Teka Teki Kehidupan
A Novel By
Hariyani
Teka Teki Kehidupan Penulis : Hariyani Penyusun dan Editor : Andi Tenri Ayumayasari Ilustrasi Sampul dan Pewajah Isi: Andi Tenri Ayumayasari -----------------------------------------Distributor Resmi : SMASH ENTERPRISE Email:
[email protected] Blog: www.sblastory.blogspot.com Twitter: www.twitter.com/SMASHNOVEL Facebook: www.facebook.com/SMASHNOVEL ©2013 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2
Terimakasih… Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan novel yang betemakan tentang Teka-Teki Kehidupan ini. Setelah beberapa minggu larut dalam cerita. Saya turut berterimah kasih kepada orang-orang disekitar saya terutama teman-teman sesama smashblast yang telah member saya inspirasi dan semangat untuk tetap berkarya. Sehingga naskah ini dapat diselesaikan. Dalam novel ini, bukan hanya bercerita tentang percintaan member smash dan Morgan oey, mantan member smash. Melainkan juga dapat dipetik pengetahuan yang terdapat di dalamnya, dan masih banyak lagi, tergantung dengan pemahaman dan cara pemabaca menangkap maknanya. Semoga novel ini dapat berguna, bukan hanya dari segi hiburan, melainkan juga dapat memotivasi pembaca untuk tetap berkarya dan tidak berhenti mengungkap teka-teki yang ada di dunia yang hingga saat ini belum terungkap. Terimah kasih juga, karena smash saya bisa mengembangkan hoby saya. Terimah kasih..
3
Apa yang harus dilakukan? Cinta tidak boleh dipaksakan bukan? Cinta tidak pandang apapun…
4
Pria misterius Pagi ini Rizka berangkat sendirian ke sekolah dikarenakan kedua orang tua mereka sibuk berbisnis sedangkan supirnya? Yah dia nggak suka diantar oleh supir pribadi. Dia anak yang rajin, namun penyakit malasnya juga sering kumat. Malas adalah penyakit yang belum ada obatnya. Dimana pun, entah di apotek atau di toko-toko.Tapi ia merasa tidak kekurangan kasih sayang karena ia tau kalau orang tuanya bekerja untuk dia dan tidak mau melihat anaknya merasa kekurangan. Ia juga bersyukur karena mempunyai banyak teman yang mengerti dia. Banyak orang yang tulus padanya bukan karena harta atau apapun. Semilir angin menerpa wajahnya yang fresh, wajahnya yang cantik, kulitnya yang sawo matang, bibir mungilnya, hidunya yang mancung, membuat orang terkesima. Apalagi senyumannya yang dihiasi dua gigi ginsunya. Senyuman manis, sifatnya yang ramah menjadi daya tarik tersendiri. “Pagi Riz,” sapa salah satu temannya yang bernama Anindita atau biasa disapa Dhyta. “pagi juga, yang lain mana?” ucap Rizka, ia mengedarkan pandangannya di setiap sudut ruangan, mencari kawan-kawannya yang lain. “biasa mereka lagi ngisi BBM di Kantin” Ucap Dhyta. Rizka mengeryitkan dahinya “BBM? Emang mereka kendaraan?” tanyanya sedikit kebingungan. “iya Bahan Bakar Makanan” Dhyta terkekeh. Rizka hanya ber Ohh, itu memang kebiasaan mereka, mungkin sebelum pergi sekolah mereka tidak sarapan, tapi bagus juga, masih pagi-pagi dagangan laku. Dengan santainya Rizka langsung mengeluarkan buku novelnya. Ia memang hobi membaca novel. Novel apa pun itu, tapi ia bukan kutu buku. Ia hanya suka baca, apalagi saat-saat membosankan.
5
“eh katanya bentar ada siswa baru yah?” Ucap Crysta mengagetkan Rizka dari belakang. “kamu ini yah kebiasaan, baru masuk langsung ngagetin” ucap Rizka. “maaf, abis aku seneng banget, karena siswa barunya itu ganteng, katanya pindahan dari Bandung” ucap Crysta. “jauh banget, padahal di sana banyak sekolah yang lebih elit, tapi bagus juga sih” ucap Rizka. Kenapa juga dia milih sekolah disini. Bel pun berbunyi, semua siswa masuk ke kelas dan pelajaran pun dimulai. Semua siswa belajar dengan tertib karena gurunya bisa dibilang sangat tegas. Pelajaran pun selesai, semua siswa berhamburan keluar kelas tapi, tidak dengan Rizka, ia lebih memilih ke Perpus. Yah kan lebih baik ke perpustakaan daripada keluyuran nggak jelas. Mendingkan cari ilmu. Ilmu luar biasa banyak mamfaatnya, jangan hanya belajar saat dikelas atau saat ada ujian maupun tugas, tapi, kapan pun, dimana pun, kita wajib mencari ilmu, Allah juga berjanji akan memudahkan jalannya ke surga bagi orang orang yang menuntut ilmu. Orang yang berilmu jauh lebih baik dibanding orang yang ahli agama. Dan jauh lebih baik juga jika ilmu yang kita dapat itu dibagi, bagi adalah lawannya kali. Kali sama artinya dengan sungai. Betul apa betul? Rizka sedang berjalan menelusuri koridor sekolah yang cukup ramai. Tiba-tiba ia menabrak seseorang yang membawa buku banyak hingga menutupi hampir seluruh wajahnya. “maaf, maaf, saya tidak sengaja” ucap Rizka membantu mengambil buku yang berserakan dilantai. Orangorang memandangi mereka berdua. Namun mereka tak peduli akan hal itu. Bukannya membantu malah asyik nonton aksi tabrakan Rizka dan orang itu. “tidak apa-apa, permisi saya buru-buru.” Ucap orang itu tanpa memandang sedikit pun ke arah Rizka. “hufft, aku belum sempat melihat wajahnya, sepertinya dia baru disini,” Rizka mengendus kesal dan melanjutkan perjalanannya menuju Perpus. Rasa penasaran menghantuinya. Siapa dia?? Apa dia
6
murid baru yang dielu-elukan orang-orang. Ah masa sih?? Orangnya dingin banget, nengok dikit napa. Di perpus ia bertemu seorang pria yang taka asing lagi baginya. Orang yang sering membuatnya kesal, namun merasa nyaman saat di dekatnya. “hai, mau baca buku yah”ucap pria itu. Ya Tuhan dia lagi, dia selalu saja buataku kesal, terkadang tiap ketemu dia rasanya ada sesuatu yang aneh, tiap ketemu hatiku selalu cenat cenut seperti ada kontak Sesuatu yang nggak bisa dijelasin, apakah ini namanya cinta? Nggak mungkin aku cinta sama dia. Itu tidak boleh cinta sama orang yang suka buat aku kesel ampe naik darah hingga ke ujung rambut. Nggak boleh aku kesandung apalagi sampai jatuh cinta. Oh Tidak bisaa. “nggak, Cuma mau masak aja” ucap Rizka cuek dan tetap menatap bukunya. “ah masa sih ada orang masak di perpus, biasanya itukan ke perpus untuk membaca bukan untuk masak” ucapnya. “udah tau mau membaca, pake nanya lagi” kekesalannya mulai memuncak, sepertinya gunung berapi di kepalanya akan meledak saat berhadapan dengan orang ini. Ini anak keponya luar biasa. “jangan gitu donk kan jelek, ka nada tiga hal membuat seseorang bertanya, yang pertama, karena memang tidak tau, dua, karena ingin membandingkan dengan jawabanya dengan orang lain, ketiga, karena ingin menguji kemampuan orang itu.” Jelas Rafael, namun Rizka tak menggubrisnya. “aku pengen lihat senyum manis kamu yang lebih manis dibandingkan gula atau madu” rayu Rafael. Sungguh orang ini tidak ada habis-habisnya mengganggu Rizka, dicuekin malah menjadi-jadi. “Rafael Pratama, anaknya Pak Pratama, Bisa nggak sehari saja jauhin aku, jangan ganggu aku, dan jangan memamerkan wajahmu padaku, kalau kamu ingin memamerkan
7
wajahmu, silahkan pajang di toko-toko siapa tau ada yang mau” Rizka sedikit menekan kata-katanya. “TIDAK.!!.” jawabnya singkat, padat dan jelas. “Ya sudah biar aku aja yang menjauh” Rizka berbalik keluar dari perpustakaan. Pergi meninggalkan Rafael bersama ribuan buku yang ada diperpustakaan itu. *** Sepulang sekolah Rizka menyempatkan diri untuk berbelanja keperluan sehari-hari di salah satu pusat perbelanjaan. Dia nggak mau buang-buang uang untuk membayar pembantu, kalau dia bisa ngerjain sendiri, masak sendiri, mencuci sendiri, ia membeli berbagai bahan makanan dan cemilan, katanya orang yang suka ngemil itu mudah gemuk tapi Rizka tidak. Ia sedang berdiri di depan rak minuman. Ia berniat mengambil kopi favoritnya, namun sayang kopinya tinggal satu, yap kopi ini memang banyak yang suka jadi jangan heran kalau kopi ini cepat habis..saat ia ingin mengambilnya tiba-tiba seseorang datang mengambilnya duluan… “hey kopi itu aku yang lihat duluan..” “tapi buktiya kopi ini sekarang ada di tanganku” “iiicchh nyebelin banget sich jadi orang. Mending nggak usah jadi orang sana.”gumam Rizka. Dia berusaha menggapai kopi itu, namun sayangnya postur tubuh orang itu terlalu tinggi. Mungkin ia selalu minum jus Bambu jadi dia tinggi sama seperti tumbuhan Bambu. Bagaimana rasanya tuh minum jus bambu. “ini sekarang punyaku..”ucap orang itu. Perang mulut pun terjadi diantara mereka, cowok maupun cewek nggak ada yang mau mengalah. Perdebatan memasng sering terjadi. Namun perang berhenti karena seseorang. “hey Morgan, udah dapat kopinya?”ucap pria yang baru datang membuat mereka berhenti beradu mulut. Entah,
8
mungkin dia pakai mantra apa sehingga mereka berdua langsung berhenti..“eh Ham,udah nih, yuk balik” mereka berdua pergi meninggalkan Rizka sendirian. Tampak diwajah Rizka raut wajah yang kesal karena orang itu. Bagaimana tidak kesal, karena dia Rizka harus keliling kota mencari kopi itu. Namun ternyata tidak ada, akhirnya pulang dengan belanjaan banyak namun ia tak mendapatkan kopi itu. “ pengen banget aku peras-peras mukanya seperti pakaian. Terpaksa hari ini harus absen minum kopi” Rizka mengepal tangannya dengan geram. Ia merebahkan tubuhnya yang lelah ke kasur muliknya, setelah menaruh barang-barang belanjaan di dapur. Tiba-tiba terdengar dari luar suara seperti orang yang lagi bertengkagar, memekik-mekik dari luar membuatnya bangkit dan berusaha mendengar dengan jelas tiap ucapan mereka dengan kedua telinga yang telah Tuhan anugrahkan padanya sejak lahir. “Mah, Papah itu sibuk bekerja, mamah harusnya bisa ngertiin posisi Papah sekarang” “Sibuk kerja kau bilang, terus yang tadi itu siapa?? Kenapa dia lancang meluk-meluk Papah. Bagaiaman mamah nggak marah kalau begitu.. “Itu..itu tidak sengaja Mah, percayalah..”. “Mamah nggak percaya, pokoknya aku minta Cerai.” Suara itulah yang ia dengar sebuah getaran suara yang ditangkap langsung oleh gedang telinganya, suara pertengkaran kedua orang tua mereka. Rizka hanya bisa menangis di dalam kamarnya. Baru kali ini ia melihat kedua orang tuanya bertengkar seperti itu. Ia tak tau kenapa, harusnya mereka bisa saling percaya. Tanpa kepercayaan, pasti akan runyam. “kalau kita cerai bagaimana dengan Rizka?” ucap Papah Rizka
9
“DIA ITU BUKAN ANAK KANDUNG KITA, JADI AKU TIDAK PEDULI!!” Bentak mamah Rizka yang membuat Rizka terdiam dengan seribu pertanyaan. Air matanya mulai mengalir. “Apa? Bukan anak kandung? Semoga aku salah dengar. Mungkin telingaku udah mulai rada-rada tidak normal. Ahh masa ia. Mungkin aku harus minta kepastian siapa aku sebenarnya.” batin Rizka “Apa maksud Mamah kalau aku bukan anak kandung kalian?” Rizka keluar kamarnya dan menghampiri orang tuanya yang sibuk beradu mulut. Masing-masing beranggapan kalau dirinyalah yang benar. Taka ada yang mau mengalah dan tak ada yang mau dikalahkan. “RIZKA?”pekik keduanya. Mata mereka tertuju pada Rizka, matanya sembab, hidungnya kemerahan. Mungkin karena ia baru saja menangis. “Mamah kira kamu sudah tidur sayang.”ucap Mamah Rizka dengan lembutnya dan senyum pahit terukir di wajahnya. Ia berharap Rizka tidak mendengar semua ucapannya dengan sang suami. Ucapan yang tak seharusnya ia dengar. “jawab dulu pertanyaanku Mah!!” gertak Rizka. Mamah Rizka hanya diam, ia menunduk lesu memikirkan hal apa yang harus ia lakukan, langkah apa yang menurutnya tepat agar Rizka tidak terpukul. “jawab Mah!!” geratknya lagi. “iya mamah jujur, sebenarnya…”ucap Mamah Rizka menggantung “apa mah?” Rizka menatap nanar wajah mamahnya. Nada bicaranya lebih rendah. Ia lelah berteriak-teriak pada Mamahnya. Tak sepantasnya ia melakukannya. “sebenarnya, kamu itu bukan anak kandung kami..” dengan sangat terpaksa kalimat itu ia keluarkan dari mulutnya. “MAMAH?” Papah menatap tajam mamah Rizka. Rahasia yang berhasil mereka pendam selama belasan tahun. Akhirnya terungkap juga.
10
“ ini mungkin sudah waktunya kita jujur pada Rizka Pah. Dia sudah dewasa, tak seharusnya kita merahasiakan ini selamanya, kebohongan ini pasti akan terungkap, cepat atau lambat” Bentak Mamah Rizka. “Nggak apa apa Pah, aku senang kalau kalian bisa jujur sama aku, Makasih udah mau menganggap aku sebagai anak kalian, makasih banget sudah merawatku hingga aku sebesar sekarang ini” Rizka tak sanggup membendung deraian air matanya lagi. Air mata yang telah ia hapus kita kembali mengalir. Matanya yang sembab kembali bertambah sembab. Ia berlari jauh entah kemana ia akan pergi. ia terus berlari mengikuti langkah kakinya. Sang mamah berusaha mengejar namun itu tak mungkin. Ia tau kalau dan mengerti perasaan Rizka sekarang yang butuh ketenangan. Kaki Rizka tak kuasa berlari lagi, ia menghentikan langkah kakinya disebuah bibir jurang yang dalam. “Aaaaaaarrgghh, kenapa semua ini harus terjadi padaku? Apa salah dan dosaku ya Tuhan” teriak Rizka sambil menjambak rambut panjangnya. Penampilannya sudah seperti orang yang tidak terawatt. Rambut acak-acakan, pakaian seadanya. Rizka terduduk dipinggir jurang ditemaninya air matanya yang berlinang. Air matanya kini mengalir dengan deras, bak air sungai. “kalau mereka bukan orang tua kandungku, terus siapa orang tua kandungku sebenarnya? Katakan siapa orang yang melahirkanku sebenarnya???” ucap Rizka. Menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini, kenyataan harus ia terima. Lampiaskanlah semua kesal, amarah, bimbang, resah. “kamu harus bersyukur, karena masih ada orang yang menyayangimu walaupun kamu bukan darah dagingnya” ucap seseorang dari belakang yang sontak membuat Rizka berbalik badan. Sepertinya aku pernah dengar suara ini, bukankah dia…
11
“kamu?” rizka kaget melihat orang itu. Sepertinya orang yang tak asing lagi baginya. Matanya sudah menghafal sosok pria itu. “sejak kapan kamu di sini?” “sejak kamu teriak, aku kira ada orang yang mau bunuh diri jadi aku kesini.” Ucapnya, tatapannya sunguh menghanyutkan. Ia menatap hamparan warna-warni hijau di depan. “jadi, kamu dengar semuanya?” Tanya Rizka. orang itu hanya terdiam dan duduk disamping Rizka. “dasar cowok aneh” Rizka bergumam, lalu menatap lurus kedepan, melihat rindangnya pepohonan di tepi jurang yang dalam, banyak orang-orang yang ingin mengakhiri hidupnya disini, nyawa melayang sia-sia karena berbagai persoalan yang bisa diselesaikan dengan cara lain selain bunuh diri. Entah kenapa orang lebih memilih bunuh diri. Masih banyak orang yang ingin hidup lebih lama. Bunuh diri itu dosa. “aku sarankan, kamu jangan pernah membenci orang tuamu sekalipun dia itu bukan orang tua kandungmu, karena walaupun kamu bukan anak kandungnya, tapi mereka telah berusaha merawatmu, mendidik, dan memenuhi kebutuhanmu. Mereka rela banting tulang, menguras waktu dan tenaga hanya untukmu” ucap orang itu “tapi kamu tidak mengerti apa yang kurasakan sekarang, kau tidak pernah merasakan apa yang kurasakan sekarang, kumohon tinggalkan aku sendirian” Orang itu kemudian pergi meninggalkannya sendirian, seakanakan ia mengerti apa yang sedang Rizka rasakan. “kalau difikir-fikir, ucapan dia ada benarnya juga, aaah kenapa aku bertindak seperti ini, harusnya aku bisa bersyukur, aku masih bisa merasakan kasih sayang orang tua walaupun mereka bukan orang tua kandungku, aku harus pulang, ” gumam Rizka. Ia berjalan pelan pulang ke rumah, berusaha agar tidak memikirkan kejadian tadi. Ia melihat banyak sekali anakanak yang terlantar yang dengan senang hati mengais-ngais barang-barang bekas di bak sampah, berjuang sendiri untuk
12
mempertahankan hidupnya. Rizka berjalan menghampiri anak itu, dengan perasaan iba sekaligus terharu. “adek-adek orang tua kalian mana?” Tanya Rizka pada anak-anak kecil yang sedang memungut barang-barang bekas di tempat sampah itu. “kami tidak punya orang tua kak, kami tinggal sendiri dijalan” mendengar jawaban anak itu, Rizka tersadar kalau dia jauh lebih beruntung dibanding anak-anak itu. “Ya Tuhaaan, maafkan aku yang tidak mensyukuri nikmatmu, ternyata masih banyak anak-anak yang hidup tanpa kasih sayang orang tua. Tanpa dekapan hangat keluarga, belaian lembut dari orang tua mereka,”. Sungguh miris kehidupan mereka, hidup sendri, cari makan sendiri, susah sendiri, masih kecil harus bisa Menuhin kebutuhan sendiri, dan 1 lagi anak anak seusia mereka tidak pernah merasakan duduk bahkan menghirup aroma ruang belajar sekolah, tak sedikit pun terlintas dibenak mereka untuk sekolah karena mereka tau, kalau mereka pasti tidak mampu untuk membayar uang keperluan sekolah, untuk makan saja susahnya kebangetan apalagi untuk sekolah. Harus putar otak ini. Mau putar berapa derajat lagi yah?? Ya Tuhaan beri aku kemudahan untuk menjalankan hidupku ini, walau tanpa orang tuaku yang sebenarnya!!!!!! Aku yakin, aku akan bisa bertemu dengan mereka. Cepat atau lambat hal itu bisa saja terjadi. Tapi saat ini aku tidak boleh sia-siakan bahkan membenci mereka yang telah merawatku walapun mereka bukan seorang perawat tapi, mereka bisa. Suatu saat nanti aku bisa menanyakan keberadaan orang tua kandungku pada mereka. Aku yakin mereka tidak akan menolak. Dengan cepat ia menghapus deraian air matanya. Ia tak mau lemah saat ini. Air mata hanya untuk orang-orang yang lemah dan putus asa. Harusnya aku simpan baik-baik air mataku ini. Tak boleh keluar begitu saja. Nanti aku disangka mubazir membuang-buang air mata. Aku harus kuat, aku tidak boleh
13
menyerah dengan keadaan. Apapun masalah yang yang menghadang, bagaimana pun sulitnya, pasti ada penyelesaian, dan Allah juga tidak akan memberikan cobaan pada umatnya melebihi batas kemampuan. Anggap saja itu ujian Nasional. ***
14
PESAN MELALUI E-MAIL :
[email protected]/ SMS : 085696122660/ mention : @SMASHNOVEL
15