Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016
ISSN : 2337 - 9952
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PENGETAHUAN, PENDAPATAN DAN POLA ASUH DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA DI DESA MEUDHEUN KECAMATAN JAYA KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2016 Masyudi1, Khadijah2 Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email:
[email protected]
1,2)
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif, pengetahuan, pendapatan dan pola asuh dengan tumbuh kembang anak balita di Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2016. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional Study. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita di Desa Meudheun berjumlah 74 orang. Sampel penelitian adalah total populasi sebanyak 74 orang, Pengumpulan data dilakukan dengan mengedarkan kuesioner dan observasi yang dilakukan dari tanggal 18 Juli sampai dengan 22 Juli 2015. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square dengan α = 0,05. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif (p value 0,009), pengetahuan (p value 0,006), pendapatan keluarga ( p value 0,009) dan pola asuh (p value 0,012) dengan tumbuh kembang anak balita di Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2016. Kata Kunci: ASI Eksklusif, Pengetahuan, Pendapatan, Pola Asuh, Tumbuh Kembang PENDAHULUAN Penyimpangan tumbuh kembang anak harus dideteksi sejak dini terutama sebelum umur 3 tahun karena merupakan periode masa emas. Selain itu pada usia 3 tahun jumlah sel otak dua kali lipat lebih banyak dari sel-sel otak orang dewasa. Apabila deteksi terlambat, maka penanganannya juga terlambat yang mengakibatkan penyimpangan yang sukar diperbaiki (Ambarwati, 2014). Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Ini telah banyak dibuktikan dalam berbagai penelitian, diantaranya penelitian longitudinal oleh Bloom mengenai kecerdasan yang menunjukkan bahwa kurun waktu 4 tahun pertama usia anak, perkembangan kognitifnya mencapai sekitar 50%, kurun waktu 8 tahun mencapai 80%, dan mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun (Saidah dalam Martalita, 2009) Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategi For Infrant And Young Child Feeding, Wordl Health Organization (WHO) dan United International Childrens Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu : Pertama, memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Kedua, memberikan hanya Air Susu 50
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016
ISSN : 2337 – 9952
Ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan.Ketiga, memberikan makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia enam bulan sampai 24 bulan.Keempat, meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Wiryo, 2010). Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Dari 34 provinsi di Indonesia terdapat 18 Provinsi dengan angka prevalensi gizi buruk dan kurang di atas angka nasional yaitu berkisar antara 21,2% sampai 33,1% dan salah satunya adalah Provinsi Aceh yang menduduki urutan ke 7 diantara 18 Provinsi di Indonesia dengan prevalensi gizi kurang sebesar 25% (Kemenkes RI, 2013). Sedangkan menurut Profil Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2014 dari 214,760 balita yang ditimbang berat badannya sebanyak 140,328 (65,3%) balita dengan gizi baik atau berat badan naik dan 5,940 (2,8%) balita dengan gizi kurang, gizi lebih 8.817 (2,4%) balita, sedangkan jumlah balita yang mengalami gizi buruk adalah 402 (0,1%) balita. Menurut Data Kabupaten Jaya pada tahun 2014 terdapat 18 kasus gizi buruk dan 140 (2%) balita mengalami gizi kurang. Sedangkan di Kecamatan Jaya terdapat 2 kasus gizi buruk dan 36 (2,9%) kasus gizi kurang dan persetase bayi yang mendapat ASI eksklusif di KabupatenAceh Jaya adalah 67,6% atau 529 dari 1.890 bayi dan Puskesmas Lamno dari 315 bayi hanya 67 (21,3%) saja yang diberikan ASI eksklusif (Dinkes Aceh Jaya, 2015). Berdasarkan data Puskesmas Lamno pada tahun 2015 di Desa Meudheun terdapat 5 kasus gizi kurang (Anonimous, 2015). Hasil pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Meudheun diketahui masih terrdapat balita yang tumbuh kembangnya belum sessuai terutama perkembangan motorik, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor heriditer, bayi pada saat usia 0-6 bulan tidak diberikan asi eksklusif, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai tumbuh kembang anak balita, pendapatan masyarakat yang rendah sehingga tidak mempu memenuhi asupan makanan bergizi dan pola asuh yang tidak benar. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional dimana penulis ingin mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif, pengetahuan, pendapatan dan pola asuh dengan tumbuh kembang anak balita. Penelitian ini telah di lakukan di di Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya Penelitian telah dilakukan dari tanggal 18 sampai dengan 22 Juli 2016 dan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu seluruh ibu yang memiliki anak balita di Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya berdasarkan data pada bulan Juni 2016 berjumlah 74 orang. Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan ibu balita. Pedoman wawancara menggunakan kuesioner yang disesuaikan dengan variabel penelitian agar diperoleh informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode analisis data dilakukan melalui analisis bivariate.
51
Masyudi, dan Khadijah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hubungan Pemberian ASI eksklusif dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil penelitian tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang anak Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya ditunjukkan dalam tabel 1 berikut: Tabel 1. Pemberian ASI Eksklusif dan Tumbuh Kembang Anak Balita Tumbuh Kembang No Sesuai Tidak sesuai n % N % 1 Ada 22 75,9 7 24,1 2 Tidak ada 19 42,2 26 57,8 Jumlah 41 33 Sumber : Data Primer Diolah 2016.
Total
Pemberian ASI Eksklusif
F
%
29 45 74
100 100
P value 0,009
Hasil analisis bivariat pada tabel di atas menunjukkan anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai lebih banyak dijumpai pada responden yang ada diberikan ASI eksklusif yaitu 75,9% dibandingkan dengan responden yang tidak ada diberikan ASI eksklusif yaitu 42,2%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang anak balita di Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2016 (p value= 0,009). Hubungan Pengetahuan dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan tumbuh kembang anak Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya ditunjukkan dalam tabel 2 berikut: Tabel 2. Pengetahuan dan Tumbuh Kembang Anak Balita Tumbuh Kembang Sesuai Tidak sesuai N % n % 1 Baik 24 75,0 8 25,0 2 Kurang 17 40,5 25 59,5 Jumlah 41 33 Sumber : Data Primer Diolah 2016. N Pengetahuan o
Total F
%
32 42 74
100 100
P value 0,006
Hasil analisa bivariat pada tabel di atas menunjukkan anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai lebih banyak dijumpai pada responden berpengetahuan baik yaitu 75% dibandingkan dengan responden berpengetahuan kurang yaitu 40,5%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan tumbuh kembang anak balita di Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2016 (p value= 0,006). 52
ISSN : 2337 – 9952
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016
Hubungan Pendapatan dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil penelitian tentang hubungan pedapatan dengan tumbuh kembang anak Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya ditunjukkan dalam tabel 3 berikut: Tabel 3. Pendapatan dan Tumbuh Kembang Anak Balita
1
Tinggi
Tumbuh Kembang Sesuai Tidak sesuai n % n % 22 75,9 7 24,1
2
Rendah
19
Jumlah
41
No
Pendapatan
42,2
26
57,8
33
Total F
%
29
100
45
100
P value
0,009
74
Sumber : Data Primer Diolah 2016. Hasil analisa bivariat pada tabel di atas menunjukkan anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai lebih banyak dijumpai pada responden dengan tingkat pendapatan tinggi yaitu 75,9% dibandingkan dengan responden pendapatan rendah yaitu 42,2%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dengan tumbuh kembang anak balita di Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2016 (p value= 0,009). Hubungan Pola Asuh dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil penelitian tentang hubungan pola asuh dengan tumbuh kembang anak Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya ditunjukkan dalam tabel 4 berikut: Tabel 4 Pola Asuh dan Tumbuh Kembang Anak Balita Tumbuh Kembang No Pola Asuh Sesuai Tidak sesuai n % n % 1 Benar 28 70,0 12 30,0 2 Salah 13 38,2 21 61,8 Jumlah 41 33 Sumber : Data Primer Diolah 2016.
Total F
%
40 34 74
100 100
P value 0,012
Hasil analisa bivariat pada tabel di atas menunjukkan anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai lebih banyak dijumpai pada responden dengan pola asuh benar yaitu 70% dibandingkan dengan responden pola asuh salah yaitu 38,2%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pola asuh dengan tumbuh kembang anak balita di Desa Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2016 (p value= 0,012). 53
Masyudi, dan Khadijah
Pembahasan Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil uji statistic Chi-square di peroleh P value= 0,009 hal ini menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang anak balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai pada responden yang ada diberikan ASI eksklsif lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden yang tidak ada diberikan ASI eksklusif. Sedangkan untuk anak balita dengan tumbuh kembang yang tidak sesuai pada responden dengan yang tidak diberikan ASI eksklusif lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang diberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marimbi (2010) yang menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI eksklsif dengan tumbuh kembang bayi. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hastuti (2010) juga menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan tumbuh kembang anak balita. Air susu Ibu merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulanbulan pertama, sebab memenuhi syarat- syarat kesehatan. ASI mengandung semua nutrient untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan, ASI tidak memberatkan fungsi traktus, degestivus, dan ginjal serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal (Maryunani, 2012). Air Susu Ibu adalah makanan terbaik untuk bayi, ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan serta perkembangan bayi secara optimal (Sulistyoningsih, 2011). Menurut peneliti sebagian besar anak balita tidak mendapat Asi eksklusif, namun demikian tidak semua anak balita yang mendapat ASI eksklusif memiliki tumbuh kembang yang sesuai, sebagai mana hasil penelitian masih ada 24,1% yang mendapat ASI eksklsuif tetapi tumbuh kembang tidak sesuai hal ini dapat disebabkan oleh pengetahuan ibu yang kurang, sebaliknya terdapat 42,2% anak balita yang tidak ada diberikan ASI eksklusif akan tetapi mengalami tumbuh kembang yang sesuai hal ini dapat disebabkan oleh pola asuh yang baik Hubungan Pengetahuan dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil uji statistic Chi-square di peroleh P value= 0,006 yang menunjukkan menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan tumbuh kembang anak balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai pada responden berpengetahuan baik lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden berpengetahuan kurang. Sedangkan untuk anak balita dengan tumbuh kembang yang tidak sesuai pada responden berpengetahuan kurang lebih besar bila dibandingkan dengan responden berpengetahuan baik Hasil penelitian ini mendukung penelitian Agus (2013) yang menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu kejadian stunting anak balita. Penelitian Ambarwati (2014) menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan pada anak. Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi dalam keluarga adalah kurangnya pengetahuan ibu rumah tangga akan hubungan makanan dan kesehatan. Di samping itu juga tingkat pengetahuan ibu yang rendah akan memperkecil peluang untuk mendapat penghasilan yang memadai dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarga, selain itu tingkat pengetahuan ibu rumah tangga yang rendah juga 54
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016
ISSN : 2337 – 9952
membatasi penerimaan informasi sehingga tingkat pengetahuan gizi juga rendah. Semakin tinggi pengetahuan ibu rumah tangga , maka semakin diperhitungkan jenis dan juga makanan yang dipilih atau di konsumsi oleh keluarga. Dan juga dapat memilih makanan yang menarik dan menyediakan pilihan berdasarkan nilai gizi pada makanan tersebut (Sediaoetama, 2010). Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Hal lainnya yang menyebabkan gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan seharihari (Suhardjo, 2003). Menurut asumsi peneliti terhadap hasil penelitian adalah dengan adanya pengetahuan ibu yang baik maka akan dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam meningkatkan derajat kesehatan anak-anaknya seperti memberikan makanan yang bergizi dan melakukan stimulasi dini terhadap perkembangan motorik anak, sebaliknya semakin kurang pengetahuan ibu tumbuh kembang anak maka juga akan menyebabkan kurangnya kesadaran ibu terhadap kesehatan anaknya. Hubungan Pendapatan dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil uji statistic Chi-square di peroleh P value= 0,009 yang menunjukkan menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dengan tumbuh kembang anak balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai pada responden pendapatan tinggi lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden pendapatan rendah. Sedangkan untuk anak balita dengan tumbuh kembang yang tidak sesuai pada responden pendapatan rendah lebih besar bila dibandingkan dengan responden pendapatan tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh oleh Lisa (2012) yang menunjukkan ada hubungan antara tingkat kesejahteraan keluarga dengan tumbuh kembang anak di di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hastuti (2010) juga menunjukkan ada hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan tumbuh kembang anak balita. Salah satu penyebab malnutrisi (kurang gizi) di Indonesia diantaranya karena daya beli yang rendah dari para keluarga yang kurang mampu. Sebagian besar masalah gizi kurang disebabkan oleh faktor ekonomi dan sosial budaya yang secara nyata telah memberikan gambaran menyeluruh mengenai masalah gizi di daerah masyarakat miskin (Khomsan, 2010). Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar Departemen dan kelompok profesi melalui upaya- upaya yang salah satunya adalah peningkatan status sosial ekonomi. Semua upaya itu bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beraneka ragam dan seimbang dalam mutu gizi (Almatsier, 2003). Tingkat penghasilan akan mempengaruhi pemilihan terhadap bahan makanan apa yang akan dibeli. Jadi penghasilan merupakan faktor penting bagi kwantitas dan kualitas makanan. Antara penghasilan dan gizi, jelas ada hubungannya. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga berkaitan dengan status gizi yang berlaku hampir universal (Oktarina, 2014). Menurut peneliti masih adanya permasalahan tumbuh kembang anak yang tidak sesuai merupakan salah satu akibat dari rendahnya tingkan pendapatan keluarga, 55
Masyudi, dan Khadijah
sehingga dengan rendahnya tingkat penghasilan, keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan aneka ragam makanan, sehingga asupan gizi pada anak balita juga berkurang. Hubungan Pola Asuh dengan Tumbuh Kembang Anak Balita Hasil uji statistic Chi-square di peroleh P value= 0,012 yang menunjukkan menunjukkan ada hubungan antara pola asuh dengan tumbuh kembang anak balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita dengan tumbuh kembang yang sesuai pada responden pola asuh benar lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden pola asuh salah. Sedangkan untuk anak balita dengan tumbuh kembang yang tidak sesuai pada responden pola asuh salah lebih besar bila dibandingkan dengan responden pola asuh benar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisa (2012) yang menunjukkan ada hubungan antara stimulasi dari orang tua dengan tumbuh kembang anak di di Kelurahan Brontokusuman Kecamatan Mergangsan Yogyakarta. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hastuti (2010) juga menunjukkan ada hubungan antara pola asuh dengan tumbuh kembang anak balita. Perhatian dan kasih sayang yang penuh dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan balita akan berjalan normal. Jumlah anak dalam keluarga juga dapat mempengaruhi interaksi yang terjadi dalam keluarga. Interaksi timbal balik antara orang tua dan anak akan menimbulkan keakraban dalam keluarga, Sehingga komunikasi dalam keluarga akan berjalan dengan baik. Raksi ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayang (Ambarwati, 2014). Kehidupan seorang anak sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor lingkungan maupun genetik. Dari faktor lingkungan salah satu faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan orang tua terutama ibu tentang stimulasi perkembangan. Keterlibatan orang tua dalam pemberian stimulasi perkembangan anak sangat penting. Perkembangan anak yang mendapat stimulasi yang efektif akan lebih cepat daripada perkembangan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Perkembangan diperlukan stimulasi yang terarah. Sehingga diharapkan orang tua yang telah memiliki pengetahuan tentang stimulasidapat mengaplikasikan dengan memberikan stimulasi perkembangan yang efektif dan terarah kepada anaknya agar perkembangan motorik kasar pada anak akan lebih optimal (Soetjiningsih, 2004). Menurut peneliti masih pola asuh yang diterapkan oleh responden pada umumnya seudah benar namun masih ada juga responden dengan pola asuh yang salah seperti tidak memberikan aneka ragam makanan, tidak melakukan stimulasi kepada anak-anak seperti mendongeng dan melatik kemampuan motorik anak PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif, pengetahuan, pendapatan, dan pola asuh dengan tumbuh kembang anak balita di Meudheun Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2016. 56
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016
ISSN : 2337 – 9952
Saran 1. Diharapkan kepada Puskesmas Lamno agar dapat memberikan penjelasan kepada ibu yang memiliki bayi untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi yang berusia 0-6 bulan. 2. Diharapkan kepada petugas puskesmas Lamno agar dapat memberikan informasi kepada ibu yang mempunyai anak balita tentang pola asuh anak balita dan cara melakukan stimulasi tumbuh kembang anak. DAFTAR PUSTAKA Agus, H., 2013, Kajian Stunting pada anak balita ditinjau dari pemberian Asi Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi Dan Karakteristik Keluarga di Kota Banda Aceh: Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.6 No.2, November 2013, 169 – 184. Almatsier, S., 2003. Prisip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ambarwati, E. R., Yahya, A. P., & Sutanto, A. V. 2014. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Tumbuh Kembang Dengan Perkembangan Pada Anak.Jurnal Kesehatan Samodra ILMU, 5(2). Amiruddin, R., 2008. Mengenal Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Makasar: Bagian Epidemiologi FKM Unhas.
Anonimous, 2015. Laporan Bulanan Penimbangan Balita, Lamno: Puskesmas Lamno. Kemenkes RI., 2013, Pedoman PelaksanaanStimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: IDAI. Marimbi, H, 2010, Eksklusifdan Yang Tidak Diberi ASI Eksklusif , Jakarta: Purwigono. Maryunani, 2012, Inisiasi Menyusu Dini, Asi Eksklusif dan Manajemen Laktasi, Jakarta: CV. Trans Info Media. Oktarina Z. & Sudiarti T., 2014, Faktor Risiko Stunting Pada Balita (24-59 Bulan) Di Sumatera, Jurnal Gizi dan Pangan, 2014;8(3). Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak, yogyakarta: edisi pertama, Graha Ilmu. Suhardjo, 2003, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Jakarta: Bumi. Soetjiningsih, 2004, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC. Wiryo, 2010, Gambaran Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Tumbuh kembang Anak Usia 0-24 Bulan di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan. Tesis FKM USU.
57