Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
SIKAP ISTRI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDI DI WILAYAH KAMPUNG ‘X’ JAKARTA) Melliza Selviana Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta 11510
[email protected]
Abstrak Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atas penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan seseorang secara melawan hukum dalam lingkungan rumah tangga (UU NO.23 tahun 2004). Kekerasan dalam rumah tangga ini terjadi karena kepercayaan yang sudah mengakar bahwa istri merupakan benda milik penuh sang suami sehingga suami berhak melakukan apa saja atas istrinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga (studi di wilayah kampung ‘x’ Jakarta). Kata Kunci: sikap istri, kekerasan, rumah tangga
Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
16
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
dikarenakan istri memi-liki keyakinan bahwa KDRT yang dilakukan suami adalah suatu bentuk peringatan kepada istri. Adapula yang berpendapat berbeda ’gak boleh dong, apapun alasannya, karena semua masalah bisa dibicarakan baik-baik’. Ketika KDRT dibicarakan kepada mertua, saudara atau mungkin tetangga, maka mereka justru menanyakan apa kesalahan istri sampai membangkit-kan amarah suami hingga memukul. Kemudian istri “dibekali” serangkaian pesan yang isinya antara lain agar lebih memahami “jiwa” lakilaki agar bertahan bagaimanapun keadaannya. Contoh tersebut membuk-tikan bahwa banyak perempuan korban KDRT yang menyerah pada keadaan, memendam sendiri penderi-taannya, meyakini bahwa bersabar dan berbesar hati atas perilaku suami adalah jalan terbaik. Tanpa disa-dari, solusi semacam itu sebetulnya telah menyebab-kan dampak negatif yang berlapis-lapis baik bagi istri, anak-anak dalam keluarga, nilai-nilai dalam masyara-kat tentang relasi laki-laki dan perempuan serta ten-tang keluarga. Kasus KDRT terhadap istri bukanlah kasus yang mudah terungkap karena hukum di Indonesia mewajibkan setiap bentuk kekerasan harus ada bukti dan saksi, sementara hal tersebut tidak mudah untuk didapatkan korban. Istri yang mengalami KDRT bia-sanya mereka merasa malu untuk membuka persoalan rumah tangga kepada masyarakat luas atau publik ka-rena mereka menganggap hal tersebut merupakan suatu aib. Budaya masyarakat yang patriakal turut menjadi penguat terjadinya KDRT terhadap istri ka-rena menempatkan posisi lakilaki lebih tinggi diban-dingkan dengan perempuan, serta pandangan agama yang menempatkan laki-laki sebagai imam dalam ru-mah tangga. Adanya pengaturan dan perlindungan yang tegas didalam peraturan perundangundangan di Indonesia, seperti UU no 23 tahun 2004 tentang peng-hapusan kekerasan dalam rumah tangga (PKDRT), bentukbentuk KDRT yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga. Namun praktek kekerasan terhadap istri oleh suami dalam lingkup rumah tangga masih tetap saja berlangsung. Idealnya dalam suatu keluarga harus saling menghargai, dan memiliki hak dan kewajiban yang seimbang seperti dalam UU perkawinan no 1 ta-hun 1974 pasal 31 yang menyatakan bahwa, hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan berumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Sikap pasrah dan menerima masih mendomi-nasi 90% (persen) perempuan, termasuk mereka yang sudah berpendidikan tinggi. Walau
Pendahuluan Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perem-puan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Ko-misi Nasional (Komnas) Perempuan mencatat jumlah peningkatan hingga 213% (persen), yakni sejumlah 54.425 kasus dibanding tahun sebelumnya. Kasus ke-kerasan terhadap perempuan 90% (persen) berupa kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga (KDRT). http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul =news&detail= true&id=5700. KDRT merupakan masalah sosial serius yang kurang mendapat tanggapan dari masyarakat, hal ini disebabkan karena ruang lingkup yang tertutup dan terjaga ketat privasinya dan persoalannya terjadi da-lam area keluarga. KDRT seringkali dianggap “wajar” karena diyakini bahwa memperlakukan istri sekehen-dak suami merupakan hak suami sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga. http://wangmuba.com/-tag/psikologikeluarga/. Kenyataan inilah yang menyebabkan minim-nya respon masyarakat terhadap keluhkesah para istri yang mengalami persoalan KDRT dalam perkawinan-nya. Akibatnya, mereka memendam persoalan itu sen-dirian, tidak tahu bagaimana menyelesaikannya dan semakin yakin pada anggapan yang keliru, yaitu bah-wa suami memang berhak mengontrol istrinya. Fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia dengan adat “ketimurannya” lebih suka me-nyembunyikan dan bungkam terhadap masalah KDRT. Hal ini juga disebabkan karena masih kuatnya kultur yang menomor satukan keutuhan dan keharmo-nisan keluarga. Ditambah lagi dengan adanya persepsi ajaran agama yang keliru. Misalnya nilai-nilai tradi-sional Jawa sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam yang mengintepretasikan lelaki sebagai pemimpin perem-puan, sehingga oleh karenanya mengharuskan perem-puan itu direfleksikan dalam ungkapan “Swarga nurut neraka katut” yang artinya adalah seorang istri harus mengikuti suaminya dengan setia, apakah ia pergi ke surga atau ke neraka. Hasil wawancara peneliti dengan salah satu istri di kampung ’X’ mengenai apakah seorang istri yang dipukul suami ketika melakukan kesalahan ada-lah hal yang wajar, “menurut saya hal tersebut wajar-wajar saja, ketika istri melakukan kesalahan maka suami memukulnya mungkin untuk memberikan peri-ngatan agar istri lebih berhatihati dalam bertindak”. Peneliti menyimpulkan istri tersebut memiliki sikap yang positif terhadap KDRT Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
17
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
Po-pulasi penelitian ini adalah seluruh istri yang tinggal di kampung ’X’ Jakarta. Jumlah seluruh populasi da-lam penelitian ini adalah 3300 yang terbagi dalam 7 (tujuh) Rw. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap dianggap bisa mewakili populasi (Hasan, 2002). Karakteristik sam-pel dalam penelitian ini adalah : Tinggal bersama sua-minya. Jumlah sampel yang digunakan dalam peneli-tian ini sebanyak 98 orang dari total populasi seba-nyak 3300. Yamame (dalam Rakhmat, 1999:82) de-ngan tingkat kesalahan 10%. Teknik pengambilan sampel dalam Penelitian ini adalah probability sam-pling yaitu proses pemilihan sampel dengan seluruh anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih (Kountur, 2007). Pengambilan sampel dilakukan dengan proportional random sampling, per-tama dilakukan pembagian populasi kedalam kelom-pok-kelompok, dalam penelitian ini kelompok adalah Rukun Warga (RW) yang terdapat di kampung ’X’ yaitu 7 (tujuh) RW. Kemudian ukuran sampel per RW dibagi berdasarkan proporsi banyaknya istri per RW dalam populasi. Maka sampel yang diambil per RW dapat dilihat Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Sampel di Setiap RW
perempuan itu se-orang pejabat, tetapi di rumah ia masih harus rela menerima perlakuan kasar suami dan menghormati suami seperti perempuan tradisional lain. Hampir se-mua perempuan dalam keluarga memiliki semacam perasaan “wajib” menerima kekerasan dari suami dan keluarga suami. Sikap ini diturunkan dari generasi ke generasi. Saat kecil ibu sudah mengajarkan bagai-mana bersikap sopan terhadap saudara laki-laki dan menjelang dewasa, perempuan diberi pengertian me-ngenai sikap sopan terhadap suami tetapi pria jarang diajarkan sikap sopan terhadap perempuan di rumah. (http:// www. lpmak. org/news. php? id=193.)
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskripsi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai va-riabel mandiri baik satu variabel atau lebih (bebas) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2000). Data dikumpulkan sebagaimana adanya, dan penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif yang sifatnya non eksperimental.
Variabel Penelitian Penelitian ini hanya menggunakan satu varia-bel, yaitu sikap istri terhadap KDRT.
1. Definisi Konseptual Definisi konseptual yang digunakan adalah teori dari Mann yang menyatakan bahwa sikap meru-pakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak dan bersifat pribadi. Ada 3 (tiga) komponen sikap menurut Mann yaitu kognitif, afektif dan konatif. Sedangkan KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perem-puan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atas penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan pene-lantaran rumah tangga.
RW
Populasi
1
473
14,33%
14
2
352
10,67%
11
3
529
16,03%
15
4
565
17,12%
17
5
403
12,22%
12
6
471
14,27%
14
7
507
15,36%
15
Total
3300
100%
98
Persentase
Sampel
2. Definisi Operasional Sikap istri terhadap KDRT adalah skor total dari seluruh dimensi kognitif, afektif dan konatif. Semakin tinggi skor totalnya maka semakin positif sikapnya terhadap KDRT, dan sebaliknya semakin rendah skor totalnya maka semakin negatif sikapnya terhadap KDRT.
Instrumen Penelitian Alat ukur Instrumen penelitian berupa kuesioner. Kue-sioner adalah teknik pengumpulan data dengan me-nyerahkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden (Soehartono, 2002). Kuesioner dalam pe-nelitian ini terdiri dari dua bagian. Di bagian pertama berisi data mengenai latar belakang subyek antara lain: a. suku bangsa b. pendidikan terakhir
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, je-las dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002). Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
18
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
bawah 0,3 sehingga dinyatakan gugur dan 61 item yang valid dari 80 item.
c. usia d. pekerjaan Dibagian kedua adalah skala sikap terhadap KDRT disusun berdasarkan teori sikap yang berdasarkan pada dimensi kognitif, afektif, dan konatif. Masing-masing dimensi dikembangkan dalam pernya-taan yang mengandung bentuk-bentuk KDRT yaitu kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran ru-mah tangga. Skala alat ukur yang digunakan adalah dalam bentuk skala Likert dan menggunakan skala ber-kontinum; sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Alasan menggunakan 4 kontinum adalah untuk meghindari kecenderungan responden menjawab ditengah.
2. Reliabilitas Reliabilitas dapat diartikan secara harfiah se-bagai keteradaan (dependability), stabilitas (Stability), konsistensi (consistency), kemungkinan meramalkan (predictability), dan keakuratan (accuracy) (Kerlinger & Lee, 2000, dalam Yulianto 2005). Pengujian relia-bilitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan prosedur konsistensi internal (Internal consistency ) Pada penelitian ini teknik untuk mendapatkan konsis-tensi internal dengan cronbach alpha (α), karena pada metode ini selain menghitung varians skor tes, juga menghitung varians skor setiap item tes, sehingga dapat digunakan untuk menghitung reliabilitas dari tes yang item-itemnya diskor lebih dari 1. Hasil analisis uji reabilitas dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha pada skala sikap memperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,932. Koefisien reliabilitas dengan hasil mendekati 1 dapat dikatakan memiliki keandalan yang tinggi (Sugiyono, 2007). Hal ini berarti bahwa skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
Teknik Skoring Penilaian pada pernyataan positif (favorabel), berlawanan dengan penilaian pada pernyataan negatif (Unfavorabel). Untuk pernyataan positif pilihan sangat tidak sesuai diberi nilai 1, pilihan tidak sesuai diberi nilai 2, pilihan sesuai diberi nilai 3 dan pilihan sangat sesuai diberi nilai 4. Dan untuk pernyataan negatif, untuk pilihan sangat tidak sesuai diberi nilai 4, tidak sesuai diberi niali 3, sesuai diberi nilai 2, dan untuk pernyataan sangat sesuai diberi nilai 1.
Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian ini adalah teknik perhitungan statistik deskriptif. Keseluruhan data hasil penelitian diolah dengan menggunakan progaram komputer SPSS versi 17.0 Berikut ini dipaparkan urutan prosedur yang digunakan untuk mengolah data yang terkumpul : 1. Deskripsi mengenai data demografi sampel dan data lainnya yang dapat diolah secara deskriptif seperti agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan dan usia. 2. Untuk menentukan subjek yang memiliki sikap positif dan sikap negatif digunakan rumus sebagai berikut: a. Untuk mengentahui dimensi sikap yang lebih dominan data diolah dengan menggunakan Z-score. b. Untuk menganalisa perbedaan sikap positif dan sikap negatif dilihat dari agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan usia, digunakan uji hipotesa dengan menggunakan Chi-square test.
Kisi-kisi alat ukur Kisi-kisi kuesioner berdasarkan teori dari Mann (1969) yang mempunyai 3 (tiga) komponen yaitu; kognitif, afektif dan konatif.
Uji Coba Alat Ukur 1. Validitas Validitas item pada masing-masing alat ukur diuji untuk mengetahui apa yang diukur skala psiko-logi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Anastasi & Urbina, 1997 dalam Yulianto, 2005). Perhitungan validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan tipe content validity, pemeriksaan kisi-kisi, butir, dan pernyataan item de-ngan melakukan konsultasi pada pakar (expert jud-gement) dan setelah itu di uji cobakan ke lapangan. Setelah di uji cobakan ke lapangan kemudian data ditabulasikan, lalu penulis melakukan pengujian de-ngan analisis item total korelasi, yaitu dengan meng-korelasikan antara skor butir instrumen dengan skor totalnya (Sugiyono, 2002). Teknik statistik yang digu-nakan adalah Pearson product moment. Prosedurnya yakni dengan mengkorelasikan setiap butir dengan skor totalnya. Berdasarkan hasil uji validitas terhadap alat ukur sikap diperoleh 19 item yang memiliki nilai di Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan statistik deskritif menggunakan SPSS 17,0 diperoleh hasil deskriptif gambaran umum sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga yaitu hasil mean 132,89 19
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
(18) saya tidak akan menampar suami menampar saya meskipun saya melakukan kesalahan. Untuk pembahasan selanjutnya hanya akan digunakan 27, yang terdiri dari 18 istri (66,67%) dengan sikap positif dan 9 istri dengan sikap negatif (33,33%). Hal ini digunakan karena penulis hanya ingin melihat kategorisasi sikap yang terdiri dari sikap positif dan sikap negatif.
minimum 69, maksimum 193, dan standar deviasi 19,31. Penyebaran sikap terhadap KDRT berdasarkan kategori diatas untuk istri di wilayah kampung X. Terlihat bahwa sikap istri terhadap KDRT di wilayah kampung X Jakarta yang diperoleh dari 98 responden menunjukan hasil gambaran sikap terhadap KDRT dengan sikap positif sebanyak 18 responden (18,4%), sikap netral sebanyak 71 responden (72,4%), dan sikap negatif sebanyak 9 responden (9,2%). Tabel 2 Gambaran Umum sikap terhadap KDRT di wilayah kampung X jakarta
Gambaran Sikap Terhadap Berdasar-kan Data Penunjang 1. Gambaran Sikap Terhadap Berda-sarkan Suku Bangsa
Sikap
%
Positif
18
18,4%
Netral
71
72,4%
Negatif
9
9,2%
Hal ini menjadi menarik karena lebih banyak responden yang memiliki sikap positif terhadap KDRT dari pada responden yang memiliki sikap negatif terhadap KDRT. Mann (1969) menyatakan bahwa sikap memiliki tiga dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif dan konatif (dalam Azwar, 2007) Responden yang memiliki sikap positif terhadap KDRT artinya mereka memiliki pemahaman bahwa KDRT adalah hal yang wajar terjadi (kognitif), seperti yang tergambar pada item (1) memukul adalah hal yang baik dilakukan suami karena dapat memperbaiki tingkah laku istri yang salah, memiliki perasaan nyaman terhadap terjadinya KDRT (afektif), seperti yang tergambar pada item (11) saya merasa senang suami memaksakan hubungan intim dengan istri ka-rena suami adalah kepala rumah tangga, dan cen-derung menerima terjadinya KDRT (konatif), seperti yang tergambar pada item (19) saya akan membiarkan suami memaki saya saat saya tidak melakukan peker-jaan dirumah dengan baik. Sedangkan untuk res-ponden yang memiliki sikap ne-gatif artinya mereka memiliki pemahaman bahwa KDRT adalah hal yang tidak wajar terjadi (kognitif), seperti yang tergambar pada item (29) menampar adalah hal yang tidak baik yang dilakukan suami agar istri tidak membangkang, memiliki perasaan tidak nyaman terhadap terjadinya KDRT (afektif) seperti yang tergambar pada item (5) saya merasa sedih apabila ada suami memukul istri meskipun denga tujuan agar istri selalu ingat berbuat kebaikan, dan memiliki kecenderungan untuk meno-lak terjadinya KDRT (konatif), seperti yang tergam-bar pada item Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
KDRT
Untuk menggambarkan sikap terhadap KDRT berdasarkan suku bangsa responden antara lain, Jawa, Betawi, Sunda, Padang, Palembang. Berdasarkan per-hitungan statistik deskriptif menggunakan SPSS 17,0, terlihat bahwa pada suku bangsa Jawa 3 (11,11%) responden memiliki sikap positif, dan tidak ada res-ponden yang bersikap negatif. Demikian pula pada responden dengan suku bangsa Padang 1 (3,70%) res-pondennya memiliki sikap positif dan tidak ada res-ponden yang memiliki sikap negatif, suku bangsa Palembang 1 (3,70%) respondennya memiliki sikap positif dan tidak ada responden yang memiliki sikap negatif. Responden dengan suku bangsa Betawi 11 (40,74%) responden memiliki sikap positif dan hanya 4 (14,81%) respoden yang memiliki sikap negatif. Sedangkan untuk responden dengan suku bangsa Sunda terdapat 2 (7,41%) responden yang memiliki sikap po-sitif dan 5 (18,52%) responden memiliki sikap ne-gatif. Hasil data tersebut sangat menarik karena hanya suku bangsa Sunda yang respondennya lebih banyak memiliki sikap negatif daripada responden yang me-miliki sikap positif. Hal ini dikarenakan responden de-ngan suku bangsa Sunda memiliki pemahaman bahwa KDRT adalah hal yang tidak wajar, seperti yang di-gambarkan pada pernyataan tidak setuju dan sangat tidak setuju pada item (8) mengancam adalah hal yang tidak baik dilakukan suami meskipun dapat memperingati istri agar tidak membangkang. Dari item ter-sebut dapat menunjukkan bahwa Suku bangsa Sunda beranggapan bahwa kekerasan secara psikis adalah hal yang tidak wajar. Pada masyarakat Jawa, Betawi, Padang, Palembang memiliki sikap positif lebih besar daripada yang bersikap negatif, hal ini disebabkan ka-rena kebudayaan memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap terhadap berbagai masalah, kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan jugalah yang memberikan corak pengalaman individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 2007).
Kategori Jumlah
KDRT
20
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
Kepolisian. http://www.jurnal perempuan.com/yjp.jpo/?act=berita%7C-605%7CP
seperti pada budaya Padang yang menganut budaya matrilineal (garis keturunan ibu) memiliki si-kap positif terhadap KDRT hal ini disebabkan karena responden dengan suku bangsa padang memiliki kepercayaan bahwa memukul adalah hal yang tidak baik dilakukan seperti yang digambarkan pada item no. 3 (Saya akan membiarkan suami menampar saya ketika saya melakukan kesalahan) hal ini menunjukkan bahwa responden dengan suku bangsa padang memiliki kecenderungan untuk berperilaku menerima perlakuan kasar. Begitu pula dengan suku bangsa Jawa dalam budaya Jawa seorang perempuan seolah diwajibkan untuk menjadi wanita dalam artian wanita ditata atau berani diatur hidupnya. Budaya narimo ing pandhum menjadi khasanah khas, dimana perempuan harus mau dan mampu menjadi pembantu laki-laki seberat apapun bebannya. Banyak keinginan pribadi yang harus bisa dia tahan dalam hati demi menunju-kan rasa cinta itu kepada suami. Sampai-sampai untuk menyebut pasangan digunakan istilah garwa, sigarane nyawa, atau belahan jiwa. http://blog. rawins.com-/2010/04/perempuan-jawa.html
3. Gambaran Responden
Berdasarkan
Usia
Untuk menggambarkan sikap istri berdasarkan usia responden yaitu 22-40 tahun dan 41-70 tahun. Pada hasil analisis crosstab terlihat bahwa ter-dapat 9 (33,33%) responden dengan usia 18-40 tahun memiliki sikap positif dan 5 (18,52%) responden ber-sikap negatif, dan terdapat 9 (33,33%) responden de-ngan usia 41-70 tahun memiliki sikap positif dan 4 (14,81%) responden memiliki sikap negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa kategori sikap positif dan negatif paling banyak berada pada usia 18-40 tahun dan 41-70 tahun. Hal yang menarik adalah pada usia 18-40 tahun memiliki persentase sikap negaitif lebih besar dibandingkan responden dengan usia 41-70 tahun hal ini disebabkan karena usia 18-40 tahun termasuk ke-dalam kategori masa dewasa dini yang memiliki ke-mampuan untuk berpikir abstrak, menalar secara logis, dan dapat menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia (Santrock, 2002). Karena telah banyak-nya informasi baik dari media cetak maupun media elektronik mengenai KDRT sehingga dapat mem-bedakan hal yang baik dilakukan maupun hal yang ti-dak baik lakukan dan menyadari tugastugasnya da-lam rumah tangga, sehingga memiliki sikap negative terhadap KDRT
2. Gambaran Sikap Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden Untuk menggambarkan sikap istri berdasarkan pendidikan terakhir, yaitu Tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi. Pada hasil analisis crosstabs terlihat bahwa istri yang memiliki sikap terhadap KDRT berdasarkan pendidikan terakhir responden terdiri dari tidak seko-lah, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi. Responden de-ngan pendidikan SD 5 (18,52%) responden memiliki sikap positif dan 4 (14,81%) responden memiliki si-kap negatif. Responden dengan pendidikan SMP 5 (18,52%) responden memiliki sikap positif dan 3 (11,11%) responden yang memiliki sikap negatif. Respoden dengan pendidikan SMA 6 (22,22%) res-ponden memiliki sikap positif dan 2 (7,41%) res-ponden yang memiliki sikap negatif. Responden de-ngan pendidikan di perguruan tinggi 2 (7,41%) respondennya memiliki sikap positif dan tidak terdapat responden yang memiliki sikap negatif. Berdasarkan hasil ternyata responden dengan pendidikan sarjana memiliki sikap positif lebih banyak dibandingkan yang memiliki sikap negatif hal ini sesuai dengan penelitian LP3A yaitu mengenai tingkat pendidikan pelaku KDRT SMU/Sederajat (45%) dan Perguruan Tinggi (15%), sisanya sebesar 40% tidak teriden-tifikasi. Selain itu tingkat kemapanan hidup klien da-pat dikategorikan pada taraf yang cukup baik, karena pada umumnya pelaku kekerasan memiliki pekerjaan yang layak seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS), ang-gota Dewan dan aparat Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
Sikap
4. Gambaran Sikap Berdasarkan Pekerjaan Responden Untuk menggambarkan sikap istri berdasarkan pekerjaan responden yaitu sebagai ibu rumah tangga, wirausaha, wiraswasta. Berdasarkan hasil ana-lisis crosstab terlihat bahwa terdapat 14 (51,85%) res-ponden memiliki sikap positif dan 9 (33,33%) res-ponden memiliki sikap negatif, terdapat 2 (7,41%) responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta me-miliki sikap positif dan tidak ada yang bersikap ne-gatif, demikian pula dengan responden yang bekerja sebagai sales. Berdasarkan hasil statistic tersebut terli-hat bahwa dari ketiga jenis pekerjaan responden yaitu ibu rumah tangga, sales, dan wiraswasta, terdapat le-bih banyak yang bersikap positif daripada yang ber-sikap negatif. Hal ini disebabkan karena adanya ke-percayaan bahwa KDRT adalah hal yang wajar terjadi terhadap istri seperti yang ditunjukkan pada item (no. 44) yaitu saya percaya bahwa ketika suami memaksa hubungan intim adalah cara mengingatkan istri untuk patuh pada suami. Hal yang menarik terjadi pada res-ponden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memiliki persentase sikap positif yang jauh lebih be-sar dibandingkan denagn 21
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
bangsa responden. Artinya da-lam menentukan sikap istri terhadap KDRT tidak ter-batas dengan perbedaan suku bangsa.
responden yang bekerja se-bagai wiraswasta dan Sales, Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media mas-sa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional (Azwar, 2007). Sesuai dengan hasil penelitian jurnal perempuan yang menunjukkan Se-cara rinci persentase jenis pekerjaan dari korban di an-taranya mencakup: IRT (45,6%), tidak bekerja (6,6%), pegawai swasta (9,6%), wirausaha (9,2%), pelajar (6,3%), petani (4%), TNI/POLRI (0,1%) http://nusantaraonline.org/id/content/kdrtpembatasan -atas-nama-kesusilaa.
2.
Sikap ditinjau dari Pendidikan Terakhir Responden
Berdasarkan hasil analisis chi-square dengan menggunakan SPSS 17.0 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,612. Diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,612 > 0,05) maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan sikap secara signi-fikan ditinjau dari pendidikan terakhir responden. Ar-tinya dalam menentukan sikap istri terhadap KDRT ti-dak terbatas dengan pendidikan terakhir.
Dimensi Dominan Sikap Berdasarkan hasil analisis Z – Score, dapat di-lihat bahwa dari tiga dimensi sikap yaitu kognitif, afektif , dan konatif. Diperoleh hasil bahwa dimensi kognitif lebih dominan dibandingkan dimensi afektif dan dimensi konatif. Berdasarkan hasil analisis Z-score pada tabel 4.6, dari ketiga dimensi sikap yaitu kognitif, afektif dan konatif diperoleh hasil bahwa dimensi kognitif lebih dominan dibandingkan dengan dimensi afektif dan dimensi konatif. Artinya istri lebih memiliki pe-mahaman bahwa KDRT adalah hal yang wajar atau ti-dak wajar, seperti yang ditunjukkan dari pernyataan setuju dan sangat setuju yang digambarkan item (1) memukul adalah hal yang baik dilakukan suami ka-rena dapat memperbaiki tingkahlaku istri yang salah, begitu pula untuk kategori sikap negatif dimensi yang lebih dominan adalah dimensi kognitif, hal ini dikarenakan istri memiliki pemahaman bahwa KDRT adalah hal yang tidak wajar terjadi, seperti yang digambarkan item (8) mengancam adalah hal yang tidak baik dilakukan suami meskipun dapat mempe-ringati istri agar tidak membangkang. Menurut Mann (dalam Azwar, 2007) Komponen kognitif yaitu keper-cayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Dalam penelitian ini isyu mengenai KDRT sebagai objek sikap. Dalam hal ini, sikap istri terhadap KDRT adalah apa saja yang diper-cayai oleh seorang istri mengenai KDRT.
Uji Chi-Square 1. Sikap ditinjau Responden
dari
Suku
3.
Berdasarkan hasil analisis chi-square dengan menggunakan SPSS 17.0 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,785. Diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,785 > 0,05) maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan sikap secara signi-fikan ditinjau dari pendidikan terakhir responden. Artinya dalam menentukan sikap istri terhadap KDRT tidak terbatas dengan pendidikan terakhir.
4. Sikap ditinjau dari Pekerjaan Responden Berdasarkan hasil analisis chi-square dengan menggunakan SPSS 17.0 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,309. Diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,309 > 0,05) maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan sikap secara signi-fikan ditinjau dari pendidikan terakhir responden. Yang berarti dalam menentukan sikap istri terhadap KDRT tidak terbatas dengan pendidikan terakhir.
Kesimpulan Berdasarkan penjelasan diatas maka disimpul-kan bahwa hasil penelitian mengenai sikap istri ter-hadap kekerasan dalam rumah tangga (studi di wi-layah kampung ‘X’ jakarta), berdasarkan analisis yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada bagian saran akan dikemukakan beberapa saran praktis dan teoritis yang berkaitan dengan hasil penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian antara lain; terlihat bahwa sikap istri ter-hadap KDRT di wilayah kampung ‘X’ lebih banyak yang memiliki sikap positif daripada yang memiliki sikap negatif. Artinya lebih banyak yang mendukung terjadinya KDRT daripada yang tidak mendukung ter-jadinya KDRT. Hasil deskripsi statistik mengenai si-kap berdasarkan suku bangsa menunjukkan bahwa su-ku
Bangsa
Berdasarkan hasil analisis chi-square dengan menggunakan SPSS 17.0 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,118. Diperoleh nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,118 > 0,05) maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan sikap secara signi-fikan ditinjau dari suku Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
Sikap ditinjau dari Usia Responden
22
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
Istiwidayanti & Drs. Soedjarwo, Erlangga, Jakarta, 1980.
bangsa Jawa, Betawi, Padang dan Palembang memiliki persentase sikap positif lebih tinggi dibandingkan persentase sikap negatif, sebalikya untuk su-ku bangsa sunda memiliki persentase sikap negatif le-bih tinggi dibandingkan persentase sikap positif. Hasil deskripsi statistik mengenai sikap berdasarkan pen-didikan terakhir, pendidikan SD, SMP, SMA dan per-guruan tinggi memperlihatkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir semakin besar persentase sikap positif. Hasil deskripsi statistik mengenai sikap berdasarkan usia, kedua kategori yaitu 18-40 tahun dan 41-70 tahun respondennya lebih banyak yang ber-sikap positif daripada pada yang bersikap negative. Hasil deskripsi statistik mengenai sikap berdasarkan pekerjaan, memperlihatkan bahwa ketiga jenis peker-jaan yaitu ibu rumah tangga, wiraswasta, dan sales, ketiganya lebih banyak yang bersikap positif daripada yang bersikap negatif. Berdasarkan hasil analisis Z – Score, dari tiga dimensi sikap antara kognitif, afektif dan konatif. Diperoleh hasil bahwa dimensi yang pa-ling dominan yaitu dimensi kognitif. Berdasarkan ha-sil uji chi-square sikap dengan suku bangsa, pen-didikan terakhir, usia, dan pekerjaan menunjukkan bahwa Ho diterima artinya tidak ada perbedaan sikap secara signifikan di tinjau dari suku bangsa, pendidi-kan terakhir, usia, dan pekerjaan responden.
http://www.surya.co.id/2006/03/07/kekerasanterhadap-wanita-meningkat http://72.14.235.132/search?q=cache:TAPrMx_och 8J:kurhadi “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Cetakan ke Empat, Balai Pustaka. 1993. Kompas. (2004, Agustus). Koran Jakarta, pp. 35. Kompas. (2004, November). UU PKDRT, pp. 41. Kountur, Ronny, “Metode Penelitian” Edisi Revisi. Percetakan Buana Printing, Jakarta, 2007 Meiyanti, S, “Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga”, Pusat Penelitian Kependudukan UGM dan Ford Foundation, Yogyakarta, 1999. RCTI. (2009, Mei). Masihkah Kau Mencintaiku. Santrock, J.W. “Life Span Development”. Penerjemah: Shinto. B. Adeler, Erlangga, Jakarta, 2002.
Daftar Pustaka Arikunto, S, “Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik”, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Soehartono, Irawan. “Metode Penelitian Sosial.” Remaja Rosdakarya, Bandung. 2002.
Azwar, Saifuddin, “Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya” (edisi kedua), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995.
Sugiyono. “Statistika Untuk Penelitian”, Alfabeta. Bandung. 2000 Sugiyono. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian,” Alfabeta. Bandung, 2007.
Azwar, Saifuddin, “Penyusunan Skala Psikologi (cetakan ke sembilan)”, Pustaka Pelajar. Yogyakart,. 2008.
Widiyanto, Mikha. A. “Metodelogi Penelitian Kuantitatif”. Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul: Jakarta. 2009
Barron, Robbert. A & Donn Byrne, “Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh”, Erlangga, Jakarta, 2003.
Yulianto, Aries. “Diktat Kuliah Penyusunan Skala Psikologi”. Fakultas Psikologi Universitas Indonusa Esa Unggul. Tidak Diterbitkan. Jakarta. 2005
Guilford, J.P, & Benjamin Fruchter, “Fundamental Statistics In Psychology and Education”,Mc Graw-Hill, New York, 1973. Hasan, M. Iqbal. “Pokok-pokok Materi Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya”, Galia Indonesia. Jakarta, 2002. Hurlock, E. B, “Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan” Diterjemahkan Oleh: Dra. Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
23
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Di Wilayah Kampung ‘X’ Jakarta)
Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2010
24