SIFAT FISIK BOKASHI DAN KOMPOS DARI LIMBAH UDANG DENGAN MENGGUNAKAN DUA AKTIVATOR YANG BERBEDA Bokashi Compost Physical And Waste of Shrimp With Two Different Activator Rusmini 1)*dan Ali Sadikin2) Rohayati 3) 1) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 2) Universitas Nahdatul Ulama Kalimantan Timur 3) Mahasiswa Budidaya Tanaman Perkebunan
[email protected] ABSTRACT The physical properties as well Bokashi compost from shrimp waste by using two different activators. This research is motivated by the market waste such as sewage shrimp (head, skin, tail) and agricultural waste such as rice hulls that are still untapped for various applications, both types of waste are used only as animal feed. However, the waste can be used as nutrients (fertilizers) organic for soil and plants. This study aimed to compare the duration of the reform process that includes microorganisms fisk properties (color, temperature and smell) in the manufacture of fertilizer and compost Bokashi using microorganisms of different activators. This study was conducted in approximately Laboratory Agronomy Crops Cultivation Study Program Polytechnic State Agricultural Samarinda for approximately 3 months from October 1 until December 31, 2014 includes the preparation, data collection and report generation. The process of making waste Bokashi shrimp plus rice bran and EM4 (P1) lasted for 17 days with the results of the physical properties of Bokashi has matured temperature 250C, blackish brown and odorless. While the shrimp waste composting coupled with rice bran and Biotriba (P2) lasted for 18 days with the results of the physical properties of compost temperature of 260C, blackish brown and odorless. Keywords: waste, shrimp, bran, activators.
PENDAHULUAN Menurut Basir (2013), limbah adalah sesuatu yang merupakan sisa dari sebuah produksi. Limbah tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tidak memiliki nilai guna dan nilai ekonomis karena itu limbah memerlukan penanganan yang baik dan benar. Limbah yang dihasilkan dari tanaman padi yaitu jerami, dedak, merang dan sekam. Jerami dihasilkan sebanyak 55,6% dari total hasil padi. Sedangkan gabah hanya 44,4%. Dari gabah tersebut hanya 65% yang menjadi beras, sedangkan sisanya menjadi sekam dan dedak. Limbah dedak sebagian besar (>60%) dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sekitar 5% sebagai komponen pembuatan kompos. Oleh sebab itu, pemanfaatan limbah dedak padi sebagai bahan kompos perlu ditingkatkan agar dedak padi yang melimpah tidak hanya digunakan untuk pakan ternak dan makanan ikan di tambak dan kolam. Limbah organik banyak dijumpai di pasar tradisional terutama di tempat yang menjual sayuran, ikan, ayam, dan udang. Limbah-limbah tersebut harus ditangani karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan salah satu pemanfaatannya, limbah organik terutama limbah udang dapat dijadikan pupuk kompos (Widaryanto, 2013). Selanjutnya dijelaskan bahwa proses pembuatan pupuk dari limbah organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bokashi dan pengomposan. Pupuk bokashi
merupakan salah satu pupuk organik yang menggunakan mikroorganisme sebagai pengurai yang memfermentasikan bahan-bahan yang digunakan dalam pupuk bokashi. Dalam pembuatan pupuk bokashi dapat dibantu dengan menggunakan effective microorganism 4 (EM4) (Anonim, 1997). Menurut Djuarnani dkk (2005), EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang menjadi masalah. Selain berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik, EM4 juga mempunyai manfaat yang lain seperti memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat seperti menggemburkan tanah, meningkatkan porositas, meningkatkan aerasi, menambah mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, menghemat pemakaian pupuk kimia bahkan menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk kimia. Menurut Anonim (2010), pembuatan pupuk kompos dapat dibantu dengan menggunakan Biotriba yang memiliki manfaat seperti mengolah dan mengurai limbah organik menjadi pupuk yang bermutu sehingga hara dapat digunakan tanaman secara sempurna, membantu mengurangi serangan patogen penting pada tanaman, Bacillus dan Trichoderma menghasilkan antibiotik yang dapat menghancurkan jamur patogenik dalam limbah organik.
13 Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan lamanya proses perombakan mikroorganisme yang meliputi sifat fisk (warna. Suhu dan bau) dalam pembuatan pupuk bokashi dan kompos dengan menggunakan aktivator mikroorganisme yang berbeda
Limbah udang ditimbang dengan menggunakan timbangan sebanyak 3,4 kg, dibagi dua sehingga berat limbah udang pada kedua perlakuan adalah 1,7 kg. Limbah udang yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam baskom ukuran 15 kg.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda selama kurang lebih 3 bulan terhitung dari tanggal 1 Oktober sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 meliputi persiapan, pengambilan data dan pembuatan laporan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer, gelas ukur ukuran 10 ml, gelas beaker ukuran 1 l, timbangan, alat tulis, kamera, karung beras, baskom, ember, gayung, pengaduk kaca, paku. Sedangkan bahan yang digunakan adalah limbah dedak padi, limbah udang, EM4 dan Biotriba. Perlakuan Penelitian Dalam penelitian ini, dilakukan dua perlakuan, yaitu : P1 = 1,7 kg limbah udang ditambah 0,5 kg dedak padi dan 16 ml EM4. P2 = 1,7 kg limbah udang ditambah 0,5 kg dedak padi dan 16 ml Biotriba. Prosedur Penelitian 1. Persiapan alat dan bahan a. Persiapan bahan limbah dedak padi Limbah dedak padi diperoleh dari penggilingan padi di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Limbah ini kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan sebanyak 1 kg. Limbah dedak padi yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam baskom ukuran 15 kg. Pada masingmasing perlakuan sebanyak 0,5 kg dedak padi. b. Persiapan bahan limbah udang Limbah udang diperoleh dari penjual udang di pasar Kemuning Kelurahan Loa Bakung Kecamatan Sungai Kunjang, pasar Segiri dan pasar Inpres Sungai Keledang, Samarinda Seberang. Limbah udang yang digunakan adalah kepala, kulit, ekornya dan digunakan masih dalam keadaan basah (tidak dilakukan proses penjemuran).
2. Pembuatan larutan EM4 EM4 dituangkan ke dalam gelas ukur ukuran 10 ml sebanyak 10 ml kemudian dituangkan ke dalam gelas beaker, lalu menuangkan air hingga mencapai 1 l ke dalam gelas beaker. Kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk kaca sampai larutannya tercampur rata. Larutan ini dibuat sebanyak 1,6 l, sehingga diberikan 16 ml EM4. 3. Pembuatan larutan biotriba Biotriba dituangkan ke dalam gelas ukur ukuran 10 ml sebanyak 10 ml kemudian dituangkan ke dalam gelas beaker ukuran 1 l, lalu menuangkan air hingga mencapai 1 l ke dalam gelas beaker. Kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk kaca sampai larutannya tercampur rata. Larutan ini dibuat sebanyak 1,6 l sehingga diberikan 16 ml biotriba. 4. Pembuatan bokashi dan kompos a. Bokashi limbah udang ditambah dedak padi dan EM 4 (P1) 1,7 kg limbah udang, 0,5 kg limbah dedak padi dan 1,6 l larutan EM4 dimasukkan ke dalam baskom ukuran 15 kg, semua bahan diaduk hingga tercampur rata. Selanjutnya, semua bahan dimasukkan ke dalam karung ukuran 15 kg yang telah diberi lubang secara acak dengan menggunakan paku, fungsinya sebagai pertukaran udara selama proses bokashi berlangsung. Pengadukan dilakukan setiap 2 hari sekali setiap pagi hari pukul 07.30 Wita. Pengamatan suhu, warna dan bau dilakukan setiap hari pada pukul 07.30 Wita. b. Kompos limbah udang ditambah dedak padi dan Biotriba (P2) 1,7 kg limbah udang, 0,5 kg limbah dedak padi dan 1,6 l larutan biotriba dimasukkan ke dalam baskom ukuran 15 kg, semua bahan diaduk agar tercampur rata. Selanjutnya, semua bahan dimasukkan ke dalam karung ukuran 15 kg yang telah diberi lubang secara acak dengan menggunakan paku, fungsinya sebagai pertukaran udara selama proses
14 pengomposan berlangsung. Pengadukan dilakukan setiap 2 hari sekali setiap pagi hari pukul 07.30 Wita Pengamatan Pengamatan fisik meliputi suhu, warna, bau. Pengamatan suhu, warna dan bau dilakukan setiap hari pada pukul 07.30 Wita. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan disajikan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sifat fisik Waktu yang diperlukan dalam pembuatan bokashi dan kompos ini adalah 19 hari dengan melakukan pengamatan terhadap suhu, warna dan bau. Pembentukan bokashi memerlukan waktu 17 hari. Bokashi yang telah matang bersuhu 250C, berwarna cokelat kehitaman dan tidak berbau. sedangkan pada pupuk kompos memerlukan waktu 18 hari hingga kompos matang dengan suhu akhir 260C berwarna cokelat kehitaman dan tidak berbau. Hasil pengamatan fisik bokashi mengenai suhu, warna, bau pada perlakuan limbah udang ditambah dedak padi dan EM4 (P1) dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Hasil pengamatan fisik bokashi mengenai suhu, warna, bau pada perlakuan limbah udang ditambah dedak padi dan EM4 (P1). Pengamatan Hari Suhu Warna Bau Ke0 ( C) 1 33 Cokelat muda Agak berbau 2 35 Cokelat muda Berbau 3 33 Cokelat muda Agak berbau 4 31 Cokelat Berbau 5 36 Cokelat Berbau 6 33 Cokelat Berbau 7 35 Cokelat Berbau 8 34 Cokelat Berbau 9 31 Cokelat Berbau 10 32 Cokelat Berbau 11 34 Cokelat Berbau 12 31 Cokelat tua Kurang berbau 13 29 Cokelat tua Kurang berbau 14 33 Cokelat tua Kurang berbau 15 27 Cokelat tua Kurang berbau 16 24 Cokelat tua Kurang berbau 17 26 Cokelat kehitaman Kurang berbau 18 25 Cokelat kehitaman Tidak berbau 19 25 Cokelat kehitaman Tidak berbau
Hasil pengamatan fisik kompos mengenai suhu, warna, bau pada perlakuan limbah udang ditambah dedak padi dan
Biotriba (P2) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Hasil Pengamatan fisik kompos mengenai warna, bau, suhu pada perlakuan limbah udang ditambah dedak padi dan Biotriba (P2). Pengamatan Hari Suhu Warna Bau Ke0 ( C) 1 31 Cokelat muda Agak berbau 2 30 Cokelat muda Agak berbau 3 31 Cokelat muda Agak berbau 4 30 Cokelat muda Berbau 5 30 Cokelat muda Berbau 6 31 Cokelat muda Berbau 7 32 Cokelat Berbau 8 30 Cokelat Berbau 9 31 Cokelat Berbau 10 31 Cokelat Sangat berbau 11 33 Cokelat Sangat berbau 12 31 Cokelat Sangat berbau 13 27 Cokelat Sangat berbau 14 38 Cokelat tua Sangat berbau 15 31 Cokelat tua Kurang berbau 16 27 Cokelat tua Kurang berbau 17 29 Cokelat tua Kurang berbau 18 27 Cokelat kehitaman Tidak berbau 19 26 Cokelat kehitaman Tidak berbau
Pembahasan Sifat fisik kompos Dalam proses pengomposan dengan menggunakan aktivator EM4 dan Biotriba diperlukan waktu selama 19 hari untuk proses pembentukan kompos. Penambahan aktivator EM4 mampu membuat laju proses dekomposisi lebih cepat. Sebab, menurut Widaryanto (2013), jumlah mikroorganisme dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 jenis. Namun, dari sekian banyak mikroorganisme, terdapat lima kelompok penting yang bekerja dalam penguraian kompos yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., ragi (yeast), Actinomycetes. Mikroorganisme dalam EM4 sangat efektif dalam menguraikan bahan organik. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 dapat bekerja efektif menambah unsur hara apabila bahan organik dalam keadaan cukup. Bahan organik tersebut merupakan bahan makanan dan sumber energi. Dalam penggunaan EM4 memerlukan dedak padi sekitar 10% dari jumlah bahan. Sebagai sumber makanan bakteri maka pada tahap awal diperlukan molase atau gula sebanyak 0,1% dari jumlah bahan. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. Menurut Siburian (2008), pemberian EM4 dalam proses
15 pengomposan dapat mempengaruhi kadar N, P, K dalam kompos. Penambahan aktivator Biotriba juga mampu mempercepat penguraian bahan organik kompos. Dengan bakteri pengurai seperti Bacillus panteketkus dan Trichoderma lactae (Sutarjo, 2003). a. Suhu Suhu akhir dari bokashi limbah udang ditambah dedak padi dan EM4 (P1) adalah 250C (mengikuti suhu ruangan) lebih rendah dari suhu awal pengomposan yaitu 330C. Suhu tertinggi pada bokashi adalah 360C pada hari kelima. Sedangkan suhu akhir kompos limbah udang ditambah dedak padi dan Biotriba (P2) adalah 260C (mengikuti suhu ruangan) lebih rendah dari suhu awal pengomposan yakni 310C. Suhu tertinggi pada kompos adalah 380C pada hari ke empat belas. Suhu akhir bokashi lebih rendah karena bokashi telah matang terlebih dahulu, yaitu 1 hari lebih cepat dari kompos perlakuan kedua. Untuk kembali menstabilkan suhu pengomposan maka dilakukan pengadukan bokashi kompos setiap 2 hari sekali. Menurut Isroi (2008), suhu kompos yang telah matang mendekati suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang. Hasil akhir suhu bokashi dan kompos ini sejalan dengan hasil penelitian Kilbaskara (2010), yaitu pengaruh perbandingan pupuk kandang dan kambing serta penambahan EM4 pada pembuatan bokashi terhadap kandungan unsur N, P dan K dengan nilai rata-rata suhunya adalah 27,30C dalam hal ini dedak padi merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan bokashi. b. Warna Bokashi limbah udang ditambah dedak padi dan EM4 (P1) yang sudah matang berwarna cokelat kehitaman, kompos limbah udang ditambah dedak padi dan Biotriba (P2) berwarna cokelat kehitaman pula. Pada awal pengomposan warna kompos masih berwarna cokelat muda karena limbah udang telah bercampur dengan limbah dedak padi, sehingga warna limbah udang sudah tidak tampak lagi. Hal
demikian berlaku pada kedua perlakuan. Namun, selama proses pengomposan warna bokashi limbah udang ditambah dedak padi dan EM4 (P1) lebih cepat cokelat kehitaman daripada kompos limbah udang ditambah dengan limbah dedak padi dan Biotriba (P2). Menurut Haq (2014), kompos matang memiliki warna cokelat kehitaman karena kompos yang telah matang memiliki sifat fisik sama seperti tanah dan humus yang cokelat kehitaman dan remah. Dengan ini menunjukkan bahwa proses pendekomposisian oleh mikroba pada pengomposan telah berjalan c. Bau Bau atau aroma bokashi dan kompos yang sudah matang pada kedua perlakuan yaitu sudah tidak berbau. Pada awal pengomposan, pada bokashi dan kompos masih agak berbau yaitu masih berbau udang yang tidak begitu menyengat karena telah dicampur dengan dedak padi. Selama proses pengomposan berjalan bau atau aroma kompos berangsur-angsur yaitu dari agak berbau menjadi berbau, sangat berbau, kurang berbau dan menjadi tidak berbau. Bokashi limbah udang ditambah dedak padi dan EM4 (P1) lebih cepat tidak berbau daripada kompos limbah udang ditambah dedak padi dan Biotriba (P2). Menurut Isroi (2008), kompos yang sudah matang tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan aroma yang lemah seperti bau tanah atau humus hutan. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang dapat berbahaya bagi tanaman, apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembuatan pupuk bokashi limbah udang memerlukan waktu 17 hari yang diamati secara fisik, yaitu bersuhu 250C, berwarna cokelat kehitaman, dan tidak berbau. 2. Pembuatan pupuk kompos limbah udang memerlukan waktu 18 hari bersuhu 260C, berwarna cokelat kehitaman dan tidak berbau.
16 3. Perombakan pupuk bokashi yang menggunakan aktivator EM4 lebih cepat 1 hari dibandingkan dengan pupuk kompos yang menggunakan Biotriba. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1997. Pedoman Penggunaan EM Bagi Negara-negara Asia Pacific Nature Agriculture Network (APNAN). Jakarta. (Makalah dalam Seminar Nasional Pertanian Organik). Anonim. 2010. Manfaat www.old.litbang.deptan.go.id/. akses 5 Januari 2015.
Aktivator. Tanggal
Anggorodi. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Basir, N. 2013. Sebaran Potensi Limbah Tanaman Padi, Sulawesi Selatan. http://kalsel.litbang.deptan.go.id. Tanggal Akses 3 Oktober 2014. Djuarnani, N., Kristian, Setiawan, B. S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta. Haq, A. S. 2014. Pengaruh Perbedaan Sudut Rak Segitiga Pada Pengomposan Sludge Biogas Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Kompos. Skripsi, dipublikasikan. Universitas Brawijaya, Malang. http://jkptb.ub.ac.id. Tanggal akses 30 Januari 2015. Isroi.
2008. Kompos. http://isroi.pdffiles.wordpress.com. Tanggal Akses 11 Februari 2014.
Kilbaskara, T. 2010. Pengaruh perbandingan Pupuk Kandang Ayam dan Kambing Serta Penambahan EM4 pada Pembuatan Bokashi Terhadap kandungan Unsur N, P dan K. Skripsi, tidak dipublikasikan. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Samarinda. Sutarjo, T. 2003. Teknik Pelaksanaan Percobaan Kombinasi Dosis Pupuk Organik dan Pupuk NPK (15:15:15) Pada Bibit Cengkeh. http://pustaka.litbang.deptan.go.id. Tanggal Akses 15 Oktober 2014.
Widaryanto, A. 2013. C/N Rasio, Kandungan Fospor (P), Keasaman (pH), dan Tekstur Kompos Hasil Pengomposan Sampah Organik Pasar dengan Starter EM4 (Effective Microorganism 4) dalam Berbagai dosis. Skripsi, dipublikasikan. Semarang. http://library.ikippgrismg.ac.id. Tanggal Akses 13 Maret 2014.