Sertifikasi Fasilitas Budidaya Perairan Budidaya Ikan dan Krustasea Best Aquaculture Practices Pedoman, Standar Sertifikasi
Komunitas • Lingkungan • Kesajahteraan Hewan • Keamanan Pangan • Ketertelusuran
BAP Finfish and Crustacean Farm Standards – Issue 2 – Revision September 2014
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
DISCLAIMER: Dokumen ini dimaksudkan semata-mata sebagai bantuan untuk kenyamanan klien yang tidak fasih berbahasa Inggris. Terjemahan ini berasal dari versi asli berbahasa Inggris. Jika terdapat perbedaan penafsiran antara versi bahasa Inggris dan terjemahannya, versi bahasa Inggris tetap menjadi versi resmi sebagai dasar audit dan kesesuaian persyaratan.
2
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 SERTIFIKASI BEST AQUACULTURE PRACTICES Standar dan pedoman Best Aquaculture Practices berikut ini berlaku untuk budidaya seluruh spesies krustasea dan ikan bersirip kecuali salmonid yang dipelihara di keramba dan tambak ikan (mengacu pada Standar Salmon BAP). Standar dan pedoman ini meliputi seluruh metode produksi, termasuk mengaliri, pertukaran parsial, dan tertutup atau sistem sirkulasi air di kolam, keramba, tambak, tangki, kanal, atau wadah tertutup. Beberapa persyaratannya diterapkan hanya untuk sistem tertentu, contohnya, hanya untuk tambak tanah, budidaya yang memproduksi limbah, atau tambak yang menggunakan keramba atau keramba laut. Masing-masing bagian dari standar dan pedoman mengidentifikasi standar yang diterapkan pada sistem-sistem produksi yang berbeda. Harap mengacu pada grafik yang disajikan di halaman berikut. Beberapa standar spesifik spesies untuk udang dan ikan nila ditampilkan di bagian akhir dokumen ini. Standar BAP yang dapat dicapai, berbasis ilmu pengetahuan, dan senantiasa ditingkatkan standar kinerja globalnya bagi rantai pasokan budidaya perairan yang menjamin diproduksinya makanan sehat dengan tetap bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. Standar dan pedoman ini dirancang untuk membantu pelaku program dalam melakukan penilaian sendiri terhadap dampak lingkungan dan sosial, serta kendali keamanan pangan pada fasilitas mereka, dan untuk mengarah ke sertifikasi kepatuhan dari pihak ketiga, sehingga dapat mengeliminasi dampak-dampak negatif yang paling berpengaruh. Untuk informasi lebih lanjut, harap mengacu pada sumber-sumber tambahan yang terdaftar dalam dokumen ini. Standar BAP menuntut kepatuhan, dengan peraturan lokal sebagai langkah awal menuju sertifikasi. Namun, tidak semua peraturan sama ketatnya. Untuk alasan ini, standar BAP menetapkan persyaratan untuk dokumentasi dan prosedur harus berada dalam rencana pengelolaan, baik yang terdapat dalam peraturan lokal atau lainnya. Dengan demikian, mereka mencari di mana kemungkinan untuk menerapkan konsistensi dalam pelaksanaan di fasilitas-fasilitas di berbagai daerah produksi yang berbeda dan untuk mengikutsertakan industri ini secara menyeluruh dalam proses peningkatan yang berkelanjutan. Sebagaimana penggunaan dalam standar ISO, standar ini menggunakan kata “harus” untuk menyatakan kewajiban pemenuhan, dan “sebaiknya” untuk merekomendasikan pemenuhan. Poin-poin yang dapat diaudit adalah pernyataan-pernyataan “harus” yang terdaftar di bawah masing masing standar. Untuk mendapat sertifikasi BAP, pemohon harus diaudit oleh badan sertifikasi yang independen, yang telah diakui oleh BAP. Untuk mengajukan permohonan sertifikasi, 3
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 harap menghubungi: Best Aquaculture Practices Management P. O. Box 2530 -– Crystal River, Florida 34423 USA Telepon: +1-352-563-0565 Faks: +1-425-650-3001 Web: www.bestaquaculturepractices.org E-mail:
[email protected],
[email protected] Audit terdiri dari pertemuan pembuka, penilaian tempat, pengumpulan sampel yang diperlukan, peninjauan catatan dan prosedur manajemen, serta pertemuan penutup. Semua poin dalam standar harus disebutkan. Bila ada ketidaksesuaian selama evaluasi, akan dicatat oleh auditor dalam laporan formal sebagai: Kritis – Ketika terdapat kegagalan dalam pemenuhan keamaan makanan atau masalah hukum yang kritis, atau berisiko terhadap integritas program, auditor secepatnya memberi informasi ke badan sertifikasi, yang kemudian akan memberi informasi ke Manajemen BAP. Klarifikasi yang tertunda, dapat mengakibatkan kegagalan untuk sertifikasi, atau penangguhan sementara langsung. Mayor – Ketika terdapat kegagalan penting dalam memenuhi persyaratan standar, tapi tidak berisiko pada keamanan makanan atau berisiko langsung pada integritas program, auditor memberi tahu badan sertifikasi, dan mencatatnya dalam laporan. Verifikasi pelaksanaan perbaikan harus diserahkan ke badan sertifikasi dalam 28 hari masa evaluasi. (Ketidaksesuaian dalam kategori ini biasanya berupa masalah dengan kebijakan umum.) Minor – Ketika kepatuhan sepenuhnya terhadap tujuan standar belum terlihat, auditor memberi tahu badan sertifikasi dan mencatatnya di laporan. Verifikasi pelaksanaan perbaikan harus diserahkan ke badan sertifikasi dalam 28 hari masa evaluasi. (Ketidaksesuaian dalam kategori ini biasanya berupa masalah umum manajemen.) Standar BAP dikembangkan oleh komite ahli teknik diikuti proses yang disesuaikan dengan FAO Pedoman Teknik Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, dalam sertifikasi budidaya hewan/tumbuhan air. Lihat ww.gaalliance.org/bap/standardsdevelopment.php.
4
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Syarat Kepatuhan Standar BAP Standar BAP
Diterapkan Pada
1. Komunitas: Hak Milik dan Kepatuhan Peraturan
Semua sistem produksi
2. Komunitas: Hubungan Komunitas
Semua sistem produksi
3. Komunitas: Keamanan Pekerja dan Hubungan Pegawai
Semua sistem produksi
4. Lingkungan: Konservasi Bakau dan Lahan Basah
Hanya kolam dan sistem berbasis daratan lainnya
5. Lingkungan: Manajemen Aliran Pembuangan
Hanya kolam dan sistem berbasis daratan lainnya
6. Lingkungan: Kontrol Kualitas Air
Hanya keramba dan tambak di air tawar atau air payau
7. Lingkungan: Kontrol Sedimentasi
Hanya tambak laut
8. Lingkungan: Konservasi Tanah dan Air, Manajemen Endapan Kolam
Hanya kolam dan sistem berbasis daratan lainnya
9. Lingkungan: Konservasi Tepung Ikan dan Minyak Ikan
Semua sistem produksi
10. Lingkungan: Penyedia Bibit dan Organisme dengan Modifikasi Genetik (Genetically Modified Organism/GMO)
Semua sistem produksi
11. Lingkungan: Kontrol Pelepasan
Semua sistem produksi, beberapa bagian hanya untuk keramba
5
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 12. Lingkungan: Perlindungan Keanekaragaman Hayati dan Kehidupan Liar
Semua sistem produksi
13. Lingkungan: Penyimpanan serta Pembuangan Persediaan Budidaya
Semua sistem produksi
dan Limbah 14. Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan: Praktek dan Kondisi Budidaya
Semua sistem produksi
15. Keamanan Pangan: Manajemen Obat dan Kimia
Semua sistem produksi
16. Keamanan Pangan: Sanitasi Mikroba, Kebersihan, Panen, dan Transportasi
Semua sistem produksi
17. Biosekuriti: Kontrol Penyakit
Semua sistem produksi
18. Sistem Penelusuran: Persyaratan Penyimpanan Catatan
Semua sistem produksi
19. Standar Spesifik Udang
Hanya budidaya udang
20. Standar Spesifik Ikan Tilapia
Hanya budidaya ikan tilapia
6
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
1. Komunitas (Semua Sistem Produksi) Hak Milik dan Kepatuhan Peraturan Tempat-tempat budidaya harus mematuhi hukum lokal dan nasional, serta persyaratan lingkungan, dan menyediakan dokumentasi terkini yang menyatakan hak-hak legal terhadap penggunaan tanah, air, konstruksi, operasi, dan pembuangan limbah. Latar Belakang Standar Peraturan dibutuhkan untuk memastikan bahwa tempat budidaya memberikan informasi terkait ke pemerintah dan membayar biaya untuk mendukung program-program yang relevan. Program BAP membutuhkan kepatuhan terhadap undang-undang terkait bisnis dan peraturan lingkungan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan perlindungan habitat sensitif, pembuangan, pekerjaan pembuangan sampah, dan pengendalian predator, karena diketahui bahwa tidak semua instansi pemerintah memiliki sumber daya yang cukup untuk menegakkan hukum secara efektif. Beberapa tempat budidaya air telah dijalankan di perairan atau di lahan pesisir, tapi pemiliknya tidak punya hak hukum atasnya. Budidaya semacam ini biasanya ditemukan di area milik pemerintah yang tidak dikembangkan, dengan penggunaan lahan yang kurang terawasi. Lahan ini mungkin digunakan oleh orang yang tidak punya lahan, atau digunakan oleh komunitas pesisir untuk berburu, memancing, dan berkumpul. Perairan dengan keramba yang terpasang di dalamnya bisa menjadi usaha perikanan penting bagi penduduk lokal. Perairan-perairan ini juga bisa memiliki kegunaan penting lain seperti penyedia air domestik, irigasi, rekreasi, atau pariwisata. Pelaksanaan Peraturan mengenai pelaksanaan dan penggunaan sumber daya dari budidaya, bervariasi antara satu tempat dengan tempat lain. Di antara persyaratan lainnya, undang-undang semacam ini bisa digunakan untuk: • lisensi bisnis • lisensi budidaya air • akta tanah, perjanjian konsesi atau penyewaan • pajak penggunaan lahan • izin mendirikan bangunan • izin penggunaan air • perlindungan hutan bakau atau habitat sensitif lainnya • izin pembuangan • kepatuhan pada peraturan kesehatan hewan • penggunaan untuk therapeutik • izin berkaitan dengan spesies non asli 7
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 • izin kendali predator • izin operasi sumur • izin operasi timbun sampah • kepatuhan kepada peraturan lingkungan • penilaian dampak terhadap lingkungan. Auditor individual tidak bisa mengetahui semua undang-undang yang berlaku pada budidaya air di seluruh negara. Tempat budidaya yang berpartisipasi bertanggung jawab untuk mendapatkan semua dokumen yang dibutuhkan untuk penempatan, pembangunan, dan pengoperasian fasilitas mereka. Bantuan dalam menentukan izin dan lisensi yang diperlukan dapat dicari di instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perlindungan lingkungan, perikanan, budidaya air, manajemen dan transportasi air, serta persatuan budidaya air setempat. Auditor juga harus mengetahui persyaratan hukum dalam wilayah kerja mereka. Program BAP mengharuskan audit lingkungan yang berulang kali pada fasilitas yang berpartisipasi. Program itu mengukuhkan peraturan yang sudah ada, yang mungkin membutuhkan fasilitas budidaya air untuk melakukan penilaian dampak lingkungan sebelum mulai membangun dan untuk memenuhi standar pembuangan atau peraturan lain selama pelaksanaan. Selama pemeriksaan BAP di lapangan, perwakilan dari tempat budidaya harus menyajikan semua dokumen yang dibutuhkan oleh pengaudit. Tempat budidaya harus bisa memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam dokumen. Contohnya, jika tempat budidaya mempunyai izin pembuangan limbah dengan standar kualitas air, standar itu yang harus diterapkan. Jika instansi pemerintah membebaskan satu izin atau lebih, bukti dari pembebasan ini harus ada. Standar 1.1: Dokumen terkini harus ada untuk membuktikan lahan dan penggunaan air yang sah oleh pemohon. 1.2: Dokumen terkini harus ada untuk membuktikan semua lisensi bisnis dan pengoperasian telah didapat. 1.3: Dokumen terkini harus ada untuk membuktikan kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku yang berhubungan dengan lingkungan dalam pembangunan dan pengoperasian.
8
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
2. Komunitas (Semua Sistem Produksi) Hubungan Komunitas Tempat budidaya harus berupaya untuk hubungan yang baik, dan tidak menutup akses ke area publik, lahan umum, area penangkapan ikan, atau sumber daya alam tradisional lainnya yang digunakan oleh penduduk setempat. Latar Belakang Standar Tempat budidaya air kebanyakan berlokasi di daerah pedesaan, dengan sebagian individu mungkin bergantung pada sumber daya alam yang bervariasi untuk melengkapi kehidupan mereka. Beberapa penduduk setempat mendapat manfaat dari pekerjaan atau peningkatan prasarana, terkait dengan pengembangan budidaya air berskala besar, tapi penduduk lainnya mungkin mengalami pengurangan akses ke area yang digunakan untuk menangkap ikan, berburu, pemungutan, penyediaan air lokal, atau rekreasi. Pelaksanaan Manajemen tambak budidaya harus mencoba mengakomodasi cara tradisional atas penggunaan sumber daya pesisir melalui sikap bekerja sama dengan kepentingan lokal yang telah terbentuk dan kepedulian terhadap lingkungan. Fasilitas harus menjaga agar tidak menutup koridor akses tradisional ke area hutan bakau umum dan lahan penangkapan ikan. Dalam beberapa kasus, mungkin perlu disediakan rute akses dalam melewati pertambakan. Pertambakan harus mempertahankan penampakan yang rapi dan menarik agar tidak menjadi sesuatu yang buruk dilihat bagi penduduk setempat. Tindakan sanitasi harus dikerjakan untuk mencegah bau sehingga mengganggu area sekitar. (Lihat Bagian 13.) Mesin harus dipelihara dengan baik untuk mencegah suara bising yang tidak diperlukan, yang dapat mengganggu penduduk sekitar. Selama pemeriksaan fasilitas, pengaudit harus memeriksa pemenuhan standar ini melalui pemeriksaan peta yang menjelaskan zona-zona publik dan privat; pemeriksaan pagar, kanal, dan pembatas lainnya; serta mewawancarai penduduk setempat dan pekerja pertambakan. Pengaudit harus menyeleksi orang-orang yang akan diwawancarai. Seleksi ini dapat mencakup, namun tidak terbatas kepada, orang-orang yang dipilih oleh manajemen peternakan. Standar 2.1: Pemohon harus mendukung penduduk setempat dengan tidak menutup rute akses tradisional ke tempat penangkapan ikan, lahan basah, dan sumber daya publik lainnya. 2.2: Pemohon harus mengatur penggunaan air untuk mencegah terbatasnya air yang 9
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 tersedia bagi pengguna lainnya. 2.3: Pemohon harus menunjukkan interaksi dengan komunitas lokal untuk mencegah atau menyelesaikan masalah melalui pertemuan, komite, koresponden, proyek pelayanan, atau kegiatan lain yang dilakukan secara rutin atau lebih sering.
3. Komunitas (Semua Sistem Produksi) Keamanan Pekerja dan Hubungan Pegawai Tempat budidaya harus patuh pada hukum perburuhan baik lokal maupun nasional, termasuk yang berhubungan dengan pekerja di bawah umur, untuk memastikan keamanan pekerja yang memadai, kompensasi, dan jika ada, kondisi kehidupan di lapangan. Latar Belakang Standar Pekerjaan budidaya memiliki potensi bahaya akibat adanya kesalahan panduan dalam menggunakan mesin, risiko tenggelam dan tersengat listrik, serta penggunaan material beracun. Pekerja bisa saja tidak berpendidikan ataupun tidak mengindahkan risiko di pertambakan, dan kadang-kadang petunjuk keselamatan mungkin tidak memadai. Baik pekerja lokal maupun asing dapat bekerja di pertambakan. Instansi ketenagakerjaan pekerja asing ilegal telah dilaporkan di beberapa negara. Karena itu, sertifikasi BAP membutuhkan bukti dokumentasi pekerja asing legal. Banyak budidaya air berlokasi di negara berkembang dengan tarif gaji yang rendah, dan undang-undang perburuhan tidak diterapkan secara konsisten. Pertambakan besar yang mempekerjakan beberapa ratus pekerja biasanya menyediakan tempat tinggal di lapangan, yang harus menyediakan kondisi hidup yang baik. Pelaksanaan Minimal, pertambakan yang sudah memiliki sertifikat harus memberi upah yang sesuai hukum, lingkungan kerja yang aman, dan tempat tinggal yang layak, jika disediakan. Pengaudit harus memperhitungkan peraturan nasional dan standar lokal dalam mengevaluasi aspek ini. Harus diupayakan untuk melebihi persyaratan minimum, karena pertambakan yang memiliki sertifikat harus progresif dan bertanggung jawab secara sosial. Ketika mempekerjakan pekerja asing, peternakan membutuhkan dokumentasi status legal. Peralatan keamanan seperti kacamata pelindung, sarung tangan, topi pengaman, jaket pengaman, dan pelindung telinga, harus disediakan jika diperlukan. Mesin-mesin harus memiliki pelindung atau penutup jika diperlukan, dan peralatan listrik harus tersambung secara benar dan aman. Traktor harus mempunyai konstruksi pelindung, pelindung 10
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 untuk pengendali daya, dan alat keamanan yang layak lainnya. Pegawai dan pekerja harus mendapat pelatihan awal serta pelatihan ulangan tentang keamanan di seluruh area operasi pertambakan. Pekerja juga harus dilatih tentang pertolongan pertama untuk sengatan listrik, pendarahan yang banyak, tenggelam, dan kemungkinan kemungkinan darurat medis lainnya. Harus tersedia sebuah rencana untuk memperoleh bantuan medis bagi pekerja yang terluka atau sakit. Tempat tinggal harus berventilasi cukup dan memiliki fasilitas kamar mandi serta toilet yang memadai. Layanan makanan, jika disediakan, harus menyediakan makanan yang sehat untuk pekerja, dengan penyimpanan dan persiapan makanan dilakukan secara bertanggung jawab. Sampah dan tempat sampah tidak boleh menumpuk di tempat tinggal, tempat persiapan makanan, atau tempat makan. (Lihat Bagian 13.) Budidaya yang menggunakan penyelam untuk membersihkan endapan di dasar kolam atau melakukan tugas-tugas lain di dalam air harus memiliki rencana tertulis guna memastikan keamanannya, dan penyelam tersebut diharuskan untuk diperkerjakan atau dikontrak untuk masuk dalam rencana tersebut. Rencana ini haruslah mencakup pelatihan khusus keamanan penyelam, pemeliharaan catatan untuk peralatan menyelam dan prosedur untuk penyelaman darurat. Jika asam sulfat digunakan dalam panen, prosedur harus dilakukan untuk meminimalkan risiko kesehatan kepada para pegawai. Selama pemeriksaan fasilitas, pengaudit akan mengevaluasi apakah kondisinya memenuhi persyaratan hukum perburuhan. Pengaudit juga akan mewawancarai beberapa pekerja secara acak untuk memperoleh pendapat mereka mengenai gaji, keamanan dan kondisi kehidupan. Standar 3.1: Pemohon harus memenuhi atau melewati standar gaji minimum, termasuk tunjangan, yang ditentukan oleh undang-undang perburuhan lokal dan nasional. 3.2: Pemohon tidak boleh mengikutsertakan atau mendukung penggunaan anak sebagai buruh. Pemohon harus mematuhi undang-undang tenaga kerja anak, terkait usia minimal pekerja atau ILO Minimum Age Convention (Konvensi Usia Minimal) 138, yang mana yang lebih tinggi. ILO Konvensi Usia Minimal 138 menyatakan bahwa usia minimal adalah 15, kecuali hukum lokal di negara berkembang ditetapkan usia 14 – sesuai dengan pengecualian negara berkembang dalam konvensi ini. 3.3: Mempekerjakan pekerja muda di atas usia minimal tapi masih di bawah 18 tahun, harus sesuai dengan undang-undang lokal, termasuk akses yang dibutuhkan untuk kehadiran di sekolah wajib dan pembatasan jam dan waktu tertentu dalam 11
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 satu hari. 3.4: Pekerja muda di atas usia minimal tapi masih di bawah 18 tahun tidak boleh ditempatkan pada pekerjaan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan dan keamanan mereka. 3.5: Semua pekerjaan, termasuk lembur, harus sesuai keinginan masing-masing pekerja. Fasilitas tidak boleh memaksakan pekerjaan dalam bentuk apapun kepada para pekerja. Ini termasuk penjualan manusia, menahan surat keterangan identitas asli, melarang pekerja meninggalkan tempat kerja setelah jam kerja, atau pemaksaan lainnya dengan tujuan memaksa semua orang untuk bekerja. Jika menahan surat keterangan identitas asli dipersyaratkan oleh undang-undang nasional, surat ini harus segera dikembalikan ke pekerja berdasarkan permintaan dan dapat dilakukan sepanjang waktu. 3.6: Pemohon harus mematuhi jumlah jam/hari kerja nasional yang disepakati apabila ada. 3.7: Pemohon harus mematuhi undang-undang perburuhan nasional untuk masalah gaji, lembur, dan kompensasi hari libur untuk jam-jam kerja di luar hari atau minggu kerja normal. 3.8: Fasilitas tidak boleh mengharuskan pembayaran simpanan, pengurangan dari gaji, atau menahan gaji yang tidak termasuk persetujuan kontrak yang sah dengan pekerja, dan/atau yang tidak diberikan atau diizinkan oleh hukum nasional. 3.9: Fasilitas tidak boleh mengurangi gaji sebagai bagian dari proses pendisiplinan. 3.10:Pemohon hanya boleh mempekerjakan pekerja dengan dokumen yang sah, baik nasional atau migran. 3.11:Fasilitas harus menjaga semua dokumen relevan yang memastikan semua pekerja kontrak/subkontrak, baik dikontrak melalui layanan buruh atau lainnya, dibayar sesuai dengan semua undang-undang gaji, jam kerja, dan lembur setempat. 3.12:Semua layanan perekrutan dan pemekerjaan buruh yang digunakan oleh fasilitas harus memiliki lisensi lokal atau nasional untuk dapat beroperasi sebagai penyedia buruh. 3.13:Fasilitas harus menjaga semua dokumen relevan yang memastikan pekerja borongan (mereka yang dibayar dengan "upah borongan" untuk setiap unit yang diproduksi atau pekerjaan yang dilakukan tanpa batas waktu) dibayar dengan mematuhi undang-undang lokal, termasuk peraturan mengenai persamaan derajat atau melewati batas minimal gaji, jam kerja, lembur, dan kompensasi hari libur. 12
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 3.14:Fasilitas harus menyediakan pada seluruh pekerja, baik per jam, mendapat gaji, borongan, sementara, musiman, atau per jangka waktu khusus, sebelum mempekerjakan dan selama mempekerjakan, informasi tertulis dan dapat dimengerti mengenai persyaratan pemekerjaan, hak pekerja, tunjangan, kompensasi, jam kerja yang diharapkan, perincian gaji dari setiap periode pembayaran dan kebijakan fasilitas, terkait tindakan disiplin, prosedur keluhan, pengurangan gaji yang sah dan masalah terkait buruh lainnya. Informasi ini harus disediakan dalam bahasa umum dari mayoritas pekerja. 3.15:Ketika kontrak/subkontrak atau pekerja sementara disewa melalui layanan pekerja atau buruh, fasilitas harus memastikan bahwa layanan buruh atau pemekerjaan ini menyediakan informasi di atas sebelum dan selama masa sewa, dalam bahasa yang tepat untuk memastikan para pekerja mengetahui apa saja hak-hak mereka dan kondisi pekerjaan sebagaimana dijelaskan di atas. 3.16:Pekerja harus mempunyai hak untuk memutuskan kontrak mereka setelah pemberitahuan yang wajar. 3.17:Fasilitas harus menunjuk penanggung jawab kesehatan, keamanan, dan pelatihan pekerja. 3.18:Fasilitas harus mengidentifikasi, dan mengeliminasi, atau meminimalkan berbagai bahaya kesehatan dan keamanan di tempat kerja dengan melakukan penilaian risiko secara menyeluruh. Ini termasuk dalam persyaratan investigasi kecelakaan. 3.19:Pekerja berhak untuk menyampaikan perundingan bersama, atau setidaknya satu pekerja ditunjuk oleh pekerja untuk mewakili mereka kepada manajemen. 3.20:Harus ada proses keluhan pekerja secara tertulis, diperbolehkan untuk semua pekerja, agar memungkinkan dilakukannya pelaporan anonim (tanpa nama) kepada manajemen tanpa ketakutan akan adanya pembalasan. 3.21:Fasilitas harus menyediakan kesempatan yang setara atas perekrutan, kompensasi, akses ke pelatihan, promosi, pemberhentian, dan pensiun. 3.22:Fasilitas harus memperlakukan pekerja dengan hormat, dan tidak ikut serta dalam atau memperbolehkan pelecehan fisik, lisan, atau seksual, intimidasi atau gangguan. 3.23:Jika disediakan, tempat tinggal pegawai harus memenuhi standar lokal dan nasional (misalnya, struktur kedap air, ruang yang memadai, pemanas/ventilasi/pendingin), dan harus bebas dari tumpukan sampah. 3.24:Air minum yang aman harus siap tersedia untuk para pegawai. Jika disediakan 13
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 makanan, harus berupa makanan yang sehat dan sepadan dengan kebiasaan makan lokal. 3.25:Fasilitas air bersih, toilet, dan tempat cuci tangan harus disediakan untuk para pegawai. 3.26:Jika terjadi kecelakaan atau kedaruratan, pemohon harus menyediakan peralatan medis dasar, termasuk akses komunikasi ke pihak medis yang bertanggung jawab. Tambahannya, peralatan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) harus tersedia bagi semua pegawai, dan semua barang yang sudah habis masa berlakunya harus diganti dengan yang baru. 3.27:Pemohon harus memberikan pelatihan mengenai kesehatan secara umum, kebersihan pribadi, dan keselamatan (termasuk keselamatan di air, penggunaan perahu dan peralatannya), pertolongan pertama dan risiko terkontaminasi kepada seluruh pegawai. Dokumen keselamatan harus tersedia dalam bahasa yang dimengerti oleh tenaga kerja. 3.28:Rencana tanggap darurat harus disiapkan untuk kecelakaan atau penyakit serius. 3.29:Pekerja terpilih harus terbiasa dengan perincian dari rencana tanggap darurat, dan dilatih dalam pertolongan pertama tersengat listrik, pendarahan yang banyak, tenggelam, dan keadaan darurat medis lainnya. 3.30:Perlengkapan dan peralatan pelindung dalam keadaan baik, harus disediakan untuk para pegawai (misalnya, kacamata pelindung untuk mengelas, sarung tangan untuk pekerjaan bengkel, dan sepatu bot untuk daerah basah). Pengaudit akan memastikan penerapannya. 3.31:Pompa elektrik dan aerator harus terhubung sesuai dengan standar prosedur keamanan. Mesin-mesin harus memiliki poros penggerak roda dan/atau pelindung sabuk penggerak yang sesuai. 3.32:Pemohon harus mematuhi hukum yang mengatur penyelaman di tempat budidaya perairan, dan mengembangkan rencana keselamatan menyelam secara tertulis yang mensyaratkan pelatihan penyelam dan pemeliharaan peralatan berdasarkan dokumen prosedur, insiden terkait keselamatan, dan pemeliharaan peralatan. Batas waktu di dalam air harus ditetapkan dan diawasi. 3.33:Pemohon harus menyediakan prosedur tertulis, dan pelatihan pegawai untuk menangani keadaan darurat menyelam, dan secara rutin mengaudit catatan serta prosedur. Peralatan tanggap darurat untuk penyelam harus termasuk oksigen untuk resusitasi. 14
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
4. Lingkungan (Hanya Kolam dan Sistem Berbasis Daratan Lainnya) Konservasi Bakau dan Lahan Basah Fasilitas budidaya air tidak boleh berlokasi di hutan bakau atau lahan basah lainnya di mana mereka dapat menggantikan habitat alami yang penting. Operasional budidaya air tidak boleh merusak lahan basah kecuali untuk tujuan yang diizinkan, yang tetap harus diminimalkan. Hutan bakau dan lahan basah lainnya adalah komponen penting dari ekosistem pesisir dan ekosistem darat di negara-negara produsen budidaya air. Komponen-komponen ini mewakili lahan-lahan penting dalam pembiakan dan pembibitan untuk kebanyakan spesies air, serta menyediakan habitat untuk burung dan kehidupan liar lainnya. Lahan basah sering disebut “ginjal” dari bentang alam, karena ia berperan penting dalam meningkatkan kualitas air permukaan tanah sebelum memasuki sungai, danau, atau muara. Lahan basah dan hutan bakau, secara khusus, melindungi area pesisir dari angin kencang, ombak, dan badai. Baik lahan basah pesisir maupun daratan, merupakan sumber daya penting bagi penduduk lokal. Pelaksanaan Untuk tujuan standar ini, lahan basah didefiniskan sebagai area yang terendam air permukaan atau air tanah, dengan frekuensi dan durasi yang cukup untuk mendukung – dalam keadaan normal mendukung – kelangsungan hidup tumbuhan tahunan yang biasanya beradaptasi dengan kehidupan dalam kondisi lahan basah. Standar ini tidak berlaku pada bekas habitat lahan basah yang diubah atau hilang sebelum publikasi Global Aquaculture Alliance’s Codes of Practices for Responsible Shrimp Farming (Kode Praktik untuk Budidaya Udang yang Bertanggung Jawab dari Aliansi Global Budidaya Air), serta penandatanganan perjanjian Ramsar tahun 1999. Pembangunan dan pengoperasian tempat budidaya, termasuk semua pekerjaan bangunan, harus dilakukan di luar area lahan basah dan tidak menyebabkan kerugian pada lahan basah. Di area pesisir, kolam-kolam budidaya harus diletakkan di belakang area hutan bakau di atas tanah yang berada di atas zona pasang surut rata-rata, dan tergenang tidak lebih dari beberapa kali per bulan oleh gelombang pasang tertinggi. Perawatan khusus harus dilakukan untuk memastikan kondisi hidrologis tidak diubah dengan cara mengurangi atau menyebabkan hilangnya vegetasi lahan basah, termasuk erosi dan sedimentasi di muara air pertambakan. Dalam beberapa kasus, penggunaan lahan basah yang telah dibangun dapat memberi penanganan yang efektif untuk pembuangan air, sebelum dialirkan ke perairan umum. Lahan basah yang dibangun harus sepenuhnya berada di dalam area budidaya, atau pertambakan harus mempunyai izin untuk penggunaan lahan di luar area budidaya. Konstruksi kolam yang berlebihan pada dataran yang mengalami banjir dapat 15
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 mengurangi area perlintasan aliran serta meningkatkan tingkat keparahan banjir dan kecepatan air. Hal ini dapat menyebabkan tanggul kolam dilampaui oleh air, erosi lahan pekerjaan tanah, dan merusak lahan lain di limpasan banjir. Masalah tersebut biasanya dapat dicegah jika tidak lebih dari 40% limpasan yang diblok oleh tanggul kolam. Penghilangan Lahan Basah yang Diizinkan Jika pengoperasian budidaya membutuhkan sumber air, penghilangan vegetasi lahan basah hanya diperbolehkan untuk pemasangan kanal masuk dan keluar, tempat pompa, serta galangan. Penghilangan lahan basah untuk alasan semacam ini harus dikurangi dengan pemulihan yang sepantasnya pada area lahan basah dengan ukuran 3 kali dari area yang dihilangkan. Praktik ini hanya dibolehkan jika peraturan lokal tidak melarangnya. Tempat budidaya yang dibangun di area bekas hutan bakau atau lahan basah dianjurkan untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dengan membangun kembali hutan bakau atau vegetasi lahan basah, atau dengan berkontribusi pada proyek-proyek rehabilitasi hutan bakau atau lahan basah. Ketika kolam-kolam yang dibangun di bekas area hutan bakau atau lahan basah ditutup, tanggul harus dihancurkan agar aliran air alami dapat mengalir, dan vegetasi lahan basah dapat dibentuk kembali. Prosedur peringanan yang paling dapat diandalkan adalah dengan memberi kontribusi pada program-program pemulihan hutan bakau dan lahan basah, untuk pelaku budidaya yang tidak memiliki cukup pengalaman dalam membuat area lahan basah. Donasi harus sesuai dengan biaya pemulihan hutan bakau atau lahan basah yang berukuran sama. Baik pemulihan yang dilakukan oleh pengelola budidaya atau melalui program pemulihan mandiri, pengaudit akan memastikan bahwa lahan basah layak dengan menegaskan bahwa lahan tersebut sehat pada awalnya, memiliki ragam yang tepat, dan tetap sehat saat audit rutin tahunan berikutnya. Jika pengaudit belum bisa memeriksa lahan basah yang telah dipulihkan secara langsung, peternakan harus memberikan bukti ke pengaudit (misalnya, peta, koordinat GPS, foto terkini dan foto udara) dari kelayakan lahan basah. Selama pemeriksaan awal, pengaudit akan mencatat area budidaya yang memiliki area hutan bakau atau lahan basah. Jika terdapat vegetasi yang hampir mati di sekitar peternakan, pengaudit akan menentukan apakah hal ini disebabkan oleh pengoperasian budidaya atau bukan. Jika karena pengoperasian budidaya, akan diberi peringatan dan kekurangan ini harus diperbaiki untuk kelanjutan sertifikasi. Penghilangan lahan basah dengan tujuan yang tidak disetujui atau gagal mengurangi penghilangan yang diizinkan akan menyebabkan hilangnya serifikasi. 16
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Standar 4.1: Jika hilangnya habitat lahan basah (digambarkan oleh evaluasi kondisi hidrologi, dan adanya vegetasi lahan basah) terjadi di properti fasilitas sejak tahun 1999, kehilangan tersebut adalah karena tujuan yang diizinkan. 4.2: Jika hilangnya habitat lahan basah terjadi di lahan fasilitas sejak tahun 1999, kehilangan tersebut harus diatasi dengan memulihkan area dengan luas tiga kali lipatnya atau dengan donasi yang sesuai ke proyek-proyek pemulihan. 4.3: Aktifitas budidaya tidak boleh mengganti kondisi hidrologi dari sekitar batas air, dan aliran normal air payau ke hutan bakau, atau air tawar ke lahan basah tidak boleh diubah, kecuali jika berlaku izin khusus. 4.4: Jika telah dilakukan pemulihan lahan basah, vegetasi yang telah pulih harus dirawat dalam keadaan sehat, layak, dan dengan keragaman yang tepat.
5. Lingkungan (Hanya Kolam dan Sistem Berbasis Daratan Lainnya) Manajemen Aliran Pembuangan Fasilitas budidaya air harus memantau pembuangannya untuk memastikan pemenuhan kriteria kualitas air buangan BAP yang ditetapkan dalam Lampiran A. Pengukuran kualitas air yang dilakukan saat audit harus memenuhi kriteria BAP serta aturan pemerintah yang berlaku. Fasilitas harus mematuhi kriteria final BAP dalam waktu 5 tahun. Latar Belakang Standar Hanya sebagian dari nutrisi yang ditambahkan ke fasilitas budidaya air untuk meningkatkan produksi, yang diganti dengan jaringan hewan. Sisanya menjadi limbah yang dapat mengakibatkan meningkatnya konsentrasi nutrisi, bahan organik, dan zat padat tersuspensi di dalam dan di sekitar sistem budidaya. Budidaya yang berbasis daratan membuang limbah selama pertukaran air atau ketika unit yang sudah cukup tumbuh dibersihkan atau dikeringkan untuk panen. Limbah bisa mengandung nitrogen, fosfor, zat padat tersuspensi, dan bahan organik yang konsentrasinya lebih dari area sekitar. Zat-zat dalam limbah dapat memberikan kontribusi pada eutrofikasi, sedimentasi, dan permintaan oksigen yang tinggi dalam air penerima. Limbah dengan konsentrasi oksigen terlarut rendah atau pH yang tinggi dapat berefek buruk pada organisme air di air penerima limbah. Pelaksanaan 17
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Standar ini dirancang untuk menunjukkan kepatuhan terhadap standar BAP lainnya melalui penerapan praktik manajemen yang baik, yang efektif dalam mengurangi volume dan meningkatkan kualitas limbah budidaya. Kriteria kualitas air juga memastikan limbah dari fasilitas budidaya air tidak memiiliki konsentrasi polutan yang lebih besar dari konsentrasi yang umumnya diizinkan pada limbah dari titik sumber lainnya. Pada budidaya yang dipasok oleh air tanah yang mengandung garam alami dengan kadar klorida lebih dari 550mg/L, limbah kolam harus ditampung di penampungan dan digunakan kembali. Ketika limbah dibuang secara teratur, pemohon program BAP harus menjaga catatan data limbah. (Lihat contoh dalam Lampiran B). Untuk mengurangi pembuangan polutan ke perairan alami, budidaya yang membuang limbah ditekankan untuk menggunakan air ini pada irigasi atau, jika mungkin, tujuan yang menguntungkan lainnya. Untuk memastikan pemenuhan kriteria kualitas air BAP di budidaya, pengaudit akan melihat sampel pembuangan limbah selama proses pemeriksaan dan persiapan analisis oleh laboratorium mandiri. Analisis sampel yang dikumpulkan pengaudit harus dilakukan oleh laboratorium swasta atau pemerintah, dengan mengikuti standar metode yang dipublikasikan oleh Asosiasi Kesehatan Publik Amerika (American Public Health Association), Asosiasi Pekerjaan Air Amerika (American Water Works Association), dan Federasi Lingkungan Air (Water Environment Federation) – http://www.standardmethods.org. Pengambilan Sampel • Sampel harus diambil dari dekat tempat limbah masuk ke perairan atau keluar dari lahan budidaya. Struktur pengendali air pada tempat pengambilan sampel, atau metode pengambilan sampel yang tepat harus digunakan untuk mencegah bercampurnya limbah dan air dari perairan alami. • Untuk budidaya dengan banyak pembuangan limbah, semua atau beberapa pembuangan harus diambil sampelnya, untuk membuat analisis gabungan. Jika terdapat lebih dari 4 pembuangan limbah, 3 pembuangan harus dipilih sebagai tempat pengambilan sampel. • Air harus diambil langsung dari arus yang keluar dari pipa, atau dicelupkan dari permukaan parit atau kanal dengan botol plastik bersih. Sampel tersebut akan ditempatkan dalam es di kemasan terisolasi, sehingga tidak terpapar sinar. • Sampel atau pengukuran langsung untuk oksigen terlarut dan pH, harus dilakukan antara pukul 5 sampai 7 pagi, serta pukul 1 sampai 3 siang, pada hari yang sama. Rata-rata dari dua pengukuran masing-masing variabel tadi akan digunakan untuk memastikan pemenuhan. • Sampel untuk variabel lain harus diambil antara pukul 5 sampai 7 pagi. 18
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 • Jumlah kolam atau unit yang sudah cukup tumbuh yang dikeringkan untuk panen pada saat pengambilan sampel, harus dicatat. • Sampel sumber air harus diambil per tiga bulan langsung di depan stasiun pompa atau dari keluaran pompa, namun sebelum air yang dipompa bercampur dengan kanal penyedia. Sampel-sampel ini memungkinkan penghitungan muatan tahunan (lihat Lampiran C) dan menetapkan apakah Pilihan Terbatas dapat berlaku. Analisis • Perlengkapan analisis air Hach dan Merck telah disetujui untuk analisis total amonia nitrogen, fosfor larut, dan klorida. Namun, pengaudit bisa menolak hasil analisis sampel, jika pengukuran asli atau protokol laboratoriumnya memadai. • Pengukuran untuk oksigen terlarut dan pH harus dilakukan di lingkungan asli dengan pengukur portabel. Pengaudit harus memastikan penerapan yang benar pada prosedur kalibrasi. • Kadar garam harus diukur oleh pengukur konduktifitas dengan skala kadar garam, dan tidak diukur dengan pengukur kadar garam yang digenggam tangan, dengan tipe refraktometer. Alternatifnya, konduktansi spesifik dapat diukur. Asumsikan air dengan konduktansi spesifik di atas 2.000 mmhos/cm melewati kadar garam 1,5 ppt, dan air dengan konduktansi spesifik melebihi 1.500 mmhos/cm melewati kadar garam 1,0 ppt. Catatan: 1 mS/m = 10 mmhos/cm, dan 1mmhos/cm = 1mS/cm. Peraturan untuk Kepatuhan Dibutuhkan sedikitnya 3 bulan data pembuangan untuk tahap awal sertifikasi. Awalnya, untuk setiap variabel yang diukur setiap bulan, sedikitnya 10 nilai yang didapat selama periode 12 bulan harus sudah memenuhi kriteria. Setelah 5 tahun, sasarannya tidak lebih dari satu kasus yang tidak sesuai dengan kriteria, per tahun, untuk masing-masing variabel. Untuk variabel yang diukur per tiga bulan, pada awalnya diperbolehkan satu kasus yang tidak sesuai kriteria untuk masing-masing variabel selama periode 12 bulan. Sasarannya setelah 5 tahun, tidak lebih dari satu kasus yang tidak sesuai dengan kriteria, untuk masing-masing variabel selama periode 24 bulan. Ketika terjadi kasus yang tidak sesuai kriteria, peternakan harus melakukan semua usaha yang diperlukan untuk memperbaiki masalah tersebut dalam waktu 90 hari. Pilihan Terbatas: Penyimpangan yang Diizinkan Dari Kriteria Standar Kualitas Air Pilihan Terbatas: Sumber air untuk budidaya air dapat memiliki konsentrasi kualitas variabel air lebih tinggi dari yang diizinkan oleh kriteria awal. Dalam kasus ini, pembuktian bahwa konsentrasi variabel tidak meningkat (atau, dalam kasus oksigen terlarut, menurun) antara sumber air dan limbah peternakan adalah alternatif yang diizinkan untuk memenuhi kriteria. Pilihan ini tidak berlaku pada pH dan klorida. 19
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Untuk memenuhi persyaratan pada Pilihan Terbatas, peternakan harus mengumpulkan sampel pemasukan dan pembuangan air sesuai dengan frekuensi yang dinyatakan pada Lampiran A. Pengecualian dari Persyaratan Pemantauan Limbah Sistem Irigasi – Air Tawar Ketika budidaya berada dalam sistem irigasi, dan pembuangan digunakan hanya untuk irigasi tanaman, pengoperasiannya harus dibebaskan dari pemantauan kualitas air dan pembatasan limbah. Sistem Pertukaran-Terbatas Ketika budidaya mempertahankan tingkat pertukaran air di bawah 1% setiap hari selama setahun, termasuk pembuangan panen, pengoperasian harus dibebaskan dari pemantauan kualitas air dan pembatasan zat pembuangan. Pembebasan ini mungkin tidak berlaku bagi budidaya dengan kolam produksi lebih dari 50 ha Budidaya yang memenuhi kualifikasi untuk pembebasan ini, harus melaporkan volume pembuangan per tahun. Volume Pembuangan per Tahun Perkiraan dari volume pembuangan per tahun, penggunaan air dan indeks muatan zat harus ditentukan sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran C. Praktik Produksi untuk Kolam Kepatuhan terhadap standar manajemen pembuangan biasanya mengharuskan peternakan untuk meningkatkan praktik produksi mereka di beberapa area. Area-area ini bisa mencakup praktik untuk kendali erosi, manajemen pakan, kualitas air dan tanah dasar, serta pertukaran air yang bisa mengurangi dan meningkatkan pembuangan kolam. Praktik paling utama untuk meningkatkan kualitas air adalah penggunaan tingkat penyebaran dan pemberian pakan yang tidak melebihi kapasitas asimilasi dari kolam, penerapan dari pemberian pakan berkualitas baik, dan manajemen pemberian pakan, pemasangan aerasi mekanis, pengapuran kolam asam serta pengendalian erosi. Praktik manajemen yang mengurangi volume pembuangan, termasuk panen dengan pukat dan bukan dengan pengeringan, mempertahankan volume penyimpanan untuk menangkap air hujan dan limpasan dengan mengalihkan kelebihan limpasan di sekitar kolam, serta mempertahankan kualitas air dengan aerasi mekanis dan bukan dengan menguras kolam. Jika pemakaian praktik-praktik ini tidak cukup untuk memenuhi kriteria kualitas air BAP, bak pengendapan harus dipasang untuk tempat pengolahan air sebelum pembuangan 20
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 akhir. Jika bak pengendapan dipasang, kriteria kualitas air akan berlaku pada pembuangan akhirnya. Ketika sumber air memiliki konsentrasi zat padat tersuspensi yang tinggi, bak prapengendapan untuk meningkatkan kualitas air sebelum air mencapai kolam produksi dapat mengurangi akumulasi endapan di kolam dan mungkin menghasilkan kualitas pembuangan yang bagus. Dalam beberapa kasus, penggunaan “bilah penyaring” alami atau buatan dapat memberi penanganan yang efektif untuk pembuangan air, sebelum dialirkan ke perairan umum. Air limbah mengalir pada lembaran tipis di seluruh bilah-bilah, yang mengakibatkan penangkapan sedimen, bahan organik, dan polutan lain melalui penumpukan, infiltrasi, penyerapan, dekomposisi, dan penguapan. Cara lain adalah dengan menggunakan kolam penyimpanan, evaporasi, atau rembesan di area dengan tanah yang sangat berpori. Untuk pembuangan air tawar, penggunaannya untuk keperluan irigasi pada ladang dengan penutupan vegetasi berkelanjutan, dengan laju di bawah tingkat yang menyebabkan limpasan ke perairan alami merupakan suatu pilihan. Manajemen Pembuangan – Sistem Pengaliran atau Daur Ulang Air Sistem Pengaliran Budidaya ikan di sistem pengaliran harus memenuhi kriteria pembuangan BAP. Pengecualian hanya diizinkan untuk budidaya dengan sistem irigasi yang pembuangannya dilepas kembali ke sistem irigasi, dan air irigasi tidak memiliki kegunaan selain untuk diterapkan pada tanaman. Pengoperasian budidaya semacam ini harus bebas dari pemantauan kualitas air dan pembatasan pembuangan. Sistem Daur Ulang Air Beberapa sistem daur ulang air menukar air di antara kolam-kolam pengolahan di luar dengan air di unit budidaya. Kolam pengolahan bisa meluap selama periode hujan lebat atau ketika mereka dikeringkan selama renovasi. Sampel limbah harus diambil selama pelepasan dan harus memenuhi kriteria limbah BAP. Sistem pengolahan air di dalam ruangan dari unit budidaya untuk daur ulang dengan cara mekanis dan biologis, kemudian dibuang ketika konsentrasi zat padat terlarut perlu dikurangi. Pembilasan dilakukan dengan menukar air dari budidaya dengan air yang lebih segar, atau ketika bagian dari sistem sedang dibersihkan. Standar 5.1: Jika fasilitas mengklaim bahwa Pilihan Terbatas sebagai pembenaran untuk menyimpang dari standar kriteria kualitas air, fasilitas harus mengumpulkan data 21
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 kualitas air masuk dan air keluar. 5.2: Jika pengoperasian fasilitas pemohon ada dalam sistem irigasi, pembuangan air semacam ini secara eksklusif ditujukan untuk mengirigasi tanaman pertanian, Standar 5 tidak berlaku. Harus diverifikasi oleh pengaudit. 5.3: Standar 5 tidak berlaku pada budidaya dengan luas kurang dari 50 ha yang menghindari pembuangan limbah reguler ke perairan alami, sehingga kurang dari 1% air budidaya yang ditukar setiap harinya dalam setahun – contohnya, dengan mendaur ulang semua air atau lebih jarang mempraktikan, pertukaran air dibatasi. 5.4: Pencatatan asupan air dan pemantauan limbah harus dikelola dan disediakan, sebagaimana dijelaskan pada Pedoman Pelaksanaan. 5.5: Konsentrasi kualitas air limbah harus memenuhi kriteria kualitas air BAP atau peraturan yang berlaku, jika mereka setara atau lebih ketat, atau jika ini tidak bisa dilakukan akibat tingginya konsentrasi asupan air, konsentrasinya akan mencerminkan bahwa tidak ada kerusakan antara asupan dengan pembuangan. 5.6: Pertambakan harus terus mematuhi kriteria ini untuk menjaga sertifikasi dan memenuhi kriteria final BAP dalam 5 tahun. 5.7: Pertambakan harus memberikan perkiraan penggunaan air selama setahun kalender terakhir kepada pengaudit, seperti yang dijelaskan dalam Lampiran C, dan masukan data juga harus tersedia untuk ditinjau.
6. Lingkungan (Hanya Keramba atau Tambak di Air Tawar atau Air Payau) Kendali Kualitas Air Fasilitas budidaya air dengan keramba atau tambak harus memantau kualitas air untuk memastikan terpenuhinya kriteria kualitas air BAP. Di danau, waduk dan muara, pengoperasian harus mematuhi batas tingkat pemberian pakan. Pengukuran kualitas air yang diambil selama inspeksi sertifikasi harus memenuhi kriteria BAP serta peraturan pemerintah yang berlaku. Fasilitas harus mematuhi kriteria final BAP dalam waktu 5 tahun. Data tambahan Setelah tahun pertama pemantauan kualitas air, pengaudit akan menggunakan data yang ada pada formulir permohonan fasilitas untuk menghitung indeks muatan tahunan untuk total zat padat tersuspensi, fosfor terlarut, total amonia nitrogen, dan permintaan oksigen biokimia selama 5 hari, ditentukan sebagaimana dijelaskan di bawah.
22
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Indeks muatan untuk nitrogen dan fosfor akan diestimasi untuk keramba dan tambak operasi budidaya air di danau serta waduk. Pelaksanaan Pemohon program BAP harus mengelola catatan data kualitas air seperti yang dijelaskan dalam Lampiran D. Untuk memastikan dipenuhinya kriteria kualitas air BAP, selama proses inspeksi, pengaudit akan menyaksikan pengambilan sampel dan persiapan untuk analisis oleh laboratorium mandiri. Pengambilan Sampel – Keramba, Tambak di Danau, Waduk • Minimal terdapat empat tempat pengambilan sampel. Satu sampel dari sekitar bagian tengah area keramba atau tambak. Tiga sampel lainnya harus diambil dari titik di antara 50 sampai 500 m jaraknya dari keramba, dengan mempertimbangkan arah angin dominan, dan dalam setiap jarak yang sama dari area keramba atau tambak. • Pengaudit harus menyetujui lokasi titik pengambilan, yang harus ditetapkan setelah studi tentang arus permukaan yang ada. Untuk metode, harap merujuk pada: Memperkirakan Arus Permukaan Menggunakan Pewarna dan Corong, Korps Teknik Tentara Amerika – http://chl.erdc.usace.army.mil/library/publications/chetn/pdf/chetn-vi-37.pdf. • Air harus diambil dengan pengambil sampel air Kemmerer atau van Dom, atau dengan menggunakan botol takar yang penyumbatnya bisa dilepas sewaktu kedalaman air tercapai. Sampel harus dipindahkan ke botol plastik bersih dan ditempatkan dalam es pada kemasan terisolasi untuk menghindari paparan terhadap cahaya. Analisis • Analisis sampel yang dikumpulkan pengaudit harus dilakukan oleh laboratorium swasta atau pemerintah, dengan mengikuti standar metode yang dipublikasikan oleh Asosiasi Kesehatan Publik Amerika (American Public Health Association), Asosiasi Pekerjaan Air Amerika (American Water Works Association), dan Federasi Lingkungan Air (Water Environment Federation) – www.standardmethods.org. • Perlengkapan analisis air Hach dan Merck telah disetujui untuk analisis total nitrogen amonia, fosfor larut, dan klorida. Namun, pengaudit bisa menolak hasil analisis sampel, jika pengukuran asli atau protokol laboratoriumnya kurang. • Pengukuran untuk oksigen terlarut dan pH harus dilakukan di lingkungan asli dengan pengukur portabel. Pengaudit harus memastikan penerapan yang benar pada prosedur kalibrasi.
23
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Keramba, Tambak Keramba dan tambak untuk pertumbuhan yang cukup bisa dipasang di danau, waduk, sungai, kali, sistem irigasi, kolam, muara, dan teluk. Keramba dan tambak ini tidak membuang sumber limbah, tapi sisa pakan, kotoran ikan, dan sisa metabolisme ikan memasuki badan perairan yang ditempati keramba atau tambak tersebut. Badan perairan alami bisa saja sudah memiliki nutrisi yang banyak ketika dilakukan pengupayaan sertifikasi. Tempat yang menampung keramba atau tambak ini, yang kualitas airnya tidak memenuhi pedoman pembuangan BAP, tidak memenuhi syarat untuk sertifikasi. Peraturan untuk kepatuhan terhadap standar pembuangan BAP berbeda-beda antar jenis perairan tempat keramba dan tambak dipasang. Keramba, Tambak di Danau, Waduk Keramba dan tambak berpotensi menyebabkan kelebihan nutrisi pada danau dan waduk, yang bergantung pada lokasi fasilitas, banyaknya pakan masuk dibandingkan kapasitas asimilasi perairan, serta waktu retensi hidrolik (hydraulic retention time/HRT) atau tingkat pembilasan dari perairan. Keramba atau tambak yang ditempatkan di area dengan sirkulasi air terbatas, seperti teluk yang sempit, dapat menyebabkan kelebihan nutrisi tanpa mengakibatkan masalah kualitas air lebih luas, di perairan tersebut. Kapasitas asimilasi tidak mudah diukur untuk tujuan sertifikasi budidaya air, tapi faktor utama yang mengatur kemampuan perairan melakukan asimilasi dengan limbah adalah ukuran dan volumenya. Nutrisi dan zat organik dihilangkan dari perairan melalui aliran keluar, dan sistem dengan waktu retensi hidrolik (HRT) sedikit memiliki lebih kecil kemungkinan kelebihan nutrisi karena pengoperasian budidaya air, dibandingkan dengan sistem yang memiliki HRT lebih panjang. Tentu saja, nutrisi dan zat organik yang dibilas dari danau dan waduk masuk ke aliran bawah air sehingga dapat berdampak buruk. Danau dan waduk yang terdapat budidaya keramba dan tambak di dalamnya akan dikelompokkan menurut HRT sebagai berikut: • HRT panjang – Lebih dari 3 tahun • HRT sedang – 1 sampai 3 tahun • HRT pendek – Kurang dari 1 tahun Pemohon sertifikasi dapat memilih cara menghitung HRT dari pilihan teknik di bawah ini.
24
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Pembuangan danau tahunan diukur dan dicatat. HRT = Volume danau (m3) ÷ Pembuangan danau (m3/thn) Aliran arus masuk danau diukur dan dicatat. HRT = Volume danau (m3) ÷ [Aliran arus masuk (m3/thn) + Curah hujan (m3/thn)] – Penguapan danau (m3/thn) Dengan penguapan danau = Tingkat penguapan (m/thn) x 0,7 x Area permukaan danau (m2) dan curah hujan = Curah hujan tahunan (m/thn) x Area permukaan danau (m2). Daerah tangkapan air diketahui, tapi debit atau aliran sungai diukur: HRT = Volume danau (m3) ÷ [Limpasan tangkapan (m3/thn) + Curah hujan (m3/thn)] – Penguapan danau (m3/thn) Dengan limpasan tangkapan = Area tangkapan air (m2) x Curah hujan tahunan (m/thn) x 0,3. Gunakan metode-metode curah hujan dan penguapan danau di atas, jika tidak, pengaudit dan pemohon sertifikasi akan menyetujui tingkat penyimpanan hidrolik berdasarkan indikator berikut. HRT panjang: Iklim kering, area tangkapan air: rasio area permukaan air 5 atau kurang, pembuangan hanya dilakukan setelah periode hujan lebat, fluktuasi tinggi air per tahunnya 2 m atau lebih. HRT sedang: Iklim lembab, area tangkapan air: rasio area permukaan air 5 sampai 15, pembuangan berlanjut atau sering, fluktuasi tinggi permukaan air per tahunnya 2 m atau kurang. HRT pendek: Iklim lembab, area tangkapan air: rasio area permukaan air lebih dari 15, pembuangan berlanjut, fluktuasi tinggi permukaan air per tahunnya 0,5 m atau kurang. Catatan: Beberapa danau dan waduk yang terhubung dengan sungai di iklim kering memiliki waktu penyimpanan hidrolik pendek. Maksimal pemberian pakan per hari yang dimasukkan ke keramba dan tambak di danau serta waduk, diatur oleh BAP berdasarkan HRT sebagai berikut. • HRT panjang – 2,5 kg/ha/hari x area permukaan air danau (ha) • HRT sedang – 5,0 kg/ha/hari x area permukaan air danau (ha) • HRTpendek – 7,5 kg/ha/hari x area permukaan air danau (ha) Jika keramba atau tambak dipasang di teluk dengan pertukaran air terbatas, pemberian pakan maksimal per hari harus dikurangi 50%. Jika terdapat banyak keramba dan tambak di sebuah perairan, total pemberian pakan per hari untuk seluruhnya tidak boleh melewati batas maksimal pemberian pakan berdasarkan HRT. 25
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Setiap 3 bulan sekali, sampel air harus diambil dan dikaji persentase ganggang biruhijaunya atau jenis lain yang berpotensi berbahaya. Lihat panduan metode fitoplankton di http://npsi.gov.au/files/products/national-river-health-program/pr990300/pr990300.pdf. Pemberian pakan harus dikurangi sampai kualitas air meningkat, yaitu ketika: Konsentrasi oksigen terlarut tetap di bawah 5 mg/L di pagi hari di semua tempat pengambilan sampel. Rata-rata hasil pengamatan dengan Secchi disk per tahun menurun 25% setelah sertifikasi tercapai. Ganggang biru-hijau atau jenis lain yang berpotensi bahaya mencakup lebih dari 60% fitoplankton. Termoklin menjadi lebih dangkal 25% setelah sertifikasi tercapai. Pembuangan dari perairan yang terdapat keramba atau tambak dapat menyebabkan polusi air ke bagian hilir. Jadi, jika pemasukan pakan ke perairan harus dikurangi karena terdapat tanda meningkatnya kelebihan nutrisi, pembuangan air danau harus dipantau. Pengoperasian budidaya air tidak akan memenuhi syarat sertifikasi kecuali pembuangan sudah memenuhi kriteria pembuangan BAP. Keramba, Tambak dalam Kolam Kolam adalah milik pribadi, tapi biasanya pembuangannya masuk ke perairan umum. Pembuangan dari kolam yang terdapat keramba atau tambak harus memenuhi kriteria kualitas air BAP. Keramba, Tambak di Kali dan Sungai Aliran di kali dan sungai bervariasi serta terlalu susah diukur untuk digunakan sebagai panduan dalam menetapkan pemasukan pakan maksimal per hari. Jadi, fosfor terlarut dan konsentrasi total amonia nitrogen bisa digunakan sebagai indikator untuk pengoperasian keramba dan tambak. Fosfor terlarut dan total nitrogen amonia harus diukur setiap bulan tepat pada hulu keramba di kedalaman 50 cm, serta 200 m dari hilir di kedalaman yang sama. Konsentrasi di hilir tidak boleh melebihi konsentrasi di hulu lebih dari 25%. Pemasukan pakan harus disesuaikan ke bawah ketika syarat tidak bisa dipenuhi. Keramba, Tambak dalam Sistem Irigasi Ketika air dari sistem irigasi hanya digunakan untuk irigasi tanaman, pengoperasian keramba dan tambak harus dibebaskan dari batas pemberian pakan dan pembuangan, serta pemantauan kualitas air. Namun, jika ada penggunaan air lainnya, fasilitas produksi dalam sistem irigasi harus diperlakukan untuk sertifikasi BAP sebagaimana fasilitas yang dipasang di kali.
26
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Keramba, Tambak di Muara Sebagai peraturan umum, keramba dan tambak di muara dibilas dengan baik. Jadi, diperbolehkan pemasukan pakan 7,5 kg/ha pada area permukaan muara. Pemantauan harus sama seperti pengoperasian di danau atau waduk dengan dua pengecualian: Tidak ada termoklin di muara, sedangkan di danau atau waduk ada, dan tidak dibutuhkan pemantauan pembuangan muara dalam memenuhi kriteria kualitas air BAP. Indeks Muatan untuk Keramba, Tambak Indeks penggunaan air tidak bisa diterapkan pada keramba dan tambak. Muatan nitrogen dan fosfor yang dikenakan oleh keramba dan tambak untuk perairan yang menerima, dapat diperkirakan sebagaimana dijelaskan dalam Apendiks E. Praktek Produksi untuk Keramba, Tambak Cara yang paling dapat diandalkan untuk mengurangi nutrisi yang keluar dari budidaya keramba dan tambak adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan umpan berkualitas tinggi yang mengandung nitrogen dan fosfor tidak lebih dari yang diperlukan, dan dengan memastikan ikan memakan semua pakan yang diberikan. Jadi, ikan harus memiliki akses ke pakan untuk waktu yang cukup sehingga mereka dapat mengonsumsi pakan tersebut sebelum butiran-butiran pakan keluar dari keramba atau tambak. Dan juga, frekuensi pemberian pakan harus dipantau untuk menghindari pemberian yang terlalu banyak. Pengamatan terhadap kegiatan pemberian pakan ikan ditingkatkan dengan menggunakan pakan yang mengapung untuk spesies tertentu. Untuk perairan dengan kedalaman kurang dari 30 m, penyelam harus memeriksa bagian bawah keramba untuk memastikan jika ada sisa pakan yang terakumulasi di bagian bawah. Ikan yang mati harus segera dipindahkan dan dibuang di darat sesuai prosedur yang tepat. Bangkai tidak boleh dibuang di perairan yang digunakan sebagai tempat melakukan budidaya air. Jaring dari keramba dan tambak sering dikeluarkan dan dibersihkan di pantai. Hasil pembersihan tadi harus diubah menjadi kolam sedimentasi, selokan, atau sistem pemeliharaan lainnya. Tidak memungkinkan untuk mengelola limbah dari keramba dan tambak. Tindakan pencegahan yang utama terhadap polusi adalah dengan menempatkan unit budidaya di daerah terbuka dengan sirkulasi air yang cukup tinggi untuk mengangkut limbah dari keramba, dan dicampur dengan cepat sehingga limbah larut. Jarak antara dasar keramba dengan dasar perairan harus 1 hingga 2 m, sehingga dapat meningkatkan gerakan air di bawah keramba. 27
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Biomassa yang tinggi di lokasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan pencemaran. Meskipun tidak terdapat pedoman khusus biomassa yang dapat dipertahankan tetap aman pada lokasi keramba tertentu, pemantauan harus dilakukan untuk melacak status kualitas air. Dalam perairan yang terbagi atas tingkatan-tingkatan termal, biomassa tinggi dapat mengakibatkan pengayaan organik yang hebat serta penipisan oksigen terlarut di lapisan hipolimnion (lapisan paling dalam). Selanjutnya percampuran antara lapisan lapisan termal bisa berakibat penipisan oksigen terlarut pada seluruh kolom air. Fenomena ini telah mengakibatkan kematian ikan secara fatal baik di dalam maupun di luar keramba. Limbah dapat menumpuk di bawah keramba dan menyebabkan penurunan kualitas endapan. Hal ini merupakan kondisi lingkungan yang tidak diinginkan, serta dapat memiliki dampak negatif pada ikan dalam keramba. Kualitas endapan di area keramba ikan dapat dilindungi dengan memindahkan keramba ke area baru secara berkala, dan memungkinkan lokasi awal kembali pulih. Pengamatan pada kualitas endapan dapat digunakan untuk menentukan waktu pemindahan keramba. Standar Keramba, Tambak di Danau, Waduk 6.1: Kualitas air pada perairan, termasuk titik pembuangan yang mungkin berlaku, harus memenuhi kriteria kualitas air limbah BAP, dengan pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengikuti pedoman pelaksanaan di atas. 6.2: Fasilitas harus mengelola pencatatan yang akurat dari pemberian pakan, yang menunjukkan pemenuhan terhadap syarat maksimal pemberian pakan per hari BAP. 6.3: Total pemberian pakan untuk semua budidaya di danau atau waduk tidak boleh melebihi pemberian pakan maksimum per hari yang diizinkan BAP. 6.4: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi pemberian pakan saat tingkat oksigen terlarut tetap dibawah 5 mg/L pada pagi hari. 6.5: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi pemberian pakan, ketika hasil rata-rata pengukuran dengan piringan Secchi menurun 25% dari sertifikasi awal. 6.6: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi pemberian pakan ketika ganggang biru-hijau atau jenis lain yang berpotensi membahayakan meliputi lebih dari 60% dari total fitoplankton. 28
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 6.7: Catatan pengamatan kualitas air harus dibuat dalam pengelolaan frekuensi pemberian pakan, ketika termoklin menjadi 25% lebih dangkal dari sertifikasi awal. Keramba, Tambak di Kali dan Sungai 6.8: Harus tersedia catatan konsentrasi total amonia nitrogen dan fosfor terlarut per bulan di hulu dan hilir. 6.9: Frekuensi maksimal pemberian pakan harus dikelola sehingga konsentrasi nutrisi di hilir tidak melebihi konsentrasi nutrisi di hulu sebanyak lebih dari 25%. Keramba, Tambak di Muara 6.10:Catatan pemberian pakan di muara harus menunjukkan frekuensi maksimal pemberian pakan per hari yang tidak melebihi syarat 7,5 kg/ha. 6.11:Catatan pemantauan kualitas air harus dipertahankan sebagaimana ditentukan.
7. Lingkungan (Hanya Keramba Laut) Kontrol Endapan Budidaya keramba laut harus diletakan dan dioperasikan pada tempat yang membuat mereka bisa meminimalkan dampak negatif pada kualitas endapan di luar zona dampak endapan yang ditentukan. Latar Belakang Standar Budidaya keramba laut memiliki potensi merusak lingkungan akibat akumulasi endapan di bawah peternakan. Penyebabnya mencakup berdiamnya kotoran dan sisa pakan, terlepasnya puing yang menumpuk dari jala, atau pengelupasan material anti lepas. Pemantauan endapan adalah cara paling praktis dalam mendeteksi perubahan. Pelaksanaan Di beberapa negara dan wilayah, budidaya dengan keramba terkendali oleh peraturan khusus tentang dampak bentik, tapi di tempat lain, peraturannya mungkin tidak memadai atau tidak ada. Standar ini memaksa semua peraturan yang ada dan menjelaskan persyaratan minimal ketika peraturan efektif belum ada. Budidaya dengan keramba biasanya diletakkan berdasarkan studi hidrografik, biologi, dan fisika dari lokasi, untuk memastikan pengoperasian budidaya tidak berdampak negatif pada populasi hewan yang meliputi bentik di bawah atau di sekitar budidaya. Kemudian dampak bentik "yang diizinkan" ditentukan sebagai syarat dalam izin operasi budidaya, yang dijelaskan dalam bentuk satu atau lebih properti kimia dari endapan. Terkadang hal ini berkaitan dengan kepadatan spesies dan penentuan keragaman, yang berdasarkan pemahaman dasar biologi endapan lokal atau analisis referensi 29
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 sampel endapan yang diambil dari lokasi budidaya. Siklus produksi dan pengosongan harus terkoordinasi dengan pemohon BAP lain yang berdekatan atau budidaya yang sudah bersertifikat BAP, atau dengan anggota dari Perjanjian Manajemen Area (Area Management Agreement/AMA) yang telah ada. Para tetangga harus ikut dalam pembuatan dan pelaksanaan Perjanjian Manajemen Area untuk menangani dampak bersama yang terkait dengan beberapa budidaya. Pengoperasian yang bersertifikat BAP, yang beroperasi di area terpisah harus memiliki pernyataan keinginan masuk ke AMA, dan operasi harus pindah ke dalam area. Izin dan/atau peraturan lokal budidaya biasanya menetapkan “zona dampak endapan,” “zona efek yang diizinkan” atau “tapak pengendapan”, dan menentukan protokol pemantauan untuk memeriksanya. Karena pengambilan sampel biologis dari endapan membutuhkan keahlian khusus serta memakan waktu dan mahal, properti endapan kimia biasanya digunakan sebagai indikator utama kondisi endapan. Pengambilan sampel biologis hanya diperlukan dalam beberapa wilayah hukum, jika batas pada indikator terlewati. Indikator kimia yang digunakan untuk tujuan ini mencakup konsentrasi oksigen pada endapan, sulfida, potensi REDOKS, total karbon organik atau total zat padat volatil, atau inspeksi visual dengan dokumentasi video. Beberapa metode lebih baik pada beberapa lingkungan dibandingkan dengan lainnya. Misalnya, penentuan sulfida berjalan baik dalam endapan lumpur atau tanah liat yang mengandung sampai dengan 50% pasir, sebagaimana penentuan total karbon organik. Di atas tingkat pasir ini, suatu indikator seperti total karbon organik bekerja dengan lebih baik. Di bagian bawah yang keras dengan lebih dari 10% kerikil, perekaman visual dengan video paling baik dilakukan, karena tidak mungkin mengambil sampel, dan banyak dari bagian dasar laut tersebut yang mengalami erosi secara alami, sehingga tidak terjadi pengendapan. Karena metode-metode yang berbeda atau kombinasi metode mungkin diperlukan di beberapa wilayah hukum berdasarkan kondisi lokal hidrografik atau bentiknya, tidak ada metode yang lebih disukai dalam standar ini, hanya bahwa metode apa pun yang digunakan, harus dilakukan dengan menggunakan metode standar pengambilan sampel dan analisis yang sesuai dengan standar internasional yang diterima secara umum. Jika pemantauan endapan merupakan persyaratan hukum dan zona dampak endapan ditentukan, semua pemohon sertifikasi BAP harus: •
30
Menyediakan dokumen yang menjelaskan standar lokal untuk dampak bentik di bawah budidaya dengan keramba.
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 •
•
•
•
Budidaya yang sudah ada harus menyediakan data pemantauan sedikitnya tiga tahun untuk menunjukkan bahwa budidaya memenuhi atau melewati standar bentik yang diperlukan dalam izin operasi pada tingkat produksi sekarang. Budidaya baru harus menyelesaikan studi dasar, dengan ulasan dari ahli yang mandiri, yang menjelaskan kondisi hidrografik dan bentik di tempat budidaya, dan dengan penilaian ahli (diberikan tanpa kewajiban), budidaya dapat memenuhi atau melampaui standar bentik yang diperlukan oleh perizinan operasional pada tingkat produksi sekarang atau yang diajukan. Penilaian ini harus diverifikasi dengan hasil sampel pada audit selanjutnya. Menyediakan dokumen untuk menunjukkan bahwa kualitas endapan ditentukan dengan menggunakan pengumpulan sampel dan metode analisis yang diterima secara umum. Mengumpulkan dan menyimpan data tempat pembuangan karbon dan nitrogen yang berdasar dari pemberian pakan dapat dihitung. Ini berarti mencatat konten karbon dan nitrogen pada pakan yang diberikan, berat semua ikan yang dipanen ditambah ikan mati yang dibuang selama budidaya, dikurangi berat ikan remaja yang ditebar.
Di negara atau wilayah yang tidak memerlukan pemantauan endapan sebagaimana dijelaskan di atas dan/atau di tempat yang zona dampak endapannya tidak ditentukan, pemohon harus menulis dan melaksanakan rencana pemantauan yang mengharuskan mereka untuk: •
•
•
•
• 31
Mengajukan individu atau perusahaan mandiri yang menunjukkan keahlian dalam pengambilan sampel dan analisis endapan untuk merancang program pengambilan sampel dan analisis yang tepat terhadap kondisi budidaya, dan untuk melakukan pemantauan endapan sebagaimana diperlukan di bawah. Membuat bagan zona dampak endapan yang diizinkan, yang tidak boleh melebihi total area budidaya ditambah zona perbatasan 40 m di sekitarnya. Tapak bisa saja digeser ke arah mana pun untuk mempertimbangkan ketidaksamaan pola yang biasa terjadi, asalkan total luas area tetap sama. Memantau penumpukan organik di dasar laut dalam zona ini dengan metode yang dianggap terbaik untuk jenis endapan yang terdapat di sana. Pilihan metode harus didasarkan oleh dokumentasi sebelumnya mengenai jenis endapan tempat budidaya berada. Melakukan pengambilan sampel endapan bertepatan dengan periode makan puncak pada setiap siklus tanaman. Sampel harus diambil di sepanjang setidaknya 2 lintasan yang langsung melewati tempat budidaya dan sejajar dengan aliran air dominan di lokasi budidaya. Satu sampel dengan tiga ulangan harus diambil di pinggir keramba serta di batas 25 m atau 40 m. (Lihat di atas.) Lima ulangan sampel harus diambil dari setidaknya dua tempat referensi dalam
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
•
•
jarak 1 km di budidaya yang memiliki kemiripan kedalaman dan karakteristik endapan, sebagaimana terjadi di tempat budidaya dan di tempat yang tidak memproduksi ikan. Menunjukkan secara statistik analisis hasil yang tidak memiliki penumpukan organik karena aktifitas budidaya pada batas dari zona dampak endapan yang diizinkan, dibandingkan tempat referensi, sebagaimana diatur oleh metode pemantauan yang dipilih. Mengumpulkan dan menyimpan data tempat asal pembuangan karbon dan nitrogen yang berbasis pemberian pakan yang dapat dihitung.
Informasi Tambahan Australia Marine Farm License Condition, Schedule 3 Farm Site Inspection Checklist British Columbia Salmon Farmers and Province of British Columbia – 2001 http://www.salmonfarmers.org Guide to the Assessment of Sediment Condition at Marine Finfish Farms in Tasmania C. Macleod dan S. Forbes (editor) Tasmanian Aquaculture and Fisheries Institute University of Tasmania Hobart, Tasmania, Australia http://www.imas.utas.edu.au/__data/assets/pdf_file/0011/68384/AquafinCRC_ProjectNo 4.1.pdf Norwegian Standard N.S. 9410.E Environmental Monitoring of Marine Fish Farms Code of Good Practice for Scottish Finfish Culture Scottish Salmon Producers’ Organization http://www.scottishsalmon.co.uk Washington State Legislature, WAC 173-204-420 Sediment Impact Zone Maximum Criteria http://apps.leg.wa.gov/WAC/default.aspx?cite=173-204-200 FAO Fisheries and Aquaculture Technical Paper No. 527 Environmental Impact Assessment and Monitoring in Aquaculture, pp. 455–535 A. Wilson, S. Magill, K. D. Black – 2009 FAO. Rome, Italy 32
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Standar 7.1: Pemohon harus menyediakan dokumen yang menjelaskan standar lokal untuk dampak bentik di bawah budidaya keramba, yang harus mencakup "tingkat pemicu" indikator bentik supaya diketahui, ketika budidaya tidak sepenuhnya bisa mematuhi standar lokal, ketika hal ini dijelaskan secara terperinci, atau dengan tujuannya ketika hal ini tidak dijelaskan secara terperinci. 7.2: Untuk budidaya yang sudah berjalan, pemohon harus menyediakan data pemantauan selama 3 tahun untuk menunjukkan bahwa budidaya memenuhi atau melampaui kriteria kualitas endapan yang dijelaskan dalam izin operasi dan/atau rencana pemantauannya sendiri pada tingkat operasi terkini. 7.3: Untuk budidaya yang baru saja berjalan, atau budidaya yang diperluas, dan belum memiliki data pemantauan yang cukup, pemohon harus menyediakan studi mandiri yang mencirikan karakteristik hidrografik dan bentik di areanya, serta menyediakan penilaian konsultan (tanpa kewajiban) yang menyatakan bahwa budidaya tersebut memenuhi atau melampaui kriteria kualitas air dan endapan jika dioperasikan dengan benar. Penilaian ini harus diverifikasi dengan hasil sampel pada audit selanjutnya. 7.4: Pemantauan kondisi endapan harus dilakukan pada saat puncak pemberian pakan selama siklus produksi dan harus dilakukan berdasarkan persyaratan izin pengoperasian budidaya atau rencana budidaya itu sendiri di negara atau wilayah tempat pemantauan endapan tidak dibutuhkan, dan sebagaimana dijelaskan dalam persyaratan pelaksanaan. 7.5: Pengambilan sampel dan analisis yang dilakukan sebagai bagian dari program pemantauan harus menerapkan metode internasional yang diterima secara umum dan dapat diadaptasi ke kondisi hidrografik atau bentik lokal. 7.6: Hasil pemantauan endapan harus dilaporkan, diulas, dan diterima oleh regulator yang tepat. Walaupun persetujuan regulator bersifat kondisional, pada saat pelaksanaan program perbaikan, hal ini sudah harus dilakukan dan diselesaikan. 7.7: Data yang memungkinkan pembuangan nitrogen dan karbon berbasis pemberian pakan peternakan dapat dihitung, harus diambil dan dicatat. 7.8: Siklus produksi dan pengosongan harus terkoordinasi dengan pemohon BAP lain yang berdekatan atau peternakan yang sudah bersertifikat BAP, atau dengan bagian dari Perjanjian Manajemen Area yang telah dibuat. 7.9: Jika Persetujuan Area Manajemen belum dibentuk, pemohon bagaimanapun harus menunjukkan kerja sama dalam hal persediaan, pengosongan, kesehatan 33
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 hewan, dan keamanan hayati dengan peternakan bersertifikat BAP dalam jarak 2 kali jarak minimal peraturan pemisahan untuk batas radius 5 km.
8. Lingkungan (Hanya Kolam dan Sistem Berbasis Daratan Lainnya) Konservasi Tanah dan Air Manajemen Residu Kolam Pembangunan dan pengoperasian budidaya tidak boleh menyebabkan salinisasi pada tanah dan air, atau berkurangnya air tanah di area sekitar. Budidaya harus mengatur dengan tepat serta membuang endapan di kolam, kolam aliran, kanal, dan bak pengendapan. Latar Belakang Standar Di beberapa lokasi, air tawar dari sumber air bawah tanah digunakan untuk mengencerkan kadar garam di kolam air payau, atau sebagai penyedia air utama untuk kolam air tawar. Budidaya bisa menyebabkan salinisasi jika air asin dari kolam masuk ke sumber air, atau dibuang ke sungai atau kali air tawar. Budidaya bisa menurunkan permukaan air tanah dan berdampak negatif ke persediaan air tanah. Jika tersedia sumber air yang lain, tidak disarankan untuk menggunakan air sumur. Endapan yang terakumulasi di kanal, kolam air deras, kolam, dan bak pengendapan bisa berdampak negatif ke pergerakan air, dan berefek pada tanah kolam, serta kondisi air, membutuhkan pengerukan dan penghapusan berkala. Endapan paling banyak adalah tanah mineral yang diperkaya dengan material organik, tapi pada beberapa budidaya, tanah mineral juga mengandung garam larut dari air garam. Pembuangan endapan yang sarat garam secara tidak tepat dari kolam, dapat menyebabkan salinisasi pada tanah dan air. Pelaksanaan Ketika kolam air payau dikeringkan ke aliran air tawar, air harus dibuang ketika aliran sungai deras. Air harus dibuang perlahan untuk menghindari meningkatnya konsentrasi klorida lebih dari 250 mg/L di perairan yang menerima. Beberapa praktik bisa dilakukan untuk mengurangi risiko salinisasi. Salah satu yang paling penting adalah menghindari membangun kolam di tanah berpasir dan berdaya serap tinggi, atau dengan menyediakan tanah liat atau pembebat plastik untuk meminimalkan rembesan. Praktik lainnya yang berguna: Jangan membuang air garam ke area air tawar. Hindari pemompaan berlebihan air tanah dari sumber air tawar, dan jangan gunakan air tawar dari sumur untuk mengencerkan garam di kolam yang 34
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 pertumbuhannya cukup. Pantau konsentrasi klorida di sumur air tawar dekat budidaya untuk mengetahui apakah terjadi salinisasi. Dalam kolam air tawar, gunakan metode isi-tetes untuk menangkap air hujan dan limpasan, serta mengurangi penggunaan air dari sumber lain. Dalam menerapkan metode ini, air tidak boleh ditambah ke kolam selama cuaca kering, hingga tingkat air berada di 15-20 cm di bawah tingkat melimpah. Kemudian air harus ditambah untuk meningkatkan tingkat permukaan air hingga tidak lebih dari 7,5 - 10 cm. Praktik ini menyediakan volume simpanan yang cukup untuk menangkap air hujan normal dan limpasan. Kolam budidaya harus dikelilingi dengan parit untuk mencegah rembesan. Parit ini harus cukup untuk menangkap limpahan dari kolam jika hujan. Ketika kolam dikeringkan untuk panen, air harus disimpan di penampungan atau dipindahkan ke kolam lain untuk digunakan lagi. Pembatas vegetatif untuk vegetasi yang sensitif terhadap garam di sekitar budidaya bisa membantu mendeteksi pergerakan garam ke daerah sekitarnya. Ketika air tawar di sumur digunakan untuk memasok kolam atau fasilitas produksi lainnya, tingkat air di kolam lain harus dipantau oleh instansi yang tepat, untuk menentukan apakah penggunaan untuk budidaya air berkontribusi pada menurunnya tingkat permukaan air tanah. Penggunaan air dari sistem irigasi harus sesuai dengan peraturan, dan pembuangan harus dikembalikan ke sistem irigasi. Jika mungkin, tangkap ikan dengan jala dan jangan keringkan kolam untuk beberapa tahun. Praktik ini sangat disarankan, karena menjaga air, dan mengurangi volume pembuangan serta biaya pompa. Pengelolaan Endapan dan Residu Kolam budidaya air memiliki waktu penyimpanan hidrolik yang panjang dan berfungsi sebagai bak pengendapan, tapi dampak negatif terhadap lingkungan bisa muncul ketika endapan kembali tersuspensi selama panen, atau ketika endapan dipompa dari kolam selama periode budidaya, serta dibuang sebagai residu lumpur cairan. Residu mengandung material organik dari kotoran dan pakan yang tidak termakan, tapi kebanyakan mengandung partikel mineral yang masuk ke kolam di sumber air dari sungai. Pembuangan residu mungkin bukan masalah untuk kolam dengan produksi kurang dari 20 mt/ha/siklus, tapi di atas ukuran ini, dibutuhkan penggunaan bak pengendapan untuk pembuangan residu. Jika endapan dibuang di luar struktur penahan air, perawatan harus disiapkan untuk mencegah penumpukan material yang bisa mengganggu proses ekologi lokal melalui erosi dan perpindahan ke area sekitar. Perpindahan dari tumpukan 35
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 material tadi ke tanah tidak bergaram atau ke air tawar bisa menyebabkan peningkatan kadar garam. Rembesan ke bawah bisa menghasilkan peningkatan kadar garam di sumber air tawar. Pelaksanaan Prinsip pertama manajemen endapan pada budidaya adalah mencegah pengendapan berlebih melalui praktik manajemen yang baik dan pembatasan pengendapan pada bagian tertentu budidaya. Ketika suplai air di budidaya memiliki banyak muatan endapan, penampungan untuk menampung pra-endapan bisa menghapus banyak material tersuspensi sehingga mereka tidak berkumpul di kanal suplai dan kolam produksi. Akumulasi endapan di kolam dan kanal bisa dikurangi dengan: Menerapkan rancangan infrastruktur tanah yang tepat untuk mengurangi erosi oleh hujan dan arus air. Menempatkan aerator untuk menghindari gesekan oleh arus air pada tanggul. Memperkuat area rawan erosi dengan batu atau material pelapis lainnya. Menutup area kosong dengan kerikil atau rumput. Di dalam fasilitas besar, endapan yang dihilangkan dengan pengerukan harus dibuang ke
area penampungan, tidak dibuang langsung ke aliran air atau area muara lainnya. Penampung ini bisa dipasang di sepanjang tepi kanal atau di dataran garam di atas air pasang tinggi. Endapan kolam dari bantaran erosi biasanya bisa ditempatkan kembali ke area yang terkikis. Pertambakan tidak boleh mengeruk atau mengisi lahan basah sensitif, atau lahan basah penyangga, untuk menambah area yang tersedia untuk pembangunan kolam. Pencegahan erosi menghindari pengendapan ulang material tanah dari pembuangan hilir pertambakan. Pengendalian erosi dari pembuangan mencakup mengurangi dampak energi pembuangan pada tanah dan mengurangi kecepatan air pada parit untuk mencegah gesekan. Pipa pengeringan harus ditambah minimal 1 m melebihi tanggul pada elevasi di dekat bawah parit. Daerah pipa keluar harus dilindungi dengan perisai cipratan atau riprap (susunan bongkahan batu alam) untuk mengurangi kekuatan pembuangan. Pipa pengeringan yang langsung membuang ke kali harus melewati bantaran kali untuk mencegah erosi dan diletakkan di dekat aliran pada tingkat air normal. Ketika endapan dibuang ke luar area peternakan secara langsung, hal ini hanya dapat dilakukan pada tempat penampungan dari tanah yang tanahnya mengandung garam, untuk mencegah limpasan. Limpahan atau rembesan dari tanah dan air yang bergaram dari penampungan tidak boleh merusak area. 36
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Pada budidaya udang di darat, endapan garam larut harus dibatasi untuk mencegah banjir setelah hujan. Struktur pengurungan harus cukup besar untuk menahan curah hujan terbanyak dalam periode 24 jam selama 25 tahun. Jika tanahnya mudah ditembus, area penampungan harus dirapatkan untuk mencegah rembesan. Setelah endapan tercuci garamnya oleh air hujan, endapan ini dapat digunakan untuk pengisian tanah atau kegunaan lain. Ketika endapan disimpan, endapan harus dibatasi dalam area tanggul sehingga zat padat tersuspensi oleh air hujan bisa ditahan. Ketika endapan harus dihilangkan, endapan seharusnya digunakan kembali untuk memperbaiki kolam tanah atau diterapkan sebagai material pengisian lahan. Endapan ini juga dapat disebarkan sebagai lapisan tipis di atas lahan dan pelindung vegetasi yang telah ada. Bak Pengendapan Persyaratan minimal volume bak pengendapan bisa dihitung menggunakan cara berikut: Volume bak pengendapan = 37,5 x [Produksi ikan (MT) ÷ Perpindahan endapan (kali per siklus)] + [Produksi ikan (MT) ÷ 0,6] Pada persamaan di atas, produksi ikan adalah total produksi dari ikan yang diproduksi di semua kolam yang membuang ke bak pengendapan, dan perpindahan endapan adalah frekuensi rata-rata ketika endapan dipindahkan dari kolam ke bak pengendapan. Juga diasumsikan sebagai berikut: Waktu retensi hidrolik minimum yang memungkinkan padatan kasar dan menengah untuk mengendap di bagian dasar adalah 6 jam. 1 mt produksi setara dengan 1 mt sedimen. Pembuangan lumpur dapat menyebar selama periode 24 jam. Kepadatan endapan massal adalah 0,6 mt/m3. Kandungan padatan lumpur adalah 6,5 kg/m3. Akumulasi endapan di bak dikeluarkan pada akhir setiap panen untuk mengembalikan bak pada kapasitas aslinya. Catatan: Jika lumpur dibuang lebih sering dari kolam, ukuran bak pengendapan yang diperlukan akan lebih kecil. Operator budidaya harus menyediakan nilai rata-rata produksi ikan dan frekuensi transfer residu kepada pengaudit, sehingga volume bak pengendapan dapat dihitung. Pengaudit akan memverifikasi bahwa budidaya tersebut memiliki volume bak yang dipersyaratkan untuk digunakan dan tersedia sebagai penampungan residu. Bak harus dikonfigurasi agar residu kasar masuk dari atas bak dan memberikan jalan 37
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 keluar pembuangan di atas sisi lain bak. Lima atau enam tiang yang dikalibrasi harus dipasang pada bak, sehingga zat padat terlarut dapat menumpuk untuk dipantau dan dipastikan kapasitas tersisanya mendukung waktu penyimpanan hidrolik minimal 6 jam. Endapan yang dibuang dari bak residu harus dibatasi hanya di area budidaya, atau digunakan untuk pengisian tanah atau budidaya air. Kolam aliran atau sistem aliran langsung lainnya memiliki waktu penyimpanan yang singkat, dan dalam pengoperasian berintensitas tinggi, muatan endapan dapat melewati batasan yang diterima. Oleh karena itu, budidaya semacam ini harus menggabungkan zona pengendapan sesuai ukuran atau solusi teknik lainnya, yang memastikan pembuangan mayoritas zat padat terlarut. Zat padat yang terakumulasi harus dipompa atau disedot secara berkala dari bak, tempat zat padat ini dapat dikeringkan dan kemudian dibuang agar digunakan sebagai pupuk pada tanaman pertanian yang ditanam di lahan. Standar 8.1: Jika kolam dibangun di tanah berdaya serap tinggi, pengukuran seperti penggunaan pelapis kolam harus dilakukan untuk mengendalikan rembesan dan mencegah kontaminasi sumber air, sungai, kali, serta perairan air tawar lainnya. 8.2: Untuk kolam air payau, pemantauan per 3 bulan atas sumur tetangga dan permukaan air tidak boleh menunjukkan tingkat klorida meningkat karena operasional budidaya. 8.3: Jika budidaya menggunakan air tanah, tingkat air di sumur tetangga harus dipantau setidaknya setahun sekali, ketika musim kering untuk menentukan budidaya air tidak menurunkan permukaan air tanah. 8.4: Penggunaan air dari sumur, danau, sungai, kali, dan mata air, atau sumber daya alami lainnya tidak menyebabkan masalah ekologi atau penurunan di area sekitar. 8.5: Operasional budidaya tidak boleh mematikan vegetasi lahan basah di sekeliling fasilitas. 8.6: Aktifitas pengerukan dan pengisian tidak boleh dilakukan di lahan basah sensitif atau lahan basah penyangga, untuk menambah area yang tersedia untuk pembangunan kolam. 8.7: Residu yang terakumulasi dari kolam, penampungan, atau bak pengendapan harus dibatasi di dalam properti atau digabung dan digunakan sendiri untuk mengisi tanah atau budidaya. 8.8: Endapan yang dibuang harus ditampung dan diletakkan dengan benar, untuk mencegah salinisasi tanah dan air tanah, dan tidak menyebabkan gangguan 38
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 terhadap ekologi lain. 8.9: Fasilitas harus menghindari perusakan area seperti lubang pinjaman dan tumpukan tanah. 8.10:Material pengerukan harus disimpan dengan baik, dan tidak ditempatkan di area hutan bakau atau habitat sensitif lainnya. 8.11:Pemohon harus melakukan pengukuran untuk mengendalikan erosi dan dampak lain yang disebabkan oleh arus luar. 8.12:Jika fasilitas pemohon memproduksi lebih dari 20 mt/ha/siklus, fasilitas harus memiliki kapasitas bak pengendapan untuk mengatasi semua residu/endapan. Fasilitas harus memproses semua residu/endapan di bak pengendapan, dan tidak membuang material sampah ke lahan basah sensitif atau area hutan bakau, atau perairan umum.
9. Lingkungan (Semua Sistem Produksi) Konservasi Tepung Ikan dan Minyak Ikan Budidaya harus memantau pemberian pakan secara akurat dan meminimalkan penggunaan tepung ikan serta minyak ikan. Latar Belakang Standar Mayoritas pakan yang diproduksi untuk penggunaan pada budidaya air mengandung tepung ikan dan minyak ikan sebagai sumber protein dan lemak. Walaupun tepung ikan dan minyak ikan adalah sumber daya yang dapat diperbarui dari ikan kecil yang tidak terlalu tercerna untuk konsumsi manusia, terdapat batasan tentang berapa banyak pasokan produk ini di dunia. Karena itu program BAP mendukung penggunaan protein dalam bahan makanan yang berasal dari sumber daratan, serta juga tepung ikan dan minyak ikan yang dihasilkan dari pengolahan ikan dan produk-produk perikanan. Kandungan berbahan dasar ikan yang berasal dari sumber alam harus berasal dari pengelola perikanan yang bertanggung jawab. Selain itu, dengan meningkatkan efisiensi makanan yang diubah menjadi biomassa ikan, petani dapat mengurangi jumlah tepung ikan dan minyak ikan yang digunakan. Konversi pakan yang lebih efisien juga memiliki dampak langsung yang menguntungkan pada kualitas air serta membatasi pelepasan kelebihan nutrisi terhadap lingkungan.
39
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Pelaksanaan Pakan budidaya air biasanya diproduksi di fasilitas komersial dan dikirim ke pertambakan. Petani harus mendapat pakan dari pemasok yang menyediakan informasi terpercaya mengenai protein kasar, tepung ikan, dan kandungan minyak dalam pakan. Petambak harus mencatat karakteristik dari semua pakan yang digunakan, jumlah tiap pakan yang digunakan setiap tahun, dan jumlah produksi ikan per tahun. Meskipun kriteria BAP untuk rasio konversi pakan belum diterapkan, produsen harus berusaha untuk mengurangi rasio fasilitas konversi pakan serendah mungkin. Pertambakan bersertifikat juga harus mempertahankan atau menekan konversi pakan pada tahun-tahun setelah sertifikasi awal mereka. Ukuran panen harus dipertimbangkan ketika menilai evolusi konversi pakan. Untuk mempromosikan sumber yang bertanggung jawab atas bahan kelautan, pemohon harus mendapat pakan dari pabrik pakan bersertifikat BAP atau pabrik pakan yang menyatakan dokumen sesuai dengan standar pabrik pakan BAP 3.1 dan 3.3. Standar ini membahas kebijakan sumber kandungan makanan yang berasal dari laut, meliputi ketertelusuran untuk spesies dan asalnya, dan pengecualian dari spesies yang ditunjuk IUCN Redlist (Daftar Merah IUCN) sebagai yang terancam punah atau kritis. Standar BAP Pabrik Pakan mengharuskan: Setelah Juni 2015, tepung ikan dan minyak ikan yang berasal dari pengurangan perikanan, setidaknya 50% (perhitungan berdasarkan neraca massa) akan berasal dari sumber yang disertifikasi oleh Dewan Pengelolaan Kelautan (Marine Stewardship Council/MSC) atau dari Organisasi Standar Pemasok Bertanggung Jawab untuk Tepung Ikan dan Minyak Ikan (International Fishmeal and Fish Oil Organization Responsible Supply standards/IFFO RS). Atau, apabila tepung ikan dan minyak ikan bersertifikat MSC atau IFFO RS tidak diproduksi lagi secara nasional, presentase minimum seperti di atas dapat meliputi bahan dari program yang aktif disetujui dan diverifikasi oleh IFFO (http://www.iffo.net/node/493), Kemitraan Perikanan Berkelanjutan (Sustainable Fisheries Partnership/SFP, http://fisheryimprovementprojects.org/view-fips/) atau World Wildlife Fund (WWF, https://sites.google.com/site/fisheryimprovementprojects/home). Target 50% ini akan dinilai kembali secara berkala dengan tujuan akhir bahwa semua tepung ikan dan minyak ikan berasal dari sumber bersertifikat. Data Tambahan Rasio Konversi Pakan Rasio konversi pakan (FCR) adalah ukuran jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satuan berat dari spesies budidaya. Pembenihan harus menghitung dan mencatat FCR tahunan menggunakan persamaan berikut:
40
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Persamaan 1 Rasio konversi pakan = Penggunaan pakan per tahun (mt) ÷ berat total ikan atau krustasea yang dipanen (mt) Rasio konversi pakan juga dikenal sebagai FCR ekonomi. Perhatikan bahwa FCR ekonomi sangat sensitif terhadap tingkat kelangsungan hidup, meningkat tajam jika tingkat kelangsungan hidup menurun secara signifikan. Untuk perhitungan yang tepat, berat total stok juvenil dikurangi dari berat total ikan yang dipanen. Rasio "Ikan Masuk : Ikan Keluar" Yang disebut rasio "ikan masuk : ikan keluar” rasio adalah salah satu cara untuk mengukur efisiensi ekologi sistem budidaya perairan. Cara ini membandingkan jumlah ikan yang dikonsumsi oleh sistem (biasanya dalam bentuk tepung ikan dan minyak ikan) dengan jumlah ikan yang diproduksi. Produsen budidaya harus berusaha untuk mendapatkan rasio ikan masuk : ikan keluar terendah yang dapat diterapkan untuk melestarikan sumber daya industri ikan. Banyak budidaya yang hanya memasukkan sejumlah kecil tepung ikan dan minyak ikan dalam pemberian makannya, dan penggunaan cara ini dapat membuat budidaya memiliki rasio ikan masuk:ikan keluar kurang dari 1, yang menunjukkan bahwa mereka benarbenar memberikan kontribusi bersih pada pasokan ikan global. Budidaya akan menghitung dan mencatat hasil akhir perbandingan tahunan ikan masuk:ikan keluar menggunakan Persamaan 2 di bawah ini. Dengan tidak adanya data spesifik dan lebih baik dari pemasok pakan, hasil transformasi untuk industri ikan ke tepung ikan dan minyak ikan yang akan digunakan adalah masing-masing 22,5% dan 5%. Standar metrik untuk beberapa spesies budidaya perairan telah diatur, dan tanpa nama, pengumpulan data ikan masuk : ikan keluar akan digunakan di masa depan untuk menetapkan standar metrik untuk spesies lain. Persamaan 2 Rasio ikan masuk : ikan keluar = faktor inklusi pakan yang dimakan ikan (didapat dari pabrik) x rasio konversi pakan Dimana faktor inklusi pakan yang dimakan ikan = [Level tepung ikan dalam pakan (%) + Tingkat minyak ikan dalam pakan (%)] ÷ [Hasil tepung ikan dari ikan liar (%) + Hasil minyak ikan dari ikan liar (%)] Level inklusi di Persamaan 2 meliputi setiap makanan atau minyak yang berasal dari ikan liar tertangkap, cumi-cumi, udang kecil, moluska, atau hewan laut liar lainnya. Namun, harus diberikan pengecualian turunan makanan atau minyak yang berasal dari
41
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 produk perikanan seperti trimming, jeroan, dan bubuk hati cumi-cumi serta produk budidaya seperti shrimp head meal. Standar 9.1: Fasilitas pemohon harus menggunakan pakan dengan data yang sudah disediakan oleh produsen, tepung ikan dan kandungan minyak ikan, atau faktor inklusi pakan yang dimakan ikan. 9.2: Fasilitas harus mencatat karakteristik semua pakan yang digunakan, jumlah total tiap pakan yang digunakan setiap tahun dan total produksi ikan atau krustasea per tahun. 9.3: Fasilitas akan menghitung dan mencatat rasio konversi pakan tahunan untuk semua yang dipanen. 9.4: Fasilitas akan menghitung dan mencatat rasio akhir ikan masuk : ikan keluar tahunan untuk semua yang dipanen. 9.5: Rasio ikan masuk : ikan keluar tidak boleh melebihi nilai berikut: Litopenaeus vannamei – 1,2, Penaeus monodon – 1,7, tilapia – 0,7, Pangasius – 0,5. Batasan belum ditetapkan untuk spesies yang lain, dan akan ditambahkan setelah data yang memadai telah diakumulasi. Untuk spesies lain, nilai harus dicatat hanya sebagai informasi. 9.6: Pemohon harus mendapatkan pakan dari pabrik pakan bersertifikat BAP atau pabrik pakan yang menyatakan dan mendokumentasikan kesesuaian dengan standar 3.1 dan 3.3 pada standar pabrik pakan BAP. (Catatan: Referensi Standar Pabrik Pakan BAP adalah FM 3.1: Pemohon harus mendapatkan pernyataan dari pemasok ikan dan spesies mengenai asal-usul tepung ikan dan minyak ikan di setiap batch. FM3.3: Pemohon harus mengembangkan dan menerapkan rencana yang jelas secara tertulis mengenai tindakan mendefinisikan kebijakan untuk sumber tepung ikan dan minyak ikan yang bertanggung jawab.)
10. Lingkungan (Semua Sistem Produksi) GMO dan Penyedia Bibit Ikan juvenil yang liar tidak akan ditebar. Budidaya bersertifikat harus mematuhi peraturan pemerintah berkaitan dengan penggunaan spesies asli dan non-asli (non-native), spesies budidaya perairan hasil rekayasa genetika.
42
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Latar Belakang Standar Banyak negara mengizinkan impor spesies asli, dan beberapa mengizinkan impor nonasli tertentu. Di antara faktor-faktor lain, peraturan dibutuhkan karena penyakit dapat berpindah antar negara dan spesies melalui impor telur, bayi ikan, dan induk. Peraturan biasanya mensyaratkan sertifikat kesehatan dan karantina. GMO Organisme dengan modifikasi genetik (GMO atau organisme transgenik) didefinisikan sebagai organisme yang telah dimodifikasi secara genetik dengan pemindahan material genetik buatan dari spesies lain. Organisme steril atau seks reversal beserta keturunannya, dibuat dengan cara hibridisasi atau poliploidi yaitu bukan GMO. Ikan atau krustasea modifikasi genetik akan dikomersialkan di masa depan, sehingga produsen harus mematuhi semua peraturan di negara produksi maupun konsumsi organisme tersebut. Beberapa konsumen tidak menginginkan makanan modifikasi genetik, sehingga mereka harus diberikan informasi yang dapat diandalkan. Pelaksanaan Budidaya yang berpartisipasi harus mencatat sumber dan pembelian bibit, dan mencatat jumlah bibit di setiap unit budidaya untuk setiap kali panen. Contoh Formulir Ketertelusuran yang mencatat data ini disediakan pada Lampiran F. Nantinya, budidaya yang memiliki stok spesies GMO harus juga mencatat informasi ini. Selama pemeriksaan lokasi, dokumentasi kesesuaian dengan peraturan pemerintah berkaitan dengan impor bayi ikan atau post larva harus tersedia. Pemohon harus membangun link kepada pihak domestik kompeten yang berwenang (kedokteran hewan yang berwenang atau badan pemerintahan lain) untuk memeriksa persyaratan impor internasional dan mengikuti protokol Sertifikat Kesehatan Internasional (International Health Certificate) yang didefinsikan oleh OIE. Peraturan berbeda-beda di setiap negara, dan badan sertifikasi tidak dapat memelihara catatan lengkap mengenai persyaratan di setiap negara. Pengaudit harus kenal dengan peraturan terkait di negara yang dilayaninya. Spesies Non-Asli Perkenalan spesies ke negara dimana spesies tersebut bukan asalnya, bukan asli, dan belum dibudidayakan, harus tunduk pada ketentuan ICES Code of Practice on the Introductions and Transfers of Marine Organisms tahun 2005, atau, dalam kasus spesies air tawar, FAO 1988: Codes of Practice and Manual of Procedures for Consideration of Introduction and Transfers of Marine and Freshwater Organisms. Untuk mengurangi dampak potensial pelepasan, dianjurkan penggunaan teknologi seperti sterilisasi, ploidy, dan monoseks.
43
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Informasi Tambahan ICES Code of Practice on Introductions and Transfers of Marine Organisms 2005 International Council for the Exploration of the Sea http://www.ices.dk/publications/Documents/Miscellaneous%20pubs/ICES%20Code%20 of%20Practice.pdf Codes of Practice and Manual of Procedures for Consideration of Introduction and Transfers of Marine and Freshwater Organisms European Inland Fisheries Advisories Commission Food and Agriculture Organization of the United Nations Rome – 1988 ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/ae989e/ae989e.pdf OIE Aquatic Animal Health Code http://www.oie.int/doc/ged/D7821.PDF OIE Manual of Diagnostic Tests for Aquatic Animals http://www.oie.int/en/international-standard-setting/aquatic-manual/access-online/ Standar 10.1:Fasilitas harus memelihara catatan yang akurat mengenai spesies yang dibudidayakan, dan jika relevan, setiap karakteristik benih yang signifikan, termasuk tapi tidak terbatas pada non-asli, bebas pathogen tertentu, tahan patogen tertentu, hibrid, triploid, sex reversal, atau modifikasi genetik (GMO). 10.2:Jika peraturan pemerintah mengontrol penggunaan atau impor salah satu spesies atau benih budidaya, izin relevan harus tersedia untuk inspeksi, bahkan jika bayi ikan impor ini dibeli dari perantara. 10.3:Failitas harus mencatat sumber dan pembelian stok, dan mencatat jumlahnya di setiap unit budidaya untuk setiap panen. 10.4:Juvenil yang liar tidak boleh ditebar, selain sebagai perkenalan insidental ketika kolam pertama kali diisi. 10.5: Jika spesies budidaya bukan asalnya, bukan asli, dan belum dibudidayakan, dokumen lebih lanjut harus tersedia untuk menunjukkan bahwa persetujuan peraturan untuk budidaya berdasarkan pada ICES Code of Practice on Introductions and Transfers of Marine Organisms tahun 2005, atau untuk spesies air tawar, Codes of Practice and Manual of Procedures for Consideration of Introduction and Transfers of Marine and Freshwater Organisms, FAO 1988.
44
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
11. Lingkungan (Semua Sistem Produksi, beberapa bagian hanya untuk keramba) Kontrol Pelepasan Budidaya bersertifikat harus mengambil semua langkah praktis untuk mencegah pelepasan dan meminimalkan efek merugikan yang mungkin terjadi pada kehidupan liar di air jika terjadi pelepasan. Latar Belakang Standar Pelepasan spesies budidaya yang dijinakkan dan/atau non-asli, atau lepasnya telur atau larva dapat mengarah pada kawin silang dan perubahan gen krustasea lokal atau populasi ikan. Pelepasan spesies non-asli juga bisa mengarah pada kompetisi dengan spesies asli untuk makanan dan/atau habitat, dan kemungkinan konsekuensi ekologis merugikan lainnya. Penyakit juga bisa ditularkan dari ikan yang lepas ke ikan liar. Biasanya pelepasan terjadi ketika ada lubang di jaring karena aus, tabrakan dengan kapal, kesalahan manusia, atau diserang oleh predator besar. Kerusakan juga bisa terjadi selama cuaca buruk, yang dapat merobek jala dan menyebabkan kehilangan yang cukup banyak. Pelepasan kadang-kadang terjadi saat ikan dikeluarkan dari air untuk penilaian atau panen, atau jika mata jaring terlalu besar untuk stok terkecil ikan di dalam keramba. Pelaksanaan Semua insiden yang melibatkan lolosnya hewan harus didokumentasikan secara akurat. Budidaya harus menunjukkan penurunan pelepasan dari waktu ke waktu. Semua sistem harus dirancang untuk meminimalkan pelepasan hewan budidaya. Misalnya, kolam dan sistem budidaya lainnya harus memiliki lapisan yang utuh pada saluran air masuk dan keluar. Perangkat filter yang dapat diterima termasuk serangkaian lapisan berjala yang dapat menyaring semua air, filter alas kering yang dibangun dengan kerikil dan pasir, filter solid lapisan mikro, dan kolam jebakan dengan saringan pembuangan. Fasilitas produksi harus dibangun untuk mencegah limpasan karena badai, gelombang, atau banjir. Jika diperkirakan akan hujan deras, level kolam harus diturunkan untuk mencegah kenaikan level air dan tanggul jebol. Keramba, Kandang Jaring Keramba, jaring, dan kandang harus ditandai dan dipertahankan dalam kondisi baik, dan catatan perbaikan harus dijaga. Inspeksi berkala dari tambat baris harus didokumentasikan. Jaring apung yang berada di sepanjang garis atas air harus mengelilingi perimeter dari kandang jaring. Pemohon harus mematuhi setiap desain kandang lokal dan standar konstruksi yang disetujui oleh asosiasi produsen lokal. Setiap upaya harus dilakukan untuk menjamin ikan tidak melarikan diri dari kurungan di badan air. Keramba dan kandang jaring harus terbuat dari bahan yang kokoh dan dipertahankan dalam kondisi baik untuk meminimalkan kemungkinan berlubang dan 45
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 robek yang membuat ikan dapat melarikan diri. Hal ini sangat penting untuk menggunakan bahan yang tidak menimbulkan korosi, karena lubang bisa tiba-tiba muncul tanpa peringatan di jaring yang terbuat dari kawat yang bisa berkorosi. Keramba dan jaring harus ditempatkan di daerah-daerah di mana hanya ada sedikit bahaya tabrakan dengan kapal atau puing-puing yang mengambang, dan di mana gelombang besar tidak mungkin merusaknya. Penempatan keramba dan kandang di perairan yang dilayari mungkin memerlukan persetujuan dari otoritas pemerintah. Penyelam atau kamera bawah air akan memeriksa lubang, robekan, dan koyakan pada keramba secara berkala. Keramba – Rencana Penahanan Ikan Pemohon yang mengoperasikan keramba harus memiliki Fish Containment Plan tertulis yang mencakup pencegahan dan berhubungan dengan pelepasan yang diketahui atau dicurigai. Pencegahan Pelolosan Dokumen harus menunjukkan tambatan budidaya yang dipasang sesuai dengan spesifikasi produsen dan/atau teknik kelautan. Analisis risiko di lokasi diperbarui setidaknya setiap tahun dan harus mengidentifikasi penyebab potensial dan aktual pelolosan ikan, menentukan kemungkinan relatif terjadinya atau kekambuhan di lokasi budidaya, dan mengidentifikasi titik kontrol kritis untuk peninjauan risiko pelolosan yang efektif, pengurangan dan respon oleh staf budidaya. Prosedur berdasarkan analisis risiko harus mencakup protokol manajemen dan tindakan yang dirancang untuk memantau risiko pelolosan, mengurangi mereka ketika diidentifikasi dan menanggapi peristiwa pelolosan pada waktu yang tepat dan efektif. Keberhasilan langkah-langkah ini harus diverifikasi dan didokumentasikan sepanjang tahun. Prosedur harus mensyaratkan komponen permukaan utama dari sistem yang akan diperiksa setidaknya setiap tahun, serta memperbaiki atau mengganti sesuai kebutuhan. Komponen sub-permukaan harus diperiksa dan diganti sesuai kebutuhan setidaknya setiap dua tahun atau di antara setiap siklus panen, mana yang lebih pendek. Peralatan harus diganti jika diperlukan. Prosedur manajemen persediaan jaring akan melacak usia semua jaring di budidaya, atau di penyimpanan, dan melakukan tes kekuatan pada semua jaring di antara masa panen atau setiap dua tahun, mana yang lebih pendek. Jaring akan pensiun ketika kekuatannya di bawah tingkat yang ditentukan dalam peraturan lokal, atau jika tidak ada, di bawah rekomendasi pabrik atau pemasok. Prosedur inspeksi keramba harus memastikan semua operasional jaring telah diperiksa permukaannya untuk keberadaan lubang setidaknya setiap minggu dan 46
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 diperiksa sub-permukaannya setidaknya setiap empat minggu. Jaring dan suprasturuktur keramba harus diperiksa untuk lubang dan indikasi lain dari kerusakan struktural setelah ada kejadian berisiko, seperti badai atau pasang besar. Prosedur pencegahan predator harus meminimalkan risiko predator dapat membuat lubang di jaring. Peralatan kapal termasuk pelindung baling-baling dan prosedur pelatihan staf yang meminimalkan risiko kontak antara kapal dan jaring budidaya. Pada lokasi kelautan, prosedur dan peralatan yang konsisten dengan aturan Coast Guard lokal harus memperingatkan lalu lintas non budidaya pada keberadaan budidaya. Prosedur untuk penanganan ikan hidup akan mencegah "tumpahan". Sebagai bagian dari pelatihan awal mereka, semua staf akan menerima pelatihan pada semua prosedur dalam kendali Rencana Penahanan Ikan. Pelolosan yang Diketahui dan Dicurigai • Pemohon BAP harus memelihara peralatan untuk berusaha menangkap kembali hewan yang lolos dan memiliki prosedur tertulis untuk penggunaannya. Prosedur harus dapat bereaksi cepat, tunduk pada batasan hukum jenis peralatan yang digunakan. • Jika pelolosan diketahui atau dicurigai terjadi, penyebabnya harus diselidiki segera, dan langkah-langkah perbaikan harus diambil. Tindakan ini harus didokumentasikan dalam catatan budidaya. • Jika setelah investigasi, ada dasar untuk mempercayai bahwa terjadi pelolosan, ikan yang tertinggal di keramba harus dihitung, jika dan/atau air dan indikator kesejahteraan menunjukkan hal ini dapat dilakukan tanpa menyebabkan tekanan yang berlebihan pada ikan, dan segala kehilangan persediaan harus dicatat. Standar Semua Sistem Produksi 11.1: Semua induk, transportasi, dan sistem budidaya harus merancang, mengoperasikan, dan memelihara untuk meminimalkan lepasnya telur, bentuk larva, juvenil, dan hewan dewasa. 11.2: Lapisan atau ukuran jaring untuk mempertahankan keberadaan hewan budidaya yang terkecil harus dipasang di pompa saluran pengeluaran air, pipa, atau pintu air. Lapisan, jaring, atau kontrol lainnya harus dipasang pada atau dekat pompa pemasukan untuk meminimalkan pengenalan fauna akuatik lokal. 11.3: Selama pemanenan dan operasi pemindahan stok, tindakan penahanan sekunder yang efektif harus diaplikasikan untuk mengontrol pelolosan hewan. 47
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 11.4: Semua kejadian yang melibatkan pelolosan hewan budidaya harus dicatat dengan akurat. Keramba 11.5:Keramba, jaring, dan kandang harus ditandai dan dipertahankan dalam kondisi baik, dan catatan perbaikan harus dijaga. Inspeksi berkala dari baris tambat harus didokumentasikan. Jaring apung yang berada di sepanjang garis atas air harus mengelilingi perimeter dari kandang jaring. 11.6:Pemohon harus mematuhi setiap desain keramba dan konstruksi standar lokal yang disetujui oleh asosiasi produsen lokal. 11.7:Pemohon harus menunjukkan bahwa budidaya memenuhi persyaratan prosedural, kinerja, dokumentasi, dan pelaporan BAP untuk untuk penahanan ikan yang diuraikan dalam persyaratan pelaksanaan Rencana Penahanan Ikan. 11.8:Pemohon harus menyediakan dokumen yang menunjukkan bahwa semua anggota staf telah menerima pelatihan Rencana Penahanan Ikan, yang harus diverifikasi oleh sertifikat pelatihan dalam file karyawan dan diverifikasi saat audit oleh bagian dari wawancara. 11.9: Jika pelolosan dicurigai atau telah terjadi sejak audit terakhir, pemohon harus memberikan laporan dan catatan budidaya untuk menunjukkan bahwa insiden itu ditangani dengan cara yang konsisten dengan Rencana Penahanan Ikan.
12. Lingkungan (Semua Sistem Produksi, beberapa standar hanya untuk keramba) Perlindungan Keragaman Hayati dan Satwa Liar Budidaya bersertifikat harus mengelola interaksi fisik dengan satwa liar. Latar Belakang Standar Budidaya harus mematuhi hukum yang berkaitan dengan perusakan burung predator lainnya. Jika berlaku, izin dan catatan harus tersedia. Program BAP sangat mendorong budidaya untuk mempekerjakan secara manusiawi, melakukan tindakan nonmematikan untuk kontrol predator, bahkan ketika metode mematikan diizinkan. Pelaksanaan Budidaya harus mencatat semua kematian predator (spesies dan jumlah). Selain itu, semua spesies yang terdaftar sebagai "terancam punah" dan "sangat terancam" oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (the International Union for Conservation of Nature/IUCN) Daftar Merah, atau dilindungi oleh undang-undang lokal atau nasional, harus dikenai metode pencegahan pasif saja, dan itu artinya tindakan tidak aktif atau mematikan harus digunakan. 48
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Keramba – Rencana Interaksi Satwa Liar Pemohon yang mengoperasikan keramba harus memiliki Rencana Interaksi Satwa Liar (Wildlife Interaction Plan/WIP) tertulis yang mencakup ketentuan yang diatur dalam undang-undang lokal dan izin operasi budidaya, sebagaimana persyaratan berikut, jika tidak begitu ditetapkan. WIP harus mencakup namun tidak terbatas pada: • • •
•
•
• • • •
•
• 49
Daftar hukum lokal yang relevan dan kondisi spesifik izin operasi budidaya yang berlaku untuk manajemen satwa liar dan perlindungan. Daftar spesies lokal diklasifikasikan sebagai terancam punah atau terancam di bawah undang-undang setempat dan/atau terdaftar pada IUCN Daftar Merah. Pada lokasi kelautan, peta mengidentifikasi secara resmi laut dan habitat pesisir yang "kritis" dan/atau "sensitif" di wilayah tersebut. Jika budidaya berada di daerah yang ditetapkan, daftar spesies menetap yang diklasifikasikan terancam punah dalam jarak 2 km dari budidaya dan spesies pesisir yang tidak menetap di kawasan ini, diperbarui jika diperlukan untuk menunjukkan keberadaan satwa liar setelah budidaya dimulai, juga harus disertakan. Pelatihan untuk staf budidaya dalam mengenali spesies terancam punah, terancam, dan dilindungi yang mereka mungkin lihat dari budidaya, dan sistem pencatatan dan pelaporan observasi tersebut untuk manajemen pertanian dan anggota masyarakat yang telah menyatakan minatnya. Penunjukan salah satu anggota staf untuk melaksanakan langkah-langkah pengendalian mematikan, jika diperlukan, dan untuk pelatihan individu dalam metode penyembelihan yang berperikemanusiaan. Deskripsi langkah pasif budidaya untuk mencegah masuk ke kandang burung pemangsa atau mamalia kecil. Pada lokasi laut dengan mamalia laut karnivora, deskripsi tindakan pasif budidaya untuk melindungi keramba dari serangan bawah air. Prosedur untuk pemeriksaan rutin keramba untuk memeriksa dan melaporkan integritas tindakan pasif. Dokumentasi untuk menunjukkan bahwa langkah-langkah pencegahan aktif tetapi non-mematikan yang digunakan telah disetujui oleh regulator melalui review dampak lingkungan dengan referensi khusus untuk spesies langka, dilindungi, terancam, atau bangsa ikan paus di area. Perangkat tersebut tidak akan digunakan jika peninjauannya menunjukkan mereka dapat mempengaruhi spesies ini. Prosedur pelaporan dalam hal mengontrol tindakan yang menyebabkan kematian satwa liar dan tindakan yang diajukan untuk mencegah hal yang sama terjadi lagi. Prosedur yang menyatakan metode mematikan hanya dapat digunakan setelah
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 •
•
semua metode non-mematikan diusahakan dan harus disetujui secara hukum. Prosedur yang membuatnya jelas bahwa kontrol mematikan yang disengaja pada spesies diklasifikasikan sebagai terancam punah atau secara kritis terancam punah, tidak akan digunakan kecuali dalam keadaan luar biasa, seperti risiko bagi kehidupan manusia, dan hanya setelah ada izin tertulis tertentu yang diperoleh dari regulator. Prosedur untuk otorisasi peraturan, pelaksanaan, dan pelaporan tindakan pengendalian mematikan ketika hal ini dianggap perlu.
Standar Semua Sistem Produksi 12.1: Fasilitas ini akan menggunakan metode yang manusiawi untuk mencegah predator dan aktif mendukung metode non-mematikan. Jika berlaku, izin pemerintah untuk kontrol predator harus tersedia untuk diperiksa. Tidak ada kontrol, selain pengecualian metode non-mematikan, harus diterapkan untuk spesies yang terdaftar sebagai terancam punah atau sangat terancam dalam IUCN Daftar Merah atau yang dilindungi oleh undang-undang lokal atau nasional. 12.2: Fasilitas harus mencatat, dan melaporkan jika diperlukan, spesies dan jumlah semua kematian burung, mamalia, dan reptil. Keramba 12.3: Pemohon harus memiliki Rencana Interaksi Satwa Liar tertulis sesuai dengan persyaratan pelaksanaan yang tercantum di atas dan yang sesuai dengan prosedur, kinerja, dan persyaratan pelaporan di dalamnya. 12.4: Karyawan budidaya harus kenal dengan ketentuan WIP dan terlatih dalam aspek itu yang mereka dapat diminta untuk menerapkannya.
13. Lingkungan (Semua Sistem Produksi) Penyimpanan, Pembuangan Persediaan dan Limbah Budidaya Bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia budidaya harus disimpan dan dibuang dengan cara yang aman dan bertanggung jawab. Kertas dan sampah plastik harus dibuang dengan cara yang cepat, sanitasi, dan bertanggung jawab. Akumulasi berlebihan limbah dan/atau pembuangan persediaan dan peralatan budidaya harus dilakukan secara bertanggung jawab. Latar Belakang Standar Budidaya menggunakan bahan bakar, minyak, dan pelumas untuk menghidupkan dan melumasi kendaraan, pompa, aerator, dan perangkat mekanis lainnya. Bahan kimia 50
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 budidaya utama yang digunakan meliputi pupuk, bahan pengapuran, dan zeolit. Beberapa budidaya menggunakan insektisida, herbisida, parasitisida, dan algisida. Produk lain yang digunakan termasuk pengawet, cat, desinfektan, deterjen, dan antifoulant. Bahan bakar dan beberapa pupuk sangat mudah terbakar dan/atau meledak, dan pestisida, herbisida, dan algisida beracun. Oleh karena itu, harus dianggap sebagai potensi bahaya bagi pekerja. Tumpahan atau ceceran produk minyak bumi dan bahan kimia budidaya juga dapat mempengaruhi organisme air dan satwa liar lainnya di sekitarnya, dan mengakibatkan pencemaran air di daerah yang lebih luas. Budidaya menghasilkan limbah yang cukup untuk dapat menyebabkan polusi, bau, dan bahaya kesehatan manusia di budidaya dan daerah sekitarnya bila tidak dibuang dengan benar. Sisa makanan manusia, pakan basi, sampah organik lainnya, dan peralatan atau perlengkapan yang dibuang dapat menarik hama dan pemulung. Limpasan dari tumpukan sampah dapat menyebabkan polusi dan mencemari air tanah. Kantong plastik kosong dan wadah lainnya yang digunakan untuk pakan, pupuk, dan bahan pengapuran tidak terurai dengan cepat. Mereka bisa menjadi bahaya untuk hewan. Pelaksanaan Bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia budidaya harus diberi label dan disimpan dengan aman. Bahan kimia yang digunakan harus dibuang secara bertanggung jawab. Penahanan sekunder harus disediakan untuk satu atau beberapa tangki penyimpanan bahan bakar. Volume penahanan harus setara dengan total volume yang disimpan ditambah 10%. Kebocoran minyak dari traktor, truk, dan peralatan lainnya harus dicegah melalui perawatan yang baik. Perubahan minyak dan pengisian bahan bakar harus menghindari tumpahan, dan minyak yang digunakan dikirim ke pusat daur ulang. Bahan kimia seperti insektisida, herbisida, algisida, sodium metabisulfit yang digunakan dalam udang, dan deterjen harus disimpan dalam bangunan terkunci, kedap air, dan berventilasi baik. Lantai beton bangunan harus miring menuju pusat cekungan untuk mengumpulkan tumpahan. Tanda peringatan harus dipasang. Pakan harus disimpan dengan benar di lantai dan jauh dari dinding, dan terlindung dari kelembaban, hama, dan kontaminan lainnya. 51
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Pupuk, bahan pengapuran, garam, dan bahan lainnya yang kurang berbahaya seperti bahan kimia pertanian harus disimpan di bawah atap atau kontainer yang tahan hujan, di mana curah hujan tidak akan melarutkan mereka ke perairan. Perhatian khusus harus diberikan kepada pupuk nitrat yang bersifat oksidan kuat dan sangat berbahaya ketika terkontaminasi dengan bahan bakar solar atau minyak lainnya. Prosedur harus dikembangkan untuk mengelola tumpahan bahan kimia dan produk lainnya, dan persediaan yang dibutuhkan untuk membersihkan tumpahan harus tersedia. Pekerja harus dilatih untuk menggunakan peralatan dengan benar dan menangani muatan sampah. Material yang tidak berguna, sampah, dan limbah lainnya, termasuk mesin dan peralatan yang dibuang, tidak boleh dibuang di kawasan hutan bakau, lahan basah, atau lahan kosong, atau dibiarkan menumpuk di fasilitas properti. Limbah tersebut harus dibuang secara bertanggung jawab. Membuat kompos harus dilakukan dengan prosedur yang tidak menimbulkan bau atau menarik satwa liar. Kertas dan plastik harus didaur ulang, jika memungkinkan. Pengumpulan sampah untuk daur ulang membutuhkan akses langsung ke kontainer penyimpanan sampah yang dilayani secara berkala. Semua wadah harus diberi label dengan tepat beserta indikator risiko (beracun/mudah meledak, dll). Standar 13.1:Bahan bakar, pelumas, pakan, dan bahan kimia yang digunakan di fasilitas harus diberi label, disimpan, digunakan, dan dibuang di tempat yang aman dan bertanggung jawab. 13.2:Bahan bakar, pelumas, bahan kimia budidaya tidak boleh disimpan dekat pakan, di daerah perumahan atau dapur karyawan, atau dekat peralatan panen dan persediaan. 13.3:Penyimpanan bahan bakar, pelumas, dan bahan kimia harus diberi tanda peringatan. 13.4:Tindakan harus diambil untuk mencegah tumpahan, kebakaran, dan ledakan, serta prosedur dan perlengkapan harus tersedia untuk mengelola tumpahan atau kebocoran bahan kimia dan bahan bakar. Staf yang ditunjuk harus dilatih untuk mengelola tumpahan dan kebocoran tersebut. 13.5:Sampah dari penampungan dan sisa makanan harus disimpan dalam wadah kedap air dengan penutup untuk melindunginya dari serangga, tikus, dan hewan lainnya. 52
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 13.6:Sampah dan limbah padat lainnya harus dibuang dengan mematuhi peraturan lokal dan menghindari kontaminasi lingkungan dan masalah bau (misalnya, daur ulang, pembakaran, pengomposan atau membuangnya ke tempat pembuangan sampah yang legal). 13.7:Sampah rumah tangga dan limbah fasilitas lainnya tidak boleh dibuang di kawasan hutan bakau, lahan basah atau lahan kosong lainnya, dan harus dibuang secara teratur dan semestinya untuk menghindari akumulasi. 13.8:Pasokan dan peralatan budidayan yang dibuang (misalnya, ban, palet, tas, gentong, dayung aerasi, atau mesin) harus disimpan rapi, tidak dibuang di kawasan hutan bakau, lahan basah atau lahan kosong lainnya, dan dibuang dengan cara semestinya untuk menghindari akumulasi yang berlebihan. 13.9:Tindakan harus diambil untuk mencegah pengerubungan oleh hewan, vektor serangga, dan hama. 13.10:Pengamanan sekunder bahan bakar harus sesuai dengan pedoman BAP untuk penyimpanan bahan bakar.
14. Kesehatan dan Kesejahteraan Hewan (Semua Sistem Produksi) Praktik dan Kondisi Budidaya Produsen harus menunjukkan bahwa semua operasional di budidaya dirancang dan dioperasikan dengan memikirkan kesejahteraan hewan, dan mencari kelangsungan hidup maksimal. Karyawan harus dilatih untuk menyediakan tingkat yang tepat pada budidaya. Latar Belakang Standar Sejak masyarakat berusaha untuk menghindari penderitaan hewan yang tidak perlu, banyak peraturan yang ditujukan untuk kesejahteraan hewan. Meskipun beberapa peraturan ditujukan untuk krustasea dan ikan, banyak konsumen ingin tahu bahwa hewan ternak air diproduksi dengan cara yang manusiawi. Ketika hewan ternak mengalami tekanan yang terus-menerus, konsumsi pakan dan tingkat pertumbuhan mereka bisa menurun. Hewan yang tertekan juga kurang tahan terhadap penyakit, dan kematian biasanya meningkat. Penderitaan hewan dapat dicegah dan efisiensi produksi ditingkatkan dengan menerapkan teknik budidaya yang baik untuk menghindari kondisi budidaya yang penuh tekanan.
53
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Pelaksanaan Pertambakan harus menyediakan fasilitas yang dirancang untuk menjaga dan membesarkan krustasea dan ikan dengan ruangan dan naungan yang memadai. Komposisi suhu dan kimia dari air budidaya harus dipertahankan agar tepat, dan perubahan kualitas air harus dilakukan perlahan-lahan sehingga spesies yang dibudidayakan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. Tingkat oksigen terlarut yang memadai harus dipelihara. Pakan yang tepat untuk spesies budidaya harus diberikan secara berkala. Meskipun periode puasa mungkin diperlukan untuk panen dalam kondisi higienis, hal ini harus diminimalkan. Budidaya harus meminimalkan situasi stres selama penanganan dengan membatasi waktu berkerumun dan waktu keluar dari air. Kondisi budidaya harus dikelola untuk menghindari situasi yang dapat menyebabkan stres, cedera, atau penyakit. Hewan mati yang bias diambil harus dikeluarkan dari kolam atau keramba setidaknya setiap hari dan dibuang dengan benar. Spesimen ikan sakit dan tidak diinginkan akan dieliminasi secara manusiawi, misalnya mematikannya dengan pukulan di kepala. Staf budidaya harus memeriksa secara teratur fasilitas budidaya, mencatat kualitas air serta penampakan (misalnya, kondisi ikan) dan perilaku (misalnya, kehilangan nafsu makan) dari hewan yang menjadi tanggung jawab mereka. Tindakan cepat harus diambil untuk memperbaiki kekurangan atau gejala. Meskipun data ilmiah yang dapat diandalkan tentang efek padat penebaran pada kesejahteraan hewan akuatik terbatas, dan banyak faktor yang mempengaruhi hubungan ini, standar BAP memerlukan operator untuk membangun dan menerapkan batas mereka sendiri. Kerumunan dan penanganan hewan akuakultur selama panen dan transportasi berpotensi menimbulkan stres, sehingga langkah-langkah harus diambil untuk mencegah penderitaan hewan yang tidak perlu. Ketika hewan akuakultur yang sensitif, atau kegiatan fisiologis mereka sangat berkurang selama pengangkutan, proses tersebut harus dilakukan dengan metode yang manusiawi. Hewan yang tidak sengaja jatuh ke tanah saat panen tidak boleh dibiarkan kekurangan air hingga mati tercekik. Transportasi langsung hewan harus menjaga kualitas air yang memadai selama transportasi. Hal ini biasanya membutuhkan penerapan aerasi mekanis atau oksigenasi dalam wadah transportasi. Kontrol suhu juga mungkin 54
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 diperlukan. Standar 14.1:Fasilitas pemohon harus menerapkan batasan biomassa maksimum berdasarkan ukuran kinerja untuk kesehatan dan usia harapan hidup hewan air, dan setiap peraturan nasional yang berlaku. 14.2:Pakan harus dikelola untuk menghindari stres yang disebabkan oleh kekurangan makan. 14.3:Fasilitas harus mendefiniskan batas atas untuk periode waktu puasa, berkerumun, dan waktu keluar dari air untuk memastikan praktik kesejahteraan yang terbaik dan menyediakan catatan akurat yang menunjukkan bahwa batas tersebut dipatuhi. 14.4:Staf di fasilitas harus membuat inspeksi regular pada fasilitas budidaya, kualitas air, serta perilaku dan kondisi krustasea dan ikan. 14.5: Wabah penyakit harus dikelola melalui diagnosis dan pengobatan yang cepat, dan jika diperlukan, penyembelihan yang manusiawi. 14.6:Teknik penyembelihan yang manusiawi harus digunakan sesuai dengan spesies budidaya. 14.7:Pembuangan spesimen yang sakit, cacat, atau tidak dapat dipasarkan, harus didokumentasikan dan dibunuh dengan teknik manusiawi, dan bangkai dibuang secara bertanggung jawab sesuai dengan peraturan local dan negara yang berlaku. 14.8:Prosedur manajemen kesehatan harus didefinsikan dalam rencana manajemen kesehatan atau panduan operasional, termasuk prosedur untuk menghindari penyakit, protokol untuk manajemen kualitas air, pemantauan kesehatan, dan teknik diagnosis penyakit. 14.9:Kecukupan dan durasi metode transportasi angkut hidup harus dinilai melalui dokumentasi tingkat kematian selama transportasi.
15. Keamanan Pangan (Semua Sistem Produksi) 55
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Manajemen Obat dan Kimia Antibiotik yang dilarang, obat-obatan, dan bahan kimia lainnya tidak boleh digunakan. Agen therapeutic lainnya harus digunakan secara langsung pada label produk untuk mengontrol diagnosis penyakit atau pengelolaan kolam yang dibutuhkan, dan bukan untuk tujuan penangkal tanpa pengawasan dari dokter hewan. Latar Belakang Standar Residu dari beberapa agen terapi dapat terakumulasi dalam jaringan ikan dan menimbulkan bahaya kesehatan potensial bagi manusia. Oleh karena itu, senyawa tertentu telah dilarang secara proaktif, dan batas residu telah ditetapkan. Selain mengorbankan keamanan pangan, kegagalan untuk mematuhi peraturan tersebut memiliki konsekuensi ekonomi yang serius untuk semua yang terlibat dalam rantai suplai makanan. Penyalahgunaan bahan kimia dapat membahayakan organisme lain yang tinggal di sekitar peternakan. Selain itu, penggunaan jangka panjang antibiotik dapat menyebabkan resistensi antibiotik pada organisme penyakit yang mempengaruhi ikan dan spesies budidaya lainnya. Beberapa pertambakan yang dibangun di atas lahan yang sebelumnya digunakan untuk tujuan pertanian atau lainnya. Pestisida, logam berat, dan bahan kimia lainnya yang diterapkan penggunaannya selama ini bisa menetap di tanah dan air tanah dalam jumlah kecil dan diambil oleh ikan di kolam produksi. Senyawa-senyawa tersebut menimbulkan risiko kesehatan potensial untuk beberapa elemen populasi manusia. Hal ini juga penting untuk memastikan bahwa pakan dan bahan pakan tidak mengandung tingkat yang tidak aman dari ini atau kontaminan lainnya. Penggunaan bahan antifouling tertentu pada fasilitas budidaya dan struktur penahanan dapat mendatangkan potensi kontaminan lingkungan. Penerapan bahan aditif makanan makanan tertentu yang disetujui untuk menjaga kualitas produk atau penampilan saat panen, transportasi, dan berbagai tahapan pengolahan pasca panen dapat melebihi tingkat yang direkomendasikan atau durasi paparan dan memberikan tingkat residu yang melebihi batas keamanan pangan yang legal atau persyaratan pelabelan produk mengenai penggunaan sebelumnya. Perhatian Penting untuk Penggunaan Antibiotik • Kloramfenikol dan nitrofuran antibiotik dilarang secara proaktif untuk digunakan dalam produksi pangan di semua negara. • Obat lain dan bahan kimia, seperti antibiotik, malachite green, logam berat, parasitisida, dan hormon, dapat secara proaktif dilarang di negara tertentu. 56
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Ketika antibiotik tidak dilarang secara proaktif penggunaannya baik di lokal maupun negara pengimpor yang menggunakannya untuk tujuan terapeutik, tes residu antibiotik harus dilakukan setelah periode penarikan untuk memastikan batas peraturan tentang residu terpenuhi. Jika tersedia, peternakan dapat menggunakan data pengujian residu dari pengawasan pemerintah atau program skrining pra panen pabrik pengolahan. • Catatan untuk diagnosis penyakit harus memberikan bukti yang mendukung untuk membenarkan kasus di mana therapeutant digunakan. • Vaksin dan anestesi, jika digunakan, harus disetujui dan digunakan hanya sesuai dengan instruksi pabrik. • Budidaya keramba yang memanfaatkan antifoulant akan mendapatkan semua otorisasi yang diperlukan untuk penggunaannya. Budidaya berbasis daratan harus mendapatkan izin pembuangan yang disyaratkan dari instansi pemerintah. Pelaksanaan Ketika mempertimbangkan lokasi untuk konstruksi kolam baru, contoh tanah harus diambil di daerah kontaminasi berisiko tinggi, seperti daerah rendah di mana limpasan berkumpul, area yang sebelumnya digunakan sebagai penyimpanan pestisida atau lokasi pembuangan, serta lokasi pembersihan dan pemuatan untuk aplikator semprot dan pesawat pertanian. Selain risiko yang disebutkan di atas, produsen harus mempertimbangkan penggunaan lokasi sebelumnya untuk panen di mana pestisida telah digunakan dan meninjau secara berkala perubahan penggunaan lahan di sekitar yang langsung dapat menyebabkan kenaikan potensial kontaminan lingkungan. Survei penggunaan lahan atau perubahan praktik budidaya dapat menjadi analisis berbasis risiko yang dilakukan secara internal dan didokumentasikan. Jika kontaminasi dicurigai, analisis laboratorium dari DAS sekitarnya mungkin diperlukan untuk memverifikasi keamanan pasokan air. Setiap penggunaan bahan aditif makanan yang disetujui harus melibatkan pemantauan mengenai jumlah dan metode aplikasi untuk mencegah residu ilegal di bagian yang dapat dimakan dari produk dan menjamin pelabelan produk yang menunjuk penggunaan sebelumnya. Manajemen kesehatan yang baik berfokus pada pencegahan penyakit daripada pengobatan penyakit dengan senyawa kimia. Cara terbaik untuk mengendalikan penyakit adalah menghindari benih ikan yang sakit, mengadopsi fallowing dan prosedur penyebaran “all in, all out” di lokasi keramba dan kandang jaring, dan menghindari tekanan lingkungan dengan menjaga kualitas air yang baik dalam sistem budidaya. Dalam budidaya tambak, membatasi pertukaran air mengurangi risiko penyakit menyebar dari satu peternakan ke yang lain. 57
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Rencana pengelolaan kesehatan akan menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil ketika penyakit yang didiagnosis akan diperlakukan dengan bahan kimia yang disetujui. Daftar bahan kimia yang disetujui biasanya dapat diperoleh dari pabrik pengolahan, lembaga pertanian, atau program ekstensi atau lembaga penelitian universitas perikanan. Selama inspeksi, auditor harus memiliki akses penuh ke catatan seperti dijelaskan di atas untuk semua aplikasi obat, antibiotik, dan hormon. Contoh Formulir Ketertelusuran untuk penggunaan di kolam, tangki, atau keramba disediakan pada Lampiran F. Standar 15.1:Fasilitas ini akan melakukan penilaian terhadap DAS di sekitar fasilitas untuk mengidentifikasi potensi risiko kontaminasi DAS. Ini termasuk pemantauan perubahan praktik penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Potensi risiko kontaminasi DAS mungkin melibatkan hal-hal seperti pestisida, PCB, dan penerapan logam berat yang berasal dari operasional industri atau pertanian di dekatnya. 15.2:Jika digunakan, perawatan obat harus berdasarkan rekomendasi dan diawasi otoritasnya oleh spesialis kesehatan ikan, dan hanya untuk mengobati penyakit yang didiagnosis sesuai dengan petunjuk pada label produk dan peraturan nasional. 15.3:Catatan harus dipelihara untuk setiap penggunaan obat dan bahan kimia lain, termasuk tanggal, senyawa yang digunakan, alasan digunakan, dosis, dan tanggal panen untuk lot produksi yang mendapat perlakukan pengobatan. Lihat persyaratan Ketertelusuran. Pengujian verifikasi periodik efektivitas periode penarikan harus dilakukan. 15.4:Setiap penggunaan agen antifouling harus melibatkan aplikasi material yang disetujui dengan cara yang dapat dipantau untuk kontaminasi potensial dari hewan akuakultur. 15.5:Setiap penggunaan bahan aditif makanan harus melibatkan bahan yang disetujui dan dimonitor untuk waktu dan metode aplikasinya. 15.6:Antibiotik atau bahan kimia yang dilarang secara proaktif di negara yang memproduksi atau mengimpor tidak akan digunakan dalam pakan, aditif kolam, atau perawatan lainnya. 15.7:Diperlukan pernyataan dari pemasok bayi ikan, fingerling, atau post larva bahwa obat atau bahan kimia lain yang digunakan untuk benih tidak dilarang secara proaktif. 58
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 15.8:Untuk pemasok pakan yang tidak bersertifikat BAP, diperlukan pernyataan untuk membuktikan penerapan prosedur produksi yang mengecualikan obat yang dilarang secara proaktif, produk dari spesies yang sama, logam berat dengan tingkat yang tidak aman, dan kontaminan fisik atau lainnya. 15.9:Penggunaan pakan, suplemen, atau bahan aditif kolam yang diproduksi atau dipersiapkan di budidaya meliputi prosedur untuk memastikan zat ini tidak mengandung level yang tidak aman dari kontaminan dan hanya berisi zat yang diizinkan oleh otoritas nasional yang sesuai. 15.10:Antibiotik, antimikroba, atau hormon tidak boleh digunakan sebagai promotor pertumbuhan.
16. Keamanan Pangan (Semua Sistem Produksi) Sanitasi Mikroba, Higienitas, Panen, dan Transpor Kotoran manusia dan kotoran hewan yang tidak dirawat harus dicegah dari mengontaminasi perairan tambak. Limbah domestik harus dikelola agar tidak mencemari daerah sekitarnya. Produk akuakultur akan dipanen dan diangkut ke pabrik pengolahan atau pasar lain dengan cara mempertahankan kontrol suhu dan mencegah kerusakan fisik atau kontaminasi. Latar Belakang Standar Limbah mengandung mikroorganisme yang dapat berbahaya bagi manusia. Limbah juga dapat mencemari air tempatnya dibuang. Pupuk organik telah digunakan secara luas di kolam budidaya untuk meningkatkan perkembangan fitoplankton. Bahan-bahannya termasuk kotoran hewan, rumput, hasil produk dari panen atau pengolahan produk pertanian, serta limbah pabrik pengolahan perikanan dan akuakultur. Ikan sampah dan limbah yang diolah juga digunakan sebagai pakan. Ada kemungkinan bahaya kesehatan pada manusia yang mengonsumsi ikan yang tidak cukup dimasak atau krustasea yang tumbuh di perairan yang menerima limbah manusia, kotoran hewan yang tidak diobati, atau pupuk organik yang mengandung Salmonella atau patogen dalam makanan lainnya. Kotoran dari fasilitas produksi hewan dapat terkontaminasi dengan obat yang ditambahkan ke pakan ternak untuk pencegahan atau pengobatan penyakit. Zat-zat ini berpotensi dapat berjalan keluar dari kotoran hewan ke dalam hewan akuatik dan 59
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 menyebabkan masalah keamanan pangan. Penggunaan organisme mentah dan produknya, atau ikan sampah sebagai pakan di kolam ikan mendorong penyebaran penyakit ikan. Makanan mentah juga memiliki kebutuhan oksigen tinggi yang dapat memburuk kualitas air tambak. Pelaksanaan Perumahan bagi pemilik atau pekerja kadang-kadang terletak di dekat kolam produksi. Limbah dari kamar mandi, dapur, dan fasilitas lainnya harus dikelola di septic tank. Laguna oksidasi limbah juga merupakan metode pengelolaan yang dapat diterima di pertambakan besar. Dalam semua kasus, limbah mentah dan limpasan dari peternakan dan fasilitas lainnya untuk memelihara ternak tidak akan masuk ke dalam kolam. Hewan domestik selain hewan peliharaan keluarga atau anjing tidak akan beredar secara bebas di dalam peternakan. Ternak diizinkan di padang rumput yang berfungsi sebagai daerah aliran sungai tambak, namun pagar harus dipasang untuk mencegah hewan minum atau berendam di kolam. Dalam hal tidak mungkin bahwa air budidaya diambil dari badan air yang dapat menerima kotoran manusia yang tidak dikelola secara langsung di peternakan, menjaga air atau pretreatment dianjurkan. Beberapa peternakan dapat memiliki toilet yang terletak di dekat kanal atau sistem pengolahan limbah yang pembuangannya atau bocor ke kolam atau kanal pertanian. Situasi tersebut harus dikoreksi. Pada peternakan keramba, pekerja sering menghabiskan berjam-jam di platform keramba mengambang. Portabel toilet harus disediakan, dan prosedur sanitasi untuk pembuangan limbah di darat harus ditetapkan. Industri akuakultur sangat tertarik untuk menggunakan pelet atau pakan ekstrusi, dan di kolam menggunakan pupuk kimia atau pupuk organik yang telah diolah untuk membunuh potensi patogen dalam makanan. Transpor Air dan wadah transpor yang tidak bersih dapat menyebabkan kontaminasi ikan selama transit dari kolam ke pabrik atau pasar. Untuk ikan atau krustasea yang ditempatkan di atas es atau berada di dalam air es saat di peternakan, direkomendasikan untuk membolak-balik lapisan es dan produk untuk menghindari fluktuasi suhu. Untuk Informasi Tambahan CODEX Alimentarius, Code of Practice for Fish and Fishery Products ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/011/a1553e/a1553e00.pdf
60
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Standar 16.1: Limbah domestik harus diperlakukan dan dibuang dengan benar untuk menghindari kontaminasi sekitarnya (misalnya, sistem saluran pembuangan, sistem septik, toilet portabel, atau kakus). 16.2: Hewan ternak dan hewan peliharaan domestik tidak diizinkan untuk mengakses kolam produksi. 16.3: Kotoran manusia dan kotoran hewan yang tidak diobati tidak akan digunakan untuk menyuburkan kolam. 16.4: Organisme mentah dan produknya tidak boleh digunakan sebagai pakan di kolam pertumbuhan. 16.5: Ikan dan krustasea harus dipanen dan diangkut dengan cara yang mempertahankan kontrol suhu. 16.6: Es harus dibuat dari air yang sesuai dengan batas mikroba untuk air minum. 16.7: Peralatan dan wadah yang digunakan untuk memanen dan transportasi ikan atau krustasea harus dibersihkan, disanitasi, dan bebas dari pelumas, bahan bakar, fragmen logam, dan bahan asing lainnya. 16.8: Bahan kimia yang tidak disetujui tidak akan diterapkan secara langsung atau tidak langsung untuk produk akuakultur selama transportasi. 16.9: Pekerja dengan luka, luka terbuka, atau infeksi kulit dilarang menangani produk panen. 16.10: Pekerja harus dilatih dalam praktik higienis yang baik untuk memastikan mereka menyadari peran dan tanggung jawabnya untuk melindungi produk akuakultur dari risiko keamanan pangan seperti kontaminasi dan kerusakan.
17. Biosekuriti (Semua Sistem Produksi) Pengendalian Penyakit Pengendalian biosekuriti harus berada di tempat untuk mencegah pengenalan dan/atau penyebaran agen penyakit dan penyakit di budidaya. Ini termasuk pengawasan rutin penyakit, sanitasi peralatan dan personil, karantina hewan yang sakit, dan pengendalian gerakan personil dan peralatan. Staf budidaya dan pengunjung harus dilatih dan menerapkan langkah-langkah biosekuriti. 61
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Latar Belakang Standar Penyakit hewan akuakultur dianggap oleh banyak orang sebagai ancaman tunggal terbesar terhadap pertumbuhan dan stabilitas industri global akuakultur. Penyebaran penyakit yang mempengaruhi panen budidaya telah dilacak, dalam banyak kasus, untuk Pertambakan dengan biosekuriti yang buruk. Kematian massal kadang-kadang terjadi di peternakan akuakultur, dan bangkai mati atau sisa-sisa hewan dapat berpotensi menyebarkan penyakit. Ketika terjadi kematian, fasilitas harus memiliki rencana untuk membuang bangkai melalui pembakaran atau penguburan yang aman. Pelaksanaan Langkah-langkah harus diambil untuk menghindari penyebaran penyakit dalam pertambakan BAP atau pertamabakan tetangga atau pertambakan klien di mana hewan dipindahkan untuk pembesaran lebih lanjut. Untuk budidaya kelautan dengan keramba, lihat juga persyaratan pengelolaan kawasan, Standar 7. Kontrol biosekuriti yang tepat akan mencegah masuknya atau penyebaran agen penyakit dalam budidaya. Kemungkinan vektor untuk risiko ini harus diidentifikasi dalam rencana biosekuriti yang tertulis secara rinci, yang mengidentifikasi staf budidaya yang khusus bertanggung jawab untuk pelaksanaannya, termasuk langkah-langkah pengendalian khusus minimalnya: • Mengidentifikasi risiko penyakit yang mungkin terjadi pada spesies budidaya dalam wilayah budidaya. • Link rencana biosekuriti untuk rencana kesehatan dan kesejahteraan hewan ternak secara keseluruhan. • Dibutuhkan pengawasan penyakit rutin dan karakterisasi status kesehatan budidaya. • Mengidentifikasi titik kontrol kritis seperti gerakan hewan dan peralatan, dan akses budidaya oleh pengunjung. • Menetapkan langkah-langkah pengendalian aktif untuk mengurangi risiko pengenalan dan/atau penyebaran agen penyakit melalui titik kontrol tersebut. • Menetapkan protokol dan standar kebersihan dan sanitasi untuk peralatan dan personil. • Menetapkan protokol karantina untuk hewan yang sakit, jika dimungkinkan. • Mencegah pergerakan personil dan peralatan dari daerah yang sakit di dalam budidaya pemohon maupun budidaya tetangga. • Menetapkan protokol yang memungkinkan pelacakan pergerakan hewan dan peralatan. • Menetapkan pengunjung dan log pengiriman dan penerimaan. • Menetapkan metode tindakan yang diambil untuk mengurangi risiko penyakit 62
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 dan/atau pengendalian penyakit jika terjadi. Karena pergerakan peralatan dan personil dari daerah yang sakit atau terduga sakit ke daerah lain tidak dapat dihindari, langkah-langkah pembersihan dan sanitasi harus digunakan untuk mendesinfeksi semua peralatan dan personil sebelum masuk ke daerah yang tidak sakit. Jika penyembelihan dilakukan di peternakan, cairan darah dan limbah lainnya yang dihasilkan melalui pengolahan harus disimpan atau dikelola sehingga tidak mencemari lingkungan atau menimbulkan risiko biosekuriti. Standar 17.1:Pemohon harus memiliki kontrol biosekuriti yang berusaha untuk mencegah pemaparan dan penyebaran agen penyakit dan penyakit di budidaya, termasuk sanitasi peralatan dan personil ketika penyakit dicurigai atau dikonfirmasi di lokasi budidaya, dan hal ini harus dirinci dalam rencana biosekuriti seperti yang dijelaskan dalam pedoman Pelaksanaan di atas. 17.2:Staf budidaya harus dilatih dalam prosedur biosekuriti dan harus, bersama dengan semua pengunjung, mematuhinya. 17.3:Rencana untuk pembuangan yang segera dan bertanggung jawab untuk kematian yang berlebihan pada hewan budidaya dengan cara pembakaran, penguburan, membuat kompos, atau pemindahan oleh kontraktor yang kompeten, harus tersedia untuk inspeksi dan diterapkan. 17.4:Jika penyembelihan dilakukan di peternakan, cairan darah dan limbah lain yang dihasilkan melalui pengolahan dituangkan atau diperlakukan sedemikian sehingga tidak mencemari lingkungan atau menimbulkan risiko biosekuriti.
18. Ketertelusuran (Semua Sistem Produksi) Persyaratan Penyimpanan Catatan Untuk membangun ketertelusuran produk, data berikut harus dicatat untuk setiap unit budidaya dan setiap siklus produksi: nomor identifikasi unit budidaya satuan luas atau volume tanggal penebaran kuantitas fingerling atau post larva yang ditebar 63
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 sumber fingerling atau post larva (pembenihan) penggunaan obat dan vaksin penggunaan sulfit pada udang penggunaan herbisida, algisida, dan pestisida lainnya produsen dan nomor lot untuk setiap pakan yang digunakan tanggal panen kuantitas panen nomor dokumen perpindahan (jika ada) pabrik pengolah atau pembeli (mengidentifikasi semua jika kuantitas panen pergi ke lebih dari satu pabrik atau pembeli) Latar Belakang Standar Ketertelusuran produk adalah komponen penting dari Program BAP. Ini menghubungkan link dalam rantai produksi dan memungkinkan untuk melacak setiap proses lot kembali ke unit budidaya dan masukan tentang asal-usul. Analisis kualitas dan keamanan pangan oleh laboratorium terakreditasi juga dapat termasuk di dalamnya. Ketertelusuran akhirnya meyakinkan pembeli bahwa semua langkah dalam proses produksi sesuai dengan lingkungan, sosial, dan standar keamanan pangan. Pelaksanaan Budidaya dapat menggunakan sistem ketertelusuran yang memenuhi persyaratan BAP. Ini bisa menjadi sistem online; budidaya memiliki sendiri database-nya, kertas catatan, file, dan dokumen; atau kombinasi keduanya. Jika kertas catatan, dokumen, atau buku catatan yang digunakan, jika memungkinkan, informasi juga harus dipindahkan ke database di komputer untuk memungkinkan penyebaran elektronik. File atau kertas catatan asli harus disimpan untuk verifikasi dari data elektronik. Data yang dirujuk dalam standar BAP terhadap sumber induk, telur, post larva dan fingerling (bayi ikan berukuran satu jari) , manajemen kimia, dll, diperlukan untuk dapat ditelusuri. Informasi ini dan catatan lainnya terkait tangki, kolam atau keramba dapat digambarkan pada Formulir Ketertelusuran Produk pada Lampiran F. Setiap formulir sesuai dengan pemanenan pada hari tertentu dari unit budidaya tertentu. Proses penyimpanan catatan membutuhkan perawatan dan pelaksanaan tingkat tinggi. Pada budidaya yang besar, manajer bisa mengumpulkan data awal untuk produkproduk akuakultur yang menjadi tanggung jawab mereka. Petugas tunggal atau tim kemudian bisa diberikan tugas untuk mengumpulkan data dari manajer dan memindahkannya ke database komputer. Manajemen budidaya harus, tentu saja, meninjau upaya pada rentang waktu tertentu untuk memverifikasi apakah memenuhi Persyaratan BAP. 64
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Pelestarian Identitas Produk Untuk menjamin integritas sistem “bintang” Best Aquaculture Practices, kontrol ketertelusuran harus memungkinkan verifikasi semua fasilitas yang berkontribusi terhadap klaim status multiple-star sertifikat BAP. Untuk memastikan pemisahan yang tepat dan ketertelusuran semua input dan output budidaya, komponen-komponen berikut harus ada: Budidaya yang membeli semua post larva udang, fish fry (bayi ikan) atau fingerling, dan pakan dari sumber bersertifikat BAP harus menjaga catatan mengenai sumber material stok dan pakan yang digunakan. Budidaya yang membeli bahan stok dan pakan dari dua sumber yang bersertifikat BAP dan tidak bersertifikat BAP, harus mengidentifikasi semua sumber dan memiliki sistem yang memadai untuk mencegah pencampuran lot produksi BAP dan non-BAP. Untuk memungkinkan verifikasi keseimbangan massa produk multiple–star, budidaya yang bersertifikat harus mengelola daftar, termasuk tanggal dan volume panen dari budidaya, fasilitas dimana mereka menjual atau mengirim produk. Sejumlah penelusuran ke belakang dan ke depan dilakukan oleh auditor akan menetapkan volume budidaya. Penggunaan Logo BAP Penggunaan logo Best Aquaculture Practices, merek dagang terdaftar dari Global Aquaculture Alliance, untuk tujuan apa pun harus disetujui oleh BAP di awal dan digunakan sesuai dengan perjanjian penggunaan merek dagang BAP. Keluhan Pelanggan Pemohon harus mempersiapkan dan melaksanakan sistem yang efektif untuk pengelolaan atas pengaduan dan keluhan data untuk mengontrol dan memperbaiki kekurangan yang berkaitan dengan kesesuaian produk terhadap standar BAP. Standar 18.1:Fasilitas harus mengoperasikan sebuah sistem pencatatan yang efektif, yang tersedia tepat waktu, terorganisir, akurat, dilakukan dan diawasi oleh orang terlatih yang telah ditunjuk atau tim yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan data, memastikannya lengkap dan akurat, dan bahwa persyaratan ketertelusuran telah terpenuhi. 18.2:Fasilitas harus menyimpan catatan lengkap dan akurat untuk setiap unit budidaya dan siklus produksi, termasuk nomor identifikasi unit budidaya, satuan luas dan volume, spesies, dan, jika tersedia, spesifikasi spesies seperti triploid atau GMO. 65
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 18.3:Fasilitas harus menyimpan catatan lengkap dan akurat mengenai penggunaan antibiotik atau obat lainnya di fasilitas itu. 18.4:Catatan yang lengkap dan akurat harus dipelihara tentang penggunaan sulfit dan bahan tambahan/bantuan pengolahan pangan yang disetujui pada udang, sebagaimana penggunaan herbisida, algisida, dan pestisida lainnya. 18.5:Catatan lengkap dan akurat mengenai produsen dan jumlah lot untuk setiap pakan yang digunakan harus dipelihara. 18.6:Fasilitas harus memelihara catatan lengkap dan akurat mengenai sumber dan jumlah post larva atau stok fingerling; tanggal stok dan semua pakan yang digunakan untuk setiap unitkultur. 18.7:Catatan lengkap dan akurat mengenai tanggal panen, kuantitas panen, nomor dokumen perpindahan (jika ada), dan fasilitas penerima atau pembeli, harus dikelola. Jika lot produk ditentukan untuk lebih dari satu fasilitas atau pembeli, setiap lot harus diidentifikasi secara terpisah. 18.8:Untuk menggunakan logo BAP, fasilitas harus memiliki persetujuan dan telah terdaftar sebelumnya dengan Manajemen BAP. 18.9:Fasilitas harus menyimpan catatan dari setiap keluhan pelanggan terkait dengan kesesuaian produknya terhadap standar BAP. 18.10: Fasilitas harus menyimpan catatan investigasi mengenai keluhan tersebut dan tindakan yang diambil untuk mengatasi/memperbaikinya.
19. Standar Spesifik Udang Lingkungan Manajemen Limbah Pertukaran air harus dibatasi untuk mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan. Keamanan Pangan Panen dan Transpor Sulfit harus ditangani secara bertanggung jawab untuk mengendalikan risiko kepada konsumen dan lingkungan.
66
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Jika udang diperlakukan dengan sulfit di peternakan pada saat panen, protokol untuk praktik ini harus disediakan. Karena sulfit larut yang digunakan dapat menyebabkan penipisan lokal konsentrasi oksigen terlarut dalam pembuangan badan air, yang solusinya adalah dengan menahannya di tangki atau kolam kecil sampai sulfit telah teroksidasi sepenuhnya, setidaknya selama 48 jam. Aerasi mekanis akan mempercepat oksidasi. Ketika konsentrasi oksigen terlarut pada larutan mencapai 4 atau 5 mg/L, sulfit telah sepenuhnya dikonversi ke sulfat. Contoh: Larutan sulfit dapat diobati dengan 0,4 kg kapur/L untuk menetralkan keasaman sebelum terakhir dilepaskan ke perairan alami. Standar 19.1:Laju pertukaran air rata-rata tidak melebihi 10% per hari (yaitu, secara tahunan, 36 x total volume kolam). Batas ini tidak berlaku untuk tambak udang di padang pasir. 19.2:Jika digunakan, sulfit harus diterapkan dengan cara yang akan menghasilkan konsentrasi jaringan dalam batas regulasi. 19.3:Larutan sulfit akan dinonaktifkan atau dinetralisir, misalnya dengan retensi 48 jam, sebelum dilepaskan ke badan air alami.
20. Standar Spesifik Tilapia Lingkungan Penggunaan Hormon untuk Memproduksi Benih Laki-Laki Ketika hormon digunakan untuk memproduksi semua benih laki-laki, catatan aplikasi hormon harus dipelihara. Karyawan yang bekerja dengan metil testosteron akan diinstruksikan untuk memakai pakaian pelindung dan masker dengan filter udara. Fasilitas ini harus menghindari pelepasan air yang diperlakukan dengan metil testosteron langsung ke lingkungan. Pelaksanaan Analisis fillet ikan nila telah menunjukkan bahwa penggunaan metil testosteron atau hormon terkait untuk memproduksi semua benih laki-laki tidak menghasilkan residu testosteron lebih tinggi daripada yang ditemukan secara alami pada ikan kontrol. Namun demikian, produsen didorong untuk menggunakan metode lain untuk mendapatkan semua benih laki-laki. Untuk meminimalkan dampak lingkungan, biofiltrasi/bioremediasi di lokasi, seperti filter menetes atau membangun lahan basah, dapat digunakan. 67
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Standar 20.1:Jika hormon digunakan selama produksi benih, pekerja harus dilatih dalam penanganan hormon dan memakai pakaian pelindung dan masker dengan filter udara. 20.2:Fasilitas harus menghindari pelepasan air yang diperlakukan dengan metil testosteron langsung ke lingkungan, misalnya dengan mempertahankannya selama minimal 48 jam.
68
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran A Kriteria Kualitas Air Limbah BAP – Semua Budidaya Kolam Variabel (unit)
Nilai Awal
Akhir Frekuensi (setelah 5 tahun) Pengumpulan
pH (unit pH standar)
6.0 - 9,5
6.0 - 9.0
Bulanan
Total padatan tersuspensi (mg/L)
50 atau kurang
25 atau kurang
3 bulanan
Fosfor terlarut (mg/L)
0.5 atau kurang
0.3 atau kurang
Bulanan
Total nitrogen amonia (mg/L)
5 atau kurang
3 atau kurang
Bulanan
Permintaan oksigen biokimia 5 hari (mg/L)
50 atau kurang
30 atau kurang
3 bulanan
Oksigen terlarut (mg/L)
4 atau lebih
5 atau lebih
Bulanan
Klorida
Tidak ada pembuangan
Tidak ada pembuangan
Bulanan
800 mg/L klorida di dalam air tawar
550 mg/L klorida di dalam air tawar
Air dengan kadar garam kurang dari 1 ppt, konduktansi spesifik di bawah 1.500 mmhos/cm atau klorida kurang dari 550mg/L dipertimbangkan sebagai air tawar.
69
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran B Formulir Pemantauan Sampel Limbah – pH dan Oksigen Terlarut Tanggal (hari/bln/thn)
Pagi
pH (unit standar) Siang Rata-rata
Pagi
Oksigen Terlarut (mg/L) Siang Rata-rata
____/01/____ ____/02/____ ____/03/____ ____/04/____ ____/05/____ ____/06/____ ____/07/____ ____/08/____ ____/09/____ ____/10/____ ____/11/____ ____/12/____ Rata-Rata Tahunan
Formulir Pemantauan Sampel Limbah – Fosfor Terlarut, Total Nitrogen Amonia, Klorida 70
No. Unit Dipanen
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Tanggal (hari/bln/thn)
Fosfor Terlarut (mg/L)
Total Nitrogen Amonia (mg/L)
Klorida (mg/L)
No. Unit Dipanen
____/01/____ ____/02/____ ____/03/____ ____/04/____ ____/05/____ ____/06/____ ____/07/____ ____/08/____ ____/09/____ ____/10/____ ____/11/____ ____/12/____ Rata-Rata Tahunan
Formulir Pemantauan Sampel Limbah – Total Padatan Tersuspensi, Permintaan Oksigen Biokimia 5-Hari
71
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 3 Bulan
Tanggal (hari/bln/thn)
Total Padatan Tersuspensi (mg/L)
Permintaan Oksigen Biokimia 5-hari (mg/L)
1 2 3 4 Rata-Rata Tahunan
Lampiran C Perhitungan Tahunan Volume Limbah Estimasi volume limbah tahunan ditentukan menggunakan salah satu persamaan berikut. 72
No. Unit Dipanen
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Perhitungan Pembuangan Budidaya Persamaan 1 – Metoda Pompa Pengeluaran Pembuangan di budidaya (m3/tahun) = Pompa pengeluaran (m3/min) x Rata-rata waktu operasi pompa (jam/hari) x 60 menit/jam x 365 hari/tahun Persamaan 2 – Metode Pertukaran Air Pembuangan di budidaya dalam m3/tahun = [Volume kolam dalam m3 x jumlah panen/tahun] + [Volume kolam dalam m3 x rata-rata pertukaran air harian sebagai tingkat fraksi volume kolam x DOC rata-rata x jumlah panen/tahun] Persamaan 3 – Metode Daerah Aliran Sungai (DAS) Limbah = (Air yang ditambahkann + Curah hujan + Limpasan) - (Rembesan + Penguapan) + (Volume budidaya, hari 1 - Volume budidaya, hari 365) Persyaratan persamaan ini dapat diperkirakan sebagai berikut: Tambahan air (m3) = kapasitas pompa (m3/jam) x Operasional pompa (jam/th) atau metode lain yang sesuai Curah hujan (m3) = Curah hujan tahunan (m) x Luas permukaan air budidaya (m2) Limpasan (m3) = Curah hujan tahunan (m) x DAS (m2) × 0,25 Rembesan (m3) = Luas permukaan air di budidaya (m2) x 0,55 m/tahun Penguapan (m3) = Panci penguapan Klas A (Class A pan evaporation) (m/th) x 0,8 x Luas permukaan air di pembenihan (m2) Volume Budidaya = Kedalaman rata-rata [dari kolam (m) – Jarak rata-rata level air di bawah struktur banjir (m)] x Luas permukaan air di budidaya (m2) Data tambahan Program BAP akan menggunakan data yang disediakan oleh formulir aplikasi fasilitas untuk menghitung: indeks penggunaan air tahunan, ditentukan seperti yang dijelaskan di bawah indeks beban tahunan untuk total padatan tersuspensi, fosfor larut, jumlah nitrogen amonia, dan kebutuhan oksigen biokimia 5 hari, ditentukan seperti yang dijelaskan di bawah ini. Dikumpulkan, data anonim untuk beban dan indeks yang akan digunakan sebagai dasar untuk menetapkan standar metrik pada Juni 2015.
73
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 Beban Limbah Tahunan Variabel beban kualitas air lebih menunjukkan potensi pencemaran pada limbah fasilitas daripada pengukuran terpisah konsentrasi variabel dan volume limbah. Setelah tahun pertama pemantauan limbah, beban tahunan untuk total padatan tersuspensi, fosfor larut, jumlah nitrogen amonia, dan kebutuhan oksigen biokimia 5 hari dihitung sebagai berikut: Persamaan 4 Beban variabel (kg/th) = Pembuangan di budidaya (m3/th) x [Rata-rata konsentrasi variabel tahunan pada limbah – Rata-rata konsentrasi variabel tahunan pada sumber air (mg/L, sama seperti g/m3)] x 10-3kg/g Penggunaan Air dan Indeks Beban Meskipun bukan praktik yang disarankan, dimungkinkan untuk memenuhi kriteria kualitas air numerik dengan meningkatkan jumlah air yang melewati budidaya untuk mencairkan konsentrasi variabel diuji. Kesesuaian dengan indeks penggunaan air menjamin bahwa fasiltas memenuhi kriteria kualitas air melalui manajemen yang baik daripada menipiskan mencairkan limbah sebelum dilepaskan ke perairan alami. Setelah tahun pertama pemantauan limbah, penggunaan air dan indeks beban harus diperkirakan dengan menggunakan persamaan berikut. Persamaan 5 Indeks penggunaan air (m3/kg ikan atau krustasea) = Volume limbah tahunan (m3) ÷ Produksi ikan atau krustasea tahunan (kg) Persamaan 6 Indeks beban (kg variabel/mt ikan atau krustasea) = Variabel beban tahunan variabel (kg/tahun) ÷ Produksi ikan atau krustasea tahunan (mt/th)
Contoh: Penggunaan Air, Indeks Beban untuk Estimasi Limbah Tahunan dengan Metode Pertukaran Air - Volume Kolam Budidaya memiliki kolam seluas 100 ha dengan kedalaman rata-rata 1 m, dengan ratarata pertukaran air sebanyak 2.5% volume kolam/hari. Ada 2,3 panen/tahun, dan ratarata jarak antar panen 120 hari. Sumber air di fasilitas mengandung rata-rata 10 mg/L 74
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 total padatan tersuspensi (TSS), 0.03 mg/L fosfor larut (S.P.), 0.15 mg/L total nitrogen amonia (TAN), dan 1.5 mg/L kebutuhan okigen biokimia (BOD). Limbah budidaya rata-rata mengandung 45 mg/L TSS, 0.19 mg/L S.P., 0.87mg/L TAN dan 9.6 mg/L BOD. Produksi tahun sebelumnya adala 230.000 kg (230 mt). Perhitungan Volume kolam = 100 ha x 10,000 m2/ha x 1 m = 1,000.000 m3 Volume limbah tahunan = [1.000.000 m3/panen x 2,3 panen/th] + [1.000.000 m3 x 0.025 volume kolam/hari x 120 hari/panen x 2,3 panen/th] = 9.200.000 m3/th Kandungan TSS = (45 – 10 g/m3)(9.200.000m3/th)10-3 = 322.000 kg/th Kandungan S.P. = (0.19 – 0.03 g/m3)(9,200,000m3/th)10-3 = 1.472 kg/th Kandungan TAN = (0.87 – 0.15 g/m3)(9,200,000m3/th)10-3 = 6.624 kg/th Kandungan BOD = (9.6 – 1.5 g/m3)(9,200,000m3/th)10-3 = 74.520 kg/th Indeks penggunaan air = (9.2000.000 m3/th)/ (230.000 kg ikan atau krustasea/th) = 40 m3/kg ikan atau krustasea Indeks TSS = (322.000 kg/th)/(230 mt ikan atau krustasea) = 1.400 kg TSS/mt ikan atau krustasea Indeks S.P. = (1.472 kg/th)/(230 mt ikan atau krustasea) = 6,4 kg S.P./mt ikan atau krustasea Indeks TAN = (6.624 kg/th)/(230 mt ikan atau krustasea) = 28,8 kg TAN/mt ikan atau krustasea Indeks BOD =(74.520kg/yr)/(230 mt ikan atau krustasea) = 324 kg BOD/mt ikan atau krustasea
Contoh: Penggunaan Air, Indeks Beban untuk Estimasi Limbah Tahunan dengan Metode Operasional Pompa Budidaya memiliki dua pompa yang membuang volume gabungan 136 m3/min. Pompa beroperasi rata-rata 8 jam/hari. Sumber air di budidaya rata-rata 75
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14 mengandung 10 mg/L total padatan tersuspensi (TSS), 0,03mg/L fosfor larut (S.P.), 0,15 mg/L total nitrogen amonia (TAN), dan 1,5 mg/L permintaan oksigen biokimia (BOD). Limbah budidaya mengandung 91 mg/L total padatan tersuspensi, 0,23 mg/L fosfor larut, 1,20 mg/L total nitrogen amonia, dan 12,7 mg/L permintaan oksigen biokimia. Produksi pada tahun sebelumnya adalah 378.000 kg (378 mt). Perhitungan Volume limbah tahunan = 136 m3/min x 60 min/jam x 8 jam/hari x 365 hari/th = 23.827.200 m3/th Kandungan TSS = (23.827.200 m3/th)(91 – 10g/m3)10-3 = 1.930.000 kg/th Kandungan S.P. = (23.827,200 m3/th)(0,23 – 0,03 g/m3)10-3 = 4.765 kg/th Kandungan TAN = (23.827.200 m3/th)(1,20 – 0,15 g/m3)10-3 = 25.018 kg/th Kandungan BOD = (23.827.200 m3/yr)(12,7 – 1.5 g/m3)10-3 = 266.865 kg/th Indeks penggunaan air = (23.827,200 m3/th)/ (378.000 kg ikan atau krustasea/th) = 63,0 m3/kg udang atau ikan Indeks TSS = (1.930.000 kg/th)/378 mt udang atau ikan) = 5.106 kg TSS/mt udang atau ikan Indeks S.P. = (4.765 kg/th)/(378 mt udang atau ikan) = 12,6 kg S.P./mt udang atau ikan Indeks TAN = (25.018 kg/th)/(378 mt udang atau ikan) = 66,2 kg TAN/mt udang atau ikan Indeks BOD = (266.865 kg/th)/(378 mt udang atau ikan) = 706 kg BOD/mt udang atau ikan Indeks TAN = (6.624 kg/th)/(230 mt udang atau ikan) = 28,8 kg TAN/mt udang atau ikan Indeks BOD = (74.520 kg/th)/(230 mt udang atau ikan) = 324 kg BOD/mt udang atau ikan
76
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran D Pemantauan Kualitas Air BAP Keramba dan Jaring di Danau dan Waduk Variabel Suhu Oksigen terlarut pH Chlorophyll-a Permintaan oksigen biokimia 5-hari Visibilitas secchi disk Total fosfor larut Total nitrogen amonia Limpahan phytoplankton dan spesies
77
Kedalaman Sampel Profil vertikal, selang 2-m Profil vertikal, selang 2-m Sama dengan kedalaman bagian tengah keramba Sama dengan kedalaman bagian tengah keramba Sama dengan kedalaman bagian tengah keramba Tidak tersedia Sama dengan kedalaman bagian tengah keramba Sama dengan kedalaman bagian tengah keramba Sama dengan kedalaman bagian tengah keramba
Frekuensi Pengumpulan Bulanan Bulanan 3 bulanan 3 bulanan 3 bulanan Mingguan 3 bulanan 3 bulanan 3 bulanan
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran E Indeks Beban untuk Keramba, Kandang Jaring Indeks penggunaan air tidak dapat diterapkan pada keramba dan jaring. Beban nitrogen dan fosfor yang diberlakukan pada keramba dan kandang jaring pada badan air Persamaan 1 Beban nitrogen (kg/tahun) = [Jumlah pakan (kg) x Nitrogen (% dalam pakan) ÷ 100] [Ikan Panen (kg) x Nitrogen (% dalam ikan) ÷ 100] Persamaan 2 Beban fosfor (kg/tahun) = [Jumlah pakan (kg) x Nitrogen (% dalam pakan) ÷ 100] - [Ikan Panen (kg) x Nitrogen (% dalam ikan) ÷ 100] * Dalam persamaan 1 dan 2, massa ikan dipanen juga dapat mencakup massa setiap ikan mati yang dikeluarkan dari keramba sebelum panen. Persamaan 3 Beban indeks nitrogen (kg/MT ikan) = beban nitrogen (kg/tahun) ÷ produksi ikan (MT/tahun) Persamaan 4 Indeks beban fosfor (kg/MT ikan) = beban fosfor (kg/tahun) ÷ produksi ikan (MT / tahun) Persentase nitrogen dalam pakan adalah persentase protein kasar dibagi dengan 6,25. Kandungan fosfor dalam pakan ikan nila adalah sekitar 1%, tetapi nilai yang tepat harus diukur atau diperoleh dari produsen pakan. Misalnya, ikan nila hidup biasanya mengandung 2,2% nitrogen dan fosfor 0,72%.
78
FCFS Issue 2, Rev. Sep-14
Lampiran F Formulir Ketertelusuran Produk Sampel Nama Budidaya
No Kolam atau Keramba
POSTLARVA ATAU FINGERLINGS Tanggal Pembenihan
PAKAN Tipe Pakan
Kuantitas Benih
Produsen
Spesies
Spesifikasi Spesies (mis., triploid, G.M.)
Pembenihan
Luas Kolam (ha)
No. Lot
No. BAP
Konfirmasi: Tidak Menggunakan Bahan Kimia yang Dilarang Secara Proaktif Yes No
Konfirmasi: Tidak Menggunakan Bahan Kimia yang Dilarang Secara Proaktif Yes No
PENGGUNAAN OBAT TERAPETIK Senyawa 1
PENGGUNAAN PESTISIDA Senyawa 1
Penyakit yang diobati
Kondisi yang diobati
Tingkat Aplikasi
Tingkat Aplikasi
Waktu Aplikasi
Waktu Aplikasi
Senyawa 2
Senyawa 2
Penyakit yang diobati
Kondisi yang diobati
Tingkat Aplikasi
Tingkat Aplikasi
Waktu Aplikasi
Waktu Aplikasi
PANEN Tanggal Panen Kuantitas Panen (kg)
79
Nama Pembeli Hasil Panen/ Alamat