Hafidz Abdurrahman: Skenario Asing Menghancurkan Islam Friday, 19 February 2010 00:45
{mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP HTI
Berbagai peristiwa bergulir sepanjang tahun 2009. Putaran roda zaman pun menggilas siapa saja, termasuk umat Islam. Sayangnya umat Islam belum mempunyai peran yang signifikan. Yang terjadi justru mereka menjadi korban. Contohnya dalam kasus War on Terorrism (perang terhadap terorisme). Mengapa ini bisa terjadi? Berikut wawancara wartawan MU Joko Prasetyo dengan Ketua DPP HTI Hafidz Abdurrahman.
Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?
Sebenarnya ada beberapa peristiwa, tetapi barangkali yang paling merugikan umat Islam adalah peristiwa Pengeboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, tanggal 17 Juli 2009 yang lalu. Karena selain merupakan isu politik, dampak dari kasus ini serangan secara langsung terhadap akidah dan syariah Islam. Melalui kasus ini, bertubi-tubi keyakinan umat Islam diberondong. Targetnya, agar mereka menolak syariah dan Khilafah, juga agar mereka tetap memeluk Islam tetapi hanya simbol dan ritual saja. Lebih mengerikan lagi, dampak dari kasus ini terjadi upaya adu domba dan saling curiga antara sesama Muslim.
Bagaimana seharusnya menyikapi peristiwa ini?
1/5
Hafidz Abdurrahman: Skenario Asing Menghancurkan Islam Friday, 19 February 2010 00:45
Sejak awal, ketika isu terorisme ini muncul pertama kali di tahun 2002, Hizbut Tahrir Indonesia sudah mengingatkan bahwa ada skenario asing di balik isu terorisme ini. AS, Inggris, dan negara-negara sekutunya menggunakan isu terorisme ini untuk mempertahankan penjajahan mereka terhadap Indonesia, dan negeri-negeri Muslim. Merekalah yang sesungguhnya menjadi otak berbagai kerusuhan yang terjadi di negeri-negeri kaum Muslim, melalui operasi intelijennya yang begitu canggih. Saking canggihnya, sampai intelijen negara pun tidak bisa mengendusnya.
Dalam kasus bom kembar Ritz Carlton dan JW Marriot (17/07/2009), kesimpulan serupa juga disampaikan mantan Dansatgas BAIS TNI, Mayjen (Purn) Abdul Salam (Majalah Intelijen, No. 9/VI/2009). Operasi seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang ahli, baik dari dalam maupun luar negeri. Benar, bahwa ada orang Indonesia yang menjadi pelaku, tetapi benarkah mereka berdiri sendiri? Pertama, boleh jadi mereka melakukan sendiri dan untuk kepentingan sendiri, tetapi kemudian ditunggangi. Kedua, boleh jadi mereka diprovokasi dan diperalat untuk kepentingan orang lain. Ketiga, boleh jadi mereka tidak tahu, kemudian dimanfaatkan.
Solusinya?
Sebagai tindakan kriminal (jarimah), aksi pengeboman ini harus ditindak secara hukum, siapapun pelakunya. Bukan hanya eksekutornya, tetapi juga otak dan aktor intelektual yang ada di belakangnya, baik pribadi, kelompok, maupun negara. Karena hanya dengan itulah, keadila n bisa diwujudkan. Adil bagi korban, pelaku dan juga masyarakat. Tapi penanganannya harus dilakukan secara proporsional dan harus tetap dijaga agar tetap dalam konteksnya. Tidak boleh dibawa ke mana-mana. Karena selain tidak akan menyelesaikan masalah, cara-cara seperti ini hanya akan menimbulkan disintegrasi dan konflik horisontal yang meluas di tengah masyarakat. Masyarakat yang semula hidup rukun, tenteram, dan adem ayem, tiba-tiba saling curiga. Kalau ini terjadi, bukan hanya masyarakat yang dirugikan, tetapi juga negara.
Sejak awal, Hizbut Tahrir menyatakan dengan tegas, bahwa Perang Melawan Terorisme yang sesungguhnya adalah perang melawan Islam. Perang ini juga bukan untuk kepentingan Islam dan umatnya, tetapi untuk kepentingan negara-negara penjajah. Islam dianggap sebagai ancaman potensial setelah runtuhnya Sosialisme dan Komunisme. Karena itu, ada dua skenario yang mereka lakukan.
2/5
Hafidz Abdurrahman: Skenario Asing Menghancurkan Islam Friday, 19 February 2010 00:45
Pertama, mereka tidak akan menyerang langsung Islam, tetapi dengan menyamarkan serangan terhadap Islam itu dengan Perang Melawan Terorisme, Radikalisme atau Fundamentalisme, atau ungkapan-ungkapan kamuflase yang lainnya. Sebab, kalau mereka menyatakan secara terbuka perang melawan Islam, pasti mereka tidak akan menang.
Kedua, mereka juga tidak akan melakukan peperangan secara langsung dengan umat Islam, terutama setelah mereka membuktikan sendiri bahwa umat Islam tidak akan bisa dikalahkan, baik di Irak, Afganistan maupun Pakistan. Karena itu, mereka lantas meminjam tangan-tangan orang Islam untuk berperang melawan orang Islam. Mereka membentuk pemerintah boneka di Irak, Afganistan dan Pakistan atau negeri-negeri kaum Muslim yang lain, yang menjadi kepanjangan tangan (antek) mereka untuk memerangi orang-orang Islam yang dianggap mengancam kepentingan mereka, dengan dalih Perang Melawan Terorisme dan sebagainya.
Jadi ada upaya adu domba umat?
Ya. Melalui dua skenario tersebut mereka melakukan pemetaan, atau tepatnya politik belah bambu: yang satu diinjak, yang satu diangkat. Apa yang sekarang dijadikan musuh, yaitu Radikalisme dan Fundamentalisme mereka injak, sementara Liberalisme, Inklusifisme atau Moderat diangkat dan dipromosikan.
Selain itu, upaya deradikalisasi ideologi radikal juga dilakukan, antara lain dengan: (1) Pemberdayaan tokoh-tokoh moderat agama untuk menyebarluaskan ajaran moderat; (2) Interfaith dialogue (dialog antariman); (3) Menyebarluaskan buku-buku ajaran agama moderat; (4) Kurikulum lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang moderat; (5) Program rehabilitasi para teroris pada masa penahanan, menjalani hukuman di LP dan setelah menjalani hukuman; (6) Kemitraan dengan lembaga-lembaga kultural/budaya untuk menyosialisasikan bahaya terorisme serta menetralisasi radikalisme dan budaya kekerasan (Disarikan dari bahan Lokakarya Sespim 27/10/09: Kebijakan Penanggulangan Terorisme di Indonesia, oleh Ketua Desk Koordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) Irjen (Purn) Pol. Drs. Ansyaad Mbai).
3/5
Hafidz Abdurrahman: Skenario Asing Menghancurkan Islam Friday, 19 February 2010 00:45
Apa sikap kita terhadap hal itu?
Langkah yang jitu adalah tidak mengikuti atau terlibat sama sekali dalam proyek Perang Melawan Terorisme ini. Bahkan, harus dijelaskan kepada umat, agar mewaspadai setiap upaya yang mengaitkan Islam dengan Terorisme. Karena pada hakikatnya, ini merupakan skenario penjajah.
Bagaimana agar umat Islam tidak dipermainkan?
Tidak ada jalan kecuali kita bersatu, menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah. Hanya dengan itu kita akan memiliki izzah (kemuliaan). Dan musuh-musuh Islam akan gentar karenanya. Disinilah relevansi perjuangan syariah dan Khilafah untuk Indonesia dan dunia yang lebih baik.
Strategi perjuangan politik umat Islam ke depan seperti apa?
Tujuan politik Islam harus jelas, yakni bagaimana membangun kekuasaan yang bertujuan untuk mengurus urusan-urusan rakyat berdasarkan syariah Islam. Dalam hal ini Khilafah Islam menjadi institusi politik Islam yang penting untuk mempersatukan umat dan menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.
Untuk itu dua prasyarat penting harus menjadi fokus bersama umat. Pertama, melakukan penyadaran politik di tengah umat, agar umat terdorong untuk menuntut dan berjuang menegakkan syariah. Secara bersamaan, umat juga menolak dan segera mencampakkan sistem Kapitalisme yang menjadi penyebab utama penderitaan umat.
4/5
Hafidz Abdurrahman: Skenario Asing Menghancurkan Islam Friday, 19 February 2010 00:45
Kedua, mencari dukungan dari ahlul quwwah yakni komponen umat yang memilik kekuatan politik strategis dan kekuasaan yang riil seperti militer. Kepada mereka kita harus menyampaikan kebaikan Islam dan kewajiban terikat pada Islam. Dengan itu mereka secara sukarela akan memberikan nushrah (pertolongan)nya kepada perjuangan penegakan syariah Islam.
Bagaimana peluang kemenangan umat?
Kemenangan ditentukan oleh kesungguhan perjuangan kita dan pertolongan Allah SWT (Nashrullah). Untuk meraih kemenangan kita harus bersungguh-sungguh mengerahkan segenap tenaga kita dalam perjuangan ini dengan senantiasa berpegang teguh pada prinsip dan metode perjuangan yang sudah digariskan oleh Rasulullah SAW. Kita juga harus mengevaluasi langkah-langkah yang kita lakukan. Namun itu semua sangat ditentukan oleh apakah Allah SWT akan memberikan kemenangan kepada kita atau tidak.
Percaya pada janji kemenangan Islam harus selalu kita pupuk, karena yang menjanjikannya adalah Allah SWT. Tidak boleh ada ragu, pesimis, apalagi putus asa dalam kamus perjuangan. Janji Allah SWT pasti, dan kitalah yang menyongsongnya dengan perjuangan.[]
5/5