Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
SEPSIS NEONATAL; PENATALAKSANAAN TERKINI SERTA BERBAGAI MASALAH DILEMATIS Sjarif Hidajat Effendi
PENDAHULUAN Infeksi neonatal menunjukkan ciri khas yang tidak ditemukan pada usia kehidupan yang lain.1,2 Neonatus, terutama bayi kurang bulan mempunyai pertahanan fisik yang lemah dan fungsi imunitas yang imatur, sehingga menyebabkan rentan terhadap invasi bakteri (yang secara normal hanya merupakan bakteri komensal).1,2 Sepsis merupakan salah satu keadaan yang paling sering terjadi pada masa neonatal.3 Sindrom klinis ini ditandai dengan gejala respons inflamasi sistemik pada saat tersebut sebagai akibat dari suatu kecurigaan ataupun sudah jelas terdapat infeksi.4 Walaupun teknik penatalaksanaan dan pelayanan intensif telah maju, sepsis masih merupakan penyebab kematian utama pada masa neonatal, tercermin dari insidens global sepsis neonatal yang tetap tinggi, dari 1−8/1.000 lahir hidup, dan dihubungkan dengan case fatality rate berkisar 10−50%.5 Infeksi neonatal ini bersifat unik karena penyebab dapat berasal dari ibu saat masa janin atau masa neonatal dengan berbagai macam cara.7
Bandung, 15–16 Juni 2013
1
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
DEFINISI Sepsis adalah keadaan penyakit sistemik disebabkan oleh invasi mikrob pada bagian tubuh yang biasanya steril. 8 Definisi ini memberi arti bahwa berbeda dengan penyakit oleh mikrob yang berasal dari kelainan yang bukan disebabkan mikrob. Apabila disertai dengan gejala hipoperfusi atau disfungsi minimal 1 sistem organ, maka dinamakan sepsis berat. Akhirnya, apabila sepsis ini diikuti oleh hipotensi dan memerlukan vasopresor
selain resusitasi cairan, hal ini dinamakan
syok septik. Ada dua macam sepsis neonatal yaitu sepsis awitan dini (early onset sepsis/EOS) dan sepsis awitan lanjut (late onset sepsis/LOS). Ada yang menyatakan bahwa EOS adalah sepsis yang terjadi dalam 24 jam, atau terjadi dalam 24 jam sampai 6 hari, atau ada juga yang menyatakan terjadi dalam 72 jam, sedangkan LOS adalah sepsis yang terjadi >6 hari atau >72 jam. Selain itu, ada juga istilah very late onset sepsis, yaitu onset >30 hari.6
PATOFISIOLOGI Onset penyakit, dosis penyebab, status imunitas, dan virulensi
kuman
penyebab sangat memengaruhi ekspresi penyakitnya.7 Berbagai jenis bakteri, virus, protozoa, dan mycoplasma dapat menyerang neonatus. Neonatus imatur, bayi berat lahir sangat rendah yang telah berhasil hidup namun harus dirawat lama di NICU mempunyai risiko berkelanjutan terhadap infeksi ini. Berbagai faktor ibu dan bayi merupakan faktor risiko infeksi neonatal. Gabungan beberapa faktor risiko ini harus dicurigai sebagai suspek sepsis. 9 Faktor risiko itu adalah:9
2
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
- Prematuritas dan BBLR - Ketuban pecah sebelum waktunya - Demam/infeksi pada ibu - Resusitasi pada bayi - Kembar - Prosedur invasif - Galaktosemia (predisposisi sepsis E. coli), defek imunitas, atau asplenia - Faktor lain (jenis kelamin, pemberian ASI, sosioekonomi rendah, kekurangwaspadaan penjagaan infeksi/cuci tangan).
Patofisiologi sepsis terutama merupakan peran kurangnya respons imunitas bayi di samping pengaruh faktor genetik. Sepsis berasal dari gabungan antara lemahnya keutuhan barier baik karena fisik ataupun imunologis dan penetrasi langsung patogen terhadap aliran darah seperti terlihat pada bagan berikut ini.8
Bandung, 15–16 Juni 2013
3
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
Gambar 1 Bagan Pathophysiological Pathways
Organisme penyebab infeksi dan pola kepekaan terhadap infeksi sering kali berubah dan berbeda antara satu negara dan negara lain.11 Di negara maju pada umumnya group B Streptococcus (GBS) dan E. coli sebagai penyebab EOS, sedangkan penyebab LOS yaitu coagulase negative Staphylococci (CONS) disusul dengan GBS dan Staphylococci aureus. Di negara yang sedang berkembang keseluruhan penyebab adalah organisme gram−negatif (Klebsiella, E. coli, dan Pseudomonas) dan gram−positif
yaitu
Streptococcus
pneumoniae
dan
Streptococcus
pyogenes.6,12 Penyebab infeksi nosokonial adalah CONS, bakteri gram−negatif (E. coli, Klebsiella pneumoniae, Salmonella, Enterobacter,
4
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
Citrobacter, Pseudomonas aeruginosa, Serratia), Enterococci dan S. aureus.7
GEJALA KLINIS Gejala klinis dipengaruhi oleh virulensi patogen, port d’entrée, respons imun bayi, dan perubahan evolusi.8 Gejala awal : - Umum: demam, suhu tidak stabil, “not doing well”, malas minum, edema - Sistem pencernaan: distensi abdomen, muntah, diare, hepatomegali - Sistem napas: apnea, dispnea, takipnea, retraksi, pernapasan cuping hidung, grunting, sianosis - Sistem ginjal: oliguria - Sistem kardiovaskular: pucat, “mottling”, letargis, tremor, kejang, hiporefleksi, hipotonia, Refleks MORO (-), nafas ireguler, fontanel cembung, “high pitched cry” - Sistem hematologi, kuning, splenomegali, pucat, petekia, purpura, perdarahan.
Biasanya EOS merupakan penyakit multisistem dengan gejala utama gangguan sistem pernapasan, ditandai dengan onset yang mendadak dan berat dan secara cepat berkembang menjadi syok septik. Biasanya LOS berkembang lebih perlahan tetapi dapat berubah menjadi berat. Biasanya fokus penyebab dapat ditemukan dan sering kali disertai dengan meningitis. Berikut ini adalah daftar kriteria diagram sepsis.7,1
Bandung, 15–16 Juni 2013
5
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
Tabel 1 Kriteria Klinis Diagnosis Sepsis Kriteria Kriteria IMCI untuk Infeksi Bakteri yang Berat* Kejang X Frekuensi napas X
Retraksi dada yang berat Pernapasan cuping hidung Murung Ubun-ubun cembung Pus dari telinga Kemerahan pada umbilikus Suhu >37,70C (teraba panas) atau <35,50C (teraba dingin) Letargis atau penurunan kesadaran
X X X X X X X
Kurang aktif
X
Menolak minum
X
Refleks hisap kurang Tidak mengisap sama sekali Krepitasi Sianosis CRT menurun
X X
X
WHO Young Infant Study group**
X X (dibagi atas kelompok usia) X
X
X (tidak meningkat dengan stimulasi minimal) X (perubahan aktivitas) X (tidak mampu minum)
X X X
*Terdapat satu gejala di bawah ini merupakan kecurigaan infeksi bakteri berat **Tiap gejala dihubungkan dengan skor. Skor ini menunjukkan kemungkinan penyakit tersebut
6
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
DIAGNOSIS Kultur darah merupakan baku emas sepsis. Hasilnya dapat berupa steril palsu yang disebabkan oleh sampel yang tidak cukup, bakteremia yang intermiten atau densitas rendah, atau supresi akibat pemakaian antibiotik. Kultur positif ditemukan pada 8−75% dari diagnosis sepsis neonatus. Selain itu, ditemukan juga hasil kultur yang kontaminan.12 Berikut ini adalah urutan penegakan diagnosis sepsis. a)
Anamnesis, terdiri atas keterangan lengkap data mengenai keadaan antenatal, intranatal, dan postnatal.
b)
Pemeriksaan fisis - keadaan umum - gangguan tanda vital - kelainan sistem organ - gangguan umum, urine output, gerakan-gerakan abnormal
c)
Laboratorium - tanda infeksi: hasil kultur (darah, LCS, dll) - terdapat mikrob pada jaringan/cairan - deteksi molekuler (darah, urine, LSC) - autopsi - tanda inflamasi: - leukositosis, peningkatan ratio netrofil imatur/total - reaksi fase akut: CRP, LED - sitokin: interleukin -6 interleukin -8 tumor necrosis factor - pleositosis pada LCS atau cairan sinovial atau pleural - DIC: fibrin degradation products, D-dimer
Bandung, 15–16 Juni 2013
7
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
-
Tanda kelainan multiorgan:
- asidosis metabolik: pH, pCO2 - fungsi paru-paru: p02, pCO2 - fungsi ginjal: BUN, kreatinin - fungsi hati, bilirubin, ALT, AST, amonia, PT, APTT - fungsi sumsum tulang: neutropenia, anemia, trombositopenia d)
Penapisan sepsis9
Walaupun tes diagnosis sering kali diminta untuk identifikasi sepsis neonatal, tujuan utama menyingkirkan kemungkinan penyakit pada bayi yang berisiko rendah. Berikut ini dikemukakan suatu tes kombinasi satu skrining sepsis sebagai berikut: Tabel 2 Tes Skrining Sepsis Tes Absolute neutrophil count <1.750/cmm Jumlah leukosit <7.500 atau >40.000/cmm I:T neutrophil ratio > 0,2 I:T neutrophil ratio > 0,4 CRP + (>1,0 mg/dL) CRP + (> 5,0 mg/dL)
Point Value 1 poin 1 poin 1 poin 2 poin 1 poin 2 poin
Hasil menunjukkan positif apabila diperoleh 2 atau lebih angka. Penting untuk diketahui bahwa tidak ada satupun teknik skrining yang sempurna.
8
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
e)
Alat diagnosis baru
Candidate biomarkers for diagnosis of sepsis:8 Acute phase reactants: C-reactive protein, feritin, laktoferrin, neopterin, prokalsitonin, amiloid A serum Sitokin: tumor necrosis factor-alpha, Interleukin (1-alpha, 1-beta, 6, 8, 10, 18) Leucocyte surface markers: Cell differentiation antigen CD11b, intercellular adhesion molecule (ICAM-1), CD63, CD64, CD66b Microbial products: endotoksin Polymerase chain reaction (PCR): 100% sensitivitas dan 95,6% spesifisitas.
Ketepatan
diagnostik
dan
count
effective
harus
dipertimbangkan sebelum melakukan pemeriksaan-pemeriksaan ini. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding ini adalah beberapa kelainan noninfeksi yang sebaiknya dipertimbangkan dengan perlengkapan yang memadai.7 Gangguan jantung -
Congenital: hypoplastic left heart syndrome
-
Other structural disease
-
Persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN)
-
Acquired: myocarditis
-
Hypovolemic or cardiogenic shock
-
PPHN
Gangguan gastrointestinal -
Necrotizing enterocolitis
-
Spontaneous gastrointestinal perforation
Bandung, 15–16 Juni 2013
9
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
Structural abnormalities
-
Gangguan hematologi -
Neonatal purpura fulminans
-
Immune-mediated thrombocytopenia
-
Immune-mediated neutropenia
-
Severe anemia
-
Malignancies (congenital leukemia)
-
Hereditary clotting disorders
Gangguan metabolisme -
Hypoglycemia
-
Adrenal disorders: adrenal hemorrhage
-
Adrenal insufficiency
-
Congenital adrenal hyperplasia
-
Inborn errors of metabolism: organic acidurias
-
Lactic acidosis
-
Urea cycle disorders
-
Galactosemia
Gangguan neurologi
10
-
Intracranial hemorrhage
-
Hypoxic-ischemic encephalopathy
-
Neonatal seizures
-
Infant botulism
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
Gangguan respirasi - Respiratory distress syndrome - Aspiration pneumonia: amniotic fluid - Meconium or gastric contents - Lung hypoplasia - Tracheoesophageal fistula - Transient tachypnea of the newborn
PENATALAKSANAAN Ada 10 langkah yang harus dilaksanakan dalam perencanaan penggunaan antibiotik: 1.
Selalu melakukan pengambilan kultur darah (dan mungkin CSP dan/atau urin) sebelum memulai pemberian antibiotik
2.
Sedapat−dapatnya pergunakan antibiotik dengan spektrum yang paling sempit, hampir selalu berupa penisilin dan aminoglikosida
3.
Sebagai aturan yang umum, janganlah memberi terapi dengan sefalosporin generasi ketiga (misalnya cefotaxime, cefftazedine) atau carbapenem (misalnya imipenem, mesopenem)
4.
Pergunakan antibiotik buatan lokal/nasional untuk mengurangi terapi antibiotik broad spectrum yang mahal
5.
Percayai hasil kultur
6.
Peningkatan CRP tidak berarti bayi terkena sepsis
7.
Bila hasil kultur negatif dalam
2−3 hari lebih baik apabila
menghentikan pemberian antibiotik 8.
Usahakan agar tidak menggunakan antibiotik untuk jangka panjang
9.
Terapi ditujukan terhadap sepsis, bukan terhadap kolonisasi
Bandung, 15–16 Juni 2013
11
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
10. Upayakan semaksimal−maksimalnya tindakan pencegahan infeksi nosokomial, dengan menggalakkan upaya pencegahan infeksi terutama dengan upaya cuci tangan yang baik.
Pemberian antibiotik sebaiknya diklasifikasikan menjadi 3 kategori utama: 1.
Profilaksis
2.
Terapi empirik
3.
Terapi definitif
1.
Terapi Profilaksis
Pencegahan ini dilakukan dengan pemberian antibiotik yang bertujuan untuk mencegah infeksi.Terapi antibiotik profilaksis ini tidak diindikasi untuk diberikan hampir di setiap keadaan di bidang neonatologi. Didapatkan tingginya angka kejadian kegagalan terapi profilaksis ini sesudah dilakukan pemasangan kateter umbilikal ataupun PICC.16 Terapi profilaksis ini hanya dianjurkan terhadap infeksi jamur pada bayi prematur yang mendapat antibiotik
atau
pemasangan
PICC.
Lampiran
sistematis
Cochrane
menganjurkan terapi antijamur oral atau topikal untuk menurunkan kejadian infeksi jamur. 2.
Terapi empirik
Terapi ini sering kali sudah dimulai sebelum agen ditemukan, terdiri atas pemberian penisilin, biasanya ampisilin, ditambah dengan aminoglikosida seperti gentamisin. Pada sepsis nosokomial, harus dipertimbangkan jenis flora di NICU, pada umumnya Staphylococcal diatasi dengan memulai pemberian amikasin.
12
vancomycin
dan
aminoglikosid
seperti
gentamisin
atau
13
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
3.
Terapi Definitif
a.
Terapi terhadap sepsis neonatus: Terapi ini berdasarkan atas hasil kultur dan sensitivitas, gejala klinis,
serta hasil laboratorium serial yang lain. Penting untuk melakukan evaluasi toksisitas
antibiotik,
seperti
mengukur
kadar
aminoglikosid
dan
13
vancomycin.
Tabel 3 Rekomendasi Pemberian Antibiotik pada Sepsis Nama Obat Dosis yang Dianjurkan dan Interval Dosis Amikasin PMA ≤29 minggu PN: 0–7 hari 18 mg/kg tiap 48 jam, 8 – 28 hari 15 mg/kg tiap 36 jam, ≥29 hari 15 mg/kg tiap 24 jam PMA: 30–34 minggu PN 0 – 7 hari 18 mg/kg tiap 36 jam, ≥8 hari 15 mg/kg tiap 24 jam PMA ≥ 35 minggu, 15mg/kg tiap 24 jam Dosis: 25–50 mg/kg per dosis melalui imtravena lambat atau intramuskular cepat Ampisilin PMA ≤29 minggu PN: 0–28 hari tiap 12 jam, >28 hari tiap 8 jam PMA: 30–36 minggu PN: 0 –14 hari tiap 12 jam, >14 hari tiap 8 jam PMA: 37–44 minggu PN: 0–7 hari tiap 12 jam, >7 hari tiap 8 jam PMA: ≥45 minggu tiap 6 jam Dosis: 25 mg/kg intravena lambat atau intramuskular cepat Sefazolin PMA ≤29 minggu PN: 0–28 hari tiap 12 jam, >28 hari tiap 8 jam PMA: 30–36 minggu PN: 0–14 hari tiap 12 jam, >14 hari tiap 8 jam PMA: 37–44 minggu PN: 0–7 hari tiap 12 jam, >7 hari tiap 8 jam PMA: ≥45 minggu tiap 6 jam Sefepim Term/Preterm; ≤28 minggu 30 mg/kg per dosis tiap 12 jam ≥28 hari 50 mg/kg per dosis tiap 12 jam Meningitis/infeksi berat: 50 mg/g tiap 12 jam Sefotaksim 50 mg/kg per dosis intravena dengan syringe pump lebih dari 30 menit atau im. PMA ≤29 minggu PN: 0–28 hari tiap 12 jam, >28 hari tiap 8 jam PMA: 30–36 minggu PN: 0–14 hari tiap 12 jam, >14 hari tiap 8 jam
Bandung, 15–16 Juni 2013
13
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
Seftazidim
Klindamisin
Gentamisin
Imipenem/Cilastatin Meropenem
Piperacillin– Tazobactam
Vankomisin
14
PMA: 37–44 minggu PN: 0 – 7 hari tiap 12 jam, >7 hari tiap 8 jam PMA: ≥45 minggu tiap 6 jam 30 mg/kg per dosis infus IV dengan syringe pump lebih dari 30 menit, atau IM PMA ≤29 minggu PN: 0–28 hari tiap 12 jam, >28 hari tiap 8 jam PMA: 30–36 minggu PN: 0–14 hari tiap 12 jam, >14 hari tiap 8 jam PMA: 37–44 minggu PN: 0 – 7 hari tiap 12 jam, >7 hari tiap 8 jam PMA: ≥45 minggu tiap 8 jam 5 –7,5 mg/kg per dosis infuse intravena dengan syringe pump lebih dari 30 menit PMA ≤29 minggu PN: 0–28 hari tiap 12 jam, >28 hari tiap 8 jam PMA: 30–36 minggu PN: 0–14 hari tiap 12 jam, >14 hari tiap 8 jam PMA: 37–44 minggu PN: 0 – 7 hari tiap 12 jam, >7 hari tiap 8 jam PMA: ≥45 minggu tiap 6 jam PMA ≤29 minggu PN: 0–7 hari 5 mg/kg tiap 48 jam, 8–28 hari 4 mg/kg tiap 36 jam, ≥29 hari 4 mg/kg tiap 24 jam PMA: 30–34 minggu PN: 0–7 hari 4,5 mg/kg tiap 36 jam, ≥8 hari 4 mg/kg tiap 24 jam PMA: ≥35 minggu 4 mg/kg tiap 24 jam PMA: ≥45 minggu tiap 6 jam 20 – 25 mg/kg per dosis tiap 12 jam infus intravena lebih dari 30 menit Sepsis: 20 mg/kg per dosis IV <32 minggu GA: ≤14 hari PNA, tiap 12 jam, >14 hari PNA tiap 8 jam, jam, 32 minggu dan lebih tua: ≤7 hari PNA, tiap 12 jam, >7 hari PNA tiap 8 jam 50 – 100 mg/kg per dosis infus intravena dengan syringe pump lebih dari 30 menit PMA < 29 Minggu PN: 0–28 hari 12 tiap jam, > 28 hari 8 tiap jam PMA: 30–36 Minggu PN: 0–14 hari 12 jam, > 14 hari 8 jam PMA: 37–44 Minggu PN: 0–7 hari 12 jam, >7 hari 8 jam PMA > 45 Minggu 8 jam Meningitis: 15 mg/Kg per dosis. Bakteremia: 10 mg/Kg per dosis infus Intra Vena dengan syringe pump lebih dari 60 menit. PMA < 28 Minggu PN: 0–14 hari 18 jam, > 14 hari 12 jam PMA: 30–36 Minggu PN: 0–14 hari 12 jam, > 14 jam 8 jam
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
PMA: 37–44 Minggu PN: 0–7 hari 12 jam, > 7 hari 8 jam PMA > 45 Minggu 6 jam *PMA: Post menstrual age *PN: Post natal
b.
Pemberian antibiotik terhadap sepsis dengan meningitis:
Apabila meningitis terdeteksi dialami pada EOS, maka direkomendasikan pemberian ampisilin dengan aminoglikosida atau sefotaksim sebagai terapi empiris untuk mengatasi GBS, E. coli, Listeria monocytogenes, dan Klebsiella.
Untuk
LOS
diberikan
antistaphylococus,
nafsilin
atau
vankomisin ditambah dengan sefotaksim atau seftazidim atau tanpa aminoglikosida.
c.
Lama pemberian antibiotik:
Dengan dipandu oleh pemeriksaan C-reactive protein (CRP) yang merupakan penanda utama untuk menegakkan diagnosis infeksi, maka penurunan CRP pada pemeriksaan serial menunjukkan perbaikan sepsis tersebut. Keadaan CRP normal merupakan indikasi untuk menghentikan terapi antibiotik. Tetapi penggunaan CRP sebagai pemandu pemberian antibiotik ini dikecualikan pada bayi yang menggunakan PICC, ventilator, postoperasi, meningitis, asfiksia lahir dan bayi yang syok awal kadar CRPnya tinggi.14 Lama pemberian antibiotik empirik 48−72 jam sampai didapatkan hasil kultur yang negatif.15 Pada sepsis neonatal tanpa meningitis, pemberian antibiotik ini berlangsung selama 10−14 hari.16 Pada sepsis dengan meningitis, antibiotik diberikan selama 14−21 hari untuk GBS dan >21 hari untuk L. monocytogenes (gram-negatif). Tidak dianjurkan melakukan LP ulangan untuk mendeteksi perbaikan meningitis tersebut. Pemeriksaan LP tersebut harus dilakukan terhadap semua penderita yang tidak menunjukkan respons terapi dalam 48 jam dengan
Bandung, 15–16 Juni 2013
15
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
penggunaan antibiotik yang sesuai. Pada neonatus yang mengalami meningitis disebabkan oleh bakteri gram−negatif sebaiknya dilakukan LP ulangan untuk melihat hasil LP yang steril, karena durasi pemberian antibiotik ini ditentukan oleh hasil LP tersebut. 4.
Terapi Suportif
a.
Penatalaksanaan suhu
b.
Penatalaksanaan pernapasan, oksigenasi yang baik, dengan analisis gas darah, awali pemberian oksigen, atau alat bantu napas (ventilator)
c.
Penatalaksanaan kardiovaskular harus selalu dipantau tekanan darah dan perfusi jaringan, untuk mencegah syok. Pemberian volume expander seperti NaCl, inotropik seperti dopamin atau dobutamin mungkin diperlukan. Harus dilakukan pemantauan intake output
d.
Penatalaksanaan hematologis: DIC dan netropenia harus ditindaklanjuti dengan protokol baku
e.
Penatalaksanaan SSP: Kejang dan SIADH harus diatasi dengan perhatian yang cermat
f.
Penatalaksanaan metabolik: Hipoglikemia, hiperglikemia, dan asidosis metabolik harus secara cermat diwaspadai dan diatasi sebaik−baiknya.
5.
Kemajuan Penatalaksanaan Pemberian imunoglobulin secara intravena telah dianggap sebagai terapi adjuvan pada sepsis neonatal.16,18 Diketahui bahwa ciri khas perkembangan sistem imun dan pertahanan tubuh mengalami
16
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
kegagalan dalam melindungi bayi terhadap patogen, sehingga dipikirkan untuk pemberian IVIg.19,20 Intra Venuos Immunoglobulin G ini digunakan untuk pembentukan antibiotik spesifik dari kelas IgG yang dihubungkan dengan sel reseptor permukaan, membentuk opsonization, antibodi yang dipengaruhi aktivitas sitotoksik serta aktivasi komplemen, dan juga meningkatkan daya kemotakis neutrofil.18 Suatu
penelitian
meta-analisis
ternyata
menunjukkan
bahwa
penggunaan IVIg sebagai terapi adjuvan tidak menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan aspek yang tidak mendukung teori tersebut.20 Pada beberapa laporan dikemukakan pemberian IVIG, G-CSF, GMCSF, pentoxifyline, laktoferin oral, dan sebagainya menunjukkan hasil yang menjanjikan terutama dalam hal pencegahan sepsis neonatal. Selain itu, pemberian imunoterapi berkembang dengan cepat dengan penemuan berbagai vaksin, begitu pula hyperimmun globulin antibody monoclonal sintetis untuk melawan patogen seperti antistaphylococcal antibodies. Semua hal ini diharap dapat merupakan adjuvan yang nyata terhadap terapi rutin pemberian antibiotik.
Bandung, 15–16 Juni 2013
17
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
DAFTAR PUSTAKA
1. Ceccon ME. Novas perspectivas na sepse neonatal. Pediatria (São Paulo). 2008; 30: 198−202.
2. Lewis DB, Wilson CB. Developmental immunology and role of host defenses in fetal and neonatal susceptibility to infection. Dalam: Remington JS, Klein JO, penyunting. Infectious diseases of the fetus and newborn infant. Edisi ke−5. Philadelphia: WB Saunders Company; 2001. hlm. 25-138.
3. Campos DP, Silva MV, Machado JR, Castellano LR, Rodrigues V, Barata CH. Early-onset neonatal sepsis: cord blood cytokine levels at diagnosis and during treatment. J Pediatr (Rio J). 2010;86:509−14.
4. Herrmann DM, Amaral LM, Almeida SC. Fatores de risco para o desenvolvimento de sepse neonatal tardia em uma Unidade de Terapia Intensiva. Pediatria (São Paulo). 2008;30:228−36.
5. Stoll BJ, Hansen N, Fanaroff AA, Wright LL, Carlo WA, Ehrenkranz RA, dkk. Late-onset sepsis in very low birth weight neonates: the experience of the NICHD Neonatal Research Network. Pediatrics. 2002;110:285−91.
6. Klein JO. Bacteriology of neonatal sepsis. Pediatr Infect Dis J. 1990; 9: 777s−8.
7. Stoll BJ. Infections of the neonatal infant. Dalam: Kliegman RM. Edisi ke−19. Nelson textbook of pediatrics. Philadelphia: PA: Elsevier Saunders; 2011. hlm 629−48.
18
Bandung, 15–16 Juni 2013
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
8. Lever A, Mackenzie I. Sepsis: definition, epidemiology, and diagnosis. BMJ. 2007;335:879−83.
9. Harris MC, Munson DA. Infection and immunity. Dalam: Polin RA, Spitzer AR, penyunting: Fetal and neonatal secrets. New Delhi: Elsevier; 2007: hlm. 292−344. Neonatal Sepsis – A Review BANGLADESH J CHILD HEALTH 2012; VOL 36 (2) : 88
10. Vergnano S, Sharland M, Kazambe P, dkk. Neonatal sepsis: an international perspective. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2005;90:F220−4.
11. Zaidi AK, Huskins WC, Thaver D, dkk. Hospital acquired neonatal infections in developing countries. Lancet. 2005; 365: 1175–88.
12. Wattal C,
Oberoi
JK.
Neonatal
sepsis.
Indian
J
Pediatr.
2011;78(4):473–4.
13. Gomella TL. Sepsis. Dalam: Gomella TL (eds): Neonatology: management, procedures, on-call problems, diseases, and drugs. New York: McGraw-Hill; 2009:665-672.
14. Ehl S, Gering B,Bartmann P, ¨ogel JH, Pohland F. Creactive protein is a useful marker for guiding duration of antibiotic therapy in suspected neonatal bacterial infection. Pediatrics 1997; 2: 216–21.
15. Saini S, Dutta S, Ray P, dan A. Narang: Short course versus 7-day course of intravenous antibiotics for probable neonatal septicemia: a pilot, open-label, randomized controlled trial. Indian Pediatrics. 2011; 48(1: 19–24).
16. Ferrieri P. Neonatal susceptibility and immunity to major bacterial pathogens. Rev Infect Dis, 1990;12:S394−400.
Bandung, 15–16 Juni 2013
19
Simposium Ilmiah dan Workshop Meet The Professor
17. Mussi-Pinhata MM, Rego MA. Particularidades imunológicas do prétermo extremo: um desafio para a prevenção da sepse hospitalar. J Pediatr (Rio J). 2005;81:S59-68.
18. Ceccon ME, Diniz EM, Vaz FA, Ramos JL. Immunity of the fetus and the newborn infant. Pediatria (São Paulo), 1997:19:9-23.
19. Baker CJ, Melish ME, Hall RT, Casto DT, Vasan U, Givner LB. Intravenous immune globulin for the prevention of nosocomial infection in low-birth-weight neonates. The Multicenter Group for the Study
of
Immune
Globulin
in
Neonates.
N
Engl
J
Med.
1992;327:213−9.
20. Lacy JB, Ohlsson A. Administration of intravenous immunoglobulins for prophylaxis or treatment of infection in preterm infants: metaanalyses. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed. 1995;72:F151−5.
20
Bandung, 15–16 Juni 2013