SIFAT INOVASI TEKNOLOGI DALAM PENGENDALIAN SERANGGA PENULAR CVPD (Technology Innovation Characteristics of CVPD Vector Controlling) Trisna Subarna, A. Ruswandi dan Darojat BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT
ABSTRAK Diaphorina citri merupakan serangga penular CPVD. Untuk menekan perkembangan serangga tersebut dilakukan melalui penggunaan perangkap hama (yellowtrap), penggunaan insektisida dan pestisida nabati, serta sebagai kontrol dilakukan pengamatan di kebun petani tanpa introduksi teknologi. Hasil pengamatan selama sembilan bulan dengan interval waktu pengamatan dan penggunaaan perlakuan selang dua minggu pada empat lokasi dengan beberapa perlakuan perangkap hama (yellowtrap), penggunaan insektisida dan pestisida nabati petani dapat menekan perkembangan Diaphorina citri. Sifat inovasi teknologi, dapat dinilai dari beberapa aspek yaitu tingkat keuntungan relatif, tingkat kesesuaian teknologi tersebut dengan kondisi di wilayah penerapan, tingkat kerumitan dalam penerapan dan kemudahan untuk diamati dari manfaat teknologi tersebut, kemudahan untuk dicoba oleh pengguna. Dalam pengukuran sifat inovasi tersebut, dibuatkan skala penilaian untuk masing-masing aspek pada skala 1 - 4. Masing-masing aspek tersebut tentunya mempunyai bobot tersendiri dalam mempengarui keputusan petani untuk mengadopsi teknologi. Dalam penelitian inipun dibuatkan pembobotan terhadap kelima aspek tersebut, yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan acuan dalam penentuan katagori nilai yang dicapai. Nilai harapan dari masing-masing aspek merupakan perkalian antara skala tertinggi dikalikan dengan bobot aspek tersebut. Sifat inovasi suatu komponen teknologi merupakan penjumlahan nilai dari kelima aspek tersebut. Makin mudah suatu teknologi untuk dilaksanakan, maka makin besar peluang diadopsinya teknologi tersebut. Makin menguntungkan suatu teknologi, makin besar peluang diadopsinya teknologi tersebut. Kata kunci : Jeruk, penyakit. ABSTRACT Diaphorina citri is a CVPD vector. Several methods to inhibit the insect growth are implemented such as the use of insect trap (yellowtrap), insecticide application including organic pesticides, and as a control observation was conducted at farmers' farm without technology introduction. The innovation technology was measured in the following aspects; the relative benefit level, the technique compatibility with local environments, the application difficulties, the easiness to observe the advantage, and the easiness to try by the ginoers. The measurements of each aspect were made in 1-4 scale. Each aspect has its own value that affected the farmers' decision to adopt the technology. The expected value of 110
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
each aspect was the multiplication of the highest scale with the aspect value. The innovation characteristics were the sum of the aspects values. The easier the technology and the more advantage the technology, the bigger chance to adopt the technology. Keywords : Citrus, diseases. PENDAHULUAN Produksi dan produktivitas jeruk di Indonesia mengalami fluktuasi yang tajam dalam tiga dekade terakhir. Pada tahun 1995, produksi jeruk nasional pernah mencapai lebih dari 1 juta ton, tetapi dalam kurun 1995-2000 turun sekitar 35,8%. Rendahnya produksi tersebut disebabkan penerapan teknologi budidaya jeruk yang intensif oleh petani masih rendah yaitu 65% dari teknologi anjuran, terutama dalam mengendalikan penyakit CVPD, Phytophthora dan Diplodia (Nurhadi et al., 1994). Akhir-akhir ini, sentra-sentra pertanaman jeruk mulai berkembang luas sebagai antisipasi terhadap permintaan pasar. Permintaan jeruk nasional saat ini diperkirakan mencapai 1,6 juta ton per tahun, yang diperkirakan akan terus meningkat sebesar 5-10% per tahun (Muharam, 2004). Salah satu varietes jeruk keprok yang menjadi ungulan nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 760/KPTS.240/6/99 tanggal 22 Juni 1999 adalah jeruk keprok Garut. Jeruk keprok Garut mempunyai rasa yang khas sehingga menduduki segmen pasar tersendiri dengan harga yang lebih tinggi dari jeruk keprok lainnya. Usahatani jeruk keprok Garut seluas 1 ha (500 pohon) memberikan keuntungan pada tahun ke-4 sebesar Rp. 39.966.000,- dengan B/C ratio 1,9 (Dinas Pertanian Kabupaten Garut, 2000). Populasi dan produksi jeruk keprok Garut dari tahun ke tahun terus menurun. Pada tahun 1998 jumlah pohon jeruk keprok Garut yang telah menghasilkan sebanyak 740.742 pohon dengan produksi 32.697 ton, tahun 2001 turun menjadi 177.256 pohon dengan produksi 13.416 ton. Pada kurun waktu yang sama tanaman yang belum menghasilkan turun dari 107.751 pohon menjadi 67.240 pohon (Dinas Pertanian Kabupaten Garut, 2000), (Tabel 1).
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
111
Tabel 1. Produksi dan Populasi Jeruk Keprok Garut Tahun 1998 - 2001 (Production and Population of Citrus Mandarin cv. Garut During 1998-2001) Pohon Produktif
Pohon Belum Produksi
Tahun Pohon
%
Produksi (ton)
%
Pohon
%
1998
740.742
100,00
32.697
100,00
107.751
100,00
1999
504.269
68,08
23.998
73,39
67.240
62,40
2001
177.256
23,93
13.416
41,03
Tidak ada data
Data diolah: Dinas Pertanian Kabupaten Garut, 2000; Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Garut, 2002.
Berdasarkan data diatas, pada kurun waktu 3 tahun (1998-2001) populasi jeruk keprok Garut yang telah menghasilkan turun sebanyak 563.486 pohon atau 77,07%. Kalau investasi petani Rp.150.000,-/pohon, menurunnya produksi jeruk menyebabkan kerugian sebesar 85 milyar rupiah, sedangkan menurunnya populasi tanaman yang belum berproduksi menyebabkan kerugian senilai Rp. 2,025 milyar dengan biaya produksi Rp. 50.000,-/pohon. Dari sisi produksi penurunan sebesar 59,07% dengan harga jual Rp. 10.000,-/kg menyebabkan kerugian Rp. 192.810.000.000,- (Rp. 192,81 milyar). Kerugian tersebut antara lain disebabkan oleh serangan CVPD dan Triteza, sebagai akibat dari penggunaan benih yang tidak bebas penyakit; dan pengelolaan kebun belum mengikuti kaidah Pengelolaan Kebun Jeruk Sehat (PTKJS). Selain kerugian materil seperti tersebut di atas, kerugian lainnya adalah citra jeruk keprok cv. Garut yang terus menurun baik produktivitas dan kualitasnya, dan dikhawatirkan akan punah. Menurut Aubert (1989); Aubert et al. (1985) serangan CVPD, Tristeza yang prevalen di khawatirkan dapat menyebabkan punahnya kultivar maupun varietas jeruk di Indonesia. Menurut Nobumasa dan Akihima, (1990) sampai saat ini belum ada varietas yang tahan terhadap CVPD. Telah banyak teknologi dan pendekatan dalam upaya mengendalikan CVPD yang merupakan penyakit utama pada pohon jeruk yang bersifat pathogen sistemik. Oleh karena itu pengendalian CVPD harus dilakukan secara komprehensif dan tuntas. Pendekatan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) merupakan suatu pendekatan teknologi tanaman jeruk yang telah dihasilkan oleh Balai Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Tlekung, Jawa Timur. Terdapat 5 (lima) komponen pendekatan teknologi dalam PTKJS, termasuk didalamnya pengendalian serangga penular CPVD. Namun demikian tidak semua teknologi pengendalian serangga penular CPVD dengan cepat diadopsi oleh petani. Paul Mundy (2000) menyatakan bahwa dari sisi teknolog adopsi akan ditentukan oleh sifat inovasi teknologi itu sendiri. Berdasarakan hal tersebut di atas maka diperlukan penelitian sifat teknologi pengendalian serangga penular CVPD. 112
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Desa Sindangpalay, Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut, pada tahun 2005 sampai tahun 2006, dengan menggunakan metoda action research. Petani pelaksana dan sampel terdiri atas 32 petani yang melaksanakan pengendalian hama dengan empat perlakuan (insektisida, yellow trap, insektisida, pestisida nabati, dan B. Bordeaux). Luas areal yang digunakan berdasarkan kepemilikan petani (rata-rata0.5 ha). Dalam pengukuran sifat ivonasi tersebut, dibuatkan skala penilaian untuk masing-masing aspek tersebut seperti pada tabel 2. Tabel 2. Deskripsi, Skala dan Kategori Sifat Inovasi Teknologi (Description, Scale, and Innovation Technology Characters Category) Sifat Inovasi 1. Keuntungan relatifnya dibanding teknologi sebelumnya
2. Tingkat Kesesuaian
3. Tingkat Kerumitan dalam teknis penerapan
4. Tingkat kemudahan untuk diamati
5. Tingkat kemudahan untuk diuji coba
Deskripsi
Skala
Kategori
Perbedaan keuntungan secara finansial dibandingkan dengan teknologi kebiasaan petani (yang sedang dilakukan atau sebelumnya)
1
Sangat tidak menguntungkan
2
Tidak menguntungkan
3
Menguntungkan
4
Sangat menguntungkan
1
Sangat tidak sesuai
2
Tidak sesuai
3
Sesuai
4
Sangat sesuai
1
Sangat rumit
2
Rumit
3
Tidak rumit
4
Sangat tidak rumit
1
Sangat sulit diamati
2
Sulit diamati
3
Mudah diamati
4
Sangat mudah diamati
1
Sangat sulit dicoba
2
Sulit dicoba
3
Mudah dicoba
4
Sangat mudah dicoba
Tingkat kesesuaian dari aspek ketersediaan saprotan, kondisi pasar, Agroekologis, Nilai Sosial-Budaya di lokasi setempat
Tingkat kerumitan dalam teknis penerapan teknologi tersebut dibanding teknologi kebiasaan petani
Tingkat kemudahan melakukan pengamatan efektivitasan teknologi tersebut
Tingkat kemudahan untuk mencoba menerapkan teknologi tersebut
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
113
Dalam penelitian ini dilakukan pembobotan terhadap kelima aspek tersebut, yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan acuan dalam penentuan katagori nilai yang dicapai. Skala tertinggi dari penilaian adalah 4. Nilai harapan dari masing-masing aspek merupakan perkalian antara skala tertinggi dikalikan dengan bobot aspek tersebut. Sifat inovasi suatu komponen teknologi merupakan penjumlahan nilai dari kelima aspek tersebut. Tabel 3. Pembobotan dan Penentuan Kategori Penilaian. (Value antd Determining Assessment Category) Skala Tertinggi
Bobot
Nilai Harapan
Keuntungan Relatif
4
30
120
Tingkat Kesesuaian
4
Tingkat Kerumitan
4
Kemudahan Diamati
4
Kemudahan Dicoba
4
Jumlah Nilai Sifat Inovasi
4
Sifat Inovasi
23
20
10
17
100
93
80
40
67
400
Kategori Nilai 91 - 120
61 - 90
31 - 60
0 - 30
Sangat menguntungkan
Menguntungkan
Tidak menguntungkan
Sangat tidak menguntungkan
71 – 93
48 - 70
24 - 47
0 - 23
Sangat sesuai
sesuai
Tidak sesuai
Sangat tidak sesuai
61 - 80
41 - 60
21 - 40
0 - 20
Sangat tidak rumit
Tidak Rumit
Rumit
Sangat rumit
31 - 40
21 - 30
11 - 20
0 - 10
Sangat mudah
Mudah
Sulit
Sangat sulit
51 - 67
34 - 50
18 - 33
0 - 17
Sangat mudah
Mudah
Sulit
Sangat sulit
301 - 400
201 - 300
101 - 200
0 - 100
sangat tinggi
tinggi
rendah
sangat rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Diaphorina oleh Beberapa Perlakuan Salah satu upaya pengendalian CPVD dilakukan melalui pengendalian serangga penular yaitu penggunaan yellow trap, insektisida, dan pestisida nabati, serta bubur bordeaux. Secara teknis penggunaan bubur bordeaux dapat menekan populasi Diaphorina citri, dibanding pestisida nabati, yellow trap dan pengunaan insektisida (Tabel 4).
114
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Tabel 4. Perkembangan Populasi Diaphorina oleh Beberapa Perlakuan (n = 32) (D. citri Development in Treatments (n = 32)) Perlakuan
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Yellow trap
5
4
5
4
3
3
2
2
1
2
Insektisida
5
2
1
3
3
2
1
3
2
4
Pestnabati
4
3
3
3
2
2
3
2
2
2
B. Bordeaux
5
3
4
3
3
3
2
2
2
1
Efektifitas bubur bordeaux terhadap penekanan populasi Diaphorina citri disebabkan oleh perlakuan saputan terhadap batang dan penyemprotan pada daun, menyebabkan (a) terpeliharanya sanitasi tanaman, (b) kematian D. citri, dan (c) terpeliharanya predator. 20 18 16 14
Yellowtrap
12 10 8
Insektisida Pestnabati B. Bordeaux
6 4 2 0 maret
april
mei
jun
jul
ags
sept
okt
nov
des
Gambar 1. Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Populasi Diaphorina citri. (The Effect of Treatments on D. citri Population)
Penggunaan yellow trap dan pestisida nabati dapat menekan populasi D. citri sampai ambang toleransi yaitu dua ekor per pohon. Efektifitas cara pengendalian dengan menggunakan yellow trap disebabkan oleh tertangkapnya D. citri setiap saat dan terpeliharanya predator D. citri. Hal yang sama diperagakan oleh penggunaan pestisida nabati yang dapat menekan populasi D. citri yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan terutama predator. Penggunaan insektisida dibanding dengan perlakuan menggunakan yellow trap, pestisda nabati dan bubur bordeaux pada kurun waktu tertentu dapat menekan perkembangan D. citri, namun pada kurun waktu tertentu populasi D. citri meningkat
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
115
kembali. Kondisi ini disebabkan oleh musnahnya predator sebagai akibat perlakuan insektisida. Efek penggunaan insektisida ditunjukkan pada dua bulan pertama dapat menekan populasi D. citri, namun setelah itu terjadi kenaikan yang tajam, dan turun lagi setelah bulan ke enam. Sifat Inovasi Teknologi Untuk mengukur sifat inovasi teknologi dinilai dari beberapa aspek yaitu tingkat keuntungan relatif, tingkat kesesuaian teknologi tersebut dengan kondisi di wilayah penerapan, tingkat kerumitan dalam penerapan, kemudahan untuk diamati dari manfaat teknologi tersebut, kemudahan untuk dicoba oleh pengguna. Keputusan petani untuk mengadopsi suatu teknologi ditentukan oleh sifat teknologinya yang dapat dinilai dari kelima aspek tersebut. Makin mudah suatu teknologi untuk dilaksanakan, maka makin besar peluang diadopsinya teknologi tersebut, makin menguntungkan suatu teknologi, makin besar peluang diadopsinya teknologi tersebut. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan insektisida merupakan pilihan utama petani dalam mengendalikan CVPD (Tabel 5 dan 6). Walaupun penggunaan insektisida mempunyai keuntungan nisbi yang rendah dibanding perlakuan lain yang disebabkan harga relatif lebih tinggi, tetapi petani memilih insektisida sebagai pilihan dalam pengendalian CVPD. Hal ini disebabkan penggunaan insektisida lebih praktis, lebih mudah di peroleh dan hasilnya dengan cepat dapat diamati dan diketahui (Tabel 5). Tabel 5. Skor Sifat Inovasi Teknologi (Innovation Technology Characters Scores) Skor Sifat Inovasi Teknologi (n = 32) Teknologi
Keuntungan Nisbi
Kesesuaian
Kerumitan
Kemudahan Diamati
Kemudahan Dicoba
Total
Insektisida
34
48
71
67
67
287
Bubur Bordeaux
51
30
36
29
37
183
Yellow Trap
60
28
32
43
37
200
Pestisida Nabati
62
33
36
30
37
198
116
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
Tabel 6. Kriteria Sifat Inovasi Teknologi. (Innovation Technology Characters Criteria) Kriteria Sifat Inovasi Teknologi (n = 32) Teknologi
Keuntungan Nisbi
Kesesuaian
Kerumitan
Insektisida
Rendah
Tinggi
Bubur Bordeaux
Tinggi
Yellow Trap Pestisida Nabati
Kemudahan Diamati
Kemudahan Dicoba
Total
Sangat Tidak Rumit
Sangat Mudah
Sangat Mudah
Tinggi
Rendah
Rumit
Sulit
Mudah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rumit
Mudah
Sulit
Rendah
Sangat Tinggi
Rendah
Rumit
Sulit
Mudah
Rendah
Peluang lain yang sangat mungkin dikembangkan sebagai pengganti pestisida adalah penggunaan pestisida nabati, dengan menggunakan bahan baku lokal. Perlakuan ini mempunyai keuntungan nisbi yang sangat tinggi dibanding dengan perlakuan lain. Kombinasi perlakuan yellow trap yang berfungsi sebagai perangkap hama dan alat peringatan dini terhadap populasi hama dengan penggunaan pestisida nabati diduga merupakan perlakuan yang dapat menekan populasi D. citri yang aman dibanding dengan penggunaan insektisida. Hal ini dapat dilihat dari grapik populasi D. citri atas empat perlakuan seperti pada gambar 1. Tingkat sifat inovasi teknologi pada Tabel 6, akan terkait kepada (a). alat/bahan, (b). pekerjaan yang dilakukan, (c). waktu yang diperlukan untuk aplikasi/perlakuan, (d). harga atau biaya, dan (e). ketersediaan bahan di lapangan untuk aplikasi dari teknologi yang dianjurkan.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
117
Tabel 7. Perbandingan Kebutuhan dalam Aplikasi Perlakuan. (Requirement Comparison in Treatment Application) Uraian
Insektisida
Bubur Bordeaux
Yellow Trap
Pestisida Nabati
Alat/Bahan
Hand Sprayer Insektisida
Hand Sprayer Ember dan alat pengaduk Belerang Kuas
Hand Sprayer Tabung kaleng Cat Kuning Plastik Lem Tikus Buku Pengamatan
Hand Sprayer Lesung, Alu, Ember Minyak tanah Detergen Gula merah Bawang putih
Pekerjaan
Penyemprotan
Mengaduk
Pemasangan yellow trap Pengamatan hama setiap minggu
Pembuatan pestisida
Watu untuk aplikasi
siap pakai
Satu hari pembuatan baru aplikasi
Satu hari pemasangan setiap minggu aplikasi Populasi tinggi harus menggunakan insektisida
Proses pembuatan satu minggu
Harga/biaya (Rp.)
Rp. 30.000-80.000/ lt 180.000-240.000
Rp. 2000/lt 12.000/ha
Rp. 150.000/ha
Rp. 30.000/ha
Ketersediaan di lapangan
Mudah
Agak sulit
Agak sulit
Mudah
Data pada Tabel 7, memperkuat data pada Tabel 4 dan Gambar 1 yaitu memperkuat pilihan petani terhadap insektisida saat ini. Petani masih memilih bahan, pekerjaan waktu yang instant walau harga mahal dan efek terhadap lingkungan sangat merugikan. Dilihat dari biaya, bahan, alat/bahan, pekerjaan yang dilakukan, waktu yang diperlukan untuk aplikasi/perlakuan, harga, dan ketersediaan bahan di lapangan, pestisida nabati mempunyai keunggulan dibanding perlakuan lain. Peluang ini dibanding dengan keberhasilan menurunkan D. citri (Tabel 4) sangat berpeluang untuk dikembangkan dan diadopsi oleh petani. KESIMPULAN 1. Keputusan petani untuk mengadopsi suatu teknologi ditentukan oleh sifat teknologinya yang dapat dinilai dari lima aspek: keuntungan relatif, tingkat kesesuaian, tingkat kerumitan, kemudahan diamati dan kemudahan dicoba. Makin mudah suatu teknologi untuk dilaksanakan, maka makin besar peluang diadopsinya teknologi.
118
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
2. Penggunaan insektisida merupakan pilihan utama petani dalam mengendalikan vektor CVPD karena penggunaan insektisida lebih praktis, lebih mudah diperoleh dan hasilnya dengan cepat dapat diamati dan diketahui. 3. Kombinasi perlakuan yellow trap yang berfungsi sebagai perangkap hama dan alat peringatan dini terhadap populasi hama dengan penggunaan pestisida nabati merupakan perlakuan yang dapat menekan populasi D. citri yang aman dibanding dengan penggunaan insektisida. DAFTAR PUSTAKA Aubert, B., 1989. Reoprt Of Visit In The Indonesian Province Of East Nusa Tenggara. FAO-UNDP Report. 6 hal. Aubert, B., M. Garnier, D. Guilaumin, B. Herbagiandono, l. Setyobudi dan Nurhadi. 1985. Greening, Aserious Threat For Citrus Productions Of The Indonesian Archipelago. Future Prospects Of Intergated Control. Fruits 40:549-563. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Garut. 2002. Laporan Tahunan Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Garut, 2002. Laporan Tahunan . Tahun 2001. Dinas Pertanian Kabupaten Garut. 2000. Laporan Tahunan Dinas Tanaman Pangan dan Hortilkultura. Tahun 1999. Muharam, A. 2004. Pemanfaatan Ssm dan Scm Dalam Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis. Disajikan pada Training Of Trainers (TOT) PTT Jeruk, 25-28 Agustus 2004 di Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Solok, Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Barat. Nurhadi, A. Supriyanto dan A. Muharam. 1994. Report Of CVPD Mapping On The District Of Tejakula (Buleleng) and Kubu (Karangasem). Project Management Unit (PMU) Singaraja. 21 hal.
Prosiding Seminar Nasional Jeruk 2007
119