1
Sophie Damayanti / SF ITB
METODE ANALISIS
REAKSI OKSIDASI REDUKSI (REDOKS) 2
Sophie Damayanti / SF ITB
REAKSI OKSIDASI REDUKSI (REDOKS)
PROSEDUR ANALITIK VOLUMETRI diterapkan untuk
3
• SENYAWA ANORGANIK • SENYAWA ORGANIK
Sophie Damayanti / SF ITB
REAKSI DALAM SISTEM IONIK
BERLANGSUNG SANGAT CEPAT
DAPAT DILAKUKAN TITRASI LANGSUNG 4
Sophie Damayanti / SF ITB
PENENTUAN TITIK SETARA TITRASI REDOKS
• INDIKATOR VISUAL • POTENSIOMETRI 5
Sophie Damayanti / SF ITB
PENITER / TITRAN UNTUK TUJUAN OKSIDASI
6
Sophie Damayanti / SF ITB
• BrO3• IO3• MnO4• Cr2O7-2 • I2 • Br2
PENITER / TITRAN UNTUK TUJUAN REDUKSI
7
• Garam Cr (II) • Garam Fe (II) • Garam Sn (II) • Natrium arsenat • Natrium tiosulfat
Sophie Damayanti / SF ITB
REAKSI REDOKS DEFINISI LAMA
OKSIDASI: REAKSI ADISI OKSIGEN 2 SO2 + O2 2 SO3 REDUKSI: REAKSI KEHILANGAN OKSIGEN
CuO + 2 H 8
Sophie Damayanti / SF ITB
Cu + H2O
DEFINISI BARU
OKSIDASI: TERJADI PELEPASAN ELEKTRON
Fe2+
Fe3+ + eTERJADI KENAIKAN VALENSI POSITIF
REDUKSI: TERJADI PENERIMAAN ELEKTRON
Fe3+ + e9
Sophie Damayanti / SF ITB
Fe2+
TERJADI PENURUNAN VALENSI POSITIF
REAKSI REDOKS TERJADI SECARA SIMULTAN SUATU SPESI YG MENGOKSIDASI (OKSIDATOR)
MENGALAMI REDUKSI
SUATU SPESI YG MEREDUKSI (REDUKTOR)
MENGALAMI OKSIDASI
10
Sophie Damayanti / SF ITB
Reduksi I
Oksidasi I + n e-
Oksidasi II + n e-
Red I + Oks II 11
Sophie Damayanti / SF ITB
Reduksi II
Oks I + Red II
PRINSIP DASAR TINGKAT OKSIDASI/VALENSI DALAM REAKSI REDOKS
• Tingkat oksidasi unsur = nol (0) • Tingkat oksidasi ion = muatannya • Tingkat oksidasi Hidrogen (H) = + 1 • Tingkat oksidasi Oksigen (O) = - 2, kecuali dlm H2O2 • Tingkat oksidasi atom dlm molekul tak bermuatan = nol (0) 12
Sophie Damayanti / SF ITB
PRINSIP DASAR TSB TIDAK BERLAKU SEPENUHNYA UTK SENYAWA ORGANIK
C2H6 + Cl2
C2H5Cl + HCl
• Tingkat oksidasi Cl pada C2H5Cl & HCl = - 1 • Tingkat oksidasi H = + 1 • Maka tingkat oksidasi C pada C2H6 = - 3 & pada C2H5Cl = - 2 13
Sebagai Oksidator : Cl2 Sebagai Reduktor : C2H6
Sophie Damayanti / SF ITB
TIDAK ADA REDUKTOR ATAU OKSIDATOR ABSOLUT
Pada suatu reaksi suatu spesi dapat bertindak sebagai oksidator
Pada reaksi lain spesi tersebut dapat bertindak sebagai reduktor 14
Sophie Damayanti / SF ITB
IO3- + 6H+ +2 I2
5 I+ + 3 H2 O
I2 bertindak sebagai reduktor
As2O3+ 2 I2 + 2 H2O
As2O5 +4 I- + 4 H+
I2 bertindak sebagai oksidator 15
Sophie Damayanti / SF ITB
Suatu spesi akan bertindak sebagai oksidator atau reduktor
POTENSIAL REDOKS STANDAR
masing-masing pasangan oksidator & reduktor
16
POTENSIAL REDOKS STANDAR
Sophie Damayanti / SF ITB
=
POTENSIAL ELEKTRODA BAKU
Eo : potensial elektroda baku
Potensial elektroda reaksi setengah sel yang dibandingkan terhadap elektroda hidrogen baku
17
Elektoda hidrogen baku = SHE = Standard Hydrogen Electrode = 0,00 Volt
Sophie Damayanti / SF ITB
POTENSIAL ELEKTODA BAKU (pada 25 oC) Reaksi Cl2 + 2e-
2 Cl-
BrO3- + 6H+ +5e1/2 Br + 3H2O MnO4- + 8H++5eMn2+ + 4H2O Fe3+ + eFe2+ 2+ + 2eZn 18 Sophie Damayanti / SF ITB
Zn
Eo pd 25 oC (Volt) + 1,359
+ 1,52 + 1,51 + 0,771
- 0,763
Suatu spesi akan bertindak sebagai oksidator Potensial elektroda baku spesi tersebut lebih besar daripada Potensial elektroda baku spesi lainnya
19
Dalam suatu reaksi: MnO4- sebagai oksidator Fe 2+ sebagai reduktor
Sophie Damayanti / SF ITB
Hubungan antara potensial elektroda & konsentrasi spesi kimia
PERSAMAAN NERNST
RT E = Eo +
ln nF
20
Sophie Damayanti / SF ITB
[Oks] [Red]
RT E = Eo +
ln
nF Eo
21
[Oks] [Red]
= potensial elektroda baku (khas utk reaksi ½ sel) R = tetapan gas 8,314 J/K mol T = suhu reaksi dlm Kelvin n = jumlah elektron yg terlibat F = tetapan Faraday 96473 Coulomb/ekiv [Oks] = konsentrasi molar dlm bentuk oksidasi [Red] = konsentrasi molar dlm bentuk reduksi
Sophie Damayanti / SF ITB
POTENSIAL ELEKTRODA (E) DIPENGARUHI OLEH
• SUHU • KONSENTRASI SPESI KIMIA • pH LARUTAN
22
Sophie Damayanti / SF ITB
ln = 2,303 T = 25oC = 298 oK
Persamaan Nernst dapat diubah menjadi 0,0592
E = Eo +
log n
[Red]
0,0592
[Red]
E = Eo 23
Sophie Damayanti / SF ITB
[Oks]
log
n
[Oks]
Fe3+ + e-
Fe2+
0,0592
E = Eo +
[Oks]
log n
[Red] [Fe3+]
0,0592
E = Eo Fe +
log 1
24
Sophie Damayanti / SF ITB
[Fe2+]
Red I + Oks II Fe3+ + e-
Oks I + Red II Fe2+
MnO4- + 8H+ + 5eMn2+ + 4H2O
MnO4- + 5 Fe2+ + 8H+ Mn2+ + + 5 Fe3+ + 4H2O Red I = Fe2+
Red II = Mn2+
Oks I = Fe3+
Oks II = MnO4& H+
25
Sophie Damayanti / SF ITB
Hitung potensial elektroda Cadmium yg dicelupkan dalam larutan Cd2+ 0,01 M Cd2+ + 2e-
Cd (s)
Eo Cd = - 0,403 V 0,0592
E = Eo Cd 26
Sophie Damayanti / SF ITB
[Cd]
log n
[Cd2+]
0,0592 E = Eo Cd -
[Cd] log
[Cd2+]
2 0,0592 E = - 0,403 -
1 log
2
E = - 0,462 Volt 27
Sophie Damayanti / SF ITB
0,01
PENGARUH pH pH berpengaruh pada reaksi redoks yg melibatkan ion H+ atau OH- pada reaksi ½ sel Reaksi yg menggunakan oksi anion sebagai oksidator
28
MnO4- + 8H+ + 5eMn2+ + 4H2O
Sophie Damayanti / SF ITB
KELAYAKAN REAKSI REDOKS Red I + Oks II
Oks I + Red II
Pada saat kesetimbangan 0,0592
Eo1 +
[Oks I ]
log n1
=
[Red I ] 0,0592
Eo2 + 29
Sophie Damayanti / SF ITB
[Oks II ]
log n2
[Red II ]
0,0592 Eo2 – Eo1 =
[Oks I ] [Red II] log
n1.n2
[Red I ] [Oks II]
n1.n2 (Eo2 – Eo1)
log K eq = 0,0592
30
Sophie Damayanti / SF ITB
Konvensi: Reaksi layak digunakan (cepat dan sempurna) jika K eq 108 n1.n2 (Eo2 – Eo1) log 108 =
0,0592 31
Sophie Damayanti / SF ITB
n1.n2 (Eo2 – Eo1) 8= 0,0592
Jumlah elektron yg terlibat dalam reaksi redoks minimum = 1
32
n=1
Eo2 – Eo1 = 0,4736 V
Sophie Damayanti / SF ITB
Reaksi redoks akan berjalan cepat dan sempurna
Eo2 33
Sophie Damayanti / SF ITB
Eo1
+ 0,4736 V
KURVA TITRASI REDOKS Kurva yg menggambarkan perubahan potensial redoks terhadap jumlah peniter yg ditambahkan
34
Makin besar perbedaan potensial baku (Eo) antara oksidator dan reduktor maka makin besar perub potensial pd titik setara (TS)
Sophie Damayanti / SF ITB
E (Volt)
Makin tajam perubahan potensial redoks pada TS makin mudah titik akhir (TA) titrasi diamati
TS
35
Sophie Damayanti / SF ITB
mL peniter
n2 Red I +n1 Oks II
Sebelum reaksi Selama reaksi
Pada TS 36
Sophie Damayanti / SF ITB
n2 Oks I +n1 Red II
[Oks1] = [Red2] = 0 [Oks1]/[Red2] = n2/n1
[Red1]/[Oks2] = n2/n1 [Red1]+[Oks1] [Red2]+[Oks2]
=
n2 n1
0,0592 E = Eo1 +
[Oks1] log
n1
[Red1]
0,0592
[Oks2]
E = Eo2 +
log
n2
[Red2]
Pada TS, E = E TS = penjumlahan kedua persamaan di atas
n1Eo1 +n2 Eo2
E TS = 37
Sophie Damayanti / SF ITB
Volt (n1+n2)
PENGARUH K eq TERHADAP KESEMPURNAAN REAKSI Suatu analit dgn EoX = 0,20 V dititrasi dengan titran dgn EoT berturut-turut A: 1,20, B: 1,00, C: 0,80, D: 0,60 dan E: 0,40 V n (EoT – EoX) log K eq = 0,0592 38
Reaksi melibatkan 1 elektron, hitung Keq
Sophie Damayanti / SF ITB
A. EoT – EoX = 1,2-0,2 = 1,00 V K eq = 8 . 1016 B. EoT – EoX = 1,0-0,2 = 0,80 V K eq = 3.1013 C. EoT – EoX = 0,8 –0,2 =0,60 V K eq = 1.1010
D. EoT- EoX = 0,6-0,2 = 0,40 V K eq = 6.106 E. EoT- EoX = 0,4-0,2 = 0,20 V K eq = 2. 102
39
Sophie Damayanti / SF ITB
E (Volt)
A
1,0 B
0,8 0,6 0,4
TS A
TS B TS C
C D E
0,2
40
Sophie Damayanti / SF ITB
mL peniter
Makin besar beda potensial baku titran dan analit Makin besar K eq Reaksi cepat dan sempurna 41
Sophie Damayanti / SF ITB
Kurva titrasi larutan 50 Fe2+ 0,05 M yg dititrasi dgn: Larutan Ce4+ 0,1 M Penambahan 5, 25 (TS) dan 25,1 mL Fe3+ + e-
Fe2+
Eo = 0,771 V
Ce4+ + e-
Ce3+
Eo = 1,44 V
Ce4+ + Fe2+ 42
Sophie Damayanti / SF ITB
Ce3+ + Fe3+
Setelah penambahan 5 mL peniter Ce4+
5 x 0,1
[Fe3+] =
0,5
= 50 + 5
55
(50 x 0,05) – (5 x 0,1) 2 [Fe2+] = = 50 + 5 55 43
Sophie Damayanti / SF ITB
0,0592 E = EoFe2+ -
log n1
[Oks ]
0,0592
[Fe2+]
E = EoFe2+ -
log
1
[Fe3+]
0,0592
2/55
E = 0,771 -
log
1 44
= 0,735 V
Sophie Damayanti / SF ITB
[Red ]
0,5/55
Pada TS (setelah pe + an 25 mL Ce4+)
n1Eo1 +n2 Eo2 E TS =
Volt
(n1+n2) Fe3+ + e-
Fe2+
Eo = 0,771 V
Ce4+ + e-
Ce3+
Eo = 1,44 V
1 x 0,771 + 1x 1,44 E TS =
Volt (1+1)
45
= 1,106 Volt
Sophie Damayanti / SF ITB
Setelah penambahan 25,1 mL Ce4+ 25 x 0,1
2,5
[Ce3+] =
= 50 + 25,1
75,1
(25,1 x 0,1) – (50x 0,05) 0,01 [Ce4+] = = 50 + 25,1 75,1 0,0592 E = EoCe4+ -
46
log
n2
[Oks ]
0,0592
[Ce3+ ]
E = 1,44 -
log
1 Sophie Damayanti / SF ITB
[Red ]
[Ce4+ ]
[Ce3+ ]
0,0592 E = 1,44 -
log 1
[Ce4+ ]
0,0592
2,5/75,1
E = 1,44 -
log 1
= 1,30 Volt 47
Sophie Damayanti / SF ITB
0,01/75,1
KURVA TITRASI CAMPURAN
Suatu larutan mengandung 2 oksidator Dititrasi dengan titran 1 reduktor
Suatu larutan mengandung 2 reduktor 48
Sophie Damayanti / SF ITB
Dititrasi dengan titran 1 oksidator
akan mempunyai TA yg jelas & dpt ditentukan secara simultan Beda potensial bakunya 0,20 Volt
Campuran 2 oksidator Eo oksidator 1 – Eo oksidator 2
0,20 Volt Campuran 2 reduktor Eo reduktor 1 – Eo reduktor 2 49
Sophie Damayanti / SF ITB
0,20 Volt
Analit yg teroksidasi 2 atau 3 tahap akan mempunyai TA yg jelas Beda potensial baku masing-masing spesi 0,20 Volt VO2+ + 2 H+ + eV3+ + H2O
Eo = 0,359 V
Eo V(OH)4+ + 2 H+ + e2+ + 3H O VO 50 2 Sophie Damayanti / SF ITB
0,20 V Eo = 1,00 V
Campuran 2 oksidator atau 2 reduktor akan mempunyai TA yg jelas & dpt ditentukan secara simultan Beda potensial bakunya 0,20 Volt
51
Sophie Damayanti / SF ITB
Beda potensial bakunya 0,40 Volt
Kurva Titrasi 2 reduktor dengan titran KMnO4 TiO2+ + 2 H+ + eI Ti3+ + H2O Fe3+ + e-
Fe2+
E (Volt)
II
Eo = 0,099 V Eo = 0,771 V
TS II TS I
52
Sophie Damayanti / SF ITB
Volume KMnO4 (mL)
PENENTUAN TITIK AKHIR TITRASI A. Autoindikator Titran berwarna dapat bertindak sebagai indikator sendiri (autoindikator) KMnO4 0,01 – 0,1 N
53
kelebihan sedikit titran
Sophie Damayanti / SF ITB
warna ungu violet
B. Pelarut Organik Iodium (I2)
Pelarut kloroform (CHCl3) & karbontetraklorida (CCl4)
I2 dalam pelarut CHCl3 & CCl4
warna violet 54
Sophie Damayanti / SF ITB
dapat digolongkan autoindikator Tapi diperjelas dengan penambahan pelarut organik
Titrasi Iodometri atau Iodatometri dalam suasana asam kuat 55
Sophie Damayanti / SF ITB
Jika digunakan indikator amilum amilum akan terhidrolisis
C. Potensiometri Potensial redoks sistem dpt diukur dengan potensiometer
Titik akhir titrasi dapat ditentukan melalui kurva titrasi 56
Sophie Damayanti / SF ITB
D. Indikator Redoks 1. Indikator Spesifik/Khas dapat bereaksi secara khas/spesifik dgn salah satu pereaksi warna dalam titrasi
indikator amilum + I2
biru tua
indikator CNS- + Fe3+
merah
57
Sophie Damayanti / SF ITB
2. Indikator Luar jika tidak ada indikator dalam Cara: tidak dimasukkan ke dalam larutan titrasi
diluar larutan titrasi diletakkan pada pelat tetes
Indikator K3FeCN6 untuk mendeteksi Fe2+
58
TA sudah tercapai (semua Fe2+ sdh mjd Fe3+)
Sophie Damayanti / SF ITB
terbentuk Fe2FeCN6 warna biru tak terbentuk warna biru
3. Indikator Destruktif indikator dimasukkan ke dalam larutan titrasi indikator bereaksi indikator dengan pereaksi teroksidasi dan terurai
59
Semula berwarna merah
Sophie Damayanti / SF ITB
menjadi tak berwarna (terurai)
Beberapa indikator redoks Indikator
Biru metilen Difenil amin Feroin p-etoksi krisoidin
Warna reduksi
Warna oksidasi
-
biru
Potensial transisi (V) 0,53
-
violet
0,76
merah
biru
1,11
merah
kuning
0,76
60
Sophie Damayanti / SF ITB
Kondisi
Asam 1M H2SO4 1M H2SO4 1M Asam encer
harus terletak di antara Potensial baku potensial baku indikator analit dan titran In+ + ne(warna A)
In (warna B)
EoIn = Potensial baku indikator [ In+ ]
0,0592 E = EoIn + 61
Sophie Damayanti / SF ITB
log n
[In ]
[ In+ ]
0,0592
E = EoIn +
log n
[In ]
[In+]
Jika ratio
10 [In]
warna yg dpt diamati warna A
0,0592
E = EoIn + n
[In+]
Jika ratio
warna yg dpt diamati warna B
0,1 [In]
62
Sophie Damayanti / SF ITB
0,0592
E = EoIn n
0,0592
warna A
E = EoIn +
n 0,0592
warna B
E = EoIn -
n
Rentang perubahan warna indikator
0,0592 63
E = EoIn
n Sophie Damayanti / SF ITB
Soal cara pemilihan indikator Titrasi Fe2+ dengan Ce4+ dlm suasana asam sulfat 1 M Fe3+ + e-
Fe2+
Eo = 0,771 V
Ce4+ + e-
Ce3+
Eo = 1,44 V
64
Sophie Damayanti / SF ITB
n1Eo1 +n2 Eo2
E TS =
Volt (n1+n2)
= 1,106 Volt
65
Sophie Damayanti / SF ITB
0,0592 Eo In = ETS
n 0,0592 Eo In = 1,106
Volt
1
maka indikator yg dpt digunakan EoIn terdapat pd rentang: Eo In = 1,047 - 1,165 Volt 66
Indikator yg cocok: Feroin (EoIn = 1,11 Volt)
Sophie Damayanti / SF ITB
APLIKASI TITRASI REDOKS Titrasi redoks berlangsung cepat dan stoikhiometri
67
Banyak digunakan untuk penentuan kadar analit secara volumetri
Sophie Damayanti / SF ITB
IODIMETRI Titrasi redoks menggunakan I2 (iod) sebagai peniter Oksidator yg cukup kuat utk menetapkan kadar reduktor I2 + 2 e 68
2I-
1000 mL I2 1N
Sophie Damayanti / SF ITB
Eo = 0,536 V 126,8 g I2
I2 (iod) praktis tdk larut dlm air
proses pelarutan I2 (iod) dengan penambahan KI
akan terbentuk KI3 yg larut air
69
Sophie Damayanti / SF ITB
I2 + KI I 2 + I-
KI3 I3 -
I2 mudah menguap
harus disimpan dlm botol tertutup rapat Suasana titrasi: • netral atau • asam lemah sampai sedikit basa (pH 8) Pada suasana basa I2 terurai mjd hipoiodat dan iodida 70
I2 + 2 OH-
Sophie Damayanti / SF ITB
IO- + I- + H2O
Titrasi Iodimetri tdk dapat dilakukan pada suasana asam kuat Daya mereduksi beberapa reduktor meningkat pd suasana netral H3AsO3 + I2 + H2O
H3AsO4 + 2I- + 2H+
kesetimbangan reaksi dipengaruhi oleh [H+]
[H+] < , kesetimbangan bergeser ke kanan 71
[H+] > , kesetimbangan bergeser ke kiri
Sophie Damayanti / SF ITB
• I- yg dihasilkan akan teroksidasi kembali dengan adanya O2 dari udara 4 I- + O2 + 4 H+
2 I2 + 2 H2O
• Jika digunakan indikator amilum (kanji) indikator amilum (kanji) akan terurai pada suasana asam
72
Sophie Damayanti / SF ITB
Pada titrasi iodimetri pH dapat diturunkan dan dipertahankan dengan penambahan NaHCO3 CO2 yg dihasilkan dapat : • menghilangkan O2 terlarut • menutupi larutan agar tdk ada penetrasi O2, yg dpt mengoksidasi II2
4 I- + O2 + 4 H+
73
Sophie Damayanti / SF ITB
2 I2 + 2 H2O
PEMBAKUAN I2 (IOD) Iod dibakukan dengan As2O3 (dalam pelarut NaOH) As2O3 + 2H2O
As2O5 + 4H+ + 4e-
reaksi dengan I2 As2O3 + 2I2 + 2H2O
As2O5 + 4HI
Reaksi dengan iod akan bersifat reversibel 74
karena sifat mereduksi dari HI
Sophie Damayanti / SF ITB
Untuk menekan sifat HI
ditambahkan NaHCO3
NaOH dan Na2CO3 tdk dpt digunakan utk menghilangkan HI karena juga bereaksi dengan I2 6 NaOH + 3I2
5NaI + NaIO3 + 3H2O
3Na 75 2CO3 + 3I2
5NaI + NaIO3 + 3CO2
Sophie Damayanti / SF ITB
Contoh senyawa yg ditetapkan dengan IODIMETRI Senyawa
Reaksi
Kondisi
H2S
H2S + I2
S + 2I- +2H+ Asam
Sn2+
Sn2+ +I2
Sn4+ +2I-
As3+
H2AsO3- +I2 +H2O HAsO42- +2I- + 3H+
76
Sophie Damayanti / SF ITB
Asam pH
8
IODOMETRI Larutan KI ditambahkan berlebih pada larutan yg mengandung oksidator kuat
I2 yg terbentuk kemudian dititrasi dengan reduktor
77
2 Cu2+ + 4I-
2 CuI + I2
I2 + 2 S2O32-
2I- + S4O62-
Sophie Damayanti / SF ITB
Sampel CuSO4 + KI berlebih
I2 yg terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3
78
TA tercapai warna biru hilang
Sophie Damayanti / SF ITB
Indikator kanji tidak ditambahkan dari awal
di + kan setelah larutan berwarna kuning
2 Cu2+ + 4I-
2 CuI + I2
I2 + 2 S2O32-
2I- + S4O62-
2000 mL Na2S2O3 1M 2 x 249,7 g CuSO4 .5H2O 1000 mL Na2S2O3 1M 249,7 g CuSO4.5H2O 1 mL Na2S2O3 1N 249,7 mg CuSO4 .5H2O 79
1 mL Na2S2O3 0,1N 24,97 mg CuSO4 .5H2O
Sophie Damayanti / SF ITB
2 MACAM TITRASI IODOMETRI 1. Sampel (oksidator) bereaksi dengan I- membentuk I2 I2 yg terbentuk dititrasi dengan Na2S2O3 2. Sampel ditambahkan I2 berlebih Kelebihan I2 dititrasi dengan Na2S2O3
untuk sampel yg bereaksi lambat dengan I2 80
Sophie Damayanti / SF ITB
PEMBAKUAN Na2S2O3 Na2S2O3 dapat dibakukan dengan KIO3 atau KBrO3 IO3- + 5I- + 6H+ I2 + 2 S2O32-
3I2 + 3H2O 2I- + S4O62-
6000 mL Na2S2O3 1M 214,0 g KIO3
1000 mL Na2S2O3 1M 35,67 g KIO3 81
1 mL Na2S2O3 0,1N 3,567 mg KIO3
Sophie Damayanti / SF ITB
Contoh senyawa yg ditetapkan dengan IODOMETRI Senyawa HNO2 Fe3+ HClO (kaporit) 82
Sophie Damayanti / SF ITB
Reaksi 2HNO2 + 2I+2H2O Fe3+ + 2 IHClO +2 I- +H+ H2O
I2 + 2NO Fe2+ + I2 Cl- +I2 +
Mengapa oksidator tidak langsung dititrasi dengan Natrium tiosulfat ?
oksidator kuat akan mengoksidasi tiosulfat (S2O32-) menjadi SO42- & reaksi berlangsung tidak stoikhiometri
83
Beberapa oksidator (contoh Fe3+ ) membentuk kompleks dengan tiosulfat
Sophie Damayanti / SF ITB
Hal-hal yg harus diperhatikan:
• Larutan Na2S2O3 harus dibuat menggunakan air destilata yg bebas CO2 Air suling segar banyak mgdg CO2
pH air mjd asam
Na2S2O3 terurai 84
S2O32- + H+
Sophie Damayanti / SF ITB
HSO3- + S
• Pd larutan yg sudah lama disimpan Larutan Na2S2O3 juga akan terurai oleh bakteri Thiobacillus thioparus Untuk menghambat kerja bakteri
• larutan Na2S2O3 ditambah 3 tetes CHCl3 atau 10 mg HgI per liter
85
• Larutan Na2S2O3 ditambahkan Na2CO3 0,1 g/L (pH larutan 9-10)
Sophie Damayanti / SF ITB
• Larutan Na2S2O3 dihindarkan dari cahaya langsung
krn akan mempercepat penguraian S2O32- + 3 O2 + H2O 86
Sophie Damayanti / SF ITB
2SO42- + 2 H+
IODATOMETRI Titrasi redoks menggunakan IO3sebagai peniter KIO3 merupakan baku primer
IO3- merupakan oksidator kuat
87
reaksi bergantung kepada kondisi larutan
Sophie Damayanti / SF ITB
Pada suasana HCl 2M
IO3- + 5 I- + 6 H+
3 I 2 + 3 H2 O
Pada suasana HCl pekat
IO3- + 5 I- + 6 H+
3 I 2 + 3 H2 O
IO3- + 2 I2 + 6 H+
5 I + + 3 H2 O
88
Sophie Damayanti / SF ITB
Pada suasana HCl pekat
IO3- + 5 I- + 6 H+
3 I 2 + 3 H2 O
IO3- + 2 I2 + 6 H+
5 I + + 3 H2 O
tdk digunakan indikator amilum
89
pada suasana asam kuat amilum akan terurai
Sophie Damayanti / SF ITB
digunakan pelarut organik yg tak bercampur dgn air (CHCl3 atau CCl4) sebagai indikator
Pada awal titrasi I2 yg terbentuk akan masuk ke dlm fase pelarut organik
90
I2 memberikan warna ungu dalam pelarut organik
Sophie Damayanti / SF ITB
Pada tahap selanjutnya IO3- akan mengoksidasi I2 lebih lanjut menjadi ICl Sehingga I2 yg terdapat pada fase organik lama kelamaan makin berkurang dan akhirnya semua berubah menjadi ICl
91
ICl tidak berwarna dalam pelarut organik
Sophie Damayanti / SF ITB
Jika sampel merupakan reduktor kuat
IO3-
maka akan direduksi menjadi I-
IO3- +6 Ti3+ +6 H+ 92
Sophie Damayanti / SF ITB
I- +6 Ti4+ +3H2O
BROMATOMETRI Titrasi redoks menggunakan BrO3sebagai peniter BrO3- merupakan oksidator kuat BrO3- +5 Br- +6 H+ 3H2O 93
Br2 +
KBrO3 merupakan baku primer
Sophie Damayanti / SF ITB
Br2 merupakan oksidator
tidak pernah digunakan langsung sebagai peniter
Br2 mudah menguap
94
Sophie Damayanti / SF ITB
sehingga kadarnya tidak tetap
Indikator yg digunakan pada Bromatometri
Indikator destruktif
Metil jingga atau merah metil 95
Sophie Damayanti / SF ITB
Sampel + HCl pekat + KBr + indikator metil jingga
Dititrasi dengan KBrO3
96
TA tercapai (tak berwarna)
Sophie Damayanti / SF ITB
BrO3- + 5 Br- + 6 H+ Br2 + 3H2O
H2AsO3- + Br2 + H2O HAsO42- +2I- + 3H+ KBrO3 bereaksi dengan KBr membentuk Br2
Br2 yg terbentuk akan bereaksi dengan sampel: • mengoksidasi ( As3+ As5+) • substitusi • adisi
97
Sophie Damayanti / SF ITB
PERMANGANOMETRI Titrasi redoks menggunakan KMnO4 sebagai peniter
Tidak perlu indikator
98
auto indikator
karena KMnO4 sudah berwarna merah violet
Sophie Damayanti / SF ITB
Kondisi reaksi sangat menentukan reaksi yg terjadi
• Dalam larutan asam
0,1 N
MnO4- + 8 H+ + 5 eMn2+ + 4H2O BE = 1/5 BM
Eo = 1,52 V
• Dalam larutan H2SO4 encer
MnO4- + 4 H+ + 3 eMnO2 + 2H2O 99
BE = 1/3 BM
Sophie Damayanti / SF ITB
Eo = 1,67 V
• Dalam larutan alkali kuat (
MnO4- + eBE = BM
1 M)
MnO42Eo = 0,54 V
Reaksi yg plg banyak digunakan dlm analisis kuantitatif dlm larutan asam kuat
menghambat terbentuk endapan MnO2
2MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O 5MnO2 + 4H+
100
Sophie Damayanti / SF ITB
PEMBAKUAN KMnO4 • Dengan Arsen trioksida • Dengan Natrium oksalat Pembakuan dengan Na oksalat 5C2O42- + 2MnO4- + 16 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O
reaksi lambat 101
Sophie Damayanti / SF ITB
perlu pemanasan
Sampel + H2SO4
Dititrasi dengan KMnO4
TA tercapai (warna ungu muda) 102
Sophie Damayanti / SF ITB
5NO2- + 2MnO4- + 6 H+ 2Mn2+ + 5 NO3- + 3H2O MnO4- + 8 H+ + 5 eBE = 1/5 BM
Mn2+ + 4H2O
2000 mL KMnO4 1M 5 x 69 g NaNO2 2000 mL KMnO4 5 N 345 g NaNO2 103
1 mL KMnO4 0,1N 3,45 mg NaNO2
Sophie Damayanti / SF ITB
Reaksi berjalan lambat Perlu pemanasan Jika sampel NaNO2
dipanaskan menguap
104
KMnO4 dalam elenmeyer
Sophie Damayanti / SF ITB
NaNO2 sebagai peniter
KROMOMETRI Titrasi redoks menggunakan K2Cr2O7 sebagai peniter merupakan oksidator kuat tidak sekuat KMnO4 dan Ce(SO4)2 105
Sophie Damayanti / SF ITB
Cr2O72- + 14 H+ + 6 eCr3+ + 7H2O Eo = 1,33 Volt
Keunggulan Cr2O72- : • stabil • murah • inert terhadap HCl • baku primer 106
Sophie Damayanti / SF ITB
SERIMETRI Titrasi redoks menggunakan Ce4+ sebagai peniter merupakan oksidator kuat
107
Biasa digunakan Ce(SO4)2 atau Ce(NH4)2(NO3)6
Sophie Damayanti / SF ITB
Potensial baku Ce4+ 1 M bergantung pd kondisi Ce4+ + e-
• Dalam H2SO4 • Dalam HClO4 • Dalam HNO3 • Dalam HCl
108
Ce3+
Eo = 1,44 V Eo = 1,70 V Eo = 1,61 V Eo = 1,28 V
digunakan indikator Ferroin dll
Sophie Damayanti / SF ITB
Keunggulan Ce4+ : • stabil dlm waktu lama • inert terhadap HCl • dlm reaksi hanya terlibat 1 elektron (perhitungan lebih mudah)
PEMBAKUAN Ce4+ • Dengan Arsen trioksida • Dengan Natrium oksalat 109
Sophie Damayanti / SF ITB
110
Sophie Damayanti / SF ITB
TITRASI REDOKS • Titrasi Iodometri • Titrasi Iodimetri
• Titrasi Serimetri • Titrasi Iodatometri • Titrasi Kromatometri
• Titrasi Bromatometri • Titrasi Permanganometri
111
Sophie Damayanti / SF ITB
TITRASI IODIMETRI Peniter : I2 TITRASI IODOMETRI
I2 yang terbentuk
112
Sophie Damayanti / SF ITB
dititrasi dengan peniter Na2S2O3
TITRASI IODOMETRI • Pembuatan Na2S2O3 • Larutan Na2S2O3 harus dibuat menggunakan air destilata yg bebas CO2 Air suling segar banyak mgdg CO2
pH air mjd asam
Na2S2O3 terurai 113
S2O32- + H+
Sophie Damayanti / SF ITB
HSO3- + S
• Pembuatan larutan Na2S2O3 harus ditambahkan Na2CO3 0,1 g/L
114
Untuk mencegah terurainya larutan Na2S2O3 oleh bakteri Thiobacillus tioparus
Sophie Damayanti / SF ITB
Pembakuan Na2S2O3 KIO3 + air + KI + asam sulfat
Titrasi dengan Na2S2O3
sampai kuning muda
+ lar kanji
115
Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang
Sophie Damayanti / SF ITB
PEMBAKUAN Na2S2O3 Na2S2O3 dapat dibakukan dengan KIO3 atau KBrO3 IO3- + 5I- + 6H+ 3 I2 + 6 S2O32-
3 I2 + 3H2O 2I- + S4O62-
6000 mL Na2S2O3 1M 214,0 g KIO3
1000 mL Na2S2O3 1M 35,67 g KIO3 1 mL Na2S2O3 0,1N 3,567 mg KIO3
116
Sophie Damayanti / SF ITB
Penentuan sampel Cu Sampel + KI + asam sulfat
Titrasi dengan Na2S2O3
sampai kuning muda
+ lar kanji
117
Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang
Sophie Damayanti / SF ITB
2 Cu2+ + 4II2 + 2 S2O32-
2 CuI + I2 2I- + S4O62-
2000 mL Na2S2O3 1M 2 x 249,7 g CuSO4 .5H2O 1000 mL Na2S2O3 1M 249,7 g CuSO4.5H2O 1 mL Na2S2O3 1N 249,7 mg CuSO4 .5H2O
1 mL Na2S2O3 0,1N 24,97 mg CuSO4 .5H2O
118
Sophie Damayanti / SF ITB
TITRASI IODATOMETRI Sampel + HCl pekat + indikator CCl4 atau CHCl3
Titrasi dengan KIO3
119
sampai warna CCl4 atau CHCl3 hilang
Sophie Damayanti / SF ITB
tdk digunakan amilum sebagai indikator
pada suasana asam kuat amilum akan terurai
120
digunakan pelarut organik yg tak bercampur dgn air (CHCl3 atau CCl4) sebagai indikator
Sophie Damayanti / SF ITB
Pada suasana HCl pekat Pada awal titrasi IO3- + 5 I- + 6 H+
3 I2 + 3 H2O
I2 akan masuk ke dlm lapisan CCl4 atau CHCl3 (I2 berwarna ungu dlm pel organik ) 121
Sophie Damayanti / SF ITB
Pada tahap selanjutnya
IO3- + 2 I2 + 6 H+
5 I+ + 3 H2O
IO3- akan mengoksidasi I2 lebih lanjut menjadi ICl Sehingga I2 yg terdapat pada fase organik lama kelamaan makin berkurang dan akhirnya semua berubah menjadi ICl 122
ICl tidak berwarna dalam pelarut organik
Sophie Damayanti / SF ITB
IO3- + 5 I- + 6 H+
3 I2 + 3 H2O
IO3- + 2 I2 + 6 H+
5 I+ + 3 H2O
1000 mL KIO3 1M 5 x 166 g KI
1000 mL KIO3 1 M
830 g KI
1 mL KIO3 4 N
830 mg KI
1 mL KIO3 1 N
207,5 mg KI
1 mL KIO3 0,1 N
20,75 mg KI
123
Sophie Damayanti / SF ITB
124
Sophie Damayanti / SF ITB
TITRASI BROMOMETRI Sampel As2O3 + HCl pekat + KBr + indikator jingga metil
Titrasi dengan KBrO3
125
Sophie Damayanti / SF ITB
sampai tak berwarna
BrO3- + 5 Br - + 6 H+ 3 Br2 + 3 H2O 2 Br2 + As2O3 + 2 H2O 4 HBr + As2O5
2 mol KBrO3
3 mol As2O3
2000 mL KBrO3 1M 3 x 198 g As2O3 2 mL KBrO3 6 N 594 mg As2O3 126
1 mL KBrO3 0,1N 4,95 mg As2O3
Sophie Damayanti / SF ITB
TITRASI PERMANGANOMETRI Pembakuan KMnO4 Na oksalat + asam sulfat larutan dipanaskan
Titrasi dengan KMnO4 127
Sophie Damayanti / SF ITB
sampai warna ungu muda
5C2O4- + 2MnO4- + 16 H+ 2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O MnO4- + 8 H+ + 5 eBE = 1/5 BM
Mn2+ + 4H2O
2000 mL KMnO4 1M 5 x 126 g H2C2O4. 2H2O 2000 mL KMnO4 5 N 630 g H2C2O4.2H2O 2 mL KMnO4 5 N 630 mg H2C2O4.2H2O 128
1 mL KMnO4 0,1N 6,30 mg H2C2O4.2H2O
Sophie Damayanti / SF ITB
Penentuan sampel Nitrit KMnO4 + asam sulfat
larutan dipanaskan
Titrasi dengan NaNO2 129
Sophie Damayanti / SF ITB
sampai tak berwarna
5NO2- + 2MnO4- + 6 H+ 2Mn2+ + 5 NO3- + 3H2O MnO4- + 8 H+ + 5 eBE = 1/5 BM
Mn2+ + 4H2O
2000 mL KMnO4 1M 5 x 69 g NaNO2
2000 mL KMnO4 5 N 345 g NaNO2
130
1 mL KMnO4 0,1N 3,45 mg NaNO2
Sophie Damayanti / SF ITB