah. Pengambilan sampel lokasi juga berdasarkan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang mewakili setiap wilayah UPTD, karena dapat mencerminkan banyaknya konsumen. Kelima pasar tradisional yang akan dipilih menjadi tempat penelitian sebagai berikut: 1. Wilayah UPTD I
: Pasar Klaten III Lantai
2. Wilayah UPTD II
: Pasar Delanggu
3. Wilayah UPTD III
: Pasar Jatinom
4. Wilayah UPTD IV
: Pasar Masaran
5. Wilayah UPTD V
: Pasar Prambanan
Nama pasar dan jumlah pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Klaten dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 6. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional di Kabupaten Klaten Wilayah I
Nama Pasar 1. Pasar Klaten III Lantai 2. Pasar Mlinjon 3. Pasar Ngepos 4. Pasar Gunungan 5. Pasar Plembon 6. Pasar Srago 7. Pasar Bareng 8. Pasar Gayamprit 9. Pasar Bendogantungan
Jumlah pedagang 1056 62 30 65 59 228 12 89 13
II
III
IV
V
10. 11. 12. 13. 14. 15. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pasar Totogan Pasar Gentongan Pasar Senggol Pasar Mayungan Pasar Wedi Pasar Jimbung Pasar Tegalgondo Pasar Delanggu Pasar Tanjung Pasar Juwiring Pasar Panjangan Pasar Babadan Pasar Carikan Pasar Minggiran Pasar Soka Pasar Karang Talun Pasar Jatinom Pasar Gabus Pasar Jolotundo Pasar Pomah Pasar Mundu Pasar Klodran Pasar Bonyokan Pasar Jeblog Pasar Ngendo Pasar Karangan Pasar Karanganom Pasar Glagahwangi Pasar Cokrokembang Pasar Tulung Pasar Bono Pasar Ngaran Pasar Pedan Pasar Masaran Pasar Bandung Rejo Pasar Baran Pasar Balak Pasar Kalimangu Pasar Sidoharjo Pasar Karangasem Pasar Krakitan Pasar Bayat Pasar Jerukan Pasar Posis Pasar Babad Pasar Gamongan Pasar Temuwangi Pasar Ngebeg Pasar Jeto Pasar Kiringan Pasar Pager Pasar Jetis Pasar Kraguman Pasar Pokoh Pasar Puluhwatu Pasar Dompyongan Pasar Srowot Pasar Mandungan
104 314 83 59 468 109 315 950 224 101 105 100 50 192 48 45 544 366 8 43 30 40 188 74 341 35 26 10 341 35 26 3 901 814 46 33 64 7 442 46 5 38 18 65 144 114 140 48 84 43 6 24 265 36 191 123 85 6
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Pasar Gantiwarno Pasar Panggil Pasar Gempol Pasar Balong Pasar Kepoh Pasar Menggah Pasar Watununggal Pasar Prambanan Pasar Kembang Pasar Surowono Pasar Butuh
48 62 99 5 60 70 11 173 626 424 46
Sumber : Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008. C.
Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling. Pada pengambilan sampel dengan cara ini sampel diambil berdasarkan ketersedian elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya atau sampel terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat (Durianto dkk, 2001). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen yang membeli ikan bandeng segar di pasar-pasar tradisional yang telah ditentukan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan dasar confident level sebesar 95%. Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994), pengambilan sampel menggunakan confident level sebesar 95%, dikarenakan besarnya populasi tidak diketahui, maka dianggap proporsi populasi tidak diketahui. Apabila dalam suatu penduga proporsi menggunakan sampel dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut : E = 1 , 96
P (1 - P N
)
Dimana : E = error P = proporsi populasi N = jumlah sampel Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak diketahui, tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya populasi maksimal adalah :
f (P)
= P – P2
df (P) = 1-2P dP 0
= 1-2P
2P
=1
P
= 0,5
Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25 Jadi besarnya sampel jika digunakan confident level 95% dan kesalahan yang terjadi adalah 0,1 adalah :
æ 1 , 96 ö N = ( 0 , 25 ) ç ÷ è 0 ,1 ø
2
= 96,04 dibulatkan menjadi 100 sampel
Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, jumlah sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 100 responden yang tersebar di lokasi pasar tradisional di Kabupaten Klaten yang telah ditentukan. Pembagian responden pada kelima pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah menurut perbandingan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang terdapat di lima pasar tradisional tersebut yaitu secara proporsional. Pembagian responden untuk masing-masing pasar tradisional dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten Klaten No.
Pasar Tradisional
1. 2. 3. 4. 5.
Pasar Klaten III Lantai Pasar Delanggu Pasar Jatinom Pasar Masaran Pasar Prambanan Jumlah
Jumlah Pedagang Ikan Bandeng Segar 4 1 2 2 4 13
Jumlah Responden 31 8 15 15 31 100
Sumber : Survei dan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008. Tabel 7 menunjukkan jumlah responden masing-masing di lima pasar tradisional tersebut yaitu Pasar Klaten III Lantai sebanyak 31 responden, Pasar Delanggu sebanyak 8 responden, Pasar Jatinom sebanyak 15 responden, Pasar
Masaran sebanyak 15 responden dan Pasar Prambanan 31 responden. Dengan pembagian responden seperti diatas diharapkan dapat mewakili seluruh wilayah Kabupaten Klaten. D.
Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terkait dengan penelitian, baik melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan maupun observasi.
2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dengan cara mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian, yaitu Data Jumlah Pemasukan Ikan Bandeng Segar dari Daerah Lain ke Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Nama Pasar dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional Kabupaten Klaten tahun 2008. Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bagian Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten.
E.
Teknik Pengumpulan Data 1.
Observasi Observasi
merupakan
metode
pengumpulan
data
dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti dan kegiatan konsumen dalam melakukan pembelian. 2.
Wawancara Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berpatokan, merupakan wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner) agar pertanyaan dapat lebih terarah.
3.
Pencatatan Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang diperoleh dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian, baik dari hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan.
F.
Metode Analisis Data Sikap konsumen terhadap produk ikan bandeng dapat diketahui dengan menggunakan Analisis Sikap Angka Ideal (Ideal-Point Model). Pada prinsipnya, model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang diinginkan (yang ideal) oleh konsumen. Model ini mengukur gap (perbedaan) antara yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan konsumen. 1.
Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng Segar Analisis Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng Segar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kualitas Ideal = | Ii―Xi | Dimana : Ii
= perfomansi ideal konsumenterhadap atribut i
Xi
= kepercayaan konsumen terhadap atribut i Sifat ideal terhadap atribut ikan bandeng segar adalah jika hasil
kualitas ideal (selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut) semakin kecil atau semakin mendekati nol maka atribut sebuah produk sesuai dengan keinginan atau minat konsumen. 2.
Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar dengan menggunakan analisis model angka ideal dirumuskan sebagai berikut : n
Ab =
å i =1
Di mana :
Wi
Ii - Xi
Ab
= sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Wi
= tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Ii
= performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi
= kepercayaan konsumen terhadap atribut i
n
= jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu produk
yang akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu. Semakin kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan sesungguhnya semakin dekat. Dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Sebaliknya jika skor Ab semakin besar, artinya masih ada gap yang lebar antara apa yang diinginkan dengan apa yang dirasakan konsumen. Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut. Konsumen diminta untuk menyatakan pilihan dalam skala. Sedangkan Ii menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang dievaluasinya. Langkah kemudian adalah mengukur komponen Xi, yaitu memberikan penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen. Keidealan suatu produk dinilai dengan cara melihat skor atau point selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut. Semakin kecil atau semakin mendekati nol selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan maka atribut tersebut semakin ideal. Kriteria sikap konsumen dinilai dengan menggunakan skala linear numerik dengan rumus : x =
å Wi (Ii - 1) Skala
Skala linear numerik : 0 £ Ab < x
sangat baik
x £ Ab < 2x
baik
2x £ Ab < 3x
netral
3x £ Ab < 4x
buruk
4x £ Ab < 5x
sangat buruk
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110o26’14” sampai 110o47’51” Bujur Timur (BT) dan 7o32’19” sampai 7o48’33” Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah sebesar 65.556 ha. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar serta kota wisata. Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan dengan 401 desa atau kelurahan. Batas-batas administratif Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan
: Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)
Sebelah Barat
: Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)
Sebelah Timur
: Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang memiliki topografi atau ketinggian tempat 0 - 2.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Klaten dapat dibedakan menjadi lima jenis tanah antara lain : tanah Litosol, tanah Regosol Kelabu, tanah Grumusol Kelabu Tua, tanah Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua dan tanah Regosol Coklat Kekelabuan. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim kemarau di Kabupaten Klaten biasanya pada bulan April sampai September sedangkan musim hujan terjadi bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata adalah 275 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 472 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 65 mm. Temperatur udara rata-rata 28 – 30 o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah
dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. B. Keadaan Penduduk 1. Perkembangan Penduduk Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh adanya kelahiran, kematian dan migrasi. Perkembangan penduduk di Kabupaten Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 - 2008 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Rata-rata
Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494 6.458.567 1.291.713,4
Pertumbuhan Penduduk Persentase (Jiwa) (%) 4.489 0,35 4.272 0,33 7.184 0,56 3.745 0,29 3.507 0,27 23.197 1,80 4.639,4 0,36
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008) Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun selalu meningkat. Jumlah penduduk selama
lima
tahun
(2004-2008)
terus
mengalami
peningkatan.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten rata-rata 4.639,4 jiwa atau 0,36 % per tahun. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk ini maka akan berpengaruh pada konsumsi bahan makanan salah satunya ikan bandeng segar akan semakin meningkat. 2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 yang tersebar di setiap kecamatan adalah 1.300.494 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008 Kelompok Umur (th) 0 -14 15 - 64 > 65 Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 161.744 154.343 422.827 447.570 50.957 63.053 635.528 664.966
Jumlah 316.087 870.397 114.010 1.300.494
Persentase (%) 24,30 66,93 8,77 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008) Berdasarkan data Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk usia produktif yaitu umur 15 - 64 tahun lebih besar daripada penduduk usia non produktif yang terdiri dari kelompok umur 0 - 14 tahun dan ≥ 65 tahun. Persentase terbesar penduduk di Kabupaten Klaten adalah kelompok usia produktif. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dapat terlaksana dengan baik. Untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan dapat digunakan perumusan sebagai berikut:
= 49,4 % (ABT di Kabupaten Klaten) Berdasarkan perhitungan nilai ABT di Kabupaten Klaten diketahui bahwa nilai ABT di Kabupaten Klaten sbesar 49,4 %, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif. Menurut Saragih (2009), semakin tinggi Angka Beban Tanggungan maka akan mengakibatkan pendapatan yang dinikmati untuk konsumsi belum maksimal. Pendapatan yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan konsumsi dan daya beli masyarakat menjadi berkurang karena pendapatan tersebut harus dibagi untuk menanggung hidup penduduk untuk usia non produktif. Semakin kecil angka beban tanggungan akan memberikan kesempatan pada penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya (Anonim, 2007).
Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2008 berjumlah 1.300.494 jiwa yang terdiri dari 635.528 jiwa penduduk lakilaki dan 664.966 jiwa penduduk perempuan. Untuk mengetahui besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan digunakan perumusan sebagai berikut:
= 95,57 % Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya nilai sex ratio di Kabupaten Klaten adalah 95,57 %, artinya dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 96 orang penduduk laki-laki. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dan dalam penelitian ini juga penduduk yang paling banyak menjadi responden adalah perempuan yaitu sebanyak 94 responden atau sebesar
94%.
Menurut Sumarwan (2003), perempuan mempunyai kewenangan untuk memutuskan produk apa yang dibeli untuk dirinya dan keluarganya. Perempuan masa kini memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Dengan kualitas yang lebih baik, maka wanita sebagai konsumen memiliki daya beli yang lebih baik pula. 3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Pendidikan
merupakan
hal
yang berperan
penting dalam
pembangunan suatu wilayah untuk kemajuan dalam suatu masyarakat. Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Klaten ditunjukkan pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Selama Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pendidikan Tidak/ Belum Pernah Sekolah Tidak/ Belum Tamat SD/ MI Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat SMK Tamat Diploma I/II Tamat Diploma III/SM Tamat Sarjana/S2 Jumlah
Jumlah (jiwa) 161.781 175.047 381.435 237.990 126.538 129.269 15.216 21.978 51.240 1.300.494
Persentase(%) 12,44 13,46 29,33 18,30 9,73 9,94 1,17 1,69 3,94 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008) Berdasarkan data Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Klaten berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 381.435 jiwa atau sebesar 29,33 % dari total penduduk. Sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat Diploma I dan Diploma II adalah yang paling sedikit jumlahnya yaitu 15.216 jiwa atau sebesar 1,17 % dari total penduduk. Tingkat pendidikan semakin tinggi merupakan modal dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan berpengaruh dalam pembangunan di Kabupaten Klaten. Secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Klaten memiliki pendidikan yang masih rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perbandingan jumlah penduduk yang belum memenuhi wajib belajar dan yang sudah memenuhi wajib belajar yaitu 55 % dan 45%. Dengan pendidikan yang masih rendah ini diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian dalam pendidikan sehingga dapat meningkat. Tingkat pendidikan yang tinggi juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal, termasuk pengetahuan dalam mempertimbangkan atribut-atribut ikan bandeng segar yang akan dikonsumsi.
C. Keadaan Perekonomian Keadaan perekonmian di Kabupaten Klaten dapat tercermin salah satunya dari mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang ada. Keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Klaten ditunjukkan Tabel 11 berikut ini: Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa Lainnya Jumlah
Jumlah (jiwa) 145.514 7.795
Persentase (%) 25,61 1,37
115.580 36.702 150.080 26.037 4.822 81.660 568.190
20,35 6,46 26,41 4,58 0,85 14,37 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008) Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa 26,41% penduduk Kabupaten Klaten mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan yaitu sebanyak 150.080 jiwa, sedangkan sektor pertanian menempati urutan kedua sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu sebanyak 145.514 jiwa (25,61 %). Sektor industri menempati urutan ketiga sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu sebanyak 115.580 jiwa (20,35 %). Menurut Supriyati dkk. (2007), penurunan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Klaten disebabkan oleh beberapa faktor, setidaknya ada tiga hal kemungkinan penyebabnya yaitu (1) lahan pertanian yang sempit, sehingga tidak mampu dijadikan mata pencaharian utama untuk anggota keluarga sehingga terpaksa menganggur atau mencari pekerjaan di luar
usahatani, (2) Adanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian, dan (3) keengganan untuk terjun pada sektor pertanian khususnya untuk golongan muda terdidik karena dipandang tidak menarik sehingga lebih memilih pekerjaan lain atau menganggur. Salah satu kesempatan kerja sektor non pertanian yang tersedia adalah perdagangan. Sektor perdagangan cukup berkembang dan menjadi alternatif usaha utama di luar sektor pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasana perekonomian terutama perdagangan yang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini: Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kabupaten Klaten Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Sarana Perekonomian Pasar Kios Los Bank Umum, BPR dan BUMD
Jumlah 94 2.844 1.804 48
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008) Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa sarana perdagangan yang terdapat di Kabupaten Klaten cukup banyak dan menandai bahwa sektor perdagangan cukup berkembang di Kabupaten Klaten. Selain kelima sarana perekonomian di atas, terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang dalam kegiatan perekonomian yaitu salah satunya sektor perdagangan. Tabel 13. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Klaten Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Sarana Perhubungan Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Barang Mobil Bus Kendaraan Khusus/ Alat Berat Mobil Penumpang Umum
Jumlah 268.678 15.553 10.149 1.230 10 141
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008) Banyaknya kendaraan yang terdapat di Kabupaten Klaten maka masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan mobilitas. Dimana mobilitas penduduk tidak hanya dilakukan dengan kendaraan pribadi tetapi juga dengan kendaraan umum yang ada. Dengan banyaknya kendaraaan umum yang terdapat di Kabupaten Klaten, berarti masyarakat tidak akan mengalami
kesulitan
dalam
melakukan
mobilitas
dalam
melakukan
kegiatan
perekonomian termasuk kegiatan di sektor perdagangan. Tabel 14. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2008 No. Jenis Sarana Perhubungan 1. Jenis Permukaan a. Aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak Dirinci Jumlah 2. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat Jumlah
Panjang Jalan (km)
Persentase (%)
706,12 2,82 67,95 0 776,89
90,89 0,36 8,75 0 100
381,94 96,75 194,88 103,23 776,80
49,17 12,45 25,09 13,29 100
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008) Tabel 14 menunjukkan bahwa sarana perhubungan di Kabupaten Klaten sangat baik yaitu dilihat dari jenis permukaan jalan yang sebagian besar sudah berupa aspal menunjukkan bahwa sarana perhubungan di Kabupaten Klaten semakin lancar. Begitu pula dengan kondisi jalan yang sebagian besar sudah dapat dikatakan baik karena sudah diaspal sepanjang 706,12 Km dan tidak berlubang. Selain itu mempunyai pola jaringan jalan berbentuk pola gride, pola ini merupakan pola jalan yang relatif datar. Pola jaringan jalan ini mempunyai keuntungan distribusi lalu lintas dapat merata (tidak memusat) dan efisien pelayanannya terutama pada daerah (wilayah) sepanjang jalan utama (arteri) (Watiningrum, 2005). Sehingga dengan makin lancarnya sarana perhubungan di Kabupaten Klaten maka masyarakat akan lebih mudah melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan perekonomian.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Pasar konsumen terdiri dari seluruh individu-individu dan rumah tangga yang membeli atau membutuhkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi. Konsumen akhir merupakan individu-individu yang melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangganya (Dharmmesta dan Handoko, 1997). Karakteristik
responden
dalam
penelitian
ini
dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pengeluaran konsumsi per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik responden tersebut dapat disajikan sebagai berikut: 1. Jenis Kelamin Responden Di bawah ini disajikan banyaknya responden dalam penelitian, yaitu sebagai berikut: Tabel 15. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin 1 Perempuan 2 Laki-laki Jumlah
Jumlah Responden 94 6 100
Persentase(%) 94 6 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan lebih dominan daripada responden laki-laki. Responden perempuan berjumlah 94 orang dengan persentase 94% dan responden laki-laki 6 orang dengan persentase 6% orang responden. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan rumah tangga termasuk didalamnya adalah berbelanja kebutuhan pangan, terutama ikan bandeng segar masih dominan dilakukan oleh perempuan. Perempuan sebagai penentu menu keluarga (terutama dalam pemilihan atribut-atribut ikan banding segar) cenderung lebih sering melakukan keputusan pembelian dibandingkan laki-laki. Perbedaan jenis kelamin
maka akan menyebabkan perbedaan pula dalam keputusan pembelian ikan bandeng segar dengan memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar. 2.
Umur Responden Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia (Simamora, 2004). Usia dari responden merupakan salah satu indikator untuk mengetahui bagaimana faktor usia akan menentukan penilaian yang diberikan responden terhadap ikan bandeng segar sebagai obyek penelitian. Perbedaan usia akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda terhadap ikan bandeng segar. Menurut Sumarwan (2003), kelompok umur 19-24 tahun tergolong dewasa awal, kelompok umur 25-35 tahun tergolong dewasa lanjut, kelompok umur 36-50 tahun tergolong separuh baya, kelompok umur 51-65 tahun tergolong tua dan diatas 65 tahun tergolong lanjut usia. Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, maka pada Tabel 16 di bawah ini disajikan jumlah responden ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten menurut kelompok umurnya : Tabel 16. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Kelompok Umur No 1 2 3 4 5
Kelompok Umur 19-24 tahun 25-35 tahun 36-50 tahun 51-65 tahun > 65 Jumlah
Jumlah Responden 8 43 43 6 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 16 menunjukkan bahwa usia responden yang membeli ikan bandeng segar pada kelompok umur antara 25-35 dan 36-50 tahun yaitu sebanyak 43 orang. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sebagai pengambil keputusan pembelian ikan bandeng segar berada pada kelompok umur yang sudah dewasa lanjut dan separuh baya. Pada
kelompok umur tersebut rata-rata sudah bisa mempertimbangkan atributatribut ikan bandeng segar yang diinginkan. 3.
Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan menentukan seseorang dalam menerima pengetahuan dan informasi. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, selain itu pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek (Sumarwan, 2003). Pada penelitian ini, didapatkan responden dengan latar belakang pendidikan sebagai berikut: Tabel 17. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan SMP SMA D3 S1 S2 Jumlah
Jumlah Responden 12 59 9 19 1 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel
17
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
responden
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 59 responden. Sedangkan yang berpendidikan S1 sebanyak 19 responden. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Tingkat pendidikan yang dimiliki konsumen akan mempengaruhi informasi dan pengetahuan yang diterima konsumen. Semakin tinggi tingkat pendidikan konsumen maka akan semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki konsumen. Dengan pengetahuan yang tinggi, maka konsumen akan lebih memperhatikan faktor gizi dan pentingnya kesehatan yang salah satunya dengan penambahan protein, vitamin dan mineral termasuk penambahan ikan bandeng segar dalam menu konsumsi dan konsumen akan lebih mengetahui tentang atribut-atribut ikan bandeng
segar sehingga teliti dalam memilih ikan bandeng segar dengan memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar. 4.
Jenis Pekerjaan Responden Menurut Sumarwan (2003), pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Dan selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Pada penelitian ini, didapatkan karakteristik responden ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten dengan latar belakang pekerjaan sebagai berikut: Tabel 18. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jenis Pekerjaan No 1 2 3 4 5
Jenis Pekerjaan PNS Pegawai Swasta/karyawati Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Lain-lain Jumlah
Jumlah Responden 12 16 30 36 6 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 18 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan konsumen ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten adalah beragam. Jenis pekerjaan yang paling banyak adalah konsumen golongan ibu rumah tangga yaitu sebanyak 36 responden. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga berpengaruh dalam hal memilih menu makanan yang menjadi kesukaan keluarganya. Selain itu ibu rumah tangga memang sehari-hari bertugas mengurus rumah tangga dan mengatur pengeluaran atau berbelanja kebutuhan keluarga termasuk juga dalam berbelanja ikan bandeng segar yang merupakan salah satu pilihan variasi menu makanan keluarga. Sehingga ibu rumah tangga lebih tahu dan mampu memilih
atribut-atribut ikan bandeng segar sebelum melakukan keputusan pembelian Ibu rumah tangga tidak hanya memutuskan apa yang ingin mereka beli untuk keperluan pribadi, tetapi juga sebagai penentu pembelian keluarga. Seorang ibulah yang akan menentukan apa yang akan dikonsumsi oleh keluarga. Seorang ibu rumah tangga adalah smart customer, karena dalam melakukan pembelian tidak hanya menginginkan produk yang berharga murah saja, tetapi juga mempertimbangkan kualitas dan manfaat yang didapatkan dari produk tersebut bagi anggota keluarganya (Yuswohady, 2006). 5.
Pengeluaran Konsumsi Responden Menurut Sumarwan (2003), pengeluaran merupakan indikator pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat diukur dengan menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga dihitung secara keseluruhan semua kebutuhan rumah tangga meliputi makanan, minuman dan kebutuhan bukan makanan lainnya yang sangat beragam pada setiap bulan. Karakteristik responden berdasarkan besarnya pengeluaran untuk konsumsi yang dikeluarkan pada setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan Besarnya Pengeluaran Konsumsi per Bulan . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pengeluaran Konsumsi per bulan Rp 500.000,00 – Rp 900.000,00 Rp 1.000.000,00 – Rp 1.400.000,00 Rp 1.500.000,00 – Rp 1.900.000,00 Rp 2.000.000,00 – Rp 2.400.000,00 Rp 2.500.000,00 – Rp 2.900.000,00 Rp 3.000.000,00 – Rp 3.400.000,00 Rp 3.500.000,00 – Rp 3.900.000,00 Rp 4.000.000,00 – Rp 4.900.000,00
Jumlah Responden 26 18 15 17 8 12 4 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 19 menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga responden ikan bandeng segar dalam penelitian ini selama satu bulan paling banyak yaitu Rp 500.000,00 – Rp 900.000.00. Sebanyak 26 responden
merupakan
golongan
pengeluaran
Rp
500.000,00
–
Rp 900.000,00. Walaupun pengeluaran responden tersebut rendah dibandingkan dengan pengeluaran kelompok responden lain, namun responden tersebut memilih membeli ikan bandeng segar sebagai variasi menu makanan keluarga. Hal ini dikarenakan ikan bandeng segar cukup untuk lauk pada saat makan (nglawuhi). 6.
Jumlah Anggota Keluarga Responden Menurut Engel et al, (1994) keluarga adalah pusat pembelian yang merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan. Individu membeli barang atau jasa untuk dipakai sendiri dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain Anggota keluarga pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembelian. Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan
pembelian dan konsumsi, dalam hal ini adalah konsumsi ikan bandeng segar. Pada Tabel 20 disajikan karakteristik responden menurut jumlah anggota rumah tangga. Tabel 20. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jumlah Anggota Keluarga No 1 2 3 4 5 6
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 2 3 4 5 6 7 Jumlah
Jumlah Responden 8 32 38 15 4 3 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 20 menunjukkan bahwa 38 responden ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten berasal dari keluarga yang terdiri dari suami-istri dan dua orang anak. Jumlah anggota keluarga terbanyak pada penelitian ini sejumlah 4 orang. Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi jumlah pembelian atau konsumsi ikan bandeng segar dalam keluarga. Makin besar jumlah anggota keluarga konsumen, maka semakin besar pula kebutuhan konsumsi ikan bandeng segar di keluarga tersebut. Informasi ini dapat memberikan gambaran bagi pemasar tentang keputusan pembelian ikan bandeng segar dan jumlah ikan bandeng segar yang akan dipasarkan di pasar tradisional Kabupaten Klaten. B.
Perilaku Beli Responden Menurut Sutisna (2003), alasan perilaku konsumen perlu dipelajari adalah karena konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada saat ini merupakan hal yang sangat penting. Memahami konsumen akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien. Memahami perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen dari pasar sasaran merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran. Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk juga proses pengambilan
keputusan
yang
mendahului
dan
mengikutinya
(Simamora 2004). 1. Alasan Pembelian Konsumen sebelum melakukan pembelian suatu produk selalu melakukan berbagai pertimbangan. Dalam Tabel 21 menunjukkan berbagai alasan pembelian ikan bandeng segar oleh konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten, yaitu: Tabel 21. Alasan Pembelian Ikan Bandeng Segar oleh Responden No. 1. 2. 3. 4. 5.
Alasan Pembelian Mengandung banyak protein Rendah kolestrol Bebas pengawet Mudah dalam pengolahan Alasan lain (Suka) Jumlah
Jumlah 51 6 19 8 16 100
Sumber: Analisis Data Primer Alasan
sebagian
besar
responden
dalam
pembelian
dan
mengkonsumsi ikan bandeng segar adalah mengandung banyak protein yaitu sebesar 51 responden. Kandungan protein dalam bandeng cukup tinggi yaitu sebesar 20 gram per 100 gram sehingga menjadikan bandeng sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi kebutuhan protein hewani tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Konsumen ikan bandeng segar yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah responden yang melakukan pembelian di pasar tradisional di Kabupaten Klaten. Dari hasil wawancara dengan responden dapat diketahui bahwa alasan responden dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar di pasar tradisional sangat beragam. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini:
Tabel 22. Alasan Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh Responden No. 1. 2. 3. 4. 5.
Alasan Pembelian Murah Produk masih segar Bisa menawar Dekat dengan rumah Alasan lain Jumlah
Jumlah 9 29 44 18 100
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 22 sebagian besar alasan responden membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional karena di pasar tradisional bisa menawar harga sehingga mendapat harga yang lebih murah dari harga yang sebelumnya ditawarkan. Selain itu ikan bandeng segar yang ada di pasar tradisional biasanya masih baru atau masih segar, karena ikan bandeng tersebut didatangkan dari daerah asalnya yaitu Semarang pada waktu dini hari sehingga produk masih segar ketika dijual kepada konsumen. 2. Frekuensi Pembelian Frekuensi pembelian suatu produk biasanya disesuaikan oleh kebutuhan responden sehingga dalam setiap bulannya terjadi perbedaan frekuensi pembelian. Frekuensi pembelian ikan bandeng segar adalah sebagai berikut : Tabel 23. Frekuensi Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh Responden No. 1. 2. 3. 4. 5.
Frekuensi Pembelian Setiap hari Seminggu sekali Dua minggu sekali Sebulan sekali Tidak tentu Jumlah
Jumlah 8 12 30 50 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 23 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden di pasar tradisional melakukan pembelian ikan bandeng segar tidak tentu. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tidak terlalu sering atau hanya kadang-
kadang dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar. Konsumen tidak mempunyai jadwal khusus dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar, biasanya konsumen membeli tergantung pada kebutuhan dan kesukaan keluarga. Konsumen yang membeli ikan bandeng segar tidak tentu misalnya dalam sebulan sekali akan membeli satu kali atau sebulan 2 kali karena konsumen selalu melakukan variasi lauk pauk dalam menu makanan dengan membeli jenis ikan yang lain seperti ikan lele atau ikan nila atau sumber protein hewani lainnya seperti ayam dan telur. 3. Jumlah Pembelian Tabel 24. Jumlah Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh Responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jumlah Pembelian 0,5 Kg 1 Kg 1,5 Kg 2 Kg 2,5 Kg 3 Kg 3,5 Kg 4 Kg Jumlah
Jumlah 5 32 7 33 15 7 100
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa 33 responden di pasar tradisional Kabupaten Klaten membeli ikan bandeng segar sebesar 2 Kilogram dan 32 responden membeli dalam jumlah 1 Kilogram. Jumlah tersebut biasanya terdiri dari 3 – 4 ekor ikan (per Kilogram) bandeng ukuran besar atau 5 - 7 ekor ikan (per Kilogram) bandeng ukuran sedang yang sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga responden. Kondisi tersebut dapat memberikan tambahan informasi kepada produsen mengenai jenis ukuran atau besarnya ikan bandeng segar yang diinginkan oleh konsumen, sehingga produsen atau pemasar dapat memperkirakan banyaknya ikan bandeng segar berdasarkan ukuran yang harus dijual ke pasaran sehingga persediaan ikan bandeng segar tidak berlebihan maupun kekurangan.
C.
Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng Segar Pengambilan keputusan oleh konsumen dalam setiap pembelian terhadap suatu produk akan mempertimbangkan atribut-atribut yang ada pada setiap produk. Konsumen yang membeli ikan bandeng segar akan mempertimbangkan atribut-atribut menurut kepentingannya. Atribut yang melekat pada ikan badeng segar merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen pada saat membeli. Tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut produk ikan bandeng segar adalah sebagai berikut: Tabel 25. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng Segar Atribut Harga Ukuran ikan Keadaan mata Keadaan kulit Kebersihan sisik Keadaan daging Aroma atau bau Warna insang
STP TP N PT SPT Total n Wi Rangking [1] [2] [3] [4] [5] 5 20 27 48 418 100 4,18 4 1 33 41 25 390 100 3,90 7 1 44 36 19 411 100 4,11 5 - 17 55 28 373 100 3,73 8 6 49 45 439 100 4,39 3 1 20 79 478 100 4,78 2 1 12 87 484 100 4,84 1 2 18 62 18 396 100 3,96 6
Sumber: Analisis Data Primer Keterangan : STP : sangat tidak penting TP : tidak penting N : netral PT : penting SPT : sangat penting n : jumlah responden Tabel 25 menunjukkan atribut yang pertama paling dipertimbangkan oleh konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam proses pengambilan keputusan pembelian ikan bandeng segar adalah aroma atau bau ikan bandeng. Konsumen cenderung lebih memilih aroma atau bau ikan bandeng sebagai pertimbangan pertama dibandingkan atribut-atribut yang lain, karena aroma atau bau ikan dapat dirasakan secara langsung oleh indera penciuman, bagaimana tingkat kesegaran bau ikan bandeng segar tersebut.
Biasanya konsumen cukup mencium aroma atau bau ikan tanpa perlu memegang. Konsumen sangat mempertimbangkan waktu dalam melakukan pembelian, sehingga konsumen lebih menyukai mencium aroma atau bau ikan bandeng segar dibandingkan mempertimbangkan atribut-atribut ikan bandeng segar yang lainnya. Atribut aroma atau bau merupakan atribut ikan bandeng segar yang paling mudah dikenali konsumen tanpa harus memegangnya. Hal ini disebabkan karena ikan bandeng yang masih segar mempunyai bau segar dan amis yang lembut seperti bau rumput laut. Atribut kedua yang dipertimbangkan oleh konsumen yaitu keadaan daging ikan bandeng segar. Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat pada tulang, kenyal dan elastis (bila ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang). Keadaan daging sangat dipertimbangkan karena ikan bandeng yang dikonsumsi adalah dagingnya. Apabila dagingnya sudah tidak kenyal dan bila ditekan terdapat bekas lekukan berarti ikan bandeng tersebut sudah tidak segar lagi sehingga tidak sehat dan tidak aman untuk dikonsumsi. Atribut
kebersihan
sisik
merupakan
atribut
ketiga
yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten. Konsumen di pasar tradisional juga mempertimbangkan kebersihan kulit sisik ikan bandeng segar, karena apabila kebersihan kulit sisiknya baik atau bersih dan bebas dari kotoran atau lumpur maka menandakan ikan bandeng tersebut masih segar sehingga baik untuk dikonsumsi. Kebersihan sisik cukup berpengaruh terhadap rasa ikan bandeng segar. Sebagian konsumen menganggap sisik ikan bandeng segar yang bersih dari lumpur apabila digoreng akan memberikan rasa yang gurih dan enak. Atribut keempat yang dipertimbangkan konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar adalah harga. Harga ikan bandeng segar masih relatif mahal yaitu berkisar Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00 per kilogram bila dibandingkan dengan sumber
protein lainnya seperti telur ayam. Namun sebagian besar konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten membeli ikan bandeng sesuai dengan kualitas ikan bandeng segar tersebut. Konsumen berpatokan dengan istilah ono rego ono rupo, walaupun masih dirasa mahal tapi sesuai yaitu dengan mendapat ikan bandeng segar yang berkualitas baik. Atribut selanjutnya dipertimbangkan oleh konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam proses pengambilan keputusan pembelian ikan bandeng segar adalah keadaan mata. Konsumen cenderung tidak terlalu memperhatikan keadaan mata sebagai pertimbangan pembelian dibandingkan atribut-atribut yang lain. Warna Insang merupakan atribut keenam yang dipertimbangkan oleh konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten. Biasanya konsumen enggan memegang ikan bandeng segar hanya untuk melihat keadaan dan warna insang ikan bandeng karena bagi konsumen bau ikan segar sudah cukup mewakili kualitas ikan bandeng tersebut. Atribut ukuran ikan merupakan atribut ketujuh yang dipertimbangkan konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar. Atribut ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana selera konsumen tersebut. Konsumen memberikan atribut ukuran ikan di posisi yang tidak terlalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian ikan bandeng segar, karena menurut konsumen atribut ukuran ikan lebih fleksibel untuk dipertimbangkan yaitu sesuai dengan kebutuhan. Atribut terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan bandeng segar adalah keadaan kulit. Atribut ini tidak terlalu dipertimbangkan karena tertutup oleh sisik ikan yang terletak dibawah lapisan sisik sehingga kurang bisa terlihat jelas oleh konsumen. Namun apabila sisik ikan sudah bersih dan tidak terkoyak maka konsumen menganggap keadaan kulit ikan juga masih baik dan melekat kuat pada daging ikan bandeng segar. Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut ikan bandeng segar secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut yang menempati urutan pertama atau yang paling dipertimbangkan konsumen
dalam membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten adalah atribut aroma atau bau. Selanjutnya urutan kedua adalah atribut keadaan daging, urutan ketiga adalah atribut kebersihan sisik, urutan keempat adalah atribut harga, urutan kelima adalah keadaan mata, urutan keenam adalah warna insang, urutan ketujuh dan kedelapan adalah ukuran ikan dan keadaan kulit. D.
Analisis Masing-masing Atribut Menurut Performansi Ideal Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng segar dapat dijadikan lauk pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Kebanyakan ikan bandeng segar yang dijual di pasar tradisional dalam keadaan tidak hidup dan mempunyai banyak atribut yang dipertimbangkan konsumen. Setiap konsumen mempunyai sifat ideal produk menurut keinginannya. Dari penelitian ini didapat hasil mengenai performansi ideal konsumen dan kepercayaan konsumen terhadap ikan bandeng segar yaitu sebagai berikut: 1. Harga Konsumen mempunyai tipe idealnya tetapi kenyataannya harga pada ikan bandeng segar relatif masih mahal sehingga terdapat kesenjangan antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan yang terdapat pada produk. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut harga ikan bandeng segar adalah sebagai berikut :
Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Harga Ikan Bandeng Segar Harga
Ideal (Ii)
5 4 3 2 1 n Total X
32 49 19 100 413 4,13
Kepercayaan Konsumen (Xi) 4 17 38 38 3 100 281 2,81
[Ii-Xi]
1,32
Sumber: Analisis Data Primer Hasil analisis poin ideal atribut harga pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,13 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 2,81. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan atau gap sebesar 1,32, yang berarti bahwa atribut harga belum mendekati ideal atau belum sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai harga ikan bandeng segar masih mahal untuk dikonsumsi. Harga ikan bandeng segar berkisar antara Rp 16.000,00 - Rp 18.000,00 per Kg dirasa konsumen masih mahal bila dibandingkan dengan protein hewani lainnya seperti telur dengan harga Rp 13.000,00 - Rp 14.000.000,00. 2. Ukuran Ikan Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Ukuran Ikan Bandeng Segar Ukuran ikan 5 4 3 2 1 n Total x
Ideal (Ii) 12 52 36 100 376 3,76
Kepercayaan Konsumen (Xi) 39 52 9 100 330 3,30
[Ii-Xi]
0,46
Sumber: Analisis Data Primer Poin ideal atribut ukuran ikan pada ikan bandeng segar berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 3,76 sedangkan kepercayaan
konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,30. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,46, yang berarti bahwa atribut ukuran ikan sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen
karena
kebanyakan
konsumen
ikan
bandeng
segar
menginginkan ukuran ikan besar. Untuk ukuran ikan bandeng segar, konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten lebih menyukai ukuran yang besar yaitu yang per kilogramnya berisi 3 – 4 ekor ikan bandeng segar. Konsumen menyukai ikan bandeng segar ukuran besar karena mudah dalam membagi / memotong dagingnya menjadi beberapa bagian (3 atau 4 potongan badan) pada waktu memasak dan cukup untuk semua anggota keluarga. 3. Keadaan Mata Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keadaan Mata Ikan Bandeng Segar Keadaan Mata 5 4 3 2 1 n Total x
Ideal (Ii) 19 49 32 100 387 3,87
Kepercayaan Konsumen (Xi) 4 34 57 5 100 337 3,37
[Ii-Xi]
0,50
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa point ideal atribut keadaan mata pada ikan bandeng segar adalah sebesar 3,87 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,37. Hal ini menunjukkan masih terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,50, yang berarti bahwa atribut keadaan mata sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Keadaan mata ikan bandeng segar yang ideal adalah menonjol dan bersinar. Ikan bandeng segar dengan keadaan mata menonjol dan bersinar disukai konsumen karena menandakan bahwa ikan bandeng tersebut
masih baru atau segar. Sedangkan ikan bandeng segar dengan keadaan mata sedikit bersinar cerah dan datar bahkan tidak bersinar/berwarna suram dan bola mata tenggelam kurang disukai konsumen, karena konsumen ragu bahwa ikan bandeng tersebut masih baru atau sudah mulai busuk. 4. Keadaan Kulit Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keadaan Kulit Ikan Bandeng Segar Keadaan Kulit 5 4 3 2 1 n Total x
Ideal (Ii) 28 60 12 100 416 4,16
Kepercayaan Konsumen (Xi) 8 54 35 3 100 367 3,67
[Ii-Xi]
0,49
Sumber: Analisis Data Primer Hasil analisis poin ideal atribut keadaan kulit pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,16 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,67. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,49. Walaupun terdapat kesenjangan atau gapnya sebesar 0,49, atribut keadaan kulit sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai kedaan kulit ikan bandeng segar sudah memenuhi keinginan konsumen, hal ini ditunjukkan dengan ikan bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten banyak yang sudah mempunyai ciri kulit ikan bandeng segar yaitu berwarna terang dan melekat kuat pada daging. Perlakuan pedagang akan mempengaruhi keadaan kulit ikan bandeng segar. Pada saat berjualan pedagang masih ada yang meletakkan ikan bandeng dengan berantakan di ember, menumpuk ikan terlalu banyak sehingga menyebabkan kulit ikan tergores atau robek karena bergesekkan satu sama lain. Hal ini akan mempengaruhi konsumen dalam
membeli ikan bandeng segar karena keadaan kulitnya sudah tidak sesuai dengan keinginan konsumen. 5. Kebersihan Sisik Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Kebersihan Sisik Ikan Bandeng Segar Kebersihan Sisik 5 4 3 2 1 n Total X
Ideal (Ii) 40 56 4 100 456 4,56
Kepercayaan Konsumen (Xi) 19 73 6 2 100 409 4,09
[Ii-Xi]
0,47
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa point ideal atribut kebersihan sisik pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,56 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,09. Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,47 yang berarti bahwa atribut kebersihan sisik sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai kebersihan sisik ikan bandeng segar sudah memenuhi keinginan konsumen. Kebersihan sisik yang ideal menurut konsumen adalah bersih bebas dari kotoran seperti lumpur, karena biasanya ada sedikit lumpur yang terbawa pada saat ikan bandeng dipanen dari tambak. Hal ini dapat ditunjukkan jika ada warna kuning (kadang tipis) disamping tubuh ikan pada kedua sisi, memanjang dari arah penutup insang sampai dengan bagian ujung dekat ekor, biasanya ikan bandeng tersebut masih terdapat dan berbau lumpur. Selain bebas dari kotoran, ikan bandeng yang segar mempunyai sisik berwarna cemerlang terang (jika terkena cahaya akan berkilau seperti ada warna pelangi) dan belum pudar, sisik melekat kuat dan tidak terlepas dari kulit. Dengan kebersihan kulit sisik ikan bandeng tersebut, konsumen tidak akan ragu membeli karena menurut konsumen
salah satu ciri ikan bandeng segar tanpa bahan pengawet adalah mempunyai kondisi sisik yang bersih dan warnanya yang cemerlang. Sekarang ini muncul isu adanya penggunaan senyawa kimia seperti formalin pada bahan makanan termasuk juga pada ikan. Ciri ikan yang mengandung formalin yaitu kulit sisiknya bersih seperti ikan segar, tetapi warnanya pucat atau tidak cemerlang seperti pada ikan segar. 6. Keadaan Daging Tabel 31. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keadaan Daging Ikan Bandeng Segar Keadaan Daging 5 4 3 2 1 n Total X
Ideal (Ii) 59 36 5
100 454 4,54
Kepercayaan Konsumen (Xi) 30 57 12 1 100 416 4,16
[Ii-Xi]
0,38
Sumber: Analisis Data Primer Poin ideal atribut keadaan daging pada ikan bandeng segar berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 4,54 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,16 Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,38. Namun angka ini mendekati nol yang berarti bahwa atribut keadaan daging pada ikan bandeng segar sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen ikan bandeng segar menginginkan atribut keadaan daging yang ideal adalah yang kenyal dan elastis (bila ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan), padat dan melekat kuat pada tulang. Namun beberapa konsumen masih menemukan ikan bandeng segar yang keadaan dagingnya tidak sesuai dengan keinginan mereka seperti tidak kenyal (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan), lembek dan mudah terlepas dari tulang, hal ini terjadi karena kurangnya pendinginan ketika dijual sehingga ikan mudah busuk.
7. Aroma atau Bau Tabel 32. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Aroma atau Bau Ikan Bandeng Segar Aroma atau Bau 5 4 3 2 1 n Total X
Ideal (Ii) 77 18 5 100 472 4,72
Kepercayaan Konsumen (Xi) 51 34 13 2 100 434 4,34
[Ii-Xi]
0,38
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa point ideal atribut aroma atau bau pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,72 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,34. Hal ini menunjukkan terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,38 yang berarti bahwa atribut aroma atau bau sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai aroma atau bau ikan bandeng segar sudah memenuhi keinginan konsumen. Aroma atau bau yang ideal menurut konsumen adalah spesifik menurut jenisnya (ikan bandeng) dan segar sedikit berbau amis yang lembut.seperti bau rumput laut dan tidak mengandung bau-bau asing yang menyengat, seperti bau busuk dan bau formalin. Di pasaran sudah banyak ditemukan penggunaan formalin pada ikan khususnya ikan segar. Penggunaan formalin pada ikan segar akan menghilangkan bau segar dan amis pada ikan segar, karena yang tercium adalah bau menyegat dari formalin.
8. Warna Insang Tabel 33. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Warna Insang Ikan Bandeng Segar Warna Insang 5 4 3 2 1 n Total X
Ideal (Ii) 31 54 15 100 416 4,16
Kepercayaan Konsumen (Xi) 13 50 35 2 100 380 3,80
[Ii-Xi]
0,36
Sumber: Analisis Data Primer Poin ideal atribut warna insang pada ikan bandeng segar berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 4,16 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,80. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,36. Kesenjangan atau gapnya mendekati angka nol yang berarti bahwa atribut warna insang insang pada ikan bandeng segar sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya ikan bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten mempunyai warna insang merah terang. Warna insang ikan bandeng segar yang ideal menurut konsumen adalah warnanya merah sampai merah terang. Namun terkadang ada konsumen yang kurang memperhatikan kondisi dan warna insang ikan bandeng segar, konsumen enggan membuka katup insang karena tidak mau mengotori tangan. Dengan tindakan konsumen yang seperti itu memungkinkan konsumen membeli ikan bandeng segar yang tidak segar lagi atau bahkan sudah beri pengawet kimia. Ikan bandeng segar yang diberi pengawet kimia (formalin) biasanya insangnya berwarna merah pucat.
E.
Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar Analisis kualitas ideal terhadap suatu produk digunakan untuk mengukur sejauh mana kesenjangan atau gap antara performansi ideal atau sifat ideal yang diinginkan oleh konsumen dengan kenyataan yang ada pada suatu produk. Analisis kualitas ideal akan menunjukkan apakah atribut yang melekat pada ikan bandeng segar sudah sesuai atau belum dengan yang diinginkan konsumen. Analisis kualitas ideal ikan bandeng segar dapat dilihat pada Tabel 34 sebagai berikut : Tabel 34. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar Atribut Harga Ukuran Ikan Keadaan Mata Keadaan Kulit Kebersihan Sisik Keadaan Daging Aroma atau Bau Warna Insang
Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi) 4,13 2,81 3,76 3,30 3,87 3,37 4,16 3,67 4,56 4,09 4,54 4,16 4,72 4,43 4,16 3,80
|Ii-Xi| 1,32 0,46 0,50 0,49 0,47 0,38 0,38 0,36
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan hasil analisis kualitas ideal terhadap ikan bandeng segar dapat diketahui atribut-atribut ikan bandeng segar yang sudah atau belum memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Atribut ikan bandeng segar yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut warna insang. Selanjutnya berturut-turut adalah atribut aroma atau bau, keadaan daging, ukuran ikan, kebersihan sisik, keadaan kulit, keadaan mata dan atribut harga. Atribut warna insang pada ikan bandeng segar merupakan atribut yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan selisih poin antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan pada atribut warna insang paling kecil diantara atribut yang lain yaitu sebesar 0,36 yang berarti bahwa atribut warna insang pada ikan bandeng segar sudah sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Menurut konsumen ikan bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten sebagian
besar mempunyai warna insang yang merah segar yang merupakan ciri ikan bandeng masih segar. Atribut yang kedua dan ketiga yang memenuhi sifat ideal menurut konsumen yaitu atribut aroma atau bau dan keadaan daging. Selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk menurut konsumen untuk kedua atribut yaitu sebesar 0,38. Hal ini menunjukkan bahwa atribut aroma atau bau dan keadaan daging sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen berpendapat aroma atau bau ikan bandeng yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten mempunyai bau yang masih segar (amis) dan keadaan dagingnya elastis atau kenyal dan masih utuh. Atribut ukuran ikan menempati urutan keempat yang mempunyai selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk menurut konsumen sebesar 0,46 yang berarti atribut ikan bandeng segar sudah sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Kebanyakan konsumen ikan bandeng segar menginginkan ukuran ikan besar. Untuk ukuran ikan bandeng segar, konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten lebih menyukai ukuran yang besar yaitu yang per kilogramnya berisi 3 - 4 ekor ikan bandeng segar. Konsumen menyukai ikan bandeng segar ukuran besar karena mudah dalam memotong dalam mengolahnya dan mempunyai daging yang banyak dan tebal. Atribut selanjutnya yang memenuhi ideal adalah atribut kebersihan sisik. Selisih nilai antara performansi ideal dan kenyataan produk menurut konsumen adalah sebesar 0,47. Hal ini dapat diketahui bahwa atribut kebersihan sisik pada ikan bandeng segar sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut konsumen, kebersihan sisik ikan bandeng yang ideal adalah sisik yang bersih dan bebas dari kotoran, warna cemerlang/terang atau belum pudar, sisik melekat kuat dan tidak sobek. Atribut pada urutan keenam yang telah memenuhi sifat ideal menurut konsumen pada ikan bandeng segar adalah atribut keadaan kulit. Atribut keadaan kulit memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada produk sebesar 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa atribut keadaan kulit sudah
sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut konsumen, sifat ideal atribut keadaan kulit ikan bandeng segar adalah warna kulit terang dan jernih dan masih kuat membungkus tubuh. Atribut keadaan mata mempunyai selisih poin antara apa yang diinginkan konsumen dengan kenyataan pada produk adalah sebesar 0,50. Atribut keadaan mata menempati urutan ketujuh dan sudah memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Keadaan mata yang ideal menurut konsumen ikan bandeng segar adalah bersinar cerah/terang dan menonjol dan ikan bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten sebagian besar mempunyai keadaan mata bersinar cerah atau terang dan bola mata menonjol. Atribut harga merupakan atribut terakhir dan belum memenuhi sifat ideal konsumen. Atribut harga memiliki selisih nilai antara apa yang diharapkan konsumen dengan kenyataan yang ada pada produk sebesar 1,32. Selisih nilai antara sifat ideal konsumen dengan kenyataan produk cukup besar sehingga atribut harga cukup dipertimbangkan oleh konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar. Harga ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten berkisar Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00 per Kg. Menurut konsumen, atribut harga ini belum memenuhi sifat ideal karena masih relatif mahal. Namun konsumen juga memperhatikan kualitas ikan bandeng segar yang baik maka harga tidak menjadi masalah, bagi konsumen ono rego ono rupo. Hasil penelitian dan analisis di atas sudah sesuai dengan hipotesis pertama penelitian ini yaitu atribut-atribut yang ada pada ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Walaupun atribut harga belum memenuhi sifat ideal menurut konsumen, karena harga ikan bandeng segar masih relatif mahal bagi konsumen yaitu Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00. Oleh karena itu dengan harga yang relatif mahal kualitas ikan bandeng segar konsumen menginginkan ikan bandeng segar dengan kualitas yang baik. Namun secara keseluruhan atribut-atribut ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal konsumen.
F.
Analisis Sikap Konsumen terhadap Ikan Bandeng Segar Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu sebesar 20 % dibanding dengan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga bandeng sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Ikan bandeng yang dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah ikan bandeng segar yang mempunyai berbagai macam atribut yang perlu dipertimbangkan konsumen sebelum melakukan pembelian. Atribut-atribut tersebut meliputi atribut harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang. Atribut-atribut tersebut kemudian dievaluasi dan akan menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli ikan bandeng segar, sehingga dapat mencerminkan sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar. Seorang produsen ataupun pemasar harus dapat mengetahui bagaimana selera konsumen yang tercermin dari perilaku konsumen, khususnya sikap konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku. Setiap konsumen memiliki produk ideal bagi dirinya. Ditinjau dari sikap, semakin dekat sebuah produk ke poin ideal, semakin baik posisinya. Dengan mengetahui sikap konsumen, sangat penting bagi produsen untuk memenuhi selera konsumen akan ikan bandeng segar yang diinginkan sehingga dapat memberikan keuntungan bagi produsen dan pemasar.
Tabel 35. Sikap Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar Atribut Harga Ukuran Ikan Keadaan Mata Keadaan Kulit Kebersihan Sisik Keadaan Daging Aroma atau Bau Warna Insang Sikap (Ab)
Tingkat Kepentingan (Wi) 4,18 3,90 4,11 3,73
/Ii – Xi/
Wi/Ii – Xi/
1,32 0,46 0,50 0,49 0,47
5,5176 1,7940 2,0550 1,8277 2,0633
0,38
1,8164
0,38 0,36
1,8392 1,4256 18,3388
4,39 4,78 4,84 3,96
Sumber: Analisis Data Primer Kriteria sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar dinilai dengan menggunakan skala linear numerik, yaitu: 0
£ Ab < 22,09958
: sangat baik
22,09958 £ Ab < 44,19916
: baik
44,19916 £ Ab < 66,29874
: netral
66,29874 £ Ab < 88,39832
: buruk
88,39832 £ Ab < 110,4979
: sangat buruk
Berdasarkan Tabel 35 maka analisis di atas dapat diketahui bahwa skor dari skala numerik sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar sebesar 18,3388. Artinya ikan bandeng mendapatkan sikap sangat baik dari konsumen. Namun hasil penelitian berbeda dengan hipotesis kedua dalam penelitian ini karena pada hipotesis kedua penelitian sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah baik sedangkan pada hasil penelitian sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan konsumen, selain ditunjukkan dengan perilaku beli konsumen yang mengkonsumsi ikan bandeng segar, konsumen juga mendapatkan berbagai manfaat saat mengkonsumsi, seperti kandungan protein yang cukup tinggi
yang terkandung dalam daging ikan bandeng segar dan baik untuk kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak karena mengandung asam lemak omega-3 yang bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan analisis yang dilakukan mengenai Sikap Konsumen Pasar Tradisional terhadap Ikan Bandeng Segar di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut: 1.
Atribut-atribut pada ikan bandeng segar secara berurutan mulai dari yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut warna insang, aroma atau bau, keadaan daging, ukuran ikan, kebersihan sisik, keadaan kulit, keadaan mata, dan harga.
2.
Sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap ikan bandeng segar adalah sangat baik, hal ini karena secara keseluruhan atributatribut pada ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal menurut konsumen.
B. Saran 1.
Sebaiknya para pedagang atau pemasar tetap menjaga kualitas dan kesegaran ikan bandeng segar dengan melakukan pendinginan ikan bandeng segar menggunakan es atau air yang bersih ketika berjualan.
2.
Sebaiknya pedagang atau pemasar ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten lebih memperhatikan atribut-atribut yang dipertimbangkan oleh konsumen yaitu terutama aroma atau bau, keadaan daging dan kebersihan sisik ikan bandeng segar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Kekuatan Pasar Tradisional. http://pikiran-rakyat.com/cetak. Diakses tanggal 27 Desember 2009. . 2007. Indikator Makro Sosial Budaya Kabupaten Pandeglang 2007. http://www.pandeglang.go.id/ipm2007. Diakses tanggal 26 Mei 2010. . 2010. Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar. Diakses tanggal 24 Januari 2010. Bank Indonesia. 2010.
Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK): Usaha
Pemindangan Ikan. http://www.bi.go.id/web.id/statistik. Diakses tanggal 04 Februari 2010. BPS Kabupaten Klaten. 2004. Klaten dalam Angka Tahun 2004. BPS Klaten. . 2005. Klaten dalam Angka Tahun 2005. BPS Klaten. . 2006. Klaten dalam Angka Tahun 2006. BPS Klaten. . 2007. Klaten dalam Angka Tahun 2007. BPS Klaten. . 2008. Klaten dalam Angka Tahun 2008. BPS Klaten. Budiyati, Y.I.S. 2004. Sikap Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006. Sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan pada Acara Pengukuhan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (FORIKAN)Indonesia. Dalam http://www.dkp.go.id/content. Diakses tanggal 4 Juli 2010. Dharmmesta, B.S dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. BPFE UGM. Yogyakarta. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Klaten. 2007. Mengenal Pasar Tradisonal Klaten. Klaten Djarwanto, P. dan S. Pangestu. 1994. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE UGM. Yogyakarta. Durianto, D. Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Junianto. 2007. Kiat Memilih Ikan Segar dan Produk Olahannya. Dalam http://www.pikiran-rakyat.com/berita/cetak. Diakses tanggal 24 Januari 2010.
Khotimah, K. 2006. Teknik Pengolahan Ikan Bandeng Segar tanpa Duri di Malang. http://www.digilib.go.id/go.php. Diakses tanggal 24 Januari 2010. Kilamanca, C.M. 2008. Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Erlangga. Jakarta. . 1999. Marketing Jilid 1. Erlangga. Jakarta. . 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta. Lamb, W. C, Joseph F. Hair dan Carl M. 2000. Pemasaran Buku 1. PT. Salemba Emba Patria. Jakarta. Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Mudjiman, A. 1991. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya. Jakarta. Murtidjo. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta. Olson dan Peter. 1999. Consumer Behaviour Edisi IV. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Prasetidjo, R dan John. 2005. Perilaku Konsumen. Andi Offset. Yogyakarta. Purnomowati, I. Diana Hidayati dan Cahyo Saparinto. 2007. Ragam Olahan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta. Rismawati, W. 2007. Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Saptoaji, S. 2007. Mengenal Pasar Tradisional Kabupaten Klaten. Dinas Pengelolaan Pasar. Klaten. Saragih, R. 2009. Analisis Pengaruh Angka Beban Tanggungan Hidup dan Jumlah Rekening Tabungan Terhadap Perilaku Masyarakat di Sumatera Utara. http://www.usu.ac.id/usu/repository. Diakses tanggal 26 Mei 2010. Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. . 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Sularto, L. 2004. Pengaruh Privasi, Kepercayaan dan Pengalaman Terhadap Niat Beli Konsumen Melalui Internet. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. (3) 9.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Teori dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Supriyati, Saptana Dan Sumedi. 2001. Dinamika Ketenagakerjaan Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Pedesaan Jawa (Kasus Di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah Dan Jawa Timur). Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung. Terangi. 2010. Terumbu Karang Indonesia. http://www.terangi.or.id. Diakses tanggal 04 Februari 2010. Watiningrum, F. 2005. Pemetaan Hirarki Pusat Transportasi di Kabupaten Klaten. http://www.unes.ac.id/unes/repository Diakses pada tanggal 26 Mei 20010. Wijayanto, A. 2007. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Bandeng (Chanos chanos) Segar Di Pasar Tradisional Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Wikipedia. 2009. Bandeng. http://id.wikipedia.org/wiki/bandeng. Diakses tanggal 12 Oktober 2009. Yatyoga, D.F. 2007. Analisis Minat Masyarakat terhadap Lembaga Pendidikan Bahasa EF English First. http://www.yatyog07.blogspot. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010 Yuswohady. 2006. Menyasar Pasar Ibu Rumah Tangga. http://www.republika.co.id/. Diakses tanggal 20 April 2010.
Dalam