SENI MENULIS BAB PENDAHULUAN DI DALAM PROPOSAL DAN LAPORAN PENELITIAN1 Azuar Juliandi Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, Indonesia email:
[email protected]
Bab pendahuluan adalah bab pertama di dalam sebuah proposal atau laporan penelitian. Bab pendahuluan berisi mengenai apa, mengapa dan bagaimana penelitian dilakukan. Bab pendahuluan ini umumnya mengemukakan permasalahan-permasalahan yang sudah diidentifikasi penulis. Permasalahan-permasalahan tersebut dituangkan di dalam subbab-subbab seperti latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kata kunci: Pendahuluan, masalah utama, isu utama, gejala masalah, faktor, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah (background) adalah bahagian awal di dalam proposal penelitian. Bahagian ini adalah tempat dimana peneliti mengemukakan alasanalasan penting mengapa isu atau masalah tertentu yang dipilih peneliti untuk dikaji. Dasar alasan-alasan yang dikemukakan harus merujuk kepada referensi ilmiah, data-data ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Bahagian ini pula menjadi tempat bagi peneliti untuk menggambarkan apa sebenarnya yang hendak dikajinya.
Tidak ada aturan baku bagaimana menulis latar belakang masalah. Namun demikian peneliti hendaknya mampu mendeskripsikan latar belakang masalah dengan pola pikir sistematis. 1
Tulisan ini diperbolehkan untuk dikutip atau digunakan untuk keperluan ilmiah hanya jika sudah mendaftarkan diri untuk mengunduh tulisan. Silahkan daftarkan diri di website http://azuarjuliandi.com/index.php/survey
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 1
Bagaimana menyusun latar belakang masalah dengan sistematis? Caranya adalah dengan mengemukakan: 1) Pendahuluan/pengantar. 2) Apa masalah atau isu utama penelitian? Bagaimana pentingnya masalah atau isu tersebut bagi pihak-pihak tertentu, menurut referensi? Apa gejala-gejala atau fenomena-fenomena di lapangan yang muncul sehingga masalah atau isu tersebut menjadi perhatian peneliti, menurut fakta-fakta di lapangan? 3) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi masalah atau isu utama tersebut, menurut referensi? 4) Apa saja faktor yang dipilih/dibatasi untuk diteliti dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi masalah atau isu utama tersebut? Bagaimana hubungan faktor-faktor yang dipilih terhadap masalah atau isu utama, menurut referensi? 5) Penutup/kesimpulan.
Pendahuluan Pentingnya masalah/ isu utama
Gejala/fenomena/indikasi masalah/isu utama
Masalah/ isu utama Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah/isu Utama
Hubungan faktor ke-1 dengan masalah/isu utama
Pembatasan faktor masalah/ isu utama Penutup
Hubungan faktor ke-n dengan masalah/isu utama
Ilustrasi Latar Belakang Masalah Pendahuluan/pengantar. Bagian awal dari latar belakang masalah adalah pendahuluan atau pengantar yang dikemukakan penulis untuk mengantarkan tulisan di latar belakang masalah.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 2
Masalah utama atau isu utama penelitian. Masalah atau isu utama penelitian adalah sesuatu hal di dalam bidang ilmu peneliti yang dianggap menarik oleh peneliti untuk dikaji. Masalah utama tersebut umumnya akan berperan menjadi variabel terikat penelitian.
Sebagai contoh masalah atau isu utama penelitian adalah “minat membeli ulang” produk X. Peneliti perlu menjelaskan apa makna “minat membeli ulang” dari berbagai sumber referensi. Agar referensi dapat ditelusuri oleh orang lain yang membaca proposal penelitian peneliti, maka peneliti wajib mencantumkan sumber referensi dengan ringkas, yakni, siapa penulisnya, tahun berapa referensi diterbitkan dan halaman berapa referensi tersebut dikutip.
Pentingnya masalah utama atau isu utama. Bahagian ini peneliti dapat mengemukakan bagaimana peran penting, tujuan, atau kemanfaatan dari masalah/isu utama yang dipilih bagi pihak-pihak tertentu, misalnya bagi karyawan, perusahaan, konsumen atau pihak lain, bahkan pentingnya bagi ilmu pengetahuan. Peran penting tersebut dirujuk dari berbagai sumber referensi, seperti jurnal, buku teks atau sumber referensi ilmiah lainnya. Dengan mengetahui peran penting seperti itu maka dapat menjadi dasar bagi peneliti bahwa masalah atau isu utama tersebut memang benar-benar perlu untuk diteli.
Pentingnya masalah atau isu utama bisa terlihat di dalam contoh berikut ini. Dari hasil membaca referensi terlihat bahwa minat beli ulang cukup penting bagi perusahaan karena jika pembeli tidak melakukan pembelian ulang maka dapat berdampak terhadap penurunan volume penjualan perusahaan (referensi A,B). Pembelian ulang akan membuat perusahaan terus bertahan hidup dan memperoleh laba berkelanjutan (referensi C, D, E). Pembelian ulang menunjukkan loyalitas konsumen yang tinggi terhadap produk karena produknya memuaskan mereka (referensi F,G) dan seterusnya.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 3
Gejala-gejala, fenomena-fenomena, indikasi masalah utama atau isu utama. Gejala, fenomena, atau indikasi masalah adalah segala hal yang menjadi penanda atau
tanda-tanda bahwa masalah/isu utama yang diamati penulis adalah
sesuatu yang memang bermasalah sehingga perlu dipecahkan melalui penelitian. Gejala-gejala masalah dirujuk dari hasil prariset peneliti, misalnya dari hasil wawancara, melihat catatan dokumen, menyebar kuisioner sederhana atau dengan pengamatan langsung.
Contoh tentang gejala atau indikasi bahwa masalah/isu utama utama yakni minat beli memang mengandung masalah terlihat seperti contoh bawah ini. Gejalagejala di dalam contoh berikut diperoleh pada saat peneliti melakukan penelitian pendahuluan. Peneliti mengadakan wawancara dengan para pengguna produk X, menganalisis dokumen yang berkaitan dengan produk X dan melakukan pengamatan terhadap produk X. Hasilnya adalah sebagai berikut: a) Konsumen mulai mengurangi konsumsi produk X karena harga naik dibanding masa-masa sebelumnya. Harga produk X sebelum kenaikan harga dalah Rp. 1000 per unit, setelah kenaikan harga harga meningkat menjadi Rp. 2000 per unit. Kenaikan harga sebesar 100% tersebut cukup memberatkan bagi konsumen; b) Konsumen mulai merasa bahwa kualitas produk X tidak lagi seperti tahuntahun awal produk dipasarkan. Dari 30 orang konsumen yang diwancarai seluruhnya menyatakan bahwa kualitas produk X sudah mulai menurun kualitasnya, terutama dalam hal rasa dan kemasan produk. c) Konsumen banyak beralih ke merek lain yang berkualitas lebih baik dan harganya lebih miring; Pada satu tahun belakangan muncul tiga produk sejenis dengan merek berbeda dari produsen yang berbeda pula, yakni merek A,M dan Z. Karena dalam masa promosi, produsen berani menetapkan harga yang lebih rendah dibanding produk merek X. Merek A menetapkan harga Rp. 1400 per unit, Merek M menetapkan harga Rp. 1500 per unit dan Merek Z menetapkan harga Rp. 1550 per unit. Dengan demikian harga rata-rata
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 4
ketiga merek baru tersebut adalah sebesar Rp. 1483. Selisih harga inilah yang mempengaruhi minat konsumen untuk beralih dari merek A. Selain harga, konsumen juga berpersepsi bahwa kualitas produk pesaing tidak berbeda dengan merek X. Dari 25 orang responden yang diwawancarai mayoritas merasa puas dengan produk baru yang mereka konsumsi. d) Ada konsumen yang berhenti sama sekali untuk menggunakan produk X karena merasa bahwa produsen sesuka hatinya menaikkan harga setelah produk mereka laku di pasaran. Dari hasil wawancara dengan 30 orang bekas konsumen produk X, mereka kini benar-benar tidak lagi pernah membeli produk X. Mereka berpersepsi produsen tidak lagi memperhatikan daya beli mereka, hanya berorientasi kepada keuntungan produsen semata. e) Sebahagian konsumen memilih produk lain karena produk lain terdistribusi secara luas, mudah didapat di segala tempat. Dari pengamatan penulis, produk baru yang bermerek A, M dan Z lebih mudah didapat dibanding merek X. Umumnya toko pengecer menyediakan produk di etalase penjualan mereka. Menurut pengecer, mereka lebih suka menyediakan produk yang banyak dicari oleh konsumen. f) Konsumen menganggap merek lain lebih terjamin kualitasnya karena memberikan garansi terhadap produk yang dipasarkan. Pengamatan peneliti memang produk X tidak memberikan garansi pengembalian produk, sementara mereka lain yakni merek A, B dan C tertera garansi pengembalian produk di dalam kemasannya.
Gejala-gejala tersebut di atas mengindikasikan bahwa memang minat konsumen untuk membeli ulang produk X mulai menurun (bermasalah). Karena memang bermasalah, maka perlulah minat beli ulang diteliti agar masalah bisa terpecahkan. Selain dari wawancara seperti di atas, gejala/indikasi masalah juga dapat diperoleh dari pengamatan, hasil menyebar angket yang dilakukan oleh peneliti, mengamati dokumen tertulis seperti dokumen perusahaan, dokumen
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 5
terpercaya dari media massa, bahkan hasil penelitian-penelitian orang sebelumnya dari jurnal ilmiah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah utama atau isu utama. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah utama adalah segala sesuatu yang menjadi penyebab tinggi rendahnya, baik-buruknya masalah atau isu utama penelitian. Faktor-faktor inilah sebenarnya yang dapat menjadi penyebab atau akar dari masalah yang terjadi. Seluruh faktor perlu dikemukakan dari berbagai sumber referensi, baik faktor yang diteliti maupun faktor yang tidak diteliti.
Sebagai contoh, peneliti merasa penasaran mengapa minat beli ulang bisa menurun?. Dengan kata lain faktor apakah sebenarnya yang bisa menyebabkan tinggi rendahnya minat beli?. Peneliti lalu mengidentifikasi berbagai referensi relevan. Peneliti memperoleh petunjuk bahwa ternyata faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang adalah: -
Kualitas produk, harga (referensi A,B,C). Kualitas produk merupakan ukuran mengenai baik-buruknya produk yang dihasilkan oleh produsen. Sedangkan harga merupakan sejumlah uang yang perlu dibayar oleh konsumen berdasarkan jumlah yang ditetapkan oleh produsen atau penjual. Konsumen sangat memberikan perhatian terhadap kualitas, jika produk bermutu, konsumen akan mencari produk untuk dibeli. Demikian juga dengan harga, umumnya konsumen mencari harga yang lebih murah dari merek lain dengan kualitas produk yang sama (referensi D, E, F);
-
Promosi, distribusi (referensi B,C,D). Promosi berhubungan dengan upaya memperkenalkan produk kepada konsumen. Promosi yang kerap dilakukan akan mempengaruhi persepsi seseorang dan menimbulkan minat untuk membeli produk (referensi E,F,G,H). Demikian juga dengan distribusi, produk yang mudah didapat di segala tempat lebih dipilih konsumen. Hal ini disebabkan konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk menuju
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 6
kepada tempat yang lebih jauh hanya untuk membeli produk yang dibutuhkannya (referensi, G,H,I,J); -
Faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis (referensi C,D). Faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis merupakan faktor perilaku konsumen. Umumnya konsumen berniat untuk membeli produk atas dasar kultur, subkultur dan kelas sosial; faktor sosial kelompok referensi, keluarga; faktor pribadi seperti usia, penghasilan, kepribadian; dan faktor psikologis seperti motivasi, persepsi, sikap (referensi K, L, M).
Hasil identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang adalah faktor pemasaran (kualitas produk, harga, promosi dan distribusi) dan faktor perilaku konsumen (budaya, sosial, pribadi dan psikologis). Walaupun tidak semua faktor akan diteliti, namun identifikasi seluruh faktor yang mungkin mempengaruhi minat beli ulang perlu untuk dikemukakan oleh peneliti.
Batasan faktor yang mempengaruhi masalah utama atau isu utama. Bahagian ini penulis mulai membuat batasan faktor mana yang hendak difokuskan untuk diteliti. Barangkali peneliti tidak akan sanggup untuk meneliti seluruh faktor yang ada. Maka peneliti bisa saja memilih satu, dua atau beberapa faktor yang telah diidentifikasi. Pemilihan faktor harus didasari oleh alasan yang logis, misalnya karena diasumsikan bahwa faktor tersebut yang benar-benar dominan dalam mempengaruhi masalah utama baik dari sudut pandang teori maupun sudut pandang praktis atau fakta di lapangan. Faktor-faktor yang dibatasi tersebut selanjutnya akan berperan menjadi “variabel bebas penelitian”.
Berikut ini contoh mengenai batasan masalah. Peneliti melihat bahwa cukup banyak faktor penyebab minat membeli ulang. Peneliti mengalami kebingungan, faktor manakah yang sebenarnya paling dominan dalam mempengaruhi minat beli dari sekian banyak faktor yang ada? Ia perlu membatasi faktor tersebut agar masalah benar-benar terpecahkan. Peneliti akhirnya kembali menelaah gejala-
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 7
gejala yang ia identifikasi sebelumnya. Dari sekian banyak gejala ternyata masalah yang paling menentukan minat membeli ulang produk adalah faktor harga dan kualitas. Mengapa demikian? Ya, karena dari sekian banyak gejala, dia menangkap informasi bahwa gejala yang terbanyak/dominan adalah harga dan kualitas. Lihat kembali gejala-gejala tersebut: (a). konsumen mulai mengurangi konsumsi produk X karena “harga” naik dibanding masa-masa sebelumnya; (b). Konsumen mulai merasa bahwa “kualitas” produk X tidak lagi seperti tahuntahun awal produk dipasarkan; (c). Konsumen banyak beralih ke merek lain yang “berkualitas” lebih baik dan “harganya” lebih miring; (d). Ada konsumen yang berhenti sama sekali untuk menggunakan produk X karena merasa bahwa produsen sesuka hatinya menaikkan “harga” setelah produk mereka laku di pasaran; (e). Sebahagian konsumen memilih produk lain karena produk lain “terdistribusi” secara luas, mudah didapat di segala tempat; (f). Konsumen menganggap merek lain lebih terjamin “kualitasnya” karena memberikan garansi terhadap produk yang dipasarkan.
Lihat contoh kata yang bertanda petik (“) di atas. Di dalam gejala-gejala masalah tersebut sebenarnya ada tiga kelompok gejala masalah, yakni : harga (poin a,c,d); kualitas produk (poin b,c,f), dan distribusi (poin e). Gejala mana yang paling banyak? Gejala harga dan kualitaslah yang paling banyak terindikasi. Maka peneliti membatasi faktor yang mempengaruhi minat beli ulang hanya pada faktor “harga” dan “kualitas”, bukan yang lainnya. Tetapi jika peneliti memiliki kesanggupan, alangkah baiknya seluruh faktor yang ada ikut dijadikan sebagai bahagian yang diteliti.
Hubungan faktor-faktor yang dipilih terhadap masalah atau isu utama. Jika faktor sudah dibatasi maka peneliti perlu mengemukakan bagaimana hubungan masing-masing faktor yang telah dipilih dengan masalah atau isu utama penelitian. Agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, hubunganhubungan yang dikemukakan harus dirujuk dari sumber-sumber referensi ilmiah.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 8
Contoh bagaimana hubungan-hubungan faktor yang telah dibatasi dengan masalah atau isu utama terlihat dalam ilustrasi berikut ini. Peneliti membaca berbagai referensi ilmiah, ternyata harga mempengaruhi minat beli ulang (referensi A, B,C,D). Demikian juga kualitas produk dapat mempengaruhi minat beli ulang (referensi A, C, F,G).
Penutup/kesimpulan. Pada bahagian akhir latar belakang masalah peneliti perlu menarik kesimpulan dari hasil identifikasi terhadap permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakannya. Banyak ditemui di dalam skripsi atau tesis bahagian penutup atau kesimpulan seperti di atas dijadikan sebagai tempat menuliskan judul penelitian. Misalnya, dari uraian-uraian sebelumnya maka penelitian ini bermaksud mengkaji “pengaruh harga dan kualitas terhadap minat beli produk X”. Benarkah begitu? Sebenarnya tidak ada ketentuan baku, peneliti dapat mengemukakan kalimat-kalimat penutup lain yang lebih kreatif tanpa harus mengemukakan kalimat judul seperti contoh di atas.
Setelah melihat penjelasan-penjelasan di atas maka intisarinya latar belakang masalah hanya bersifat menangkap gambaran permasalahan awal. Jika peneliti ada memperoleh data-data yang bermasalah mengenai masalah utama, maka itu hanya merupakan gejala/indikasi, belum tentu masalah yang sebenarnya adalah begitu, sehingga perlu dilakukan penelitian. Jika peneliti ada memperoleh informasi mengenai faktor dan dampak dari masalah utama dari referensi, dan kemudian memilih faktor tertentu sebagai faktor yang mempengaruhi masalah utama, itu juga baru merupakan gambaran awal dari gejala yang teridentifikasi, belum tentu ia adalah faktor yang benar-benar mempengaruhi masalah utama. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Itulah gunanya dilakukan penelitian, karena ada keraguan, ada kebimbangan. Informasi awal yang diperoleh mungkin benar mungkin salah, mungkin ya mungkin tidak. Jika di dalam latar belakang masalah sudah terjawab dengan jelas masalah yang sebenarnya dan jawaban sudah ditemukan, maka apa guna penelitian dilakukan
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 9
lebih lanjut? Cukup di latar belakang masalah saja, maka penelitian sudah selesai dilakukan?.
Identifikasi Masalah Sebahagian program studi khususnya ilmu-ilmu bisnis menjadikan “identifikasi masalah” sebagai subbab di Bab I (Pendahuluan). Sebahagian lagi tidak membuat subbab tersendiri, karena identifikasi masalah pada hakikatnya telah tergambar di latar belakang masalah.
Jika memang menjadi subbab, maka seni dalam menulis identifikasi masalah, persis seperti latar belakang masalah. Perbedaannya adalah terletak pada keluasan penulisan.
Subbab latar belakang masalah berisi identifikasi yang lebih luas, didukung dengan berbagai referensi, setiap item yang diidentifikasi seperti gejala, faktor dan dampak dijelaskan satu persatu. Sementara subbab identifikasi masalah berisi ringkasan hal-hal yang telah diidentifikasi di subbab latar belakang masalah.
Tulisan ini memperjelas perbedaan identifikasi di subbab latar belakang masalah dan subbab identifikasi masalah. Perbedaan disajikan dalam contoh nyata untuk lebih memudahkan pemahaman mengenai permasalahan ini.
Di dalam subbab latar belakang masalah disarankan untuk mengidentifikasi halhal seperti: masalah atau isu utama, peran penting masalah atau isu utama, gejala/indikasi masalah atau isu utama, faktor-faktor yang mempengaruhi masalah atau isu utama dan pembatasan faktor yang mempengaruhi masalah atau isu utama.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 10
Di dalam subbab identifikasi masalah, hal-hal yang diidentifikasi tidak perlu seluas latar belakang masalah, tetapi dapat lebih diringkaskan lagi, yakni mengemukakan tentang: masalah atau isu utama & gejala/indikasinya dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah atau isu utama.
Lihat ilustrasi di bawah ini untuk membedakan gejala/indikasi masalah utama di subbab latar belakang masalah dan gejala/indikasi masalah utama di subbab identifikasi masalah: Ilustrasi Gejala Masalah di Subbab Latar Belakang Masalah dan di Subbab Identifikasi Masalah Latar belakang masalah Konsumen mulai mengurangi konsumsi produk X karena harga naik dibanding masa-masa sebelumnya. Harga produk X sebelum kenaikan harga dalah Rp. 1000 per unit, setelah kenaikan harga harga meningkat menjadi Rp. 2000 per unit. Kenaikan harga sebesar 100% tersebut cukup memberatkan bagi konsumen; Konsumen mulai merasa bahwa kualitas produk X tidak lagi seperti tahun-tahun awal produk dipasarkan. Dari 30 orang konsumen yang diwancarai seluruhnya menyatakan bahwa kualitas produk X sudah mulai menurun kualitasnya, terutama dalam hal rasa dan kemasan produk. Konsumen banyak beralih ke merek lain yang berkualitas lebih baik dan harganya lebih miring; Pada satu tahun belakangan muncul tiga produk sejenis dengan merek berbeda dari produsen yang berbeda pula, yakni merek A,M dan Z. Karena dalam masa promosi, produsen berani menetapkan harga yang lebih rendah dibanding produk merek X. Merek A menetapkan harga Rp. 1400 per unit, Merek M menetapkan harga Rp. 1500 per unit dan Merek Z menetapkan harga Rp. 1550 per unit. Dengan demikian harga rata-rata ketiga merek baru tersebut adalah sebesar Rp. 1483. Selisih harga inilah yang mempengaruhi minat konsumen untuk beralih dari merek A. Selain harga, konsumen juga berpersepsi bahwa kualitas produk pesaing tidak berbeda dengan merek X. Dari 25 orang responden yang diwawancarai mayoritas merasa puas dengan produk baru yang mereka konsumsi. Ada konsumen yang berhenti sama sekali untuk menggunakan produk X karena merasa bahwa produsen sesuka hatinya menaikkan harga setelah produk mereka laku di pasaran. Dari hasil wawancara dengan 30 orang bekas konsumen produk X, mereka kini benar-benar tidak lagi pernah membeli produk X. Mereka berpersepsi produsen tidak lagi memperhatikan daya beli mereka, hanya berorientasi kepada keuntungan produsen semata. Sebahagian konsumen memilih produk lain karena produk lain terdistribusi secara luas, mudah didapat di segala tempat. Dari pengamatan penulis, produk baru yang bermerek A, M dan Z lebih
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Identifikasi masalah Konsumen mulai mengurangi konsumsi produk X karena masalah harga; Konsumen mulai merasa bahwa kualitas produk X mulai menurun;
Konsumen banyak beralih ke merek lain yang berkualitas sama dan harganya lebih murah;
Ada konsumen tidak lagi menggunakan menggunakan produk X karena harganya naik;
Sebahagian konsumen memilih produk yang mudah didapat di segala
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 11
Latar belakang masalah mudah didapat dibanding merek X. Umumnya toko pengecer menyediakan produk di etalase penjualan mereka. Menurut pengecer, mereka lebih suka menyediakan produk yang banyak dicari oleh konsumen. Konsumen menganggap merek lain lebih terjamin kualitasnya karena memberikan garansi terhadap produk yang dipasarkan. Pengamatan peneliti memang produk X tidak memberikan garansi pengembalian produk, sementara mereka lain yakni merek A, B dan C tertera garansi pengembalian produk di dalam kemasannya.
Identifikasi masalah tempat;
Konsumen menganggap merek lain lebih terjamin kualitasnya.
Contoh subbab latar belakang masalah yang berisi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masalah utama (minat beli). Ilustrasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masalah Utama di Subbab Latar Belakang Masalah dan di Identifikasi Masalah Latar belakang masalah Kualitas produk, harga (referensi A). Kualitas produk merupakan ukuran mengenai baik-buruknya produk yang dihasilkan oleh produsen. Sedangkan harga merupakan sejumlah uang yang perlu dibayar oleh konsumen berdasarkan jumlah yang ditetapkan oleh produsen atau penjual. Konsumen sangat memberikan perhatian terhadap kualitas, jika produk bermutu, konsumen akan mencari produk untuk dibeli. Demikian juga dengan harga, umumnya konsumen mencari harga yang lebih murah dari merek lain dengan kualitas produk yang sama (referensi D, E, F). Promosi, distribusi (referensi B). Promosi berhubungan dengan upaya memperkenalkan produk kepada konsumen. Promosi yang kerap dilakukan akan mempengaruhi persepsi seseorang dan menimbulkan minat untuk membeli produk (referensi G, H). Demikian juga dengan distribusi, produk yang mudah didapat di segala tempat lebih dipilih konsumen. Hal ini disebabkan konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk menuju kepada tempat yang lebih jauh hanya untuk membeli produk yang dibutuhkannya (referensi, I, J). Faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis (referensi C). Faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis merupakan faktor perilaku konsumen. Umumnya konsumen berniat untuk membeli produk atas dasar kultur, subkultur dan kelas sosial; faktor sosial kelompok referensi, keluarga; faktor pribadi seperti usia, penghasilan, kepribadian; dan faktor psikologis seperti motivasi, persepsi, sikap (referensi K, L, M).
-
Identifikasi masalah kualitas produk harga promosi faktor budaya sosial pribadi psikologis
Seluruh contoh di atas memperjelas apa yang harus dikemukakan di dalam subbab identifikasi masalah dan bagaimana seni menyajikannya. Intinya, subbab identifikasi masalah adalah ringkasan dari subbab latar belakang masalah. Jika di dalam latar belakang, masalah diidentifikasi dengan cara yang lebih luas, maka di dalam identifikasi masalah ditulis lebih sederhana lagi.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 12
Batasan Masalah Bahagian batasan masalah adalah bahagian dimana peneliti mengemukakan luasnya masalah yang hendak dikaji. Batasan masalah berkaitan dengan identifikasi masalah, khususnya terhadap banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi masalah atau isu utama. Apakah semua faktor tersebut ingin diteliti atau hanya sebahagian faktor saja yang ingin dipilih peneliti.
Selain membatasi faktor, maka peneliti boleh juga membatasi hal-hal lain, seperti membatasi objek penelitian, membatasi lokasi penelitian, atau membatasi halhal lain yang dianggap penting oleh peneliti.
Pertama, membatasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah utama. Jika identifikasi masalah merupakan proses mengemukakan seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi masalah utama maka batasan masalah adalah memilih sebahagian atau bahkan seluruh faktor yang ada untuk diteliti. Biasanya peneliti tidak memilih seluruh faktor, peneliti umumnya membatasi satu atau beberapa faktor saja dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi masalah utama.
Contoh sebelumnya di bahagian identifikasi masalah, terlihat ada beberapa faktor yang mempengaruhi masalah utama (minat beli), antara lain: kualitas produk, harga, promosi, budaya, sosial, pribadi dan psikologis.
Apakah peneliti ingin mengkaji semua faktor yang mempengaruhi minat beli seperti di atas? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Jika peneliti mengkaji seluruh faktor yang ada maka peneliti harus banyak mengeluarkan pengorbanan untuk menelitinya. Karena alasan tersebut maka peneliti melakukan pembatasanyakni memilih satu, dua atau beberapa faktor yang mempengaruhi masalah minat beli ulang. Ilustrasi di bawah ini memberi contoh bahwa faktor yang dibatasi hanya dua yakni harga dan kualitas produk.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 13
Kualitas produk Harga Promosi Budaya Sosial Pribadi Psikologis
Minat Beli Ulang
Kualitas produk Harga
Identifikasi Masalah
Minat Beli Ulang
Batasan Masalah
Ilustrasi Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Kedua, membatasi hal-hal lain. Ada kalanya peneliti tidak hanya membatasi faktor-faktor masalah utama saja, tetapi juga bermaksud membatasi hal-hal di luar faktor-faktor masalah utama. Misalnya membatasi objek penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan sebagainya.
Sebagai contoh jika peneliti meneliti karyawan suatu perusahaan, karyawan di perusahaan tentunya memiliki banyak jenis, apakah karyawan tetap atau karyawan honorer, karyawan kantor pusat atau karyawan cabang, karyawan tingkat manajerial atau operasional dan sebagainya.
Penelitian kepada konsumen suatu produk sebagai objek penelitian, peneliti boleh membatasi konsumen pada suatu tempat yang diinginkannya, seperti di perkotaan atau pedesaan, atau konsumen segemen usia anak-anak atau dewasa, konsumen yang sudah loyal atau sesekali mengkonsumsi saja dan sebagainya.
Penelitian perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek, peneliti dapat membatasi apakah perusahaan yang dipilih untuk diteliti adalah perusahaan manufaktur, perbankan atau yang lainnya.
Peneliti boleh menentukan pembatasan seperti di atas berdasarkan kepentingan atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Walaupun sebenarnya
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 14
pembatasan-pembatasan lain seperti di atas bukanlah kewajiban mutlak harus ada pada bahagian batasan masalah. Ada tempat khusus di subbab lain seperti di dalam subbab teknik sampling yang lebih sesuai untuk mengemukakan pembatasan-pembatasan seperti contoh-contoh di atas. Ada subbab tempat penelitian jika peneliti ingin membatasi lokasi penelitiannya.
Berikut ini contoh kalimat dalam pembatasan masalah. Identifikasi masalah sebelumnya
memperlihatkan
bahwa
cukup
banyak
faktor-faktor
yang
mempengaruhi minat beli. Penelitian ini hanya menitikberatkan dua faktor saja yakni faktor sosial dan psikologis. Kedua faktor inilah yang dapat menentukan tinggi rendahnya minat konsumen untuk membeli produk X.
Peneliti hendaknya menghindari penulisan kalimat batasan masalah seolah-olah seperti mengemukan judul, sehingga tidak terlihat apa yang dibatasi dari hal-hal apa. Misalnya kalimat yang kurang tepat seperti itu adalah: Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh sosial dan psikologis terhadap minat konsumen membeli produk X. Walaupun tidak ada yang salah, hanya saja dalam contoh kedua tersebut peneliti tidak mampu mengungkapkan pembatasan apa dari apa.
Rumusan Masalah Batasan masalah pada bahagian sebelumnya adalah membatasi ruang lingkup apa yang hendak diteliti. Jika masalah sudah ditetapkan batasannya, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah penelitian.
Permasalahan-permasalahan yang dirumuskan tidak boleh di luar permasalahanpermasalahan yang sudah dibatasi.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 15
Kualitas produk Harga
Minat Beli Ulang
Batasan Masalah
Kualitas produk
Minat Beli Ulang
?
Harga
Minat Beli Ulang
?
Harga dan Kualitas Produk
Minat Beli Ulang
?
Rumusan Masalah
Ilustrasi Batasan Masalah dan Rumusan Masalah Misalnya peneliti sudah membatasi dua faktor yang mempengaruhi minat beli ulang yakni harga dan kualitas produk, maka peneliti dapat merumuskan semua hal tersebut, misalnya: 1. Apakah harga berpengaruh terhadap minat konsumen membeli ulang produk X?; 2. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap minat konsumen membeli ulang produk X?; 3. Apakah harga dan kualitas produk berpengaruh terhadap minat konsumen membeli ulang produk X?. Intinya rumusan masalah berperan sebagai penunjuk arah bagi peneliti apa yang sebenarnya ingin dicari tahu dari penelitian yang dilakukannya. Jika peneliti mampu membuat pertanyaan-pertanyaan di awal maka akan mudah bagi peneliti untuk mencari data-data apa yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tanpa rumusan pertanyaan yang jelas maka peneliti akan sulit mendapatkan data di lapangan.
Isi pertanyaan di dalam rumusan masalah juga harus diperhatikan oleh peneliti. Jangan sampai pertanyaan tersebut tidak bisa terjawab karena ketika peneliti mengumpulkaan data ternyata data tersebut sulit atau bahkan sam sakali tidak bisa diperoleh oleh peneliti.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 16
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada hakikatnya sejalan dengan rumusan masalah. Jika rumusan masalah adalah merupakan pertanyaan maka tujuan penelitian adalah berisi mengenai hal-hal yang akan dituju atau dicapai dari segala hal yang dipertanyakan di dalam rumusan masalah.
Oleh karena rumusan masalah dan tujuan penelitian pada dasarnya ada dua hal yang sama, pada beberapa perguruan tinggi ada yang hanya menggunakan subbab rumusan masalah ada pula yang menggunakan subbab tujuan penelitian saja.
Namun demikian, jika keduanya memang digunakan sebagai subbab yang terpisah, isi keduanya yakni antara rumusan masalah dan tujuan penelitian haruslah mengandung dua hal yang sama.
Kualitas produk
Minat Beli Ulang
?
Kualitas produk
Minat Beli Ulang
Harga
Minat Beli Ulang
?
Harga
Minat Beli Ulang
Harga dan Kualitas Produk
Minat Beli Ulang
?
Harga dan Kualitas Produk
Minat Beli Ulang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Contoh tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hal-hal di bawah ini: 1. Menganalisis pengaruh harga terhadap minat konsumen membeli ulang produk X; 2. Menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap minat konsumen membeli ulang produk X; 3. Menganalisis pengaruh harga dan kualitas produk terhadap minat konsumen membeli ulang produk X. ©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 17
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah berbicara mengenai kegunaan yang dapat diperoleh jika tujuan penelitian tercapai. Manfaat penelitian utamanya dapat diarahkan kepada dua hal, yakni: -
Manfaat teoritis;
-
Manfaat praktis.
Manfaat teoritis berhubungan dengan kemanfaatan hasil penelitian untuk masalah-masalah ilmiah, ilmu pengetahuan di bidang ilmu yang ditekuni oleh peneliti. Manfaat praktis ini bisa berguna bagi diri peneliti sendiri maupun bagi peneliti lain atau pihak lain yang membutuhkan informasi ilmiah dari para peneliti. Manfaat teoritis ini umumnya dijumpai pada jenis penelitian dasar (basic research, fundamental research).
Manfaat praktis berhubungan dengan kemanfaatan untuk tujuan pemecahan masalah dalam kehidupan manusia, khususnya permasalahan praktis yang relevan dengan bidang ilmu peneliti. Manfaat praktis umumnya ditujukan untuk lembaga tempat penelitian dilakukan atau pihak-pihak lain yang membutuhkan informasi dari saran-saran yang diberikan peneliti setelah penelitian selesai dilakukan. Manfaat praktis ini umumnya dijumpai pada jenis penelitian terapan (applied research).
Manfaat mana yang perlu dikemukakan peneliti di dalam subbab manfaat penelitian? Bisa saja hanya satu buah yakni manfaat teoritis saja atau manfaat praktis saja. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan kedua manfaat tersebut dikemukakan oleh peneliti.
Hanya saja peneliti perlu menyadari kemampuannya, jika memang penelitiannya hanya bisa memberikan manfaat untuk pengetahuan (penelitian dasar) dan belum mampu untuk memberikan manfaat memecahkan masalah (penelitian ©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 18
terapan), maka manfaat teoritislah sebenarnya yang sesuai untuk dikemukakan, bukan manfaat praktis. Sebaiknya peneliti tidak perlu terlalu berlebihan dalam mengemukakan manfaat penelitiannya.
Bahan Bacaan Lanjutan Adams, J.; & Khan, H.T.A.; Raeside, Robert & White, David (2007). Research methods for graduate business and social science students. New Delhi: Response Book. Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bernad, H.R. (2000). Social research methods: Qualitative and quantitative approach. California-London-Newdelhi: Sage Puclications. Bryman, A. (2005). Research methods and organization studies. USA and Canada: Routledge. Charmaz, K. (2006). Consructing grounded theory: A practical guide through qualitative analysis. London: Sage Publications Ltd. Cohen, L.; Manion, L.; & Morrison, K. (2000). Research methods in education. London: Routledge Falmer. Cooper, H. (1998). Synthesizing research: A guide for literature reviews. USA: Sage Publications Ltd. Creswell, J.W. (1994). Research design: Qualitative & quantitative approach. California: Sage Publications. Greener, S. (2008). Business research methods. USA: Ventus. Kaufman, A.S. & Kaufman, N.L. (2005). Essentials of behavioral science series. New Jersey: John Wiley & Sons. Kerlinger, F.N. (2000). Asas-asas penelitian behavioural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. McAdams, D.P.; Pals, J.L. (2007). The Role of Theory in Personality Research. Dalam Robins, R.W.; Fraley, R.C.; Krueger, R.F. (2007). Handbook of research methods in personality psychology. New York: The Guilford Press. Panneerselvam, R. (2006). Research methodology. New Delhi: Prentice Hall of India Limited. Sekaran, U. (2003). Research methods for business. Newyork: John Willey & Sons Inc. Suariasumantri, J.S. (2010). Pedoman penulisan tesis dan disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
©www.azuarjuliandi.com, 4 Oktober 2013.
Dilarang mengutip tanpa seizin penulis 19