KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) HASIL BUDIDAYA
JULIUS JOHANSEN SITANGGANG
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budidaya” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014
Julius Johansen Sitanggang NIM E24070072
i
ABSTRAK JULIUS JOHANSEN SITANGGANG. Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budi Daya. Dibimbing oleh IMAM WAHYUDI. Beberapa jenis Meranti Merah terutama Shorea leprosula, S. macrophylla dan S. johorensis tergolong cepat tumbuh dan sudah banyak ditanam. Agar pemanfaatan kayu Meranti Merah khususnya S. leprosula hasil tanaman tidak berbeda dibandingkan dengan pemanfaatan kayu sejenis hasil hutan alam, maka penelitian sifat-sifat dasar kayu hasil budidaya tersebut perlu terus dilakukan apalagi mengingat ada kecenderungan bahwa kayu dari tegakan hutan tanaman lebih inferior terutama dari segi kekuatan, keawetan dan kestabilan dimensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kayu Meranti Merah yang diteliti tidak berbeda dibandingkan dengan kualitas kayu sejenis dari hutan alam, kecuali seratnya yang lebih pendek dan lebih tipis. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa diameter batang tidak mempengaruhi BJ kayu, sedangkan riap tumbuh (segmentasi) hanya mempengaruhi kadar air kayu. Kayu hasil budidaya yang diteliti ini memiliki rata-rata panjang dan tebal dinding serat sebesar 968.12 µm dan 2.72 µm, sedangkan kadar air kondisi segar, kerapatan dan BJ-nya masingmasing sebesar 91.52%, 0.76 g/cm3 dan 0.50. Secara keseluruhan kayu Meranti Merah yang diteliti tergolong Kelas Kuat III. Kayu ini kurang cocok sebagai bahan baku pulp dan kertas bermutu tinggi. Kata kunci: Meranti Merah, Shorea leprosula, serat, kerapatan, berat jenis
ABSTRACT JULIUS JOHANSEN SITANGGANG. Growth quality and wood characteristic of cultivated red meranti (Shorea leprosula Miq.). Supervised by IMAM WAHYUDI. In order to assure the quality Red Meranti especially S. leprosula wood from plantation similar to that from natural grown, their basic properties were studied. Result shows that quality of Red Meranti wood studied was similar to that of naturally grown, except for its fibers which were shorter and thinner than those of naturally grown. It found that only specific gravity (SG) of wood was not influenced by stem diameter, and only wood moisture was influenced by growth ring. Result also shows that average values of fiber length, cell wall thickness, moisture content, wood density and SG are 968.12 µm, 2.72 µm, 91.52%, 0.76 g/cm3 and 0.50, respectively. The wood is categorized as strength class of III, therefore, this S. leprosula wood is potential as raw material for plywood and furniture manufacturing, as well as for the 3-rd class of structural and other purposes. The wood is not suitable for the highest quality of pulp and paper manufacturing. Keywords: Red Meranti, Shorea leprosula, wood fiber, wood density, specific gravity.
ii
KUALITAS PERTUMBUHAN DAN KARAKTERISTIK KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) HASIL BUDIDAYA
JULIUS JOHANSEN SITANGGANG
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iii
Judul Skripsi
:Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) hasil budidaya
Nama
: Julius Johansen Sitanggang
NIM
: E24070072
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Imam Wahyudi, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 hingga November 2013 ini adalah struktur anatomi dan sifat fisis kayu dengan judul “Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budidaya”. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Oktober 2014 Julius Johansen Sitanggang
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua Orang Tua (Tigor Mangido Tua Sitanggang, ayah; Betty Novia Lumban Gaol, ibu) serta kakak tercinta Jeanette Rosaria Sitanggang SE, Theresia Pesta Reunia Sitanggang S.Pi, dan abang Gustav Mulia Sitanggang S.Pd yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmu serta wawasan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. 3. Margaretta Seftiana Siregar, SE. yang banyak memberikan semangat, doa, dan saran. 4. Esti Prihatini, S.Si. yang telah membimbing selama penelitian di laboratorium. 5. Seluruh dosen dan tenaga kependidikan di Fakultas Kehutanan IPB termasuk bi Isay dan bi Icot. 6. Djayus Jauhari S.Hut, Topik Hidayat S.Hut, Renato S.Hut, Ridha Putra S.Hut, dan Batara Siliwangi yang selalu mengingatkan penulis didalam proses penelitian hingga sampai ke proses penulisan. 7. Chris Leowardy Situmorang, S.Si, Athink Rikson Banjarnahor, S.Si, May Parlindungan Sitindaon, S.Si, Bagindo Edo Simbolon, Andika Raja Guk-Guk, Boyce Budiarto Nainggolan, S.P. dan Tuahman Anugrah Sirait yang selalu berbagi tawa dan canda di dalam keseharian. 8. Adik-adik kelas ku THH 45, 46, 47, 48, yang memberikan semangatnya dan doanya. 9. Semua pihak yang telah membantu proses persiapan dan penyusunan skripsi ini. Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan ke beberapa pihak terkait yang telah membantu penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
vi
DAFTAR ISI PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 1 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 1 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 2 Waktu dan Tempat .................................................................................................... 2 Bahan dan Alat......................................................................................................... 2 Pelaksanaan penelitian ............................................................................................. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16 LAMPIRAN ............................................................................................................... 17 RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... 38
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Stik kayu hasil ekstraksi sebagai unit sampel ................................... 3 Gambar 2 Rata-rata panjang serat pada masing-masing pohon ......................... 5 Gambar 3 Rata-rata tebal dinding serat pada masing-masing pohon ................. 5 Gambar 4 Variasi radial panjang serat per segmen pada masing-masing pohon ........................................................................................................ 6 Gambar 5 Variasi radial rata-rata panjang serat per segmen. ............................ 6 Gambar 6 Variasi radial tebal dinding serat per segmen pada masingmasing pohon ............................................................................................ 7 Gambar 7 Variasi radial rata-rata tebal dinding serat per segmen ..................... 7 Gambar 8 Perbandingan panjang serat beberapa jenis kayu.............................. 8 Gambar 9 Rata-rata KA kayu dari masing-masing pohon................................. 8 Gambar 10 Variasi radial nilai kadar air kayu per segmen pada masingmasing pohon ............................................................................................ 9 Gambar 11 Variasi radial rata-rata KA kayu per segmen.................................. 9 Gambar 12 Perbandingan nilai KA beberapa jenis kayu ................................. 10 Gambar 13 Rata-rata nilai kerapatan kayu dari masing-masing pohon ........... 10 Gambar 14 Variasi radial kerapatan kayu per segmen pada masingmasing pohon .......................................................................................... 11 Gambar 15 Variasi radial rata-rata nilai kerapatan kayu ................................. 11 Gambar 16 Perbandingan nilai kerapatan beberapa jenis kayu ....................... 12 Gambar 17 Rata-rata nilai BJ kayu dari masing-masing pohon ...................... 12 Gambar 18 Variasi radial BJ kayu per segmen pada masing-masng pohon..... 13 Gambar 19 Variasi radial rata-rata BJ kayu per segmen ................................. 13 Gambar 20 Perbandingan nilai BJ beberapa jenis kayu .................................. 14 Gambar 21 Variasi radial panjang serat dan kerapatan kayu .......................... 14
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 1 .......... 18 Lampiran 2 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 2 ..........19 Lampiran 4 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 3 ......... 20 Lampiran 3 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 4 ......... 21 Lampiran 5 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 5 ......... 34 Lampiran 6 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 1 ..... 23 Lampiran 7 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 2 ..... 24 Lampiran 8 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 3 ..... 25 Lampiran 9 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 4 ......26 Lampiran 10 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 5 ... 27 Lampiran 11 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 1 ...... 28 Lampiran 12 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 2 ...... 29
viii
Lampiran 13 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 3 ........... 30 Lampiran 14 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 4 ........... 31 Lampiran 15 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 5 ........... 32 Lampiran 16 Panjang serat (µm) kayu Meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ............................................................................ 33 Lampiran 17 Tebal Dinding serat kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter .............................................................................. 33 Lampiran 18 Kerapatan kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter .......................................................................................... 34 Lampiran 19 Berat jenis kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ........................................................................................... 34 Lampiran 20 Kadar air kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter .......................................................................................... 33 Lampiran 21 Analisis sidik ragam Panjang Serat kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ....................................... 35 Lampiran 22 Analisis sidik ragam Tebal Dinding Serat kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ......................................... 35 Lampiran 23 Analisis sidik ragam Kerapatan kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ............................................................ 36 Lampiran 24 Analisis sidik ragam Berat Jenis kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter ............................................................ 36 Lampiran 25 Analisis sidik ragam Kadar Air kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter .......................................................... 37
ix
PENDAHULUAN Latar Belakang Meranti Merah adalah istilah dalam dunia perdagangan kayu yang ditujukan untuk kayu-kayu genus Shorea yang berwarna merah selain Balau dan Bangkirai. Menurut Martawijaya et al. (2005), berat jenis (BJ) kayu Meranti Merah 0.52 (0.30-0.86), sedangkan BJ kayu Balau dan BJ kayu Bangkirai berturut-turut sebesar 0.95 (0.82-1.11) dan 0.91 (0.60-1.16). Di hutan alam Indonesia daerah penyebarannya meliputi Sumatera, Kalimantan dan Maluku. Menurut Ogata et al. (2008), ada 75 species Meranti Merah yang potensial sebagai penghasil kayu terutama untuk vinir dan kayulapis disamping untuk perumahan, perkapalan, peti pengepak, mebel, peti mati dan alat musik. Pohon Meranti Merah umumnya besar dan berbanir. Tingginya dapat mencapai 50 m dengan batang bebas cabang 30 m, sedangkan diameternya 100 cm. Kulit batang merekah, beralur atau bersisik, berdamar, kelabu atau coklat dengan tebal lebih kurang 5 mm. Akhir-akhir ini ketersediaan kayu semakin berkurang akibat berbagai faktor. Hal tersebut mendorong berbagai pihak untuk membangun hutan tanaman baik di hutan negara maupun di tanah milik dengan menggunakan jenis-jenis kayu cepat tumbuh seperti sengon, mangium dan jabon. Mengingat beberapa jenis Meranti Merah terutama Shorea leprosula, S. macrophylla dan S. johorensis tergolong cepat tumbuh, maka jenis ini telah banyak digunakan sebagai tanaman inti untuk kegiatan pembangunan hutan tanaman di tanah air. Agar kegunaan kayu Meranti Merah yang dihasilkan nantinya tidak berbeda dibandingkan dengan kegunaan kayu sejenis dari hutan alam, maka sifat-sifat dasar dan karakteristik kayu hasil budidaya ini perlu diteliti dengan seksama. Apalagi mengingat ada kecenderungan bahwa kayu dari tegakan hutan tanaman lebih inferior terutama dari segi kekuatan, keawetan dan kestabilan dimensi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini dengan menggunakan kayu Meranti Merah dari jenis S. leprosula yang ditanam di Kampus Fakultas Kehutanan IPB. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari beberapa karakteristik penting kayu S. leprosula Miq. hasil tanaman umur 5 tahun khususnya dari segi sifat fisis dan dimensi seratnya. Batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa juga dievaluasi berdasarkan variasi radial nilai panjang serat dan kerapatan kayu dari empulur ke arah kulit. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dapat menginformasikan seberapa jauh perbedaan karakteristik kayu hasil budidaya dengan kayu hasil hutan alam, serta membantu mengarahkan pemanfaatan kayu Meranti Merah hasil budidaya berdasarkan informasi karakteristik sifat fisis dan kualitas seratnya. 1
TINJAUAN PUSTAKA Meranti Merah (S. leprosula Miq.) Meranti Merah adalah istilah untuk kelompok kayu dari genus Shorea anggota Dipterocarpaceae yang berwarna merah dan agak lunak. Kelompok ini dapat dengan mudah dibedakan dari Meranti Putih maupun Meranti Kuning berdasarkan warna kayunya, serta dari Balau dan Bangkirai berdasarkan kekerasannya. Jenis-jenis yang termasuk kelompok Meranti Merah diantaranya adalah S. acuminata, S. johorensis, S. leprosula, S. macrophyla, S. ovalis, S. palembanica dan S. pinanga. Kayu Meranti Merah khususnya dari jenis S. leprosula merupakan kayu yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri perkayuan tanah air seperti kayu lapis, papan partikel, papan laminasi, bahan bangunan dan perahu serta mebel dan alat-alat gambar. Menurut Martawijaya et al. (2005), warna teras kayu ini sangat heterogen, mulai dari hampir putih, coklat pucat, merah muda, merah kecoklatan sampai merah tua kecoklatan; sedangkan bagian gubalnya putih, kekuningan sampai agak kecoklatan. Permukaan kayu biasanya mempunyai corak berupa pita-pita pada bidang radial, licin dan agak mengkilap. Tekstur agak kasar hingga kasar tetapi rata, lebih kasar daripada Meranti Putih dan Meranti Kuning. Arah serat umumnya agak berpadu kadang-kadang hampir lurus, bergelombang atau sangat berpadu. Kekerasan tergolongan lunak sampai agak lunak. BJ kayu rata-rata 0.52 dan digolongkan kedalam Kelas Kuat III-IV dan Kelas Awet III-V.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Mei hingga November 2013 di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Pohon sampel berasal dari tegakan Meranti Merah di sekitar Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB yang berumur 5 tahun tanpa tindakan silvikultur yang berarti. Asal bibit dari persemaian Departemen Silvikultur. Bahan dan Alat Bahan utama berupa sembilan stik kayu Meranti Merah hasil ekstraksi menggunakan bor riap berdiameter 5 mm dari tiga batang pohon sehat yang diameternya berbeda, akuades, potassium klorat (KClO3), asam nitrat (HNO3), alkohol teknis, safranin, karboksilol dan aluminium foil. Stik diekstrak pada ketinggian 1.30 m (setinggi dada) mulai dari bagian kulit hingga ke empulur. Dari setiap pohon diambil 3 stik dengan arah yang berbeda (Barat, Timur dan Selatan). Peralatan yang digunakan terdiri dari tabung reaksi, gelas objek, gelas penutup, wadah plastik, pipet, waterbath, corong gelas, oven, mikroskop, gelas ukur, kaliper, kamera dan alat tulis.
2
Pelaksanaan Penelitian Persiapan dan pembuatan contoh uji Stik kayu hasil pengeboran dibedakan menurut parameter yang diteliti: satu untuk pengukuran dimensi serat, satu untuk pengukuran sifat fisis kayu dan satu lagi untuk cadangan. Masing-masing stik dibagi rata menjadi lima potongan contoh uji (per segmen) dari empulur ke arah kulit (Gambar 1).
Gambar 1 Stik kayu hasil ekstraksi sebagai unit sampel Pembuatan sediaan maserasi untuk pengukuran dimensi serat Pembuatan sediaan maserasi dilakukan dengan metode Schluze yang dimodifikasi. Masing-masing contoh uji per segmen dipotong-potong hingga berukuran seperti batang korek api lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi secara terpisah. Ke dalam masing-masing tabung selanjutnya ditambahkan KClO3 dan HNO3 hingga contoh uji terendam, lalu dipanaskan di dalam waterbath bersuhu 60ºC selama 24 jam atau sampai contoh uji menjadi lunak (terjadi perubahan warna menjadi putih). Setelah itu sampel uji disaring dan dicuci dengan air hingga bebas asam lalu direndam dalam safranin 2% selama 6-8 jam. Setelah sampel uji bebas dari zat warna dilakukan proses dehidrasi bertingkat menggunakan alkohol berturut-turut 10%, 30% dan 50% masing-masing selama 10 menit. Setelah didehidrasi, serat-serat utuh terpilih dipindahkan ke atas gelas objek, ditetesi karboksilol dan dilanjutkan dengan pengamatan dan pengukuran menggunakan mikroskop. Jumlah serat yang diukur sebanyak 30 sel per segmen. Pengujian sifat fisis kayu Sifat fisis kayu yang meliputi kadar air (KA) kondisi segar (fresh cut) serta kerapatan dan BJ diukur menggunakan metode Gravimetri mengikuti prosedur standar yang biasa dilakukan di Laboratorium Sifat Dasar Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, DHHT Fakultas Kehutanan IPB. Volume kayu ditentukan berdasarkan prinsip Archimedes. Nilai-nilai KA, kerapatan (ρ) dan BJ kayu dihitung dengan persamaan:
KA (%) = (BB – BKT) / BKT x 100 ρ (g/cm3) = BB / VB BJ = (BKT / VB) / ρair Keterangan: ρ air = 1 g/cm³.
3
Khusus untuk sifat fisis dilakukan juga pengukuran sejenis menggunakan beberapa jenis kayu perdagangan yang tumbuh di areal yang sama sebagai pembanding seperti Jati (Tectona grandis), Karet (Hevea brasiliensis), Mahoni (Swietenia macrophylla), Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan Pinus (Pinus merkusii). Pengolahan data Data yang diperoleh dihitung nilai rata-ratanya dengan software microsoft excel, dan disajikan dalam bentuk grafik. Penentuan batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa Batas antara kayu juvenil dan kayu dewasa dievaluasi berdasarkan variasi radial nilai panjang serat dan kerapatan kayu sebagaimana Bowyer et al. (2003).
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Dimensi Serat Panjang dan tebal dinding serat Hasil analisis sidik ragamnya (Lampiran 5 dan 6) memperlihatkan bahwa panjang dan tebal dinding serat tidak dipengaruhi oleh diameter batang. Dengan demikian, maka rata-rata panjang dan tebal dinding serat berturut-turut 968.13 µm dan 2.72 µm. Bila dibandingkan dengan Martawijaya et al. (2005), panjang serat kayu yang diteliti lebih rendah. Menurut Martawijaya et al. (2005), panjang serat kayu S. leprosula mencapai 1352 µm, sedangkan menurut Ogata et al. (2008), tebal dinding serat kayu Meranti Merah 4-6 µm.
Panjang Serat (um)
1200 1000 800 600 400 200 0 Kecil
Sedang
Besar
Diameter Batang
Tebal Dinding Serat (um)
Gambar 2 Rata-rata panjang serat pada masing-masing pohon 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Kecil
Sedang
Besar
Diameter Batang
Gambar 3 Rata-rata tebal dinding serat pada masing-masing pohon Gambar 4 memuat variasi radial panjang serat per segmen pada masingmasing pohon, sedangkan Gambar 5 menyajikan variasi radial rata-ratanya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa serat di bagian kayu dekat empulur (S1) merupakan serat terpendek. Panjang serat cenderung meningkat dari S1 ke S5 (bagian kayu dekat kulit), meski pada pohon yang berdiameter kecil, serat 5
terpanjang terdapat pada daerah S4 (Gambar 4). Hasil analisis sidik ragamnya memperlihatkan panjang serat tidak dipengaruhi oleh lokasi contoh uji dalam batang (segmentasi/riap tumbuh) (Lampiran 5). 1100
Panjang Serat (um)
1050 1000 Kecil 950
S edang Besar
900 850 800 S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 4 Variasi radial panjang serat per segmen pada masing-masing pohon
Gambar 5 Variasi radial rata-rata panjang serat per segmen Gambar 6 memuat variasi radial tebal dinding serat per masing-masing pohon, sedangkan Gambar 7 menyajikan variasi radial rata-ratanya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa meski berfluktuasi tebal dinding serat secara umum relatif konstan dari empulur (S1) ke arah kulit (S5). Hasil analisis sidik ragamnya (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa tebal dinding serat tidak dipengaruhi oleh lokasi contoh uji dalam batang (segmentasi). Rata-rata tebal dinding serat sebesar 2.72 µm.
6
Tebal Dinding (um)
4
3 Kecil
2
S edang Besar
1
0 S1
S2
S3
S4
S5
Segmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 6 Variasi radial tebal dinding serat per segmen pada masing-masing pohon.
Tebal Dinding (um)
4
3 2
1 0 S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 7 Variasi radial rata-rata tebal dinding serat per segmen Gambar 8 memuat perbandingan ukuran panjang serat kayu yang diteliti dengan panjang serat beberapa jenis kayu perdagangan Indonesia terutama Mahoni, Karet, Nyamplung, Jati dan Pinus sebagai pembanding. Dapat dilihat bahwa kayu Meranti Merah yang diteliti memiliki serat yang paling pendek (968.13 µm), sedangkan kayu Pinus paling panjang (5456 µm). Panjang serat kayu Meranti Merah lebih pendek dibandingkan panjang serat kayu Mahoni (1362 µm), Karet (1379 µm), Nyamplung (1562 µm) dan Jati (1316 µm). Lebih panjangnya serat kayu Pinus dibandingkan dengan yang lain karena Pinus tergolong softwood yang memang dikenal memiliki serat yang lebih panjang dari hardwood.
7
Panjang Serat (um)
6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0 Mahoni
Karet
Nyamplung
Jati
Pinus
Meranti Merah
Gambar 8 Perbandingan panjang serat beberapa jenis kayu Sifat Fisis Kadar air (KA) Panshin dan de Zeeuw (1980) mendefinisikan KA kayu sebagai banyaknya air dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Hasil pengukuran rata-rata nilai KA kayu Meranti Merah pada masing-masing pohon disajikan pada Gambar 9. Gambar 10 memuat variasi radial nilai KA kayu per segmen dari empulur ke arah kulit, sedangkan Gambar 10 memuat variasi radial rata-rata nilai KA per segmen. 150
KA (%)
120 90 60 30 0 Kecil
S edang
Besar
Diameter Batang
Gambar 9 Rata-rata nilai KA kayu dari masing-masing pohon Dari Gambar 9 diketahui bahwa pohon yang berdiameter kecil dan besar memiliki nilai KA kayu yang lebih rendah dibandingkan dengan pohon yang berdiameter sedang. Hasil analisis sidik ragamnya memperlihatkan bahwa KA kayu dipengaruhi oleh diameter batang. KA kayu dari pohon yang berdiameter kecil setara dengan KA kayu dari pohon yang berdiameter besar; dan keduanya
8
berbeda dibandingkan dengan KA kayu dari pohon yang berdiameter sedang (Lampiran 10). 150
KA (%)
120 Kecil
90
S edang 60
Besar
30 0 S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 10 Variasi radial nilai kadar air kayu per segmen pada masing-masing pohon Pada pohon yang berdiameter kecil dan besar diketahui bahwa nilai KA kayu cenderung berkurang dari bagian dekat empulur ke arah kulit, sedangkan pada pohon yang berdiameter sedang cenderung meningkat meski tidak signifikan (Gambar 10). Secara umum KA kayu berkurang dari empulur ke arah kulit (Gambar 11). 140 120
KA (%)
100 80 60 40 20 0 S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur Ke Kulit
Gambar 2 Variasi radial rata-rata KA kayu per segmen Gambar 12 memuat perbandingan nilai KA kayu Meranti Merah kondisi segar dengan KA beberapa jenis kayu perdagangan Indonesia terutama Mahoni, Karet, Nyamplung, Jati dan Pinus. Dapat dilihat bahwa kayu Meranti Merah memiliki KA yang paling tinggi (94.86%), sedangkan kayu Mahoni paling rendah (41.88%). KA kayu Pinus (63.69%) relatif sama dengan KA kayu Jati (63.94%) dan kayu Nyamplung (63.69%), namun lebih rendah dari kayu Karet (72.50%). Variasi nilai KA kayu antar jenis tersebut terkait dengan variasi jenis dan laju pertumbuhannya yang akan menghasilkan variasi tebal dinding dan diameter 9
rongga sel. 100
KA (%)
80 60 40 20 0 Mahoni
Karet
Nyamplung
Jati
Pinus
Meranti Merah
Gambar 12 Perbandingan nilai KA beberapa jenis kayu
Kerapatan Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kerapatan kayu rata-rata pada pohon yang berdiameter kecil sebesar 0.51 g/cm3, sedangkan pada pohon berdiameter sedang dan besar masing-masingnya 0.90 g/cm3 dan 0.87 g/cm3 (Gambar 13). Hasil analisis sidik ragamnya (Lampiran 8) memperlihatkan bahwa kerapatan kayu dipengaruhi oleh diameter batang. Kerapatan kayu dari pohon yang berdiameter kecil paling rendah, sedangkan kerapatan kayu dari pohon yang berdiameter sedang dan besar relatif sama. Nilai kerapatan kayu cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran diameter batang.
Kerapatan Kayu (g/cm3)
1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Kecil
S edang
Besar
Diameter Batang
Gambar 3 Rata-rata nilai kerapatan kayu dari masing-masing pohon Gambar 14 memuat variasi radial nilai kerapatan kayu pada masingmasing pohon, sedangkan Gambar 15 memuat variasi radial rata-ratanya.
10
Kerapatan Kayu (g/cm3)
1,00 0,80 Kecil
0,60
S edang 0,40
Besar
0,20 0,00 S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 14 Variasi radial kerapatan kayu per segmen pada masing-masing pohon Dari Gambar 14 diketahui bahwa kerapatan kayu pada pohon yang berdiameter kecil relatif konstan dari empulur (S1) ke bagian tengah batang (S3), kemudian meningkat ke arah kulit (S5) meski sedikit berkurang di bagian kayu sebelumnya (S4). Pada pohon berdiameter sedang kerapatan kayu cenderung terus meningkat dari S1 ke S5, sedangkan pada pohon yang berdiameter besar kerapatan kayu berkurang dari S1 ke S2, namun kemudian meningkat ke S5. Untuk semua pohon yang diteliti diketahui bahwa kerapatan kayu yang paling tinggi terdapat di daerah dekat kulit (S5), sedangkan nilai terendah bergantung pada posisi kayu dalam batang. Pada pohon yang berdiameter kecil nilai terendah terdapat di S4 (0.44 g/cm3), pada pohon yang berdiameter sedang di S1 (0.84 g/cm3), sedangkan pada pohon yang berdiameter besar di S2 (0.77 g/cm3). Meskipun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa bahwa kerapatan kayu cenderung meningkat dari empulur ke kulit (Gambar 15).
Kerapatan Kayu (g/cm3)
1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 15 Variasi radial rata-rata nilai kerapatan kayu per segmen Gambar 16 memuat perbandingan nilai kerapatan kayu Meranti Merah dengan kerapatan beberapa jenis kayu perdagangan Indonesia. Dapat dilihat bahwa kerapatan kayu Meranti Merah yang diteliti adalah yang paling rendah
11
(0.76 g/cm3), sedangkan kayu Karet paling tinggi (0.95 g/cm3). Kerapatan kayu Pinus (0.87 g/cm3) setara dengan kayu Nyamplung (0.87 g/cm3) maupun Jati (0.89 g/cm3), namun sedikit lebih rendah dari kayu Mahoni (0.92 g/cm3).
Kerapatan Kayu (g/cm3)
1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Mahoni
Karet
Nyamplung
Jati
Pinus
Meranti Merah
Gambar 16 Perbandingan nilai kerapatan beberapa jenis kayu Berat jenis (BJ) Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa nilai rata-rata BJ kayu Meranti Merah dari pohon yang berdiameter kecil, sedang dan besar masing-masingnya adalah 0.48, 0.51 dan 0.52 (Gambar 17). Meskipun nilai tersebut bervariasi, hasil analisis sidik ragamnya (Lampiran 9) menunjukkan bahwa BJ kayu tidak dipengaruhi oleh diameter batang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ratarata BJ kayu Meranti Merah yang diteliti adalah sebesar 0.50. Dibandingkan dengan BJ kayu sejenis hasil penelitian terdahulu (Martawijaya et al. 2005), hasil yang diperoleh sedikit lebih kecil. Hasil penelitian yang diperoleh Martawijaya et al. (2005) adalah sebesar 0,52. 0,70 0,60
Berat Jenis
0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Kecil
S edang
Besar
Diameter Batang
Gambar 17 Rata-rata nilai BJ kayu dari masing-masing pohon Gambar 18 memuat variasi radial nilai BJ kayu pada masing-masing pohon, sedangkan Gambar 19 memuat variasi radial rata-ratanya.
12
0,70 0,60
Berat Jenis
0,50 Kecil
0,40
S edang 0,30
Besar
0,20 0,10 0,00 S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 18 Variasi radial BJ kayu per segmen pada masing-masing pohon Dari Gambar 18 diketahui bahwa pada pohon yang berdiameter kecil BJ kayu relatif konstan dari empulur ke arah kulit, sedangkan pada pohon yang berdiameter sedang dan besar berfluktuasi: meningkat dari empulur (S1) ke S3 lalu kemudian berkurang ke arah kulit (S5) pada pohon yang berdiameter sedang dan konstan ke arah kulit (S5) pada pohon yang berdiameter besar. Secara umum dapat dikatakan bahwa BJ kayu meningkat dari S1 ke S3, kemudian cenderung berkurang ke arah kulit (S5) (Gambar 19). 0,70
Berat Janis
0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
S1
S2
S3
S4
S5
S egmentasi dari Empulur Ke Kulit
Gambar 19 Variasi radial rata-rata BJ kayu per segmen Dibandingkan dengan beberapa kayu perdagangan Indonesia, BJ kayu Meranti Merah yang diteliti (0.50) relatif setara dengan BJ kayu Jati (0.52), Karet (0.55), Nyamplung (0.53) maupun Pinus (0.53) (Gambar 20). BJ kayu Meranti Merah ini hanya lebih rendah dari BJ Mahoni (0.65).
13
0,70 0,60
Berat Jenis
0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Mahoni
Karet
Nyamplung
Jati
Pinus
Meranti Merah
Gambar 20 Perbandingan nilai BJ beberapa jenis kayu
1060
0,95
1020
0,88
980
0,80
940
0,73
900
0,65 S1
S2
S3
S4
Kerapatan Kayu (g/cm3)
Panjang Serat (um)
Batas antara Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa Batas antara daerah kayu juvenil dan kayu dewasa ditetapkan menggunakan nilai rata-rata panjang serat dan kerapatan kayu dari empulur ke arah kulit (Bowyer et al. 2003). Daerah kayu juvenil ditandai dengan peningkatan nilai indikator dari empulur ke arah kulit secara progresif dan kontinyu, sedangkan batas antara kayu kayu juvenil dan kayu dewasa diperoleh pada saat nilai indikator tersebut tidak lagi menunjukkan adanya perubahan nilai bahkan cenderung konstan. Gambar 21 memperlihatkan variasi radial panjang serat dan kerapatan kayu Meranti Merah yang diteliti. Dari gambar tersebut dapat dipastikan bahwa kayu Meranti Merah tersebut belum menghasilkan kayu dewasa.
Panjang Serat Kerapatan Kayu
S5
S egmentasi dari Empulur ke Kulit
Gambar 21 Variasi radial panjang serat dan kerapatan kayu
14
Potensi Pemanfaatan Potensi pemanfaatan kayu Meranti Merah yang diteliti dikaji berdasarkan nilai rata-rata semua parameter yang diteliti yaitu panjang serat, tebal dinding serat, KA kondisi basah, kerapatan dan BJ kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu Meranti Merah tergolong kedalam kayu berserat pendek dengan dinding sel yang tergolong tipis hingga sedang sehingga tidak ditujukan sebagai bahan baku untuk pembuatan pulp dan kertas. Dengan rata-rata nilai KA kondisi basah yang tergolong tinggi (94.86%) maka jumlah air yang harus dikeluarkan dari dalam kayu untuk mencapai kondisi KA kering udara tergolong tinggi. Ditambah lagi dengan nilai kerapatan kayu yang cukup tinggi (0.76 g/cm3) sehingga proses keluarnya air dari dalam kayu relatif sulit. Dengan demikian, proses pengeringan perlu mendapat perhatian serius karena kayu yang demikian berpotensi untuk mengalami cacat pengeringan. Berdasarkan nilai BJ kayunya (0.50), maka kayu Meranti Merah termasuk dalam Kelas Kuat III (PKKI-NI5 1961). Dengan demikian, maka kayu ini dapat digunakan sebagai kayu pertukangan untuk tujuan non struktural atau struktural III sesuai dengan kelas kuatnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Kualitas kayu Meranti Merah hasil budidaya yang diteliti tidak berbeda dengan kualitas kayu sejenis dari hutan alam, kecuali panjang serat dan tebal dindingnya. Serat kayu lebih pendek dan lebih tipis. Rata-rata panjang serat 968.12 µm dan rata-rata tebal dinding 2.72 µm. 2. Rata-rata nilai kerapatan dan BJ kayu sebesar 0.76 g/cm3 dan 0.50. Kayu tergolong Kelas Kuat III. 3. Berdasarkan struktur anatomi dan sifat fisis kayu yang diteliti, maka kayu meranti merah berpotensi digunakan sebagai bahan baku kayulapis atau kayu komposit lainnya, mebel, furniture, barang kerajinan dan atau produk kontruksi yang kekuatannya setara dengan Kelas Kuat III. 4. Kayu kurang cocok untuk tujuan sebagai bahan baku pulp dan kertas bermutu tinggi. 5. Secara umum, kadar air dan kerapatan dipengaruhi oleh diameter batang; sedangkan riap tumbuh (segmentasi) hanya mempengaruhi nilai kadar air kayu. Saran Untuk melengkapi tujuan penggunaan kayu Meranti Merah hasil budidaya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan sifat mekanis, sifat kimia dan sifat pengolahannya terutama keawetan alami, keterawetan dan pengeringan kayu. Selain itu, perlu diteliti pengaruh umur terhadap sifat dasar dan sifat pengolahan kayu.
15
DAFTAR PUSTAKA Bowyer JL, R Shmulsky, JG Haygreen. 2003. Forest Products and Wood Science: an Introduction. Fourth Edition. Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Casey J. 1980. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. Third Edition Vol. IA. New York: Willey and Sons Inc. El-Rasyid H, Marfuah H, Wijayakusumah, Hendarsyah D. 1991. Vademikum Dipterocarpaceae. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. Haygreen JG dan JL Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Sutjipto A. Hadikusumo (Penterjemah). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Mandang YI, IKN Pandit. 1997. Pedoman identifikasi kayu di lapangan. Bogor: Yayasan PROSEA Indonesia. Martawijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia. Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Oey Djoen Seng. 1990. Berat jenis dari jenis-jenis kayu Indonesia dan pengertian beratnya untuk keperluan praktek. Soewarsono PH (Penterjemah). Pengumuman LPHH No. 1. Bogor. Ogata K, T Fujii, H Abe, P Baas. 2008. Identification of the timbers of Southeast Asia and Western Pacific. PP. 360-363. T Fujii, K Ogata, H Abe, S Noshiro, A Kagawa (Editors). Kaiseisha Press. Japan. Panshin AJ, C de Zeeuw. 1980. Textbook of Wood Technology: Structure, Identification, Properties and Uses of The Commercial Woods of The United States and Canada. New York: McGraw-Hill Book Company. PKKI-NI5. 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Yayasan Dana Normalisasi Indonesia. Jakarta. Tsoumis G. 1991. Science and technology of wood (structure, properties, utilization). New York : Van Nostrand Reinhold.
16
LAMPIRAN
17
Lampiran 1 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 1 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 712,5 762,5 825 975 737,5 700 900 887,5 1025 762,5 837,5 912,5 1012,5 1000 862,5 987,5 950 775 837,5 912,5 1050 1137,5 1087,5 1000 962,5 925 1075 1025 850 887,5
Diameter 20,31 21,87 25 25 21,87 28,12 28,12 21,87 32,81 21,87 25 28,12 31,25 28,12 21,87 31,25 28,12 15,62 18,75 21,87 25 32,81 28,12 23,43 18,75 25 28,12 18,75 21,87 25
Diameter Lumen Tebal Dinding 12,5 15,62 18,75 18,75 15,62 21,87 25 15,62 26,56 15,62 20,31 23,43 25 21,87 15,62 25 25 12,5 12,5 15,62 18,75 25 21,87 15,62 12,5 21,87 25 15,62 15,62 18,75
3,90 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 2,34 2,34 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 3,90 3,12 3,90 3,12 1,56 1,56 1,56 3,12 3,12
18
Lampiran 2 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 2 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 925 1025 912,5 1087,5 1012,5 950 1137,5 225 1050 1025 1112,5 662,5 987,5 1025 1075 837,5 1137,5 900 737,5 950 1150 1050 850 925 912,5 1025 1075 962,5 837,5 900
Diameter 15,62 12,5 18,75 10,93 23,43 21,87 18,75 25 31,25 20,31 28,12 18,75 34,37 29,68 31,25 21,87 28,12 31,25 17,18 21,87 21,87 21,87 25 29,68 23,43 28,12 31,25 28,12 21,87 29,68
Diameter Lumen Tebal Dinding 9,37 6,25 6,25 6,25 17,18 15,62 15,62 18,75 23,43 14,06 21,87 15,62 31,25 25 25 17,18 21,87 26,56 12,5 15,62 18,75 18,75 21,87 25 18,75 21,87 25 25 18,75 21,87
3,12 3,12 6,25 2,34 3,12 3,12 1,56 3,12 3,90 3,12 3,12 1,56 1,56 2,34 3,12 2,34 3,12 2,34 2,34 3,12 1,56 1,56 1,56 2,34 2,34 3,12 3,12 1,56 1,56 3,90
19
Lampiran 3 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 3 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 1087,5 975 1025 700 1037,5 1118,75 800 962,5 912,5 725 887,5 925 650 1187,5 1037,5 850 675 950 1137,5 1050 1025 950 1162,5 1187,5 925 1100 837,5 1137,5 950 1037,5
Diameter 28,12 25 21,87 26,56 25 23,43 15,62 34,37 32,81 25 25 31,25 32,81 28,12 25 21,87 29,68 26,56 31,25 35,93 28,12 26,56 34,37 31,25 31,25 37,5 35,93 25 23,43 28,12
Diameter Lumen 21,87 18,75 15,62 20,31 17,18 12,50 9,37 28,12 25 18,75 18,75 25 25 21,87 21,87 15,62 25 18,75 25 29,68 23,43 21,87 28,12 25 21,87 32,81 28,12 18,75 18,75 21,87
Tebal Dinding 3,12 3,12 3,12 3,12 3,90 5,46 3,12 3,12 3,90 3,12 3,12 3,12 3,90 3,12 1,56 3,12 2,34 3,90 3,12 3,12 2,34 2,34 3,12 3,12 4,68 2,34 3,90 3,12 2,34 3,12
20
Lampiran 4 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 4 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang
Diameter
987,5 762,5 1025 1050 812,5 837,5 1175 1150 1075 1137,5 987,5 1300 1050 862,5 950 1087,5 1025 1137,5 1200 1037,5 1000 812,5 900 962,5 975 1162,5 1012,5 1100 950 887,5
25 25 28,12 18,75 15,62 25 21,87 25 23,43 15,62 31,25 28,12 31,25 18,75 28,12 34,37 31,25 21,87 25 21,87 18,75 28,12 28,12 25 25 18,75 15,62 18,75 21,87 21,87
Diameter Lumen
Tebal Dinding
18,75 18,75 21,87 15,62 9,375 18,75 15,62 20,31 18,75 9,375 25 21,87 25 12,5 25 31,25 25 15,62 20,31 18,75 12,5 25 21,87 18,75 21,87 15,62 12,5 12,5 15,62 18,75
3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 2,34 2,34 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 2,34 1,56 3,12 1,56 3,12 3,12 1,56 1,56 1,56 3,12 3,12 1,56
21
Lampiran 5 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter kecil segmen 5 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang
Diameter
837,5 1100 937,5 1112,5 1025 987,5 1125 925 1050 875 1137,5 925 812,5 862,5 1075 1037,5 900 737,5 850 750 1187,5 1075 962,5 912,5 987,5 1037,5 1087,5 1125 887,5 987,5
31,25 18,75 25 15,62 25 25 28,12 20,31 21,87 34,37 28,12 21,87 21,87 28,12 15,62 18,75 23,43 29,68 15,62 21,87 18,75 28,12 34,37 18,75 25 21,87 28,12 18,75 26,56 25
Diameter Lumen
Tebal Dinding
25 12,5 21,87 9,375 18,75 18,75 25 15,62 17,18 28,12 25 18,75 15,62 21,87 9,375 14,06 20,31 25 12,5 15,62 12,5 21,87 28,12 12,5 18,75 15,62 25 12,5 21,87 18,75
3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 1,56 2,34 2,34 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 2,34 1,56 2,34 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 2,34 3,12
22
Lampiran 6 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 1 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang
Diameter
700 712,5 712,5 950 1025 962,5 862,5 887,5 937,5 1050 1062,5 1350 725 962,5 975 1062,5 1112,5 950 850 875 1012,5 775 925 1075 862,5 1137,5 1100 1012,5 987,5 1050
18,75 31,25 21,87 25 28,12 25 21,87 28,12 28,12 31,25 25 12,5 18,75 25 18,75 29,68 25 25 25 25 15,62 15,62 21,87 28,12 21,87 31,25 28,12 21,87 21,87 18,75
Diameter Lumen
Tebal Dinding
12,50 25 15,62 18,75 21,87 18,75 17,18 25 21,87 25 18,75 6,25 12,5 18,75 12,5 21,87 21,87 18,75 21,87 20,31 12,5 9,37 18,75 25 15,62 25 21,87 15,62 15,62 15,62
3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 2,34 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,90 1,56 3,12 1,56 2,34 1,56 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56
23
Lampiran 7 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 2 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 1150 887,5 850 787,5 675 950 800 912,5 850 1100 887,5 912,5 1037,5 1175 1012,5 1075 887,5 925 1037,5 1137,5 1187,5 1137,5 1087,5 950 1000 975 1025 1062,5 800 950
Diameter 28,12 25 26,56 18,75 18,75 25 25 21,87 18,75 21,87 25 18,75 15,62 25 21,87 18,75 18,75 21,87 15,62 21,87 18,75 21,87 18,75 12,5 21,87 18,75 20,31 23,43 15,62 18,75
Diameter Lumen
Tebal Dinding
21,87 20,31 21,87 15,62 12,5 12,5 21,87 12,5 12,5 15,62 18,75 15,62 9,375 18,75 15,62 12,5 15,62 17,18 12,5 15,62 12,5 9,37 15,62 6,25 18,75 15,62 15,62 15,62 9,37 12,5
3,12 2,34 2,34 1,56 3,12 6,25 1,56 4,68 3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 2,34 1,56 3,12 3,12 6,25 1,56 3,12 1,56 1,56 2,34 3,90 3,12 3,12
24
Lampiran 8 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 3 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 975 1000 1037,5 825 925 1112,5 762,5 900 1050 750 837,5 962,5 950 1187,5 1112,5 1200 900 850 1125 800 1100 812,5 900 1162,5 1075 1150 1175 1275 950 762,5
Diameter 25 28,12 28,12 21,87 31,25 29,68 21,87 21,87 25 15,62 18,75 21,87 21,87 25 25 35,93 18,75 18,75 25 28,12 28,12 12,5 15,62 26,56 21,87 25 25 34,37 31,25 25
Diameter Lumen 18,75 21,87 25 18,75 25 25 18,75 15,62 18,75 9,375 12,5 15,62 18,75 18,75 21,87 29,68 15,62 15,62 21,87 21,87 21,87 6,25 12,5 18,75 15,62 21,87 18,75 28,12 25 21,87
Tebal Dinding 3,12 3,12 1,56 1,56 3,12 2,34 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 1,56 3,12 1,56 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 1,56 3,90 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 1,56
25
Lampiran 9 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 4 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 900 1112,5 1137,5 1037,5 1475 1175 987,5 1075 937,5 1100 850 962,5 1012,5 987,5 1050 1137,5 1150 900 837,5 750 962,5 775 1012,5 850 887,5 800 950 825 1112,5 1125
Diameter 14,06 18,75 21,87 18,75 25 25 37,5 18,75 15,62 21,87 14,06 18,75 21,87 25 25 28,12 28,12 21,87 18,75 15,62 15,62 21,87 21,87 25 25 37,5 29,68 25 23,43 26,56
Diameter Lumen 9,37 12,5 15,62 12,5 15,62 18,75 28,12 12,5 9,37 15,62 9,37 12,5 15,62 18,75 21,87 23,43 21,87 15,62 15,62 9,375 9,375 15,62 14,06 18,75 18,75 28,12 21,87 18,75 18,75 21,87
Tebal Dinding 2,34 3,12 3,12 3,12 4,68 3,12 4,68 3,12 3,12 3,12 2,34 3,12 3,12 3,12 1,56 2,34 3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 3,90 3,12 3,12 4,68 3,90 3,12 2,34 2,34
26
Lampiran 10 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter sedang segmen 5 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 975 1050 1150 837,5 1075 987,5 1137,5 1300 1112,5 762,5 975 800 1200 1050 1025 1087,5 925 1162,5 1312,5 850 1000 987,5 1100 1137,5 1025 1062,5 1175 837,5 1025 962,5
Diameter 28,12 25 25 28,12 28,12 18,75 32,81 31,25 25 35,93 25 15,62 18,75 18,75 31,25 28,12 31,25 23,43 21,87 21,87 15,62 28,12 31,25 21,87 34,37 28,12 21,87 21,87 31,25 28,12
Diameter Lumen
Tebal Dinding
21,87 21,87 18,75 25 23,43 12,5 26,56 25 21,87 31,25 18,75 12,5 15,62 12,5 25 21,87 28,12 18,75 18,75 15,62 9,375 21,87 26,56 15,62 28,12 21,87 18,75 18,75 25 21,87
3,12 1,56 3,12 1,56 2,34 3,12 3,12 3,12 1,56 2,34 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 1,56 2,34 1,56 3,12 3,12 3,12 2,34 3,12 3,12 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12
27
Lampiran 11 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 1 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 850 975 675 1125 1025 1175 1287,5 1275 1100 1187,5 1012,5 1062,5 912,5 962,5 987,5 862,5 787,5 725 1175 1187,5 837,5 650 675 750 862,5 1087,5 1212,5 850 900 987,5
Diameter 21,87 25 18,75 29,68 28,12 26,56 18,75 18,75 15,62 25 34,37 31,25 15,62 23,43 25 29,68 28,12 31,25 15,62 15,62 21,87 20,31 25 28,12 37,5 25 21,87 21,87 25 18,75
Diameter Lumen
Tebal Dinding
15,62 18,75 15,62 25 21,87 20,31 15,62 12,50 9,37 18,75 28,12 28,12 9,375 18,75 18,75 21,87 25 25 12,5 12,5 18,75 14,06 18,75 21,87 31,25 21,87 15,62 18,75 18,75 12,5
3,12 3,12 1,56 2,34 3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 2,34 3,12 3,90 1,56 3,12 1,56 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 1,56 3,12 3,12
28
Lampiran 12 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 2 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 737,5 837,5 800 950 1025 1175 962,5 1050 1037,5 1125 1437,5 1225 975 912,5 775 675 1037,5 1062,5 1012,5 750 1012,5 1237,5 1162,5 1187,5 1075 962,5 1337,5 675 637,5 1050
Diameter 39,06 25 34,37 28,12 21,87 18,75 21,87 15,62 25 25 25 18,75 18,75 21,87 31,25 34,37 25 28,12 15,62 18,75 21,87 15,62 25 29,68 21,87 25 32,81 28,12 26,56 15,62
Diameter Lumen
Tebal Dinding
34,37 21,87 31,25 21,87 15,62 12,50 15,62 9,375 18,75 21,87 21,87 15,62 12,50 15,62 25 28,12 18,75 21,87 9,37 12,5 15,62 9,375 18,75 23,43 15,62 18,75 28,12 25 21,87 12,50
2,34 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 2,34 1,56 2,34 1,56
29
Lampiran 13 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 3 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 887,5 700 950 1037,5 1150 962,5 837,5 1100 1175 975 925 837,5 862,5 1125 1037,5 1075 725 687,5 887,5 1025 1212,5 1362,5 1312,5 1212,5 1012,5 950 925 725 975 1100
Diameter 28,12 28,12 25 28,12 15,62 18,75 23,43 18,75 28,12 18,75 15,62 26,56 29,68 21,87 21,87 15,62 26,56 34,37 21,87 39,06 31,25 28,12 28,12 35,93 28,12 18,75 18,75 25 15,62 31,25
Diameter Lumen
Tebal Dinding
21,87 21,87 21,87 23,43 9,37 15,62 18,75 15,62 21,87 12,50 9,37 20,31 25 18,75 15,62 12,50 21,87 28,12 15,62 34,37 28,12 21,87 21,87 28,12 25 12,50 15,62 20,31 9,37 25
3,12 3,12 1,56 2,34 3,12 1,56 2,34 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 2,34 1,56 3,12 1,56 2,34 3,12 3,12 2,34 1,56 3,12 3,12 3,90 1,56 3,12 1,56 2,34 3,12 3,12
30
Lampiran 14 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 4 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 1212,5 1050 950 812,5 1137,5 900 1275 1100 1012,5 875 837,5 962,5 1137,5 1037,5 1075 1050 912,5 1200 762,5 650 1387,5 1112,5 912,5 975 825 862,5 887,5 1100 1150 787,5
Diameter 34,37 31,25 34,37 18,75 21,87 28,12 15,62 25 25 18,75 31,25 20,31 21,87 28,12 35,93 25 25 21,87 15,62 18,75 28,12 28,12 12,50 21,87 18,75 18,75 28,12 25 28,12 28,125
Diameter Lumen
Tebal Dinding
31,25 25 28,12 15,62 17,18 21,87 9,37 18,75 18,75 15,62 28,12 14,06 15,62 25 32,81 18,75 18,75 15,62 9,37 12,50 25 21,87 6,25 15,62 15,62 15,62 21,87 18,75 23,43 25
1,56 3,12 3,12 1,56 2,34 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 3,12 3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 3,12 1,56 1,56 3,12 3,12 2,34 1,56
31
Lampiran 15 Nilai dimensi serat (μm) Meranti diameter besar segmen 5 Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Panjang 1087,5 987,5 900 1287,5 1325 1337,5 1137,5 1087,5 862,5 975 1050 1112,5 1125 1187,5 912,5 1150 1137,5 1100 850 912,5 950 1012,5 925 987,5 1100 1187,5 1137,5 1037,5 1062,5 1025
Diameter 15,62 25 21,87 37,5 35,93 37,50 25 18,75 25 28,12 28,12 28,12 15,62 28,12 29,68 28,12 28,12 32,81 31,25 31,25 34,37 25 21,87 15,62 28,12 29,68 31,25 31,25 21,87 18,75
Diameter Lumen
Tebal Dinding
9,37 18,75 15,62 31,25 31,25 34,37 21,87 12,50 21,87 21,87 25 25 12,50 21,87 21,87 25 21,87 26,56 28,12 25 28,12 21,87 18,75 12,50 21,87 25 28,12 28,12 15,62 12,50
3,12 3,12 3,12 3,12 2,34 1,56 1,56 3,12 1,56 3,12 1,56 1,56 1,56 3,12 3,90 1,56 3,12 3,12 1,56 3,12 3,12 1,56 1,56 1,56 3,12 2,34 1,56 1,56 3,12 3,12
32
Lampiran 16 Rata-rata panjang serat (µm) kayu Meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter batang Segmentasi S1 S2 S3 S4 S5 Rata-rata Standar Deviasi
Kecil 912.5 948.75 966.88 1013.75 977.08 963.79 33.28
Diameter Batang Sedang 955.42 974.17 987.5 995.83 1036.25 989.83 26.92
Besar 972.08 996.67 991.67 998.33 1065 1004.75 31.54
Lampiran 17 Tebal Dinding serat kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter Diameter Batang Segmentasi Kecil Sedang Besar S1 2.84 2.73 2.63 S2 2.68 2.89 2.68 S3 3.20 2.54 2.58 S4 2.58 3.10 2.54 S5 2.63 2.76 2.42 Rata-rata 2.78 2.80 2.57 Standar Deviasi 0.25 0.20 0.09 Lampiran 18 Kerapatan kayu meranti merah (S. leprosula) pada diameter Diameter Batang Segmentasi Kecil Sedang S1 0.48 0.84 S2 0.48 0.87 S3 0.49 0.85 S4 0.44 0.91 S5 0.64 0.96 Rata-rata 0.51 0.89 Standar Deviasi 0.07 0.05
ketiga ukuran
Besar 0.91 0.77 0.84 0.91 0.92 0.87 0.06
33
Lampiran 19 Berat jenis kayu meranti merah (S. Leprosula) pada ketiga ukuran diameter Diameter Batang Segmentasi Kecil Sedang Besar S1 0.49 0.46 0.43 S2 0.49 0.58 0.47 S3 0.49 0.60 0.54 S4 0.47 0.54 0.57 S5 0.44 0.41 0.58 Rata-rata 0.48 0.52 0.52 Standar Deviasi 0.02 0.07 0.06 Lampiran 20 Kadar air kayu meranti merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter Segmentasi S1 S2 S3 S4 S5 Rata-rata Standar Deviasi
Kecil 83.79 83.79 83.79 63.23 47.38 72.39 16.57
Diameter Batang Sedang 125.07 131.94 131.94 131.94 131.94 130.57 3.07
Besar 110.38 65.31 62.87 60.41 59.02 71.60 21.81
34
Lampiran 21 Analisis sidik ragam Panjang Serat kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Panjang_serat Type III Sum of Squares
Df
4297.051a
2
2148.525
1.823
.203
1.459E7
1
1.459E7
1.238E4
.000
4297.051
2
2148.525
1.823
.203
Error
14139.549
12
1178.296
Total
1.461E7
15
18436.600
14
Source Corrected Model Intercept Jenis_sample
Corrected Total
Mean Square
F
Sig.
a. R Squared = ,233 (Adjusted R Squared = ,105)
Lampiran 22 Analisis sidik ragam Tebal Dinding Serat kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Tebal dinding Type III Sum of Squares
Df
.170a
2
.085
2.194
.154
110.976
1
110.976
2.872E3
.000
Jenis_sample
.170
2
.085
2.194
.154
Error
.464
12
.039
Total
111.609
15
.633
14
Source Corrected Model Intercept
Corrected Total
Mean Square
F
Sig.
a. R Squared = ,268 (Adjusted R Squared = ,146)
35
Lampiran 23 Analisis sidik ragam Kerapatan kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kerapatan Type III Sum of Squares
Df
Corrected Model
.462a
2
.231
54.041
.000
Intercept
8.522
1
8.522
1.992E3
.000
Jenis_sample
.462
2
.231
54.041
.000
Error
.051
12
.004
Total
9.036
15
.514
14
Source
Corrected Total
Mean Square
F
Sig.
a. R Squared = ,900 (Adjusted R Squared = ,883)
Lampiran 24 Analisis sidik ragam Berat Jenis kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Berat_jenis Type III Sum of Squares
Df
Corrected Model
.006a
2
.003
.850
.452
Intercept
3.804
1
3.804
1.053E3
.000
Jenis_sample
.006
2
.003
.850
.452
Error
.043
12
.004
Total
3.853
15
.049
14
Source
Corrected Total
Mean Square
F
Sig.
a. R Squared = ,124 (Adjusted R Squared = -,022)
36
Lampiran 25 Analisis sidik ragam Kadar Air kayu Meranti Merah (S. leprosula) pada ketiga ukuran diameter Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kadar_air Type III Sum of Squares
Df
Corrected Model
11435.221a
2
5717.611
22.571
.000
Intercept
125642.317
1
125642.317
495.984
.000
11435.221
2
5717.611
22.571
.000
Error
3039.832
12
253.319
Total
140117.369
15
14475.053
14
Source
Jenis_sample
Corrected Total
Mean Square
F
Sig.
a. R Squared = ,790 (Adjusted R Squared = ,755)
37
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Siak Sri Indrapura pada tanggal 21 Juli 1989 sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Tigor Mangido Tua Sitanggang dan Betty Novia Lumban Gaol. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMAN 1 Siak Sri Indrapura dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur undangan resmi (BUD). Penulis memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan pada Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Unit Kegiatan Mahasiswa HIMASILTAN (Himpunan Profesi Mahasiswa Hasil Hutan) sebagai anggota, menjadi anggota IKPMR (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau), menjadi anggota pada UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Sepakbola. Penulis juga aktif didalam kepanitian Bina Corps Rimbawan 2009 sebagai komisi disiplin, Bina Corps Rimbawan 2010 sebagai kepala divisi komisi disiplin, Kompak 2009 sebagai komisi disiplin, Forester Cup 2010 sebagai kepala divisi keamanan. Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang, antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2010 di Jalur Pangandaran-Gunung Sawal, Jawa Barat dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2011 di Gunung Walat, Sukabumi. Penulis juga telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Raisa of Excellent pada tahun 2012 di Bandengan Jepara, Jawa Tengah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Kualitas Pertumbuhan dan Karakteristik Kayu Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) Hasil Budidaya” yang dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS.
38