shar ng H 26 - SUKUK
Green Sukuk, Keuangan Ramah Lingkungan
i n s p i r a t o r
H 50 - BISNIS
Bisnis Sosial Bersama Muhammad Yunus
e k o n o m i
&
b i s n i s
H 66 - PERISTIWA ANALISA Insurance Outlook 2013
s y a r i a h
Bank Syariah Membidik Pasar Non Muslim
Rp 19.500,-
( khusus JABODETABEK )
Edisi 72 Thn VII Desember 2012
Dongkrak daya saingnya dan gerus stigma bank khusus Muslim. Inilah strategi bank syariah memperluas pasar di multikulturalnya Indonesia.
R A G A M
D A R I
R E D A K S I
Memaknai Multikulturalisme Ketika mendirikan majalah ini, enam tahun lalu, yang menginspirasi saya berasal dari berabad lalu, ketika Islam masuk Nusantara lewat perdagangan. Oleh Wali Songo, lalu disebarkan lewat asimilasi budaya. Tidak hard selling, perlahan masuk lewat modifikasi kebudayaan lokal yang diinjeksi dengan nilai-nilai Islam. Pribumi yang multikultural, pagan-Hindu-Budha tidak mengenal Islam. Islam datang sebagai mahkluk asing yang bebas nilai. Datang bersama praktik perdagangan yang jujur dan adil, bukan penaklukan. Pada dasarnya, orang Nusantara dapat hidup dalam situasi multikultural dengan baik. Dan, kita mewarisinya. Maka, Jokowi yang bersuku Jawa dan Ahok yang keturunan Tionghoa Non Muslim pun diterima warga DKI Jakarta sebagai Gubernur dan Wakilnya. Dalam sebuah laporan tahunan tentang situasi keberagamaan yang diterbitkan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2009 disebut, kelahiran UU No.21/2008 tentang Perbankan Syariah (UUPS), menunjukkan, bangsa ini makin multikultural. Justeru UGM tidak melihatnya dari alasan bahwa mayoritas penduduk adalah Muslim. Tetapi dari fakta bahwa kelahiran perbankan syariah berasal dari aspirasi sebagian umat Islam Indonesia, bukan seluruhnya. Pun, dengan penerimaannya di kalangan umat Islam. Tidak semua sepakat dengan pengharaman riba misalnya.
Kesetaraan
Dalam elan multikulturalisme, perbankan syariah juga dimiliki, dikelola, dan dipakai oleh Non Muslim. Focus Group Discussion (FGD) majalah Sharing, November lalu memperkuat keberterimaan itu, meski masih debatable soal motif Non Muslim di bank syariah. Tetapi bukankah wajar, jika mereka bermotifkan keuntungan. Sejak, bank syariah juga adalah institusi bisnis. Tetapi, ternyata industri perbankan syariah tidak memiliki strategi khusus bersama untuk menjangkau pasar ini. Itu yang kami dapat dari peliputan edisi ini. Yang menjadi concerned para praktisi saat ini adalah bagaimana mensetarakan bank syariah dengan bank konvensional. Ada anggapan, bank syariah bukan tandingannya bank konvensional. Secara size, memang. Kalau mau setara, perlu modal untuk mengembangkan jaringan, pelayanan, dan produk. Tidak mudah, sebab sebagian besar bank syariah dimiliki bank konvensional. Logika persaingan tetap berlaku di sana. Jika sudah setara, kata para narasumber kami, insyallah lebih mudah menjangkau pasar Non Muslim. Karena, bank syariah telah menjadi pilihan. Masalahnya, apakah bagi Muslim sendiri, bank syariah sudah menjadi pilihan?
Perlu Strategi Khusus
Jadi darimana kita memulai? Kami berpandangan, tidak salah memiliki strategi khusus bersama untuk menjangkau
pasar Non Muslim. By nature pun, masing-masing bank memiliki strateginya baik disadari atau tidak. Malah, dengan menjangkau pasar ini, menurut hemat kami akan membantu ikhtiar mensejajarkan diri itu. Mengurangi stigma, bank syariah adalah banknya para “Haji”, orang bersarung dan berkopiah a.k.a Muslim. Bank syariah yang dapat menjadi pilihan bagi Non Muslim, yang dalam banyak penelitian dikatakan Tia Setiati Mahatmi lebih bermotif rasional, Pemimpin Redaksi mana yang lebih menguntungkan dan mampu melayani dengan lebih baik. Bukankah itu juga berarti setara dengan bank konvensional? Jika keberterimaan bangsa multikultur ini terhadap bank syariah adalah sebuah kemajuan berbangsa, sepatutnyalah bank syariah menghargainya dengan lebih serius menggarap pasar Non Muslim. Memaknai multikulturalisme, membangun saling terima secara timbal balik.
Komunikasikan Produknya
Bicara komunikasi pemasaran, kebetulan dalam FGD kemarin ada analisa dari para narasumber, bahwa promosi bank syariah masih kebanyakan bicara soal dirinya, bukan produknya. Citra korporasi syariah dengan segala atributnya. Padahal, pasar, khususnya Non Muslim, sesuai penuturan seorang peserta FGD yang pengusaha Non Muslim, membutuhkan informasi produk bank syariah dan kelebihan-kelebihannya. Sehingga mereka memiliki pilihan. Menarik untuk melihat keragaman pengiklan di majalah ini. Meski Sharing masih kerap dicitrakan lekat dengan komunitas Muslim dan referensinya ekonomi syariah, nyatanya pengiklan kami berasal dari aneka industri. Selain keuangan syariah, juga sektor riil yang tidak pernah melabeli diri dengan “syariah”. Para klien tersebut, dalam interaksinya dengan kami, melihat beberapa keuntungan berkomunikasi pemasaran lewat media ini. Dus, masih dalam elan multikulturalisme, benefit bisnis wajar diharapkan. Makin terbuka kita, makin besar peluang bisnisnya. Seperti diajarkan Islam, silaturahmi membuka pintu rezeki. Selamat Membaca edisi desember 2012
Sharing 3
D a f t a r
I s i
shar ng H 26 - SUKUK
Green Sukuk, Keuangan Ramah Lingkungan
i n s p i r a t o r
H 50 - BISNIS
Bisnis Sosial Bersama Muhammad Yunus
e k o n o m i
&
b i s n i s
H 66 - PERISTIWA ANALISA Insurance Outlook 2013
s ya r i a h
Bank Syariah Membidik Pasar Non Muslim
Rp 19.500,-
( khusus JABODETABEK )
Dinno Indiano
Dongkrak daya saingnya dan gerus stigma bank khusus Muslim. Inilah strategi bank syariah memperluas pasar di multikulturalnya Indonesia.
Edisi 72 Thn VII Desember 2012 Cover Sharing 72 Asli.indd 1
11/24/2012 9:10:28 PM
Bank Syariah
“Passion, Kunci Sukses Menjadi Bankir” Sosok H. 28
Membidik Pasar
Non Muslim Laput H. 10 01 Cover.................................................................. 03 Dari Redaksi....................................................... 04 Daftar Isi............................................................. 06 Susunan Redaksi............................................... 07 Surat Pembaca................................................... 08 Memo Bisnis....................................................... 10 Laporan Utama ................................................. 26 Sukuk.................................................................. 28 Sosok.................................................................. 30 Peristiwa Analisa................................................ 32 Internasional........................................................ 35 Peristiwa Analisa................................................ 36 Opini.................................................................... 48 Bisnis................................................................... 52 Manajemen Risiko............................................... 54 Fokus.................................................................. 56 Menyigi Indonesia Dengan Ekonomi Syariah..... 58 Entrepreneur....................................................... 60 Pendidikan.......................................................... 62 Sharia Guide....................................................... 66 Peristiwa Analisa................................................. 68 Wisata.................................................................
4 Sharing edisi desember 2012
Wisata Curug di
Bandung Barat
Wisata H. 68
S u sunan
Redaksi
Penasihat Senior Parni Hadi Rizqullah Pemimpin Redaksi & Perusahaan Tia Setiati Mahatmi Wakil Pemimpin Perusahaan Nidhianti Larasati Enny Lenggogeni Dewan Pakar Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA Dr. M Syafii Antonio Dr. Didin Hafidhuddin Dr. Jafril Khalil Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS Dr. Ahmad Satori Ismail Drs. H. Mohamad. Hidayat, MBA, MH Dr. Mustafa Edwin Nasution Prof. Dr. Uswatun Hasanah Iggi Achsin, SE Drs. Agustianto, MAg Redaktur Pelaksana Ibrahim Aji Redaktur Senior Yudi Suharso Redaksi Yogi Respati Rizky Andriati Marketing JIP Megawati Hartono Pramono Tj Suzi Zebrina
R A G A M
Surat Pembaca
Ulasan Akad Bagi Hasil Transaksi dengan akad berbagi hasil merupakan salah satu karakteristik dalam praktek perbankan syariah. Akad ini dinilai menjunjung rasa keadilan karena semua pihak memperoleh keuntungan sesuai porsi jerih payahnya. Namun belum banyak masyarakat yang paham benar dengan penghitungan bagi hasil di bank syariah. Saya berharap Majalah Sharing mengulas hal ini, terutama teknik penghitungan bagi hasil. Mohammad Indra Rawamangun, Jakarta Timur Redaksi: Majalah Sharing pernah mengupas teknik penghitungan akad bagi hasil dalam beberapa edisi. Namun saran anda tetap kami perhatikan.
Kupas Perpajakan Syariah Saya seorang praktisi di bidang konsultan keuangan. Bersama surat ini, saya mengusulkan agar Sharing bisa mengupas bidang perpajakan dalam industri keuangan dan perbankan syariah. Informasi tersebut sangat saya butuhkan. Terima kasih sebelumnya. Arman Thohari Sleman, Yogyakarta Redaksi: Usulan yang menarik. Terima kasih. Kami akan coba merealisasikan di edisi-edisi mendatang.
Desain Grafis M. Abdul Azis Foto Kontributor/Dok/Imagebank Community Development Mariona Harijono Sekretaris Redaksi Puji Lestari Distribusi & Sirkulasi Fahmi J. Fitra Keuangan Ratna Mustika Dewi Kontributor Asan Haji Khairunnisa Musari PT TRIBUWANA CAHYA ANANTA Griya Cahya
Jl. Bangka I No. 8 Jakarta 12720 Tel: 62-21-7900 900 (hunting) Fax: 62-21- 719 4000 e-mail :
[email protected] website : http//www.go-sharing.com www.go-sharing.com Kontak redaksi: editor@go-sharing Kontak marketing:
[email protected] Kontak umum:
[email protected]
6
Sharing edisi pebruari 2012 6 Sharing edisi juni edisi maret 2012 2012
Majalah Sharing Bulan Depan
Forum Ekonomi Islam Dunia Apa yang menarik dari perkembangan ekonomi Islam di seluruh dunia? World Islamic Economic Forum (WIEF) adalah ajang terbesar dunia untuk ekonomi Islam hingga kini. Diprakarsai oleh Yayasan WIEF, even ini sudah berjalan tujuh kali. Pada gelaran WIEF ke-8, Desember 2012, haluan ekonomi Islam akan makin jelas universalitasnya. WIEF ke-8, memanfaatkan momentum bangkitnya spririt berekonomi yang beretika di dunia. Diramu dengan prinsip ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.
M E M O
B I S N I S
yang menjadi tuan rumah acara yang diselenggarakan pada 4-6 Desember 2012. Sekretaris Jenderal WIEF, Tan Sri Ahmad Fuzi Abdul Razak, mengatakan WIEF ke-8 yang mengangkat tema ‘Changing Trends, New Opportunities’ berupaya menggali peluang di tengah kondisi perekonomian dunia yang melambat. “Tema yang kami angkat setiap tahun selalu relevan dengan situasi sosio-ekonomi global. Kami harap forum ini membuka kesempatan yang lebih luas ke depannya dan memberi input bagi para pengusaha dalam menghadapi tantangan global,” kata Ahmad Fuzi dalam media briefing WIEF di Hotel Four Seasons, Selasa (13/11).
STEI Tazkia menggelar Wisuda ke VIII Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI Tazkia) kembali menggelar Wisuda ke VIII Tahun Akademik 2012 yang diikuti oleh 145 wisudawan-wisudawati jenjang S1 pada, 17 November 2012 di Al Hambra Multifunction Hall Andalusia Islamic Centre, Sentul City, Bogor. Penghargaan diberikan oleh Ketua STEI Tazkia berupa Umroh gratis kepada mahasiswa berpredikat lulusan terbaik yakni Mufti Fauzi,S.EI. Sedangkan predikat mahasiswa terbaik prodi masing-masing diberikan beasiswa meneruskan kuliah S2 di STEI Tazkia yakni Astuti Sitepu, S.EI (Akuntansi Islam), Azizah Bunga K, S.EI (Ekonomi Islam), Firdha Medina, S.EI (BMI). Lulusan STEI Tazkia dipersiapkan untuk berperan aktif ikut membangun bangsa sesuai kemampuan profesional keilmuan yang diperoleh dengan mengedepankan sikap yang bertanggungjawab dan kejujuran serta membangun kebersamaan, saling menghormati dan menghargai perbedaan. Dalam kurun waktu 12 tahun, STEI Tazkia dibawah kepemimpinan Dr. Muhammad Syafii Antoni, M.Ec terus berbenah. Berbagai langkah nyata terus dilakukan STEI Tazkia dalam bentuk peningkatan mutu pendidikan tinggi. Mulai dari peningkatan kompetensi dosen dengan memberikan beasiswa untuk studi lanjut ke jenjang S2, menambah sarana dan prasarana pendidikan, mendorong dosen untuk mengadakan penelitian ilmiah,dan lain-lain.
WIEF ke-8 Usung Tema Changing Trends, New Opportunities Yayasan World Islamic Economic Forum (WIEF) kembali menggelar acara tahunannya. Kali ini Johor Bahru, Malaysia
8 Sharing edisi desember 2012
Anggota International Advisory Panel WIEF, Tanri Abeng, mengatakan forum ini bertujuan menjembatani bisnis antar negara baik muslim maupun non muslim. “Pada dasarnya forum ini adalah tempat untuk belajar dan mengembangkan networking, karena secara umum pengusaha kita (Indonesia) kurang di networking padahal mereka sebenarnya mampu untuk go global,” kata Tanri. Ia pun berharap sejumlah pebisnis Indonesia dapat menghadiri forum tersebut. WIEF ke-8 berisi diskusi tentang perubahan dinamis yang terjadi di seluruh dunia ekonomi global, tumbuhnya pengaruh dari generasi muda dan kaum wanita dalam dunia bisnis, dan peran teknologi dalam memelihara masa depan secara berkelanjutan. Delegasi Indonesia yang hadir sebagai speakers di forum tersebut antara lain Menteri PerdaganganGita Wirjawan, Ketua DPD RI-Irman Gusman, Pendiri Indonesia Mengajar-Anies Rasyid Baswedan, dan perwakilan Eco Fab Living- Nana Firman.
Asuransi Amanah Githa Bidik Premi Rp 150 M Asuransi Jiwa Syariah Amanahjiwa Giri Artha (Amanah Githa) membidik premi Rp 150 miliar di tahun 2013. Perusahaan asuransi syariah yang baru beroperasi pada 1 Oktober 2012 ini menargetkan segmen pasar karyawan Perhutani dan alumni training ESQ. Direktur Utama Asuransi Amanah Githa, Azwir Arifin, mengatakan target premi Rp 150 miliar itu diperoleh melalui lima produk yaitu asuransi jiwa, asuransi kecelakaan diri, asuransi hari tua, asuransi pembiayaan, dan unitlink syariah. Di tahap awal Amanah Githa akan fokus pada captive market yang dimilikinya, yaitu karyawan Perhutani dan alumni ESQ. “Captive market kita cukup besar, karena setidaknya jumlah peserta ESQ saja bisa 10 ribu orang per bulan, jadi kami akan fokus ke sana dulu,” kata Azwir, saat ditemui di sela-sela Insurance Outlook 2013, Selasa (20/11). Untuk pengembangan layanan, perusahaan bermodal Rp 80 miliar inipun akan membuka tiga kantor cabang di Jawa pada 2013, yaitu di Bandung, Semarang dan Surabaya. Tiga kota itu dibidik karena terdapat unit Perhutani di wilayah tersebut. Hingga tahun kedua Amanah Githa akan memfokuskan bisnisnya di wilayah Jawa. Sementara, lanjut Azwir, wilayah luar Jawa akan mulai dibidik di tahun ketiga.
M E M O
B I S N I S
BSM Kembangkan Core Banking didukung Anabatic Technologies dan Temenos Pembaruan teknologi informasi pun menjadi hal yang penting di industri perbankan. Dengan dukungan IT mumpuni maka layanan perbankan diharapkan menjadi lebih optimal. Direktur Utama BSM - Yuslam Fauzi, mengatakan saat ini ada sekitar 119 juta muslim di Indonesia yang masuk kategori bankable seiring dengan mulai meningkatnya jumlah kelas menengah di tanah air. Namun ternyata jumlah penduduk yang dipenetrasi bank syariah baru sekitar 13 juta nasabah dengan penetrasi produk perbankan syariah mencapai 2,2 persen. Jadi masih ada pasar potensial lebih dari 100 juta orang yang belum ditangkap oleh bank syariah. Guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, perbankan syariah perlu mengembangkan teknologi IT khusus. BSM selaku bank syariah terbesar siap mengembangkan hal itu, didukung oleh Anabatic Technologies dan Temenos. Yuslam mengungkapkan BSM menetapkan Temenos sebagai provider corebanking sejak akhir 2009 dan mulai mengimplementasikan T24 Model for Islamic Banking, New Core Banking System (NCBS) pada Februari 2012. Namun model tersebut baru mengakomodasi sistem bank di sisi liability, sedangkan untuk sisi aktiva ditargetkan selesai pertengahan 2013. Fase kedua proyek ini akan fokus pada sisi integrasi aset bisnis dan mengembangkan fungsi finansial. Dengan penempatan T24 Model Bank for Islamic Banking, BSM bisa mengimplementasikan core banking system yang fleksibel yang didesain untuk memangkas biaya produksi dan memperkecil resiko operasional. Yuslam menuturkan BSM kini memiliki platform core banking yang kaya fungsi dan terintegrasi untuk mendukung bisnis perusahaan. Hal ini termasuk perluasan signifikan dalam hal aplikasi profit sharing di mana T-24 sanggup memfasilitasi tiga variasi berbeda dalam kalkulasi pembagian laba. Sehingga, bank bisa lebih fleksibel merespons kebutuhan nasabah, di samping dapat melayani mereka lebih baik dan cepat. Yuslam menjelaskan dengan sistem IT yang baru ini maka tidak akan ada offtime. “Dulu akhir hari saat tutup buku nasabah terkadang sulit akses ATM, tapi sekarang walau sedang tutup buku nasabah bisa tetap transaksi. Selain itu dengan database hardware besar juga jadi bisa melayani transaksi lebih cepat,” kata Yuslam. Hingga akhir Oktober 2012 tercatat ada 3,5 juta akun nasabah BSM dengan rata-rata 660 ribu transaksi per hari. Di saat yang sama ada sekitar 3500 nasabah yang bertransaksi bersamaan. BSM kini memiliki 721 outlet kantor dengan 15 ribu SDM.
Oleh karena itu dengan menggunakan platform Microsoft, proses rutin perbankan yang rumit seperti customer onboarding telah dilakukan secara otomatis sehingga bank bisa lebih efisien. Temenos dan Anabatic pun sepakat untuk menjadikan platform core banking BSM sebagai model core banking syariah di Indonesia. “Harapannya BSM bisa menjadi model IT bank ritel syariah Temenos dan Anabatic, jadi ada join application development yang dikembangkan bersamasama,” cetus Yuslam.
Bank Syariah Bukopin Adakan Aksi Donor Darah Dalam memperingati Milad-nya yang ke 4 yang jatuh pada 9 Desember, PT Bank Syariah Bukopin (BSB) mengadakan kegiatan donor darah di kantor pusat BSB, Jakarta, pada 6 November 2012. Kegiatan yang diadakan ini bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta ini diikuti segenap karyawan BSB, masyarakat di sekitar kantor pusat dan juga nasabah BSB sendiri. Selain itu, dalam rangkaian Milad ini terdapat juga kegiatan santunan yatim piatu, sunatan massal, pertandingan olahraga, seni dan dakwah. Menurut Direktur BSB – Eriandi, kegiatan donor darah ini rutin diadakan oleh BSB setiap tahunnya dalam rangka memperingati Milad-nya, serta merupakan bentuk kepedulian BSB di dalam program CSR. “Ini sebagai bentuk nyata kepedulian kita terhadap sesama dan dunia kesehatan”, ungkap Eriandi. BSB sendiri, dalam memasuki usia yang ke-4-nya ini, telah didukung oleh jaringan kantor sebanyak 10 Kantor Cabang, 7 Kantor Cabang Pembantu, 4 Kantor Kas, 53 Kantor Layanan Syariah, dan 30 Pick Up Services serta ATM Jaringan Bank Bukopin, ATM Prima, dan ATM Bersama.*
edisi desember 2012
Sharing 9
Laporan Utama
K
etika memutuskan untuk mengambil segmen pasar Non Muslim keturunan Tionghoa, Bank Mega Syariah (BMS) tahu itu tidak akan mudah digapai dalam waktu cepat. Sementara operasional perbankan memerlukan keseimbangan dan kecukupan dana. “Jadi kami berusaha survival dulu di masa awal, agar core business kami tidak lari. Karena, kami melihat potensinya luar biasa. Komunitas Non Muslim keturunan Tionghoa tersebar di seluruh dunia menjadi pemain utama bisnis yang menguasai ekonomi”, kata Direktur Bank Mega Syariah (BMS), Ani Murdiati. Karena, segmen ini yang kami sasar, sementara lekatnya atribut bank syariah hanya untuk Muslim, mau tidak mau BMS merancang positioningnya yang dapat menunjukkan hal
Dalam rangka mendukung pengembangan pasar perbankan syariah Indonesia, Sharing menggelar Focus Group Discussion (FGD): Bank Syariah Membidik Segmen Minoritas. Diskusi diadakan pada 14 November 2012 di Jakarta. Mengundang praktisi, konsultan, dan pakar komunikasi berkompeten terkait industri keuangan syariah Indonesia. Narasumber yang hadir adalah: Imam T. Saptono (Direktur BNI Syariah), Ani Murdiati (Direktur Bank Mega Syariah), Sukisari (Direktur Bank Panin Syariah), Joko Nugroho (Direktur Bank Victoria Syariah), Adiwarman Karim (Karim Business Consulting), dan dimoderatori oleh Rizqullah MBA (Penasehat Senior Majalah Sharing). Diskusi juga dihadiri peninjau yaitu Rizky Wisnoentoro (Pakar Komunikasi dari Taylors University, Malaysia), Kristopo (Ketua Jurnalis Ekonomi Syariah), Achmad Iqbal dan Arie Permana (Direktur Eksekutif dan Wakil Direktur Eksekutif Masyarakat Ekonomi Syariah/ MES). FGD dilakukan sebagai salah satu metode penulisan Laporan Utama majalah ini. Untuk melengkapi wacana dihasilkan dari FGD, Sharing juga mewawancarai narasumber terkait topik ini, yaitu Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM), Yuslam Fauzi dan Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), A. Riawan Amin.
Bank Syariah
Membidik Pasar
Non Muslim
Dongkrak daya saingnya dan gerus stigma bank khusus Muslim. Inilah strategi bank syariah memperluas pasar di multikulturalnya Indonesia. tersebut. Di sisi branding, tagline yang dipakai mencerminkan keterbukaan untuk semua kalangan. Mencoba mendekatkan diri dengan pasar mengambang. Yang jelas, BMS tidak boleh eksklusif, harus inklusif sehingga komunikasi korporat dan produk mudah dipahami oleh segmen ini. Dan, yang lebih penting, bagaimana kami bisa tetap eksis dan masuk ke dalam komunitas mereka. “Itulah sebagian langkah yang kami ambil dan melihat ke depan pun, Nabi Muhammad Saw
10 Sharing edisi desember 2012
sudah mengajarkan kepada umat Muslim untuk berbisnis kepada semua kalangan. Sampai sekarang memang masih sekitar 15-20 persen dari DPK kami berasal dari kalangan Non Muslim”, kata Ani menjelaskan.
Mozaik Segmen Non Muslim
Bicara soal segmen Muslim dan Non Muslim untuk bank syariah, sejatinya tidak hanya bicara di area pemasaran dan bisnis. Aspek budaya juga menuntut untuk dipahami.
Konsultan bisnis syariah Adiwarman Karim mengisahkan pengalamannya berurusan dengan segmen ini. Sekitar tiga tahun lalu ketika menjadi konsultan sebuah bank syariah baru yang akan didirikan. Pemilik bank bukanlah dari kalangan Muslim dan menginginkan bank syariah baru tersebut untuk menyasar segmen Non Muslim keturunan Tionghoa. Adiwarman, bersama Karim Business Consulting (KBC) yang dipimpinnya
Laporan Utama
‘‘
“Syariah yang kami kembangkan adalah hal-hal yang semua orang pasti suka, misalnya pelayanan yang baik, dan seterusnya. Namun bukan hanya itu, kita juga menerapkan governance yang baik, dengan tidak ada menerima-nerima amplop, atau gratifikasi. Kita sangat ketat menjaga halhal semacam ini, sehingga BSM bisa disukai oleh semua kalangan,” Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi.
‘‘
pun diminta meriset pasar dimaksud. “Ternyata sulit untuk mengklasifikasi Muslim dan Non Muslim, keturunan Tionghoa atau bukan. Karena, pemilik bank tersebut mintanya spesifik, yang harus kami riset antara lain Tionghoa Glodok, Kelapa Gading, Jatinegara, dan lain-lain. Saya bertanya mengapa begitu? Kata mereka, coba saja dulu dan ternyata memang berbeda. Kesamaan mereka adalah memiliki struktur bisnis yang mirip. Hal seperti ini kami temukan juga pada komunitas India di Indonesia. Mereka memiliki struktur komunitas bisnis seperti segitiga. Contohnya di Glodok, ada pengusaha Tionghoa yang pokoknya dialah, semacam Godfather. Dan, sulit bagi kita untuk masuk ke si Bos besar itu. Kalau sudah bisa masuk, aman sudah. Ternyata ada banyak mozaik yang harus kita pahami di dalam bisnis mereka. Namun, satu hal yang kami temukan, kalau Anda sudah bisa masuk ke lingkungan mereka, dijamin tidak akan miskin. Ketika kita kesulitan, mereka suka mau membantu”, kata
Memahami mozaik kultur bisnis Non Muslim keturunan Tionghoa kemudian menjadi penting. Hal ini akan membantu tidak hanya penentuan kebijakan di level manajerial, juga operasi para petugas pemasaran bank syariah di lapangan.
employee, customer of the product, dan customer of the bank. “Kalau customer of the employee, kayaknya sama di mana mana. Kalau kita bisa masuk ke komunitas seperti kita diskusikan ini, mau dia bank hantu blau pun, pasti engaged. Kalau sudah menjadi customer of the product, maka apapun, asalkan produk syariah, nasabah akan ambil. Lalu ending-nya adalah customer of the bank, misalnya nasabah maunya BNI Syariah saja”. Nah, untuk mengangkat sampai ke strata customer of the product saja, diperlukan Mandatory Requirement terpenuhi dulu, baru kemudian Necessity Requirement, fitur untuk mengangkatnya menjadi customer of the product, baru terbuka jalan untuk menjadi customer of the bank,” kata Imam menjelaskan.
Direktur BNI Syariah, Imam T. Saptono menambahkan, setidaknya bank syariah harus bisa menstratifikasi layer nasabah sehingga dapat membantu strategi pemasarannya. Menurutnya ada tiga layer nasabah: customer of the
Ani Murdiati sepakat dengan Imam T. Saptono mengenai tiga layer nasabah ini. Tiga layer ini juga bisa dioptimalkan dalam menyasar segmen Non Muslim keturunan Tionghoa. Ilustrasinya, jika sudah sampai ke customer of the
Adiwarman mengisahkan. Ani sepakat dengan Adiwarman. Dari pengalamannya menggarap segmen Non Muslim keturunan Tionghoa memang tidak bisa digeneralisasi yang namanya segmen ini. Non Muslim keturunan Tiongoa ini banyak jenisnya. “Misalnya ada geng plastik, karpet, alat bangunan, dn sebagainya”, kata Ani tentang pengelompokkan pengusaha segmen ini berdasarkan jenis usahanya.
Tiga Layer Nasabah
edisi desember 2012
Sharing 11
Laporan Utama
semua orang pasti suka, misalnya pelayanan yang baik, dan seterusnya. Namun bukan hanya itu, kita juga menerapkan governance yang baik, dengan tidak ada menerima-nerima amplop, atau gratifikasi. Kita sangat ketat menjaga hal-hal semacam ini, sehingga BSM bisa disukai oleh semua kalangan,” kata Yuslam menjelaskan.
“Saat ini menjadi pe-er kita bersama bagaimana membuat masyarakat bisa menerima keberadaan bank syariah dan tidak tergantung kepada customer of the employee tadi. Apalagi jika sudah masuk ke customer of the bank, berarti penerimaan terhadap bank syariah sudah tercapai penuh di Indonesia.
Dilema Bagi Hasil
Bicara penerimaan, Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah salah satu bank syariah terbesar di Indonesia yang sukses berpenetrasi bisnis di daerahdaerah Non Muslim. Kepada Sharing di Jakarta (7/11/2012), Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi menjelaskan, bahwa kesyariahan yang BSM kembangkan adalah yang bukan parokial, dan juga bukan partikular. “Syariah yang kami kembangkan adalah hal-hal yang
12 Sharing edisi desember 2012
‘‘
product, nasabah akan mudah masuk meskipun tidak ditawarkan oleh pemasar bank. Namun dari semua itu, yang terpenting dalam analisanya adalah penerimaan masyarakat Indonesia terhadap bank syariah dan bagaimana mengoptimalkan tiga layer tersebut untuk membangun pemahamannya.
‘‘
“Kuncinya pricing. Di sisi pembiayaan satusatunya strategi adalah pricing. Jadi bank syariah harus efisien sehingga harga bisa bersaing. Hal terbaik yang bisa dilakukan bank syariah adalah efisiensi, berpikir dengan logika cara mengembangkan bisnis supaya bisa bersaing, dan semua orang akan datang”, Ketua Dewan Kehormatan Asbisindo, A. Riawan Amin.
Dalam kenyataannya, penerimaan tetap tidak dapat memblokir motif rasional nasabah dalam mencari untung. Ketika melihat fenomena keluar masuknya nasabah Non Muslim dan mengambang pada umumnya di bank syariah, sudah menjadi rahasia umum, keluar masuknya nasabah itu dipengaruhi salah satunya oleh Bagi hasil. Dalam diskusi ini Sharing mengajukan pertanyaan, bagi hasil, itu merupakan comparative advantage atau disadvantage bagi bank syariah?
Tapi itu beberapa tahun lalu. Kini, Susi menyatakan kepada Sharing via telepon bahwa dirinya sudah tidak lagi menjadi nasabah bank syariah. Alasannya diplomatis dan rasional, “namanya pedagang, kami kan cari yang lebih menguntungkan”, kurang lebih seperti itu katanya.
Sebuah kasus dipaparkan. Susi Susanti, mantan pebulutangkis nasional pernah menjadi ikon iB (ai bi). Sebelumnya, BMS menjadikannya ikon juga. Susi memang pernah menjadi nasabah BMS.
Ani Murdiati tidak menampik bahwa Susi memang sudah bukan nasabahnya lagi. Dan, alasan itu pun dapat dipahaminya. Hanya, Ani merasa perlu menjelaskan bahwa pemilihan
Laporan Utama Susi yang menjadi nasabahnya dulu untuk menjadi ikon BMS memang ada tujuannya, untuk menunjukkan keterbukaan BMS untuk semua kalangan. “Kami memang ingin menunjukkan, bahwa BMS bisa untuk semua kalangan. Makanya kami ambil Susi dari kalangan Non Muslim dan ada Ratih Sanggarwati dari kalangan Muslim”, kata Ani. Hengkangnya nasabah Non Muslim seperti Susi dari bank syariah karena alasan “mana lebih menguntungkan”, dimaklumi juga oleh praktisi bank syariah lain, Direktur BNI Syariah, Imam T. Saptono. Menurutnya, “Kalau dia pindah karena margin itu tidak masalah, kami memandangnya sebagai alasan rasional karena dia Non Muslim. Tapi kalau Muslim (yang melakukan itu—red) menjadi tidak rasional karena dia mengejar marjin dulu baru urusan akherat”, kata Imam. Masalah margin bagi hasil yang diterima deposan dan margin pembiayaan yang harus dibayar kreditur memang selalu menjadi faktor keluar masuknya nasabah Non Muslim di bank syariah. Bukan hanya nasabah Non Muslim, seringkali juga terjadi pada nasabah Muslim dan korporasi. Adiwarman Karim menambahkan, “Di Indonesia itu terserah mudarabah atau musyarakah, rate dan risk-nya mestinya setimbang dengan bank konvensional. Ketika risikonya sama, margin di bank syariah biasanya diharapkan setimbang. Jika risk-nya mudharabah lebih besar maka nasabah bisa tidak mau dengan imbal hasil yang sama dengan bunga bank konvensional. Sama dengan tabungan mudharabah, jika risk-nya sama dengan tabungan biasa bolehlah bagi hasilnya setara dengan yang konvensional. Tetapi kalau tabungan mudharabah itu tidak digaransi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sehingga risk-nya berbeda, maka nasabah tidak mau dengan suku bunga yang sama. Jadi memang perlu value proposition at least, at par, kalau tidak, sulit untuk jalan”, kata Adiwarman. Menurut Direktur Bank Panin Syariah, Sukisari, idealnya bank syariah memang tidak pusing masalah itu. Tidak akan ada negative spread jika prinsip bank syariah yang berbagi hasil murni dilaksanakan. Sayangnya, hal ini masih
sulit dilaksanakan di Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia. ”Oleh karena itu, kami biasa menyebutnya expected return, imbal hasil yang diharapkan mendekati, namun tidak boleh dikatakan pasti sekian kepada nasabah”, kata Sukisari.
Mandatory Requirement
Jadi, apakah benar masalah margin atau ekuivalen rate bank syariah menjadi faktor penentu terkuat untuk mempengaruhi preferensi nasabah dalam memilih produk syariah di Indonesia? Imam T. Saptono punya cerita menarik soal produk BNI Syariah, Griya iB Hasanah. Baru-baru ini, terbit hasil surveynya MARS, berjudul Studi Kredit Kepemilikan Rumah di Indonesia, 2012. MARS mensurvey sekitar 6500 nasabah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di 16 kota besar Indonesia, seluruh kota besar di pulau Jawa dan Medan. Survei ini terkait top of mind produk KPR. “Yang menarik, nomor satu BTN lalu Mandiri, ketiga BNI Syariah. Saat di-mapping kuadran asosiasi produknya mengapa Griya iB Hasanah dari BNI Syariah menjadi top of mind nomor tiga, mengatasi KPR CIMB Niaga di nomor empat dan BNI Griya dari BNI di nomor lima. Asosiasi produk KPR BNI Syariah sama sakali tidak dilekatkan dengan produk syariahnya, termasuk fiturnya. Brand association yang paling dekat dengan kami adalah proses yang paling cepat. Jadi bukan cicilan tetap sampai lunas, bebas penalti lalu uang muka lebih ringan seperti selama ini selalu dikampanyekan bank syariah”, kata Imam. Belajar dari sana, Imam menganalisa, seharusnya bank syariah dapat membagi fiturnya menjadi dua, pertama Mandatory Requirement, supaya menjadi sejajar dengan bank konvensional. Kedua Necessity Requirement, inilah nilai lebih bank syariah yang dapat digali, seperti kejujuran, keadilan, dan sebagainya. “Necessity Requirement dapat dijual, jika bank syariah telah memenuhi Mandatory Requirement-nya”, kata Imam.
Malaysia Lebih Siap
Mungkin perbankan syariah Indonesia dapat berkaca pada pengalaman industri perbankan syariah Malaysia, terkait hal ini. Imam T Saptono
mengisahkan, baru-baru ini, bersama Pengurus Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), ia bertemu dengan Association of Islamic Banking Institutions Malaysia (AIBIM) baru-baru ini. Dari pihak AIBIM didapat cerita perkembangan terbaru industri ini di negeri Jiran. Di Malaysia, dengan populasi Muslim sebanyak 16%, perbankan syariahnya sudah menggapai 25% market share. Jadi, pasarnya bank syariah Malaysia sudah melampaui jumlah populasi Muslimnya sendiri. Dengan perkembangan tersebut, Malaysia tengah menggodok Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan mengatur, tabungan dan deposito mudharabah akan dikategorikan sebagai produk investasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari nasabah yang tidak siap dengan sistem bagi hasil. “Jadi, kalau nasabah mau menyimpan dana dalam skema mudharabah tersebut, dia sudah harus siap dengan segala konsekuensi bagi hasil yang naik turun. Katanya Profit Equalization Ratio (PER) perbankan syariah Malaysia juga mau dinaikkan pelan-pelan”, kata Imam mengisahkan. Malaysia menganggap edukasi perbankan syariah terhadap warganya sudah cukup. Lalu tinggal ditingkatkan saja pengaturannya. Dengan masuknya mudharabah ke dalam payung produk investasi, investor yang akan masuk ke sana akan terseleksi menjadi hanya investor tingkat lanjut. Yang sudah paham risiko investasi. Sementara, untuk nasabah yang mencari aman dengan imbal hasil tetap, tetap dapat memanfaatkan tabungan biasa berskema wadiah. Agar menarik imbal hasilnya, tabungan ini pun akan didukung oleh pasar murabahah komoditas (commodity murabahah) yang sudah cukup maju di negeri Jiran, sehingga mampu memberikan imbal hasil tetap yang menarik. Yang menjadi concerned AIBIM, menurut Imam adalah perijinan bank syariahnya. Jika RUU ini jadi diberlakukan, bank syariah di Malaysia harus memiliki ijin beragam. Tidak hanya sebagai bank komersial, tetapi juga sebagai bank investasi.
Ibrahim Aji/Yogie Respati edisi desember 2012
Sharing 13
Laporan Utama
Wawancara:
A Riawan Amin:
Tak Ada Strategi Khusus untuk Pasar Non Muslim
K
etua Dewan Kehormatan Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), A Riawan Amin, mengatakan perbankan syariah tetap harus berbenah diri dalam memenuhi kebutuhan setiap nasabah, terutama umat Muslim karena memang bank syariah semangatnya secara khusus adalah untuk memberdayakan kaum Muslim. Namun apapun strategi yang dilakukan, kuncinya untuk menarik nasabah tetap pada penetapan pricing. Untuk itu, lanjut Riawan, perbankan syariah harus efisien dalam pengoperasiannya agar mampu memberikan pricing bersaing dengan bank umum lainnya. Berikut wawancara Yogie Respati dari Sharing dengan pria yang juga Direktur Utama Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) pada 16/11/2012 di Jakarta. Bagaimana Anda memandang potensi pasar kalangan Non Muslim bagi bank syariah? Tidak ada (pandangan tertentu--red), karena nasabah yang di kepala itu cuma mikir bunganya rendah atau tidak, titik. Di posisi saya sekarang di BJBS semua orang boleh masuk, tapi untuk memformulasikan strategi secara khusus (untuk Non Muslim) saya tidak buang waktu karena banyak hal yang harus dikerjakan. Problem bank syariah sekarang itu tidak fokus dalam banyak hal, seperti target pasar, pengembangan jaringan, peluncuran produknya. Terlalu banyak debat kusir dan omong kosong. Saat ini dana di bank konvensional lebih banyak punya umat Islam, sementara debitur terbesar bukan umat Islam, secara prosentase. Dengan kata lain tidak usah pusing dengan orang Non Muslim, tentu tanpa menghalangi mereka untuk masuk. Di sisi pembiayaan mau agamanya Islam, non Islam atau tidak beragama, kalau dikasih pembiayaan mereka tidak memilih apakah bank ini bank punya FPI atau Waligereja Indonesia, asal dikasih murah akan diambil. Apakah perlu memformulasikan strategi khusus untuk masuk pasar Non Muslim? Dalam pemasaran differentiation is everything, kalau anda mengatakan pasar anda untuk semua orang, maka anda tidak punya pasar karena anda tidak punya diferensiasi. Bank Mega Syariah mungkin agak beda karena dari lahir nasabah Non Muslim sudah menjadi captive market-nya. Sebenarnya tidak ada rumusan benar atau salah secara saklek dalam industri perbankan syariah atau industri apapun (terkait strategi menarik nasabah). Masyarakat menilai sesuatu dari paradigma individunya sehingga tidak ada satupun strategi benar. Semua strategi itu benar asal ada pasarnya, lalu pada level korporat juga tidak ada strategi yang benar atau salah karena itu tergantung pada SWOT (strength, weakness, opportunity,
14 Sharing edisi desember 2012
dan threat) masing-masing bank syariah. Jadi regulator tidak usah formulasikan strategi, masyarakat tidak usah memikirkan itu. Masing-masing bank syariah sesuai SWOT silakan memformulasikan (strategi). Tentu tidak sama formulasi antara satu bank syariah dengan bank syariah lainnya. Unit usaha syariah bank konvensional yang berkonotasi dengan masyarakat China Non Muslim mungkin perlu memformulasikan strategi tersebut, tapi kalau memang dari awal segmen pasarnya hijau ngapain capek-capek. Pasarnya saja belum terjangkau semua tapi terus sibuk dengan pasar ini dan itu. Jadi itu sifatnya variatif dan spesifik pada strategi SWOT dan segmen pasar bank syariah. Sebenarnya tidak ada manfaatnya memformulasikan strategi masuk ke segmen Non Muslim di negara yang mayoritas Muslim yang belum yakin soal bank syariah. Bagaimana mau yakinkan Non Muslim tentang bagusnya bank syariah kalau mayoritas orang islam saja tidak yakin. Kenapa tidak yakin? Karena bank syariah tidak jelas posisinya di mana. Untuk bank syariah, pasar Muslim menuntut dua hal yaitu warna Islam yang sangat kental dan yang sifatnya practical, seperti punya layanan prima dan harga bersaing. Sementara Non Muslim cuma satu aspek, yaitu practical saja. Jadi tidak ada strategi khusus untuk pasar Non Muslim. Apa kendala dalam memperkenalkan bank syariah kepada kalangan Non Muslim? Untuk hadapi orang Islam saja tantangannya belum sanggup untuk dilakukan, jadi bagaimana mau memikirkan tantangan untuk orang Non Muslim. Saya simpel saja, kalau mau ya datang, kalau tidak ya nggak usah. Saya tidak berminat untuk mengejar nasabah agama tertentu. Jadi, bagaimana sebaiknya penyampaian pengenalan bank syariah kepada Non Muslim? Tergantung, kalau saya memimpin bank yang segmen pasarnya Non Muslim, saya akan tekankan pada universalitas pada bank syariah. Dalam presentasi bank syariah di negara Non Muslim sering juga saya sampaikan kutipan dari Bible dan kitab Perjanjian Lama, dan foto yang saya tampilkan adalah Paus Benedict. Itu sudah saya lakukan sejak lima tahun lalu sebagai wakil bank syariah Indonesia. Keunggulan apa yang bisa ditawarkan bank syariah kepada pasar Non Muslim? Kuncinya pricing. Di sisi pembiayaan satu-satunya strategi adalah pricing. Jadi bank syariah harus efisien sehingga harga bisa bersaing. Hal terbaik yang bisa dilakukan bank syariah adalah efisiensi, berpikir dengan logika cara mengembangkan bisnis supaya bisa bersaing, dan semua orang akan datang.
Laporan Utama
K
einginan meraih lebih banyak nasabah dari segmen minoritas negeri ini akan menjadi mimpi di siang bolong jika bank syariah sendiri belum menjadi pilihan bagi pasar mayoritas. Direktur BNI Syariah, Imam T. Saptono mengatakan, “Kalau orang bisnis bicaranya tidak jauh dari twenty eight zero. Artinya, twenty sudah kita pegang, maka tidak sulit untuk mengejar yang eight zero. Artinya atas pasar yang Muslim saja masih empat atau lima persen, yang seharusnya lebih mudah didapat, meskipun mudah belum tentu membawa bisnis, karena kita tahu polarisasi aset dan liabilitas banyak di
menjadi choice. Kapan kita akan serius masuk (ke pasar Non Muslim--red) kalau bank syariah sudah menjadi choice”. Dan, untuk mensejajarkan diri itu, tentu saja memerlukan effort yang tidak sedikit. Perlu juga industri perbankan syariah me-review ikhtiarnya dalam menggarap sisi comparable ini.
masyarakat terhadap bank syariah. Waktu riset di lapangan, orang selalu bilang bank syariah kurang promosi dibanding bank konvensional. Lalu kami tanya bank konvensional mana yang Anda maksud, ternyata yang ada di otak mereka itu adalah tujuh bank besar di Indonesia, yaitu Mandiri, BRI, BCA, BNI, CIMB Niaga, Bank Danamon,
At Least, At Par… kalangan non Muslim. Sehingga, ada yang mengatakan, yang Muslim saja belum tentu mau berbank syariah, apalagi yang Non Muslim”.
Belum Menjadi Pilihan
Sehingga, tantangannya bagi perbankan syariah bukan bagaimana menggapai pasar non Muslim semata. “Tantangannya, sampai sekarang, bagaimana bank syariah bisa comparable dengan bank konvensional, kalau sudah comparable, otomatis tidak akan sulit (menggapai pasar non Muslim—red). Selama belum comparable, upaya untuk menggapai pasar Non Muslim menurut saya bahkan bukan second priority. Ini yang menjadi concerned bagi para praktisi perbankan syariah saat ini. Bagaimana mensejajarkan diri dengan bank konvensional”, kata Imam. Imam kembali menekankan, konsekuensi dari kesejajaran tersebut adalah pasar bank syariah akan meluas dengan sendirinya . Termasuk meluas ke pasar Non Muslim. Karena, ditegaskan Imam, “Kalau sudah sejajar berati ada choice, dan kini di benak Muslim sendiri pun bank syariah belum
Menjadi comparable menjadi isu kuat di kalangan praktisi perbankan syariah Indonesia kini. Sejajar dulu dengan bank konvensional, maka nasabah Non Muslim diharapkan lebih mudah didapat. Pelanduk VS Gajah
Belum comparable-nya perbankan syariah tercermin dari beberapa penelitian yang dilakukan Karim Business Consulting (KBC) baru-baru ini. Presiden Direktur KBC, Adiwarman Karim memaparkan temuannya ketika melakukan penelitian terkait preferensi pasar terhadap keuangan syariah. Dalam satu penelitian di provinsi yang menerapkan syariah Islam pun, yaitu Nangroe Aceh Darussalam (NAD) bank syariah belum menjadi choice karena dianggap belum sepadan dengan bank konvensional terutama yang besar-besar. “Ada ekspektasi berlebih dari
dan Bank Permata”, kata Adiwarman. Ketika ditanya bank syariah mana yang dimaksud, memang keluar nama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM) misalnya. Menariknya, ada anggapan dari responden penelitian KBC itu ada fenomena pelanduk vs gajah. “Tidak satupun dari bank syariah ini yang bisa menyamai besarnya tujuh bank konvensional itu, memang, capex-nya juga kecil”, kata Adiwarman Karim. Kesejajaran ini dapat menjadi value proposition bagi bank syariah. Adiwarman mengisahkan, dari riset-riset yang ditanganinya, value proposition yang tepat untuk edisi desember 2012
Sharing 15
Laporan Utama
‘‘
“Walau saudara tapi kenyataannya adalah kompetitor. Kami tidak menyusui tapi berdiri sendiri. Kalau kasus BMS, pertama mungkin pemegang saham sama sehingga kami adalah sister company tapi bukan dimiliki oleh Bank Mega. Secara prinsip pemegang saham ingin bisnis efisien dan mendapat profit besar, sehingga konsep windows di bank konvensional menjadi advantage value buat Bank Mega karena ada layanan syariah di situ. Tapi pelaksana di lapangan kan punya target, manajemen punya target juga. Artinya walau pemegang saham punya suatu visi yang jauh ke depan tapi pelaku di lapangan punya target yang berbeda sehingga terjadi kompetisi ketat, jadi tidak dapat kami ambil juga nasabah dia (Bank Mega—red) ”, Direktur Bank Mega Syariah, Ani Murdiati”.
‘‘
ditawarkan ke pasar yang lebih luas daripada pasar perbankan syariah saat ini, adalah “Business oriented, at least at par, sejajar dengan konvensional, baru kita bisa omongnya enak”, kata Adiwarman.
Tidak Otomatis Mudah
Menjadi comparable memang harapan praktisi perbankan syariah Indonesia. Efek lanjutannya adalah, menjadi pilihan baik bagi pasar Muslim maupun Non Muslim. Tetapi, tidak serta merta juga kemudahan itu terjadi ketika sudah sejajar. Bank Syariah Mega Indonesia adalah bank umum syariah yang petama kali menyatakan positioning-nya untuk kalangan Non Muslim. Ketika Bank Tugu mengonversi diri menjadi bank umum syariah bernama PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 24 Agustus 2004, target pasarnya memang kebanyakan ke nasabah Non Muslim. “ Kalau pengalaman Bank Mega Syariah (BMS) yang kebetulan core business-nya adalah nasabah Non Muslim, jadi waktu itu (di masa awal berdiri—red) aset kami Rp 125 Miliar dan 90 persennya adalah dari nasabah Non Muslim dan keturunan Tionghoa”, kata Direktur BSMI, Ani Murdiati. Strategi positioning BMS ini memang membedakannya dengan dua bank umum syariah (BUS) yang sudah berdiri duluan, yaitu BMI dan BSM. Karena bank syariah yang ada, baik BUS maupun unit usaha syariah (UUS) masih sedikit sekali, sumber dana
16 Sharing edisi desember 2012
juga sangat sulit, konsep sebuah bank syariah menjadi sangat penting untuk memandu kemana bank syariah itu akan bergerak. “Saat itu, BMI mengatakan dirinya Pertama Murni Syariah, itu artinya dia sangat “hijau”, lalu BSM dengan tagline Adil dan Menentramkan. Sedangkan BMS inti bisnisnya adalah dari komunitas non Muslim dan keturunan Tionghoa, makanya tagline kami, Untuk Kita Semua”, kata Ani Murdiati.
disasar BMS sejak 2004. Komunitas Non Muslim keturunan Tionghoa ini menurutnya memang memiliki karakteristik unik dan eksklusif. Hal ini membuat, produk apapun, sebagus apapun, ketika ditawarkan kepada mereka, tidak akan dilirik jika mereka tidak menaruh kepercayaan kepada orang di balik produk itu, pemasarnya misalnya. Jadi, orangnya itu menjadi nomor satu, bisa tidaknya orang itu masuk ke dalan komunitas mereka.
Keterbukaan sudah digadang-gadang sebagai jualannya BMS sejak 2004, namun menurut Ani, “Tidak secara otomatis kalau kita sudah sampai posisi sejajar, yang Non Muslim akan langsung menjadi nasabah karena pengalaman kami mereka punya eksklusivisme dalam melakukan kontak dengan orang lain”.
Ani terus mengisahkan, jika kepercayaan sudah didapat dari komunitas Non Muslim keturunan Tionghoa ini, loyalitas pun didapat. Bahkan, jauh dari apa yang kita gambarkan. Jauh sampai kepada kehidupan orang itu. Sampai diberikan referensi calon nasabah dari komunitasnya. ”Kalau mereka puas dengan pelayanan orang itu, sampai ditanya kalau gaji kamu di sana cukup atau tidak. Nanti kalau mereka bilang mereka puas, orang itu akan di-support terus. Kalau tidak puas, mereka akan bargaining kepada kita”, kata Ani.
Meski begitu, Ani sepakat secara prinsip dengan perlunya kesejajaran bank syariah dengan bank konvensional itu. Kesejajaran baginya berarti juga dapat memberi benefit kepada nasabah setimbang dengan yang diberikan oleh bank konvensional. Saya setuju dengan peer yang pertama itu, kesejajaran, harus sama-sama kompetitif, dari sisi benefit, servis, kemudahan, dan teknologi misalnya. Tapi ada peer satu lagi bagaimana kita menembus komunitas mereka (Non Muslim—red)”, kata Ani.
Intinya Bisa Dipercaya
Mengenai peer satu ini, Ani punya pengetahuan tentang komunitas yang
Seandainya komunitas Non Muslim keturunan Tionghoa ini kecewa kepada pelayanan orang tadi, katakanlah marketing bank syariah, bisnisnya bisa berpindah ke bank lain. “Jadi begitu pentingnya people bagi mereka dan kepada siapa mereka berhadapan, itu jadi key point untuk masuk dalam komunitas itu. Selanjutnya people itulah yang baru bisa menyampaikan segala benefit dan aspek di bank syariah bahwa itu bisa terpenuhi. Ada cerita
Laporan Utama pertumbuhan sebesar 47% industri ini selama 2008-2012. Pertumbuhan yang stabil dan hampir dua kali pertumbuhan perbankan nasional yang di kisaran 20% bahkan pertumbuhan perbankan syariah global di kisaran 15-20%. Sebut saja tujuh bank besar nasional yang dinotifikasi narasumber penelitian Adiwarman Karim seperti dijelaskan
‘‘
Mengendurnya tension antara sebagian Muslim dan kekuasaan yang melahirkan bank syariah di Indonesia, tidak serta merta mengendurkan tension antara sebagian Muslim yang meragukan kemurnian bank syariah dengan para pendiri dan praktisi bank syariah. Sementara, Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduknya adalah Muslim,
“ Kalau sudah sejajar berati ada choice, dan kini di benak Muslim sendiri pun bank syariah belum menjadi choice. Kapan kita akan serius masuk (ke pasar Non Muslim--red), kalau bank syariah sudah menjadi choice, Direktur BNI Syariah, Imam T. Saptono”.
‘‘
satu bank asetnya habis tuntas Rp 1,7 triliun gara-gara komunitas dimaksud kecewa dengan pelayanannya, langsung wuss. Kepala cabangnya lalu dipindahkan ke bank lain”, kata Ani mengisahkan.
Keniscayaan Dual Banking dalam Multikulturalisme
Ikhtiar untuk mensejajarkan diri dengan bank konvensional memang tidak mudah. Dari sisi dasar hukumnya operasi bank syariah di Indonesia saja, baru benar-benar kuat pada 2008 ketika Undang-undang No.21 tentang Perbankan Syariah(UUPS) disyahkan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI). Sebelumnya, apalagi di masa awal berdirinya bank syariah pertama negeri ini, BMI, dasar hukumnya hanya bagian-bagian pasal dalam Undang-undang di ranah hukum perbankan dan keuangan. Implikasi UUPS memang cukup signifikan. Dalam berbagai forum nasional dan internasional tentang perbankan syariah Indonesia, Bank Indonesia (BI) senantiasa melaporkan
sebelumnya, mana dari tujuh bank besar tersebut yang tidak memiliki bisnis bank syariah? Bank Mandiri adalah pemilik saham tunggal BSM, BRI memiliki BRI Syariah, BCA memiliki BCA Syariah, BNI memiliki BNI Syariah, Danamon memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Danamon, pun dengan CIMB Niaga dan Permata dengan UUSnya masing-masing, CIMB Niaga Syariah dan Bank Permata Syariah. Lahir dalam sistem dual banking di Indonesia, perbankan syariah memiliki sejumlah peluang. Keniscayaan dual banking system, bagi Thomas B. Pepinsky, Assistant Professor of Government Cornell University dalam risetnya berjudul Islamic Finance in Multicultural Indonesia, kelahiran perbankan syariah di Indonesia tak lepas dari konteks tarik menarik kepentingan antara kekuasaan (orde baru) dan komunitas Muslim yang menghendaki Indonesia memiliki bank syariah. Tension tersebut, istilahnya mengendur ketika Mantan Presiden Soeharto mengizinkan pendirian BMI pada 1992.
Indonesia yang secara ekonomi sejak era krisis ’90-an terus bertumbuh dengan baik, dan kian terintegrasi dengan sistem keuangan modern, mau tidak mau membutuhkan jasa keuangan.
Simbiosis Mutualisme dengan Bank Konvensional
Di situlah, salah satu ahli Asia Tenggara (khususnya Indonesia dan Malaysia) dari Cornell University ini menulis, di bagian pendahuluan papernya, “If some pious Muslims in Indonesia demand sharia-compliant products, then offering them allows these consumers to enter the market. Doing so improves the financial market’s distributional efficiency, and provides opportunities for these individuals to obtain mortgages, business loans, and other financial products”. Thomas melihat kehadiran perbankan syariah dalam bersama perbankan konvensional adalah keniscayaan dan memang diinginkan (desirable) oleh sebagian “pious Muslim”. Namun bukan berarti keuangan syariah tidak bisa edisi desember 2012
Sharing 17
Laporan Utama
Maka, kehadirannya bersama saudara tua konvensionalnya adalah simbiosis mutualisme. Dan ketika ini terjadi, pemerintah harus mendukung keuangan syariah. “So long as Islamic finance does not threaten the conventional financial system, the Indonesian state should continue with the steps that it has taken to accommodate these Islamic finance in the Indonesian economy”, tulis Thomas dalam “Islamic Finance in Multicultural Indonesia”, in Towards an Inclusive Democratic Indonesian Society (edited by Frank Dhont, Kevin W. Fogg, and Mason C. Hoadley. Yogyakarta: Atma Jaya University Press, 55-82: 2009).
Sinergi Tetapi Berkompetisi
Dalam praktik perbankan syariah Indonesia, kedekatan “darah” antara bank konvensional dan bank syariah menjadi penting. Biasanya, hubungan induk-anak perusahaan atau dimiliki oleh pemegang saham yang sama. Bagi Ani Murdiati, hubungan dengan saudara “sepersusuannya”, Bank Mega adalah karena dimiliki sama-sama oleh Kelompok Usaha Para. Kerjasama pernah terjadi dalam bentuk Galery BMS di kantor cabang Bank Mega . Namun, dikatakan Ani, “Walau saudara tapi kenyataannya adalah kompetitor. Kami tidak menyusui tapi berdiri sendiri. Kalau kasus BMS, pertama mungkin pemegang saham sama sehingga kami adalah sister company tapi bukan dimiliki oleh Bank Mega. Secara prinsip pemegang saham ingin bisnis efisien dan mendapat profit besar, sehingga konsep windows di bank konvensional menjadi advantage value buat Bank Mega karena ada layanan syariah di situ. Tapi pelaksana di lapangan kan punya target, manajemen punya target juga. Artinya walau pemegang saham punya suatu visi yang jauh ke depan tapi pelaku di lapangan punya target yang berbeda sehingga terjadi kompetisi ketat, jadi tidak dapat kami ambil juga nasabah
18 Sharing edisi desember 2012
dia (Bank Mega—red)”. Niatan bisnis sekaligus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat menjadi motif pendirian Bank Victoria Syariah. Sebelum spin off, Bank Victoria Syariah merupakan anak usaha PT. Bank Victoria International. Pada Agustus 2007, Bank Victoria mengakuisisi saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80 persen yang selanjutnya dijadikan unit usaha syariah. Pada 2010, unit usaha syariah ini memisahkan diri dari induknya setelah mendapatkan izin operasional sebagai bank syariah berdasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No. 12/8/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 10 Februari 2010. Pada 1 April 2010, Bank Victoria Syariah beroperasi secara penuh dengan sistem syariah. ”Jadi dari awal Bank Victoria International memandang bahwa peluang syariah ini benar-benar peluang bisnis,” kata Direktur Operasional Bank Victoria Syariah Djoko Nugroho. Kerjasama strategis antara bank induk dan anak pun terjadi. Berlangsung hingga sekarang dan membuahkan keuntungan bagi Bank Victoria Syariah karena banyak peluang di bank induk yang tidak bisa diserap lalu beralih menjadi peluang bagi Bank Victoria Syariah. Meskipun tidak semua peluang tersebut bisa diaplikasikan karena adanya batasan hal-hal yang diharamkan dalam ketentuan syariah Islam. Joko menyebut misalnya, pembiayaan kepada industri pariwisata konvensional. Sayangnya justeru peluang ke sana sedang besar. ”Di Bali misalnya, kami banyak ditawari, tetapi kami tidak bisa masuk”, kata Joko.
Perkuat Surat Edaran Delivery Channel!
Sinergi antara bank induk yang konvensional dan anaknya yang syariah memang terjadi. Yang paling kentara adalah layanan ATM. Semua Bank yang menjadi anggota ATM Bersama dan Prima pada dasarnya dapat saling memanfaatkan mesin ATM bank lain. Kartu ATM BNI Syariah misalnya dapat digunakan di seluruh mesin ATM BNI baik di dalam maupun luar negeri. Pun dengan ATM BSM yang dapat digunakan di mesin ATM Bank Mandiri. Sinergi lebih besar pernah digagas oleh
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPbS--BI) di masa Dr. Mulya Effendi Siregar menjadi Direkturnya. Beleid DPbS itu disebut juga regulasi delivery channel. Stratanya memang Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan setingkat direktorat (DPbS BI) bukan Peraturan Bank Indonesia (PBI). “Sebenarnya ini sebuah terobosan, sayang tidak ditingkatkan menjadi PBI yang lebih meningkat”, kata Direktur Bank Panin Syariah, Sukisari. Untuk memperluas jangkauan pelayanan BUS, pada 2 Juli 2010 yang lalu, BI melalui surat No 12/1081/DPbS tanggal 2 Juli 2010 memperkenalkan kebijakan baru berupa delivery channel kepada seluruh bank umum syariah (BUS). Kebijakan ini memungkinkan Bank
‘‘
“Kesejajaran ini dapat menjadi value proposition bagi bank syariah. Adiwarman mengisahkan, dari risetriset yang ditanganinya, value proposition yang tepat untuk ditawarkan ke pasar yang lebih luas daripada pasar perbankan syariah saat ini, adalah “Business oriented, at least at par, sejajar dengan konvensional, baru kita bisa omongnya enak”, Adiwarman Karim, CEO Karim Business Consulting (KBC)”.
‘‘
dimanfaatkan oleh Muslim Indonesia pada umumnya yang jika meminjam istilah dari Clifford Geertz, dikatakan sebagai Islam abangan. “Indonesia is a country with approximately 200 million Muslim citizens, and while most appear unconcerned with sharia-compliance in their financial products, some are”, tulis Thomas.
Laporan Utama Umum Konvensional (BUK) yang satu kelompok usaha dengan BUS baik berupa parent company maupun sister company, dapat menjual produk penghimpunan dana BUS baik berupa pembukaan rekening nasabah baru (giro, tabungan dan deposito) maupun penyetoran dan penarikan dana bagi nasabah BUS existing. Namun hal tersebut tidak berlaku sebaliknya, BUS tidak dapat menjadi agen penjual produk BUK. Dengan demikian, untuk menemukan produk perbankan syariah, masyarakat tidak harus datang langsung ke bank syariah, tetapi dapat juga mendatangi loket-loket bank konvensional yang memasang logo iB (ai-Bi). Masyarakat tinggal meminta kepada customer service untuk produk-produk iB sesuai kebutuhannya, seperti Tabungan iB, Deposito iB, dan lain-lain. Sayangnya, SE ini tidak maksimal dijalankan. Salah satu masalahnya adalah keberterimaan BUK untuk menjadi delivery channel BUS. “Sementara yang konvensional kan bilang dia mau menjualkan, tetapi untungnya buat dia apa? Padahal itu bisa dibicarakan dengan BUS-nya. Kalau itu dilakukan, luar biasa, seolah-olah cabang syariah jumlahnya menjadi sama banyak dengan cabang bank konvensional. Produk kami tinggal dititip jual, kami tidak perlu menambah orang dan jaringan, tinggal siapkan brosur dan mentraining karyawan bank konvensionalnya, dan sebagainya. Coba kalau ditingkatkan menjadi PBI akan luar biasa”, kata Sukisari menyayangkan. Inilah menurutnya salah satu bentuk sinergi yang dapat dilakukan dalam skala masif jika ditetapkan dalam PBI, jadi mengikat seluruh bank. Kalau setingkat SE yang dikeluarkan DPbS jadinya hanya membolehkan BUS-nya saja. Salah satu yang sudah berjalan adalah BNI dan BNI Syariah. Rekening BNI Syariah dapat dibuka di cabang BNI konvensional yang telah melakukan kerjasama keagenan (dahulu bernama Syariah Channeling Outlet). Menurut data di situs resmi BNI Syariah, pembukaan rekening BNI Syariah dapat
dilakukan di 58 kantor cabang BNI Syariah dan 787 kantor cabang BNI.
Unique Value Proposition
Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia, Achmad K Permana, dalam Seminar Strategi Meningkatkan Market Share Industri Keuangan Syariah Indonesia (4/10/ 2012) di Jakarta memaparkan setidaknya ada tiga hal yang dapat mendongkrak pangsa pasar perbankan syariah, yaitu keberpihakan, leveraging dan unique value proposition yang dimiliki bank syariah. Ia menjelaskan leveraging dapat dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan infrastruktur dan masuk ke bisnis yang menjadi unggulan bank induk. Implementasi leveraging juga dapat dilakukan dengan memperluas konsep delivery channel sehingga
bank syariah dapat melakukan leveraging secara optimal dengan bank induk. Sedangkan keberpihakan pemerintah dapat dimulai dengan pembiayaan proyek pemerintah/ BUMN menggunakan konsep syariah, netralitas dan kejelasan ketentuan perpajakan, dan pengelolaan dana haji oleh industri keuangan syariah. Produk perbankan syariah yang punya karakteristik unik juga bisa menjadi faktor penentu keberhasilan. Produk perbankan syariah seperti gadai, murabahah emas, ijarah, hingga talangan haji adalah beberapa contoh produk yang unik dan tidak dapat ditemukan di perbankan konvensional. “Maksimalkan produk perbankan syariah yang unik, sehingga induk tertarik karena ada bisnis yang di konvensional tidak bisa tapi ternyata di bank syariah bisa, jadi kami mendapat
support,” tukas Permana.
Karena Konvensionalnya Tidak Runtuh
Masih dalam cakupan kesejajaran bank syariah dengan bank konvensional. Fenomena sejajar terjadi ketika ada kondisi apple to apple tentu saja. Dan, justeru itu terjadi di negara-negara Barat yang terimbas krisis keuangan global paling keras beberapa tahun terakhir ini, meruntuhkan bangunan keuangan konvensionalnya. Bukan di Indonesia, yang keuangan konvensionalnya masih berdiri kokoh. Rizky Wisnoentoro, pakar komunikasi dari Taylor’s University, Selangor, Malaysia mencoba memandangnya dari kacamata intercultural communication. Ketika bank syariah berada di negara low context culture, potensinya untuk bersaing menjadi lebih. Ketika, masyarakat Barat menyaksikan Barclay atau JP Morgan jatuh, bank syariah pun dilirik, karena dinilai dapat menjadi alternatif, another menu on the table. Ketika berkaca dengan negara yang high context culture seperti Indonesia, ini menjadi sulit karena bank syariah belum menjadi solusi atau pilihan tadi”. Keuangan global sebenarnya menunjukkan tren menuju keuangan syariah. Indonesia, dengan potensi pasar Muslim yang besar, plus pasar Non Muslim yang lebih memiliki daya beli, sejatinya adalah peluang bagi bisnis perbankan syariah. Tinggal, bagaimana industri ini memanfaatkan momentumnya. Pun bagi induk bank konvensional dan pemilik kelompok usaha besar untuk masuk ke bisnis perbankan syariah. Potensi itu ada dan terbaca. Ani Murdiati meyakini maraknya bank konvensional yang memiliki atau bersaudara dengan bank syariah bukanlah sekadar coba-coba. “Apa sekadar mau coba saja? Menurut saya tidak, karena potensi bisnis di Indonesia secara makroekonomi dan secara syariah itu besar. Jadi kembali kepada kita, apa mampu menembus market itu dengan kemampuan kita dengan konsep syariah”, kata Ani menegaskan.
Ibrahim Aji/Yogie Respati/Rizky Andriati edisi desember 2012
Sharing 19
Laporan Utama
T
di Bank Panin Syariah yang rutin dilakukannya bersama para staf. “Bagi saya tidak masalah membaca Al Fatihah. Makanya ada yang heran saya bisa membaca Al Fatihah”, kata Sukisari.
Bankir jebolan BCA dengan pengalaman lebih dari 25 tahun ini, adalah satu contoh anomali industri perbankan syariah Indonesia. Sudah
Sukisari juga mengaku dapat membaca dan menulis huruf Arab. Ia pun dengan fasih menjelaskan tiga pilar ajaran Islam. Akidah, syariah, dan akhlak. Muamalah masuk di dalam ranah syariah, bukan akidah dan akhlak. “Kalau perbankan syariah kaitannya dengan muamalah atau perniagaan dalam hukum atau cara Islam. Lalu saya membaca lagi isi buku Sutan Remy Syahdeini: Perbankan Syariah, Aspek Hukum dan Produkproduknya (Nestview Press, 1993). Kalau bicara perbankan syariah harus
iap bertemu orang, bertukar kartu nama, ada saja yang bilang begini, Elu udah sunat? Elu Muslim sekarang. Bahkan orang Muslim pun pernah menyampaikan kepada saya begini, bukankah bank syariah khusus untuk orang Muslim? Saya bingung karena selalu dikaitkan dengan agama”, kata Direktur Bank Panin Syariah, Sukisari menuturkan. Dengan logat keturunan Tionghoa yang kental, kisah Sukisari lebih dari sekadar menggelitik, juga maknawi.
Oleh karena itu, ketika diminta oleh pemilik modal Bank Panin Syariah, ia mengaku tahu benar harus belajar apa. Karena, ia tahunya perbankan syariah itu terbuka untuk semua kalangan. Dari antara yang dipelajarinya adalah prinsip dasar perbankan syariah, bahwa tidak boleh mengandung maysir, gharar, dan riba (magrib), serta unsur aniaya. Dan itu menurutnya masih dijelaskannya kepada orang lain yang belum tahu prinsip perbankan syariah. “Ini yang menurut saya menjadi tugas kita untuk menjelaskan. Saya tidak akan bosan-bosan menjelaskan bahwa prinsip syariah itu terbuka, universal, adil, dan sebagainya ” kata Sukisari lagi.
Demistifikasi Bank Syariah
Atribut itu memang laten di Indonesia, bank syariah untuk orang Muslim saja. Padahal kenyataannya tidak. Bank syariah kini dimiliki dan dijalankan oleh Non Muslim juga. menjadi semacam pendapat umum, bankir syariah di Indonesia identik dengan Muslim. Berbeda dengan di luar negeri, seperti Malaysia dan Eropa, bankir syariah dari kalangan Non Muslim adalah jamak.
Tidak Perlu Menjadi Muslim
Dan, dari segelintir bankir syariah Non Muslim di Indonesia, Sukisari tampak lebih sering tampil, berbicara ke media misalnya. Konsekuensinya seperti dikisahkan di atas, ketika bertemu atau berkenalan dengan orang, dari parasnya dan logatnya saja, Sukisari mengindikasikan Non Muslim. Tetapi, Sukisari tidak canggung. Dan, ia tidak merasa harus menjadi Muslim untuk menjadi bankir syariah. Katanya menirukan ucapan Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, “Yang Non Muslim tidak perlu pindah menjadi Muslim, pun sebaliknya yang Muslim tidak perlu pindah menjadi Non Muslim untuk beraktifitas di perbankan syariah ini”. Kejutan-kejutan disuguhkan Sukisari kepada peserta Focus Group Discussion (FGD) Bank Syariah Membidik Segmen Minoritas, Majalah Sharing (14/11). Ternyata dia fasih membaca Al Fatihah. Setidaknya begitu pengakuannya tentang kegiatan doa pagi bersama
20 Sharing edisi desember 2012
memahami agama Islam. Sutan Remy bilang ada empat yang harus dipahami: (1) Islam adalah agama kasih sayang, rahmatan lilalamin untuk semesta; (2) Islam itu universal, sebagai agama yang rahmatan lilalamin prinsipnya berlaku sepanjang masa dan di seluruh dunia; (3) anti diskriminasi, kalau saya terjemahkan ini bersifat inklusif’ (4) bersifat komprehensif karena mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk moral, ekonomi, politik, budaya, dan seterusnya”, kata Suksiari menerangkan.
Tidak Bosan-Bosan Menjelaskan
Pemahaman ini menurutnya perlu untuk bankir syariah. Menjadi Non Muslim di bank syariah bukan berarti tidak mengharuskannya memahami ajaran Islam. “Sehingga ketika bertemu dengan orang lalu saya jelaskan ini, mereka berpikir benar juga ya. Kok, saya yang Non Muslim dapat lebih fasih menjelaskan tentang ajaran Islam daripada yang Muslim. Lalu contoh, ada beberapa teman yang tadinya tidak bertransaksi di kami setelah kami jelaskan lalu mereka mulai bertransaksi. Hal-hal ini yang menurut saya dapat menjadi jembatan sehingga mereka (Non Muslim--red) tertarik masuk (menjadi nasabah bank syariah—red)”, kata Sukisari.
Memang, Sukisari masih menggunakan atribut lama tentang bank syariah yang dipahami masyarakat, bank bagi hasil. Meskipun, ia sepakat, bank syariah bukan hanya bagi hasil, ada skema lain seperti wadiah dan murabahah yang tidak mengandung bagi hasil. Namun sepertinya hal itu yang lebih mudah untuk dijelaskan. Sukisari berharap, kalau industri perbankan syariah ini berkembang, dapat memberikan manfaat besar untuk pengusaha di Indonesia. Karena, praktik nilai-nilai Islami itu baik. “Misalnya, pelarangan praktik suap. Kalau di bank konvensional praktik bawah meja itu bisa saja terjadi, di bank syariah mestinya tidak boleh karena itu akan membenani nasabah. Sama ketika kami menjalani proyek teknologi Informasi (TI). Saya bilang kepada vendor TI-nya, saya akan menjalankan prinsip syariah, sehingga ketika saya nawar ke kamu, kamu kasih saya harga murah dan tidak ada sesenpun staf saya harus terima, kalau itu ada laporkan ke saya. Sehingga kamu tidak perlu pikirkan biaya entertainment ataupun biaya macammacam yang dapat menjadi cost untuk kamu. Ini yang harus kami jaga dengan baik. Sehingga orang yakin bahwa kami benar menjaga prinsip syariah,”
Laporan Utama
PT. Bank Panin Syariah berdiri dan mulai melaksanakan kegiatan usaha dengan prinsip-prinsip syariah setelah memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Gubernur BI No.11/52/ KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank syariah pada tanggal 2 Desember 2009. Kepemilikan saham PT Bank Panin Syariah adalah sebagai berikut, PT Bank PANIN Tbk. 99,999 % dan Ahmad Hidayat 0,001 %. Sukisari duduk sebagai Direktur Operasional di bawah Direktur Utama Deni Hendrawati dan setara dengan Direktur Bisnis Fathorrahman dan Direktur Kepatuhan Budi Prakosa sejak bank ini mulai beroperasi. Lebih menyasar ke koperasi dan usaha kecil dan menengah (UKM), Bank Panin Syariah menurut Sukisari memang disetting untuk menggapai pasar Muslim bagi bisnis kelompok usaha Panin.
Minim Isu Akidah
Jika kelompok usaha Panin identik dengan Non Muslim di sisi kepemilikannya. Pun dengan PT Bank Victoria International, pemilik dari PT Bank Victoria Syariah. Meski dilahirkan dari bank konvensional yang pemegang saham pengendalinya Non Muslim, isu agama bukan menjadi persoalan dalam operasional Bank Victoria Syariah. Memilih konsep perbankan syariah dilakukan sematamata karena peluang bisnis syariah begitu menjanjikan. Demikian diungkapkan Direktur Operasional Bank Victoria Syariah Djoko Nugroho. Sebelum spin off, Bank Victoria Syariah merupakan anak usaha PT. Bank Victoria International. Pada Agustus 2007, Bank Victoria mengakuisisi saham PT. Bank Swaguna sebesar 99,80 persen yang selanjutnya dijadikan unit usaha syariah. Pada 2010, unit usaha syariah ini memisahkan diri dari induknya setelah mendapatkan izin operasional sebagai bank syariah berdasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No. 12/8/ KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 10 Februari 2010. Pada 1 April 2010, Bank Victoria Syariah beroperasi secara penuh dengan sistem syariah. ”Jadi dari awal Bank Victoria
‘‘
”Dari komisaris kami, ada yang Non Muslim. Di tingkat divisi, ada dua kepala divisi kami non muslim. Dari kepala cabang juga ada yang non Muslim. Jadi memang dari awal, isu akidah dan agama minim,” Direktur Operasional Bank Victoria Syariah Djoko Nugroho.”
‘‘
kata Sukisari.
International memandang bahwa peluang syariah ini benar-benar peluang bisnis,” katanya. Minimnya isu agama di tubuh Bank Victoria Syariah bisa dilihat dengan jelas dari komposisi pengurus bank yang sama sekali tidak membedakan agama. ”Kecuali Dewan Pengawas Syariah,” kata Djoko berkelakar. ”Dari komisaris kami, ada yang Non Muslim. Di tingkat divisi, ada dua kepala divisi kami non muslim. Dari kepala cabang juga ada yang non muslim. Jadi memang dari awal, isu akidah dan agama minim,” kata Joko lagi. Saat ini komposisi komisaris Bank Victoria Syariah terdiri atas Pangulu Oloan Simorangkir sebagai komisaris utama dan H. Akhmad Supandi Wahyuseputra serta Dasman Zain sebagai anggota dewan komisaris. Minimnya isu agama inilah yang mencuatkan harapan kerjasama strategis antara bank induk dan anak. Sinergi inilah yang terus berlangsung hingga sekarang dan membuahkan keuntungan bagi Bank Victoria Syariah karena banyak peluang di bank induk yang tidak bisa diserap lalu beralih menjadi peluang bagi Bank Victoria Syariah. Meskipun tidak semua peluang tersebut bisa diaplikasikan karena adanya batasan hal-hal yang diharamkan dalam ketentuan syariah Islam. Djoko mengatakan, operasional bank syariah memang mau tidak mau membawa konsekuensi. Satu di antaranya adalah kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. Banyak pembiayaan yang batal dilakukan karena mempertimbangkan portofolio
dan latar belakang calon debitur yang dinilai tidak memenuhi kriteria syariah. Misalnya saja, pembiayaan tidak bisa disalurkan ke industri hotel atau rumah makan yang tidak Islami. ”Jadi banyak sekali, seperti pembiayaan hotel atau pembiayaan rumah makan yang sebetulnya banyak kita serap juga tetapi sementara itu kita lupakan karena memang tidak diperkenankan,” katanya. Contohnya saja, Bank Victoria Syariah pernah akan menyalurkan pembiayaan ke sebuah rumah makan. Namun rencana tersebut batal karena daftar menu dalam restoran tersebut ternyata tidak Islami. ”Daripada memisahkan mana yang halal dan haram, kami anggap haram semua. Kami tinggalkan,” katanya.
Sosialisasi = Perjuangan
Djoko mengisahkan, pendirian Bank Victoria Syariah merupakan komitmen yang memang sudah disampaikan oleh bank induk sejak awal. Ketika Bank Swaguna diambil alih sebagai anak perusahaan Bank Victoria, bank induk menargetkan paling lambat di tahun ketiga unit usaha syariah sudah bersalin rupa menjadi bank umum syariah. Komitmen itu bisa terwujud dengan berbagai perjuangan yang tidak ringan. Ketika itu Djoko ditunjuk sebagai project manager. Hal terberat yang harus dilakukan di awal adalah melakukan sosialisasi. Ketika itu, pendekatan agama sebagai media sosialisasi tidak mungkin dilakukan. Setelah melewati berbagai uji coba, akhirnya konsultasi dengan pakar ekonomi syariah Adiwarman Karim sebagai jurus jitu yang dipilih. Dari sana didapatkan berbagai trik bermanfaat sehingga semua bisa menerima kehadiran Bank Victoria edisi desember 2012
Sharing 21
Laporan Utama
‘‘
“Bahkan orang Muslim pun pernah menyampaikan kepada saya begini, bukankah bank syariah khusus untuk orang Muslim? Saya bingung karena selalu dikaitkan dengan agama, Direktur Operasional Bank Panin Syariah, Sukisari”
‘‘
Syariah. ”Banyak hal yang sudah kami coba. Pada akhirnya kita bertemu dengan guru besar ini, Bang Adi (Adiwarman Karim--red). Banyak trik-trik yang bisa kita aplikasikan sehingga semuanya happy dan bisa menerima,” kata Joko.
Kesyariahan yang Baik untuk Semua Kalangan
Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM) – Yuslam Fauzi mengakui, potensi bisnis perbankan syariah dari kalangan Non Muslim di Tanah Air adalah besar dan layak untuk dipenetrasi optimal. “ (Kalangan Non Muslim--red) ini potensial. Kami akan menghormati dan menghargai ini sebagai potensi bisnis yang besar. Sudah pasti itu,” kata Yuslam Fauzi kepada Sharing di sela-sela Penandatangan kerjasama antara BSM dan Temenos Anabatic dalam mengembangkan Core Banking System (CBS) untuk perbankan syariah Indonesia (7/11/2012). Yuslam menegaskan, bahwa bank yang dipimpinnya punya komitmen tersendiri di dalam mengelola potensi pasar dari kalangan Non Muslim. Hal itu menurutnya sangat erat kaitannya dengan misi nomor empat dari corporate BSM yang berbunyi, ‘Pengembangan nilai-nilai syariah universal’. “Kami sangat konsisten di dalam mengejar misi itu, dengan cara menerapkan sistem perbankan yang bisa diterima oleh sernua orang. Karena memang syariah yang kita kembangkan, bukan hanya halal haram, atau riba semata. Syariah kami bukan itu, melainkan syariah yang universal. Nilai-niai syariah yang universal itu, termasuk bahwa servis kita harus baik. teknologi kita harus baik, produknya
22 Sharing edisi desember 2012
juga harus baik. Semua orang ‘kan akan suka kalau seperti itu,” papar Yuslam. Pengejawantahan lebih lanjut dari misi pengembangan nilai-nilai syariah universal itu, menurut Yuslam, bahwa di dalam pengembangan penetrasi bisnis BSM ke daerah-daerah yang didominasi kalangam non muslim, BSM juga mengajak kalangan masyarakat lokal untuk bisa menjadi bagian dari keluarga besar BSM. “Karena kami mengembangkan syariah yang universal, maka di manapun kami berada, termasuk hadirnya kami di tempat-tempat di mana mayoritas masyarakatnya Non Muslim, maka kami pun mendapatkan sukses. Kami juga merekrut pegawai-
pegawai kami dari staf lokal yang Non Muslim saat kami membuka cabang di daerah-daerah mayoritas Non Muslim, seperti di Jayapura, Bali, Manado dan daerah lainnya. Nah, di cabang-cabang itu, BSM itu sukses semuanya! Artinya memang, bahwa kami bukan hanya milik orang Islam. InsyaAllah, kalangan non Muslim pun akan suka dengan produk BSM,” ujar Yuslam sambil menambahkan, bahwa nasabahnasabah BSM di daerah-daerah Non Muslim itu, banyak yang dari pengurus gereja, bahkan juga dari organisasi gerejanya itu sendiri. Yuslam menambahkan, BSM bisa sukses berpenetrasi bisnis di daerah-daerah Non Muslim, karena menurutnya, kesyariahan yang mereka kembangkan adalah bukan parokial, dan juga bukan partikular. “Syariah yang kita kembangkan adalah hal-hal yang semua orang pasti suka, misalnya pelayanan yang baik, dan seterusnya. Namun bukan hanya itu, kita juga menerapkan governance yang baik, dengan tidak ada menerimanerima amplop, atau gratifikasi. Kita sangat ketat menjaga hal-hal semacam ini, sehingga BSM bisa disukai oleh semua kalangan,” kata Yuslam menjelaskan. Ibrahim Aji/Rizky Andriati/Yudi Suharso
Siswanto: Perlu Sosialiasi Produk ke User Salah satu peserta diskusi, Direktur Utama ATT, Siswanto berbagi pengalaman dan aspirasinya kepada bank syariah. Kelompok usaha ATT bergerak di bidang jasa ekspedisi barang baik lokal maupun internasional. “Pernah ada satu anak perusahaan kami membutuhkan dana singkat untuk konser, ke bank konvensional ditolak, padahal syarat sudah lengkap, akhirnya ada satu bank syariah yang mau mendanai”, kata Siswanto berbagi pengalaman. Siswanto tidak menjelaskan detail bagaimana proses pengajuannya ditolak bank konvensional dan lalu diterima bank syariah. Anak perusahaan yang dikisahkannya itu bergerak di industri musik, terkait konser musik. Namun dari pengalamannya tersebut, ia merasakan ada potensi dari bank syariah yang dapat diraihnya sebagai pengusaha. Sayangnya, minim pengetahuannya tentang produk-produk bank syariah. Perlu adanya sosialisasi produk-produk bank syariah bagi kami para user. Pengenalan produk itu penting. Fokuskan kepada masalah produk dan benefit apa yang bisa didapat oleh user seperti kami, mungkin persyaratan yang lebih muda, ringan, dan sebagainya. Juga, apakah ada skemanya ketika kami para pengusaha ini membutuhkan modal saja lalu setelah usahanya berjalan tidak perlu share saham dengan bank syariah atas perusahaan yang kami dirikan sendiri”, kata Siswanto.
Laporan Utama
Demikian beberapa pertanyaan yang diajukan kepada sejumlah informan Non Muslim dalam penelitian yang dilakukan Rizky Wisnoentoro, pakar komunikasi dari Taylor’s University, Selangor--Malaysia. Penelitian itu berjuluk: “Perwajahan Bank Syariah di mata Non Muslim”. Ketertarikan mantan praktisi bank syariah ini untuk meneliti hal tersebut muncul setelah menjadi co-researcher dalam penelitian yang dilakukan Bruce Lawrence, Director of Islamic Study, Duke University, Inggris. Dalam tugas ini, Rizky diamanahi untuk meriset perjalanan Islam di empat negara, termasuk Indonesia. Interaksi bisnis antarbudaya, Corporate Social Responsibility (CSR) dan manajemen reputasi merupakan beberapa poin yang didalami.
untuk menyerap cara pandang dan berpikir orang yang menjadi subyek penelitian. Penelitian Rizky dimulai pada November lalu dengan mewawancara sekitar 10 orang Non Muslim dengan berbagai latar belakang. Dalam hal ini, Rizky memilih informan yang memiliki atribut sosial tertentu dan kuat di bidangnya. Misalnya saja, dia sengaja mewawancarai seorang Non Muslim taat yang dibesarkan di keluarga yang rajin ke gereja. Informan yang dipilih berasal dari segmen ritel dan kelompok middle low di Jakarta.
‘‘
”Dari data ini ada clue untuk bank syariah yang mau menggarap pasar Non Muslim. Mereka ingin melihat bank syariah tapi tidak tahu seperti apa dan bagaimana sistemnya. Mereka tidak menutup diri,” kata Rizky.
Dari penelitian yang masih akan dikembangkan ini terlihat bahwa bias-bias keagamaan begitu kental terasa. Sebagai contoh ada narasumber yang tidak sepakat pembedaan bank syariah dan konvensional. Alasannya, pendirian, syarat dan regulasi perbankan syariah tetap berasal dari Bank Indonesia. Tak beda dengan bank konvensional. Para narasumber sepakat bahwa
‘‘
S
eperti apa perbankan syariah yang dipahami oleh Non Muslim? Apakah ada bank syariah yang dipercaya oleh Non Muslim?
Melukis Wajah Bank Syariah di Mata Non Muslim Dari penelitian ini bisa terlihat dengan jelas bahwa Islam di Indonesia begitu dinamis dan berbeda dengan tiga negara lain yang diteliti yaitu Mesir, Etiopia dan Filipina. Keberagaman suku di Indonesia menjadi pendorong dinamika keber-Islaman di Tanah Air. Belum lagi ada desakan modernitas. Dinamika sosial seperti inilah yang ingin dibawa ke dalam lensa bisnis syariah, terutama bank syariah yang begitu mengedepankan dignity dan identity Islam. Hal ini tentu akan menarik mengingat Indonesia sebagai negara yang high context cultural dan menempel berbagai atribut sosial sehingga bisa melahirkan multiinterpretasi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode fenomenologi yang akar pembelajarannya berasal dari Hegel, filsuf asal Jerman. Dalam ranah moderen, metodenya dikenal juga dengan strategi abductive research. Metode ini menekankan bahwa jumlah tidak penting dalam sebuah penelitian. Dengan begitu, penelitian bertugas melakukan kajian secara mendalam
bank syariah sangat kental dengan ajaran islam. Meski demikian bukan berarti mereka tidak mau sama sekali mencoba berbank syariah. Sejauh ini kendala terbesar untuk bertransaksi di bank syariah adalah ketidaktahuan. ”Dari data ini ada clue untuk bank syariah yang mau menggarap pasar Non Muslim. Mereka ingin melihat bank syariah tapi tidak tahu seperti apa dan bagaimana sistemnya. Mereka tidak menutup diri,” katanya. Rizky mengatakan, dalam penelitiannya ditemukan pula narasumber yang memang benar-benar tidak mau berbank syariah karena menganggap bank syariah hanya untuk muslim dan akan setia berbank konvensional. Meski terkesan keras, menurut Rizky, argumen tersebut sebetulnya tidak boleh diabaikan, malah harus dijadikan refleksi bagi bank syariah di kemudian hari. Dari penelitian ini dapat ditarik pembelajaran bahwa penggarapan pasar Non Muslim tidak bisa dilakukan
dengan melakukan pendekatan halal dan haram. Yang terpenting, bank syariah harus dibumikan dulu. Di sinilah pentingnya intercultural competence. Pasalnya saat ini Non Muslim di Indonesia masih berada dalam level conscious incompetence. Mereka sadar akan kehadiran bank syariah tapi tidak tahu. Tentu saja, kondisi ini tidak boleh disia-siakan oleh industri perbankan syariah di Tanah Air. Salah satu kuncinya adalah mindfulness antara kedua belah pihak yang berbeda basis budaya dengan terbangunnya kesalingpahaman antara bank syariah dan masyarakat Non Muslim dan tidak ada lagi perasaan cemas dan ketidakpastian bagi Non Muslim. Oleh karena itu, menurut Rizky, tidak perlu berbicara mengenai pemasaran above the line dengan promosi jor-joran sebelum pemahaman terbangun. Kalaupun ingin dilakukan promosi maka harus dipikirkan betul bentuk iklan yang berbasis intercultural mulai dari pembahasaannya, lay out, hingga pesan yang ingin disampaikan.
Rizky Andriati edisi desember 2012
Sharing 23
Priority Financial
Muhasabah Finansial Oleh: Achmad Gozali, Perencana Keuangan Syariah Safir Senduk & Rekan
T
ak terasa, tahun 2010 sudah akan berlalu. Sebentar lagi pergantian tahun menuju 2011. Tidak ada yang istimewa dengan pergantian tahun, karena rutin selalu terjadi setiap setahun sekali, waktu akan terus belalu entah kita siap atau tidak. Namun ada baiknya kita gunakan tonggak-tonggak waktu ini sebagai momentum untuk evaluasi dan membuat rencana untuk jangka waktu berikutnya. Bukankah Islam telah mengajarkan kita untuk menghisab diri sendiri sebelum dihisab oleh orang lain? Pertama, mari kita evaluasi bagaimana kondisi keuangan kita selama tahun 2010 ini? Lalu kita buat rencana menghadapi kondisi keuangan di tahun 2011. Oke, mari kita evaluasi bagaimana kondisi keuangan kita selama tahun 2010 ini. Kita mulai dari sisi penghasilan. Berapa persen kenaikan penghasilan Anda pada tahun 2010 ini dibandingkan dengan tahun 2009 yang lalu? Kenapa ini penting? Karena setiap tahunnya harga-harga pasti naik karena inflasi. Selain itu, kebutuhan keluarga juga pasti bertambah dengan adanya perkembangan keluarga yang bertambah anak, maupun bertambah usia yang tentunya juga bertambah besar biaya. Apakah tambahan penghasilan Anda lebih besar dari angka inflasi tahun ini? Apakah selama 2010 ini penghasilan tahunan Anda lebih besar daripada pengeluaran tahunan? Jika ya, maka Anda termasuk beruntung, jika sama saja maka termasuk merugi, tapi jika tidak baik atau bahkan turun maka Anda termasuk orang yang celaka. Selain penghasilan, satu lagi yang harus diperhatikan yaitu investasi atau perkembangan jumlah aset bersih. Apakah aset Anda bertambah, atau justru hutang yang bertambah? Lalu apakah investasi Anda sudah sesuai dengan target rencana keuangan atau belum? Sudah lebih dari inflasi?
24 Sharing edisi desember 2012
Atau malah di bawah inflasi? Karena kalau sama atau kurang dari inflasi, itu tandanya Anda bertambah miskin. Karena aset Anda bukanya bertambah tapi justru tergerus oleh inflasi. Tentunya muhasabah bukan hanya mencari apa yang salah. Yang lebih penting lagi adalah untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengatasinya. Jika masalahnya disebabkan oleh penataan cashflow yang berantakan, tentunya Anda harus mulai duduk bersama seluruh anggota keluarga dan mencari cara terbaik untuk menyelesaikannya. Ada banyak
Cashflow yang defisit itu seperti genting yang bocor, awalnya tak kelihatan sebagai masalah besar, cuma sedikit basah atau menetes. Padahal jika dibiarkan terus, kayu langit-langit menjadi lapuk, rayap pun mulai masuk. Sehingga masalahnya bisa meluas bukan hanya di tempat genting yang bocor saja. buku atau artikel yang bisa dibaca untuk menjadi referensi mengenai bagaimana mengatur keuangan dengan lebih baik. Tidak ada salahnya juga untuk berkonsultasi dengan perencana keuangan untuk mengatasi masalah cashflow. Karena jika dibiarkan, ini adalah masalah kecil yang lama-lama bisa membengkak menjadi masalah besar. Sekarang, mari kita buat rencana keuangan untuk jangka pendek yaitu selama satu tahun ke depan. Pertama, ambil kalender dan lihat tanggal-tanggal penting yang akan terjadi di tahun 2011. Tanggal penting bagi sebuah keluarga tentunya akan berbeda dengan keluarga yang
lainnya. Kapan hari ulang tahun setiap anggota keluarga? Tandai juga tanggal rencana liburan, hari raya, long weekend, pergantian tahun ajaran, juga acara keluarga lainnya. Agar adil, tandai juga tanggal-tanggal tertentu dimana penghasilan Anda lebih dari biasanya. Misalnya kapan bonus tahunan diterima, royalti dari penulisan buku, peak season di perusahaan yang banyak lemburnya, dan sebagainya. Lalu coba buat anggaran kasar saja dulu berapa dana yang akan dihabiskan untuk event-event penting tersebut, dan darimana alokasi dananya. Merayakan ulang tahun sederhana memang tak lebih dari Rp250.000 misalnya, tapi dikali 5 anggota keluarga? Tentu angkanya menjadi besar juga. Berapa yang akan dipakai untuk liburan? dan darimana dananya dialokasikan? Dari bonus, atau korek tabungan? Putuskan juga dari sekarang. Dengan menandai tanggal penting untuk pengeluaran besar dan penghasilan yang tidak rutin, kita bisa membuat rencana cashflow selama satu tahun ke depan. Baik yang rutin, maupun yang tidak rutin. Sehingga tidak ada alasan lagi “ada pengeluaran mendadak” yang sebetulnya sudah bisa diantisipasi sejak jauh hari. Anda sudah tahu bulan mana ada surplus, dan di bulan mana akan ada defisit. Sehingga tidak boros di saat ada surplus tapi alokasikan untuk saat defisit. Bagaimana dengan suku bunga? Sudah lama suku bunga kita stagnan tak bergerak. Kemungkinan akan tetap dijaga stabil, namun kemungkinan naik akan lebih besar daripada kemungkinan turun. Maka tidak ada salahnya kita cek saldo hutang apakah sudah bisa dilunasi atau belum. Maka akhir tahun ini adalah saat yang tepat untuk mulai membuat rencana keuangan, baik untuk jangka pendek selama setahun ke depan, maupun dalam jangka panjang untuk membuat rencana keuangan pendidikan anak, pensiun, haji, dan sebagainya.
Priority Info
Siapa yang Mau Belajar, Pasti Bisa
K
ami merasa sangat beruntung bisa berkunjung ke kediaman Hj. Mamah Maryamah di Cikarang Jawa Barat. Dari penampilannya yang ramah, kami yakin bahwa Ibu Mamah yang pada tahun ini genap berusia 38 tahun adalah sosok Ibu yang menarik dan inspiratif. Ibu tiga anak ini juga pernah bekerja sebagai honorer untuk administrasi pertanahan pada Pemda Cikarang selama lebih dari 10 tahun. Bu Mamah lahir di Cikarang Jawa Barat, terlahir sebagai anak terakhir dari 6 bersaudara. Dimasa kecil beliau, Bu Mamah sudah membantu keluarga dengan berjualan nasi, es geprok dan gorengan untuk pekerja proyek di depan rumah. Ada kejadian yang selalu diingat Bu Mamah, yaitu pernah suatu saat sedang berjualan beliau ketiduran, dan begitu terbangun melihat barang dagangannya dimakan habis oleh sapi yang ada di sekitar situ. Setelah lulus dari SMP, beliau mempunyai tekad, yaitu mau kerja dengan tujuan ingin makan kenyang dan memakai pakaian bagus. Hal tersebut dimulailah dengan membuat lamaran ke pabrik. Untuk kerja di pabrik, anak lulusan SMP harus menggunakan Surat Keterangan dari Kelurahan setempat. Saat mengajukan permohonan surat tersebut, beliau malah ditawarkan kerja oleh Kepala Desa Sukaresmi. Dengan tugas sebagai mengurus rekapitulasi PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dengan upah Rp1.500,- per hari. Dengan keyakinan dan semangat yang tinggi, beliau mempunyai visi saat itu adalah “siapa yang mau belajar, pasti bisa” Setelah lulus SMP beliau menikah pada tahun 1992 di usia 17 tahun. Menikah dengan orang Cianjur yang sedang bekerja di Dinas Peternakan daerah setempat. Dengan perbedaan usia delapan tahun, suami mendukung beliau untuk kembali melanjutkan sekolah. Akhirnya beliau melanjutkan pendidikannya ke SMA Persamaan di Tambun. Kegiatan sekolah dilakukan setiap malam minggu. Menurut suami “jika sudah punya ilmu, maka mau ngapain aja gampang” Dengan berjalannya waktu, beliau diberi kepercayaan untuk menangani bidang pertanahan (membuat akte jual-beli), Hikmah dari melakukan pekerjaan ini adalah banyak sekali ilmu yang dapat diambil. Pada tahun 1998, Bu Mamah resmi berhenti bekerja di Kelurahan Sukaresmi dan dan di tahun 2000 memulai untuk menjalankan usaha keluarga, yaitu bergabung dengan H Mamung (kakak kandung) dalam perintisan Usaha Anshori. Dengan menggunakan
Keluarga besar Hj. Mamah Maryamah (Nasabah BSM Priority) nama Anshori, perusahaan tersebut bergerak dalam bidang “Borongan” (gedung Perusahaan yang ingin dijual, beliau membeli semua barang bangunan yang kemudian barang tersebut di jual kembali atau dirongsokkan). . Dengan modal awal lima ratus ribu rupiah,Bu Mamah menceritakan bahwa modal tersebut adalah dana hasil simpanan saat kerja di desa. Saat itu beliau menginvestasikan hartanya pada emas. Dan saat membutuhkan uang atau modal, beliau menggadaikan emas yang dimilikinya. Dengan berjalannya waktu, di tahun 2006 alhamdulillah usaha “borongan” Bu Mamah semakin lancar dan punya modal sendiri sehingga tidak perlu ada sertifikat yang diagunkan untuk modal. Proses pengagunan sertifikat ini memakan waktu yang lama untuk mencairkan dana yang digunakan untuk modal, sehingga bisa menghambat dalam pelelangan “borongan” gedung. Pada tahun 2007, Bu Mamah pernah mengalami musibah, yaitu dengan mengalami kerugian yang cukup besar. Kejadian tersebut terjadi dimana beliau beserta suami menjalankan ibadah naik haji. Dan mempercayakan usaha yang beliau tinggalkan selama beribadah naik haji kepada kakak kandung beliau. Dari kejadian tersebut beliau mengambil hikmah, yaitu “dalam kerjasama dengan siapapun hati-hati itu sangat diperlukan, sekalipun dengan orang yang sudah sangat kita percaya. Alhamdulilah pada tahun 2009, perusahaan
telah membaik dan memiliki rencana untuk membangun gedung pertemuan/acara. Didasarkan atas pengalaman setiap datang ke undangan di Balai Samudra, tamu yang hadir banyak yang berasal dari Cikarang. Dari situ beliau berpikir bahwa Cikarang sudah seharusnya membutuhkan sebuah gedung pertemuan/acara. Terinspirasi dari bentuk Balai Samudra, beliau memanggil arsitektur untuk membangun gedung yang mirip dengan Balai Samudra di Cikarang. Keberhasilan beliau saat ini dirasakan karena dukungan dari sekeliling dan doa yang luar biasa dari orangtua. Dan tak ketinggalan juga, beliau sangat berterima kasih kepada gurunya yang memberikan beliau inspirasi “rasakan nikmatnya hidup tanpa memiliki hutang. Beli sesuatu sesuai dengan kemampuan”. Di keluarga, Bu Mamah kepada anakanaknya ditanamkan akhlak sedini mungkin. Pada anak pertama beliau mengarahkan untuk terjun ke dunia bisnis. Sehingga akan ada anaknya yang meneruskan usahanya. Pada awalnya sang anak ingin menjadi dokter, namun pada akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke bidang bisnis melalui beasiswa yang diperolehnya. Terkait BSM, beliau merasa pelayanan yang diberikan BSM sudah manis, karena nilai ‘kekeluargaan’ yang diberikan oleh BSM. Harapannya terhadap BSM adalah menyelenggarakan berbagai kegiatan bagi nasabah Priority yang dapat dijadikan sebagai wadah aktualisasi diri dan silaturrahim. Karena, ilmu dan teman adalah aset penting untuk menghadapi berbagai problematika kehidupan. edisi desember 2012
Sharing 25
S U K U K
Di sisi pembiayaan energi listrik ini instrumen sukuk bisa menjadi salah satu pilihan. Di ranah global pun kini mulai diperkenalkan tentang Green Sukuk. Green Sukuk adalah sebuah instrumen investasi yang penggunaannya bertujuan memberikan solusi bagi perubahan iklim lingkungan dan kriterianya mengikuti skema International Climate Bond Standards. Standar tersebut menjadi screening
‘‘
“Indonesia memiliki kebutuhan akan listrik mencapai 334 TWh hingga tahun 2019 mendatang. Kami ingin turut serta membantu mencapai peningkatan tersebut sekecil apapun bentuk kontribusi yang kami mampu dan miliki,” CEO Sewatama, Hasto Kristiyono.
membiayai proyek ramah lingkungan memang menjadi sesuatu hal yang dilirik saat ini. Pasalnya, menurut International Energy Agency, ada kebutuhan dana sekitar 10 triliun dolar AS untuk membiayai proyek ramah lingkungan selama dua dekade mendatang. Mekanisme pembiayaan untuk mendukung program lingkungan ini sejatinya sudah diinisiasi melalui Green Climate Fund yang dimaksudkan untuk menyalurkan dana sebesar
‘‘
M
asih banyak daerah di Tanah Air yang belum terlayani listrik. Kebutuhan listrik Indonesia per tahunnya mencapai 55 gigawatt sampai tahun 2020 atau sekitar 6,8 gigawatt pertahun. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik, mengatakan masih ada sekitar 175 juta masyarakat di Indonesia yang belum terlayani listrik, dengan alasan sulitnya akses untuk pemasangan instalasi listrik.
USD 3 miliar. Sementara pasar obligasi global mencapai USD 95 triliun. Clean Energy Business Council of the Middle East and North Africa (CEBC) bersama dengan Climate Bonds dan Gulf Bond and Sukuk Association pun membentuk Green Sukuk Working Group (GSWG). Tim kerja tersebut bertujuan menyediakan para ahli untuk mengembangkan best practices dan mempromosikan penerbitan sukuk untuk investasi pada proyek lingkungan seperti energi terbarukan
Green Sukuk, Si Instrumen Keuangan Ramah Lingkungan tool bagi para investor dan pemerintah untuk mendukung investasi di perekonomian rendah karbon. Obligasi yang memenuhi standar akan memperoleh sertifikasi Climate Bonds sebagai penanda yang memastikan kontribusi mereka terhadap perekonomian rendah karbon. Prototipe Standar Climate Bonds sendiri sebenarnya telah diluncurkan sejak November 2011 oleh Menteri Energi dan Perubahan Iklim Inggris, Greg Barker. Prototipe tersebut kini baru memuat panduan obligasi bagi proyek pembiayaan listrik bertenaga angin. Namun selanjutnya panduan itu akan dikembangkan pula dengan mengakomodasi proyek bioenergi, energi tenaga surya, dan efisiensi energi. Green Sukuk memuat dua standar yaitu untuk memenuhi mandat kepedulian lingkungan dan kepatuhan syariah. Kebutuhan akan instrumen utang bertema ‘hijau’ yang digunakan untuk
26 Sharing edisi desember 2012
USD 100 miliar per tahun sampai 2030 untuk proyek-proyek yang concerned terhadap perubahan iklim di negara berkembang. Tetapi sampai saat ini belum pasti siapa yang akan menjalankan program itu. Di sinilah Green Sukuk masuk mengisi ceruk pasar tersebut. Sean Kidney, seorang co-founder Climate Bonds yang bergerak di green bonds organization, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir perhatian dunia teralih ke isu lingkungan. “Kesadaran akan risiko makro perubahan iklim berarti memberikan pilihan antara produk bahan bakar fosil dan green product, dimana rasio risiko dan rewardnya sama, maka mereka akan memilih green product,” kata Sean. Para pendukung Green Sukuk menyatakan bahwa obligasi ramah lingkungan diperkirakan dapat menarik dana sekitar USD 300 miliar untuk proyekproyek lingkungan. Di akhir 2011 pasar green bond baru mencapai sekitar
dan clean tech projects. Sejumlah negara di Timur Tengah pun mulai bergerak mendukung green sukuk. Arab Saudi berencana menginvestasikan dana sedikitnya USD 100 miliar untuk sumber daya clean energy selama satu dekade. Hal itu diikuti pula oleh Uni Emirat Arab dan negara-negara di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah. Dubai berencana menerbitkan sukuk untuk membiayai pembangkit tenaga surya, tanaman biogas, dan peralatan efisiensi listrik untuk rumah tangga. Oleh karena itu, peluang tersebut membuka sejumlah proyek-proyek di kawasan itu untuk dibiayai dengan sukuk. CEBC pun akan membantu para investor agar lebih mudah mengidentifikasi peluang tersebut. Perwakilan Gulf Bond and Sukuk Association, Michael Grifferty, mengatakan bahwa minat pada investasi beretika dan kepatuhan
S U K U K
terhadap prinsip syariah kini semakin meningkat. “Green sukuk dapat mendukung tren ini dengan memperluas range ketersediaan instrumen keuangan dan membantu strategi pengembangan nasional dengan menawarkan pembiayaan jangka panjang bagi proyek infrastruktur yang penting,” kata Michael.
Perusahaan Listrik Swasta Mulai Lirik Sukuk
Di Indonesia, perusahaan yang bergerak pada penyediaan jasa ketenagalistrikan terpadu, yaitu Sumberdaya Sewatama (Sewatama) pun menerbitkan sukuk sebagai salah satu alternatif pembiayaan. Pada 24 Oktober 2012 anak perusahaan PT ABM Investama Tbk. (ABM) melakukan penawaran umum surat utang sebanyak-banyaknya sebesar Rp1 triliun. Jumlah tersebut terbagi menjadi obligasi konvensional sebanyak 80 persen dengan tenor tiga dan lima tahun dan 20 persen merupakan sukuk ijarah dengan tenor lima tahun. Penjamin Pelaksana Emisi Sukuk Sewatama adalah Mandiri Sekuritas dan DBS Vickers Securities Indonesia. Director-Head of Investment Banking PT Mandiri Sekuritas, Dadang Suryanto, mengatakan di pasar masih ada investor syariah yang mencari instrumen sukuk. Keputusan untuk menerbitkan sukuk untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan Sewatama pun dinilai menjadi salah satu alternatif pembiayaan yang masih prospektif. Dadang menuturkan Sewatama memiliki rekam jejak kinerja yang baik. Dalam periode 2007 sampai 2011 pendapatan Sewatama bertumbuh pesat dari Rp 427 miliar menjadi Rp 1 triliun. Sampai Juni 2012, perusahaan juga sudah membukukan pendapatan sebesar Rp 591 miliar dan laba bersih sebesar Rp 92 miliar. “Ini menjadikan penerbitan obligasi dan sukuk ijarah ini layak untuk dilirik,” lanjut Dadang. Dana sukuk ijarah Sewatama yang mendapat peringkat idA(sy) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) akan dimanfaatkan untuk pembayaran utang bank dan modal kerja. Dana yang diperoleh dari penerbitan sukuk
1.000 MW = kapasitas terpasang Sewatama.
sebanyak 60 persen akan digunakan untuk membayar utang kepada Bank Mandiri sebesar Rp 343,888 juta, sisanya sebesar 40 persen akan dipakai untuk modal kerja. Menurut Direktur PT DBS Vickers Securities Indonesia, Tjeng Susanty Wijaya, Sewatama merupakan perusahaan pertama dalam industrinya yang terjun ke pasar obligasi. Hal ini akan menambah gairah dunia pasar obligasi di Indonesia dikarenakan jenis obligasi yang ada akan semakin beragam di pasar yang memungkinkan para investor untuk melakukan diversifikasi portfolio investasi. “Peringkat dari Pefindo yang diraih oleh perseroan sudah berada di atas rata-rata country rating yang merupakan tingkatan peringkat investasi yang sangat menarik,” jelas Tjeng. Presiden Direktur Sewatama,Hasto Kristiyono, mengatakan bahwa peluncuran obligasi Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 dan sukuk ijarah Sumberdaya Sewatama I Tahun 2012 merupakan salah satu strategi perusahaan untuk bertumbuh, sehingga dapat membantu rencana peningkatan pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat, baik kebutuhan rumah tangga maupun industri nasional. “Indonesia memiliki kebutuhan akan listrik mencapai 334 TWh hingga tahun 2019 mendatang. Kami ingin turut serta membantu mencapai peningkatan tersebut sekecil apapun bentuk kontribusi yang kami
mampu dan miliki,” lanjut Hasto. Sewatama menetapkan underlying sukuk pertamanya tersebut berupa genset yang sebagian besar disewa oleh PLN. Direktur dan Chief Financial Officer Sewatama, Samuel Triswandi, mengatakan genset yang menjadi underlying adalah genset yang disewa oleh PLN. “Underlying genset sebagian besar disewa PLN dan kita ketahui peringkat surat utang mereka AA+, jadi cukup untuk membiayai tingkat imbalan sukuk ijarah yang ada,” kata Samuel. Dalam prospektus sukuk ijarah Sewatama memberikan imbal hasil sebesar Rp 90 juta sampai Rp 100 juta per tahun untuk setiap pembelian sukuk Rp 1 miliar. Hasto menuturkan dalam penerbitan sukuk berdenominasi rupiah pihaknya membidik target investor perbankan syariah, aset management reksadana syariah, hingga investor perorangan. Namun untuk investornya masih difokuskan di dalam negeri. Pada pertengahan 2012, kapasitas listrik terpasang Sewatama telah mencapai lebih dari 1.000 MW yang tersebar di lebih dari 800 generator set di lebih dari 200 lokasi rental, serta ratusan pompa dewatering dan lokasi operation dan maintenance aset kelistrikan. Jenis usaha pembangkit listrik yang dilakukan oleh Sewatama meliputi pembangkitan berbahan bakar gas, batubara, diesel dan energi terbarukan melalui tenaga mini hidro di kawasan Indonesia Timur. (Dari berbagai sumber) edisi desember 2012
Sharing 27
S O S O K
L
ama menjadi bankir konvensional selama lebih dari dua dasawarsa, lalu diberikan penempatan sebagai pimpinan sebuah bank umum syariah, hal itu ternyata mampu membuat Dinno Indiano – Direktur Utama BNI Syariah menjadi terketuk hatinya. Terketuk hati karena apa? Tentu sebagai seorang Muslim, Dinno menyadari, bidang kerjanya yang baru ini sedikit banyak akan terkait dengan tanggung-jawab pribadinya sendiri sebagai Muslim. “Yang terlintas dibenak, saya mesti lebih baik sholatnya, juga harus lebih
manageable. Artinya masih seksi untuk di-manage. Karena apabila bank sudah menjadi seperti kapal induk, atau sudah terlalu besar, akhirnya di-manage-nya tidak mudah. Namun di BNI Syariah, kita punya total cabang dan outlet 202 unit di akhir 2012, dengan karyawan 3.000 orang, dimana sebagian besar di mikro. Itu menurut saya masih manageable,” papar Dinno. Selain itu, menurut Dinno, dengan pangsa pasar bank syariah di Indonesia saat ini yang masih relatif kecil - yaitu masih dibawah 5% -, maka hal itu membuat prospek pertumbuhan bank
Dinno Indiano
bisnis, network, dan bidang-bidang lainnya. “Tujuan saya, jangan sampai bisnis ini menjadi tidak efisien! Bisnis kita belum besar, maka kalau dimulai dengan tidak efisien, kedepannya akan menjadi snowball. Misalnya, dari sisi SDM. Kami melakukan mapping terhadap karyawan, sehingga nantinya semua karyawan harus punya kontribusi, dan tidak menjadi high cost,” tegas Dinno. Dinno memang mengaku sangat concern untuk melakukan pembenahan SDM di BNI Syariah. Ia bahkan
“Passion, Kunci Sukses Menjadi Bankir” Passion adalah kata yang menjiwai diri saya saat menjadi seorang bankir. Dan, passion ini harus dimunculkan dari diri kita sendiri, bukan perusahaan. Dengan mempunyai passion dan mencintai pekerjaan, maka kalau perusahaannya menjadi bagus, pasti jabatan akan mengikuti. Dinno Indiano – Dirut BNI Syariah. realistis, serta harus lebih menata kehidupan spiritual saya pribadi. Karena saya akan berada di sebuah bank yang bukan hanya sekedar banking business, tapi ada dasar-dasar faith syariahnya. Makanya saya harus menata diri,” begitulah penuturan Dinno saat ditemui Sharing di ruang kerjanya barubaru ini di Jakarta. Hal di atas tentu dari perspektif religi pribadi Dinno. Namun dari sisi perspektif bisnisnya, Dinno justru menganggap penempatannya di bank syariah ini sangat menantang. Terlebih kondisi kinerja BNI Syariah nya - saat ia warisi pertengahan 2012 lalu, dalam keadaan relatif cukup bagus. “Yang menarik, waktu saya mulai masuk di BNI Syariah, asset bank ini lebih dari Rp. 8,2 triliun. Saya bilang, bank ini
28 Sharing edisi desember 2012
yang dipimpinnya ini masih sangat terbuka luas. “Jadi, ruang untuk growthnya, masih sangat besar. Kita tidak perlu bilang soal kendalanya, karena kendala itu adalah nomor dua. Artinya, kami masih punya kesempatan untuk lebih besar dengan lebih cepat,” paparnya.
Profesionalisme di segala bidang
Sebagai seorang bankir senior yang telah berpengalaman memimpin sebuah bank, Dinno didalam mengemban amanah memimpin BNI Syariah, dirinya langsung menekankan soal profesionalisme dan efisiensi kerja kepada para manajemen dan stafnya. Kedua hal yang tentunya sangat erat dengan nilai-nilai Islami. Dinno mengaku dirinya langsung melakukan re-mapping semua bidang di BNI Syariah, mulai dari people (SDM),
S O S O K
menginstruksikan jajaran divisi human capital di BNI Syariah untuk membangun sistem Key Performance Indicator (KPI), untuk bisa mengukur produktifitas kerja dari karyawan. Kemudian dari sisi bisnis, Dinno menekankan, bahwa bisnis-bisnis yang dijalankan BNI Syariah harus punya kontribusi. “Semuanya harus produktif, seperti produk pembiayaan dan funding. Untuk pembiayaan, bila terdapat NPF, maka harus dikejar penagihannya. Jadi akuntasinya hapus buku itu, bukan berarti hapus tagih. Harus kita maksimalkan penagihannya. Karena kalau didiamkan, ibarat yang tadinya masih daging, mungkin tinggal tulang di berikutnya,” tegasnya. Untuk bisnis di funding, lanjut Dinno, juga harus diconcernkan. “Karena apabila dananya terlampau besar di deposito, maka margin akan semakin kecil kecuali kita bisa melempar deposito tersebut ke pembiayaan secara optimal. Kalau kita lihat kondisi BNI Syariah, kita lebih besar funding dari pembiayaan. Dan kalau yang besar di deposito, maka akan berat, karena kita jadi membayar lebih banyak ke customer. Jadi itu yang kita harus perbaiki,” papar Dinno lagi. Selain itu, Dinno juga sangat concern untuk melakukan optimalisasi dari outlet-outlet yang ada di BNI Syariah agar tidak terjadi in-efisiensi bisnis. “Outlet BNI Syariah ada 223 unit sampai dengan Oktober 2012. Nah, apakah, semua outlet itu sudah produktif? Jangan-jangan kita punya banyak outlet hanya sekedar eksistensi? Saya tidak mau begitu, karena outlet semuanya harus produktif. Dalam hal ini, saya tidak usah turun ke lapangan, yang penting semua harus berpikiran sama, mulai dari direksi, divisinya, cabangnya sampai ke individunya. Jadi yang utama adalah semuanya harus mampu menyatukan visi,” tegasnya lagi.
Mencintai pekerjaan
Sebelum menjadi Dirut BNI Syariah, Dinno sudah lama berkecimpung di dunia perbankan. Tepatnya sejak tahun 1985, ia sudah menjadi bankir di Bank Niaga. Di bank ini Dinno berkarir mulai dari account officer sampai menjadi pemimpin divisi di kantor pusat. Boleh dibilang, karakter bankir Dinno banyak terbentuk di Bank Niaga ini.
Ia lalu hijrah ke Bank Danamon dan sempat ditugaskan menjadi pimpinan bank ini di wilayah Indonesia Bagian Timur. Setelah itu, ia sempat menjadi Komisaris Utama di Bank Swaguna, sebelum menjadi Direktur Utama di Bank Kesawan. Karir Dinno yang lama berkecimpung di bank swasta, lalu mulai putar haluan dengan hijrah berlabuh ke sebuah bank BUMN, setelah ia menerima tawaran menjadi Kepala Divisi Usaha Menengah di Bank BNI. Dan baru pada Juni 2012 lalu, Dinno dipercaya bank pelat merah ini untuk menjadi Direktur Utama BNI Syariah, anak perusahaan Bank BNI. Sebagai pimpinan BNI Syariah, menurut Dinno, dirinya selalu mengedepankan passion terhadap pekerjaan. Hal itu adalah yang utama dan yang menjiwai dirinya sebagai seorang bankir. Hal itu juga sudah dilakukan Dinno sejak lama di bank-bank sebelumnya karena Dinno selalu berprinsip, bahwa apa pun bidang pekerjaan yang ia kerjakan, harus dilakukan dengan passion. “Ketika kita memiliki passion pada pekerjaan, hal itu akan membuat kita lebih mencintai karya kerja kita dibandingkan pangkat atau jabatan. Dan, passion ini harus dimunculkan dari diri kita sendiri, bukan perusahaan. Karena itu, saya selalu bilang, bahwa diri saya harus selalu punya passion terhadap pekerjaan, dan bukan passion di jabatan. Karena berbahaya kalau seseorang punya passion-nya itu di jabatan atau di pangkat. Passion itu harus di pekerjaan! Dengan mempunyai passion dan mencintai pekerjaan, maka kalau perusahaannya menjadi bagus, pasti jabatannya akan mengikuti,” demikian filosofi Dinno. Karena itu, Dinno mengaku selalu berusaha menularkan spirit passion terhadap pekerjaan ini kepada segenap jajarannya di BNI Syariah. Karena ia menginginkan karyawannya lebih mengejar optimalisasi di dalam bekerja, dan bukannya mengejar jabatan, pangkat, atau income yang besar.
Kemandirian si anak tunggal
Dinno lahir di Bloomington pada 19 Agustus 1960. Ia adalah anak tunggal. Kedua orangtuanya adalah Dosen di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Tak heran, saat ia kuliah, ia
pun memilih Unpad sebagai pilihan kampusnya. Ia mengambil kuliah di Fakultas Ekonomi (FE) pada tahun 1979. Ia juga sempat merangkap kuliah di Fakultas Hukum (FH) Unpad, Namun demikian akhirnya ia memilih fokus pada kuliah SE-nya yang diselesaikannya pada tahun 1985. Dinno mengaku, sebagai anak tunggal hal itu cukup berpengaruh didalam membentuk karakter pribadinya menjadi seorang pribadi mandiri. “Karena saya anak tunggal, saya harus survive terhadap diri saya sendiri dan menghadapi lingkungan. Karena anak tunggal tidak bisa minta bantuan kakak, karena tidak ada kakak. Juga tidak bisa membawa bala bantuan dari adik, karena nggak punya adik. Juga tidak bisa mengharap terus bantuan dari orangtua. Jadi artinya kita selalu sendiri untuk survive. Dan ini ternyata berpengaruh membentuk karakter kemandirian bagi saya,” jelas Dinno. Dinno juga bercerita, bahwa pengaruh ajaran dari kedua orangtuanya sangat berarti terhadap karakter dirinya. Karena ayahnya, (Alm) H Soetirto Sadikin, selalu menanamkan sikap sabar dan bersyukur terhadap karunia Allah SWT. Sementara ibunya, Hj. Incke Supraptini, selalu mengajarkan passion dan juga semangat yang tinggi di dalam menghadapi kehidupan. Sehingga, kalau Dinno saat ini terbentuk menjadi sesosok karakter yang mandiri, kuat dan mempunyai passion yang tinggi di dalam pekerjaannya, hal itu antara lain bersumber dari pengaruh latar belakang masa kecilnya itu. “Kuncinya bersyukur terhadap apa yang Allah SWT telah berikan. Bagaimana pun manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan,” demikian Dinno menerangkan prinsip hidupnya. Dinno yang merupakan ayah dari Aditya (gitaris Maliq & D Essential) dan Adinda (mahasiswi), mengaku dirinya adalah seorang family man. Karena ia lebih senang menghabiskan waktu senggangnya bersama keluarga. “Kalau anak saya yang pemusik itu manggung, saya suka menyempatkan diri menonton. Saya juga suka berkumpul bersama keluarga, makan malam bersama istri dan anak-anak di rumah, atau pergi ke mal bersama-sama”.
Yogie Respati/Yudi Suharso edisi desember 2012
Sharing 29
P E R I ST I WA
A N A L I S A
D
irektur Utama BSM Yuslam Fauzi dalam acara ini mengatakan, tasyakuran milad ke-13 ini merupakan bentuk syukur insan BSM atas beberapa hal. “Kami bersyukur atas prestasi Indonesia, negara dengan umat Islam mayoritas, tingkat religiusitas paling baik dibanding umat Islam di Timur Tengah, Eropa, Afrika dan benua lain, fundamental ekonomi yang baik, iklim demokrasi baik, dan sumber daya alam yang berlimpah,” ujar Yuslam. Selain itu, Yuslam menambahkan, insan BSM harus bersyukur atas pencapaian kinerja perusahaan. Dengan bersyukur, kata Yuslam, insan BSM bisa bekerja lebih baik lagi untuk perusahaan dan untuk bangsa Indonesia.
“Greater Ways for Greater Indonesia” Bank Syariah Mandiri (BSM) menggelar acara Tasyakuran dalam rangka memperingati Milad ke-13-nya, pada 1 November 2012 lalu di Gedung BPPT Jakarta. Acara ini diikuti oleh seluruh karyawan BSM dari kantor pusat, perwakilan kantor cabang se-Jabodetabek, serta jajaran direksi dan komisaris dari bank syariah terbesar di tanah air ini. Pada momen yang sama, Komisaris Utama BSM – Ahmad Marzuki menghimbau agar insan BSM terus memperbaiki diri.”Kita perlu bersamasama meningkatkan kompetensi, meningkatkan kemampuan kerja dengan sebaik-baiknya, karena banyak hal yang harus kita sempurnakan. Kita juga harus menjadi orang yang terpercaya sebagai bankir,” tegas Marzuki. Ahmad Marzuki menambahkan, selama 13 tahun berdirinya BSM, bank ini telah memberikan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat luas. “Cabang-cabang BSM sudah ada dimana-mana. Karena itu, kita mutlak memperbaiki integritas diri, menanamkan kejujuran, dan melayani dengan hati. Karena bankir itu tugasnya adalah melayani,” tambahnya. BSM sendiri mulai berkiprah dalam kancah industri perbankan syariah di tanah air sejak 1 November 1999 silam. Dari rentang waktu yang telah dilalui tersebut, tercatat hingga Agustus 2012, coumpounded annual growth rate (CAGR) atau rata-rata pertumbuhan BSM per tahun adalah sebagai berikut; aset 45,88%, pembiayaan 51,56%, dan dana pihak ketiga (DPK) 60,15%. Adapun pertumbuhan industri
30 Sharing edisi desember 2012
perbankan syariah per tahun antara lain aset 47,07% pembiayaan 48,18% dan DPK 50,76%. Sementara itu, market share BSM pada industri perbankan syariah per Agustus 2012 tercatat sebagai berikut; aset 30,80%, pembiayaan 32,32% dan DPK 34,81%. Sementara itu aset BSM per September 2012 tercatat Rp51,204 triliun. Aset tersebut ditopang oleh Pembiayaan Rp41,82 triliun dan DPK Rp44,54 triliun. BSM mengalokasikan sebagian besar pembiayaan ke segmen nonkorporasi (UMKM) sebesar 73,93% dan sisanya ke segmen korporasi sebesar 26,07%. Pada saat yang sama, outlet BSM berjumlah 713 yang terdiri atas 128 kantor cabang (KC), 426 kantor cabang pembantu (KCP), 48 kantor kas (KK), 9 konter layanan syariah (KLS) dan 102 payment point (PP). BSM ditopang sumber daya insani (SDI) lebih dari 15.000 orang. Sementara itu, Yuslam juga memaparkan kondisi ekonomi Indonesia ke depannya, merujuk kepada data Bank Dunia. Di antara Negara-negara G-20, potensi pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia tergolong cukup tinggi
mencapai 15%. Dengan pertumbuhan tersebut, Indonesia akan menjadi Negara maju pada 2030! Indonesia ditopang oleh 202 juta penduduk Muslim atau mayoritas populasi Muslim dibanding Afrika dan Timur Tengah. Dengan kondisi tersebut, pertumbuhan perbankan syariah Indonesia ke depan masih sangat potensial. Untuk menggapai momentum itu, perbankan syariah harus memperkuat kompetensi SDI dan integritas. Oleh karena itu, spirit milad BSM ke-13 adalah Integrity, Gratefulness dan Ownership (iGo). Sementara tema kegiatan milad BSM adalah Greater Ways for Greater Indonesia. Karena Indonesia akan menjadi Negara besar. Dan untuk mencapai Negara Besar, bangsa Indonesia harus menempuh cara-cara yang hebat. “Mudah-mudahan dengan dukungan seluruh masyarakat dan stakeholders yang semakin baik, BSM terus menunjukkan kinerja yang semakin baik untuk menjadi bank kebanggaan kita semua, bangsa Indonesia tercinta,” demikian Yuslam Fauzi. Pada momen tasyakuran milad BSM ke-13 ini, BSM secara simbolis juga memberikan bantuan beasiswa kepada para mahasiswa berprestasi. Yudi Suharso
P EI R WA A S AI O NN AA L IL S A N ITSETRI N
S
haron Brown begitu bersemangat mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Rockaway Park, New York, Amerika Serikat di tengah situasi kota ’Big Apple’ yang porak-poranda akibat diterjang Badai Sandy. Sharon (33) yang sehari-hari berprofesi sebagai perawat menyaksikan sendiri bagaimana air menerjang lingkungan rumahnya saat badai itu datang pada akhir Oktober lalu dan kemudian dia beserta anak-anaknya melewati harihari yang tidak ringan usai bencana. Namun semua itu tidak sedikit pun menyurutkan niatnya menyalurkan hak suara dalam pemilu presiden 2012 pada Selasa (6/11). Pengalaman melewati bencana alam justru memompa semangatnya untuk berpartisipasi dalam pemilu. “Selamat dari badai itu, dan menyaksikan langsung air yang terus naik, hal ini benar-benar membuat Anda berpikir harus memilih,” kata Sharon di tempat pemungutan suara di wilayah Queens, salah satu wilayah yang terkena dampak Badai Sandy
Pesta Demokrasi di Tengah Badai Sandy Bagi Sharon sendiri, bisa sampai ke lokasi pemungutan suara adalah perjuangan. Apalagi sebenarnya lokasi itu tidak sesuai dengan domisilinya. Namun dia memilih untuk pergi ke sana karena mempertimbangkan bahan bakar gas yang disetok di mobilnya untuk bisa sampai ke lokasi pemungutan yang benar.
terburuk, seperti dikutip dari Reuters. Di lokasi pemungutan suara itu, proses pemilu berjalan lancar meski banyak kendala. Kegiatan pemungutan suara tertunda hampir satu jam karena panitia berusaha menyalakan generator listrik. Namun sia-sia. Warga harus mengisi kertas suaranya dalam kegelapan.
Karena kondisi darurat, korban badai Sandy diperkenankan tidak memilih di TPS yang sesuai domisilinya. Hal ini sesuai instruksi Gubernur New York Andrew Cuomo untuk memudahkan para korban menyalurkan hak suaranya. Motivasi yang besar juga ditunjukkan Paul Ciccarello, pensiun polisi yang dalam musibah ini harus kehilangan
rumahnya di Breezy Point, Rockaways. Ciccarelo harus menempuh perjalanan selama satu jam untuk bisa sampai ke TPS. “Saya tidak pernah absen dalam setiap pemilu sejak usia 18 tahun,” katanya. Lain lagi cerita yang dilewati Dan Dickensheid (61 tahun). Sudah hampir sepekan dia hidup tanpa mesin pemanas dan aliran listrik. Namun dia tidak patah semangat untuk ke bilik suara. ”Saya berpakaian dalam kegelapan dan saya berjalan menuju tempat ini dalam kegelapan,” katanya. Sebelumnya pemerintah New York mengumumkan bahwa warga korban edisi desember 2012
Sharing 31
I N T E R N A S I O N A L
badai Sandy di New Jersey dan New York bisa memberikan hak politiknya lewat surat elektronik dan faksimile. Bahkan Gubernur New Jersey Chris Christie menginstruksikan aparat pemerintahan untuk tetap membuka kantor mereka di akhir pekan, untuk memungkinkan para korban Sandy bisa memberikan suaranya lebih awal. Kemudahan ini dilakukan agar jumlah partisipasi dalam pemilihan presiden tetap tinggi. Badai Sandy yang mulai menghantam pada Selasa (30/10) di sebagian wilayah
‘‘
publik di sejumlah wilayah. Musibah badai Sandy memang memberikan berita duka bagi warga Amerika. Namun hal itu tidak menyurutkan kemeriahan pesta demokrasi di Negeri Abang Sam. Para pendukung masing-masing calon presiden berkumpul di sejumlah lokasi di pelosok negeri untuk menyaksikan penghitungan suara dan menantikan detik-detik pengumuman kemenangan kandidat presiden ke-45 hingga akhirnya diketahui Barack Obama memimpin perolehan suara dan memenangi pemilu. Para pendukung
Di Hotel Kempinski, Kedutaan Besar Amerika menggelar perayaan penghitungan suara pemilu presiden. Ruang Ballroom didekorasi dengan berbagai pernak-pernik pemilu. Ada bilik suara, kotak suara, bahkan kertas yang harus diisi dalam pemilih. Bilik suara dijaga petugas yang siap menjelaskan mengenai proses pemilu Amerika yang ternyata tidak sederhana. Di tengah-tengah ruangan didirikan sejumlah booth dengan berbagai tema. Ada booth swing voters yang
”Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel mengatakan hubungan Indonesia dengan Amerika akan terjalin baik siapapun pemimpin Amerika. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, Amerika memang terus meningkatkan kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. ”Kami sangat senang melihat perkembangan yang baik dari hubungan AS dan Indonesia,” kata Scot Marciel.”
‘‘
32 Sharing edisi desember 2012
I N T E R N A S I O N A L
Amerika telah menewaskan lebih dari 100 orang di Amerika dan Kanada. New York dan New Jersey merupakan dua kota yang terkena dampak terparah. Musibah ini telah meredam rumah, memutus aliran listrik dan transportasi
Obama di seluruh penjuru Amerika pun bersorak. ’Pemilu Amerika’ di Jakarta Gegap gempita pemilu presiden Amerika juga dirasakan di Jakarta.
petugasnya menjelaskan kepada pengunjungi mengenai suara yang bisa berubah-ubah dalam pemilu tergantung ikhtiar sang kandidat. Ada juga booth yang petugasnya menjelaskan mengenai hak suara dalam demokrasi Amerika.
edisi desember 2012
Sharing 33
I N T E R N A S I O N A L
Di sisi kanan dibuat replika ruangan kantor presiden Amerika di Gedung Putih. Tentu saja, bagian ini menjadi pilihan bagi para pengunjung untuk mengabadikan diri. Objek lain yang dituju untuk memotret adalah replika dua kandidat baik Presiden Barack Hussein Obama maupun Mitt Romney. Sejumlah suvenir menarik juga disediakan bagi pengunjung seperti pin Barack Obama dan Mitt Romney.
hubungan Indonesia dengan Amerika akan terjalin baik siapapun pemimpin Amerika. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, Amerika memang terus meningkatkan kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. ”Kami sangat senang melihat
Beberapa tokoh nasional terkemuka turut hadir dalam perhelatan ini, di antaranya Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin dan mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel mengatakan
perkembangan yang baik dari hubungan AS dan Indonesia,” kata Scot. Acara ini berakhir seiring kantor berita CNN mengumumkan kemenangan Obama dalam pemilu presiden ini. Tepuk tangan membahana. Ruangan menjadi berwarna-warni dengan balon-balon biru, putih dan merah. Sorak-sorai tidak hanya diteriakkan warga Amerika yang hadir di sana, tetapi juga orang-orang Indonesia. Seperti diketahui, Obama memang memiliki hubungan piskologis yang tinggi dengan Indonesia. Semasa kecil, dia pernah tinggal di Indonesia mengikuti ayah tirinya yang berkebangsaan Indonesia Lolo Soetoro.
Rizky Andriati
Ada Apa dengan November dan Selasa?
P
emilu Amerika Serikat memiliki satu rahasia kecil. Ternyata, hajatan demokrasi di Negeri Abang Sam itu selalu digelar pada hari Selasa pertama bulan November. Tambahannya lagi, Selasa pertama itu harus menjadi Selasa pertama setelah Senin pertama. Seperti sebuah tradisi, hal ini sudah berlangsung sejak 1845. Pemilihan waktu pemilu ini tidak terlepas dengan sejarah bangsa Amerika. Dahulu kala, Amerika adalah negeri agraris. Sebagian penduduknya bekerja sebagai petani. Dengan latar belakang ini, para pengambil keputusan di Amerika menghitung-hitung kapan bulan yang paling tepat bagi petani untuk bisa meninggalkan ladang mereka menuju bilik suara. Biasanya, para petani di Amerika mulai sibuk menanam pada musim semi. Pada musim panas, proses pengelolaan, pemupukan dan panen baru dimulai. Dengan demikian, aktivitas pertanian bisa diselesaikan pada bulan November. Di bulan ini, petani memiliki banyak waktu luang, baik untuk bersantai, berplesir dan tentunya berpartisipasi dalam pemilu. Lalu, hari Selasa dipilih karena para pembuat Undangundang di Amerika memikirkan jarak yang harus ditempuh penduduk di pelosok untuk bisa mengikuti pemilu. Tentu saja, kondisi di Amerika tidak sebaik seperti hari ini. Jalan-jalan di pedesaan tidak semulus sekarang. Kebanyakan penduduk di desa-desa harus melewati
34 Sharing edisi desember 2012
perjalanan jauh untuk bisa ke pusat kota guna menyalurkan hak suara mereka. Kondisi seperti inilah yang membuat para pengambil keputusan akhirnya memilih hari Selasa untuk dilaksanakan pemilu. Hari Senin dianggap kurang tepat. Karena bila pemilu digelar di hari Senin maka sejak hari Minggu warga Amerika sudah harus pergi dari desa atau rumah mereka untuk memilih. Padahal, pada hari Minggu mereka masih harus ke gereja. Pertanyaan selanjutnya mengapa juga harus digelar pada hari Selasa pertama setelah hari Senin pertama. Para pembuat hukum ketika itu ingin menghindari pelaksanaan pemilu jatuh pada hari pertama di bulan November karena dua asalan. Pertama, tanggal 1 November diperingati sebagai Hari Semua Orang Kudus dan merupakan hari libur bagi pemeluk agama Katolik. Apabila 1 November jatuh pada hari Selasa, maka pemilu tidak akan dilakukan pada hari itu. Karena hari Selasa pada tanggal ini bukanlah hari Selasa setelah hari Senin pertama pada bulan November. Pertimbangan lain, hampir semua pedagang pada saat itu umumnya sibuk melihat rekening pembukuan mereka sejak mulai dari tanggal 1 setiap bulan. Sepertinya, Kongres Amerika khawatir kesuksesan maupun kegagalan bisnis pada bulan sebelumnya mempengaruhi pilihan para pengusaha sehingga berdampak pada suara di pemilu. Rizky Andriati
P E R I S T I WA
A N A L I S A
P
engembangan keilmuan dan sosialisasi asuransi syariah selama ini masih sangat kurang di tanah air. Selama ini, untuk industri ekonomi syariah, bidang perbankan syariahlah yang jauh lebih mendominasi, baik didalam pengembangan keilmuannya, maupun sosialiasinya ke masyarakat luas. Karena itulah, tak mengherankan dalam sebuah survey internal yang dilakukan sebuah perusahaan asuransi nasional berskala besar terhadap masyarakat, ternyata hanya 1% dari responden yang di-survei itu, memiliki asuransi jiwa syariah. Data dari survei itu juga mengatakan, bahwa sebagian besar respoden tidak tertarik memiliki asuransi jiwa syariah, karena mereka ternyata tidak mengerti mekanisme atau produknya.
Roadshow Seminar Islamic Insurance Community - MES
Mewujudkan Komunitas Peduli Asuransi Syariah Pengembangan keilmuan dan sosialisasi asuransi syariah masih sangat minim di tanah air. Untuk itulah, MES membentuk program Islamic Insurance Community. Seperti apakah wujud dari program tersebut? “Beranjak dari latar belakang pengembangan keilmuan dan sosialisasi asuransi syariah yang masih sangat kurang, serta masih minimnya pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah, maka kami dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) membuat program Islamic Insurance Community, yang bertujuan lebih menggalakkan pengenalan masyarakat terhadap asuransi syariah di tanah air,” demikian dijelaskan Direktur Eksekutif MES – Achmad Iqbal kepada Sharing. Menurut Iqbal, rangkaian kegiatan dari Islamic Insurance Community adalah berupa Roadshow Seminar Islamic Insurance Community, yang telah diselenggarakan di Kampus Perbanas Institute, Kuningan, Jakarta Selatan pada 13 November 2012 lalu. Kegiatan seminar di Perbanas ini merupakan seminar pembuka dari total seluruhnya 4 seminar, yang berikutnya akan diselenggarakan di Universitas Gunadarma, Universitas Negeri Jakarta, dan UIN Syarief Hidayatullah. Selain seminar di 4 kampus tersebut, terkait dengan program Islamic
Insurance Community ini, MES juga mengadakan lomba blog dan lomba cerpen yang temanya mengacu kepada roadshow seminar asuransi syariah tersebut di atas. Menurut Iqbal, dengan lomba blog dan cerpen tersebut, diharapkan pemahaman mengenai asuransi syariah ini, tak hanya sekedar berhenti pasca usainya seminar, melainkan bisa dilanjutkan oleh para intelektual muda dengan cara membuat artikel/tulisan tentang asuransi syariah, yang nantinya bisa di- share dan diakses secara on line ke masyarakat luas. Seminar Islamic Insurance Community di Perbanas sendiri mengambil tema “Benarkah Asuransi Syariah Melawan Takdir?”. Hadir sebagai pembicara disini adalah Drs. Agustianto M.Ag (Pengurus Pusat MES) dan Ah. Azharuddin Lathif M.Ag, MH (DSN MUI). Seminar ini dihadiri oleh hampir 300 peserta, yang terdiri atas para mahasiswa, ibu rumah tangga, agen asuransi, notaris, pengusaha, pensiunan dan profesi lainnya.
Prof. Dr. Veithzal Rivai, MBA [Dewan Pakar MES], yang menjadi Keynote Speaker di acara ini, mengatakan kepada peserta seminar, apabila kita sudah memahami dengan baik bahwa asuransi syariah ini jauh lebih bagus daripada asuransi konvensional, lalu kenapa kita tidak segera hijrah menggunakan asuransi syariah ini. “Kita harapkan generasi muda ini mengetahui tentang asuransi syariah, karena selama ini mereka tahunya hanyalah asuransi konvensional. Perlu juga diketahui, bahwa asuransi syariah bukan hanya untuk orang Islam, bahkan non muslim pun seharusnya tertarik dengan asuransi syariah ini, karena jauh lebih baik,” tegas Veithzal. Sementara itu, masing-masing pembicara, yaitu Agustianto dan Azharuddin Lathif sama-sama mengupas secara mendetail mengenai dasar, filosofi, akad, serta aplikasi asuransi syariah pada para peserta seminar. Acara seminar pun dimeriahi dengan sesi tanya jawab mengenai materi yang disampaikan pembicara.
Yudi Suharso edisi desember 2012
Sharing 35
O P I N I
‘‘
‘‘
Indra Surya
Manajer Operasi Kantor Cabang Roxy, Jakarta PT Bank Syariah Mandiri (BSM)
“Tabungan Nilai Tambah (TNT) pada dasarnya merupakan perluasan manfaat dari produk tabungan biasa lainnya, yang hanya sekadar menabung kemudian mendapatkan bagi hasilnya. TNT memberikan way out bila nasabah memerlukan dana atau transaksi yang limitnya melampaui saldo nasabah di rekening tabungannya. Solusi terhadap masalah ini sebenarnya telah dimitigasi dengan produk kartu kredit konvensional, namun mengingat konsepnya adalah bunga, maka tidak dapat dipakai sebagai produk bank syariah”.
Pemberdayaan Emas untuk Pengembangan Model Bisnis Bank Syariah (Bagian II-Habis)
Pola Inovasi Model Bisnis
Meskipun saat ini terdapat pembatasan limit pembiayaan gadai emas oleh regulator (Bank Indonesia), namun investasi emas masih menarik untuk dikembangkan oleh Bank Syariah dengan berbagai variannya. Model bisnis dengan mengemas kartu kredit ala Bank Syariah dengan emas sebagai tools-nya menarik untuk dikembangkan. Dalam masa depan, Bank Syariah perlu membuat produk khasnya yang sampai saat ini belum dimiliki oleh bank-bank kovensional, seperti produk tabungan yang dapat digunakan sebagai pembiayaan. Penekanan produk ini tetap fokus pada pendanaan berupa tabungan dan jasa penyimpanan emas berbiaya murah. Hal ini mengingat saat ini dan di masa depan, produk tabungan merupakan dana pihak ketiga yang relatif murah dan akan
36 Sharing edisi desember 2012
terus ditingkatkan jumlahnya oleh Bank Syariah, di samping untuk meningkatkan fee based income bank. Penulis terinspirasi dari produk tabungan zaman Orde Baru yang dikeluarkan oleh bank-bank pemerintah saat itu yaitu Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional). Tabanas ini dapat menjadi jaminan kredit bila si nasabah mengajukan pembiayaan ke bank. Terkait pengembangan model bisnis ini, penulis mencoba memberi nama untuk produk ini dengan nama Tabungan Nilai Tambah (TNT). Istilah TNT ini semata-mata hanya memudahkan pembaca untuk mengingat karakteristik yang khas dari produk ini. Yang membedakan TNT dengan tabungan lainnya adalah TNT menyediakan fitur tambahan berupa: Fasilitas penyimpanan emas nasabah dengan biaya penyimpanan yang jauh
lebih murah dibandingkan dengan biaya SDB umumnya. Hal ini sematamata untuk menarik minat nasabah menyimpan emasnya di bank, sehingga bank dapat memperoleh fee dari SDB. Fasilitas pembiayaan berupa “cerukan” berdasarkan persentase tertentu dari penilaian harga emas yang disimpan nasabah (kartu kredit berbasis gadai emas). Tabungan ini seperti tabungan umum lainnya, tapi memiliki perluasan fitur berupa fasilitas “cerukan (over limit)” dari saldo tabungannya yang dapat ditarik sewaktu-waktu. Dengan disetujuinya limit tertentu kepada nasabah, bank akan menyediakan line facility pembiayaan yang dapat digunakan oleh nasabah sewaktu-waktu. Hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan nasabah dalam bertransaksi belanja dan kebutuhan uang tunai
O P I N I
seketika, di samping juga memberikan fasilitas penyimpanan emas nasabah. Konsep ini mengombinasikan sekaligus produk tabungan, kartu kredit, kartu debit, gadai emas, dan jasa safe deposit box. Produk ini tentu perlu dukungan teknologi bank yang dapat memonitor aktivitas rekening nasabah, misalnya saat nasabah memanfaatkan fasilitas cerukan, dan periode pembayaran kewajiban nasabah berupa biaya sewa simpanan sampai dengan tanggal
saat nasabah menggunakan fasilitas cerukan tersebut. Apabila nasabah telah menarik fasilitas cerukan tersebut, maka biaya sewa simpanan ini mengacu pada produk gadai emas existing Bank Syariah. Ilustrasinya dapat digambarkan sebagai berikut: Seorang nasabah ingin menyimpan dananya di Bank Syariah dalam bentuk tabungan. Customer Service menawarkan kepada nasabah untuk memiliki produk tabungan dengan fasilitas “cerukan” untuk mengetahui
Sebagai contoh dari penaksiran emas tersebut, nasabah dapat memperoleh nilai tunai sebesar Rp2.500.000,Pemberian fasilitas cerukan (loan to value) ditentukan misalnya maksimal
Mulai Tidak Penawaran untuk membuka rekening TNT
Tabungan biasa (non TNT)
Ya Proses pembukaan rekening TNT Tidak Penyerahan emas
Penilaian emas oleh juru taksir BSM
Limit cerukan yang dapat diberikan
Nasabah menandatangani perjanjian/akad
Selesai
apakah tipikal nasabah ini: (1) sering bertransaksi dengan menggunakan kartu kredit; (2) menyimpan emasnya bila ada keperluan yang mendesak; dan (3) semata-mata hanya untuk menyimpan emasnya dengan sewa SDB yang murah. Bila tipikal nasabah tersebut pada butir (1) dan (2), maka nasabah dapat menyerahkan emas perhiasan, logam mulia, uang Dinar emas (produk PT. Aneka Tambang/Perum Peruri), untuk disimpan di bank. Kemudian nilai emas tersebut ditaksir oleh juru taksir Bank Syariah.
Tanpa fasilitas cerukan
Selesai
70% dari nilai emas yang dijaminkan di bank. Sehingga dari perhitungan nilai tunai di atas, nasabah dapat memperoleh hak untuk menarik fasilitas “cerukan” sebesar Rp1.750.000,dari tabungan nasabah. Namun apabila nasabah tidak menyerahkan simpanan emasnya dalam waktu yang ditentukan, maka tabungan tersebut berlaku ketentuan seperti tabungan biasa lainnya yaitu tanpa fasilitas cerukan. Sebaiknya besaran maksimal limit ini ditentukan secara berjenjang berdasarkan karat emas, dan jenis emas yang diserahkan kepada bank. Semakin tinggi karat emas dan kualitas/jenis emas, semakin besar batas maksimal cerukan yang dapat diberikan kepada nasabah, misalnya menjadi maksimal 80% dari nilai emas yang dijaminkan. Apabila nasabah memanfaatkan fasilitas cerukan tersebut, maka seketika berlaku ketentuan produk Gadai Emas Bank Syariah khususnya menyangkut kewajiban nasabah bila menggadaikan emasnya di Bank Syariah. Bila dalam jangka waktu tertentu nasabah tidak mampu untuk membayar kewajibannya, maka bank berhak menjual emas yang disimpan nasabah tersebut minimal sebesar nilai “cerukannya”. Apabila harga emas edisi desember 2012
Sharing 37
O P I N I
di pasaran di bawah kondisi pada saat pertama kali dinilai, bank berhak untuk menahan emas tersebut sampai menunggu harga emas membaik, minimal senilai dengan fasilitas cerukan nasabah. Apabila nasabah tidak memanfaatkan fasilitas tersebut, kewajiban nasabah hanya membayar biaya administrasi atas penyimpanan emasnya di safe deposit box tersebut dan biaya administrasi kartu. Nasabah akan diberikan kartu yang dapat berfungsi sekaligus sebagai kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit. Untuk itu, Bank Syariah perlu bersinergi bekerja sama dengan lembagalembaga penerbit kartu lainnya, Gerai Dinar, Dinar Club, Antam, dan lain-lain, untuk: (1) memperlancar kemudahan nasabah dan bank dalam bertransaksi; (2) memudahkan melakukan cross check terhadap keaslian emas/Dinar; (3) memudahkan Bank Syariah untuk menjual Dinar dengan harga sesuai market, bila nasabah wan prestasi. Terkait butir ketiga di atas, Bank Syariah sebaiknya menjadi salah satu agen jaringan penjual Dinar emas.
Manfaat yang diperoleh Nasabah dan Bank Manfaat yang diperoleh nasabah adalah: 1.
2.
3.
TNT dapat dipergunakan sewaktuwaktu sebagai dana tunai apabila nasabah memerlukannya, atau untuk mempermudah transaksi non tunai nasabah. Hal ini serupa dengan penggunaan kartu kredit, namun bagi bank lebih aman karena memiliki “agunan” dari nasabah. Kewajiban nasabah lebih ringan, karena hanya membayar biaya sewa atas penyimpanan emasnya di Bank Syariah. Berbeda dengan pembayaran kewajiban kepada kartu kredit, yang menggunakan bunga dalam perhitungannya. Harta nasabah berupa emas disimpan pada tempat yang lebih aman dengan biaya sewa SDB yang lebih murah.
Keuntungan Bank Syariah adalah: 1.
Produk lebih unik sehingga
38 Sharing edisi desember 2012
2.
3. 4. 5.
6.
diharapkan banyak calon nasabah tertarik untuk memanfaatkannya, sehingga memperkuat struktur pendanaan Bank Syariah. Meningkatkan fee based income bagi Bank Syariah, yaitu dari biaya administrasi Gadai Emas dan sewa Safe Deposit Box. Lebih mengamankan Bank Syariah dalam menerbitkan produk kartu kredit, karena dijamin oleh emas. Memperkuat pembiayaan Gadai Emas Bank Syariah. Memudahkan nasabah lebih cepat dalam memperoleh pembiayaan gadai emas, sehingga kebutuhan nasabah akan uang tunai pada hari libur (24 jam), dapat segera terealisasi. Branchless banking yang artinya meskipun tidak ada kantor cabang Bank Syariah yang buka
pada hari libur nasional dan di luar jam kerja, Bank Syariah tetap dapat melayani keperluan nasabah akan uang tunai tanpa nasabah harus datang ke ke kantor Bank Syariah. Dari pembahasan di atas, produk ini cukup unik untuk dikembangkan di kemudian hari. Mengapa? Ibarat sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, melalui penciptaan satu produk, Bank Syariah dapat memperoleh pendanaan dan fee based income dari nasabah sekaligus pembiayaan kepada nasabah. Periode masa depan yang penuh dengan persaingan, menuntut para insan Bank Syariah untuk selalu bermimpi, berpikir kreatif untuk menciptakan produkproduk yang inovatif, namun tetap memperhatikan kepentingan nasabah.
Kesimpulan Tabungan Nilai Tambah (TNT) pada dasarnya merupakan perluasan manfaat dari produk tabungan biasa lainnya, yang hanya sekadar menabung kemudian mendapatkan bagi hasilnya. TNT memberikan way out bila nasabah memerlukan dana atau transaksi yang limitnya melampaui saldo nasabah di rekening tabungannya. Solusi terhadap masalah ini sebenarnya telah dimitigasi dengan produk kartu kredit konvensional, namun mengingat konsepnya adalah bunga, maka tidak dapat dipakai sebagai produk bank syariah. TNT mengakomodasi kebutuhan nasabah tersebut dengan mengombinasikan produk kartu kredit tersebut dengan produk tabungan. Di sisi lain produk pembiayaan gadai emaspun dimasukkan sebagai bagian produk tabungan ini, dari sisi agunannya yang berupa emas dan juga aturan mainnya dalam hal pembayaran kewajiban nasabah. Jasa penyimpanan emas dapat menjadi fee based income bagi bank sebagai salah satu nilai tambah bagi produk tabungan ini. Produk ini seolah-olah banyak bersentuhan dengan pembiayaan, namun esensi yang utama adalah untuk pendanaan (funding) bagi Bank Syariah, dan mengajak calon nasabah untuk menyimpan emasnya di safe deposit box bank. Tentunya produk ini masih perlu dikaji lebih mendalam lagi dari segala aspek. Namun paling tidak, ide ini menjadi inspirasi dan embrio langkah terobosan bagi pengembangan produk ini di masa yang akan datang.
O P I N I
edisi desember 2012
Sharing 39
O P I N I
‘‘
‘‘
Agustianto Mingka
“Talangan haji diberikan bagi orang-orang yang sebenarnya mampu membayar atau melunasinya. Bukan orang-orang yang sama sekali tidak mampu secara finansial. Jadi harapan kami, pemerintah tidak perlu menghentikan atau melarang program dana talangan haji, karena manfaatnya multimaslahah bagi ibadah kaum Muslimin dan perekonomian umat, bangsa, dan negara. Apa sih manfaatnya pelarangan itu?, malah justru bertentangan dengan kemaslahatan yang menjadi inti maqashid syariah.”.
Dana Talangan Haji Tidak Perlu Dilarang
D
ana talangan haji yang dilakukan bank-bank syariah memiliki multi-maslahah bagi banyak pihak. Multi-maslahah artinya mendatangkan banyak manfaat dan kemaslahatan bagi umat Islam, bagi rakyat (UKM), bagi bangsa, negara, serta lembaga-lembaga keuangan syariah. Berikut akan diuraikan kemaslahatan dana talangan haji bagi pihak-pihak terkait. Pertama, bagi umat Islam, talangan haji itu meringankan (takhfif), Takhfif adalah salah satu dasar utama syariah. Pemberian talangan ini pun ditujukan bagi orang-orang yang berkemampuan (istitha’ah) membayar sebelum keberangkatan haji. Dana talangan haji ini benar-benar bermanfaat, karena program ini mendorong masyarakat Muslim untuk pergi haji melaksanakan rukun Islam yang kelima. Bank syariah boleh melakukan talangan haji karena memang dibutuhkan (hajat) oleh umat. Talangan haji diberikan bagi orang-orang yang sebenarnya mampu membayar atau melunasinya. Bukan orang-orang yang sama sekali tidak mampu secara finansial. Hasil Survey Harian Kontan pada 22-25 Oktober 2012 tentang perlu tidaknya dana talangan haji menunjukkan bahwa 99.2 % responden berpendapat
40 Sharing edisi desember 2012
perlu dana talangan haji. Jadi hanya, 0,8 % yang mengatakan dana talangan haji tidak perlu. Responden yang disurvei berjumlah 250 orang yang berdomisili di Jabodetabek dan semuanya memiliki mobil keluaran 2005 ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang memiliki kemampuan (istitha’ah) secara finansial, menyetujui program dana talangan haji. Fakta ini juga menunjukkan bahwa nasabah calon jamaah haji yang ditalangi bankbank syariah adalah orang-orang yang mampu. Hasil survei ini dimuat di Harian Kontan, Senin 29 Oktober 2012. Hasil riset lebih lengkap dapat diakses di www.kontan.co.id/survei. Kepergian jamaah haji ke Mekkah, tidak dalam kondisi terhutang, karena sudah dilunasi sebelum berangkat, cuma untuk mendapatkan seat dari Kementerian Agama, bank syariah memberikan talangan untuk meringankan nasabah. Oleh karena itulah DSN MUI membolehkan dana talangan haji tersebut. Kedua, kemaslahatan bagi ekonomi bangsa. Dana haji yang sudah berjumlah Rp 43 triliun lebih, akan terus bertambah jika program talangan haji dilanjutkan. Dana ini sebelum digunakan untuk biaya haji, sangat potensial untuk pembangunan ekonomi rakyat (umat), apalagi daftar antrian haji sudah mencapai
9 tahun, maka pemanfaatan dana haji untuk kesejahteraan sosial makin signifikan dan bermakna. Selain bisa dimanfaatkan dalam masa yang panjang, dana itu juga akan mendatangkan hasil (yield) bagi pemerintah, berupa bagi hasil atau ujrah. Lihatlah negara tetangga Malaysia, Tabung Haji telah menunjukkan kesuksesan yang luar biasa, bagi pembangunan ekonomi umat Islam dan bangsa dan negaranya. Ketiga, kemaslahatan bagi lembaga perbankan syariah. Dana setoran minimal untuk ongkos naik haji menjadi tambahan darah bagi perbankan syariah untuk berkembang. Dana haji bagi bank syariah sangat potensial untuk mendongkrak pertumbuhan perbankan syariah. Sebagai contoh dana haji yang masuk ke Bank Syariah Mandiri lebih dari Rp 18 triliun, Jumlah dana yang lumayan besar ini secara signifikan sudah mendorong pertumbuhan bank syariah. Kemajuan bank-bank syariah adalah potret dan lambang kemajuan gerakan ekonomi rakyat (baca ; umat Islam). Pemerintah tentu bergembira dengan kemajuan ekonomi syariah. Umat Islam juga pasti merasa senang akan kemajuan pesat perbankan syariah. Selanjutnya yang keempat, dana haji tersebut dapat disalurkan untuk
O P I N I
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang pada gilirannya akan membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan. Jumlah UKM di Indonesia melebihi 43 juta. Selama ini bank-bank asing sangat gencar merebut pasar UKM di Indonesia. Mereka menikmati gurihnya bisnis di sektor UKM. Jika Rp 43 triliun dana haji ditempatkan di bank-bank syariah, maka jutaan UKM yang sebagian besar Muslimin, bisa dientaskan. Maka upaya pengentasan kemiskinan akan terasa signifikan. Sebagaimana dimaklumi, salah satu masalah utama pembangunan ekonomi bangsa adalah kemiskinan. Jika bank-bank syariah dibesarkan oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh negara melalui setoran ONH dan program talangan haji, maka manfaatnya sangat besar bagi umat dan bangsa Dari uraian dan analisa di atas, jelaslah bahwa program dana talangan haji memiliki multiplier effect yang luar biasa bagi kemaslahatan ekonomi bangsa.
Apakah Antrian Panjang Menjadi Masalah ? Pandangan yang mengatakan dana talangan haji akan memperpanjang daftar tunggu haji, sebenarnya bukan masalah dan bukan merupakan alasan yang kuat untuk melarang/ menghentikan dana talangan haji. Kalau dirata-ratakan seluruh daerah di Indonesia, daftar tunggu jamaah haji Indonesia sekitar sembilan tahun, bandingkan dengan Malaysia, yang waiting list-nya sudah 13 tahun. Selain perbandingan itu, kita perlu menggunakan logika ushul fiqh, mana lebih maslahah meneruskan dana talangan haji dibanding menghentikannya?
Dalam analisa kami, melarang dana talangan haji malah justru akan banyak merugikan umat, merugikan pemerintah, bangsa dan lembagalembaga keuangan syariah. Larangan talangan haji akan menghilangkan empat kemaslahatan di atas dan sekaligus menggembosi pertumbuhan bank-bank syariah, yang sudah lama digagas para ulama dan cendikiawan muslim, ICMI, MUI dan ormas-ormas Islam. “Saya setuju dengan pernyataan
K.H Ma’ruf Amin, Kalau ada larangan memberi talangan dengan alasan memperpanjang antrian, alasan itu tidak tepat dan tidak benar. Menurut saya alasan itu terlalu mengada-ada. Antrian panjang sebenarnya tidak menjadi problem. Oleh karena antrian itu tidak menjadi masalah, jangan dipermasalahkan. Seandainya dianggap problem, maka solusinya bukan dengan melarang dana talangan haji, tetapi bisa dengan menaikkan setoran awal, memperketat dana talangan haji dan atau menambah kuota.
Sudah Ada Fatwa DSN-MUI
Harus dicatat bahwa kebolehan dana talangan haji sudah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional MUI, melalui fatwa DSN-MUI No 29/2002. DSN MUI adalah lembaga otoritas tertinggi dalam bidang ekonomi dan keuangan syariah, yang terdiri dari para ulama dan pakar-pakar syariah (guru besar) yang berkompeten. Yang penting, dana talangan haji itu terbebas dari bunga. Karena itu menurut saya, bank-bank konvensional tidak boleh menerima setoran haji dan memberikan talangan. Praktik ini salah besar, karena bank konvensional menggunakan instrumen bunga. Jika sesuai syariah dengan mengikuti fatwa DSN-MUI, bank-bank syariah penerima setoran boleh melakukan pengurusan haji dan mendapat fee pengurusan atas dasar akad ijarah atau bekerja untuk mendapat fee/ujrah. Jika ada praktik akad dana talangan yang dipermasalahkan pemerintah atau tokoh masyarakat, perlu diseminarkan bersama Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk membahasnya.
Persentase Pembatalan Dana Talangan Haji Sangat Kecil.
Kalau pun ada argumen pemerintah, yang mengemukakan banyak calon jamaah haji yang membatalkan keberangkatannya, hal ini perlu dilihat data akurat tentang pembatalan haji dan motif pembatalannya. Di salah satu bank syariah terbesar yang menyerap dana ONH, persentase pembatalan dana talangan haji hanya 0.06 persen. Motifnya pun bermacam-macam, ada karena uzur, meninggal dan sebagian beralih ke ONH Plus. Jadi motif ketidakmampuan bayar diduga sangat minim. Ini menunjukkan bahwa
pemberian dana talangan diberikan kepada orang yang mampu membayar kekurangannya.
Analisa Ekonomi dan Financial Planning
Dalam perspektif financial planning, para perencana keuangan syariah selalu mengajarkan, program dana talangan haji menguntungkan masyarakat dari sisi pemanfaatan dananya. Maksudnya, seringkali masyarakat itu memiliki cukup dana untuk menyetor lunas ONH-nya, misalkan Rp 35 juta, nah dengan dana talangan haji oleh bank syariah, masyarakat hanya menyetor Rp 5 juta. Sisanya yang Rp 30 juta, bisa dia gunakan untuk keperluan bisnisnya, sehingga dananya jauh lebih berkembang dan bermanfaat. Hasil Survei Harian Kontan di atas menunjukkan bahwa masyarakat yang mampu, menyukai program dana talangan haji, karena sisa dana yang Rp 30 juta tersebut dapat dimanfaatkan sebelum berangkat haji. Dalam kasus lain, calon jamaah haji yang ditalangi mungkin mempunyai aset, tapi tidak mau menjual asetnya saat ini atau digunakan dulu untuk kepentingan lain. Selanjutnya perlu diketahui bahwa bank-bank syariah juga menganalisa kemampuan mereka melunasi kekurangan dananya sesuai waktu yang disepakati pada saat akad. Fee bagi bank pun harus proporsional sesuai dengan biaya operasional mereka. Fee ijarah pengurusan itu pun wajar dan terjangkau nasabah calon hujjaj. Dari sekian banyak argumentasi, tampak dengan nyata kemaslahatan dana talangan haji bagi pemerintah, masyarakat luas, bangsa, lembagalembaga perbankan dan jutaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jadi harapan kami, pemerintah tidak perlu menghentikan atau melarang program dana talangan haji, karena manfaatnya multi-maslahah bagi ibadah kaum Muslimin dan perekonomian umat, bangsa, dan negara. Apa sih manfaatnya pelarangan itu?, malah justru bertentangan dengan kemaslahatan yang menjadi inti maqashid syariah. Iqtishad Consulting, Jakarta Sekretariat : Kantor MES Pusat, Jln Setia Budi Tengah No 29, Kuningan, Jakarta. edisi desember 2012
Sharing 41
O P I N I
‘‘
“Dari kacamata perbankan modern, pinjaman Bani Amir ke Bani Mughirah, dapat dikatakan sebagai Antar Bank Aktiva (ABA), sedang sebaliknya, pinjaman diterima Bani Mughirah dari Bani Amir tadi, sebagai Antara Bank Pasiva (ABP). Suatu loncatan yang sungguh jauh ke depan, meski kemudian dilarang Al-Qur’an, karena dalam prakteknya, pinjaman ini, ditunggangi oleh riba yang dzalim”.
‘‘
Oleh: Husaini Mansur, SE Pensiunan Bank Indonesia (BI)
Intermediasi
Keuangan Pra Islam (2)
S
eperti banyak diungkap para sejarawan, sebelum Islam datang, kegiatan pokok masyarakat Mekkah adalah perniagaan. Aktivitas ini didukung oleh perdagangan utama ke Syam dan Yaman, lalu diselingi festival Pasar Ukaz dan Dzul Majaz tiap tahunnya. Para investor dengan sendirinya tergoda menyalurkan likuiditas mereka kepada pedagang kecil, yang juga ingin mengais keuntungan dari perhelatan besar ini. Di tengah maraknya perniagaan, pola riba-meriba pun kian meningkat, hingga tak heran, jika mereka yang menggantungkan hidup dari aktivitas ini, mencapai 40 persen dari total penduduk, dan jumlahnya terus bertambah dari waktu ke waktu. Dalam kondisi ini, tak tertutup kemungkinan
42 Sharing edisi desember 2012
seseorang meminjam dana dari orang lain, kemudian dana itu dipinjamkan lagi kepada orang berikutnya dengan pungutan riba yang lebih tinggi.
Kasus Bani Mughirah versus Bani Amir
Salah satu fakta yang menggambarkan adanya pola intermediasi Pra Islam, nampak dari kasus Bani Mughirah. Abul A’la Al-Maududi dalam Riba Membius Anda (1994) mengatakan, bahwa setelah Pendudukan Makkah, Bani Mughirah menyepakati maklumat Nabi, bahwa piutang mereka ke masyarakat Mekkah harus dibekukan, sebab mengandung riba. Yang boleh diterima, hanya pokoknya saja, sementara pungutan riba dilarang. Dalam hal ini, Bani Mughirah berfungsi sebagai kreditur, sedang penduduk Mekkah sebagai debitur.
Sementara versi lain yang dinisbatkan ke Ath-Thabari, menyatakan bahwa, setelah Fathul Makkah, justru Bani Mughirah yang harus membayar riba ke Bani Amir di Thaif. Dalam kasus ini, Bani Mughirah sebagai debitur, sedangkan Bani Amir sebagai kreditur. Sepintas lalu kedua riwayat ini, bersifat antagonistis (berlawanan), bahkan ada pihak yang mengatakan saling bertentangan (sehingga perlu diklarifikasi kembali, pen.). Namun bila dikaitkan dengan teori intermediasi yang telah dibicarakan sebelumnya, kedua riwayat ini justru saling mendukung satu sama lain dalam jaringan intermediasi. Dalam arti, Bani Mughirah menerima pinjaman dari Bani Amir, kemudian dana tersebut, dipinjamkan kembali ke masyarakat Mekkah. Dengan demikian,
O P I N I
Bani Mughirah berfungsi sebagai intermediator (perantara keuangan), seperti terlihat dalam diagram berikut.
Warga Mekkah sebagaidebitur ribawi
Dalam kasus ini, Bani Mughirah tentu tak dapat dikatakan kaum Dhuafa, tapi kaum berpunya, karena riwayat mengatakan, bahwa kaum ini memiliki kebun-kebun yang luas di Thaif. Bahkan secara finansial, modal Bani Mughirah, ditopang pula oleh Abbas bin Abdul Muththalib yang kaya-raya. Sementara itu, pinjaman diterima masyarakat Mekkah dari Bani Mughirah, pada ghalibnya tak digunakan sebagai kebutuhan konsumtif, tapi untuk kegiatan produktif dalam rangka ikut berniaga ke Syam,Yaman, Pasar Ukaz, atau-pun Dzul Majaz. Dalam pada itu, Asy-Syaikh Imam AlQurthubi dalam Kitab Tafsir Al-Qurthubi (2008), mengungkapkan bahwa sebelum larangan riba diturunkan secara tegas (QS Al-Baqarah 2 : 278), suku Tsaqif yang diwakili Bani Amir bin Umair di Thaif, mengeluarkan statement bahwa riba yang telah mereka sepakati (dengan Bani Mughirah, pen.) tetap menjadi hak mereka. Sementara kewajiban yang harus mereka penuhi (ke penyandang dana, pen.) tetap menjadi tanggung-jawab mereka. Jika demikian halnya, maka secara teoritis, Bani Amir-pun memenuhi kriteria intermediator. Dalam hal ini, Bani Mughirah merupakan debitur mereka, sedangkan penyandang dana di Thaif, sebagai kreditur. Dari kacamata perbankan modern,
pinjaman Bani Amir ke Bani Mughirah, dapat dikatakan sebagai Antar Bank Aktiva (ABA), sedang sebaliknya,
Bani Mughirah/ Intermediator ribawi
pinjaman diterima Bani Mughirah dari Bani Amir tadi, sebagai Antara Bank Pasiva (ABP). Suatu loncatan yang sungguh jauh ke depan, meski kemudian dilarang Al-Qur’an, karena dalam prakteknya, pinjaman ini, ditunggangi oleh riba yang dzalim. Menurut sejarah, ketika pinjaman itu jatuh tempo, Bani Mughirah enggan membayar, dengan alasan, usaha mereka telah dijalankan secara Islami. Dalam arti, pungutan riba ke masyarakat Mekkah sudah dihentikan. Namun begitu, Bani Amir tetap bersikukuh menagih, sehingga Gubernur Mekkah yang saat itu dijabat oleh Attab bin Usaid, mengirim surat kepada Nabi di Madinah, guna memperoleh solusi. Sebagai jawabannya, maka turunlah Surah AlBaqarah 2 : 278, yang berisi larangan pungutan riba kepada segenap Kaum Muslimin, tanpa kecuali.
Kasus Lainnya
Dari beberapa riwayat terungkap, bahwa di Era Jahiliyyah, banyak pihak yang suka memperdagangkan riba dalam perekonomian, dalam arti utang-diutangkan kembali atau utang ditransfer jadi piutang, dengan bobot yang kian berat, dari pemiutang pertama ke pemiutang kedua. Akibatnya tak lain, pihak berutang kian merosot kinerja usahanya, dan akhirnya bangkrut, serta jatuh miskin.
Dalam kondisi demikian, tak tertutup kemungkinan, intermediator ikut pula terpuruk, dikarenakan selisih negatif
Bani Amir Bin Umair sebagaiKreditur ribawi
dalam riba. Fenomena yang sama, juga pernah menimpa Perbankan Nasional kita pada krisis moneter 1997. Ketika itu, puluhan Bank mengalami selisih negatif dalam bunga (negative spread), hingga usahanya terpaksa ditutup pemerintah. Bahkan krisis keuangan global kinipun, mencerminkan ketimpangan penerimaan bunga oleh sementara Bank di Eropa, hingga menimbulkan selisih negatif dalam bunga. Sebab itu, tak heran, jikalau praktek riba, termasuk bunga dan sejenisnya, samasekali dilarang dalam Islam, dikarenakan implikasinya sungguh berat bagi perekonomian, baik di tingkat individu, domestik, mau-pun global.
Fokus ke Sistem Bagi Hasil
Dengan adanya larangan tegas terhadap riba, maka sebagai konsekuensinya, pilihan ummat Islam dalam pendanaan atau permodalan jatuh ke sistem bagi hasil (profit sharing), ketika mereka menekuni kegiatan berpola intermediasi. Pilihan ini terus bertahan dari masa ke masa. Mulai Era Khalifah Umar Bin Al-Khaththab di awal Islam, disusul Era Shairafi atau Mashraf di Abad Pertengahan, hingga era Perbankan Syariah di masa kini. Wallahu ‘Alam Bish-Shawab. edisi desember 2012
Sharing 43
O P I N I
Hamli Syaifullah
Transformasi Pembiayaan Salam Antara Perbankan Syariah dan Kementerian Pertanian untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional
D
alam fiqih muamalah bunga bank sama dengan riba. Di mana riba itu sendiri sangat dilarang dalam Islam seperti yang telah digambarkan oleh Allah dalam banyak ayat di dalam Al-Quran. Maka dari itu tidak ada praktek bunga dalam perbankan syariah, yang ada hanyalah profit and loss sharing. Umer Chapra mengatakan (2000) bahwa ada dua alternatif pengganti bagi pembiayaan berbasis bunga. Yang pertama adalah qhardul hassan dan yang lainnya adalah dengan penyertaan modal (Equity Financing). Qhardul hassan merupakan suatu pinjaman yang dikembalikan pada ahir periode yang telah disepakati tanpa disertai bunga. Sedangkan penyertaan modal (Equity Financing) merupakan penyertaan modal pada bisnis jangka panjang. Lantas apa kaitannya antara perbankan syariah dengan sektor pertanian? Perbankan Syariah merupakan lembaga keuangan yang sangat mendorong terjadinya perkembangan ekonomi di sektor rill yang berdampak langsung kepada masyarakat. Sebenarnya di dalam perbankan syariah itu sendiri telah ada pembiayaan yang memang dikhususkan untuk para petani. Agar para petani tidak merasa kesulitan untuk mencari modal ketika masa tanam tiba. Sehingga produktifitas yang akan dihasilkan benar-benar bisa dirasakan hingga datang waktu panen. Tanpa harus dijual dengan cara ijon (bai maqdum) kepada para tengkulak, yang pada akhirnya petanilah yang dirugikan
44 Sharing edisi desember 2012
dan tengkulaklah yang diuntungkan. Padahal yang bekerja keras adalah petani, tapi mengapa harus tengkulak yang menikmati hasilnya. Oleh karena itu, kehadiran perbankan syariah harus dioptimalkan oleh para petani. Sebagai salah satu instrumen yang akan menyelamatkan produksi pertanian dari para tengkulak tak bertanggung jawab. Di dalam perbankan syariah itu sendiri ada yang namanya pembiayaan Salam. Pembiayaan ini memang diperuntukkan kepada para petani, lebih tepatnya ketika datang musim tanam. Bank syariah akan membeli hasil panen petani lewat BULOG, KUD ataupun kelompok tani yang dibayarkan di awal oleh bank syariah secara lunas. Sedangkan, hasil panennya menyusul. Dengan syarat kriteria kualitas, jenis, takaran ataupun timbangan hasil tanaman pertanian yang ditentukan di awal transaksi. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi: “Barang siapa melakukan salaf (Salam), hendaklah ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui” (HR Ibnu Majah) Apa perbedaan antara transaksi Salam dengan ijon? Jelas beda. Dalam transaksi Salam antara kriteria kualitas, jenis, takaran ataupun timbangan hasil tanaman pertanian menjadi pertimbangan ketika produk akan diberikan. Jika produk tidak sesuai dengan kriteria, maka pihak perbankan syariah bisa menyuruh kepada BULOG, KUD, atau kelompok tani untuk mencarikan produk yang sesuai dengan pesanan. Sedangkan dalam
transaksi ijon lebih mempertaruhkan keberuntungan (maysir). Produk yang ada tidak diukur dengan kualitas, jenis dan takaran, pada ahirnya petanilah yang akan banyak dirugikan. Selain merugikan petani, praktik ijon sangat bertentangan dengan syariat Islam. Karena transaksi tersebut merupakan transaksi yang samar-samar, sehingga menyebabkan transaksi ini menjadi gharar.
Formulasi Perbankan Syariah dan Kementerian Pertanian Tentunya perbankan syariah tidak akan memberikan pembiayaan Salam kepada para petani satu persatu. Karena hal ini akan mempersulit pihak perbankan syariah untuk berhadapan langsung kepada petani yang heterogen. Maka dari itu, Kementerian Pertanian haruslah membuat satu divisi ataupun Direktorat Ekonomi Syariah sebagai lembaga mediasi antara perbankan syariah dan petani yang ada di Indonesia. Di mana dana pembiayaan Salam ditampung terlebih dahulu di Direktorat Ekonomi Syariah sebelum diberikan kepada para petani. Kemudian dana tersebut diberikan kepada kelompok tani yang sudah siap menerima dana untuk dikelola. Adanya Direktorat Ekonomi Syariah dalam Kementerian Pertanian akan mempermudah pihak Perbankan Syariah untuk menyalurkan dananya. Sehingga dana tersebut akan terakomodir dan mampu tersalurkan kepada kelompok tani, dan kemudian diberikan kepada para petani yang membutuhkan permodalan untuk mengolah lahan pertaniannya. Direktorat Ekonomi Syariah tidak serta
O P I N I
merta menjadi lembaga intermediari antara perbankan syariah dan kelompok tani, akan tetapi sekaligus berfungsi sebagai pengawas bagi kelompok tani yang telah diberikan pinjaman kredit. Selain itu, Direktorat Ekonomi Syariah memberikan pelatihan kepada kelompok tani, yang kemudian diajarkan kepada petani bagaimana caranya agar hasil pertanian memiliki nilai lebih. Sehingga, petani mampu bersaing dengan produk pertanian luar negeri yang membanjiri pasar impor Indonesia. Inilah fungsi dari Direktorat Ekonomi Syariah yang harus dibentuk di Kementerian Pertanian. Kedua, mengadakan kerjasama dengan pusat studi bisnis dan ekonomi syariah; baik yang ada di Perguruan Tinggi atau non-Perguruan Tinggi. Salah satu lembaga yang konsen pada studi bisnis dan ekonomi syariah yang berafiliasi pada sektor pertanian salah satunya adalah CIBEST IPB. Seperti yang kita ketahui bahwa IPB merupakan kampus yang memang konsen dengan pertanian yang ada di Indonesia. Sangatlah tepat apabila Direktorat Ekonomi Syariah yang ada di Kementerian Pertanian kelak, mengadakan kerjasama sebagai usaha untuk menanggulangi dan bahkan menghilangkan disparitas ketahanan pangan nasional.
Ketiga, mengadakan kerjasama dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan Amil Zakat (BAZ), dan Badan Wakaf Nasional (BWI). Kerjasama antara Direktorat Ekonomi Syariah sangat penting sebagai sarana untuk mengakomodasi dana sosial yang diperoleh dari masyarakat muslim seperti dana zakat, infaq, shadaqah, dan waqaf. Dana tersebut akan sangat bermanfaat apabila diberikan kepada petani untuk diproduktifkan sebagai modal dalam mengelola lahan pertaniannya; entah sebagai dana hibah ataupun dengan menggunakan skema mudharabah ataupun musyarakah. Pemerintah pun mulai menyadari bahwa Zakat, Infak, Shodaqoh, dan wakaf merupakan instrumen jaminan sosial yang sangat besar peranannya. Zakat secara resmi telah masuk ke dalam tatanan hukum positif di Indonesia dengan dikelurkannya UU No 38/1999 tentang pengelolaan zakat. Berdasarkan UU ini zakat dikelolah oleh lembaga pemerintah dan juga oleh masyarakat. Lembaga pemerintah yang mengelola adalah Badan Amil Zakat (BAZ), sedangkan lembaga masyarakat adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ). UU tersebut kemudian diperbaharui dengan UU No 21 Tahun 2011.
beberapa lembaga zakat di negeri ini. Dari pengamatan Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) UI menyatakan bahwa terdapat BAZNAS dan 19 LAZ tingkat nasional, 33 BAZ tingkat provinsi, dan 429 BAZ tingkat kabupaten/kota, belum lagi LAZ tingkat daerah dan BAZ tingkat kecamatan (4.771 unit). Terlepas apakah tindakan mereka benar-benar karena tujuan sosial (social oriented) ataupun demi mencari keuntungan (profit oriented). Untuk mempermudah transformasi penerapan ekonomi syariah pada lembaga pemerintahan, penulis akan mencoba menggambarkan dalam bentuk skema seperti di bawah ini: Diharapkan adanya penerapan ekonomi syariah pada lembaga pemerintahan, khususnya di Kementerian Pertanian dengan dibentuknya Direktorat Ekonomi Syariah, menjadi awal perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan pangan.
*Penulis merupakan Pimred Buletin Lentera Perbankan Syariah FAI-UMJ serta tulisannya telah dimuat di beberapa koran lokal maupun nasional, tabloid, dan majalah.
Setelah dikeluarkanya UU tentang pengelolaan zakat, maka tumbuhlah
Kementrian Pertanian
Direktorat Ekonomi Syariah
Perbankan Syariah
Kelompok Tani
Petani
BAZ, LAZ, BWI
Kelompok Tani
Petani
Petani
Pusat Studi Bisnisdan Ekonomi Syariah
Kelompok Tani
Petani
Petani
Petani
edisi desember 2012
Sharing 45
BNI Syariah Besarkan
Ekonomi Syariah Tanah Air dengan Dukungan Induk
I
ndustri perbankan syariah Indonesia tumbuh rata-rata per tahunnya di kisaran 30 persen. Hingga September 2012 perbankan syariah pun telah membukukan aset sebesar Rp 168 triliun. Sementara. secara keseluruhan pangsa pasar perbankan syariah sudah mencapai 3,9 persen. Hingga akhir tahun 2012 bank umum syariah (BUS) di tanah air pun berjumlah 11 unit, termasuk diantaranya adalah BNI Syariah. Jejak perjalanan BNI Syariah dimulai ketika BNI memutuskan membuka unit usaha syariah (UUS) pada 29 April 2000. Bisnis UUS BNI di awal era millenium turut mewarnai industri perbankan syariah tanah air yang telah berjalan selama dua dekade. Kinerja keuangan yang terus berkembang pesat pun membuat manajemen mentransformasi UUS BNI menjadi bank umum syariah (BUS). Proses transformasi UUS BNI ini dilakukan pada kurun waktu 2009-2010. Hingga pada 19 Juni 2010 UUS BNI resmi spin off menjadi BUS dan beroperasi sebagai entitas terpisah dari bank induknya. Tanggal itu pun menjadi tonggak bersejarah hari kelahiran BNI Syariah. Dalam transformasi tahap keduanya ini BNI Syariah memfokuskan pada konsumer ritel dan mikro. Dengan visi menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja, BNI Syariah memiliki fokus utama sebagai transactional bank yang melayani kebutuhan transaksi bisnis ritel dan konsumer. Fokus bisnis itupun membuat kinerja BNI Syariah semakin berkilau. Pada Desember 2011 BNI Syariah mencatat aset Rp 8,5 triliun, pembiayaan Rp 5,3 triliun, dan dana pihak ketiga Rp 7,2 triliun. Sementara, hingga 6 November 2012 aset BNI Syariah sudah tembus menjadi Rp 10 triliun, pembiayaan Rp 6,9 triliun dan dana pihak ketiga Rp 8,6 triliun. Kinerja BNI Syariah itu tak terlepas dari dukungan layanan BNI Syariah yang semakin berkembang. Pada
46 Sharing edisi desember 2012
Desember 2011 BNI Syariah telah memiliki 38 kantor cabang dan 51 kantor cabang pembantu serta 2 kantor kas. Jaringan BNI Syariah di tahun 2012 pun kian meluas dengan 142 kantor cabang BNI Syariah, dan 1000 kantor cabang BNI dengan layanan syariah. Pencapaian ini tentunya juga didukung atas kepercayaan nasabah BNI Syariah di tanah air. Berdasarkan penelitian yang dilakukan BNI Syariah pada beberapa cabang dan nasabah, mereka memilih BNI Syariah karena fitur produknya yang dilengkapi dengan fasilitas e-banking BNI (internet banking, ATM BNI, sms banking dan lain-lain)
BNI Syariah? Menjawab pertanyaan tersebut, bank induk BNI Syariah, yaitu BNI mendukung dengan mengizinkan menggunakan infrastruktur BNI, mulai dari core banking yang telah dimodifikasi sesuai prinsip keuangan syariah hingga penggunaaan fasilitas e-banking (internet banking, sms banking, phone banking, call center hingga ATM BNI). Satu lagi yang perlu dicontoh bank lain yang memiliki anak perusahaan bank syariah ialah BNI memperkenankan penggunaan Kantor Cabangnya untuk melayani pembukaan rekening BNI Syariah, baik tabungan, deposito dan
menggunakan lambang iB (ai-bi) dan logo BNI Syariah di outlet tersebut. Terkait dengan logo BNI Syariah, mulai Oktober ini untuk setiap ATM dan Outlet SCO BNI yang baru maka akan terpampang logo BNI Syariah versi vertical, sedangkan logo eksisting yang ada saat ini akan diganti secara bertahap di seluruh cabang BNI.
giro. Jumlah outlet yang diberi nama Syariah Channeling Outlet (SCO) BNI ini juga tak tanggung-tanggung. Pada tahun 2011 tercatat ada 700 SCO, sedangkan sampai akhir 2012 jumlah SCO BNI telah mencapai 1500 unit. Jadi sekarang ini nasabah bisa lebih mudah mendapat layanan bank syariah di BNI dan membuka rekening di 1500 kantor SCO BNI seluruh Indonesia.
BNI bisa digunakan juga oleh nasabah BNI Syariah tentunya secara tidak langsung menunjang perkembangan bisnis BNI Syariah. “Insya Allah kami optimis, perbankan syariah tanah air akan terus meningkat pesat jika didukung semua pihak termasuk induk,” kata Dinno.
Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano menuturkan logo merupakan tanda sederhana yang mudah dipahami masyarakat, baik itu nasabah atau calon nasabah sehingga jika mereka tahu bahwa outlet dan ATM
BNI Syariah memang senantiasa mendapatkan dukungan teknologi informasi dan penggunaan jaringan saluran distribusi yang meliputi kantor cabang BNI, 5.145 jaringan ATM BNI, 15.000 ATM LINK dan 22.000 ATM Bersama, serta fasilitas phonebanking 24 jam BNI Call di 021-500046 atau 68888 (via ponsel), serta SMS Banking dan BNI Internet Banking untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan berbagai fitur. Seiring dengan perkembangan tren di dunia teknologi informasi, BNI Syariah juga menyiapkan kanal jejaring sosial seperti facebook dan twitter untuk membantu penyelesaian masalah secara segera. Untuk facebook bisa diakses melalui alamat fans page, PT Bank BNI Syariah sedangkan twitter: @BNISyariah.
Dukungan Induk Bagi Perkembangan BNI Syariah
Dalam memberikan layanan perbankan syariah kepada masyarakat Indonesia, anak perusahaan Bank Pelat Merah ini tidak berjuang sendirian membesarkan perbankan syariah tanah air. Selama ini BNI Syariah juga acapkali memperoleh pertanyaan dari nasabah melalui email corporate dan jejaring social tentang apakah bisa buka rekening di BNI, apakah ATM BNI kena charge, atau apakah ATM BNI sama dengan
Lalu bagaimana nasabah bisa mengetahui kantor BNI melayani layanan syariah? BNI Syariah
Nah, dengan dukungan penuh semua pihak itu tidak ada alasan lagi kan untuk tidak berbank syariah. Saatnya berhijrah ke bank syariah yang modern, bersama BNI Syariah.
edisi desember 2012
Sharing 47
B I S N I S
P
residen Direktur Prudential Indonesia – William Kuan mengatakan pada media gathering Prudential Syariah, Jumat (9/11/12), “Asuransi jiwa syariah memiliki peluang yang luar biasa besar di Indonesia, melihat beberapa faktor utama seperti populasi Muslim terbesar di dunia, PDB yang terus meningkat, penetrasi asuransi yang masih rendah,
jumlah terbesarnya, yaitu 38% mengatakan bahwa alasan mereka karena tidak mengerti mekanisme atau produknya. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi tentang asuransi jiwa syariah perlu terus dilakukan.”. Karena itu, menurut William, pihaknya merasa optimis untuk terus eksis mengembangkan bisnis asuransi syariah di Indonesia ke depannya.
mencapai 25,7 persen sampai 30 Juni 2012. Hasil ini mengindikasikan bahwa produk-produk syariah Prudential telah mendapatkan respon yang baik dari masyarakat. Bahkan, jika ditinjau dari bisnis asuransi syariah secara keseluruhan (nasional), Prudential Syariah ternyata juga menguasai pangsa pasar asuransi
Prudential Syariah, Makin Eksis Saja Keseriusan mengembangkan bisnis syariah membuat unit usaha syariah salah satu pemimpin pasar asuransi jiwa dunia ini terus menunjukkan kinerja cemerlang setahun terakhir.
serta meningkatnya kelas menengah. Hasil survei kami menunjukkan bahwa baru 1% dari responden survei yang memiliki asuransi jiwa syariah. Dari yang tidak memiliki, 12% mempertimbangkan untuk memiliki asuransi jiwa syariah. Ini angka yang cukup baik untuk menggambarkan potensi pasar yang ada.” William melanjutkan, “Survei kami tersebut juga menunjukkan bahwa dari mereka yang tidak mempertimbangkan untuk memiliki asuransi jiwa syariah,
48 Sharing edisi desember 2012
Prudential Indonesia pantas merasa semangat. Karena berdasarkan kinerja mereka setahun belakangan, perusahaan ini terus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Pertumbuhan terkini bisa dilihat dari total pemasukan premi syariah dari PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) yang mencapai Rp997,9 miliar, naik 24,2 persen, sampai 30 Juni 2012 dibanding periode yang sama di 2011. Sementara, peningkatan kontribusi (premi) baru dari produk unggulan mereka PRUlink syariah
syariah Indonesia. Faktanya, sampai 30 Juni 2012, Prudential Syariah menguasai sekitar 42 % dari pangsa pasar premi asuransi syariah Indonesia. Selain itu, pangsa pasar aset Prudential Syariah berkontribusi 32 persen terhadap total aset asuransi syariah, demikian lanjut William. William sendiri memperkirakan, kinerja baik pertumbuhan Prudential Syariah ini antara lain didukung oleh tiga faktor, yaitu, pertama, gencarnya sosialisasi syariah dan asuransi syariah yang ada
B I S N I S
Berdasarkan potensi bisnis yang masih sangat luas, dan didukung kinerja ciamik dari Prudential Syariah sendiri, maka William merasa optimis pertumbuhan mereka akan semakin bagus untuk tahun-tahun ke depannya. Sehingga pihaknya pun berencana untuk lebih mengembangkan bisnis asuransi syariah ini. “Melalui sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan dan daya tarik nilai kebaikan yang ditawarkan dalam konsep risk-sharing serta investasi ke portofolio yang berbasis syariah, maka potensi pertumbuhan industri asuransi jiwa syariah dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi. Kami berkomitmen penuh untuk mengembangkan bisnis syariah ke depannya dan berperan sebagai pemimpin pasar yang bertanggung jawab, patuh pada peraturan serta terus mendengarkan dan memahami kebutuhan asuransi jiwa syariah masyarakat, serta pada gilirannya terus mendukung pertumbuhan industri Syariah di Indonesia,” papar William Kuan.
Asuransi Syariah Punya Nilai Lebih
Ditambahkan William Kuan, dasar keyakinan Prudential, dikarenakan selama kurun waktu lima tahun belakangan, pertumbuhan asuransi jiwa syariah memperlihatkan kontribusi yang meningkat terhadap pertumbuhan perekonomian syariah itu sendiri. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki asuransi jiwa, namun mereka juga menemukan bahwa asuransi jiwa syariah memberikan nilai yang berbeda dari asuransi jiwa konvensional bagi kehidupannya. Pertama, konsep risk-sharing (berbagi risiko antar peserta, berbeda
dengan asuransi konvensional yang mengalihkan risiko dari nasabah ke perusahaan asuransi) merupakan sebuah daya tarik dari produk ini, yang menarik bagi konsumen Muslim dan juga non Muslim. Kelebihan lainnya adalah bagaimana dalam produk unit link syariah misalnya, premi dialokasikan ke dalam instrumen investasi yang portofolionya sesuai dengan prinsip syariah, yaitu tidak memperdagangkan unsur-unsur yang dilarang oleh agama Islam. Nilai kebaikan lainnya, jika perusahaan mendapatkan keuntungan dari unit bisnis syariah, 2,5 persen dari keuntungan tersebut harus dialokasikan untuk zakat kepada pihak
‘‘
“Hasil survei kami menunjuk kan bahwa baru 1% dari responden survei yang memiliki asuransi jiwa syariah. Dari yang tidak memiliki, 12% mempertimbangkan untuk memiliki asuransi jiwa syariah. Ini angka yang cukup baik untuk menggambarkan potensi pasar yang ada.” CEO Prudential Indonesia, William Kuan.
‘‘
di Indonesia. Hal ini menambah edukasi masyarakat terhadap industri syariah di Indonesia. Kedua pertumbuhan ini disebabkan oleh baiknya penjelasan yang diberikan oleh tenaga pemasaran Prudential Indonesia kepada masyarakat. Serta ketiga, pertumbuhan tersebut ditopang oleh besarnya kepercayaan masyarakat terhadap nama dari perusahaan Prudential sendiri.
yang berhak menerima. Prudential Syariah sendiri dalam praktiknya di pasar, memang berupaya merancang produk yang diharapkan dapat memenuhi beragam kebutuhan perlindungan sekaligus investasi berbasis syariah bagi konsumen di Indonesia. PRUlink syariah terdiri dari dua produk utama, yaitu PRUlink syariah assurance account (PAA Syariah) dan PRUlink syariah investor account (PIA Syariah). PAA Syariah menyediakan keleluasaan memilih salah satu atau bahkan kombinasi dari tiga pilihan
investasi syariah yang tersedia untuk pertumbuhan keuangan masa depan konsumen dengan pembayaran kontribusi secara reguler. Sementara PIA Syariah merupakan produk berkontribusi tunggal. Keduanya memberikan pilihan bagi para nasabah dalam memilih perlindungan terkait investasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pertumbuhan Dana Tabarru Signifikan
Sementara itu, Direktur Prudential Indonesia - Ahmir ud Deen mengatakan, pertumbuhan PRUlink syariah, tidak hanya terjadi dari sisi premi. Pertumbuhan juga terjadi pada sisi dana tabarru yang mencapai Rp 232,7 miliar hingga periode Juni 2012. Nilai tersebut meningkat 22,4 dibandingkan periode setahun lalu. Sementara itu total investasi tabarru Rp 200,8 miliar atau meningkat 32,8% dari sebelumnya Rp 151,2 miliar. Peningkatannya melebihi peningkatan dana tabarru di kisaran 32,8 persen. Nasabah PRUlink syariah juga mengalami peningkatan 14,4 persen dalam enam bulan terakhir di tahun 2012 menjadi 264,6 ribu. Ditambahkan Ahmir, khusus untuk premi baru syariah dari Prudential pada semester pertama tahun 2012 ini adalah sebesar, Rp 496,6 miliar, tumbuh 25,7% dibandingkan semester satu tahun 2011 Rp 394,2 miliar. Klaim yang sudah dibayarkan mencapai Rp 81,7 miliar atau naik 46,5% dari sebelumnya Rp 55,6 miliar. Dengan hasil tersebut, kontribusi unit usaha syariah Prudential adalah mencapai 10% terhadap premi Prudential Indonesia secara keseluruhan. Saat ini total pemegang polis Prudential Syariah di Prudential Indonesia mencapai 264.000 orang. Menurut Ahmir, ke depannya angka ini dapat lebih terpacu lagi, karena pertumbuhan syariah di Indonesia sangat baik. Selain itu, tambah Ahmir, manajemen juga akan mengandalkan jalur pemasaran keagenan untuk mengerek premi. Agen saat ini berkontribusi 90% terhadap perolehan premi. Sisanya dari bancassurance. Total agen asuransi dari perusahaan beraset terbesar di Tanah Air ini sendiri adalah sekitar 180.000 orang, demikian Ahmir ud Deen. Yudi Suharso edisi desember 2012
Sharing 49
B I S N I S
‘‘
”Menjalankan bisnis sosial bukan perkara mudah. ”Ketika menjelaskan sesuatu kedengarannya mudah tapi pekerjaan sesungguhnya tidak begitu mudah,” M. Yunus.
‘‘
Memahami Bisnis Sosial Bersama Muhammad Yunus
Kewirausahaan sosial dapat mengentaskan kemiskinan dan menjadi solusi untuk berbagai masalah sosial. Dengan konsep ini, setiap orang bergerak dalam roda bisnis namun bertujuan mengatasi masalah sosial. Inilah yang disebut dengan bisnis sosial. Pada Rabu (24/11), Muhammad Yunus memberikan kuliah umum di Hotel Shangrila, Jakarta atas prakarsa Danone. Corporate Social Responsibility (CSR)
”Di CSR, Anda tinggal menuliskan cek ke Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk menyantuni atau Anda menggunakan uang untuk memberikan donasi ke institusi,” (Muhammad Yunus)
Social Business (SB)
Sosial bisnis adalah bisnis yang bertanggungjawab dan bekerja menyelesaikan persoalan orang lain. Di bisnis konvensional, pengusaha akan menghitung berapa banyak uang yang dihasilkan tahun ini. Tetapi di bisnis sosial, pertanyaannya adalah berapa banyak persoalan yang sudah diselesaikan tahun ini. Apabila bisnis sosial bergerak untuk menangani anak kekurangan gizi maka pertanyaan yang muncul di akhir tahun adalah berapa banyak anak yang tidak lagi kekurangan gizi dan berapa banyak lagi yang bisa dilakukan tahun depan. Dengan konsep ini bisa dipastikan bisnis sosial adalah bisnis yang berkelanjutan. ”Tidak ada ada masalah dengan keberlanjutan. Itulah bedanya charity based dan social based organization. Charity based butuh dana segar untuk
50 Sharing edisi desember 2012
melakukan itu. Kalau social business tidak butuh dana segara lagi karena mesin terus bekerja dan bekerja sepanjang waktu,” katanya. Bisnis ini juga bukan berarti bisnis nirlaba. Bisnis ini tetap menguntungkan.
Generasi Kreatif
Generasi muda memiliki kreatifitas itu. Perkembangan teknologi juga mendukung. Anak muda memiliki kemampuan untuk keluar dari sistem. Karena salah satu prinsip dalam menjalankan bisnis sosial adalah jangan sampai meyakini apa yang sudah dijalankan sistem. Usia muda merupakan waktu yang sangat tepat untuk menggunakan free will daripada sekedar menjadi bagian sistem yang sudah terbentuk. ”Generasi muda adalah kekuatan yang kreatif dan bisnis sosial membutuhkan kreatifitas,” katanya. Oleh karena itu mereka harus dilibatkan. Salah satu cara yang dilakukan Yunus untuk merangkul kaum muda adalah dengan menggelar kompetisi desain bisnis sosial di universitas-universitas di Bangladesh. Mereka diminta menghasilkan sebuah bisnis sosial yang harga produknya tidak melebihi Rp20 ribu. Pemenangnya memperoleh
investasi untuk memulai bisnis sosial.
Uang Bukan Masalah
Jangan pernah takut tidak punya uang untuk menggerakkan bisnis sosial. Bila sudah ada ide brilian, siapa pun dari penjuru dunia akan datang untuk menyediakan dana. ”Uang bukan masalah, yang penting ada ide untuk menyelesaikan persoalan sosial,” katanya. Jangan pernah pula bermimpi untuk bisa segera menyelesaikan masalah besar. Selesaikanlah persoalan kecil lebih dulu. ”Kalau sudah menyelesaikan masalah kecil, itu sudah menjadi sejarah besar,” katanya. Bisnis sosial, menurut Yunus, adalah proses membalikkan sistem yang sudah berjalan. Itulah yang dilakukan Yunus dengan Grameen Bank. Dia membalikkan sistem perbankan konvensional di mana pemberian kredit harus menggunakan kolateral dan disampaikan kepada nasabah bankable. Grameen Bank justru memberikan dana kepada perempuan miskin tanpa agunan apapun. Jangan pernah mengikuti sistem yang sudah berjalan. Karena sistem akan
B I S N I S
membatasi ruang gerak. ”Tantang dan putarbalikkan sistem. Kita ubah keyakinan dan sistem yang sudah ada,” katanya. Jika melihat dari kacamata biasa, sistem dunia sudah berjalan dengan sempurna. Namun kacamata itu harus dilepaskan sehingga bisa terlihat apa yang sesungguhnya terjadi. Bila mengikuti sistem, maka orang yang terabaikan tidak pernah bisa menjadi konsumen. Sistem justeru akan semakin memojokkan orang yang tidak berdaya. Sejatinya, memang masyarakat yang mengubah sistem, bukan sistem yang mengubah mereka. Bila sistem diubah, maka tidak akan ada pengangguran dan kemiskinan. ”Karena sesungguhnya kemiskinan dan pengangguran bukan kesalahan mereka,” katanya. Inilah mengapa generasi muda harus
K
dilibatkan dalam kegiatan bisnis sosial karena mereka belum terbeli sistem. Mereka masih bisa menantang sistem yang sudah berjalan.
Tidak Akan Kelaparan
Siapa pun yang ingin masuk ke industri bisnis sosial ini tidak perlu khawatir akan kelaparan. Perusahaan ini memang non dividen tapi bukan non gaji. Pekerja di bidang bisnis sosial tentu tetap mendapatkan upah dari apa yang dilakukan.”Jadi Anda tidak akan kelaparan jika memiliki bisnis sosial yang baik,” katanya. Mungkin saja gagal. Kesulitan terbesar ditemukan dalam menjalankan prototipe pertama seperti membangun sebuah fitur mesin yang tidak bisa langsung dijalankan. Tetapi begitu prototipe pertama berjalan maka sistem bisa segera diulang, diperbaiki, ditingkatkan dan disesuaikan sehingga bisa berjalan efisien dan efektif.
Abaikan Cemoohan
Bisa juga di tengah jalan, orang mencemooh apa yang dikerjakan dalam bisnis sosal. Namun jangan pernah merasa terancam selama yakin dengan apa yang dilakukan. ”Apapun yang kita lakukan pasti ada yang mengeluh. Semua orang punya pendapat berbeda,” katanya. Yunus yang sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia berpendapat, banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat Indonesia untuk mengembangkan bisnis sosial. Apalagi dia mengenal bangsa Indonesia sangat kreatif. ”Anda bisa gunakan kekuatan kreatifitas untuk menyelesaikan permasalahan dan menciptakan bisnis sosial,” katanya. Sebagai contoh, bisnis sosial bisa masuk ke sektor pendidikan. Bila disampaikan kepada orang bisnis, mereka akan sangat menyukainya. g Rizky Andriati
Penduduk Tua Wiesbaden
ota Wiesbaden, Jerman adalah salah satu yang sedang berikhtiar menjalankan konsep ini. Suatu hari walikota Wiesbaden menemui Yunus sambil menyampaikan keluh kesah mengenai kota yang dipimpinnya. Persoalan besar di kota tersebut adalah minimnya usia produktif. Akibatnya anggaran kota terbebani untuk menyokong keberlangsungan hidup penduduk tua. Selain itu penduduk juga memiliki ketergantungan tinggi terhadap dana kesejahteraan. Mau tidak mau, pemerintah kota harus menarik pajak yang besar. Pada saat yang sama konflik etnis dan tingginya tingkat kejahatan juga menghantui kota yang merupakan bagian dari wilayah Frankfurt itu. Melihat persoalan tersebut, walikota Wiesbaden pun mendesain Wiesbaden sebagai kota bisnis sosial. Sang walikota meminta kepada para pengusaha di sana untuk memastikan ada bagian dari perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Malah, ada satu ruas jalan yang didedikasikan sebagai kegiatan bisnis sosial. Dalam enam tahun ke depan diharapkan sudah terbentuk 25 bisnis sosial di Wiesbaden. Belum lama ini, Yunus juga mengunjungi Haiti untuk merancang bisnis sosial. Beberapa tahun lalu, mayoritas wilayah kepulauan Haiti ditutup hutan hijau. Namun sekarang hanya satu persen wilayah yang tertutup
hutan karena orang menebang pohon untuk berbagai keperluan, termasuk kebutuhan memasak. Kerusakan lingkungan ini mengancam keberlangsungan hidup masyarakat. Selain itu Haiti juga memiliki persoalan mengenai kebutuhan pangan. Hampir sebagian besar bahan pangan diimpor dari negara tetangga, termasuk ayam yang dibeli dari Dominika. Menyelesaikan berbagai persoalan tersebut, pemerintah berinisiatif membentuk bisnis sosial di bidang perhutanan yang dirancang untuk menyelesaikan masalah lingkungan sekaligus memberikan pendapatan bagi masyarakat lokal. Hutan lokal pun ditanami tanaman kacang-kacangan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makan ternak ayam dan biofuel. Akhirnya masyarakat Haiti mulai berternak ayam untuk memproduksi telur dan daging ayam dengan memanfaatkan bahan pangan dari tanaman kacangkacangan yang ditanam di hutan. Inisiatif walikota Wiesbaden dan pemerintah Haiti memang terbilang langka. Tidak banyak pemimpin yang mempunyai semangat sebesar itu. Meski demikian Yunus berpesan, jangan menunggu pemerintah untuk menjawab persoalan sosial. Sejatinya, masyarakat mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah sendiri. Asalkan kreatif.
edisi desember 2012
Sharing 51
M A N A J E M E N
R
isiko hukum merupakan salah satu jenis risiko yang bisa mengancam lembaga perbankan. Namun diam-diam, industri perbankan syariah memendam risiko hukum yang tidak sama dengan apa yang dihadapi bank konvensional dan perlu diwaspadai. Demikian kesimpulan yang dapat ditarik dari diskusi Majalah Sharing dengan Eman Achmad Sulaeman, Managing Partner Eman Achmad & Co di kantornya di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa (6/11). Salah satu risiko hukum ini berasal dari klausul-klausul kontrak transaksi bank syariah dengan nasabah. Eman mengatakan, banyak akad
R I S I K O
ushul fikih sebagai istihsan atau kecenderungan pada sesuatu karena menganggapnya lebih baik. Namun dalam hal ini, jaminan mudharib tidak boleh ditarik oleh pihak bank jika usaha yang dijalankan tidak berhasil. Berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan usaha tidak boleh menjadi indikator bagi bank untuk mengeksekusi pembiayaan mudharabah yang tidak lancar. Bank hanya boleh menarik jaminan mudharib bila usaha yang dijalankan tidak sesuai dengan kesepakatan.
syariah. Dari pengalamannya sebagai nasabah sebuah bank syariah, Eman melihat hal ini belum menjadi perhatian serius bagi bank syariah. Sebagai contoh, dia pernah ditelepon seorang agen pemasaran yang menawarkan ’kartu kredit syariah’. Konsekuensinya, orang yang tidak mengerti bisa saja menganggap sama dengan kartu kredit di bank konvensional yang menggunakan konsep bungaberbunga.
Menurut Eman, penulisan klausul dalam kontrak bank syariah ini tidak bisa disepelekan. Oleh karena itu perlu
”Dari internal mereka saja sudah menyampaikan hal yang keliru. Ini juga akan menimbulkan risiko,” katanya lagi.
dibuat pedoman dalam pembuatan kontrak di setiap transaksi bank syariah. Hal ini harusnya diinisiasi oleh Bank Indonesia sebagai regulator di industri perbankan. Dengan demikian berbagai risiko hukum yang muncul karena kerancuan klausul kontrak bisa dieliminasi.
Bagi yang sedang dalam keadaan darurat dan membutuhkan dana cepat, biasanya nasabah tidak akan mempedulikan mengenai isi kontrak.
Awas, Risiko Hukum Mengintai! dalam kontrak di bank syariah yang hanya mengcopy-paste dari kontrak bank konvensional. Di sinilah letak bahayanya. Dia mencontohkan, dalam kontrak pembiayaan mudharabah kerap dimasukkkan kata ’pelunasan’ dan ’pengembalian’. Padahal sejatinya tidak ada utang-piutang dalam akad ini. Yang ada adalah pemberian modal. ”Kan tidak mungkin, ada pemberian modal kemudian ada kalimat pelunasan. Ada juga kata pengembalian. Itu akan membuat rancu dan hampir di setiap bank seperti itu,” kata Eman. Kerancuan ini sesungguhnya akan memberatkan bank syariah di kemudian hari. Pasalnya, kata ’pelunasan’ menunjukkan adanya utang-piutang. Akibatnya, perjanjian dalam akad mudharabah bisa dinyatakan batal jika di dalamnya ada kata tersebut. Bank syariah tentunya bisa dirugikan bila perjanjian dianggap batal. Dalam klausul perjanjain mudharabah sering juga disebutkan bahwa mudharib (pengelola usaha) harus menyertakan jaminan. Karena bukan transaksi hutang piutang, sejatinya akad mudharabah tidak perlu menyertakan jaminan. Kalaupun disebutkan sebagai syarat, maka jaminan itu dikategorikan dalam
52 Sharing edisi desember 2012
Risiko Hukum dari Pemasaran Jor-joran
Eman mengatakan, risiko hukum lain muncul dari kegiatan pemasaran jorjoran yang tidak menjelaskan secara utuh mengenai sistem perbankan syariah beserta risiko-risiko hukum di dalamnya. Padahal penjelasan yang paripurna ini jelas dibutuhkan masyarakat yang belum banyak mengenal mengenai perbankan
Mereka mau saja menandatangani klausul-klausul meskipun kontrak tersebut belum dipahami. Namun di kemudian hari, hal ini bisa merugikan bank syariah karena pembubuhan tandatangan dalam kontrak oleh nasabah bukan berarti bank memiliki kewenangan penuh. Fakta di lapangan, putusan pengadilan di Indonesia pada 2009 lalu pernah memenangkan nasabah terhadap sebuah bank konvensional dalam sebuah kasus derivatif meski sesungguhnya nasabah tersebut sudah menandatangani kontrak perjanjian.
M A N A J E M E N
‘‘
”Kerancuan ini sesungguhnya akan memberatkan bank syariah di kemudian hari. Pasalnya, kata ’pelunasan’ menunjukkan adanya utang-piutang. Akibatnya, perjanjian dalam akad mudharabah bisa dinyatakan batal jika di dalamnya ada kata tersebut. Bank syariah tentunya bisa dirugikan bila perjanjian dianggap batal”.
‘‘
Dalam kasus ini, pengadilan menilai perjanjian tidak berimbang dan nasabah juga tidak diberitahukan secara jelas mengenai risiko transaksi derivatif tersebut. Akibatnya, pengadilan membenarkan nasabah dan membatalkan perjanjian itu. Bila kontrak dianggap mengeksploitasi dan ada ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban antara satu pihak dengan pihak yang lain maka pengadilan bisa menganggap ada penyalahgunaan wewenang di sana. ”Di kitab undang-undang hukum perdata disebutkan bahwa perjanjian harus seimbang. Kalau tidak fair dan ada penyalahgunaan wewenang, maka perjanjian bisa dibatalkan. Dan ini sudah pernah terjadi,” katanya. Oleh karena itu, menurut Eman, sebelum meyakini nasabah untuk mengambil keputusan bertransaksi di bank syariah maka ada baiknya memberikan pemahaman mendalam bagi mereka. Bahkan perlu juga menjelaskan mengenai fatwa yang melandasi adanya produk tersebut. ”Kuncinya adalah pemahaman bagaimana menjelaskan kepada nasabah mengenai suatu produk perbankan syariah dengan pemahaman simetris karena asymmetric information
R I S I K O
akan menjadi persoalan,” katanya. Ke depan, menurut Eman, bank syariah juga harus mulai memperhatikan teknik pemasaran agar tidak membuka celah tuntutan hukum karena tidak mengindahkan berbagai aspek risiko hukum. Namun sayangnya Eman belum melihat ada bankir syariah mau repot-repot memberikan penjelasan secara detil kepada nasabahnya. Jika tidak mendapat perhatian hal ini justru akan memberikan dampak pada risiko reputasi yang bisa menyebabkan nasabah tidak lagi percaya terhadap bank syariah. Oleh karena itu menjadi keniscayaan bagi bank syariah untuk terus meningkatkan kapasitas para bankir syariah, salah satu tujuannya agar sanggup memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai produk-produk bank syariah kepada
masyarakat. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bank syariah tidak boleh langsung melepaskan dana sebelum dokumen rampung. Eman mengatakan, berbagai persoalan hukum di ranah perbankan sering muncul karena bank sudah menggelontorkan dana kepada nasabah sementara dokumentasi belum tersedia. ” Itu bisa menjadi persoalan, bahkan mengakibatkan risiko lebih besar bagi perbankan. Oleh karena itu mulai saat ini bank syariah harus berusaha memenuhi dokumentasinya dulu sebelum transaksinya. Kemudian juga memberitahukan kepada nasabah mengenai risiko-risikonya,” katanya. g
Rizky Andriati
Tips Tahap-tahap Penyiapan Akad n Pemahaman Transaksi Pembiayaan n Pemahaman Ketentuan yang berlaku termasuk Fatwa DSN dan
yurisprudensi terkait
dokumen pendukungnya
pendukungnya
pendukungnya apa sudah sesuai dengan bunyi akad
n Penentuan Kerangka Akad Sesuai dengan Jenis Pembiayaan n Penentuan dan pengecekan syarat sahnya Akad n Penentuan klausul akad yang diperlukan n Penentuan Dokumen Pendukung n Proses Penutupan Akad, termasuk penandatanganan akad dan n Melakukan pengecekan dan pendokumentasian akad dan dokumen n Melakukan monitoring pelaksanaan akad dan dokumen n Melakukan strategi preemptif litigasi
Strategi Preemptif Litigasi n Melakukan identifikasi kemungkinan resiko hukum yang terjadi
berdasarkan hasil monitoring akad
persoalannya
n Melakukan analisis resiko hukum tersebut untuk mencari titik n Menyiapkan argumentasi hukum atas resiko tersebut n Melakukan penelaahan terhadap profil para penyelesai sengketa
tergantung forum mana yang dipilih (jika arbitrase, profil arbiter dan jika pengadilan, profil hakim) n Menyesuaikan argumentasi hukum yang disiapkan sesuai dengan pola pikir arbiter/hakim sebagaimana telah dikumpulkan sebelumnya n Apabila terjadi sengketa, menyiapkan gugatan/jawaban dengan mempertimbangkan argumentasi yang tekah disiapkan sebelumnya.
(Sumber: Eman Achmad & Co.)
edisi desember 2012
Sharing 53
F O K U S
Kilas Balik Industri Perbankan Syariah 2012:
Dari Pembatasan Bisnis Emas Sampai Kredit Konsumtif
I
ndustri perbankan syariah pada awal 2012 sudah harus dipaksa “mengerem” eksistensi salah satu produk andalannya, yaitu gadai emas syariah. Padahal produk gadai emas syariah ini sempat menjadi booming di tahun sebelumnya 2011, yang ditandai dengan masing-masing bank syariah seakan berlomba-lomba mengeluarkan insentif produk gadai emas syariah yang menarik bagi para nasabahnya. Akibat produk gadai emas ini ditengarai telah disalahgunakan sebagai instrumen spekulatif oleh para spekulan yang berkedok nasabah bank syariah, maka Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga bank sentral pengatur bisnis perbankan di tanah air, secara tegas berinisiatif untuk memperketat aturan mengenai produk ini. Hal ini dikarenakan BI menemukan adanya pelanggaran penggunaan gadai emas sebagai alat investasi dengan sistem gadai berulang maupun bertingkat. Selain itu, juga ditemukan adanya pelanggaran komitmen dari bank mengenai batasan plafon gadai emas untuk setiap nasabah dan rasio pinjaman terhadap nilai jaminan
54 Sharing edisi desember 2012
[finance to value/FTV]. Karena itu, BI pada awal Januari 2012 tak ragu untuk memberikan surat pembinaan kepada delapan bank syariah yang memiliki produk gadai emas syariah, dengan klasifikasi 4 Bank Umum syariah (BUS) dan 4 unit usaha syariah (UUS). Dalam surat pembinaan tersebut, intinya BI meminta bankbank tersebut melakukan penyesuaian. Dalam merespon surat pembinaan itu, beberapa bank syariah yang ada sempat menghentikan sementara produk gadai emas syariah bagi para nasabah barunya, guna melakukan konsolidasi internal. Tak cukup hanya surat pembinaan, BI juga melakukan “action” dari sisi regulasi yang memperketat aturan gadai syariah, dengan Surat Edaran No..14/7/DPbS tertanggal 29 Februari 2012 perihal Produk Qardh Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dengan regulasi tersebut, BI ingin mengembalikan fungsi gadai syariah sesuai prinsip syariah yaitu untuk membiayai kebutuhan dana jangka pendek (darurat), dan sebagai tambahan modal kerja jangka pendek
untuk Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Surat edaran itu sendiri adalah dibawah PBI [Peraturan Bank Indonesia] untuk produk perbankan syariah. Dalam surat edaran tersebut, BI secara rinci memberikan batasan, bahwa jumlah pembiayaan paling banyak sebesar Rp250.000.000,00 untuk setiap nasabah, dengan jangka waktu paling lama 4 bulan dan dapat diperpanjang paling banyak 2 kali. Khusus untuk nasabah UMK dapat diberikan pembiayaan paling banyak sebesar Rp50.000.000,00, dengan jangka waktu paling lama 1 tahun dengan angsuran setiap bulan dan tidak dapat diperpanjang. Bank-bank syariah yang terkena surat edaran di atas mencoba merespon aturan ini dengan baik. Beberapa bank syariah yang sempat menutup sementara produk gadai emasnya pun kini sudah eksis kembali. Namun karena dalam prakteknya produk ini sudah dibatasi surat edaran BI di atas, maka secara logis akhirnya memang terjadi penurunan dari volume pembiayaan gadai emas ini diberbagai bank syariah yang menyediakan produk
F O K U S
ini. Berdasarkan sumber Sharing, tiga bank syariah yang paling banyak menjual produk gadai emas, yakni BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Danamon Syariah, tercatat mengalami penurunan volume produk gadai emas ini, meski detail data angka pasti penurunannya belum Sharing dapatkan.
Ramai-ramai Luncurkan Pembiayaan Kepemilikan Emas
Selain regulasi mengenai pembatasan gadai emas di atas, regulasi untuk industri perbankan syariah yang lahir di tahun 2012 ini adalah; SE Nomor 14/16/ DPbS tertanggal 31 Mei 2012 perihal produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (PKE) bagi bank syariah dan unit usaha syariah (UUS). Regulasi ini merupakan pembuka jalan bagi industri perbankan syariah guna menyediakan produk PKE dengan cara menggunakan akad murabahah (jual-beli secara mencicil). Perijinan produk ini disiapkan BI guna memberi ruang bagi nasabah bank syariah yang ingin berinvestasi dengan cara mencicil emas. Produk PKE ini memang cukup lama dinanti-nanti oleh bank-bank syariah. Karena memang investasi kepemilikan emas batangan saat ini sedang jadi tren di masyarakat. Prospek pembiayaan kepemilikan emas cukup bagus karena minat masyarakat berinvestasi pada emas tinggi, karena nilainya yang terus naik secara berkala. Produk PKE ini disinyalir paling tidak bisa menjadi “pelipur lara” bagi bank syariah, yang sudah tak bisa “bebas” lagi “bermain” di produk gadai emas mereka. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk (Danamon) adalah yang pertama kali meluncurkan produk PKE. Pada 18 Oktober 2012 lalu di Jakarta, mereka me-launching produk PKE, “Solusi Emas Murni”. Oleh Danamon Syariah, produk ini diplot akan menjadi sumber dana berbagai kebutuhan jangka panjang nasabahnya seperti persiapan dana pendidikan, dana ibadah haji atau umroh, persiapan dana pensiun atau kebutuhan lainnya di masa mendatang. Solusi Emas Murni Danamon Syariah memberikan maksimum pembiayaan kepemilikan emas hingga sebesar Rp 150 juta untuk setiap nasabah dengan tenor 2 - 5 tahun. Pihak Danamon Syariah sangat yakin dengan prospek
bisnis PKE-nya ini, Mereka bahkan berharap sampai akhir tahun 2012 ini, produk Solusi Emas Murni bisa menyalurkan PKE hingga mencapai Rp 150 miliar. BNI Syariah juga telah memperoleh izin dari BI untuk meluncurkan produk baru PKE ini. Mereka kini tinggal menunggu momen yang tepat saja guna me-launching produk ini. Saking yakinnya dengan potensi bisnis produk PKE, bahkan BNI Syariah sempat menargetkan produk ini akan mampu mencetak pembiayaan sebesar Rp 50-100 miliar hingga akhir 2012, apabila mereka jadi sesuai rencana me-launching produk ini pada Oktober 2012 lalu. Sayangnya peluncuran di Oktober lalu masih tertunda hingga sekarang. Bank syariah lainnya juga tengah antri menunggu giliran keluarnya izin dari BI terkait produk PKE ini. Tercatat BRI Syariah juga telah mengajukan izin ke BI, dan kini sedang dalam tahap pembahasan. Diharapkan izin tersebut bisa keluar akhir tahun ini atau awal 2013. Sementara itu, Bank Syariah Bukopin (BSB) setali tiga uang. Mereka juga tengah menunggu keluarnya izin dari BI terkait produk PKE, sekaligus juga produk gadai emas syariahnya. Karena sebelum ini, BSB memang belum mempunyai produk gadai emas syariah.
Aturan DP Pembiayaan Kendaraan Bermotor, untungkan Bank Syariah
Kedua regulasi baru dari BI di atas memang ditujukan langsung untuk industri perbankan syariah di tanah air. Namun demikian, ada juga regulasi lainnya yang tidak ditujukan ke bank syariah, namun regulasi itu bakal cukup berpengaruh terhadap perkembangan bank syariah. BI pada 15 Maret 2012, telah mengeluarkan Surat Edaran No 14/10/DPNP tentang Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Menyediakan Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit Kendaraan Bermotor. Surat edaran BI tersebut telah diberlakukan secara efektif pada Juni 2012 ini. Inti dari Surat Edaran BI di atas, salah satunya adalah ketentuan tentang uang muka untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) adalah minimal 25% untuk kendaraan roda dua, dan 30%
untuk kendaraan roda empat. Dengan adanya surat edaran BI tersebut, maka diperkirakan industri perbankan syariah akan lebih berkembang, khususnya untuk segmen pembiayaan kendaraan bermotor syariah. Karena nasabah yang terbiasa bertransaksi pembiayaan kendaraan bermotor di bank konvensional, akan beralih ke bank syariah yang untuk sementara ini, tidak dikenakan aturan batasan uang tersebut. Karena sebelum adanya aturan soal batasan DP kendaraan bermotor diberlakukan, batas DP kredit kendaraan bermotor pada pembiayaan kendaraan bermotor konvensional hanya 5%, sedangkan di pembiayaan syariah rata-rata sudah 15%. Artinya, kalaupun nanti akan diberlakukan juga aturan pembatasan DP untuk pembiayaan kendaraan bermotor syariah, maka pembiayaan syariah di bank syariah tak akan terlalu berpengaruh, karena DP di pembiayaan bermotor syariah di bank syariah tersebut sudah mendekati batasan dari regulasi yang berlaku. Selain keunggulan di atas, pembiayaan kendaraan bermotor syariah juga mempunyai nilai tambah lainnya, yaitu pembiayaan kendaraan bermotor syariah memberikan kepastian cicilan. Hal ini berbeda dengan konvensional yang bisa berubah-ubah mengikuti tingkat suku bunga bank. Sehingga, sangat wajar apabila Adiwarman Karim meyakini pembiayaan kendaraan bermotor syariah di perbankan syariah ke depannya akan terus meningkat dengan pesat, dan bisa bersaing dengan pembiayaan konvensional. Tidak seperti sebelumnya, dimana pembiayaan kendaraan bermotor sangat didominasi oleh pembiayaan konvensional di bank syariah. Dari pengamatan Sharing, tercatat hampir semua bank syariah mempunyai pembiayaan kendaraan bermotor. BSM, Bank Muamalat Indonesia, BRI Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah, BCA Syariah, Panin Bank Syariah, dan lain-lain, semuanya menawarkan kemudahan pembiayaan kendaraan bermotor dengan skema murabahah dengan biaya yang bervariasi. g
Yudi Suharso edisi desember 2012
Sharing 55
M E N Y I G I
I N D O N E S I A
D E N G A N
E K O N O M I
‘‘
“Dalam konteks keuangan syariah, penghapusan pajak ganda murabahah tahun 2010 lalu saja tidak cukup, namun perlu diperluas ke akad-akad yang lainnya, seperti akad ijarah maupun ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT). Jangan kalah oleh Inggris yang sudah menghapus pajak ganda murabahah pada tahun 2003, dan pajak ganda pada ijarah dan musyarakah pada 2005 lalu”.
‘‘
Irfan Syauqi Beik
Kaprodi Ekonomi Syariah FEM dan Sekretaris Eksekutif Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah IPB
S YA R I A H
Mendorong Kebijakan Pro Ekonomi dan Keuangan Syariah di 2013
P
ergantian tahun merupakan momentum yang sangat tepat untuk melakukan koreksi dan perbaikan, termasuk dalam meningkatkan kualitas pembangunan ekonomi syariah. Tahun 2012 telah menjadi saksi bahwa institusi ekonomi syariah telah menunjukkan kinerja yang luar biasa. Perbankan syariah misalnya, total asetnya telah melebihi angka Rp 168 trilyun per September 2012. Kembali naik setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan signifikan akibat penarikan dana haji oleh pemerintah. Diperkirakan bahwa total aset perbankan syariah dapat menyentuh angka Rp 229 trilyun pada bulan Maret 2013. Demikian pula dengan perkembangan penerbitan sukuk negara dan sukuk
56 Sharing edisi desember 2012
korporasi yang juga mengindikasikan kinerja yang sangat baik. Hingga 1 November 2012, total sukuk yang telah diterbitkan mencapai angka Rp 128 trilyun, dengan pangsa pasar yang mencapai angka hampir 10 persen. Barangkali inilah market share instrumen keuangan syariah yang paling besar dibandingkan dengan yang lainnya, seperti asuransi syariah yang baru mencapai angka 3,3 persen dan perbankan syariah yang baru menyentuh level 4,2 persen. Dengan angka pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai angka 6,3-6,7 persen tahun depan, dan jumlah kelas menengah Muslim yang juga diperkirakan akan naik, maka prospek dan peluang pengembangan institusi ekonomi dan keuangan syariah
masih sangat besar. Tinggal sekarang bagaimana kita bisa mendorong akselerasi pembangunan ekonomi syariah melalui penguatan dukungan dan regulasi pemerintah. Harus kita sadari bahwa masih banyak kebijakan yang belum sepenuhnya ‘bersahabat’ dengan ekonomi syariah. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah kita semua, yaitu bagaimana meminimalisasi sejumlah kebijakan yang kurang bersahabat dengan pengembangan ekonomi syariah, dan menggantinya dengan kebijakankebijakan yang mendukung. Penulis melihat, paling tidak, ada sembilan kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2013 dalam rangka memperkuat peran institusi ekonomi syariah nasional.
M E N Y I G I
I N D O N E S I A
Sembilan Kebijakan
Pertama, meningkatkan volume penempatan dana APBN di perbankan syariah. Kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan memberi kesempatan para PNS untuk memilih rekening bank syariah sebagai tempat untuk menerima gaji mereka. Di beberapa institusi, seperti IPB, hal ini telah dilakukan, dimana 90 persen dosen dan tenaga kependidikan IPB lebih memilih bank syariah untuk rekening gaji mereka. Tinggal bagaimana kesempatan untuk memilih ini bisa diperluas ke institusi lainnya. Kalau perlu, Kementerian Agama memberikan contoh dengan mewajibkan para PNS yang tinggal di kota/kabupaten yang ada bank syariahnya, untuk memiliki rekening bank syariah dan menyalurkan gaji mereka melalui bank tersebut. Penempatan dana APBN di perbankan syariah juga dapat dilakukan melalui pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang bersumber dari dana APBN. Misalnya, dalam proyek pembangunan jalan di daerah, hendaknya pembayaran kepada para kontraktor pemenang tender dilakukan via BPD syariah atau UUS yang dimiliki oleh BPD tersebut. Kedua, menempatkan aset-aset BUMN di perbankan syariah. Setiap BUMN non bank, diwajibkan oleh Kementerian BUMN untuk menempatkan minimal sepertiga dananya di perbankan syariah. Hal ini dipastikan akan mendorong peningkatan aset perbankan syariah secara signifikan, sehingga target pangsa pasar 5 persen pada tahun 2013 akan dapat dilewati dengan mudah. Bahkan mungkin bisa lebih besar dari target tersebut. Ketiga, mendorong penerapan aturan perpajakan yang “ramah” terhadap praktik ekonomi dan keuangan syariah, terutama terkait dengan transaksi keuangan syariah selain murabahah, dan terkait dengan pembangunan zakat nasional. Dalam konteks keuangan syariah, penghapusan pajak ganda murabahah tahun 2010 lalu saja tidak cukup, namun perlu diperluas ke akad-akad yang lainnya, seperti akad ijarah maupun ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT). Jangan kalah oleh Inggris yang sudah menghapus pajak ganda murabahah pada tahun 2003, dan pajak
D E N G A N
E K O N O M I
S YA R I A H
ganda pada ijarah dan musyarakah pada 2005 lalu.
dengan kinerja penurunan kemiskinan secara nasional.
Meski telah ada Peraturan Menteri Keuangan No 136/PMK.03/2011 dan No 137/PMK.03/2011, namun hal tersebut dirasakan belum optimal karena berpotensi menimbulkan penafsiran yang beragam. Asbisindo menyatakan bahwa potensi multitafsir tersebut antara lain dikarenakan tidak adanya penegasan bahwa pajak dikenakan hanya pada ujroh (pendapatan ijarah), sehingga ada peluang pengenaan pajak pada depresiasi pokok pembiayaan. Jika ini terjadi, maka produk perbankan syariah menjadi kurang kompetitif dibandingkan bank konvensional.
Kelima, meningkatkan volume pembiayaan untuk rakyat, seperti kredit pertanian dan usaha mikro, termasuk KUR, dengan menggunakan akad-akad syariah. Program seperti PUAP Kementerian Pertanian misalnya, harus mulai diarahkan kepada pola pembiayaan syariah pada tahun 2013 ini. Keenam, perlunya penguatan terhadap lembaga keuangan mikro syariah (LKMS), baik secara aturan hukum, maupun terkait dengan pelibatan LKMS dalam programprogram pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah. RUU LKM yang rencananya masih akan dibahas di prolegnas 2013, harus menjamin penguatan terhadap posisi dan peran LKMS ini.
Adapun dalam konteks zakat, pemerintah harus mendorong aturan perpajakan yang “bersahabat” dengan pelaksanaan zakat. Meski PP No 60/2010 telah mengatur teknis pelaksanaan zakat sebagai pengurang pendapatan kena pajak, namun aspirasi para penggiat zakat dan masyarakat pada umumnya adalah supaya zakat menjadi pengurang pajak langsung. Oleh karena itu, UU No 36/2008 diusulkan untuk dapat diamandemen pada tahun 2013, dan salah satu klausul yang masuk dalam proses amandemen tersebut adalah kebijakan zakat sebagai pengurang pajak langsung. Tidak perlu ada kekhawatiran akan adanya trade off antara zakat dengan pajak jika kebijakan ini diterapkan. Yang ada justru kebijakan ini dapat mendorong peningkatan penerimaan zakat dan pajak secara sekaligus, sebagaimana yang terjadi di Malaysia. Selanjutnya, kebijakan yang keempat adalah mewajibkan para PNS dan BUMN/BUMD yang telah memenuhi syarat dan ketentuan syariah, untuk menunaikan kewajibannya sebagai muzakki. Hal ini diharapkan dapat mendongkrak penerimaan zakat nasional, dan diyakini akan menurunkan jumlah kemiskinan dengan lebih baik lagi. Dalam studi IZDR (Indonesia Zakat and Development Report) 2012, terungkap fakta bahwa program pendistribusian dan pendayagunaan zakat, mampu mengurangi jumlah kemiskinan mustahik sebesar 21,11 persen. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan
Ketujuh, penguatan instrumen sukuk negara (SBSN) terutama dalam hal pembangunan infrastruktur. Pembiayaan proyek pembangunan melalui SBSN harus menjadi prioritas pada tahun 2013. Rencana pembangunan jalur ganda kereta api tahun 2013 yang akan dibiayai oleh sukuk negara sebesar Rp 1,5 trilyun, merupakan suatu hal yang perlu diapresiasi. Selain itu, perlunya penguatan aturan mengenai SPV (Special Purpose Vehicle) sebagai perusahaan penerbit sukuk. Bahkan perlu diusulkan adanya RUU tentang SPV secara khusus. Disamping sukuk negara, perlu juga dipikirkan untuk mendorong perusahaan agar mau menerbitkan sukuk retail, yang ini akan sangat membantu para investor kecil (masyarakat umum) untuk berinvestasi. Kedelapan, terkait OJK, maka OJK harus betul-betul mengakomodir dan mendorong penguatan industri keuangan syariah secara komprehensif. Di setiap sektor keuangan konvensional, maka harus ada instrumen dalam OJK yang menangani sektor keuangan syariah. Kesembilan, perlunya usulan mengenai RUU tentang Dual Economic System, sebagaimana yang pernah diusulkan oleh Prof Veitzal Rivai, sebagai payung hukum berjalannya mekanisme pembangunan ekonomi syariah yang setara dengan ekonomi konvensional pada semua lini. Wallahu a’lam. edisi desember 2012
Sharing 57
E N T R E P R E N E U R
krim sudah bisa diminum. Praktis saja. Ini adalah ide cemerlang Emmy Listikgustiam, wanita berusia 42 tahun yang awalnya hanya penjual kopi warungan. Itupun dia meneruskan usaha milik sang Bunda, Hajah Sa’ada.
Akibat Kewalahan
Kala itu, Emmy hanya membantu usaha warung kopi sang Bunda di kawasan sekitar pasar Kepanjen yang selalu ramai dikunjungi penikmat kopi. Konon, aroma dan kenikmatannya khas dan alami. Sang Bunda kewalahan melayani pelanggannya. Sebab, produksi kopi bubuk yang harus dibuat setiap hari
ini yang ada baru teh celup,’’ kenangnya. Emmy bersama suaminya, anaknya Deddy Uno dan Robby Istagfiru sepakat meriset kopi celup. Mereka sulit menemukan kemasan kop celup, desain dan mesin kopi celup pun tidak ada. Yang ada adalah mesin-mesin teh celup yang harganya ratusan juta, buatan Jerman seharga Rp 400 juta dan China seharga Rp 200 juta per unit. Emmy tidak putus asa. Dia beralih untuk mencari desain produk kopi celup. Termasuk nama dari kopi celup yang hendak dibuat. ‘’Desain dan nama kopi celup yang dibikin akhirnya ditemukan. Kopi celup itu diberi nama Kopi Celup Uno yang artinya kopi nomer satu,’’ kata Emmy.
Kopi Celup Uno dari Malang terus bertambah. Akhirnya, Hajah Sa’ada meminta agar suami Emmy, Su’udi (52 tahun) membuatkan oven untuk menggoreng kopinya dan selep penghalus kopi. Su’udi yang lulusan SMK mencoba merakit penggorengan atau oven kopi untuk menyangrai dan selep penghancur kopi. Hasilnya, cukup memuaskan. Oven yang dibuat Su’udi mampu menggoreng kopi dengan kapasitas 5 Kg dan selepnya bisa 1 kuintal per hari.
M
au teh atau kopi? Celup atau seduh? Teh celup itu sudah biasa, kalau kopi? Mana ada kopi celup. Tetapi kini Emmy Listikgustiam menawarkan cara baru dalam menikmati kopi, semudah cara menikmati teh, kopi celup. Kopi celup buatan Emmy yang warga Jalan Malang, Kepanje, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini dikemas persis sama dengan teh celup. Cukup ditaruh di cangkir atau gelas, lalu tuangkan air panas, lantas diberi gula secukupnya. Bisa juga dicampur susu segar atau
58 Sharing edisi desember 2012
Kapasitas yang cukup banyak itu membuat oven dan selep bikinan Su’udi ini terlalu berlebihan jika hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Apalagi, selep penghalus kopi yang dibuat. Bahan bakunya terlalu sedikit. Emmy pun membuka jasa pengovenan dan penggilingan kopi pada para penjual kopi warungan lainnya di Kepanjen.
Ide Kopi Celup
‘’Suatu ketika kami duduk santai bersama keluarga minum teh bersama. Saat itu terlintas dan meluncur dari mulut saya. Saya bilang bagaimana kalau membuat kopi celup. Kan selama
Membuat Ramuan
Dari desain, formula pun dibuat. Trial and error. Awalnya, kemasan teh celup isinya diganti kopi. Setelah teh celup dikeluarkan, diganti kopi bubuk buatannya. Hasilnya tidak memuaskan sampai didapatkan formula yang memuaskan. Emmy memadukan dua jenis kopi: robusta dan arabica. Dicampur lalu disangrai bersama-sama, baru diselep dengan ukuran tertentu hingga mengkristal. Setelah itu, dimasukkan dalam kemasan teh celup. Rasanya, juga masih belum memuaskan. Lalu dia mencoba memakai kertas bungkus dan benang untuk teh celup buatan Korea. Sebab, kemasan teh celup lokal dinilai tidak pas, karena terlalu halus. Sehingga aroma kopinya tidak keluar. Begitu menggunakan kertas dan benang produksi Korea dengan takaran khusus 5 gram, kopi celup yang diproduksi sesuai harapannya. Aroma kopinya pun sangat terasa khas. Diputuskannyalah untuk memproduksi massal. ‘’Awalnya, saya produksi secara konvensional. Saya pakai tiga tenaga
E N T R E P R E N E U R
kerja untuk menjahit kemasan itu. Karena permintaan terus meningkat, akhirnya kami cari mesin khusus untuk kopi celup ini. Sebab, nama dan desain serta ramuannya sudah ditemukan,’’ jelasnya.
Mesin Tembakan
Untuk itu, Emmy bersama keluarganya justru kesulitan mencari mesin pembuat kopi celup yang modern dan serba otomatis. Mereka pun berburu mesin dan pesan ke mana-mana, termasuk lewat dunia maya. Akhirnya, ditemukanlah mesin ‘’tembakan’’ untuk teh celup di Surabaya. Emmy memesan kepada pembuat mesin tiruan teh celup China di Surabaya, untuk dibuatkan mesin khusus untuk kopi celup. Setelah ditunggu berbulan-bulan, pembuat mesin itu angkat tangan tidak sanggup. Emmy bersama Su’udi nekat, memutuskan untuk membeli mesin teh celup ‘tembakan’ itu. Mesin teh celup itu dibeli seharga Rp 63 juta. Su’udi pun memutar otak untuk memodifikasi mesin teh celup itu menjadi mesin kopi celup. Setelah berfungsi sebagai mesin kopi celup, kapasitas produksinya pun tidak tanggung-tanggung. Dalam sehari, mesin itu mampu dioperasikan selama delapan jam dengan kapasitas 1 kuintal kopi celup. Kopi celup Uno dikemas dan diproduksi dengan teknologi modern. Pengemasan dilakukan dengan sealler khusus untuk kertas aluminum foil untuk menutup satu kemasan kopi celup. Tiap pak ada 20 saset kopi celup. Sedangkan tiap kardus diisi 30 pak.
Model Pemasaran
Bisa jadi, kopi celup temuan ibu dari Deddy Uno dan Robby Istigfauri ini yang pertama di dunia. Sebab, selama ini memang belum ada kopi celup di pasaran. Apalagi, kopi celup yang diproduksi secara massal dengan teknologi modern. Namun, kopi celup yang diproduksi itu awalnya di pasaran tidak laku seperti yang diharapkan. Sebab, sebagai produk baru masih banyak diragukan pedagang kopi di pasaran. Tak jarang
produk Emmy ditolak di pasaran. ‘’Dulu untuk titip saja di warung kopi banyak yang menolak. Begitu juga toko-toko dan pusat-pusat oleh-oleh dan makanan di Malang. Mereka tidak mau dititipi. Alasannya, takut tidak laku karena barang baru,’’ katanya. Untuk itu, Emmy mencoba memasarkan lewat internet dan blackberry. Dampaknya lumayan. Banyak orang yang pesan dan minta dikirimi. Kopi celup Uno pun mulai beredar di pasaran. Tidak hanya di kawasan Malang Raya seperti Kabupaten Malang, Kota Malang dan Batu, juga berbagai kota di Indonesia. Misalnya, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, Bandung, Jakarta, Tenggarong, Banjarmasin, Samarinda (Kalimantan), Jambi, Lampung, Aceh, Palembang (Sumatera), hingga Denpasar, Bali. Permintaan dari berbagai negara pun datang. Misalnya, Singapura, Belanda, Jepang, Arab Saudi, Hongkong dan lain sebagainya. ‘’Mereka cari ke sini. Barang sudah cocok dan minta dikirimi. Namun, masih belum deal soal pengiriman. Itu karena kami masih kesulitan untuk melakukan ekspor ke sana terkait persyaratan,’’ jelas Emmy. Menurut Emmy, berdasarkan persyaratan yang harus dipenuhi, pengirim harus memiliki badan hukum perusahaan. Saat ini badan hukum usaha milik Emmy ini berbentuk CV. Padahal, untuk mengekspor menurut dia, badan hukumnya ada yang minta harus perseroan terbatas (PT). ‘’Untuk itu masih kami urus,’’ tegasnya.
Kerjasama dengan Pengusaha Singapura
Begitu juga dengan penawaran kerja sama dari pengusaha susu asal Singapura. ‘’Anak kami, Deddy Uno bertemu dengan pengusaha susu asal Singapura. Awalnya, kopi yang kami buat dicelupkan dengan susu produksi Singapura itu. Ternyata hasilnya enak. Sehingga, mereka mengajak kami untuk bekerja sama,’’ jelasnya. Ketertarikan pengusaha susu asal Singapura itu tidaklah berlebihan. Sebab, kopi celup produksi CV Roema Kopi ini tidak hanya menarik dari segi kemasan yang diproduksi secara modern. Namun, aroma rasanya yang
khas dan alami. Kealamian itu menurut Emmy karena ramuan yang dibikin beda dengan kopi-kopi lainnya. Dia memadukan kopi jenis Robusta dan Arabika. Kebetulan di Malang paling banyak kopi robusta. Karena itu, diakui Emmy bila model penjualan yang dijalankan selama ini masih reseller. Dia mengaku tidak menggunakan distributor khusus dengan alasan modal yang dimiliki masih belum memadai. Sehingga, memanfaatkan kolega yang dimiliki di tiap daerah atau kota tersebut. g
AH (A. Haji) edisi desember 2012
Sharing 59
P E N D I D I K A N
FK UNISMA:
Memadukan Kedokteran Modern dan Herbal
H
ampir semua Fakultas Kedokteran di perguruan tinggi negeri ini berorientasi kepada pengobatan modern. Namun, tidak demikian dengan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Malang (UNISMA). UNISMA menjadi Perguruan Tinggi pertama di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) yang dengan bangga memproklamasikan diri sebagai FK yang berfokus kepada pengobatan herbal dan Islami. Menurut Dekan Fakultas Kedokteran UNISMA, Dr. HRM. Hardadi Airlangga, SpPD , sunnah Nabi Muhammad Saw, tradisi nenek moyang, dan kekayaan sumber daya alam (SDA) Indonesia menjadi inspirasi tersendiri. ‘’Terutama
60 Sharing edisi desember 2012
potensi kekayaan di hutan dan laut yang luar biasa. Makanya, kami berfokus kepada kedokteran herbal,’’ kata Hardadi Airlangga kepada Asan Haji, kontributor Sharing. FK UNISMA diperkenankan memuat kandungan lokal sebagai kekhususan. Kekhususan itu adalah ahlu sunnah wal jamaah (Islami) dan herbal medicine sebagai salah satu terapi komplementer. ‘’Jadi, sifatnya melengkapi penatalaksanaan pengobatan,’’ kata Hardadi. FK UNISMA menerapkan pengobatan tradisional, kata Hardadi, juga berlandaskan sunnah Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Para Sahabat sebagaimana di Hisbun
‘‘
”Terutama potensi kekayaan di hutan dan laut yang luar biasa. Makanya, kami berfokus kepada kedokteran herbal,” Dekan FK UNISMA Dr. HRM. Hardadi Airlangga, SpPD.
‘‘
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang (FK UNISMA) yakin kedokteran herbal dapat dipadukan dengan kedokteran modern. Ditopang, spirit Islam dalam pendidikan para calon dokternya.
Nabawi. Dia menjelaskan dalam hadis Nabi banyak menggambarkan soal pemanfaatan pengobatan herbal. FK UNISMA menerapkan penanganan herbal tanpa mengesampingkan
PE N D I D I K A N
dinaikkan kadar gulanya. Lalu diterapi dengan ekstrak daun sirsak. ‘’Itu dicari pengaruhnya. Nah, model-model semacam itu yang diterapkan di kedokteran Unisma ini,’’ katanya.
‘‘
“Sebab, secara regulasi sulit untuk diatasi polusi. Sekarang orang beli motor gampang. Tapi, polusinya tidak diperhatikan. Padahal dampaknya pada kesehatan sangat besar,’’ Ketua Prodi Kedokteran Unisma, Prof. Dr. dr. H.M. Aris Widodo MS, SpFK,Ph.D.
‘‘
proses diagnosis secara general dan ilmiah. Dicontohkan, seperti terapi pada orang yang mengalami batuk disertai dahak-dahak. Model terapinya tetap melakukan pemeriksaan seperti yang sudah menjadi prosedur tetap kedokteran. Dilakukan pemeriksaan secara fisik semacam umum, tidak seperti di China, ada yang memeriksa denyut nadinya saja. ‘’Itu mereka sudah bisa memprediksi. Nah, di China itu mungkin beda karena ilmu dan filosofinya lain,’’ katanya. ‘’Untuk di FK UNISMA ini tetap menempatkan proses terapi sesuai posisinya. Jadi, pasien tidak langsung diterapi herbal. Mereka diperiksa sesuai Protap kedokteran modern dengan memasukkan terapi herbal secara ilmiah,’’ katanya.
Selain itu, juga dilihat model pengobatan di jaman Nabi. Jika ada yang meriwayatkan pengobatan herbal diteliti. Tujuannya, untuk mengetahui secara ilmiah kandungankandungan zat aktif dari sumber hayati yang dipakai Nabi dalam pengobatan atau pencegahan penyakit. Penelitian herbal itu dilakukan di laboratorium. Peralatan yang dimiliki diakui ada sebagian hibah dari pemerintah. Namun, diakuinya masih belum lengkap. Sehingga, FK UNISMA harus sering bekerjasama dengan FK lain, baik dari dalam negeri maupun luar negeri seperti dari China. ‘’Kami sudah melakukan MoU dengan Capital Medical Beijing, University of Hu Han di China. Mereka khusus mempelajari tradisional China machine. Ternyata bahan-bahan dedaunan yang dipelajari di sana itu ada di Indonesia semua,’’ kata Hardadi Airlangga yang diamini Ketua Prodi Kedokteran Unisma, Prof. Dr. dr. H.M. ARIS WIdodo MS, SpFK,Ph.D.
Uniknya Herbal
Aris Widodo menambahkan, bahwa banyak kekayaan hayati Indonesia yang mengandung bahan-bahan zat aktif. Bahan-bahan hayati itu sebenarnya di negara-negara maju sudah diproduksi secara massal. Sedangkan di Indonesia, dikatakan masih belum.
Semua itu, kata dia harus dilakukan mahasiswa yang mau lulus dari praklinik ke klinik. Bahkan, bagi dokter muda yang akan menjadi asisten dokter diwajibkan lulus skripsi yang penelitiannya tentang pemanfaatan herbal dalam pengobatan.
‘’Herbal ini memang unik Mengandung banyak campuran molekul. Bahkan, satu pohon itu mengandung ribuan molekul bahan herbal. Hanya saja itu tergantung pada iklim, di mana tanaman itu hidup. Itu bisa saling memperkuat, ada efek samping tapi bisa juga menjadi bahan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia,’’ kata Aris.
Penelitian obat herbal yang dilakukan mahasiswa kedokteran Unisma itu dikomparasikan di laboratorium melalui binatang seperti tikus atau kelinci. Binatang itu, misalnya,
Herbal dapat bermanfaat kepada pola hidup manusia modern. Menurut Aris, banyak penambahan zat adiktif yang berpengaruh kepada kesehatan manusia. Hal ini bisa dilihat pada
Didukung dengan Penelitian
pola makan orang Indonesia yang mengalami banyak perubahan. Jika dulu banyak makan sayuran dan buah-buahan. Sedangkan kini lebih banyak makan daging. Bahkan, dalam sehari bahkan seminggu sangat jarang makan sayur dan buah. Akibatnya, mudah stres dan terkena penyakit seperti stroke, gagal jantung, ginjal dan lain sebagainya. Polusi udara juga sangat berpengaruh, meningkatkan antioksidan dalam tubuh. “Makanya kami sekarang berfokus kepada penelitian yang mengarah pada pencegahan penyakit degeneratif pasculer dan neuron. Sebab, secara regulasi sulit untuk diatasi polusi. Sekarang orang beli motor gampang. Tapi, polusinya tidak diperhatikan. Padahal dampaknya pada kesehatan sangat besar,’’ kata mantan Direktur RSI Malang ini. Selain itu, FK UNISMA juga membangun laboratorium Halal Center. ‘’Tujuannya untuk mengetahui makanan-makanan yang halal tidak hanya dari aspek agama, tapi juga sehat untuk dimakan,’’ kata Aris. Halal Center ini diharapkan dia bisa dikembangkan di perguruan tinggi lain di Indonesia demi kesehatan masyarakat.
Mahasiswa Wajib Penelitian Herbal
Hasil penelitian herbal di FK UNISMA cukup banyak. Setiap mahasiswa harus melakukan penelitian untuk lulus sarjana kedokteran. Khusus skripsi saja sudah ada 130-an macam hasil penelitian herbal. Sesuai rencana, hasil penelitian tersebut akan dibukukan menjadi jurnal. Hanya saja, hasil penelitian itu masih belum dilanjutkan pada tingkat efektifitasnya pada manusia, karena biayanya besar. ‘Makanya, obat di Indonesia mahal karena proses penelitian di tingkat efektifitasnya itu. Untungnya, saat ini, FK UNISMA sudah memiliki paten untuk temuan pengobatan herbal, yaitu kurkuma atau temulawak. Zat aktif kimianya dinilai bermanfaat untuk sakit nyeri hati. Lalu binahong dan lain sebagainya. g
Asan Haji edisi desember 2012
Sharing 61
S H A R I A
I
ndustri perbankan syariah sejatinya memiliki potensi produk yang lebih beragam dibanding perbankan konvensional. Dengan varian akad-akad keuangan syariah perbankan dapat mengeksplorasi lebih dalam produk-produk yang bisa yang ditawarkan kepada nasabah. Seperti halnya pada produk pembiayaan properti yang saat ini didominasi dengan akad murabahah, perbankan syariah sebenarnya dapat menawarkan variasi produk pembiayaan properti dengan akad musyarakah mutanaqisah (diminishing musyarakah). Dewan Syariah Nasional Mejalis Ulama Indonesia (DSN MUI) telah mengeluarkan fatwa musyarakah mutanaqisah (MMQ) pada 2008.
G U I D E
porsi modal masing-masing dan memperoleh keuntungan berdasar nisbah yang disepakati. Dalam akad MMQ, pihak pertama (syarik) wajib berjanji untuk menjual seluruh porsinya secara bertahap dan pihak kedua (syarik) wajib membelinya.
Standarisasi MMQ
Akad MMQ ini sebenarnya telah diimplementasikan di lembaga keuangan syariah luar negeri seperti Malaysia, tetapi di Indonesia sendiri belum banyak bank syariah yang menerapkan MMQ pada produkproduknya. Asosiasi Bank Syariah Seluruh Indonesia (Asbisindo) pun kini sedang menggodok standarisasi MMQ yang biasanya digunakan untuk produk
Standarisasi Musyarakah Mutanaqisah: Memperkaya
Pembiayaan Properti
‘‘
“MMQ rada ruwet karena ada hukum positif yang tidak sejalan. Nah di luar negeri kok gampang implementasinya, tapi di kita agak susah karena document of title tidak semudah di luar negeri. Kalau murabahah pakai akta pemberian hak tanggungan cukup, nah kalo MMQ bisa tidak pakai itu?,” Direktur Bank Syariah Mandiri, Hanawijaya.
Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut
62 Sharing edisi desember 2012
‘‘
Dalam fatwa disebutkan MMQ adalah Musyarakah atau Syirkah yang kepemilikan asset (barang) atau modal salah satu pihak (syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak lainnya. Di sini bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersamasama memberikan modal dan kerja berdasar kesepakatan.
pembiayaan properti. Direktur Bisnis BNI Syariah, Imam T Saptono, mengatakan standarisasi MMQ dilakukan agar bisnis dengan akad tersebut dapat lebih mudah diaplikasikan, karena saat ini belum ada hukum positif yang menerima kepemilikan bersama. Hukum kepemilikan aset di Indonesia saat ini belum mengakui kepemilikan bersama. “Hukum anglo saxon seperti di Inggris memungkinkan aset dimiliki banyak orang, tetapi kalau hukum kontinental
seperti di Indonesia aset hanya boleh dimiliki satu orang,” kata Imam. Hingga awal November 2012 standarisasi itu masih dalam tahap lobi di notaris dan Badan Pertanahan Nasional. Asbisindo berencana melakukan standarisasi pada akad, hak dan kewajiban para pihak terkait. Standarisasi itu juga diperlukan untuk sekuritisasi aset di SMF. Melalui MMQ ini margin juga bisa direview secara berkala sesuai kesepakatan dengan
S H A R I A
‘‘
G U I D E
“Musyarakah mutanaqisah ini dirancang untuk melengkapi produk yang sudah ada saat ini dan dapat diterima secara internasional untuk memfasilitasi kesepakatan lintas batas, dan tentunya sejalan dengan tujuan strategis Maybank Group yakni memperluas operasional perbankan berbasis syariah secara regional,”CEO Maybank Syariah Indonesia, Ibrahim Hassan.
Imam mengakui kendati musyarakah mutanaqisah sudah diakomodasi dengan fatwa dan kode produk dalam kodifikasi produk BI, produk dengan akad tersebut belum populer di masyarakat karena bank syariah sendiri masih mempertimbangkan produk dengan akad musyarakah mutanaqisah dan karena belum didukung oleh hukum positif. “Karena misalnya kalau kredit sudah berjalan cicilan ke-40 lalu nasabah menuntut bank yang kepemilikannya masih 30 persen, itu rumah milik siapa,” tukas Imam. Sementara, Direktur BSM, Hanawijaya, menuturkan dalam rapat pembahasan mengenai standarisasi musyarakah mutanaqisah yang telah dilaksanakan tiga kali dalam beberapa bulan terakhir itu juga mengacu referensi pada standar yang dipakai di Malaysia dan sejumlah lembaga keuangan syariah di Eropa. “MMQ rada ruwet karena ada hukum positif yang tidak sejalan. Nah di luar negeri kok gampang implementasinya, tapi di kita agak susah karena document of title tidak semudah di luar negeri. Kalau murabahah pakai akta pemberian hak tanggungan cukup, nah kalo MMQ bisa tidak pakai itu?,” kata Hanawijaya. Oleh karena itu, standarisasi musyarakah mutanaqisah yang difokuskan pada akad dan eksekusinya ini masih dalam penggodokan Asbisindo sebelum dipaparkan ke Bank Indonesia.
‘‘
nasabah. Untuk masa review margin, tambah Imam, akan diserahkan kepada masing-masing bank. BNI Syariah sendiri belum berencana membuat produk berakad musyarakah mutanaqisah dan masih akan menunggu demand dari nasabah.
Hanawijaya mengungkapkan setelah standarisasi telah selesai dan disetujui, BSM sendiri memiliki rencana mengeluarkan produk MMQ karena adanya tuntutan pasar. “Potensi nasabah besar karena nasabah rational market yang sekarang ada di konvensional menilai kok mahal sekali murabahah sampai 14 persen padahal itu kan fixed selama 15 tahun. Sementara bank konvensional bisa 8 persen ya karena dia floating, tahun ke-3 atau ke-5 dia naikin pricingnya. Keunggulan MMQ ini bisa di-review marginnya,” jelas Hanawijaya. Produk MMQ yang lekat dengan pembiayaan properti ini diharapkan akan memperkaya variasi akad produk properti di BSM yang sekarang baru terakomodasi dengan akad murabahah.
Maybank Syariah Luncurkan MMQ
Di tengah standarisasi MMQ yang saat ini tengah digodok di tingkat asosiasi, Maybank Syariah Indonesia (MSI) meluncurkan fasilitas pembiayaan berjangka berakad musyarakah mutanaqisah yang ditujukan bagi nasabah korporasi dan komersial. Presiden Direktur MSI, Ibrahim Hassan, mengatakan MMQ ini mengakomodasi kebutuhan pelanggan untuk akuisisi modal, investasi dalam aset dan refinancing fasilitas yang ada dari bankbank konvensional dan syariah. “Musyarakah mutanaqisah ini dirancang untuk melengkapi produk yang sudah ada saat ini dan dapat diterima secara internasional untuk memfasilitasi kesepakatan lintas batas, dan tentunya sejalan dengan tujuan strategis Maybank Group yakni memperluas operasional perbankan berbasis syariah secara regional,” papar Ibrahim dalam
siaran persnya. Ibrahim menjelaskan produk MMQ merupakan kemitraan antara Bank dan nasabah untuk bersama-sama memperoleh aset pada bagian partisipasi yang telah disepakati. Kedua belah pihak sepakat untuk mengurangi porsi penyertaan modal bank secara berkala kepada pelanggan. Aset untuk sementara waktu disewakan kepada pelanggan dan pendapatan dari sewa tersebut akan didistribusikan antara nasabah dan bank dengan rasio distribusi sesuai dengan yang telah disepakati. Pelanggan akan membayar kepada Bank angsuran periodik yang terdiri dari pembelian porsi aset bank sedangkan pangsa bank adalah dari pendapatan sewa. Pembiayaan akan berakhir ketika pelanggan telah sepenuhnya mengakuisisi seluruh bagian daripada asset bank. Musyarakah (kemitraan) dan ijarah (leasing) membentuk prinsip-prinsip yang mendasari untuk memungkinkan produk MM untuk menjadi kompetitif dalam harga dan memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam mengakomodasi kebutuhan perubahan dari segi fasilitas selama jangka waktu pembiayaan. Ibrahim menyebutkan MMQ ini juga telah dirancang untuk memenuhi standar syariah global dalam memfasilitasi penawaran kesepakatan lintas batas. Dari sisi pembiayaan Maybank Syariah yang mencapai Rp 1,4 triliun pada Oktober 2012 didominasi oleh murabahah sebanyak 80 persen. Produk dengan akad musyarakah mutanaqisah diharapkan bisa berkontribusi sebesar 30 persen di tahun depan. Yogie Respati edisi desember 2012
Sharing 63
S H A R I A
G U I D E
‘‘
‘‘
“Musyarakah atau syirkah adalah kerjasama antara modal dan keuntungan. Sementara mutanaqishah berasal dari kata yatanaqishu-tanaqish-tanaqishan-mutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap”.
Amirah Ahmad Nahrawi
Master of Islamic Economy, Azzahra University, Nahrawi Center
Mengenal Akad Musyarakah Mutanaqishah
M
usyarakah mutanaqishah merupakan produk turunan dari akad musyarakah, yang merupakan bentuk akad kerjasama antara dua pihak atau lebih. Kata dasar dari musyarakah adalah syirkah yang berasal dari kata syaraka-yusyriku-syarkan-syarikansyirkatan (syirkah), yang berarti kerjasama, perusahaan atau kelompok/ kumpulan. Musyarakah atau syirkah adalah kerjasama antara modal dan keuntungan. Sementara mutanaqishah berasal dari kata yatanaqishu-tanaqishtanaqishan-mutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap. Musyarakah mutanaqishah (diminishing partnership) adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk kepemilikan suatu barang atau asset. Di mana kerjasama ini akan mengurangi hak kepemilikan salah satu pihak sementara pihak yang lain bertambah hak kepemilikannya. Perpindahan kepemilikan ini melalui mekanisme pembayaran atas hak kepemilikan yang lain. Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak kepada pihak lain.
Kolapsnya Sistem Bunga
David M. Smick, penasehat ekonomi Presiden AS menulis sebuah buku yang berjudul The World is Curved tentang studi kasus terakhir dari berbagai batasan bank sentral AS di awal 2008, setelah terungkapnya krisis kredit subprime. Dikarenakan melemahnya perekonomian dan tidak stabilnya kondisi pasar finansial, para pembuat kebijakan di The Fed bisa memilih apa yang saya sebut sebagai Opsi 1. Mereka bisa memotong suku bunga jangka pendek secara dramatis,
64 Sharing edisi desember 2012
mungkin sebesar 1%, dalam sekali pukul, dan diikuti oleh pemotonganpemotongan setelahnya. Suku bunga jangka pendek sudah dipotong beberapa kali di akhir 2007, sejumlah total 1%. Namun, pemotongan suku bunga yang berani semacam ini, menurut sebagian para pakar, bisa membuat pasar takut kalau inflasi yang lebih besar akan datang melanda. Dengan kebijakan suku bunga rendah untuk kredit perumahan, akhirnya para penduduk AS berbondong-bondong untuk memiliki perumahan dengan kredit yang sangat murah tingkat bunganya. Bukan hanya itu, mereka menjaminkan rumah tersebut sebagai hipotek kemudian diperdagangkan di pasar saham. Mereka mengira bahwa dengan kebijakan ini, harga-harga di pasar saham dan real estate meningkat. Masalahnya adalah risiko pasar, terutama dua belas tahun terakhir, rumah di AS telah dihargai lebih rendah daripada seharusnya. Risiko ini yang akhirnya menyebabkan pasar terkoreksi dan terjadi kekacauan. Transaksi semacam ini yang dilarang dalam Islam. Karena, mengandung Maghrib (maysir, gharar dan riba).
Dua Bagian Kontrak
Dalam ekonomi Islam, banyak sekali alternatif akad yang bisa dikembangkan dalam transaksi bisnis, bahkan kontrak musyarakah mutanaqishah sudah banyak dipraktikkan di beberapa negara Timur Tengah, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Australia. Tapi pada kenyataan sekarang ini, masih banyak lembaga keuangan Islam menggunakan akad pembiayaan perumahan dengan akad bai’ bithaman ajil yang hampir mendekati dari konsep
pembiayaan konvensional, dikarenakan indikator penerapan rate masih mengacu pada bunga konvensional. Kemitraan kontrak Musyarakah Mutanaqisah, di sisi lain didasarkan pada konsep kemitraan yang berkurang. Ada dua bagian pada kontrak yaitu: Pertama, pelanggan atau nasabah masuk ke dalam suatu kemitraan (musyarakah) di bawah konsep ‘Syirkatal-Milik‘ (kepemilikan bersama), di mana nasabah melakukan perjanjian dengan bank. Pelanggan membayar, misalnya, 10% sebagai saham awal, sedangkan bank sebesar 90%. Kepemilikan rumah adalah hak bersama. Nasabah kemudian secara bertahap menebus modal 90% saham bank tersebut. Penebusan dilakukan dengan porsi yang disepakati secara berkala sampai rumah tersebut sepenuhnya dimiliki oleh nasabah. Kedua, dalam bentuk sewa, di mana bank memiliki saham (90%) atas kepemilikan rumah tersebut lalu menyewakannya kepada nasabah di bawah konsep ijarah. Jumlah sewa per periode akan dibagi porsinya antara nasabah dan bank sesuai dengan persentase saham. Bank sebagai pemegang saham terbesar akan terus menurun porsi sahamnya karena nasabah menebusnya. Sampai akhirnya saham bank atas rumah menjadi nol dan ada nasabah memiliki rumah tersebut. Dengan demikian, jika konsep ini dikembangkan dalam kondisi sekarang di mana kebutuhan masyarakat akan kepemilikan rumah terpenuhi, tidak memberatkan baik dari segi nasabah (konsumen) maupun bank.
SS H HA AR R II A A G GU U II D D EE
Khazanah Card
edisi desember 2012
Sharing 65
P E R I ST I WA
T
ren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di kisaran 6 persen dalam beberapa tahun terakhir diperkirakan akan terus berlanjut di tahun 2013. Kondisi perekonomian yang positif itupun diharapkan bisa menjadi pondasi bagi perusahaan di Indonesia untuk terus mengembangkan bisnisnya dan menangkap peluang yang belum tergarap maksimal. Industri asuransi Indonesia yang menjadi salah satu pilar sektor keuangan tanah air juga dipandang tetap memiliki prospek yang cukup baik di tahun depan, walau masih ada pasar yang belum dimanfaatkan secara optimal.
A N A L I S A
Pasalnya, menurut Aviliani, masyarakat berpendapatan 50 ribu sampai 70 ribu dolar per tahun akan mengalokasikan 50 persen pendapatannya untuk investasi, sementara masyarakat berpendapatan 70 ribu dolar per tahun mengalokasikan investasi sebesar 80 persen. Dalam kacamata makro, Aviliani menuturkan setidaknya ada tiga sektor yang punya prospek pertumbuhan cukup baik di 2013, yaitu sektor lifestyle (utamanya makanan dan minuman),
ketika harga jual jatuh. Walau ada sejumlah sektor yang diprediksi akan tumbuh cukup baik di tahun depan, Aviliani menyarankan agar asuransi tidak terkait dengan satu sektor industri saja tetapi mulai menantang perusahaan untuk masuk ke industriindustri baru. Peluang pasar cukup besar yang bisa dimanfaatkan asuransi juga adalah sektor informal. Setidaknya ada 117 juta jiwa yang masuk dalam kategori
Insurance Outlook 2013:
Ekonomi Tumbuh, Proyeksi Asuransi Kinclong Dalam Insurance Outlook 2013 yang diselenggarakan di Hotel Le Meridien pada Selasa (20/11), pengamat ekonomi, Aviliani, mengatakan potensi asuransi di Indonesia cukup besar untuk masuk ke kalangan menengah dan atas, tetapi sayangnya belum terlalu dijamah. Seiring dengan pertumbuhan kelas menengah di tanah air sebenarnya membuka pasar yang luas bagi perusahaan asuransi. Berdasar data Goldman Sachs populasi kelas menengah Indonesia pada 2030 akan mencapai 220 juta jiwa, sedangkan menengah atas mencapai 5 juta jiwa.
usaha multilevel marketing, dan sektor keuangan. Industri keuangan sendiri diproyeksikan tumbuh di atas 7 persen, karena pendapatan masyarakat yang diperkirakan meningkat di tahun depan juga akan turut mendorong investasi.
Aviliani pun menambahkan seharusnya asuransi tumbuh lebih baik di tahun depan karena kalangan menengah menjadi lebih peduli dengan masa depannya. “Dengan jumlah pendapatan meningkat, gaya hidup orang juga berubah. Saya belum melihat asuransi menangkap perubahan yang terjadi, karena itu asuransi harus bisa mengcreate produk asuransi yang sesuai,” kata Aviliani.
Sementara sektor yang diperkirakan fluktuatif adalah pertambangan dan pertanian. Namun Aviliani melanjutkan walau pertumbuhannya fluktuatif, kedua sektor itu tetap memiliki potensi yang besar. Ia mencontohkan pangan di Indonesia yang sebagian masih tergantung pada impor, sehingga membuka ruang pangan domestik untuk terus berkembang. Disinilah asuransi bisa masuk, misalnya asuransi pertanian.
Produk yang harus di-create lebih inovatif adalah produk investasi.
Produk yang bisa ditawarkan adalah asuransi masa paceklik atau asuransi
66 Sharing edisi desember 2012
angkatan kerja produktif, dimana 70 persen diantaranya bekerja di sektor informal. Pasar masyarakat yang bekerja di sektor informal inilah yang belum digarap optimal oleh perusahaan asuransi. “Dari 117 juta angkatan kerja itu paling yang digarap asuransi baru sekitar 30 juta dan itu adalah yang bekerja di sektor formal. Jadi sekarang bagaimana asuransi bisa membuat produk yang cocok dengan sektor informal,” ujar Aviliani. Menghadapi 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia disinyalir akan tetap positif. Perekonomian Indonesia bisa tumbuh minimal 6 persen dengan ditopang konsumsi, namun jika investasi juga digenjot maka pertumbuhan bisa di kisaran 6,7-7 persen. Walau suhu politik Indonesia akan mulai memanas di tahun depan
P E R I S T I WA
jelang pemilihan presiden, Aviliani cukup optimis Indonesia masih menjadi incaran investor karena kondisi perpolitikan negara ini dinilai masih lebih baik dibanding India dan Cina. Aviliani mengungkapkan sebenarnya pertumbuhan asuransi di Indonesia masih lebih baik dibanding India dan Cina, yang kesadaran berasuransinya masih rendah. Namun hal yang disayangkan edukasi secara nasional mengenai asuransi belum banyak dilakukan. Salah satu strategi yang bisa dilakukan asuransi adalah dengan menawarkan asuransi dalam bentuk paket, sehingga saat calon nasabah punya uang bisa langsung membeli paket asuransi.
A N A L I S A
persen, maka pertumbuhan premi bruto diperkirakan naik 22-23 persen. Anggota Komisioner OJK, Firdaus Djaelani, mengatakan industri asuransi menjadi salah satu pemain utama lembaga keuangan non bank yang didorong OJK untuk terus tumbuh. Dalam lima tahun terakhir asuransi umum yang tumbuh 10 persen, sementara asuransi jiwa yang rata-rata tumbuh 27 persen diharapkan dapat terus meningkat di tahun mendatang. Di sisi lain, Firdaus menjelaskan pihaknya juga berencana mengevaluasi
Tantangan lainnya adalah masuknya sejumlah perusahaan asuransi dari luar negeri, penetrasi asuransi jiwa yang masih rendah, sampai penyebaran distribusi asuransi yang belum merata ke pelosok Indonesia. Namun tentu ditengah segala tantangan yang dihadapi industri, ada celah untuk memanfaatkan potensi lainnya, seperti produk asuransi syariah. Sementara Asosiasi Asuransi Umum Indonesia juga memperkirakan premi tumbuh di atas 20 persen. Direktur Eksekutif AAUI, Julian Noor, mengatakan jika pertumbuhan ekonomi tahun depan mencapai 6,7
‘‘
“Dari 117 juta angkatan kerja itu paling yang digarap asuransi baru sekitar 30 juta dan itu adalah yang bekerja di sektor formal. Jadi sekarang bagaimana asuransi bisa membuat produk yang cocok dengan sektor informal,” Pengamat Ekonomi, Aviliani.
‘‘
Ia tak menampik masih adanya sejumlah tantangan, diantaranya adalah rencana penerapan International Financial Result Standar (IFRS) untuk laporan keuangan tahun 2012 yang penghitungannya memisahkan antara premi dan investasi. Para pelaku asuransi mengkhawatirkan aturan ini akan menghambat pertumbuhan premi karena nilai investasi di asuransi jiwa masih mendominasi.
“Bancassurance sebagai salah satu distribusi penting bagi pertumbuhan industri asuransi di Indonesia diperkirakan akan makin prospektif di tengah masyarakat yang tidak sekedar bank-minded tapi telah mengarah ke investment minded dan insurance minded,” jelas Eko. Kerjasama itu diharapkan pula dapat semakin meningkatkan pendapatan berbasis upah bagi perbankan. Menurut Eko, sektor usaha yang memiliki prospek bagus di tahun 2013 diantaranya adalah sektor infrastruktur, sektor industri dasar, pertanian dan UMKM. Menilik dari proyeksi itulah asuransi dapat memanfaatkan untuk dapat lebih masuk ke asuransi modal kerja atau usaha produktif, serta mikro.
Premi Tumbuh 20-30 Persen
Optimisme terhadap pertumbuhan industri asuransi Indonesia juga dikemukakan oleh Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim. Pada 2013 AAJI memproyeksikan pertumbuhan premi asuransi jiwa nasional sekitar 25-30 persen, dengan catatan bila perekonomian tumbuh sebesar 6,3-6,7 persen.
asuransi yang telah bekerja sama dengan bank, dengan rincian 221 asuransi konvensional dan 5 asuransi syariah.
produk-produk asuransi agar sesuai dengan kebutuhan konsumen. “Karena belum tentu kondisi 10 tahun lalu sama kebutuhannya dengan saat ini,” kata Firdaus.
Sinergi Asuransi dan Bank
Industri asuransi Indonesia juga tak terlepas sinergi dengan lembaga keuangan lainnya, seperti perbankan. Direktur Utama Bank DKI, Eko Budiwiyono, mengatakan pemasaran produk asuransi melalui kerja sama dengan bank (bancassurance) semakin luas. Tercatat ada 226 perusahaan
Sementara, Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano, juga membuka peluang kerjasama lebih luas dengan asuransi syariah di Indonesia. Saat ini BNI Syariah memang baru bekerja sama dengan BNI Life, tetapi ke depannya tak menutup kemungkinan kerja sama dengan perusahaan asuransi syariah lain. Di lain pihak, Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata, menambahkan pihaknya juga akan meninjau produk bancassurance karena ia mendeteksi produk itu tidaklah berbiaya murah. “Kami ingin membuat bancassurance yang reasonable bagi konsumen. Ini sesuatu yang akan menjadi perhatian di masa depan bagi regulator, bukan hanya masalah kesehatan tapi juga perlindungan konsumen dari arrangementarrangement yang tidak konsumen sadari tapi menjadi irasional,” katanya. Di tengah ketentuan permodalan yang harus dipenuhi akhir tahun ini, Isa pun optimis perusahaan asuransi Indonesia akan mampu memenuhi sebelum tenggat waktu. Seperti diketahui pemerintah menetapkan perusahaan asuransi konvensional harus memiliki modal minimal Rp 70 miliar, sementara asuransi syariah Rp 50 miliar dan unit asuransi syariah Rp 25 miliar.
Yogie Respati edisi desember 2012
Sharing 67
W I S ATA
‘‘
“Maribaya berasal dari nama seorang wanita cantik yang menjadi sumber kehebohan orang, terutama kaum pria”.
‘‘
Wisata Curug di Bandung Barat
A
pa yang Anda ketahui tentang wisata di Bandung? Factory outlet, wisata kuliner, wisata budaya, Lembang, Tangkuban Parahu, Ciwidey, Pangalengan, atau apa? Masih banyak tempat wisata yang bisa dieksplorasi. Karena Bandung tak akan pernah habis dieksplorasi.
berjalan dan mengambil nafas panjang untuk mengurangi kelelahannya. Tak jarang pula dia melepaskan tas besar di punggungnya dan duduk lemas. Namun, lelaki bernama Firman ini tak ingin berhenti disini. Ia bertekad menyelesaikan perjalanannya hingga ke Curug Malela.
Salah satunya, curug (air terjun) di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Sejak mengalami pemekaran pada 2007, KBB berkesempatan mengelola tempat wisatanya secara maksimal. Terlebih saat ini, destinasi wisata Bandung Barat masih terfokus pada Bandung Utara seperti Gunung Tangkuban Parahu. Sedangkan daerah Selatan Bandung Barat belum terjamah. Seperti tiga curug di Bandung Barat: Malela, Maribaya, dan Omas.
“Saya penasaran, katanya Curug Malela bagus banget, mirip Niagara. Saya harus sampai ke tujuan,” katanya menuturkan.
Curug Maribaya
Nafasnya terengah-engah. Keringat membanjiri kaus hijau yang dikenakannya. Sesekali dia berhenti
68 Sharing edisi desember 2012
Curug Malela terletak di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, KBB. Perjalanan ke curug tersebut memang bukan perkara mudah. Kendaraan biasa tak cocok digunakan disini. Makanya yang berkunjung ke Curug Malela kebanyakan komunitas offroad, termasuk Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf, dengan motor trail-nya. Dari Bandung, pengunjung bisa menggunakan mobil dengan ban
yang besar atau motor trail. Atau bisa juga menggunakan elf dan minibus di Terminal Ciroyom Bandung dengan tujuan Bunijaya. Namun bagi yang ingin menggunakan mobil atau motor biasa, Anda jangan berkecil hati. Banyak pula yang datang ke Curug Malela dengan motor biasa walaupun harus ekstra hati-hati. Karena, jalan yang diaspal hanya sampai tempat pemberhentian di Terminal Bunijaya. Dari sana, Anda harus melewati jalan yang diperkeras batu sepanjang lebih dari 10 km. Bagi pengendara yang belum mahir, sebaiknya menggunakan jasa ojeg dengan ongkos Rp 80 ribu sampai Rp100 ribu. Memang mahal, namun sepadan dengan jalan yang harus ditempuh. Motor non-trail, biasanya tak melewati jalur berbatu. Mereka memilih jalan setapak berupa tanah berlumpur. Walaupun jalannya kurang bersahabat,
W I S ATA
Anda dijamin tidak nyasar. Petunjuk jalan yang sudah lumayan banyak siap membantu Anda menuju tempat tujuan. Meskipun jalan yang dilalui sulit, Anda tidak akan menyesal. Karena sepanjang perjalanan, Anda akan disuguhi pemandangan yang luar biasa. Seperti yang dialami Firman. “Gila, alamnya luar biasa,” ungkap Firman sambil menghirup udara sepoi-sepoi dari hutan pinus yang ada di sekelilingnya. Angin sepoisepoi yang menelisik di antara pohon
pinus ini semakin nyaman dan indah dengan perpaduan suara tonggeret (sejenis serangga). Firman seolah masuk ke dalam keindahan ciptaan Tuhan dan mengucap syukur yang tak terkira. Semua beban pekerjaan yang menumpuk setiap harinya, hilang tersapu angin. Bahkan ia merasa seperti di awan, melayang dalam kebebasan yang seutuhnya. Satu kilometer lagi untuk ia sampai di curug. Namun suaranya sudah terdengar jelas. Ia yang sempat lelah pun kembali bersemangat dan mempercepat langkahnya. Begitu sampai di lokasi, ia terdiam, terhipnotis oleh curug yang ada di depannya. Matanya tak berhenti melihat curug setinggi 40 meter dengan lebar sekitar 80 meter itu. Hidungnya tak puas menukar udara kotor perkotaan dengan udara segar curug. “Ini curug terindah yang pernah saya lihat,” katanya menjelaskan. Curug Malela sering diidentikkan dengan air terjun Niagara di Ontario, Kanada, karena bentuknya yang melebar. Curug ini terdiri dari tujuh
bagian curug berbentuk undakan. Jarak antarcurug mencapai puluhan meter. Meskipun cukup jauh, curug tersebut terlihat satu kesatuan. Nama tujuh curug tersebut berbeda. Curug Malela adalah nama curug paling atas. Di bawahnya terdapat Curug Katumiri, lalu Curug Cimanglid dan Sumpel. Di urutan kelima, yang berada tepat di tengah dinamakan curug Ngebul (berasap). Kenapa disebut ngebul? Karena air terjun bagian tengah tersebut jatuh tepat di atas batu, sehingga air yang
agar bisa lebih teroptimalkan.
bersemburan terlihat seperti berasap. Air terjun di undakan keenam, disebut dengan Curug Cikadu. Dan ketujuh, dinamai Curug Pameungpeuk. Ketujuh curug tersebut berasal dari aliran Sungai Cidadap, Ciwidey dari hulu Gunung Sepuh. Konon, ikan yang mengarah ke hulu maupun hilir dari dasar sungai itu ekornya dipastikan bengkok.
Penggalan liriknya seperti ini: Di Maribaya manehna kungsi nyarita…. Namun Maribaya kini dengan dulu berbeda. Air yang berasal dari aliran Sungai Cigulung dan Sungai Cikawari tersebut kini tak sejernih dulu. “Aliran sungai sudah tercemari limbah kotoran sapi. Akibatnya, air menjadi sedikit bau dan kotor. Tapi hal ini sudah dibicarakan. Bersamaan dengan pembenahan infrastruktur, perbaikan kondisi air pun akan dilakukan,” ungkap pengelola Curug Maribaya, Asep, beberapa waktu lalu.
Tokoh masyarakat setempat, Aep Aljalaludin (50) mengatakan, nama ‘Malela’ tidak memiliki arti khusus. Walaupun sebagian masyarakat beranggapan nama ‘Malela’ berasal dari kata ‘Emak’ dan ‘Lela’. Namun ada pula yang menyatakan, penamaan ‘Malela’ diambil dari sesepuh pencak silat Tadjimalela yang katanya dimakamkan di pohon kiara di atas curug. Karena jarang pengunjung, siapapun bebas datang kesini tanpa biaya. Berdasarkan data Dinas Pariwisata KBB, Curug Malela menjadi salah satu bidikan obyek wisata yang akan digarap serius. Bahkan ada kemungkinan, Dispar menggandeng swasta untuk mengelola Curug Malela
Curug Maribaya
Tak hanya Curug Malela, Curug Maribaya dan Omas akan ditangani swasta. Bahkan kabarnya, Pemkab Bandung Barat sudah memiliki beberapa calon. Dengan pengelola yang baru, beberapa perbaikan akan dilakukan. Mulai dari infrastruktur hingga pelayanan. Curug Maribaya sudah lama dikenal orang Sunda. Itu terbukti dari salah satu lagu Sunda yang cukup legendaris.
Maribaya terletak di Kecamatan Lembang yang jaraknya 5 km dari pusat Lembang ke sebelah timur dan 22 km dari pusat kota Bandung. Maribaya terletak di atas ketinggian 1.000 dpl dengan luas 5,5 hektare. Maribaya memiliki sumber air panas mineral dengan suhu berkisar 20-40 derajat Celsius, dengan temperatur udara ratarata 10-20 derajat celsius, sehingga udara disana dingin. Curug ini memiliki legenda yang unik. Konon, Maribaya berasal dari nama seorang wanita cantik yang menjadi edisi desember 2012
Sharing 69
W I S ATA
sumber kehebohan orang, terutama kaum pria. Orang tua Maribaya sangat khawatir akan nasib putrinya. Sedangkan mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena termasuk orang yang hidup jauh daripada kecukupan. Orang tuanya khawatir, kecantikan putrinyaakan mengundang malapetaka pada keluarganya. Karena didorong hasrat ingin membahagiakan anak cucunya di kemudian hari, orang tua Maribaya pergi bertapa ke Gunung Tangkuban Parahu. Di dalam tapanya ia mendapat wangsit dan dua buah bokor. Menurut wangsit
tersebut, kedua bokor harus dibawa ke arah barat dan timur serta harus ditumpahkan di hutan (Maribaya). Setelah mendapat petunjuk, orang tua Maribaya mengakhiri tapanya selama tiga hari tiga malam tanpa makan dan minum serta langsung pulang untuk mengerjakan apa yang diperintahkan wangsit tersebut. Setelah dua-tiga hari, muncullah sumber air panas mineral yang mengandung belerang di tempat bokor itu ditumpahkan. Sumber air panas itupun dapat dipergunakan untuk pengobatan. Sejak saat itulah, banyak orang yang berkunjung ke tempat tersebut. Mereka datang untuk berobat dan berekreasi menghirup udara segar alam pegunungan dan perbukitan. Dari hasil itulah orang tua Maribaya hidup berkecukupan. Untuk mengenang putrinya, orang tua Maribaya memberi nama tempat itu ‘Maribaya’. Tak jauh dari Maribaya, terdapat curug dengan ketinggian sekitar 30 meter. Curug dari aliran Sungai Cikawari ini diberi nama Omas. Entah apa makna
70 Sharing edisi desember 2012
nama ‘Omas’ ini. Yang pasti, Curug Omas indah untuk dilihat. Namun sayangnya air dari curug ini tidak bisa dinikmati langsung oleh kulit karena faktor keamanan dan keselamatan. Dulu, di bagian atas Curug Omas, pengunjung masih bisa merendamkan kakinya di segarnya air curug. Mereka bermain, saling melemparkan air ke temannya, ada pula yang berenang. Inilah yang menimbulkan kekhawatiran. Karena panjang daerah hulu tersebut tak seberapa. Sedangkan beberapa meter dari tempat berendam kaki ini terdapat Curug Omas. Jika
kurang hati-hati, pengunjung bisa terbawa arus dan jatuh dalam derasnya air terjun. Untuk meningkatkan keamanan, sepanjang daerah rendaman air di pagar. Pengunjung kini tak bisa merasakan dinginnya air secara langsung. Namun jangan khawatir, pengelola tetap mempedulikan pengunjung yang suka tantangan. Yakni jembatan yang terbentang di atas curug. Bersiaplah adrenalin Anda terpacu. Karena jembatan ini, Anda bisa langsung melihat air jatuh ke bawah dan menghantam apapun yang ada di bawahnya. Anda merasa sangat dekat dengan air terjun dan ngeri dibuatnya. Sebab, tak sedikit orang yang takut dan khawatir kalau-kalau jembatan ini ambruk. Bagi yang phobia ketinggian, dilarang melewati jembatan ini. Karena ketegangan yang dihasilkan tak jauh beda dengan roller coaster. Dari jembatan ini, Anda akan merasakan butiran air terjun dari sapuan angin. Butiran-butiran tersebut begitu dingin dan menyegarkan.
Sungguh sensasi yang luar biasa. Sedangkan bagi pengunjung yang ingin mengabadikan curug, bisa mengambilnya dari jembatan kedua. Jaraknya lebih jauh dari curug pertama. Dari jembatan ini, pengunjung bisa melihat air terjun secara utuh. Biasanya tempat ini digunakan untuk berfoto. Curug Omas, dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti taman bermain dan tempat makan. Curug Omas juga dilengkapi alam yang indah. Pengunjung bisa menikmatinya dengan mudah, karena panitia sudah menyediakan trek khusus. Jalan setapak
berbeton. Sharing menyarankan Anda datang jam 10-11, saat mentari belum tepat di atas kepala. Pada jam tersebut, hasil foto di trek-trek tersebut sangat indah dipandang. Bagi yang ingin datang ke Curug Maribaya dan Omas, jalurnya sangat mudah. Dari gerbang tol Pasteur pengunjung tinggal mengambil jalur Lembang. Dari sana, Anda bisa menyusuri jalur menuju Maribaya. Sedangkan bagi pengunjung berkendaraan umum, bisa menggunakan angkot dengan ongkos yang dijamin terjangkau. Ada juga jalur lain yang bisa ditempuh, yakni lewat Taman Hutan Raya (THR) Djuanda. Dari pusat Kota Bandung, Anda tinggal mengambil arah ke Dago untuk selanjutnya masuk ke THR Djuanda. Jika jalur ini yang Anda pilih, ada satu tempat wisata yang tak bisa dilewatkan, yakni Gua Jepang. Jadi, kalau bosan dengan factory outlet di Bandung, cobalah tiga air terjun di Kabupaten Bandung Barat ini. Selamat berlibur. g Reni Susanti