BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan tidak terlepas dari kebutuhan akan energi. Sumber energi yang paling populer dan dianggap paling murah, meski tidak begitu ramah lingkungan, dibandingkan dengan sumber energi lainnya adalah energi yang dihasilkan dari minyak dan gas bumi. Practically every environmental problem we have can be traced to our addiction to fossil fuels, primarily oil. 1 Terdapat 15 masalah lingkungan terbesar saat ini yang dilansir di laman Conserve Energy Future: 2 1. Polusi, 2. Pemanasan global, 3. Overpopulasi, 4. Berkurangnya sumber daya, 5. Pembuangan limbah, 6. Perubahan iklim, 7. Hilangnya keanekaragaman hayati, 8. Deforestasi, 9. Pengasaman laut, 10. Menghilangnya lapisan ozon, 11. Hujan asam, 12. Polusi air, 13. Urban sprawl,3 14. Isu kesehatan publik, dan 15. Rekayasa genetika. Dari 15 masalah tersebut, yang terlihat paling berkaitan dengan tingginya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah polusi,
1
Dennis Weaver, dalam Thomas Chi, 2011, Oil USA, CreateSpace, South Carolina. Anonim, ―Environmental Problems‖, dalam http://www.conserve-energy-future.com/15-currentenvironmental-problems.php, diakses pada tanggal 19 April 2015 3 The unplanned, uncontrolled spreading of urban development into areas adjoining the edge of a city, Penyebaran tidak terencana dan tidak terkendali atas pembangunan perkotaan ke area perbatasan kota, American Heritage® Dictionary of the English Language, Fifth Edition. Copyright © 2011 by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. Published by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. http://www.thefreedictionary.com/urban+sprawl 2
1
pemanasan global, berkurangnya Sumber Daya Alam (SDA), perubahan iklim, oksidasi laut, hujan asam, dan masalah kesehatan publik. Padahal sebenarnya semua masalah lingkungan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Permasalahan lingkungan yang timbul di masa kini tentunya akan menimbulkan permasalahan lingkungan di masa depan. Permasalahan lingkungan disebabkan utamanya karena perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak memikirkan kebutuhan generasi di masa mendatang. Perilaku seperti ini merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Mayoritas masyarakat Indonesia memiliki paradigma bahwa bumi Indonesia kaya akan SDA mineral dan mengartikan kaya yaitu jumlahnya berlimpah seakan-akan tidak akan habis. Nyatanya memang bumi Indonesia kaya akan SDA mineral, tetapi yang dimaksud dengan kaya bukanlah jumlahnya yang melimpah melainkan jenisnya yang beragam yaitu minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu, bauksit, tembaga, tanah subur, batu bara, emas, dan perak. Indonesia telah aktif di sektor minyak dan gas bumi selama hampir 130 tahun sejak pertama kali ditemukannya kandungan minyak bumi di Sumatera Utara pada tahun 1885, dan terus aktif sebagai pemain di industri minyak dan gas bumi internasional.4 Indonesia memiliki cadangan minyak terbukti sebanyak 3,6 miliar barel dan menempati peringkat ke-20
4
PwC Indonesia, 2014, Oil and Gas in Indonesia: Investment and Taxation Guide May 2014 - 6 edition, PwC Indonesia, hlm. 5.
th
2
diantara produsen minyak dunia, terhitung sekitar 1,1% dari produksi minyak dunia.5
Gambar 1 PwC Indonesia, 2014, Oil and Gas in Indonesia: Investment and Taxation Guide May 2014 – 6th edition, hlm. 6.
Adanya paradigma bahwa bumi Indonesia kaya akan SDA memicu perilaku konsumtif masyarakat Indonesia dalam penggunaan BBM. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap jumlah SDA minyak dan gas bumi yang terbatas sehingga tidak memperhatikan konsumsi BBM mendorong pemerintah untuk terus berupaya menghasilkan produk minyak dan gas bumi untuk memenuhi tingginya permintaan masyarakat. Sebagai 5
Ibid, hlm. 6.
3
salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi, tentunya Indonesia tidak terlepas dari dampak lingkungan akibat tingginya konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil akan terus menambah emisi CO2 yang berkaitan dengan energi di Indonesia, dimana diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 800 juta ton (2035), lebih dari dua kali lipat dalam jangka waktu 25 tahun. 6 Emisi terbesar akan berasal dari sektor listrik, diikuti oleh sektor transportasi.7 Proyeksi emisi karbon Indonesia di masa depan adalah sebagai berikut:
Gambar 2 Menteri Keuangan, 2009, dalam Pradeep Tharakan, 2015, Summary of Indonesia’s Energy Sector Assessment, Asian Development Bank, hlm. 8.
Tingginya konsumsi BBM disebabkan oleh laju pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, namun tingginya permintaan ini tidak diikuti dengan kemampuan kontraktor blok migas dalam memenuhi permintaan BBM. Ketidakseimbangan antara jumlah permintaan BBM dengan produksi BBM dalam negeri memaksa pemerintah untuk mulai mengimpor BBM 6
Pradeep Tharakan, 2015, Summary of Indonesia’s Energy Sector Assessment, Asian Development Bank, hlm. 8. 7 Ibid.
4
agar pemerintah dapat memenuhi permintaan BBM. Menurunnya produksi minyak dan meningkatnya konsumsi menjadikan Indonesia sebagai net oil importer di akhir tahun 2004. 8 Tingginya harga minyak selama tahun 2004-2008 membuat Pemerintah secara substantial mengurangi subsidi bahan bakar domestik di tahun 2008 dan memutuskan untuk sementara menangguhkan keanggotaan Organisation of Petroleum Exporting Countries (OPEC)—sebagai organisasi yang merepresentasikan sekitar 45% produksi minyak dunia. 9 Indonesia dijadwalkan utuk bergabung kembali pada tahun 2016 sebagaimana negara tengah berusaha untuk mengamankan pasokan minyak mentah untuk memenuhi meningkatnya permintaan dan investasi yang lebih besar dari negara anggota Timur Tengah dalam proyek-proyek infrastruktur hilir.10 Namun untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi yang baru bukan proses yang mudah dan cepat, diperlukan waktu yang sangat lama untuk menentukan suatu temuan minyak dan gas bumi memiliki nilai ekonomis atau tidak. Sampai minyak dan gas bumi yang ada di reservoir dapat diproduksi pun memerlukan proses yang sangat panjang dan dana yang tidak sedikit serta diikuti dengan risiko tinggi yang berpotensi merugikan situasi keuangan negara. Faktor minimnya teknologi yang dimiliki oleh negara juga menjadi penyebab turunnya jumlah produksi minyak dan gas bumi karena dana untuk riset dan teknologi hanya mendapat porsi kecil dari seluruh APBN meski pendapatan dari industri
8
PwC Indonesia, Op. Cit., hlm 6. Ibid. 10 EIA, 2015, Indonesia: International Energy Data and Analysis, U.S. Energy Information and Administration, hlm. 1. 9
5
minyak dan gas bumi masih diandalkan sebagai sumber pendapatan negara. Tingginya risiko untuk mengelola blok migas ini membuat pemerintah enggan untuk mengusahakan blok migas secara mandiri. Hingga kini, pemerintah telah menerbitkan sejumlah Kontrak Kerja Sama (KKS) untuk mengelola blok migas karena dirasa lebih menguntungkan pemerintah. Minimum isi KKS ini telah ditentukan melalui undangundang, salah satu minimum isi KKS adalah pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup di kegiatan usaha hulu migas ini diperlukan karena kegiatan usaha hulu migas bukanlah kegiatan usaha yang ramah lingkungan meski menjadi salah satu andalan penyumbang pendapatan negara serta merupakan kegiatan usaha yang menyediakan banyak lapangan kerja. Oleh karena kegiatan hulu migas merupakan kegiatan yang jelas memiliki isu pembangunan dan lingkungan, perlu diketahui apakah kegiatan usaha hulu migas di Indonesia selaras dengan pembangunan berkelanjutan. Mengingat masih berlangsungnya kegiatan usaha hulu migas serta banyak pihak yang terlibat di masa kini mau pun di masa mendatang, kesesuaian antara peraturan yang berlaku sekarang dengan pembangunan berkelanjutan penting untuk diketahui oleh berbagai kalangan mulai dari praktisi industri migas hingga praktisi serta akademisi hukum.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini penulis mengangkat rumusan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep pembangunan berkelanjutan dalam regulasi dan kebijakan tentang pengelolaan migas? 2. Bagaimana implementasi konsep pembangunan berkelanjutan pada kegiatan usaha hulu migas?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a.
Mengetahui lebih lanjut mengenai konsep pembangunan berkelanjutan dalam regulasi dan kebijakan tentang pengelolaan migas.
b.
Mengetahui
implementasi
konsep
pembangunan
berkelanjutan pada kegiatan usaha hulu migas. 2. Tujuan Subjektif Sebagai media penulis untuk mencari dan memperoleh data akurat yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan dan peraturan tentang kegiatan usaha hulu migas. Juga dalam rangka penyusunan penulisan hukum guna memperolah gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
7
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penulisan hukum ini dapat menambah pengetahuan penulis mengenai industri migas dunia umumnya dan industri migas nasional khususnya. Hasil dari penulisan hukum ini juga dapat menambah pengetahuan penulis di bidang Hukum Lingkungan, terutama mengenai pengelolaan SDA berupa regulasi pengelolaan lingkungan hidup kegiatan usaha hulu migas. 2. Manfaat Praktis a.
Manfaat bagi perguruan tinggi Adanya
penelitian
yang
dilakukan
oleh
mahasiswa,
merupakan salah satu bentuk perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni Dharma Penelitian. b.
Manfaat bagi ilmu pengetahuan Hasil penulisan hukum ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan hukum dan literatur di bidang Hukum Lingkungan khususnya terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup kegiatan usaha hulu migas.
c.
Manfaat bagi pengembangan hukum di Indonesia Hasil penulisan hukum ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan hukum dan penyusunan peraturan mengenai pengelolaan lingkungan hidup kegiatan
usaha
hulu
migas
agar
selaras
dengan
konsep
pembangunan berkelanjutan.
8
E. Keaslian Penelitian Dalam penyusunan penelitian dan penulisan hukum ini penulis telah melakukan riset dan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian, baik dari perpustakaan, media cetak, serta media elektronik. Untuk mengetahui keaslian dari penelitian, maka Penulis melakukan penelusuran terhadap karya-karya yang dapat dikatakan sejenis, yaitu: 1. Tinjauan
Yuridis
Terhadap
Internalisasi
Sustainable
Development Cost Dikaitkan Dengan Cost Recovery dalam Kontrak Bagi Hasil Migas di Indonesia, yang disusun oleh Denny Biantong, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Dalam penulisan hukum tersebut membahas tentang penerapan pembangunan berkelanjutan pada sektor migas, tetapi setelah penulis telusuri, pembahasan yang dilakukan oleh Denny Biantong tidak membandingkan antara peraturan perundangundangan yang berlaku bagi kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dengan SDGs. 2. Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia (Studi Kasus Clean Development Mechanism pada PLTP Darajat III), yang disusun oleh Rima Rahayu, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Dalam penulisan hukum tersebut, kebijakan pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak dibahas secara mendalam karena yang menjadi pokok bahasan utamanya adalah penerapan Clean Development Mechanism
9
pada PLTP Darajat III. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis menyimpulkan bahwa penelitian ini asli dan layak untuk diteliti dan penulisan hukum ini dilakukan dengan itikad baik. Jika terdapat penelitian yang serupa diluar pengetahuan penulis, ini bukan merupakan suatu kesengajaan tetapi diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya sehingga dapat memperkaya pengetahuan serta penulisan hukum yang bersifat akademis.
10