SISI LAIN DARI TEKA TEKI SILANG Mansyur Bennu, WI LPMP Sulawesi Selatan Kalau semua orang tua siswa ditanya tentang kepuasan mereka terhadap hasil pembelajaran Bahasa Inggris di SMA, maka dapat diduga bahwa pada umumnya mereka akan menjawab ‘belum puas’. Alasannya pun dapat diduga yakni anak-anak mereka yang tamat SMA belum mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris, walaupun harus juga diakui bahwa memang ada beberapa yang menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris yang luar biasa, misalnya yang menjuarai debat bahasa Inggris tingkat nasional dan atau internasional. Pertanyaannya kemudian ialah: mengapa kemampuan berbahasa Inggris siswa rendah? dan apa yang dapat kita lakukan untuk meningkatkannya? Untuk menjawab kedua pertanyaan ini perlu dirujuk hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Long dan Richards (1987) menemukan beberapa, dua diantaranya yang erat kaitannya dengan tugas guru yakni (1) materi pembelajaran yang tidak atau kurang baik yang tidak diimbangi dengan guru yang kompeten dan (2) pelatihan guru yang tidak memadai. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai pengawas sekolah (tahun 1999 sampai dengan 2006) dalam memantau penbelajaran bahasa Inggris di sekolah, maupun hasil diskusi dengan guru peserta diklat, memang kedua faktor di atas masih tampak dominan. Melalui artikel ini, penulis menawarkan pemanfaatan sisi lain dari ‘Teka teki Silang . Disebut sisi lain karena dalam kehidupan sehari-hari, orang menggunakan teka teki silang sebagai hiburan atau pengisi waktu. Penggemar teka teki silang yang ingin bepergian, misalnya, memanfaatkan waktu menunggu pesawat atau bus untuk mengisi teka teki silang. Dalam pembelajaran, teka teki silang dapat dimanfaatkan bukan sebagai pengisi waktu, melainkan sebagai sumber belajar sekaligus sebagai daya tarik bagi siswa. Guru yang dapat membuat teka teki silang yang berbasis teks, potensial dapat menyajikan siswanya proses pembelajaran yang bervariasi dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
Oleh karena
itu, artikel ini menekankan cara pembuatan teka teki silang. Dengan memiliki kemampuan membuat teka teki silang, guru dapat membuat bahan ajar terbuat dari teki silang dengan bahan dasar jenis teks yang disarankan permendiknas nomor 22 tahun 2006, yakni standar isi. Di samping itu, guru juga dapat mengatur tingkat kesulitannya sesuai tingkatan kelas yang diajarnya.
Dengan cara ini siswa diharapkan akan lebih berminat belajar bahasa
Inggris, dan pada gilirannya kemampuan berbahasa Inggris mereka pun akan meningkat. 1
Konsep Teka-teki Silang Seorang siswa yang baru saja mulai belajar bahasa Inggris biasanya tertarik, pengalaman belajarnya masih baru sehingga ia senang dan puas dengan kemampuannya menggunakan sedikit bahasa Inggris. Ketika menanjak tinggi menengah, pengalamannya tidak lagi baru dan mereka mulai mengalami kesulitan. Pada tingkatan ini, siswa dalam keadaan kurang/tidak bersemangat dan memerlukan kegiatan-kegiatan yang menawarkan penghargaan atas usahanya belajar. Salah satu penghargaan yang baik adalah perasaan puas karena dapat melakukan sesuatu dengan kata-kata yang diketahuinya (Allen, 1983). Untuk tujuan ini, Allen menggunakan bahan bacaan yang disederhanakan dan teka-teki silang untuk pembelajaran kosakata. Teka-teki silang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali kosakata yang mereka sudah pelajari sebelumnya. Brown dalam Khoo (1980) menerangkan pentingnya pembelajaran yang meminta siswa menggunakan kembali kata-kata yang mereka sudah dapatkan sebelumnya dengan menggunakan istilah “hill of vocabulary development” dan “cave of forgetting”. Brown dalam Khoo (1980) mengumpamakan pertambahan kosakata baru sebagai bukit yang bertambah tinggi, sedangkan proses melupakan kata-kata (yang sudah dipelajari) laksana erosi yang terjadi di kaki atau dasar bukit. Implikasi dari pernyataan ini bagi guru bahasa (Inggris) adalah bahwa pembelajaran kosakata mencakup penambahan kosakata baru dan pengulangan kosakata lama (yang sudah diketahui siswa), dan ini dapat dilakukan dengan menggunakan teka-teki silang sebagai bahan dasarnya. Nation (1977) sependapat dengan Brown bahwa pengulangan adalah bagian esensial dari pembelajaran kosakata. Memperkenalkan kata baru menurutnya tidak terlalu penting. Khawatir bagaimana memperkenalkan suatu kata baru, maka guru lebih baik menggunakan kata berulang sesering mungkin dan dalam cara yang berbeda-beda. Ada dua cara pengulangan, pengulangan dalam jangka waktu yang singkat dan pengulangan dalam waktu yang lama. Nation (1977) selanjutnya menyarankan agar setiap mengadakan pengulangan terhadap beberapa kata, guru menggunakan teknik yang berbeda. Khoo (1980) mengandalkan teka-teki silang sebagai salah satu permainan dalam pembelajaran bahasa Inggris yang dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran. Ia bahkan menganggap teka-teki silang yang sangat esensial karena dapat mengaktifkan daya imaginasi dan penemuan siswa dan yang tidak kalah pentingnya adalah teka-teki silang (dengan berbagai variasinya) turut memperkaya variasi pembelajaran di kelas. 2
McCarthy dan O’Dell (1996) menyarankan agar siswa mempelajari kata baru dalam bentuk frasa. Dengan cara ini siswa sekaligus mengetahui kata-kata lain yang berkolokasi (digunakan bersamaan). Di samping itu siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri tata bahasa dari kata baru tersebut (kalau ada). Untuk tujuan ini, teka-teki silang merupakan salah satu pilihan yang tepat. Pengantar/pokok pertanyaan pada teka-teki silang dapat berupa frasa, kalimat bahkan dapat berupa teks rumpang khususnya pada teka-teki silang yang akan diperkenalkan dalam tulisan ini - teka teki silang berbasis teks . Apa dan Mengapa Teka teki Silang Berbasis Teks Seperti namanya, teka-teki silang berbasis teks adalah sejenis teka-teki silang yang agak berbeda dengan kebanyakan teka-teki silang (sebut teka-teki silang biasa) yang sering dimuat dalam buku-buku pelajaran bahasa Inggris, yang beredar di pasaran. Pengantar/pokok pertanyaan pada teka-teki silang biasa terdiri atas frasa atau kalimat-kalimat lepas yang dikelompokkan ke dalam dua bagian : mendatar dan menurun, sedangkan pada Teka-teki silang berbasis teks, pengantar/pokok pertanyaannya berupa teks rumpang, tetapi bagian teks yang rumpang tidak kelihatan kosong karena diisi bukan dengan titik-titik melainkan dengan petunjuk pengisian jawaban, misalnya ‘1 mendatar’, ‘2 menurun’. Alasan-alasan mengapa Teka-teki silang Berbasis teks ditawarkan sebagai alternatif pembelajaran Bahasa Inggris yang dikemukakan di sini tidak disusun menurut tingkat kepentingannya, tetapi semata-mata hanya untuk menunjukkan jumlah dan demi kejelasan masing-masing alasan. Pertama, mengisi teka teki silang merupakan kegiatan yang digemari anak (remaja). Mereka menganggapnya sebagai permainan. Rose dan Nicholl (1997 : 3) mengatakan bahwa bermain adalah bagian yang penting dari pengalaman belajar. Selanjutnya, kata mereka, ketika kita menikmati pembelajaran, kita belajar lebih baik. Kalau pembelajaran dengan takateki silang berbasis teks ini dikelola sedemikian rupa sehingga siswa betul-betul merasa seperti bermain, maka terciptalah situasi yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar lebih baik. Kedua, bahan dasar teka-teki silang berbasis teks dapat dipilih berdasarkan kurikulum yang berlaku dan tingkat kemampuan siswa. Sebagai contoh, kalau seorang guru menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, misanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)xxx, maka ia dapat memilih satu teks narasi, deskripsi, anekdot, atau yang lainnya (Depdiknas, 2003) sebagai bahan dasar, dengan menggunakan istilah ‘roughly-tuned input’, Harmer 3
(1993) menyarankan agar bahan pembelajaran yang dipilih sedikit lebih tinggi dari tingkat kemampuan siswa. Kalau terlalu mudah siswa cepat bosan, dan kalau terlalu suka mereka frustasi. Saran Harmer (1993) ini dapat terpenuhi dengan teka-teki silang buatan guru sendiri, karena dia (guru) lah yang paling mengetahui kemampuan berbahasa siswanya. Ketiga, teka-teki silang berbasis teks mengharuskan siswa berpkir kritis dan kreatif. Kata-kata yang akan digunakan untuk mengisi teka teki silang tidak disediakan. Siswa harus memikirkan dan menentukannya sendiri berdasarkan pemahaman mereka terhadap teks rumpang. Di samping itu, mereka juga harus mencocokkan jumlah kotak yang tersedia dengan jumlah huruf dari kata yang mereka anggap cocok untuk mengisi rumpang yang ada pada teks. Boleh jadi siswa sudah menentukan satu kata yang cocok untuk mengisi rumpang (berdasarkan makna) tetapi tidak pas dengan jumlah kotak yang tersedia, sehingga mereka harus mencari kata lain yang sama artinya yang jumlah hurufnya sama dengan jumlah kotak yang tersedia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dengan teka teki silang berbasis teks siswa berpikir kritis dan kreatif, sejalan dengan pendekatan kontekstual (John, E.B.,2002), yang merupakan pendekatan yang baru dianut di Indonesia. Keempat, teka-teki silang berbasis teks memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja baik sevara individual maupun kelompok. Kesulitan dalam pembelajaran yang memerlukan pemikiran kritis dan kreatif (biasa juga disebut berpikir tingkat tinggi) dapat diatasi dengan kerja kelompok atau berpasangan. Dengan bekerja kelompok, siswa dapat berdiskusi, bertukar pikiran, dan belajar satu sama lain. Di sisi lain, kerja kelompok juga meningkatkan kompetensi sosio kultural seperti mengemukakan pendapat, menerima pendapat orang lain, menolak pendapat orang lain dengan sopan, dan kompetensi-kompetensi lainnya. Memang, kerja kelompok juga adalah salah satu pendukung pendekatan kontekstual dengan istilah ‘masyarakat belajar’ (Johnson, E.B., 2002). Proses Pembuatan Teka-teki Silang Berbasis teks Untuk menghasilkan teka-teki silang berbasis teks yang sesuai dengan kurikulum dengan tingkat kesukaran yang diinginkan, guru disarankan membuatnya sendiri (atau bekerja sama dengan kolega yang mengajar pada tingkatan kelas yang sama) dengan langkahlangkah sebagai berikut : a. Pemilihan bahan dasar Bahan dasar dari teka-teki silang berbasis teks adalah teks bacaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang diperuntukkan, dengan tetap perpedoman pada 4
kurikulum yang berlaku. Kumpullah beberapa teks bacaan dari satu jenis teks, misalnya deskripsi. Kemudian pilihlah satu diantaranya yang sesuai tingkat kemampuan siswa Anda. b. Pembuatan rumpang Ada dua cara untuk menentukan kata yang akan dihapus yang nantinya akan menjadi rumpang, yakni (1) dengan rumus tertentu, misalnya setiap kata ke sekian, katakanlah kata kelima (makin banyak rumpang dalam satu teks makin tinggi tingkat kesulitannya) ; dan (2) menentukan jenis kata yang akan dihapus, misalnya kata sifat, kata benda, kata bantu, dan lain-lain. Perlu dicatat bahwa sekurang-kurangnya satu kalimat pertama (dari teks bacaan) harus dibiarkan utuh. Dengan kata lain tidak boleh ada rumpang pada kalimat pertama. Ini dimaksudkan agar siswa lebih mudah mendapatkan gambaran umum teks bacaan. Hal lain yang perlu diingat bahwa sebelum menghapus kata-kata yang sudah ditentukan (sebut kata kunci), salinlah kata-kata tersebut di kertas lain agar Anda lebih mudah memindahkannya ke kotak-kotak yang akan disediakan kemudian. c. Pembuatan kotak-kotak Buatlah kotak sebanyak-banyaknya, kalau perlu penuhi satu halaman kertas dengan kotak-kotak. Jika anda menggunakan komputer, klik tabel tentukan berapa kolom dan baris, dan hasilnya seperti ini.
5
d. Penulisan konsep Selanjutnya kita menulis kata-kata kunci pada kotak-kotak yang tersedia. Kalau teks dan kata-kata kunci yang disiapkan adalah :
Mary is a schoolgirl. Every day she gets up at 6 o’clock. She brushes her teeth and has a shower. Then dhe dresses and goes downstairs to have breakfast. Then she leaves the house and catches the bus to school (Hubbar, P. dkk, 1983 : 110) Maka konsepnya dapat berbentuk seperti ini :
D O S H O W E R N B R U S H E S U S
D
H O U
T A I R S
Y
E
e. Perbaikan dan penulisan kembali Sebelum kata-kata kunci ditulis kembali pada kotak-kotak yang baru, baca dan periksalah konsep terlebih dahulu san buatlah perubahan semestinya, misalnya dengan mengganti kata tertentu atau mengubah posisi dari ‘menurun’ menjadi ‘mendatar’ atau sebaliknya. Setelah ditulis kembali, hasilnya sudah berbentuk teka-teki silang seperti berikut ini. Perhatikan, ada kotak yang dihilangkan karena tidak dibutuhkan lagi, dan ada pula yang dihitamkan karena tidak dibutuhkan untuk penulisan kata-kata kunci, namun dibutuhkan untuk keindahan teka teki silang itu sendiri.
6
D O S H O W E R N B R U S H E S U S
T D A I R H O U S
Y
E
f. Finalisasi Anda tidak perlu banyak berpikir pada tahap ini. Cukup dengan mengganti kata dalam kotak dengan nomor dan menyesuaikan dengan teks rumpang yang sudah tersedia. Sekarang teka-teki silang berbasis teks sudah siap untuk digunakan. Perhatikan bahwa rumpang pada teks tidak kelihatan karena diganti dengan kata-kata seperti ‘1 down, 2 across, dan semacamnya. 1 2 3 4
5
Mary is a schoolgirl. Every 4 across she gets up at 6 o’clock. She 3 across her teeth and has a 2 across. Then dhe dresses and goes 1 down to have breakfast. Then she leaves the 5 across and catches the 3 down to school (Hubbar, P. dkk, 1983 : 110)
Penutup Kemampuan berbahasa Inggris tamatan SMA belum sesuai yang diharapkan. Hasil belajar yang rendah ini dipengaruhi banyak hal, dua diantaranya berkaitan erat dengan tugas
7
guru, yakni (1) materi pembelajaran yang tidak baik yang tidak diimbangi dengan guru yang kompeten dan (2) tidak memadainya diklat atau pelatihan guru. Kamampuan
guru
memproduksi
teka-teki
silang
merupakan
tambahan
perbendaharaan baginya dalam menyiapkan berbagai macam pengalaman belajar yang menyenangkan dan dapat dinikmati siswanya. Dengan cara ini siswa diharapkan lebih tertarik belajar bahasa Inggris, dan pada gilirannya hasil belajarnya pun akan meningkat. Kontribusi semua pihak yang bekerja di bidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Inggris akan sangat berharga. Para guru, pengawas, dosen dan widyaiswara, mari memperbaharui niat dan semangat kita untuk memberikan yang terbaik kepada siswa dan guru (bahasa Inggris) demi peningkatan hasil belajarnya. Bagi yang mempunyai kewenangan untuk mempekerjakan orang lain, hendaknya lebih mempertimbangkan kompetensi dari pada kolusi dan semacamnya. Sudah waktunya kita mementingkan kualitas datipada kuantitas.
RUJUKAN Allen, V.F. 1983. Techniques in Teaching Vocabulary. Oxford: Oxford University Press. Harmer, J. 1993. The Practice of English Language Teaching. London and new York: Longman. Hubbard, P.dkk, 1983. A training Course for Teaching English as a foreign language. Oxford University Press Johnson, E.B. 2002. Contextual teaching and Learning, U.S.A.: Library of Congress Cataloging-in- Publication Data. Khoo, R. 1980. (Editor). Guidelines for Vocabulary Teaching. Singapore: SEAMEO Regional Language Centre. Long, M.H. dan Richards, J.C.1987. Methologi in TESOL. USA: Newbury House Publishers. McCarthy, M. dan O’Dell,F. 1996. English Vocabulary in Use. Cambridge: Cambridge University Press. Nation, 1997. Language Teaching Teaching Techniques. Victoria University of Wellington. Rose, C. dan Nicholl, M. 1997. Accelerated Learning for the 21st Century. New York: Delacotte Press.
8