Si Pengerat Musuh Petani Tebu….. Embriani BBPPTP Surabaya
Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman (Pests of Crops) sebagai perusak, mempunyai arti yang sangat penting. Karena kerusakan yang diakibatkan oleh hama dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Kerusakan kualitatif terjadi jika aktivitas makan maupun reproduksi hama mengakibatkan penurunan mutu hasil. Masalah terbesar yang diakibatkan oleh hama adalah jika populasinya meningkat sangat tajam dan menimbulkan kerusakan yang amat parah, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi sampai melampaui nilai Ambang Ekonomi. Untuk itu keberadaan mereka pada tanaman sah-sah saja asalkan tidak menjadi ancaman, yaitu berarti jika populasinya di bawah Ambang Ekonomi. Tebu merupakan bahan utama gula pasir. Gula pasir menjadi salah satu bahan makanan pokok kita, saat ini menjadi sasaran pemerintah dalam upaya menuju swasembada pangan setelah beras. Namun untuk mencapainya banyak menghadapi masalah yang tidak dapat di sepelekan yakni serangan “ si pengerat …Tikus” yang sering merusak batang tebu. Tikus merupakan binatang pengerat yang mampu menyerang tanaman tebu selama 24 jam, tetapi serangan secara massal dilakukan pada malam hari. Serangan tikus terjadi setiap tahun dan ledakan populasinya setiap lima tahun sekali, yakni bersamaan dengan datangnya musim kemarau panjang. Jenis tikus yang dominan adalah tikus sawah Jenis tikus dominan adalah tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss), tetapi juga ditemukan tikus wirok (Bandicota indica
Bechstein) dan tikus ladang/tikus kecil (Rattus exulans Peale). Serangan tikus sawah pada pertanaman tebu meningkat bila di lapangan tidak ditemukan lagi pertanaman padi ataupun palawija. Serangan tikus wirok terjadi hampir merata sepanjang musim tanam tebu, selain itu lahan pertanaman tebu juga merupakan tempat persembunyian yang memadai apabila habitat aslinya terganggu atau tidak tersedia. Tikus menyerang pertanaman tebu sejak di pembibitan hingga tanaman dewasa, ruas-ruasnya dikerat dengan atau tanpa merusak mata tunas, sedangkan tanaman yang berumur 2 sampai 3 bulan menunjukkan gejala daun-daunnya kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul. Serangan hama tikus pada tanaman tebu yang sudah dewasa dan batang mencapai ketinggian kurang lebih 2 meter dapat terjadi di batang baik di dalam tanah maupun di atas permukaan tanah hingga pucuk tanaman. Kerusakan pada batang didalam tanah disertai dengan kerusakan perakaran hingga menyebabkan daun layu dan kering, sedangkan kerusakan pada batang di atas permukaan tanah berupa gerekan atau keratan pada ruas-ruas yang menyebabkan tanaman mudah roboh yang secara langsung serangan hama tikus dapat menyebabkan penurunan rendemen gula, bahkan apabila terjadi serangan berat dapat menyebabkan kegagalan panen. Menurut Pramono (2005) serangan terbesar pada bulan September – Nopember, pada tahun 1984 intensitas serangan tertinggi pada bulan oktober terjadi di PG. Gempol hingga 76,5 %, PG. Jatiwangi sebesar 64% dan PG. Tersana Baru sebesar 49,8 %. Melihat kondisi tersebut, maka perlu Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT). Strategi PHTT dilaksanakan berdasarkan pemahaman ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus atau berkelanjutan dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu.
PERKEMBANGBIAKAN TIKUS Tikus
mempunyai
kemampuan
berkembangbiak
sangat
cepat
sehingga
populasinya juga akan cepat meningkat. Kemampuan yang sangat cepat ini karena masa hamil dan menyusui bagi tikus betina sangat singkat. Induk betina mampu kawin lagi dalam waktu hanya 48 jam setelah melahirkan, mampu menyusui dan hamil pada waktu yang sama. Disamping itu tikus beranak banyak dan cepat dewasa. Namun demikian masa hamil tikus betina paling banyak hanya dalam periode tertentu. Periode ini selalu bersamaan dengan masa hamil dan matang susu dari pertumbuhan tanaman padi. Jumlah
keturunan per-induk tikus sawah rata-rata sebesar 10 sampai 14 ekor cindil. Oleh karena itu dalam satu sarang sering dijumpai induk tikus hidup bersama dengan 2 – 3 generasi anak-anaknya. Umur anak tikus tersebut diperkirakan berbeda 1 bulan. Hal ini didasarkan pada masa bunting tikus sawah sekitar 3 minggu, dan dalam waktu kurang dari 1 minggu sekali tikus betina mengalami masa birahi. Masa menyusui bagi anak tikus baru berhenti setelah berumur 18 – 24 hari. Umur tikus bisa mencapai lebih dari satu tahun. (Pramono, 2005)
TEMPAT YANG DISUKAI TIKUS Menurut Anonim (2013) Lokasi yang paling disukai sebagai tempat persembunyian / sarang, antara lain adalah :
Tempat-tempat yang jarang dikunjungi manusia.
Lahan kosong dan tidak terpelihara.
Semak belukar.
Rumpun bambu.
Lahan pertanian termasuk tebu yang kotor oleh gulma atau serasah daun tebu.
Tumpukan jerami atau sampah sisa bibit tebu.
Pinggiran hutan sekunder.
Gudang atau rumah kosong.
Sekitar pemukiman penduduk atau kandang ternak.
Pematang sawah.
Sekitar aliran air irigasi, got/selokan, dam atau waduk irigasi, dan sungai.
PERILAKU MAKAN DAN SOSIAL TIKUS Tikus hidup secara berkelompok dan tinggal di suatu kawasan tertentu yang cukup terlindung dan cukup sumber makanan. Dalam satu kelompok tersebut ada satu tikus jantan yang paling kuat dan dianggap paling berkuasa. Tikus jantan tersebut bersama anggota kelompoknya akan melindungi territorial kawasan serta seluruh anggota dalam kelompoknya dari kelompok lain. Luas areal territorial tersebut akan berkembang mengikuti perkembangan anggota kelompoknya dan orientasi harian yang makin luas. Makanan tikus sangat bervariasi, diantaranya : padi, umbi-umbian, kacangkacangan, rerumputan, serangga,
ketam, siput, dan ikan kecil. Namun demikian apabila makanan yang ada disekitarnya tersedia dalam jumlah melimpah, maka tikus akan memilih makanan yang paling disukai.
LANGKAH PENGENDALIAN Upaya pengendalian tikus diperlukan strategi dan pendekatan secara terpadu yang dapat memadukan semua teknik pengendalian yang tepat menjadi satu kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi, menghasilkan keuntungan yang optimal bagi produsen serta aman terhadap lingkungan. (Anonim, 2013)
Pengendalian secara kultur teknis adalah upaya penanaman tebu atau non tebu secara serempak. Kebijakan tanam serempak diharapkan dapat terjadi pada masa bera atau pengolahan tanah yang serempak pula, sehingga sumber makanan habis atau dikurangi semaksimal mungkin. Perkembangan populasi tikus akan seragam mengikuti pola tanam dan hanya dimungkinkan terjadi satu kali masa reproduksi tikus yang berarti dapat menghambat perkembangan populasinya. Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang sudah meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya. Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif makan.
Sanitasi lingkungan pada lahan pertanaman maupun lahan hamparan sekitarnya. Sanitasi hamparan dilakukan di luar dan sekeliling areal pertanaman yang dianggap sebagai sumber serangan tikus, sedangkan sanitasi pertanaman dilakukan dalam lahan pertanaman dan sekeliling pertanaman.
Pengendalian tikus dengan cara ditangkap/diburu kemudian dimatikan, pengendalian ini merupakan pengendalian yang ramah lingkungan. Pengendalian ini dapat dilaksanakan dengan cara pemanfaatan tubuh tikus sebagai bahan yang memiliki nilai ekonomis, sehingga merangsang orang untuk menangkap tikus secara kontinyu misalnya dengan kegiatan gropyokan/perburuan tikus secara serentak di wilayah pertanaman yang luas, sehingga siklus hidup tikus dapat diputus. Kegiatan gropyokan sebaiknya dilaksanakan sebelum penanaman tebu. Kegiatan gropyokan dapat dipadukan dengan pengemposan (asap belerang) pada
lubang-lubang tikus. Tujuan pengemposan untuk membuat tikus sesak karena asap belerang yang diemposkan ke lubang-lubang tikus, sehingga tikus keluar dari lubang untuk mencari udara, hal tersebut memudahkan tikus untuk ditangkap. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dengan mengkombinasikan beberapa metode pengendalian tikus tersebut diharapkan dapat menekan populasi tikus di lapangan, terutama yang merupakan yang menyerang tebu, sehingga produksi tebu meningkat.
Kesimpulan Tebu, merupakan bahan utama gula pasir, gula pasir masih menjadi salah satu bahan makanan pokok kita, saat ini menjadi sasaran pemerintah dalam upaya menuju swasembada pangan setelah beras. Namun dalam mencapainya banyak menghadapi masalah yang tidak dapat di sepelekan yakni serangan “ si pengerat …Tikus” yang sering merusak batang tebu. Serangan tikus terjadi setiap tahun dan ledakan populasinya setiap lima tahun sekali, yakni bersamaan dengan datangnya musim kemarau panjang. Diperlukan strategi dan pendekatan secara terpadu yang dapat memadukan semua teknik pengendalian yang tepat menjadi satu kesatuan program, sehingga populasi hama tikus selalu berada pada tingkat yang tidak menimbulkan kerugian ekonomi.
Daftar Pustaka Anonim, 2013. blog.ub.ac.id/free/files/2013/.../pengendalian-tikus.pdf. Pengendalian Tikus. Diakses 30 Desember 2013 Djoko Pramono, 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Penerbit Dioma. Malang Pengendalian Hama Tikus Terpadu (PHTT), 2010. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sistem
Bubu Perangkap teknologi Ramah Lingkungan Pengendalian (http://ardiant181.wordpress.com/2009/01/03/) Diakses 20 Januari 2014
Tikus,
Untung Kasumbogo, 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.