JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
46
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK DEBITUR BERDASARKAN PRINSIP 5C TERHADAP KREDIT BERMASALAH (Studi Kasus Pada PT. Mega Central Finance Cabang Bangka) SEPTIAN SURYA KENCANA HARIYANI FERY PANJAITAN Management Program STIE-IBEK Bangka Belitung Pangkal Pinang, Indonesia
[email protected] Abstract-This study aims to determine how much influence the aspects of 5C Principles (Character, Capacity, Capital, Collateral, and Condition of Economy) toward Non Performing Loans on PT. Mega Central Finance branch Bangka. The method used is descriptive method with quantitative analysis. Total population in this study were 376 debtors and total sample used is 80 respondent. Sample selection using techniques probability sampling types simple random sampling. Data collection techniques in this research was using a field research and library research. Data collection tool has been used is questionnaire with Likert scale. Requirement analysis test using Normality test and Multicollinearity test. The analysis model used is Multiple Linear Regression analysis. In this research, t-test (partial) and F-test (simultaneous) was uses to verify and to prove the research hypothesis. The results showed that; Character (X1), Capacity (X2), Capital (X3), Collateral (X4), and Condition of Economy (X5) debtor have a significant influence toward Non Performing Loans (Y) on PT. Mega Central Finance branch Bangka either partially or simultaneously. Keywords: Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy, and Non Performing Loans.
I.
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia juga terus meningkat. Sebagai makhluk ekonomi (Homo economicus), manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak terbatas. Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia dihadapkan dengan masalah keterbatasan sumber daya, salah satunya adalah sumber daya modal. Ada banyak perumusan yang berlainan mengenai modal, biasanya modal dianggap terdiri dari uang tunai, kredit, hak membuat dan menjual sesuatu (paten), mesin-mesin dan gedung-gedung. Modal berupa uang digunakan sebagai alat pembayaran yang sah untuk mempermudah manusia mendapatkan barang dan jasa, namun sumber pendapatan yang terbatas menyebabkan manusia memilih berbagai alternatif untuk mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan. Kredit merupakan salah satu alternatif
yang diminati masyarakat sebagai jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat. Kredit adalah pemberian pinjaman kepada pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk membayar kembali beserta bunganya selama jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau semua badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang atau jasa (Thomas S. dkk, dalam Nur Wahyuntoro, 2012). Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan (kredit) dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal disebut lembaga pembiayaan, pengertian tentang lembaga pembiayaan ini disebutkan dalam pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan bentuk usaha yang dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan meliputi: Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan menyebutkan bahwa “Perusahaan pembiayaan merupakan badan usaha diluar Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan usaha: Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Usaha Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen”. Di Indonesia, Pertumbuhan perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan konsumen (Consumer Finance) kian pesat. Pada tahun 2015, Assosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mencatat sebanyak 102 perusahaan pembiayaan konsumen terdaftar sebagai anggota. Pembiayaan konsumen dalam bentuk kredit kepemilikan kendaraan bermotor merupakan sektor yang paling mendominasi, hal ini tidak lepas dari kebutuhan akan sarana transportasi yang semakin meningkat. PT. Mega Central Finance (MCF) merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang usaha pembiayaan
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
konsumen, khususnya kredit untuk kepemilikan kendaraan bermotor. Didalam kegiatan usahanya, PT. Mega Central Finance mendapatkan laba dari bunga kredit yang diberikan kepada nasabah (debitur). Penyaluran kredit yang diberikan oleh PT. Mega Central Finance tentunya tidak lepas dari risiko kredit. Risiko kredit (Credit risk) adalah suatu risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunga ataupun keduanya. Kredit bermasalah merupakan bentuk dari risiko yang ditakuti oleh perusahaan penyedia jasa kredit. Dengan munculnya kredit bermasalah, maka tingkat perputaran kas pada perusahaan akan semakin kecil, hal ini mengakibatkan aktivitas pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan menjadi terhambat. PT. Mega Central Finance mendefinisikan kredit bermasalah dengan menggunakan istilah overdue (OD), yaitu suatu kondisi dimana tagihan yang tidak dibayar telah melewati batas tanggal jatuh tempo yang telah disepakati oleh pihak penyedia kredit (kreditur) dan pihak penerima kredit (debitur). Kondisi perekonomian Indonesia yang kian lesu pada tahun 2015 memberi dampak signifikan bagi perusahaan pembiayaan nasional, termasuk PT. Mega Central Finance. Turunnya tingkat penghasilan dan daya beli masyarakat mengakibatkan terjadinya peningkatan persentase kredit bermasalah, seperti yang terjadi pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui tabel dibawah ini: TABEL 1 Tingkat perolehan overdue PT. Mega Central Finance cabang Bangka Jumlah OD OD% Bulan Unit September 701 157 22,39 2014 September 439 129 29,38 2015 Sumber: PT. MCF cabang Bangka, 2015 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat kredit bermasalah di PT. Mega Central Finance cabang Bangka ditahun 2015 mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Pada September 2014, jumlah debitur yang melakukan tunggakan pembayaran (overdue) adalah sebanyak 157 dari total 701 debitur dengan persentase 22,39%. Pada September 2015, jumlah overdue meningkat sebesar 6,99% menjadi 29,38% dengan jumlah tunggakan 129 dari total 439 debitur. Peningkatan persentase kredit bermasalah tersebut tentunya menjadi hal yang memprihatinkan bagi PT. Mega Central Finance, khususnya cabang Bangka yang menargetkan tingkat overdue pada bulan September 2015 berada dibawah 15%. Dalam rangka meminimalisir risiko terjadinya kredit bermasalah, PT. Mega Central Finance cabang Bangka melakukan penilaian terhadap karakteristik calon debitur dengan menggunakan instrumen analisa kredit yang juga dikenal sebagai azas Five C’s of Credit (Prinsip 5C). Aspekaspek yang dinilai dalam penerapan prinsip 5C adalah; Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal),
47
Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi). Penilaian tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh PT. Mega Central Finance cabang Bangka dalam pengambilan keputusan menerima (Accept) atau menolak (Reject) permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Hal ini sejalan dengan pendapat Kasmir (2012) yang mengemukakan bahwa “penerapan prinsip 5C dalam analisa pemberian kredit akan menghindari terjadinya kredit bermasalah yang tentunya akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan”. Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa upaya penerapan Prinsip 5C dilakukan oleh PT. Mega Central Finance cabang Bangka untuk meminimalisir risiko terjadinya kredit bermasalah. Mengingat upaya yang dilakukan oleh PT. Mega Central Finance cabang Bangka tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakteristik Debitur Berdasarkan Prinsip 5C Terhadap Kredit Bermasalah Pada PT. Mega Central Finance Cabang Bangka”. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Character (watak) debitur terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. 2) Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Capacity (kemampuan) debitur terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. 3) Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Capital (modal) debitur terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. 4) Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Collateral (jaminan) debitur terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. 5) Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. 6) Untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur secara simultan (bersama-sama) terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. II.
LANDASAN TEORI
1. Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa perancis kuno “ménagement” yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Istilah Manajemen juga berasal dari bahasa Inggris “to manage” yang memiliki arti; mengurus, menangani, mengelola, mengendalikan atau mengatur. George R. Terry (2006) mengemukakan bahwa manajemen adalah “proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain”.
2. Manajemen Risiko Risiko merupakan suatu ketidakpastian, secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi oleh seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
yang merugikan. Risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif. Seluruh kegiatan yang dilakukan baik oleh perorangan maupun perusahaan juga mengandung risiko, maka perlu dilakukan pencegahan dan upaya untuk meminimalisir risiko tersebut. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rangka mengelola dan mengendalikan risiko inilah yang disebut sebagai Manajemen Risiko (Basyaib, 2007). 3. Manajemen Risiko bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank Dalam melakukan kegiatan usahanya, Lembaga Jasa Keuangan Non Bank (LJKNB) tentunya tidak luput dari risiko. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 1/Pojk.05/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa: “Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bagi LJKNB”. Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan pengertian tentang manajemen risiko, yaitu dalam pasal 1 angka 11 yang berbunyi: “Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha LJKNB”.
48
Pembiayaan Konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, disamping kegiatan sewa guna usaha, anjak piutang, dan usaha kartu kredit. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan pasal 1 angka 7, yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen adalah: “kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran”. 8. Debitur Debitur merupakan lawan kata dari kreditur. Dalam hal ini, Debitur diartikan sebagai pihak yang berhutang kepada pihak lain (kreditur), biasanya dengan menerima sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang. Jika seorang debitur gagal membayar pada tenggang waktu yang dijanjikan, maka suatu proses koleksi formal dapat dilakukan oleh pihak kreditur yang kadang mengizinkan penyitaan harta milik debitur untuk memaksa pembayaran.
9. Prinsip 5C Prinsip 5C adalah suatu ukuran yang digunakan dalam analisa kredit untuk menilai karakteristik debitur dari beberapa aspek, yaitu: Character (karakter), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi). Pentingnya penerapan Prinsip 4. Lembaga Jasa Keuangan Non Bank 5C ditekankan dalam Penjelasan Undang-undang Republik Lembaga Jasa Keuangan Non Bank (LJKNB) adalah Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 8, yang badan usaha yang melakukan kegiatan dalam bidang keuangan berbunyi: “Kredit yang diberikan oleh bank mengandung yang secara langsung dan/atau tidak langsung menarik dana risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk masyarakat. Dasar hukum didirikannya Lembaga Jasa mengurangi risiko tersebut, jaminan pembelian kredit dalam Keuangan Non Bank adalah Surat Keputusan Menteri arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur Keuangan No.38/KMK/IV/I/1972 yang kemudian diubah untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. No.280/KMK.01/1989 mengenai Pembinaan dan Pengawasan Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan Lembaga Keuangan Bukan Bank dan peraturan perundangkredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama undangan lain yang berkaitan dengan usaha yang dijalankan. terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur”. 5. Lembaga Pembiayaan Perkembangan selanjutnya, Prinsip 5C tidak hanya Dalam pasal 1 angka 2 Keputusan Presiden No. 61 digunakan oleh Lembaga Perbankan, namun juga digunakan Tahun 1988 disebutkan bahwa: “Lembaga Pembiayaan adalah oleh Lembaga Jasa Keuangan Non Bank yang bergerak badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam dibidang jasa pembiayaan (kredit), salah satunya adalah PT. bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak Mega Central Finance. Penerapan Prinsip 5C digunakan oleh menarik dana secara langsung dari masyarakat”. Pengertian PT. Mega Central Finance untuk menilai kondisi kelayakan dari lembaga pembiayaan juga tercantum dalam Peraturan calon debitur guna menghindari terjadinya kredit bermasalah Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan yang disebabkan ketidakmampuan debitur dalam memenuhi pasal 1 angka 1 yang berbunyi sebagai berikut: “Lembaga kewajibannya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Kasmir Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan (2012) yang mengemukakan bahwa “penerapan prinsip 5C pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang dalam analisa pemberian kredit akan menghindari terjadinya modal”. kredit bermasalah yang tentunya akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan”, teori tersebut juga digunakan dalam 6. Perusahaan Pembiayaan penelitian terdahulu oleh Dita Aji Sanjaya (2014). Adapun Kegiatan Perusahaan Pembiayaan merupakan sebagian definisi aspek-aspek prinsip 5C menurut Kasmir (2012) kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan. Dalam adalah: pasal 1 angka 2 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun a) Character, yaitu keadaan watak dari debitur, baik dalam 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, disebutkan bahwa kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha. Kegunaan “Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah untuk Pembiayaan Konsumen, dan usaha Kartu Kredit”. memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Karakter 7. Pembiayaan Konsumen merupakan suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
b)
c)
d)
e)
orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Capacity, yaitu kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana calon debitur mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutang-hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. Capacity digunakan untuk melihat kemampuan debitur yang mengajukan kredit dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan kemampuannya untuk menjalankan usaha. Penilaian ini digunakan untuk melihat kemampuan debitur dalam mengembalikan kredit yang diberikan. Capital, yaitu jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Semakin besar modal, tentu semakin tinggi kesungguhan calon debitur dalam menjalankan usahanya dan perusahaan pembiayaan akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Penilaian capital ini digunakan untuk melihat penggunaan modal yang dipunyai debitur apakah efektif atau tidak. Keefektifan penggunaannya dapat dilihat melalui laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan menghitung likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja yang ada sekarang ini. Collateral adalah barang-barang yang diserahkan debitur sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Barang yang dijaminkan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah seperti kecelakaan atau hal-hal lain yang mengakibatkan peminjam tidak mampu membayar, maka pihak pemberi pinjaman dapat melakukan haknya atas jaminan yang dititipkan berdasarkan perjanjian kredit. Condition of Economy yaitu kondisi ekonomi, politik, sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi perekonomian pada kurun waktu tertentu yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kegiatan usaha nasabah/debitur. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prospek usaha calon debitur dimasa yang akan datang. Bidang usaha yang dijalani hendaknya benar-benar memilki prospek yang baik sehingga kemungkinan terjadinya kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
10. Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau semua badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang atau jasa (Thomas S. dkk, dalam Nur Wahyuntoro, 2012). Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa kredit adalah: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
49
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. 11. Kredit Bermasalah Kredit bermasalah merupakan bentuk dari risiko pembiayaan. Dalam peraturan OJK Nomor 1/Pojk.05/2015 pasal 1 angka 10 disebutkan bahwa: “Risiko Pembiayaan adalah risiko yang muncul akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada perusahaan pembiayaan”. Tunggakan kredit atau yang disebut dengan kredit bermasalah adalah kredit yang dapat menimbulkan persoalan, bukan hanya terhadap lembaga pemberi kredit, tetapi juga terhadap nasabah penerima kredit, karena itu bagaimanapun juga kredit ini harus diselesaikan dengan berbagai cara. Jika kredit tersebut menjadi macet, maka secara tidak langsung, juga akan merugikan masyarakat pemilik dana (Mahmoeddin, 2010). Menurut Mahmoeddin (2010), pengertian kredit bermasalah adalah “kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya”. PT. Mega Central Finance mendefinisikan kredit bermasalah dengan menggunakan istilah overdue (OD), yaitu suatu kondisi dimana tagihan yang tidak dibayar telah melewati batas tanggal jatuh tempo yang telah disepakati oleh pihak penyedia kredit (kreditur) dan pihak penerima kredit (debitur) dalam perjanjian kredit. Hal ini sejalan dengan pemikiran S. Mantayborbir (dalam Alamin Syahputra, 2011) yang mengungkapkan bahwa “suatu kredit dikatakan bermasalah karena debitur wanprestasi atau ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, misalnya pembayaran atas perhitungan bunga maupun utang pokok”. 12. Kerangka Berpikir Menurut Singungan (dalam Suriya, 2012), timbulnya Kredit Bermasalah tidak terlepas dari faktor internal yang ada pada debitur. Dalam melakukan penilaian terhadap karakteristik debitur digunakan instumen analisa kredit yang dikenal sebagai Prinsip 5C, yaitu: Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy, yang kesemuanya itu dapat memberikan penilaian kepada seorang debitur apakah layak untuk diberikan kredit atau tidak (Usman, dalam Sari Mukshinati 2011). Kasmir (2012) mengemukakan bahwa “penerapan prinsip 5C dalam analisa pemberian kredit akan menghindari terjadinya kredit bermasalah yang tentunya akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan”. Penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit dilakukan oleh perusahaan pembiayaan terhadap permohonan kredit yang diajukan dengan tujuan untuk menilai kondisi calon debitur dan untuk menghindari terjadinya Kredit Bermasalah yang disebabkan oleh ketidakmampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai yang disepakati dalam perjanjian kredit. Bentuk kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut:
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
50
Ha = GAMBAR 1 Kerangka Konseptual Penelitian
Diduga Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Hipotesis 6 H0 = Diduga Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. III.
Sumber: Diolah Peneliti
13. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori-teori yang telah dijabarkan sebelumnya, serta mengingat tujuan dilaksanakannya penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Deskriptif dengan menggunakan Pendekatan Kuantitatif. Penelitian Deskriptif sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012), yaitu: ”penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain”. Pengertian tentang metode Penelitian Kuantitatif menurut Sugiyono (2012) adalah “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”. Pendekatan Kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya lebih fokus pada data-data numerik (angka) yang diolah menggunakan metode stastitika. Pada umumnya penelitian yang menggunakan Pendekatan Kuantitatif merupakan penelitian sampel besar, karena pada pendekatan kuantitatif dilakukan penelitian inferensial yaitu dalam rangka melakukan pengujian hipotesis dan menyandarkan kesimpulan pada suatu tingkat signifikansi kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan menggunakan pendekatan ini, maka akan diperoleh signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti (Saifuddin Azwar, 2011).
Hipotesis 1 H0 = Diduga Character (watak) debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Character (watak) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Hipotesis 2 H0 = Diduga Capacity (kemampuan) debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Capacity (kemampuan) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Hipotesis 3 H0 = Diduga Capital (modal) debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. 1. Waktu dan Tempat Penelitian Mega Central Finance cabang Bangka. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, dimulai dari Ha = Diduga Capital (modal) debitur berpengaruh bulan September sampai dengan bulan Desember 2015. Objek signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. pada penelititan ini adalah PT. Mega Central Finance cabang Mega Central Finance cabang Bangka. Bangka yang beralamat di Jln. Depati Hamzah No.295 Ruko Hipotesis 4 Dahlia No.01 Kel. Semabung Lama, Kec. Bukit Intan, Kota H0 = Diduga Collateral (jaminan) debitur tidak Pangkalpinang, Prov. Kepulauan Bangka Belitung. berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. 2. Populasi dan Sampel Penelitian Ha = Diduga Collateral (jaminan) debitur berpengaruh Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh debitur PT. signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka yang memiliki Nomor Mega Central Finance cabang Bangka. Pokok Pembayaran (NPP) aktif pada bulan Desember 2015, Hipotesis 5 yaitu sebanyak 376 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, maka H0 = Diduga Condition of Economy (kondisi ekonomi) dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit untuk menentukan jumlah sampel yang akan digunakan dalam Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang penelitian ini. Melalui perhitungan yang telah dilakukan Bangka. www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
dengan menggunakan toleransi kesalahan 10%, maka ditentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 orang responden. 3. Variabel Penelitian Secara umum, variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis, antara lain: a) Variabel independen atau variabel bebas (X), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini meliputi; Character (X1), Capacity (X2), Capital (X3), Collateral (X4), dan Condition of Economy (X5). b) Variabel dependen atau variabel terikat (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini adalah Kredit Bermasalah. Adapun variabel independen dan variabel dependen tersebut diuraikan melalui tabel berikut:
Condition of Economy (X5)
Kredit Bermasalah (Y)
Kondisi ekonomi, politik, sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi perekonomian pada kurun waktu tertentu yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kegiatan usaha nasabah/debitur (Kasmir, 2012) Kredit yang tidak lancar atau kredit di mana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan (Mahmoeddin, 2010)
TABEL 2 Operasional Variabel Penelitian Variabel Character (X1)
Capacity (X2)
Capital (X3)
Collateral (X4)
Definisi Keadaan watak dari nasabah/debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha (Kasmir, 2012) Kemampuan yang dimiliki nasabah/debitur dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan (Kasmir, 2012) Jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh nasabah/debitur (Kasmir, 2012)
Barang-barang yang diserahkan nasabah/debitur sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya (Kasmir, 2012)
Indikator 1. Itikad dan tanggung jawab 2. Sifat atau watak/gaya hidup 3. Komitmen pembayaran 1. Pendapatan nasabah/debitur 2. Kemampuan dalam membayar angsuran 3. Kemampuan dalam menyelesaikan kredit tepat waktu 1. Sumber penghasilan tetap 2. Memiliki bidang usaha lain sebagai sumber penghasilan 3. Memiliki tabungan atau simpanan di Bank 1. Nilai jual barang jaminan yang diagunkan sebanding/melebihi plafond kredit. (Bila terjadi wanprestasi, agunan mudah dijual) 2. Jaminan bersifat fisik (sertifikat/BPKB/ Deposito), atau non fisik (kartu jamsostek, SK pegawai, referensi juru bayar, dan lain-lain) 3. Kepemilikan
51
barang jaminan dan keaslian dokumen 1. Pengembangan bisnis/usaha/investa si 2. Fluktuasi perekonomian 3. Kondisi sosial ekonomi/ problematika keluarga
1. Pembayaran bunga dan angsuran pokok melewati batas tanggal jatuh tempo yang disepakati 2. Memiliki denda atas keterlambatan pembayaran bunga dan angsuran pokok 3. Mendapat peringatan terkait keterlambatan pembayaran angsuran
Sumber: Diolah Peneliti
4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah: a) Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke objek yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi: 1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner, observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2012). Dalam hal ini, objek yang diteliti adalah PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Teknik observasi yang dilakukan mencakup pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan, serta usahausaha yang dilakukan oleh PT. Mega Central Finance cabang Bangka dalam rangka meminimalisir terjadinya tingkat kredit bermasalah. 2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung kepada responden maupun pihak-pihak lain yang terkait didalam penelitian untuk mendapatkan informasi-informasi penting yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2012).
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
3. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, kuesioner disebarkan kepada debitur PT. Mega Central Finance cabang Bangka untuk mengetahui tanggapan tentang variabel yang diteliti. b) Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menghimpun data berdasarkan karya tertulis. Penelitian ini dilakukan penulis dengan dengan cara mempelajari, menelaah, serta mengkaji berbagai bacaan dan literatur (buku, dokumen, artikel, website internet) yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. 5. Teknik Pengukuran Variabel Teknik pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2012), skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penggunaan skala Likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijabarkan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan tentang permasalahan yang diteliti. Setiap item pertanyaan yang menggunakan skala likert tidak memiliki jawaban salah atau benar, tetapi jawaban dari responden terletak dalam satu rentang skala yang menunjukan kondisi responden. Pengukuran variabel dilakukan menggunakan data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner, kemudian dilakukan penilaian dengan cara mengakumulasi skor pada setiap jawaban responden. Berikut ini bobot penilaian pada skala Likert: TABEL 3 Bobot Penilaian Pernyataan Sangat setuju/Selalu Setuju/Sering Kurang setuju/Kadang-kadang Tidak setuju/Jarang Sangat tidak setuju/Tidak pernah
Skor 5 4 3 2 1
Sumber: Sugiyono (2012) 6. Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut: a) Editing, yaitu proses pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul, tujuannya adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi (Hasan, 2006). Editing dalam penelitian ini yaitu mengecek atau mengoreksi kuesioner penelitian yang telah disebar. Apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian data, maka dapat segera diperbaiki. b) Coding, yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama (Hasan, 2006). Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis. Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengklarifikasikan jawaban responden menurut kriteria tertentu, seperti memberi kode “SS” untuk jawaban “Sangat setuju”.
52
c) Scoring, yaitu pemberian skor atau nilai terhadap jawaban yang telah dikumpulkan melalui kuesioner untuk memperoleh data kuantitatif yang diperlukan. Penentuan skor dalam penelitian ini berdasarkan skala Likert, dimana terdapat lima alternatif jawaban yang masing-masing jawaban memiliki bobot penilaian tersendiri. d) Tabulating, yaitu pembuatan tabel-tabel yang berisi data dan telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan (Hasan, 2006). Tabulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengelompokan data-data yang didapat dari hasil kuesioner, kemudian dimasukan ke dalam tabel-tabel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Misalnya hasil jawaban responden tentang variabel X1 dimasukan ke dalam tabel variabel X1, jawaban tentang variabel X2 dimasukan ke dalam tabel variabel X2, dan seterusnya. e) Entry, yaitu proses memasukan data yang diperoleh dari hasil penelitian ke dalam komputer. Entry data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan komputerisasi program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22. Dipilihnya program ini karena dinilai memiliki kemampuan analisis statistik yang cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah dipahami cara pengoperasiannya. 7. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, data yang diperoleh melalui kuesioner akan dianalisa secara kuantitatif melalui suatu metode analisis data, agar hasilnya dapat dengan mudah dibaca dan dipahami oleh para pembaca. a) Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi pada dasarnya berkaitan dengan studi ketergantungan suatu variabel terikat pada satu atau lebih variabel bebas. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini menggunakan persamaan Regresi Linear Berganda dimana terdapat variabel independen lebih dari satu, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel Character (X1), Capacity (X2), Capital (X3), Collateral (X4), dan Condition of Economy (X5), terhadap variabel Kredit Bermasalah (Y). b) Analisis Koefisien Determinasi (R²) Analisis Koefisien Determinasi pada intinya digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan variabel bebas (independent) dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependent). Analisis Koefisien Determinasi pada peneitian ini didasarkan oleh nilai Adjusted R2, yaitu jika nilai Adjusted R2 pada output SPSS sebesar 1 berarti fluktuasi variabel terikat seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel bebas dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel terikat. Apabila nilai Adjusted R2 berkisar antara 0 sampai 1, hal tersebut diartikan bahwa semakin nilai Adjusted R2 mendekati 1 maka semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai Adjusted R2 semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel bebas untuk dapat menjelaskan fluktuasi variabel terikat (Ghozali, 2005).
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
IV.
53
PEMBAHASAN 2. Uji Normalitas
1. Uji Validitas TABEL 4 Rekapitulasi Nilai r Untuk Validitas Instrumen Penelitian Variabel Item rhitung rtabel Character Q1 0,527 0,220 (X1) Q2 0,295 0,220 Q3 0,481 0,220 Capacity Q4 0,585 0,220 (X2) Q5 0,372 0,220 Q6 0,381 0,220 Capital Q7 0,322 0,220 (X3) Q8 0,306 0,220 Q9 0,352 0,220 Collateral Q10 0,313 0,220 (X4) Q11 0,423 0,220 Q12 0,415 0,220 Condition of Q13 0,298 0,220 Economy Q14 0,339 0,220 (X5) Q15 0,247 0,220 Kredit Q16 0,503 0,220 Bermasalah Q17 0,541 0,220 (Y) Q18 0,341 0,220 Sumber: Output SPSS v.22, data diolah
GAMBAR 2 Grafik Normal P-P Plot
Ket. Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Data yang disajikan pada tabel 4 diatas menunjukan bahwa seluruh nilai rhitung item kuesioner lebih besar daripada nilai rtabel (rhitung > rtabel), maka dapat diinterpretasikan seluruh instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 18 buah item pernyataan terkait variabel bebas dan variabel terikat dinyatakan valid atau mampu mengungkapkan konsep gejala/kejadian yang diukur. Dengan kata lain, keseluruhan indikator dapat memberikan representasi yang baik dan dapat digunakan sebagai instrumen dalam mengukur variabel yang ditetapkan. 2. Uji Reliabilitas TABEL 5 Rekapitulasi Nilai Cronbach's Alpha (α) Untuk Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel α Keterangan Character (X1) 0,619 Reliabel Capacity (X2) 0,631 Reliabel Capital (X3) 0,639 Reliabel Collateral (X4) 0,629 Reliabel Condition of Economy (X5) 0,630 Reliabel Kredit Bermasalah (Y) 0,647 Reliabel Sumber: Output SPSS v.22, data diolah Nilai koefisien reliabilitas (Cronbach's Alpha) untuk masing-masing variabel yang ditunjukan pada tabel 5 lebih besar dari 0,60 (nilai kriteria), maka dapat diartikan bahwa instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini dapat mengungkapkan variabel yang diteliti secara tepat (reliabel). Dengan kata lain, instrumen tersebut layak untuk digunakan.
Sumber: Output SPSS v.22 Pada gambar grafik Normal P-P Plot diatas, dapat dilihat bahwa data (titik) yang dihasilkan menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis tersebut, maka dapat diartikan bahwa data yang diperoleh dari hasil penelitian berdistribusi normal atau telah memenuhi asumsi normalitas. 3. Uji Multikolinearitas TABEL 6 Rekapitulasi Nilai Tolerance dan VIP Variabel Bebas (Independen) Variabel Independen Tolerance VIF Character 0,581 1,720 Capacity 0,591 1,691 Capital 0,571 1,750 Collateral 0,816 1,226 Condition of Economy 0,581 1,721 Sumber: Output SPSS v.22, data diolah Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 6, diketahui nilai Tolerance variabel bebas seluruhnya lebih besar dari 0,10 dan cenderung mendekati angka 1 (satu), maka dapat diartikan bahwa tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Demikian pula dengan nilai VIF yang seluruhnya kurang dari 10, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. 4. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Regresi Liniear Berganda dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel Character (X1), Capacity (X2), Capital (X3), Collateral (X4), Condition of Economy (X5), terhadap variabel Kredit Bermasalah (Y). Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan program SPSS versi 22, diperoleh estimasi model regresi linear berganda yang dapat dilihat pada tabel berikut:
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
TABEL 7 Output Regresi Linear Berganda Coefficientsa
Model 1 (Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error 6,004
Standardized Coefficients Beta
2,376
Character -,814 -,190 Capacity -,826 -,188 Capital -,905 -,170 Collateral -,818 -,168 Condition -,911 -,184 a. Dependent Variable: Kredit bermasalah Sumber: Output SPSS v.22, data diolah
-,108 -,205 -,043 -,136 -,087
t
Sig.
2,527
,014
4,284 4,394 5,324 4,869 4,951
,001 ,002 ,001 ,000 ,002
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 7, maka dapat dirumuskan model persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 Y = 6,004 - 0,814X1 - 0,826X2 - 0,905X3 - 0,818X4 - 0,911X5 (0.014) (0.001)
(0.002)
(0.001)
(0.000)
(0.002)
Angka-angka yang berada didalam tanda kurung merupakan besaran nilai signifikansi dari masing-masing variabel bebas, dimana apabila nilai signifikansi variabel bebas berada dibawah 0.05 (α), maka dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Tanda negatif pada nilai koefisien regresi menunjukan bentuk pengaruh yang berlawanan arah, sehingga apabila variabel bebas meningkat, variabel terikat justru akan mengalami penurunan. Dari model persamaan Regresi Linear Berganda diatas, maka dapat dijelaskan bahwa: a) Nilai konstanta (Constant) sebesar 6,004 menunjukkan besarnya variabel Kredit Bermasalah saat tidak dipengaruhi oleh variabel Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy. Dalam hal ini, Kredit Bermasalah tetap terjadi disebabkan oleh faktorfaktor lain diluar variabel penelitian. b) Variabel Character (X1) berpengaruh negatif terhadap Kredit Bermasalah (Y) dengan nilai koefisien sebesar 0,814. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel lain konstan (tetap), maka setiap terjadi penambahan satu pada Character akan menurunkan Kredit Bermasalah sebesar 0,814. Dengan kata lain, semakin baik Character (watak) debitur, maka akan semakin rendah tingkat Kredit Bermasalah yang terjadi. c) Variabel Capacity (X2) berpengaruh negatif terhadap Kredit Bermasalah (Y) dengan nilai koefisien sebesar 0,826. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel lain konstan (tetap), maka setiap terjadi penambahan satu pada Capacity akan menurunkan Kredit Bermasalah sebesar 0,826. Dengan demikan, semakin tinggi Capacity (kemampuan) debitur, maka akan semakin rendah tingkat Kredit Bermasalah yang terjadi. d) Variabel Capital (X3) berpengaruh negatif terhadap Kredit Bermasalah (Y) dengan nilai koefisien sebesar 0,905. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel lain konstan (tetap), maka setiap terjadi penambahan satu pada Capital akan menurunkan Kredit Bermasalah sebesar
54
0,905. Dengan kata lain, semakin tinggi Capital (modal) debitur, maka akan semakin rendah tingkat Kredit Bermasalah yang terjadi. e) Variabel Collateral (X4) berpengaruh negatif terhadap Kredit Bermasalah (Y) dengan nilai koefisien sebesar 0,818. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel lain konstan (tetap), maka setiap terjadi penambahan satu pada Collateral akan menurunkan Kredit Bermasalah sebesar 0,818. Dengan kata lain, semakin tinggi Collateral (jaminan) debitur, maka akan semakin rendah tingkat Kredit Bermasalah yang terjadi. f) Variabel Condition of Economy (X5) berpengaruh negatif terhadap variabel Kredit Bermasalah (Y) dengan nilai koefisien sebesar 0,911. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila nilai variabel lain konstan (tetap), maka setiap terjadi penambahan satu pada Condition of Economy akan menurunkan Kredit Bermasalah sebesar 0,911. Dengan kata lain, semakin baik Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur, maka akan semakin rendah tingkat Kredit Bermasalah yang terjadi. 5. Analisis Koefisien Determinasi (R²) TABEL 8 Output Koefisien Determinasi Model Summaryb R Adjusted R Std. Error of the Model R Square Square Estimate a 1 ,892 ,796 ,780 1,840 Sumber: Output SPSS v.22, data diolah Nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) yang ditunjukan pada tabel diatas adalah sebesar 0,78 yang berarti 78% variasi variabel dependen (Kredit Bermasalah) dapat dijelaskan oleh variabel independen (Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy), sedangkan sisanya sebesar 22% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini, misalnya kualitas pejabat kredit, proses pemantauan kredit, fasilitas kredit (sarana dan prasarana pendukung), serta musibah yang dialami oleh debitur seperti kecelakaan, kelumpuhan, dan kematian. 6. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) TABEL 9 Output Nilai Sig. Untuk Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
Model 1(Constant) 6,004 2,376 Character -,814 -,190 -,108 Capacity -,826 -,188 -,205 Capital -,905 -,170 -,043 Collateral -,818 -,168 -,136 Condition -,911 -,184 -,087 a. Dependent Variable: Kredit bermasalah Sumber: Output SPSS v.22, data diolah
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
t
Sig.
2,527 4,284 4,394 5,324 4,869 4,951
,014 ,001 ,002 ,001 ,000 ,002
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
Pengujian Hipotesis 1 H0 = Diduga Character (watak) debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Character (watak) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Pada tabel 9 diperoleh nilai signifikansi (Sig.) variabel Character (X1) sebesar 0,001 atau lebih kecil daripada 0,05 (α), maka keputusan dari pengujian hipotesis ini adalah menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa Character (watak) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah yang terjadi pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Melihat dari model persamaan regresi yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa Character (watak) debitur memiliki bentuk pengaruh yang negatif (berlawanan arah) terhadap kredit bermasalah. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa semakin baik Character yang dimiliki oleh debitur, maka akan semakin menurunkan tingkat kredit bermasalah yang terjadi. Character disini mencakup sifat, gaya hidup, itikad dan tanggung jawab, serta komitmen pembayaran dari debitur. Dalam penerapan prinsip 5C, Character berhubungan erat dengan integritas calon debitur. Pada dasarnya penilaian Character dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kredit bermasalah yang disebabkan oleh perilaku buruk debitur, misalnya tidak jujur, ingkar janji, pola hidup yang berlebihan, serta kredit yang tidak digunakan sebagaimana mestinya. Fakta-fakta tentang Character (watak) debitur dapat diperoleh melalui informasi yang berhubungan dengan riwayat kredit (hubungan dengan pihak Bank dan perusahaan pembiayaan), riwayat hidup, serta reputasi debitur dilingkungan sosial. Sehingga dalam menganalisis Character (watak) calon debitur, pihak PT. Mega Central Finance cabang Bangka perlu mengkaji berbagai pihak yang terkait, guna mendapatkan informasi tersebut. Pengujian Hipotesis 2 H0 = Diduga Capacity (kemampuan) debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Capacity (kemampuan) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka.
55
apabila terjadi pengingkatan pada kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya, maka akan semakin menurunkan tingkat kredit bermasalah yang terjadi. Capacity yang dimiliki seseorang debitur menyangkut tentang kemampuan bayar (ability to pay), maka timbulnya kredit bermasalah pada aspek ini dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan yang dimiliki debitur, hal ini mencakup kemampuan melunasi angsuran, kemampuan melunasi kredit tepat waktu, serta menurunnya tingkat pendapatan debitur. Dalam penerapan prinsip 5C, penilaian Capacity dilakukan untuk mengetahui sejauh mana calon debitur mampu mengembalikan atau melunasi kredit secara tepat waktu dari usaha yang dijalaninya, maka dalam menganalisis Capacity, pihak PT. Mega Central Finance cabang Bangka perlu mengkaji kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam menghasilkan barang atau jasa, memasarkan hasil produksi, mengelola usaha, serta kemampuan dalam memperoleh laba. Pengujian Hipotesis 3 H0 = Diduga Capital (modal) debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Capital (modal) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Pada tabel 9 diperoleh nilai signifikansi (Sig.) variabel Capital (X3) sebesar 0,001 atau lebih kecil daripada 0,05 (α), maka keputusan dari pengujian hipotesis ini adalah menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa Capital (modal) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah yang terjadi pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Melihat dari model persamaan regresi yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa Capital (modal) debitur memiliki bentuk pengaruh yang negatif (berlawanan arah) terhadap tingkat kredit bermasalah. Dengan kata lain, dapat dinyatakan bahwa semakin besar modal yang dimiliki oleh debitur, maka akan semakin kecil tingkat kredit bermasalah yang terjadi. Dalam penerapan prinisip 5C, penilaian aspek Capital dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kredit bermasalah dikarenakan kurangnya modal yang dimiliki oleh debitur, misalnya debitur tidak memiliki cukup tabungan/simpanan untuk membiayai kebutuhan hidupnya, penggunaan modal yang tidak efektif, serta keterbatasan sumber dana. Besarnya Capital dapat dilihat dari kondisi kekayaan yang dimiliki oleh debitur, maka dalam menganalisis Capital, pihak PT. Mega Central Finance cabang Bangka perlu melakukan kajian terhadap beberapa hal, mencakup tempat tinggal, jenis pekerjaan, serta aset lain yang dimiliki oleh calon debitur seperti tanah, kendaraan, dan barang berharga lainnya.
Pada tabel 9 diperoleh nilai signifikansi (Sig.) variabel Capacity (X2) sebesar 0,002 atau lebih kecil daripada 0,05 (α), maka keputusan dari pengujian hipotesis ini adalah menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa Capacity (kemampuan) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah yang terjadi pada PT. Mega Pengujian Hipotesis 4 Central Finance cabang Bangka. H0 = Diduga Collateral (jaminan) debitur tidak berpengaruh Melihat dari model persamaan regresi yang telah signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa Capacity Central Finance cabang Bangka. (kemampuan) debitur memiliki bentuk pengaruh yang negatif (berlawanan arah) terhadap tingkat kredit bermasalah, artinya www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
Ha = Diduga Collateral (jaminan) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Pada tabel 9 diperoleh nilai signifikansi (Sig.) variabel Collateral (X4) sebesar 0,000 atau lebih kecil daripada 0,05 (α), maka keputusan dari pengujian hipotesis ini adalah menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa Collateral (jaminan) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah yang terjadi pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Melihat dari model persamaan regresi yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa Collateral (jaminan) debitur memiliki bentuk pengaruh yang negatif (berlawanan arah) terhadap tingkat kredit bermasalah, artinya semakin tinggi nilai jaminan yang diagunkan oleh debitur dalam perjanjian kredit, maka akan semakin rendah tingkat kredit bermasalah yang terjadi. Collateral merupakan barang agunan yang diserahkan oleh debitur sebagai alat pengaman dari risiko-risiko yang tidak diharapkan terjadi selama proses berjalannya kredit, artinya apabila debitur tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan, maka pihak kreditur memiliki hak untuk menggunakan, menyita, atau bahkan menjual barang agunan tersebut. Dengan demikian, jaminan dapat meningkatkan keyakinan bahwa debitur akan mampu membayar dan melunasi kredit yang diberikan. Bentuk jaminan yang diterima oleh pihak PT. Mega Central Finance cabang Bangka dalam proses penyaluran kredit adalah BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor). Oleh sebab itu, dalam menganalisa Collateral (jaminan) calon debitur, nilai jaminan ditafsir berdasarkan harga kendaraan yang dibiayai, semakin tinggi harga kendaraan, maka akan semakin tinggi nilai dari jaminan tersebut. Idealnya, jaminan dikatakan baik apabila kendaraan yang dibiayai digunakan secara pribadi oleh debitur dan tidak digunakan oleh orang lain (atas nama). Pengujian Hipotesis 5 H0 = Diduga Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Pada tabel 9 diperoleh nilai signifikansi (Sig.) variabel Condition of Economy (X5) sebesar 0,002 atau lebih kecil daripada 0,05 (α), maka keputusan dari pengujian hipotesis ini adalah menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Melihat dari model persamaan regresi yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui bahwa Condition of Economy memiliki bentuk pengaruh yang negatif (berlawanan arah) terhadap kredit bermasalah, artinya semakin baik kondisi ekonomi yang dimiliki oleh debitur, maka akan semakin menurunkan tingkat kredit bermasalah yang terjadi.
56
Dalam penerapan prinsip 5C, Condition of Economy diartikan sebagai kondisi pada sektor usaha debitur, hal ini mencakup faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jalannya usaha tersebut. Oleh sebab itu, dalam melakukan penilaian terhadap aspek ini, pihak PT. Mega Central Finance cabang Bangka perlu mengkaji prospek usaha calon debitur dimasa yang akan datang. Bidang usaha yang dijalani hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga potensi terjadinya kredit bermasalah relatif kecil. 7. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) TABEL 10 Output Nilai Sig. Untuk Uji F ANOVAa Sum of Mean Model Squares Square F Sig. 1 Regression 212,952 42,590 12,578 ,001b Residual 250,598 3,386 Total 463,550 Sumber: Output SPSS v.22, data diolah Pengujian Hipotesis 6 H0 = Diduga Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur secara bersamasama tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Ha = Diduga Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Pada tabel 10 diperoleh nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,001 atau lebih kecil daripada 0,05 (α), maka keputusan dari pengujian hipotesis ini adalah menolak H0 dan menerima Ha. Dengan demikian, dapat nyatakan bahwa Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy debitur secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance Cabang bangka. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat diketahui bahwa karaktersitik debitur berdasarkan prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy) apabila dilihat sebagai satu kesatuan, memiliki pengaruh yang signifikan (nyata) terhadap terjadinya Kredit Bermasalah. Dengan kata lain, apabila seorang debitur memiliki watak, kemampuan, modal, jaminan, serta kondisi ekonomi yang baik, maka kemungkinan debitur tersebut untuk menunggak atau tidak melaksanakan kewajibannya relatif kecil, sehingga hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat kredit bermasalah yang ada pada pihak penyedia layanan kredit (kreditur).
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
V.
PENUTUP
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: a) Character (watak) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka dengan nilai koefisien sebesar 0,814. Hasil perhitungan pada uji hipotesis menunjukan nilai signifikansi (Sig.) variabel Character sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 (α), maka keputusannya adalah menolak H0 dan menerima Ha. b) Capacity (kemampuan) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka dengan nilai koefisien sebesar 0,826. Hasil perhitungan pada uji hipotesis menunjukan nilai signifikansi (Sig.) variabel Capacity sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 (α), maka keputusannya adalah menolak H0 dan menerima Ha. c) Capital (modal) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka dengan nilai koefisien sebesar 0,905. Hasil perhitungan pada uji hipotesis menunjukan nilai signifikansi (Sig.) variabel Capital sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 (α), maka keputusannya adalah menolak H 0 dan menerima Ha. d) Collateral (jaminan) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka dengan nilai koefisien sebesar 0,818. Hasil perhitungan pada uji hipotesis menunjukan nilai signifikansi (Sig.) variabel Collateral sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 (α), maka keputusannya adalah menolak H0 dan menerima Ha. e) Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka dengan nilai koefisien sebesar 0,911. Hasil perhitungan pada uji hipotesis menunjukan nilai signifikansi (Sig.) variabel Condition of Economy sebesar 0,002 atau lebih kecil dari 0,05 (α), maka keputusannya adalah menolak H0 dan menerima Ha. f) Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi) debitur secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kredit Bermasalah pada PT. Mega Central Finance cabang Bangka. Hasil perhitungan pada uji hipotesis menunjukan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 (α), maka keputusannya adalah menolak H0 dan menerima Ha.
b) Mengadakan pelatihan kerja (training) untuk meningkatkan keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang dimiliki oleh petugas penganalisa keputusan kredit, terutama tentang penerapan prinsip 5C. Semakin baik kualitas pejabat kredit tentu akan semakin menurunkan potensi terjadinya kredit bermasalah. c) Variabel Condition of Economy (kondisi ekonomi) memiliki nilai koefisien tertinggi apabila dibandingkan dengan variabel lainnya, yaitu sebesar 0,911. Maka dalam menerapkan prinsip 5C, pihak PT. Mega Central Finance cabang Bangka perlu lebih memperhatikan aspek Condition of Economy (kondisi ekonomi). Bidang usaha yang dijalani oleh calon debitur hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga potensi terjadinya kredit bermasalah relatif kecil. d) Perlu dilakukan pengawasan secara kontinu (terusmenerus) dan periodik (berkala) terhadap kredit yang disalurkan. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan serta siklus usaha yang dimiliki oleh debitur. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka dapat segera dicarikan solusi dalam rangka mencegah timbulnya risiko kredit bermasalah. DAFTAR PUSTAKA 1] 2] 3]
4] 5] 6] 7] 8] 9] 10]
11] 12]
2. Saran Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin memberikan saran kepada pihak PT. Mega Central Finance cabang Bangka terkait pengendalian risiko Kredit Bermasalah, yaitu sebagai berikut: a) Penyaluran kredit sebaiknya lebih mengacu kepada ketentuan dan kebijakan yang berlaku, hal tersebut dilakukan guna menghindari terjadinya tunggakan (overdue) yang disebabkan oleh buruknya aspek 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy) yang dimiliki debitur.
57
13]
14]
15]
Azwar, Saifuddin. “Metode Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Basyaib, Fachmi. “Manajemen Risiko”. Jakarta: Grasindo, 2007. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: BP Universitas Diponegoro, 2005. Hasan, Iqbal. “Analisis Data Penelitian Dengan Statistik”. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. http://www.bi.go.id [tanggal akses: Rabu 14 Oktober 2015, 16.30]. http://www.ifsa.or.id [tanggal akses: Senin 12 Oktober 2015, 15.30]. http://www.ojk.go.id [tanggal akses: Selasa 13 Oktober 2015, 16.00]. http://www.mcf.co.id [tanggal akses: Kamis 3 Desember 2015, 22.00]. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 280/KMK.01/1989 Mengenai Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Bukan Bank . Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Mahmoeddin, As. “Melacak Kredit Bermasalah”. Jakarta: Pustaka Sinar. Harapan, 2010. Mukshinati, Sari. “Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kredit Macet Pada Bank “X” Di Kabupaten Jember”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Jember. http://www.scribd.com [tanggal unduh: Sabtu 17 Oktober 2015, 13:30], 2011. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/Pojk.05/2015 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
JURNAL ILMIAH PROGRESIF MANAJEMEN BISNIS (JIPMB), Volume 14, Nomor 2, November 2016 ISSN 2354-5682
16] Priyatno, Duwi. “Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik Dengan SPSS”. Yogyakarta: Gava Media, 2012. 17] Sanjaya, Dita Aji. “Faktor-faktor penyebab kredit bermasalah di PT. Finansia Multifinance”. Jurnal Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id [tanggal unduh: Minggu 14 Oktober 2015, 21:00], 2014. 18] Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Cetakan ke 17. Bandung: Alfabeta, 2012. 19] Suriya. “Pengaruh Faktor Internal Bank Dan Internal Debitur Terhadap Kredit Bermasalah Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin. http://repository.unhas.ac.id [tanggal unduh: Kamis 15 Oktober 2015, 22:00], 2012. 20] Syahputra, Alamin. “Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Penjualan Di Bawah Tangan Atas Jaminan Fidusia Di Perum Pegadaian Cabang Simpang Limun”. Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id [tanggal unduh: Sabtu 24 Oktober 2015, 21:30], 2011. 21] Terry, George R. “Prinsip-prinsip Manajemen”. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. 22] Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 23] Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan. 24] Wahyuntoro, Nur. “Faktor-faktor Penyebab Kredit Macet dan Teknik Pengendaliannya pada PT. BPR Kurnia Sewon Bantul Periode 2007-20011”. Thesis, Universitas Negeri Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id [tanggal unduh: Kamis 22 Oktober 2015, 15:30], 2012.
www.stie-ibek.ac.id © 2016, Jurnal Progresif Manajemen Bisnis STIE-IBEK
58