BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang diakibatkan oleh akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sudoyo, 2007). Obesitas adalah keadaan yang kelebihan berat badan relatif seseorang sebagai akibat penumpukan oleh zat gizi terutama karbohidrat, lemak dan protein. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan energi (Krisno, 2002). Kegemukan (Overweight) dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda, Overweigh adalah kelebihan berat badan, akan tetapi sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Obesitas (kegemukan) adalah ketidakseimbangan antara jumlah makanan yang masuk dengan dibandingkan oleh pengeluaran energi tubuh. Orang yang kegemukan biasanya memiliki berat badan yang berlebihan yang diakibatkan oleh penimbunan lemak yang berlebih. Kedua hal ini sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan didalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) (Misnandiarly, 2007). Pada masa sekarang ini obesitas adalah permasalahan umum yang dialami anak-anak ( Troiano, dkk, 1995 dalam Nirwana, 2012). Salah satu penyebabnya adalah pada perilaku anak yang menetap, seperti aktifitas yang menggunakan sedikit energi, genetik faktor keturunan dari orang tua, terutama pada faktor lingkungan makanan tinggi kalori selalu tersedia dan aktifitas fisik tidak terlalu diperhatikan. Anak-anak sebagian besar lebih menyukai makanan cepat saji atau fast food (Nirwana, 2012). Obesitas pada anak merupakan masalah besar di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penelitian di Indonesia menunjukkan prevalensi obesitas pada anak-anak usia sekolah
sebesar
5%,
dimana
Sjarif
dkk
2005
dalam
penelitian
(Adiseno,
2010) mendapatkan prevalensi terbesar terdapat pada kota Jakarta (25%), Semarang (24,3%), Medan (17,7%) dan Palembang (13,2%).
1
Seseorang yang berat badannya 20% lebih tinggi berat badan normal dianggap mengalami obesitas. Metode yang paling berguna dan paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas atau overweight adalah menghitung Body Mass Index (BMI)atau Index Massa Tubuh(IMT). The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National Institutes of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for overweight in adolescent Preventive Services telah merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks MasaTubuh (IMT) sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. IMT merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2). Persentil-persentil ke85 dan ke-95, jadi klasifikasi IMT terhadap umur dan jenis kelamin adalah sebagai berikut : persentil ke-85 -
karena merasa tubuhnya lebih besar dari teman sebayanya, sehingga untuk bergerak menjadi lambat, berkeringat berlebihan dan menganggap dirinya tidak menarik karena sering diejek teman-temannya (Antari, 2006). Konsep diri meliputi citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri, identitas diri. Citra tubuh pada anak usia sekolah mulai belajar tentang struktur dan fungsi tubuh internal dan menyadari perbedaan dalam ukuran dan konfigurasi tubuh. Usia anak sekolah semakin sangat menyadari harga diri sebagai perbedaan antara kemampuan mereka dan kemampuan anak merasa diterima oleh orang dewasa dan teman sebaya di luar keluarga, melalui umpan balik positif meningkatkan harga diri mereka. Peran diri umpan balik lebih banyak di dapatkan anak dari teman sebaya. Pada anak usia sekolah mampu berkembang dengan adanya sosialisasi dan mampu beradaptasi diri sendiri pada tuntutan sosial yang dibebankan. Pada masa kanak-kanak masa pertengahan 6-12 tahun, tahap kognitifnya pada operasional konkret, anak mampu berpikir induktif dan logis (7-11 tahun) (Wong, 2008). Selama sosialisasi anak umumnya mengembangkan ketrampilan yang diperlukan untuk berfungsi dalam banyak peran, sehingga sosialisasi yang tidak berhasil adalah ketidakmampuan untuk berfungsi seperti yang dapat diterima oleh nilai masyarakat, maka hal itu dapat mempengaruhi pencapaian identitas kurang baik untuk hubungan yang intim karena identitas diekspresikan dalam berhubungan dengan orang. Kasus anak yang mengalami obesitas atau kelebihan berat gizi, identik dengan kemakmuran atau status sosial ekonomi tinggi. Kasus obesitas pada anak usia sekolah ( 6-12 tahun) di wilayah Tembalang cukup banyak terjadi, ada sekitar 9,7% pada anak lakilaki dan perempuan 9,55%. Sedangkan Jumlah sekolah dasar dari 33 SD terdapat 7 berlokasi
perkotaan
diantaranya
adalah
Sendangmulyo,
Bulusan,
Sambiroto,
Kedungmundu, Sendangguwo, Tembalang, Tandang sedangkan berlokasi pedesaan ada 5 yaitu Rowosari, Mangunharjo, Kramas, Meteseh, Jangli. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran konsep diri anak usia sekolah yang mengalami obesitas di wilayah Tembalang Semarang. B. Rumusan Masalah Anak obesitas memandang dirinya tidak menarik karena sering diejek oleh temantemannya. Jika hal ini tidak segera diantisipasi akan mempengaruhi kejiwaan anak. 3
Sehingga dapat dirumuskan masalah bagaimana Gambaran Konsep Diri Anak Usia Sekolah yang mengalami Obesitas di wilayah Tembalang Semarang.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui Gambaran Konsep Diri Pada Anak Usia Sekolah yang mengalami Obesitas di wilayah Tembalang Semarang 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan citra diri anak sekolah dasar yang mengalami obesitas di wilayah Tembalang b. Mendeskripsikan ideal diri anak sekolah dasar yang mengalami obesitas di wilayah Tembalang c. Mendeskripsikan harga diri anak sekolah dasar yang mengalami obesitas di wilayah Tembalang d. Mendeskripsikan peran diri anak sekolah dasar yang mengalami obesitas di wilayah Tembalang e. Mendeskripsikan identitas diri anak sekolah dasar yang mengalami obesitas di wilayah Tembalang.
D. Manfaat Penelitian 1. Masyarakat Meningkat kesadaran tentang masalah gizi, terutama gizi berlebih, sehingga perlu tindakan antisipasi / preventif agar tidak ada gangguan pertumbuhan pada anak. 2. Keluarga Penyediaan makanan yang proposional untuk anak usia sekolah dan menerapkan polapola hidup yang sehat dalam keluarga yaitu dengan tidak menyajikan makanan cepat saji, makanan tinggi kalori.
4
3. Bidang Ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian adalah ilmu keperawatan jiwa, keperawatan komunitas pada agregrat usia sekolah, ilmu gizi ( Nutrisi).
5
Keaslian Penelitian No
Judul dan Nama
Variabel
Metode
Hasil
Simpulan
Dependent
Analitik
Uji:Chi Square
Terdapat hubungan yang
Dengan tingkat
observasional
p valuea dalah
Bermakna antara obesitas dengan tingkat
Perkembangan Anak Usia
dengan
0,041.
perkembangan anak usia prasekolah
Prasekolah (4-6Tahun) di
melalui
di TK Plus Al Kautsar Malang dengan nilai p
TK Plus Alkautsar Malang
pendekatanCr
value adalah 0,041
Peneliti,Tahun
1.
Hubungan Antara Obesitas
oss Sectional.
2.
Ariyanti, Hani Riska. 2007
Independent
Analisis faktor-faktor yang
Independent
Observasiona
Ada hubungan
Yang berpengaruh terhadap kegemukan adalah
mempengaruhi kegemukan
l dengan
nyata (p<0,05)
aktifitas fisik (OR=1.1491)artinya anak yang
pada usia 6-14 tahun
desain cross
antara jenis
aktifitas fisiknya kurang mempunyai risiko untuk
diprovinsi Sumatera Selatan
sectional
kelamin,umur,a
gemuk 1.1492 kali dibandingkan dengan aktifitas
ktifitas fisik
fisiknya cukup
Musadat, Anwar.2010
anak,kebiaaan makan buah,kebiasaan makanan berlemak,IMT orang tua,konsumsi 6
energi perkapita, konsumsi protein perkapita dengan kegemukan.
3.
Faktor risiko obesitas pada
Independent
Sumber data
Prevalensi
Faktor risiko yang paling berhubungan dengan
anak 5-15 tahun di
sekunder data
obesitas
obesitas pada anak usia 5-15 tahun adalah tingkat
indonesia
Riset
(persentil>95)
pendidikan anak setelah dikontrol oleh variable
Sartika, Ratu ayu
KesehatanDa
pada anak
jeniskelamin, riwayat obesitas ayah, kebiasaan
dewi.2007
sar
rentang usia 5-
olah raga dan merokok serta asupan protein.
(Riskesdas)
15 tahun sebesar 8,3%
4.
Perilaku ibu terhadap
Dependent
Wawancara
Pengetahuan
Upaya mengatasi obesitas pada usia anak dasar
obesitas pada anak usia
mendalam(
informan belum
adalah sangat bervariasi,mulai dari mengatur pola
sekolah dasar SD Pertiwi
in-depth
memadai
makanananak,olahraga,juga menerapkan program
kecamatan Medan Barat
interview)
dimana masih
diet
Marpaung, lidia.2007
sebagian informan yang mengetahui pengertian obesitas secara 7
definisi 5.
Pengaruh pola
Dependent
Stratified
Ada pengaruh
konsumsi,aktifitas fisik dan
random
signifikan
keturunan terhadap kejadian
sampling
antara asupan
obesitas pada siswa Sekolah
energi
Dasar swasta di kecamatan
(p=0,0001;OR=
Medan Baru kota Medan
28,26),asupan
Simatupang,M romauli.
lemak
2008
(p=0,0001;OR= 24,59),asupan energi,(p=0,000 1;OR=2,72),fre kuensi makan (p=0,0001;OR= 59,33),jenis makanan(p=0,0 001;OR=34,15, aktifitas sedang(p=0,000 1;OR=17,33),ak tifitas berat(p=0,0001; OR=26,41,sratu 8
Variable asupan lemak ( OR=96,46)
s gizi bapak(p=0,001; OR=3,63),status gizi ibu(p=0,0001;O R2,68) 6.
Gambaran konsep diri pada
Dependent
Analitik case
Konsep diri
Citra diri yang kurang baik dengan nilai rata-
anak usia sekolah yang
control
pada anak usia
rata 16,25, harga diri baik dengan nilai mean
mengalami obesitas di
retrospective
sekolah dasar
21,23, ideal diri yang baik baik nilai mean
wilayah Tembalang
baik, kecuali
13,9661, peran diri baik dengan nilai mean
Semarang
pada citra
Dewi winarsih, 2012
dirinya dengan nilai mean 16,25.
9
17,440, identitas yang baik dengan nilai mean 16,254.
10