ISBN: 978-602-9096-13-2
Nara Sumber: Sutedjo, Wahyuni Hartati, Marjenah, Wawan Kustiawan, Sumaryono, Djumali Mardji, Rujehan
Shorea leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa
2014
Shorea leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan
Shorea leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw : Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan ©2014 Balai Besar Penelitian Dipterokarpa. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Jl. AW. Syahrani No.68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur, Telp. 0541-206364, Fax. 0541-742298 Dicetak di Samarinda ISBN: 978-602-9096-13-2
Pengarah: Kepala Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Penanggung Jawab: Kepala Bidang Data, Informasi dan Kerjasama Penulis: Agus Wahyudi, Nilam Sari, Amiril Saridan, Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan, Massofian Noor, Andrian Fernandes, Abdurachman, Hartati Apriani, Rini Handayani, Asef K. Hardjana, Farida H. Susanty, Karmilasanti, Ngatiman, M. Fajri, Catur Budi Wiati, Tien Wahyuni. Photo Cover: Asef KH Cover Design & Layout: M. Sahri Chair
Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memphotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari penulis Penerbit: Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Jl. AW. Syahrani No.68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur, Telp. 0541-206364, Fax. 0541-742298 Percetakan: CV. Mandiri Hutan Lestari
KATA PENGANTAR Buku Shorea leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw: Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan adalah hasil - hasil penelitian dari Balai Besar Penelitian Dipterokarpa dan merupakan salah satu outcome dari Rencana Penelitian Integratif (RPI) Dipterokarpa tahun 2012 - 2014 Badan Litbang Kehutanan. Buku ini terdiri dari 10 (sepuluh) bab yang mana setiap bab membahas masing - masing aspek mulai dari Ekologi dan Morfologi, perbenihan, Pembibitan dan Inokulasi Mikoriza, Teknik Aplikasi Media Tanam, Teknik Pengepakan dan Pengangkutan, Pengayaan, Pertumbuhan, Hama Penyakit dan Gulma, Penggunaan Tenaga Kerja dan Analisis Finansial. Hal ini dilakukan agar Buku Shorea leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw: Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan dapat memberikan informasi secara menyeluruh. Terima kasih kami sampaikan kepada para pembahas buku tersebut yaitu Bapak Dr. Budi Leksono (Peneliti di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta), Prof. Dr. Ir. Ariffien Bratawinata, M.Agr (Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman), dan Prof. Dr. Ir. Soeyitno Soedirman, M.Agr (Praktisi Kehutanan) yang telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan buku tersebut. Diharapkan buku Shorea leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw: Ekologi, Silvikultur, Budidaya dan Pengembangan ini dapat bermanfaat bagi para peneliti, akademisi dan mahasiswa, IUPHHK, Pemerhati Kehutanan dan pihak - pihak yang memerlukannya. Kami menyadari bahwa buku ini belumlah sempurna, namun diharapkan dapat menjadi bahan representasi kedepan. Samarinda, November 2014 Kepala Balai Besar,
Ir. Ahmad Saerozi Nip. 19591016 198802 1 001
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................ Daftar Isi .....................................................................
i ii
Bab 1 Pendahuluan ................................................................
1
Bab 2 Ekologi, Morfologi dan Upaya Konservasi 1. Pendahuluan .............................................................. 2. Ekologi ...................................................................... 3. Ciri Morfologi ............................................................. 4. Upaya Konservasi ....................................................... 5. Penutup ....................................................................
3 3 6 9 13
Bab 3 Perbenihan, Pembibitan dan Inokulasi Jamur Mikoriza di Persemaian 1. Pendahuluan .............................................................. 2. Perbanyakan Tanaman Secara Generatif ....................... 3. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif ........................ 4. Pemeliharaan Bibit di Persemaian ................................. 5. Peningkatan Produktivitas Dengan Pemupukan .............. 6. Seleksi Bibit Siap Tanam ............................................. 7. Mikoriza .................................................................... 8. Penutup ....................................................................
15 15 27 33 33 34 35 41
Bab 4 Teknik Aplikasi Media Semai dari Limbah Biomassa Hutan dan Industri Hasil Hutan 1. Pendahuluan .............................................................. 45 2. Media Semai Yang Baik Untuk Pertumbuhan .................. 45 3. Limbah Industri Hasil Hutan Sebagai Media Semai .......... 46 4. Limbah Biomassa Hutan Sebagai Media Semai ............... 48 5. Kompos Sebagai Media Semai ...................................... 49 6. Penutup .................................................................... 50 Bab 5 Teknik Pengepakan (Packing) dan Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit 1. Pendahuluan .............................................................. 2. Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit .......................... 3. Pengepakan (Packing) Bibit ......................................... 4. Penutup ....................................................................
ii
53 53 57 61
Bab 6 Pengayaan di Hutan Alam 1. Pendahuluan .............................................................. 2. Faktor Pendukung Keberhasilan Pengayaan ................... 3. Penutup ....................................................................
63 64 67
Bab 7 Pertumbuhan Tegakan Hutan 1. Pendahuluan .............................................................. 2. Tinjauan Umum Pertumbuhan Tegakan Hutan ............... 3. Tinjauan Umum Petak Ukur Permanen (PUP) ................. 4. Pertumbuhan Tanaman ............................................... 5. Model Pendugaan Pertumbuhan Tanaman ..................... 6. Riap Hutan Alam ........................................................ 7. Penutup ....................................................................
69 70 72 73 78 80 84
Bab 8 Hama, Penyakit dan Gulma 1. Pendahuluan .............................................................. 2. Hama ....................................................................... 3. Penyakit .................................................................... 4. Gulma ...................................................................... 5. Teknik Pengendalian Gulma ......................................... 6. Penutup ....................................................................
89 89 102 106 110 113
Bab 9 Penggunaan Tenaga Kerja Pada Kegiatan Budidaya Dalam Pengusahaan Hutan Alam Produksi 1. Pendahuluan .............................................................. 117 2. Tenaga Kerja di Sektor Kehutanan ............................... 117 3. Penerapan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) ................................................................ 119 4. Penggunaan Tenaga Kerja ........................................... 121 5. Permasalahan Tenaga Kerja ........................................ 127 6. Penutup .................................................................... 129 Bab 10 Analisis Finansial Budidaya dengan Sistem Silvikultur TPTI dan TPTJ 1. Pendahuluan .............................................................. 2. Pengelompokkan Biaya ............................................... 3. Perbedaan Biaya Berdasarkan Sistem Silvikultur ............ 4. Metode Analisis Finansial ............................................. 5. Analisis Penghasilan Pengembangan Usaha Tanaman Jenis Dipterocarpaceae dengan sistem silvikultur TPTI iii
133 134 136 142
dan TPTJ .................................................................... 144 6. Analisis Finansial dan Sensitivitas Pengembangan Usaha Tanaman Jenis Dipterocarpaceae dengan Sistem Silvikultur TPTI dan TPTJ ............................................. 145 7. Penutup .................................................................... 148 Ucapan Terima Kasih ................................................... 151
iv
Bab
Teknik Pengepakan (Packing) dan Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit
Andrian Fernandes
5
1.
Pendahuluan Pengelolaan hutan secara lestari yang menguntungkan perlu dilakukan investasi dalam membuat persemaian, memperoleh bibit yang unggul, transportasi bibit ke lokasi penanaman dan penanaman bibit di lapangan (Keefe et al., 2012). Peraturan Dirjen RLPS No. 01/V-PTH/2008 tentang Tata Cara Penetapan Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan Terdaftar menyebutkan bahwa peredaran bibit adalah kegiatan yang meliputi pengepakan, pengangkutan, dan distribusi bibit. Proses pengepakan (packing) dan pengangkutan (transplantation) bibit perlu mendapat perhatian yang besar karena proses tersebut dapat mempengaruhi kualitas bibit yang akan ditanam di lapangan. Proses media tanam dengan proses pengepakan dan pengangkutan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Dok. Andrian F
Gambar 1. Diagram alir proses aplikasi media semai sampai penanaman
2.
Pengangkutan (Trans-plantation) Bibit Jenis bibit mempengaruhi ukuran kantong media (polybag) yang digunakan. Bibit S. leprosula yang memiliki tinggi lebih rendah dibandingkan dengan bibit Tengkawang dapat menggunakan polybag 10 x 15 cm. Sedangkan semai Tengkawang memakai polybag 20 x 30 cm. Untuk bibit yang akan digunakan sebagai sumber pangkasan atau untuk reklamasi lahan pasca tambang menggunakan polybag 40 x 40 cm. Perbedaan ukuran polybag menyebabkan perbedaan berat polybag. Polybag kecil, ukuran 10 x 15 cm yang berisi media, beratnya hanya 300 g per polybag. Sedangkan polybag besar berukuran 40 x 40 cm yang berisi media, beratnya dapat mencapai 21 kg. Oleh karena itu saat memindahkan bibit dapat digunakan beberapa cara, antara lain diangkat satu per satu, beberapa polybag dimasukkan ke dalam satu kantong plastik atau menggunakan gerobak. 53
Teknik Pengepakan (Packing) dan Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit
Leksono (2010) menggunakan bantuan kantong plastik dalam pengangkutan bibit Nyamplung (Calophyllum inophyllum) untuk plot penelitiannya. Setiap plot terdiri dari 25 bibit yang terbagi dalam 5 ikatan. Setiap ikatan akan dimasukkan dalam satu kantong sehingga terdapat 5 kantong untuk setiap plot. Tiap kantong diangkat secara manual untuk dipindahkan ke dalam alat angkut dan diturunkan dari alat angkut menuju plot yang akan ditanami. Pada topografi datar telah dikembangkan alat transplantation bibit yang dilengkapi alat pembuat lubang tanam oleh Dulsalam dan Sukadaryati (2012) dan telah dicobakan di KHDTK Cikampek. Investasi pembuatan alat sebesar Rp. 35.000.000,00 dan diperlukan operator khusus serta diperlukan bahan bakar dan oli. Endom (2007) menyebutkan bahwa pengangkutan bibit secara konvensional sering mengakibatkan kegagalan terutama karena faktor kesulitan lapangan. Untuk membantu memecahkan masalah dalam program pemulihan hutan dan lahan dikembangkan Teknologi Kabel Layang. Kelemahan dari Teknologi Kabel Layang ialah memerlukan tenaga yang memiliki keterampilan khusus untuk pemasangan jaringan kabel yang sangat terbatas jumahnya. Semai Meranti, seperti S. leprosula Miq dan S. johorensis Foxw yang berukuran sekitar 20 -30 cm, dapat diikat dalam satu wadah tas plastik. Dalam 1 tas kresek berisi 25 bibit, dengan berat total 7,5 kg. Saat dibawa, semakin berat beban tas plastik maka telapak tangan yang membawa juga semakin sakit. Leigh dan Young (2007) menyebutkan bahwa ketidaknyamanan saat membawa dengan tangan akan menjadi pertimbangan untuk membawa beban dengan menggunakan tas punggung. Penggunaan tas punggung (backpack) menjadi umum dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berbeda menggunakan tas punggung yang berbeda. Perbedaan tujuan penggunaan tas punggung memberikan perbedaan berat beban dan periode penggunaannya. Ada korelasi yang signifikan antara berat beban tas punggung dengan terjadinya sakit akibat kelelahan pada punggung saat menggunakan tas punggung (Al-Khabbaz et al., 2008). Desain alat trans-plantation bibit seperti alat gendong bibit dapat dibuat berupa tas punggung. Alat ini diharapkan dapat menampung bibit dengan berbagai ukuran polybag. Tas gendong menggunakan kerangka kayu lapis (plywood) yang ditutup dengan kain tahan air. Bahan baku plywood dapat diganti dengan bahan lain seperti kayu yang banyak ditemukan di sekitar areal 54
Andrian Fernandes
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK). Selanjutnya kerangka tas dipasang dengan tali yang dilengkapi busa agar saat dipakai sebagai tas punggung di bagian pundak dapat lebih nyaman.
Dok. Andrian F
Gambar 2. Kerangka tas gendong saat dibuka dan ditutup
Dok. Andrian F
Percobaan penggunaan tas gendong dilakukan saat penanaman intensif di IUPHHK - HA PT Gunung Gajah Abadi. Penanaman intensif dilakukan dengan sistem jalur. Jarak antar jalur 10 m, jarak antar tanaman 5 m dan lebar jalur 3 m dan panjang jalur 1 km. Jenis yang digunakan adalah bibit Meranti dan Kapur. Bibit Meranti dan Kapur menggunakan polybag 7 x 12 cm, dengan berat 400 gram tiap polybag. Aktivitas otot pinggang bekerja secara progresif saat peningkatan beban tas punggung (Al-Khabbaz et al., 2008). Beban 20% berdasarkan berat badan merupakan titik maksimum beban tas punggung. Artinya bila pekerja memiliki berat badan 70 kg, dapat mengangkat beban maksimum 14 kg. Beban 14 kg yang diangkat terdiri atas 4 kg berat tas gendong dan 10 kg bibit. Bila membawa bibit dengan polybag 300 g maka pekerja mampu membawa 30 bibit. Namun berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pekerja dengan berat badan 60 kg dapat membawa bibit sebanyak 50 polybag dalam tas gendong di persemaian dan lokasi penanaman intensif IUPHHK - HA PT Gunung Gajah Abadi. Untuk mempertahankan keberlanjutan produksi kayu komersial perlu dilakukan penanaman secara intensif di lahan hutan (Schulze, 2008). Sebagian besar kondisi penanaman di Kalimantan memiliki topografi yang bergelombang hingga berbukit-bukit. Pada daerah seperti ini, penanaman yang sesuai dilakukan secara manual (McDonald et al., 2008). Sebagai perbandingan penggunaan alat trans-plantation (alat gendong) bibit, juga digunakan “Anjat”. Perbandingan antara alat gendong dengan “Anjat” dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. 55
Hanya digunakan pria
Gender
56 Kapasitas angkut sedang, waktu istirahat agak lama karena anjat kurang nyaman
Sumber: diolah dari data primer
Dapat digunakan untuk membawa bibit dengan member lapisan kain di bagian dalam anjat agar bibit lebih terjaga
Tidak digunakan di PT. GGA karena pekerja pria tidak memakai anjat yang dipakai wanita secara adat
Karena sekali angkut bibit paling sedikit, maka waktu istirahat paling cepat
Waktu istirahat setiap membawa bibit
Anyaman berlubang-lubang besar, sehingga daun atau pucuk dapat rusak
Rekomendasi
Anyaman berlubang-lubang, sehingga daun atau pucuk dapat rusak
Efek tas terhadap bibit
Kurang nyaman
Hanya polybag kecil
Paling nyaman
Kenyamanan
50 bibit
25 bibit
Hanya digunakan wanita
Anyaman rotan
Anjat 2
Ukuran polybag Hanya polybag kecil yang dapat dibawa
30 bibit
Ditumpuk 2 lapis
Disusun 1 lapis
15 bibit
Anyaman rotan
Bahan baku
Kapasitas
Anjat 1
Kriteria
Tabel 1. Perbandingan anjat dengan tas gendong yang dibuat
Kurang nyaman
90 bibit
50 bibit
Tanpa gender
Kayu/plywood dan kain
Tas gendong
Tidak digunakan karena dapat merusak bibit yang dibawa
Hanya polybag kecil
Kapasitas angkut sedang, waktu istirahat sedang karena anjat nyaman saat digunakan
Dok. Andrian F
Digunakan dengan penyempurnaan tali tas agar pengguna lebih nyaman
Dapat digunakan untuk polybag kecil dan besar
Karena sekali angkut bibit paling banyak, maka waktu istirahat paling lama
Saat dibawa bagian atas Tas menggunakan kain, tertutup/mengecil sehingga sehingga tidak merusak bibit terjepit dan mudah rusak bibit (paling aman dalam membawa bibit)
Nyaman
50 bibit
25 bibit
Hanya digunakan pria
Anyaman rotan
Anjat 3
Teknik Pengepakan (Packing) dan Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit
Andrian Fernandes
Penanaman intensif di IUPHHK - HA PT Gunung Gajah Abadi memiliki panjang jalur 1 km, sehingga terdapat 200 tanaman dalam 1 jalur. Dengan kapasitas 50 bibit untuk sekali angkut, maka pekerja dengan menggunakan tas gendong berjalan pulang pergi sebanyak 4 kali. Kurang nyamannya tas gendong dan kapasitas yang lebih banyak menyebabkan waktu istirahat pekerja menjadi lebih lama. Prestasi kerja pekerja dengan tas gendong sama dengan anjat tipe 1, namun keutuhan bibit yang dibawa selama berjalan lebih terjaga dengan menggunakan tas gendong. Untuk meningkatkan prestasi kerja perlu dilakukan penyempurnaan desain tas gendong agar lebih nyaman saat digunakan. 3.
Pengepakan (Packing) Bibit Pengepakan (packing) bibit merupakan cara menata bibit saat akan diangkut dari persemaian menuju tempat penanaman. Bibit yang telah siap tanam akan diangkut menggunakan truk atau mobil, tergantung dari ukuran dan jumlah bibit, serta jarak tempuh dan lebar jalan yang dilalui dari persemaian ke lokasi penanaman. Untuk kontainer potray atau polytube sudah dilengkapi dengan rak untuk membawa satu set potray atau polytube. Namun di lapangan, masih banyak yang menggunakan polybag. Selain mahal, perawatan bibit di potray atau polytube lebih rumit dibandingkan dengan polybag. Karena polybag memiliki berbagai ukuran maka tidak ada rak atau baki yang dipakai untuk mengangkat satu set polybag sekaligus. Panayiotopoulos (1989) menyebutkan bahwa bibit harus ditata secara teratur, tidak boleh acak. Ada 5 macam penataan bibit sebagaimana dalam sketsa gambar berikut ini.
Dok. Panayiotopoulos (1989)
Gambar 3. Bentuk-bentuk penyusunan polybag dalam satu dan dua tingkat
57
Teknik Pengepakan (Packing) dan Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit
Untuk penataan cubic dan cubical-tetrahedral merupakan penataan untuk satu tingkat. Untuk penataan yang ditumpuk menjadi dua tingkat diilustrasikan menjadi bentuk tetragonalsphenoidal, pyramidal dan tetrahedral. Untuk bibit meranti yang menggunakan polybag kecil, proses pengepakan bibit dapat dilakukan dengan cara memasukkan beberapa polybag kecil ke dalam kantong plastik, kemudian ditata pada alat angkut. Contoh pengepakan bibit meranti dapat dilihat pada Gambar 4, berikut ini.
Dok. Andrian F
Gambar 4. Pengepakan bibit meranti dalam truk
Setelah pengepakan selesai, bagian atas alat angkut ditutup dengan sarlon. Sarlon berguna untuk mengurangi penguapan bibit saat pengangkutan. Selain itu sarlon juga berguna untuk mengurangi kecepatan angin saat kendaraan berjalan, sehingga keutuhan bibit lebih terjaga. Untuk menjaga kualitas bibit saat proses pengiriman dibuat rak bibit yang berfungsi sebagai alat pengepakan bibit. Prinsip alat pengepakan bibit adalah dengan memanfaatkan rak/baki yang banyak terdapat di persemaian. Agar pengepakan bibit dapat rapi saat pengiriman maka dibuat model rak bertingkat. Pemilihan rak/baki dapat digunakan untuk baki dan bila dibalik dapat digunakan sebagai alat untuk mengangkut bibit dalam polybag. Ada beberapa bahan untuk pembuatan alat pengepakan bibit, seperti kayu, besi, aluminium, fiber/acrylic dan stainless steel. Untuk Perbandingan material dapat dilihat pada tabel berikut ini.
58
Sedang
Estimasi kekuatan alat pengepakan bibit
59 Sedang
Estimasi kemudahan sistem knock-down alat yang dibuat
Sumber: diolah dari data primer
Mudah, karena kayu relatif mudah dibor untuk membuat lubang baut.
Kuat
Sedang
Kuat
Harus awet
dicat
Dapat berkarat
Estimasi kekuatan sistem Paling lemah (tergantung knock-down alat yang jenis kayu, bila meranti dibuat lemah sedang ulin kuat)
Mudah
Harus dicat agar awet
Proses finishing
Proses pembuatan alat pengepakan bibit
Dapat rusak akibat terkena air (tergantung jenis kayu)
Ketahanan terhadap air/ cuaca saat penggunaan
Tidak berkarat
Ringan
Harus beli di toko
Aluminium
Fiber/acrilic
Paling kuat
Sedang
Paling kuat
Tidak perlu dicat
Tidak berkarat
Sedang
Paling susah, lubang pada acrylic/fiber harus direncanakan dari awal
Sedang
Paling rumit
Paling lemah
Tidak perlu dicat
Tidak berkarat
Sedang
Harus beli di toko Harus beli di bangunan toko kota besar tertentu
Stainless steel
Paling mudah, Sedang karena menggunakan aluminium berlubang, sehingga penempatan baut ada banyak pilihan.
Lemah
Mudah
Lemah
agar Tidak perlu dicat
Paling ringan (tergantung jenis kayu, bila meranti ringan sedang ulin berat)
Estimasi berat alat pengepakan bibit
Paling berat
Mudah ditemukan di sekitar Harus beli di toko IUPHHK
Ketersediaan
Besi
Kayu
Parameter
Tabel 2. Perbandingan Material
Andrian Fernandes
Teknik Pengepakan (Packing) dan Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit
Alat pengepakan bibit dibuat dengan prinsip seperti kerja rak bibit. Rak bibit dibuat dari stainless steel dan tersusun atas 2 lapisan (rak bagian atas dan bagian bawah). Amaliah (2013) menyebutkan bahwa penggunaan rak bertingkat untuk meletakkan bibit dapat menghemat ruang dan meningkatkan kapasitas bibit yang ditampung bila dibandingkan dengan penataan bibit satu lapis.
Rak bibit yang terbuat stainless steel
Dok. Andrian F
Posisi baki bila membawa pottray
Posisi baki bila membawa polybag
Dok. Andrian F
Dok. Andrian F
Gambar 5. Rak bibit bertingkat dari stainless steel
Bagian rak dapat diatur ketinggiannya. Sebagai alas digunakan rak pottray yang dapat digunakan untuk membawa pottray dan juga polybag. Apabila rak bibit tidak digunakan, dapat dibongkar menjadi 4 buah tiang dan 2 buah kotak penyangga rak pottray. Rak pottray dijadikan sebagai salah satu bagian dari rak bibit karena berdasarkan pengamatan di IUPHHK sebagian besar memiliki rak pottray dan tidak digunakan karena perawatan bibit dalam pottray cenderung tidak praktis. 60
Andrian Fernandes
Rak pottray berisi bibit dalam pottray
Kaki penyangga rak yang dapat diatur ketinggiannya Rak pottray yang dibalik dapat digunakan untuk membawa bibit dalam polybag Sketsa: Andrian F.
Gambar 6. Sketsa rak bibit saat menggunakan pottray dan polybag
Penataan bibit yang baik dan teratur akan mengoptimalkan ruangan dengan tetap menjaga kualitas bibitnya (Qu et al., 2009). Penataan bibit yang baik akan memudahkan proses pemindahan bibit dari persemaian ke lokasi penanaman dan proses pengangkutan (trans-plantation) yang baik akan meningkatkan persentase hidup bibit saat ditanam di lokasi penanaman (Thomas, 2008). 4.
Penutup Untuk menjaga kualitas bibit perlu dilakukan pengepakan (packing) dan pengangkutan (trans-plantation) bibit yang baik agar bibit memiliki persen tumbuh yang tinggi saat ditanam. Alat gendong bibit dapat digunakan untuk membantu proses pengangkutan (trans-plantation) bibit di lokasi persemaian menuju lokasi penanaman., sedangkan rak bibit digunakan untuk proses pengepakan (packing) bibit saat diangkut menuju lokasi penanaman.
DAFTAR PUSTAKA Al-Khabbaz, Y. S. S. M., T. Shimada and M. Hasegawa. 2008. The Effect of Backpack Heaviness on Trunk-lower Extremity Muscle Activities and Trunk Posture. Gait and Posture Journal. Vol. 28 : 297-302. Elsevier. Amaliah, W. 2013. Rancangan Perangkat Rak Persemaian Bibit Padi Dengan Stimulasi Musik Seruling. Skripsi. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Tidak Dipublikasikan.
61
Teknik Pengepakan (Packing) dan Pengangkutan (Trans-Plantation) Bibit
Dulsalam dan Sukadaryati. 2011. Penggunaan Alat Pembuat Lubang Tanam Secara Semi Mekanik yang Dilengkapi Alat Pengangkut Bibit. Prosiding Mapeki XIV. Yogyakarta. Endom, W. 2007. Standarisasi Alat Transportasi Bibit Menggunakan Teknologi Kabel Layang. Prosiding PPIS 2007. Jakarta. Keefe, K., J. A. A. Alavalpati and C. Pinheiro. 2012. Is Enrichment Planting Worth its Costs? A Financial Cost-benefit Analysis. Forest Policy and Economics Journal. Vol. 23 : 10-16. Elsevier. Leigh, R.J. and D.B. Young. 2007. To Carry or to Pull : A Study to Investigate the Transport of a Junior’s Golf Bag. Clinical Chiropractic Journal. Vol. 10 : 198-204. Elsevier. Leksono, B. 2010. Pemuliaan Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) Untuk Bahan Baku Biofuel. Laporan Penelitian Program Insentif Ristek Tahun Anggaran 2010. Tidak Dipublikasikan. McDonald, T.P., J.P. Fulton, M.J. Darr and T.V. Gallagher. 2008. Evaluation of a System to Spatially Monitor Hand Planting of Pine Seedlings. Computer and Electronics in Agriculture Journal. Vol. 64 : 173-182. Elsevier. Panayiotopoulos, K. P. 1989. Packing of Sand – A Review. Soil and Tillage Research Journal. Vol. 13 : 101-121. Elsevier. Qu, Y. H., X. M. Wei, Y. F. Hou, B. Chen, G. Q. Chen and C. Lin. 2009. Analysis for an Environmental Friendly Seedling Breeding System. Commun Nonlinear Sci Numer Simulat Journal. Vol. 14 : 1766-1772. Elsevier. Schulze, M. 2008. Technical and Financial Analysis of Enrichment Planting in Logging Gaps as a Potential Component of Forest Management in the Eastern Amazon. Forest Ecology and Management Journal. Vol. 255 : 866-879. Elsevier. Thomas, D. S. 2008. Hydrogel Applied to the Root Plug of Subtropical Eucalypt Seedling Halves Transplant Death Following Planting. Forest Ecology and Management Journal. Vol. 255 : 1305-1314. Elsevier.
62
Penulis: Agus Wahyudi, Nilam Sari, Amiril Saridan, Deddy Dwi Nur Cahyono, Rayan, Massofian Noor, Andrian Fernandes, Abdurachman, Hartati Apriani, Rini Handayani, Asef K. Hardjana, Farida H. Susanty, Karmilasanti, Ngatiman, M. Fajri, Catur Budi Wiati, Tien Wahyuni.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Jl. AW. Syahrani No.68, Sempaja Samarinda - Kalimantan Timur Telp. 0541-206364 Fax. 0541-742298 website: http://b2pd.litbang.dephut.go.id email:
[email protected]