MENULIS USUL DAN LAPORAN PENELITIAN BIDANG ILMU EKSATA1 Oleh: Hamim Sudarsono Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
PENGANTAR Tugas utama setiap dosen perguruan tinggi di Indonesia tertuang di dalam tiga dharma, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ketiga dharma ini disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi dan merupakan kewajiban utama yang harus dipenuhi oleh setiap dosen perguruan tinggi.
Idealnya, setiap dosen
mampu merancang dan melaksanakan ketiga dharma di atas secara bersinergi satu sama lain agar fungsi tri dharma benar-benar dapat diwujudkan secara terpadu sehingga ia dapat menengembangkan, menerapkan (mengabdikan), dan mengajarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan baik.
Kemampuan untuk
“mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni” inilah yang membedakan antara dosen perguruan tinggi dan guru di tingkat sekolah dasar hingga menengah yang tugas utamanya lebih dititikberatkan kepada dharma pengajaran/pendidikan. Sesuai dengan tugas tiga dharma di atas, maka seorang dosen dituntut tidak hanya menjadi pengajar/pendidik yang baik tetapi juga harus senantiasa berupaya untuk menjadi seorang peneliti profesional dan sekaligus mampu mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya dalam pengajaran dan program-program pengabdian kepada masyarakat. Salah satu keahlian dosen yang harus dikuasai untuk menjadi peneliti yang baik adalah kemampuan dalam menyusun usul penelitian dan menuangkan proses dan hasil-hasil penelitiannya dalam bentuk laporan penelitian maupun dalam bentuk artikel/makalah ilmiah yang diterbitkan dalam sebuah jurnal/buletin ilmiah.
Jika
seorang dosen/peneliti tidak menguasai teknik penulisan laporan/makalah ilmiah dengan baik maka kegiatan penelitiannya tidak akan memperoleh apresiasi sebagaimana mestinya. Dengan sendirinya, hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan juga tidak akan dikenal luas di kalangan akademik karena kualitas makalah ilmiahnya
1
Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian, Lembaga Penelitian Unila, 13– 19 Desember 2009
1
tidak mampu merepresentasikan hasil-hasil kegiatannya secara baik. Oleh karena itu, selain penguasaan terhadap substansi bidang kajian dan metodologi penelitian, penguasaan teknik penulisan makalah ilmiah juga merupakan syarat penting untuk menjadi seorang peneliti yang sukses. Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini membahas secara singkat aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dalam menulis makalah ilmiah. Sesuai dengan silabus yang diberikan, beberapa bahasan dan contoh yang disajikan dalam makalah ini menggunakan bidang kajian sains dan ilmu eksata meskipun secara umum prinsip penulisan karya ilmiah tidaklah berbeda antara bidang sains-eksata dan sosial-humaniora.
Mengingat semua peserta pelatihan ini telah memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam bidang penulisan ilmiah, makalah ini tidak membahas secara rinci komponen dan sistematika makalah ilmiah karena bentuknya yang bervariasi mulai dari usul penelitian, laporan penelitian, monografi, skripsi, tesis, disertasi, makalah jurnal, dan sebagainya.
Makalah ini juga tidak
menyajikan “teknik penulisan makalah” ilmiah secara detail mengingat kemampuan tersebut tidak mungkin dapat dicapai dalam waktu singkat. Pada akhir makalah disajikan beberapa tips sederhana yang mungkin bermanfaat dalam mempercepat proses pengolahan data, pengetikan dengan perangkat komputer, dan pengeditan akhir. SISTEMATIKA DAN PRINSIP UMUM ARTIKEL ILMIAH
Sistematika karya tulis yang paling umum digunakan di dalam artikel ilmiah adalah sistematika IMRAD (Introduction, Methods, Results, and Discussion). Sistematika ini telah dipakai sebagai format baku dalam artikel ilimiah sejak sekitar 100 tahun yang lalu. Sebelum para ilmuwan menganut sistematika IMRAD, jurnaljurnal ilmiah pada mulanya sebagian besar hanya bersifat deskriptif dan biasanya dalam susunan kronologis sederhana. Gaya deskriptif ini mungkin memang yang paling sesuai untuk kondisi dan jenis-jenis penelitian di masa lalu yang relatif sederhana. Memasuki paruh kedua abad 19, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Perkembangan dunia penelitian dan ilmu pengetahuan semakin canggih sejak Robert Koch dan Louis Pasteur berhasil mengembangkan metode pemurnian biakan mikroba yang menyebabkan ilmu pengetahuan dan pelaporan ilmiah semakin mendapat
2
apresiasi.
Dengan semakin rumitnya penelitian maka metodologi menjadi sangat
penting. Pasteur memerlukan pemaparan metodologi secara detail agar peneliti lain mampu mengulangi percobaannya yang akhirnya mematahkan teori spontaneus generation. Barangkali semenjak itulah prinsip reproducibility of experiment menjadi dasar yang sangat penting dalam falsafah ilmu pengetahuan.
Dengan prinsip ini
maka setiap peneliti akan mampu mengulangi percobaan yang telah dipublikasikan oleh peneliti lain. Sistematika IMRAD semakin banyak dianut oleh kalangan peneliti di berbagai bidang ilmu sejak diperkenalkan dan dibakukan oleh American National Standards Institute pada tahun 1972 dan 1979. Mungkin sistematika ini akhirnya diterima oleh kalangan ilmuwan karena susunannya yang sangat logis. Meskipun pada mulanya hanya banyak digunakan dalam laporan-laporan percobaan laboratorium biologi, sistematika IMRAD diakui merupakan yang paling pas dan merupakan pilihan terbaik bagi ilmuwan dalam menulis makalah mulai dari bidang kimia, biologi, arkeologi, hingga bidang sosial-ekonomi-humaniora. Selain bagian inti yang tercakup di dalam IMRAD, sebuah artikel ilmiah juga harus dilengkapi dengan komponen-komponen lain sesuai dengan panduan dan permintaan media publikasi.
Secara umum, komponen lengkap artikel ilmiah
meliputi: judul, abstrak, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka (beberapa jurnal ilmiah mungkin menetapkan sistematika yang agak berbeda).
Secara garis besar, prinsip-prinsip umum
penyusunan IMRAD dan kelengkapannya adalah sbb:
JUDUL Judul laporan/makalah ilmiah yang baik adalah yang menggunakan jumlah kata sedikit tetapi mampu menjelaskan isi makalah. Akan tetapi harus diingat juga bahwa judul yang terlalu singkat bisa berarti aspek yang terlalu umum atau kurang spesifik. Sebagai contoh, judul “Pengaruh Antibiotik terhadap Bakteri” mungkin telah memenuhi kriteria “singkat”. Judul ini tidak menjadi lebih baik apabila diubah, misalnya, menjadi “Uji Pendahuluan terhadap Pengaruh Jenis-jenis Antibiotik tertentu terhadap Berbagai Spesies Bakteri”. Judul “singkat” di atas bersifat terlalu umum karena tidak mungkin seorang peneliti dapat melaksanakan sebuah penelitian yang mempelajari pengaruh semua jenis antibiotik terhadap semua jenis bakteri. Judul yang lebih dapat diterima mungkin adalah: “Pengaruh Streptomisin terhadap 3
Mycobacterium tuberculosis”. Namun demikian, judul ini akan menjadi lebih baik dan lebih spesifik apabila dapat menggambarkan “pengaruh” apa sebenarnya yang diteliti, misalnya: “Penghambatan Pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis oleh Streptomisin”. Beberapa rambu penting yang perlu diperhatikan dalam membuat judul sebuah laporan penelitian/makalah ilmiah: Ringkas: menggunakan jumlah kata sesedikit-sedikitnya Informatif: menggambarkan subjek laporan dengan jelas Akurat: menjelaskan isi laporan dengan tepat Spesifik: menjelaskan subjek laporan secara spesifik Hindari penggunaan singkatan, kecuali yang telah diterima sebagai nama Hindari penggunaan rumus, lambang, dan nama dagang (gunakan nama
umum) Gunakan bentuk pernyataan umum, dan tidak menggunakan kata kerja aktif Mudah dimengerti Mengandung kata kunci
ABSTRAK Abstrak adalah ringkasan informasi dari suatu makalah ilmiah/laporan penelitian yang ditulis dalam satu paragraf. Suatu abstrak yang baik berisi ringkasan dari masing-masing komponen laporan penelitian: pendahuluan, bahan dan metode, hasil, dan pembahasan (IMRAD). Abstrak tidak boleh berisi informasi yang tidak tercantum di dalam makalah dan sedapat mungkin tidak mencantumkan referensi (kecuali misalnya apabila ada modifikasi dari metode yang pernah dipublikasikan sebelumnya). Karena jumlah kata dalam abstrak dibatasi (umumnya tidak boleh lebih dari 250 kata), penulisan abstrak memerlukan keahlian tersendiri dan harus diedit dengan seksama dan berulang-ulang agar bisa singkat tetapi tidak ada informasi penting yang terlewat. Sangat disayangkan apabila abstrak ditulis oleh penulisnya dalam kondisi terburu-buru sehingga kurang sempurna. Padahal, kemungkinan besar pembaca tidak akan membaca makalah lengkapnya apabila tidak tertarik lagi dengan asbstraknya!. Apabila ditulis dalam bahasa Inggris, sebagian besar atau semua bagian dari asbtrak harus ditulis dalam bentuk past tense karena abstrak menyatakan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan!.
Salah satu contoh dari abstrak dalam
makalah bidang biologi adalah sbb:
4
Toxicity of Five Insecticides Used to Control California Red Scale (Homoptera: Diaspididae) Against Susceptible Red Scale Strains G. P. WALKER, C. B. RICHARDS, W. G. JONES, AND D. C. G. AITKEN Department of Entomology, University of California, Riverside, California 92521
J. Econ. Entomol. 84(1): 17-24 (1991) ABSTRACT. Toxicities of carbaryl, malathion, parathion, methidathion, and chlorpyrifos were tested against 1-d-old first instars of three strains of California red scale, Aonidiella aurantii (Maskell). On the basis of their history, two of these strains were presumed to be susceptible to insecticides. Probit lines for the third strain were slightly to the right of lines for the susceptible strains for malathion, methidathion, and chlorpyrifos, but the shifts were not large enough to suggest resistance. For all strains, chlorpyrifos was most toxic, closely followed by methidathion. Carbaryl was least toxic, and the toxicities of parathion and malathion were intermediate between those of carbaryl and methidathion. Use of different spreader-stickers with the insecticides affected the concentration-mortality responses of California red scale to some insecticides. Therefore, for comparative work, we suggest that a single spreader-sticker should be used. Diagnostic concentrations for testing populations of California red scale for resistance to each of these insecticides are recommended. KEY WORDS: Insecta, Aonidiella aurantii, insecticide toxicity, insecticide resistance
Pada dasarnya, “abstrak” menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Mengapa penelitian dilakukan? [latar belakang dan tujuan]; (2) Apa yang dikerjakan dan bagaimana caranya? [metode]; (3) Apa yang diperoleh? [hasil]; dan (4) Apa makna hasil yang diperoleh? [implikasi]. Dengan kata lain, ”abstrak” adalah gambaran isi laporan penelitian secara ringkas, tepat, dan objektif, serta tanpa penafsiran atau kritikan tambahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis “abstrak”:
Panjang abstrak (umumnya) tidak lebih dari 250 kata.
Menjelaskan secara ringkas dan tepat latar belakang penelitian, tujuan, garis besar metode, hasil utama termasuk temuan baru bila ada, dan kesimpulan serta maknanya. Meskipun ringkas, informasi kualitatif dan kuantitatif dalam laporan diupayakan untuk diungkapkan selengkap mungkin.
Mengandung semua kata kunci dalam laporan.
Hindari penggunaan singkatan, kecuali yang telah diterima sebagai nama umum (misal DNA, pH).
Hindari pengacuan pada tabel, gambar, pustaka, atau lampiran.
Hindari penyampaian informasi atau kesimpulan yang tidak terdapat di dalam laporan. 5
PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang latar belakang suatu penelitian/percobaan tanpa harus membaca publikasi terdahulu dari topik yang sama.
Pendahuluan juga harus memberikan rational atau kerangka
pemikiran penelitian.
Yang paling utama, bagian pendahuluan harus menyertakan
secara singkat dan jelas tujuan dari penelitian yang dilakukan! Apabila ditulis dalam bahasa Inggris, pendahuluan (introduction) menggunakan bentuk present tense karena menyatakan permasalahan yang aktual dan pengetahuan yang telah ada pada saat awal penelitian berlangsung. Pendahuluan yang baik umumnya: (1) menyatakan pada bagian paling awal dengan sangat jelas masalah yang diteliti serta cakupannya, (2) mengulas referensi yang relevan untuk memberikan orientasi kepada pembaca, (3) menyatakan metode penelitian yang dilaksanakan, (4) menyatakan hasil utama dan kesimpulan utama. Secara umum bagian pendahuluan berisi komponen/sub-bab berikut:
•
Latar belakang dan Masalah: (1) menjelaskan masalah penelitian dan cakupannya; (2) alasan utama mengapa suatu penelitian perlu dilaksanakan yang disertai dengan data pendukung yang meyakinkan; (3) apa manfaat dari hasil penelitian yang diperoleh;
•
Kerangka Pemikiran: menjelaskan landasan teori untuk sampai kepada hipotesis. Kerangka pemikiran harus sejalan dengan hipotesis serta jika diperlukan menyajikan fakta atau data (hasil penelitian terdahulu), teori, serta logika yang mendukung hipotesis.
•
Hipotesis: menyatakan dugaan hasil-hasil penelitian yang diharapkan berdasarkan kerangka pemikiran. Ingat, bila hipotesis Anda tidak terbukti berarti Anda telah salah berteori atau ada faktor-faktor fundamental yang menyebabkan teori Anda tidak terbukti. Tidak selalu suatu usul penelitian menyatakan secara eksplisit hipotesis yag ingin diuji, terutama pada penelitian yang bersifat sigi (survey) dan peneliti tidak mampu membuat “ramalan” hasil yang akan diperoleh. Penelitian yang bersifat percobaan, baik laboratorium atau lapangan, umumnya menyatakan secara eksplisit hipotesis yang akan diuji berdasarkan kerangka pemikiran yang ada.
•
Tujuan Penelitian: kalimat yang secara khusus menyatakan tujuan dilaksanakan penelitian yang sedapat mungkin relevan dengan hipotesis dan metode yang diajukan.
6
Kisi-kisi penting “Pendahuluan”: • •
• •
•
• •
Memicu pembaca untuk terus membaca laporan setelah tertarik pada judul, abstrak, tabel, dan gambar. Menjawab pertanyaan berikut: o Mengapa penelitian dilakukan? [latar belakang] o Apa tujuan penelitian? [tujuan] o Apa hipotesis atau manfaat penelitian? [hipotesis/manfaat] Memposisikan ruang lingkup penelitian dalam konteks permasalahan yang lebih luas. Menjelaskan status atau kemajuan penelitian dalam bidang terkait sehingga dapat menemukenali kesenjangan informasi atau pengetahuan yang terkait dengan masalah yang diteliti. Merumuskan masalah penelitian yang ditunjang dengan data kuantitatif atau pustaka yang memadai (tidak meninggalkan pustaka penting terbaru dalam bidang terkait). Menjelaskan tujuan penelitian yang terkait dengan judul penelitian dan perumusan masalah. Menjelaskan manfaat penelitian atau sumbangan penelitian bagi perkembangan iptek.
BAHAN DAN METODE Pada bagian “pendahuluan” harus telah dinyatakan metode yang digunakan (bila perlu dijelaskan pula mengapa metode itu dipilih). Selanjutnya metodologi ini dinyatakan secara lebih detail dan rinci pada bagian “Bahan dan Metode”. Tujuan utama dari “Bahan dan Metode” adalah untuk memerikan percobaan dan pelaksanaannya agar peneliti lain yang bekerja pada disiplin yang sama dapat mengulangi atau memverifikasi percobaan yang anda lakukan. Meskipun sebagian pembaca mungkin tidak membaca bagian ini (mungkin karena sudah tahu dan tidak mempunyai interest terhadap metodologinya), bagian “Bahan dan Metode” harus ditulis secara seksama dan rinci karena di dalam kaidah metode ilmiah suatu penelitian harus dapat dibuktikan ulang. Suatu hasil penelitian akan diakui oleh komunitas ilmiah apabila telah diujicoba peneliti lain dan memberikan hasil yang konsisten. Hal ini hanya akan terjadi apabila “Bahan dan Metode” ditulis secara detail dan rinci. Seorang peer reviewer yang baik dan berpengalaman akan selalu membaca bagian metodologi dengan seksama.
Jika ia meragukan bahwa percobaan Anda dapat diulang dan
diverifikasi maka ia akan merekomendasikan penolakan publikasi makalah Anda
7
meskipun Anda telah berhasil memperoleh dan menyajikan hasil secara sangat mengesankan! Harus diingat bahwa sains tidak hanya mementingkan hasil tetapi juga sangat mengutamakan proses karena bisa saja suatu hasil yang diperoleh hanyalah bersifat kebetulan, bias, atau bahkan error!!
Salah satu cara terbaik untuk
mengetahui apakah bagian “metode” anda sudah sempurna adalah dengan meminta kolega yang satu disiplin ilmu membacanya dan tanyalah apakah dia sudah paham dengan metode yang Anda tulis (Anda tidak perlu harus membuat pembaca dari disiplin “ilmu politik” untuk memahami dengan baik prosedur penelitian mikrobiologi atau fitopatologi!). Pada intinya, bagian ”Bahan dan Metode” menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Bahan-bahan (dan alat-alat) apa yang digunakan? [spesifikasi bahan/alat]; dan (2) Bagaimana bahan-bahan itu digunakan? [metode]. Secara garis besar, bagian “Bahan dan Metode” dari suatu laporan penelitian atau artikel ilimiah berisi komponen-komponen berikut ini:
Tempat dan Waktu Penelitian : menjelaskan lokasi dan waktu penelitian. Jika diperlukan, wilayah geografi harus dijelaskan dengan tepat (bila perlu ditunjukkan dengan peta atau menyebutkan letak lintang). Waktu penelitian menjadi sangat penting jika percobaan yang dilakukan menggunakan tanaman atau hewan yang proses biologinya sangat dipengaruhi oleh musim.
Bahan dan Alat: mencantumkan spesifikasi teknis, jumlah, dan sumber atau cara memperoleh/menyiapkannya. Apabila berkaitan dengan bahan kimia, kadang-kadang perlu dicantumkan daftar bahan aktif serta senyawasenyawa yang dikandungnya. Sedapat mungkin dihindari penggunaan nama dagang (nama umum atau nama kimia lebih disukai!). Tidak perlu membuat daftar bahan dan alat yang sudah dikenal sehari-hari. Bahan dan alat yang belum umum dikenal perlu dijelaskan ciri-cirinya (spesifikasi) dengan tepat. Bahan kimia disebut dengan nama umumnya (keterangan nama dagang ditulis dalam tanda kurung pada waktu pertama kali disebut di dalam teks). Contoh: karbofuran (Furadan 3 G, b.a. 3%)].
Ciri-ciri hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme diuraikan dengan jelas: nama spesies, asal, strain, kultivar/galur: eq. Padi (Oryza sativa ‘Cisadane’), Wereng coklat, Nilaparvata lugens (Stål) (Homoptera: Delphacidae). Ciri-ciri hewan yang perlu dijelaskan antara lain umur dan jenis kelamin, ciri genetika dan fisiologi, makanan yang digunakan, dan kondisi pemeliharaan.
8
Material berupa hewan, tanaman, dan mikroorganisme harus diidentifikasi dan dicantumkan secara jelas, biasanya nama genus/spesies atau bahkan strain. Spesifikasi khusus seperti jenis kelamin, umur, asal spesimen, status genetik, dsb. juga merupakan informasi yang sangat penting.
Daftar peralatan yang digunakan harus juga mencantumkan spesifikasi teknis detail, misalnya model, nama pabrik pembuat, tahun pembuatan, ukuran, kapasitas, dsb.
Metode Penelitian: biasanya dideskripsikan dengan menggunakan kalimat pasif dan mengikuti urutan kronologis meskipun kadang-kadang metode yang berkaitan dideskripsikan secara bersamaan/komprehensif.
Kemukakan pendekatan teori dari suatu percobaan (bila belum dikemukakan pada bagian pendahuluan/kerangka pemikiran).
Kemukakan alasan menggunakan metode tertentu bila ada banyak pilihan metode.
Metode diuraikan secara rinci langkah demi langkah sesuai urutan pengerjaannya sehingga pembaca bisa mengikuti pekerjaan yang dilakukan peneliti.
Jika metode yang anda terapkan adalah metode baru maka anda harus menjelaskannya dengan semua detailnya. Jika metode ini sudah pernah digunakan oleh peneliti lain maka dapat dirujuk metode tersebut agar pembaca bisa mempelajari secara lebih lengkap.
Metode yang pernah diterbitkan tidak perlu diuraikan secara rinci, tetapi cukup dikemukakan prinsip metodenya dan pustaka acuannya, kecuali ada modifikasi.
Kode etik yang berlaku perlu diperhatikan bila dalam percobaan digunakan manusia, hewan tingkat tinggi atau organisme hasil rekayasa genetika.
Semua besaran dalam satuan SI (système international d’unités).
Peubah Pengamatan: jelaskan setiap peubah yang anda amati secara jelas (misalnya kriteria apa yang akan diamati dan bagiamana cara mengamatinya).
9
Contoh Penggalan dari Bahan dan Metode:
Scale Colonies. Three colonies of California red scale were maintained in the laboratory by the method described by Tashiro (1966). Two of the colonies were presumed to be susceptible strains because they had not been subjected to an insec- ticide application in many years (although they probably have been exposed to field-weathered insecticide residues on fruit used to maintain the colonies). One of these (Lab colony) was brought into laboratory culture at the University of California, Riverside (UCR) in the 1920s before the development of modern insecticides. The other colony (BC colony) was established in 1984 with red scale collected from the biological control grove on the UCR campus, a grove that had never been treated with insecticides. The third colony (Stauffer colony) was established in 1983 with California red scale collected from the Stauffer Chemical Corporation experimental farm in Orangecove, Calif., an area of high insecticide exposure where control failures with parathion had been reported. Great effort was taken to keep the strains genetically isolated. However, because they were maintained on field-grown lemons and because California red scale is ubiquitous in California, feral individuals were probably introduced into the colonies on fruit. The main experiments were conducted from December 1985 through July 1987. Experiments with spreader-stickers were conducted from June 1988 through June 1990.
Analisis Data: menjelaskan metode pengolahan data, termasuk mencantumkan program pengolah data yang akan digunakan, apakah akan dibuat kurva, sidik ragam, pembandingan nilai tengah, dan sebagainya. Analisis data yang diterapkan harus selalu relevan dengan tujuan dan hipotesis yang telah dituangkan pada bagian pendahuluan. Secara umum, prinsip-prinsip penting dari analisis data adalah sbb: Metode analisis yang umum cukup disebut jenis dan pustaka sumbernya, tidak perlu dijabarkan modelnya. Contoh: Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan enam ulangan. [tidak perlu memaparkan model RAL]. Macam perlakuan yang dicoba ialah ................. [disebutkan macam perlakuannya). Data diolah dengan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji selang berganda Duncan (Steel et al. 1998). Bila digunakan analisis statistika yang rumit dan dikembangkan sendiri, penulis harus memaparkan landasannya dan menguraikan secara rinci. Bila digunakan program komputer, nama program, versi, prosedur dalam program, dan pustakanya harus dituliskan. HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian ini dapat dikatakan sebagai bagian inti dari suatu makalah penelitian. Terdapat dua cara dalam penyajian hasil dan pembahasan. Yang pertama, menyajikan hasil dalam sub-bab yang terpisah dengan pembahasan. Dengan demikian seluruh hasil percobaan, baik berupa tabel atau gambar dinarasikan pada satu sub-bab, tanpa
10
dibahas. Cara ini umumnya ditempuh apabila penulis ingin membahasnya secara menyeluruh/ komprehensif. Cara yang kedua adalah dengan menempatkan hasil dan pembahasan dalam satu sub-bab atau bagian. Cara terakhir ini biasanya ditempuh untuk mengurangi pengulangan apabila data percobaan mempunyai struktur yang mirip atau apabila pengamatan dilakukan pada peubah yang sama pada beberapa jenis objek atau pada kurun waktu yang berbeda. Penyajian hasil sebaiknya tidak dilakukan dengan mengulangi bagian dari metode. Bagian hasil harus singkat, jelas, dan tidak harus menyajikan semua data. Penulis harus bisa memilih dengan baik data yang sangat penting dan menjadi inti dari penemuannya. Data berlebihan yang kurang relevan hanya akan membingungkan pembaca. Jika percobaan dilaksanakan dengan rancangan percobaan dan analisis statistika maka penulis harus menyajikannya dan menerjemahkannya bukan dalam “bahasa statistika” tetapi dalam “bahasa biologi”, “bahasa kimia”, “bahasa pertanian”, dsb. Secara umum, bagian ”hasil peneltian” hendaknya diupayakan memperhatikan hal-hal berikut ini:
•
Menjawab pertanyaan berikut: Apa yang ditemukan atau diamati?
•
Menyajikan hasil menurut urutan yang logis (misalnya mengikuti urutan prosedur pada metode).
•
Menyajika hasil penting (yang menjawab permasalahan yang diteliti) ditonjolkan dengan menempatkannya pada bagian awal alinea.
•
Menyertakan hasil dari kontrol (pembanding).
•
Mengemukakan hasil sekunder setelah hasil penting.
•
Mengemukakan pula hasil yang menyimpang dari hipotesis dan memberikan penjelasannya.
•
Menyajikan hanya data yang betul-betul terkait dengan permasalahan penelitian.
•
Jika perlu, menyajikan data dalam bentuk tabel atau gambar, dan mengemukakan hasil utamanya yang dapat diungkapkan dari tabel atau gambar tersebut (misal, hasil analisis).
•
Dalam memaparkan hasil, menekankan pada bidang penelitiannya, bukan segi statistikanya. Contoh penulisan yang lebih menekankan segi statistikanya dan perlu diperbaiki:
11
Populasi wereng daun Empoasca sp. pada varietas A (6,7 ± 0,9 ekor/tanaman) berbeda nyata dengan populasi pada varietas B (9,2 ± 1,5 ekor/tanaman). Hasil di atas dapat ditulis secara lebih tajam: Populasi wereng daun Empoasca sp. pada varietas A (6,7 ± 0,9 ekor/tanaman) lebih rendah daripada populasi pada varietas B (9,2 ± 1,5 ekor/tanaman). •
Tidak mengulang mengemukakan angka-angka yang telah disajikan pada tabel atau gambar.
•
Tidak mengulang judul tabel atau judul gambar dalam teks.
•
Tidak menggunakan judul tabel atau judul gambar sebagai kalimat pokok pada alinea.
•
Di dalam menyajian hasil analisis statistika:
Menyajikan data asli pada tabel, bukan hasil transformasi
Menunjukkan keragaman pengukuran (SB: simpangan baku) dan ketelitian pendugaan (GB: galat baku) serta jumlah contoh. Contoh: x ± SB (n) dituliskan: 4,2 ± 0,5 (30)
Cara yang paling umum dalam menyajikan hasil percobaan agar lebih singkat dan lebih mudah dipahami adalah dengan menggunakan tabel dan gambar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyajikan tabel hasil penelitian adalah sebagai berikut: •
Tabel sebaiknya hanya digunakan untuk data yang berulang. Data yang bisa disajikan dengan narasi sebaiknya tidak disajikan dalam bentuk tabel.
•
Jika harus menggunakan tabel, tidak semua data harus dimuat di dalam tabel. Sebaiknya dipilih angka/data yang penting dan mempunyai makna khusus di dalam percobaan. Setiap tabel yang dimuat memang benarbenar diperlukan.
•
Sedapat mungkin tabel disertai dengan keterangan yang jelas sehingga pembaca tidak harus mencari-cari penjelasannya di dalam nas makalah.
•
Judul tabel diusahakan ringkas tetapi mampu mewakili isi tabel.
•
Tabel hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembaca untuk mengikuti alur pemikiran peneliti.
12
Sebagai ilustrasi bagaimana memanfaatkan tabel dalam menyajikan hasil penelitian, perhatikan beberapa contoh berikut: Contoh Tabel 1. Kebutuhan oksigen beberapa spesies Streptomyces Spesies
Pertumbuhan Aerobik
Pertumbuhan Anaerobik
Streptomyces griseus
+
-
Streptomyces coelicolor
+
-
Streptomyces nocolor
-
+
Streptomyces everycolor
+
-
Streptomyces grenicus
-
+
Streptomyces rainbowenski
+
-
Apakah isi tabel di atas telah sesuai dengan kaidah pemuatan tabel? Apakah pemuatan tabel untuk data di atas tidak merupakan pemborosan (harus diingat bahwa untuk penerbitan jurnal yang profesional, biaya pemuatan tabel lebih mahal daripada nas)?.
Jika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya isi tabel di atas dapat
dinarasikan dengan satu kalimat saja, misalnya:
“Bakteri Streptomyces griseus, S. colicolor, S. cverycolor, dan S. rainbowenski tumbuh dalam kondisi aerobik, sedangkan S. nocolor dan S. greenicus tumbuh dalam kondisi anaerobik”. Contoh Tabel 2a. Karakteristik Streptomyces penghasil antibiotik.
Peubah
Spesies bakteri S. flouricolor
S. griseus
S. colicolor
S. nocolor
Suhu pertumbuhan optimal (o C)
-10
24
28
92
Warna miselium
Tan
Abu-abu
Merah
Ungu
Antibiotik yang dihasilkan
Fluoricillinmycin Streptomycin
Rholmondelay
Nomycin
4,108
2
0
Produksi antibitoik (mg/ml)
78
13
Secara sepintas barangkali contoh Tabel 2a di atas tidak ada yang salah. Semua informasi yang ingin ditampilkan telah tertera dengan jelas pada tabel. Akan tetapi, apakah rancangan tabel di atas cukup baik? Kira-kira, apakah pembaca dapat dengan mudah mengenali peubah (variabel) yang diamati oleh penyaji data? Bandingkan jika informasi yang sama dimodifikasi sehingga seperti yang telihat pada contoh Tabel 2b. Di sini pembaca akan lebih mudah untuk mengenali bahwa peubah yang diamati adalah: suhu pertumbuhan optimal, warna miselium, jenis antibiotik yang dihasilkan, serta jumlah produksi antibiotik yang dihasilkan. Contoh Tabel 2b terasa lebih sistematis dan lebih komunikatif daripada Tabel 2a.
Contoh Tabel 2b. Karakteristik Streptomyces penghasil antibiotik.
Spesies Mikroba S. flouricolor
Suhu pertumbuhan optimal (o C) -10
Warna Miselium
Jenis Antibiotik
Tan
Produksi Antibiotik (mg/ml) Fluoricillinmycin 4,108
S. griseus
24
Abu-abu
Streptomycin
78
S. colicolor
28
Merah
Rholmondelay
2
S. nocolor
92
Ungu
Nomycin
0
Bagian lain yang tidak kalah penting dari penyajian tabel di dalam makalah ilmiah adalah penggunaan gambar yang baik dan tepat. Beberapa jenis gambar yang umum digunakan di dalam makalah ilmiah antara lain grafik data, diagram (bagan), foto, dan peta. Grafik data bisa berbentuk grafik dua-peubah, grafik tiga-peubah, diagram batang (bar chart), diagram lingkar (pie chart), grafik segitiga (triangular graph), dan grafik radar/sarang laba-laba (radar/spider web graph).
Rincian yang
lebih detail dari jenis-jenis grafik dan gambar ini dapat dipelajari dari beberapa software komputer (misalnya Microsoft Excel) atau dari buku-buku yang relevan. Beberapa contoh gambar di dalam makalah ilmiah adalah sbb:
14
100
Konsentrasi (ppm)
M o rta lita s (% )
80 60
50
70
90
130
180
250
40 20 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hari setelah perlakuan
Gambar 1. Perkembangan mortalitas larva Crocidololomia pavonana akibat perlakuan dengan ekstrak Dysoxylum acutangulum (grafik dua peubah, gambar dari D. Prijono).
B o b o t b a d a n (k g )
85 78 71 64 57 50 160
164
168
172
176
180
Tinggi badan (cm)
Gambar 2. Sebaran data hubungan antara tinggi dan bobot badan (diagram pencar, gambar dari D. Prijono).
15
Mortalitas (%)
100
80
60 40
1 7 4 0 50
HS P
20
1 90 130 180 250 Konsentrasi (ppm) 70
Gambar 3. Hubungan mortalitas larva C. pavonana dengan konsentrasi D. acutangulum dan waktu pengamatan (grafik tiga peubah, gambar dari D. Prijono).
UT 160 BL
128
Myzus persicae
TL
96
Aphis gossypii
64 32 0
BR
BD
TM
TG
Gambar 4. Pencaran dua spesies kutu daun pada tanaman kentang menurut arah mata angin (grafik radar/sarang laba-laba, gambar dari oleh D. Prijono).
16
1800
Cisadane IR64 Sintanur
2
Luas bercak (mm )
1500
Pelita Ciliwung IR72
1200 900 600 300 0 Subang
Karawang
Cirebon
Lokasi Gambar 5. Luas bercak embun madu yang dihasilkan tiga koloni wereng coklat pada enam varietas padi (grafik batang, gambar dari D. Prijono). Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam merancang grafik antara lain:
Gunakan arsiran atau lambang bergradien untuk mewakili variasi peubah dari yang terbesar sampai terkecil
Bila lebih dari 1 grafik, gunakan skala sumbu-x dan sumbu-y yang sama.
Bila lebih dari 1 grafik, nama dan label sumbu hanya pada sumbu-x paling bawah dan sumbu-y paling kiri.
Bila memungkinkan, label langsung dicantumkan pada gambar, bukan pada legenda terpisah
Hindari arsiran halus
Gunakan lambang gelap ( ) bukan tanda x atau +
Pada diagram batang, gunakan balok putih atau arsiran, bukan balok hitam untuk menghemat tinta
Gunakan kombinasi huruf besar dan kecil untuk label gambar
Label sumbu harus cukup besar agar tetap mudah dibaca setelah proses pengecilan (reduksi)
Bila memungkinkan tunjukkan ukuran keragaman data (SB, GB, dll.)
17
Ukuran keragaman cukup ditunjukkan dengan satu garis pada satu sisi nilai rata-rata
Markah label jangan terlalu padat
Salah satu ciri penting dari makalah ilmiah di bidang eksata adalah kesederhanaan dan kelugasan bahasa yang digunakan.
Kesederhanaan dan
kelugasan merupakan kekuatan utama yang akan mempermudah pembaca untuk memahami hasil percobaan ilmiah bidang eksata. Perhatikan contoh berikut ini!
“Hasil percobaan tentang pengaruh penggunaan pupuk urea terhadap pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil percobaan terhadap pengukuran tinggi batang memperlihatkan bahwa pupuk urea menyebabkan pertumbuhan tanaman lebih tinggi”. Dalam sebuah makalah ilmiah, kalimat di atas akan jauh lebih praktis dan lugas apabila diringkas menjadi sebagai berikut: “Pupuk urea menyebabkan pertumbuhan tanaman lebih tinggi (Tabel 3)”. Bagian “pembahasan” merupakan penjelasan mengapa suatu hasil percobaan diperoleh. Kekuatan pembahasan sangat ditentukan oleh referensi yang relevan serta pengetahuan peneliti dalam substansi objek yang ditanganinya. Sangat disayangkan bahwa banyak hasil penelitian yang bagus tidak diikuti dengan pembahasan yang memadai karena kurangnya referensi yang dimiliki oleh si peneliti. Secara umum, inti pembahasan yang baik meliputi: •
Menjawab pertanyaan: Apa makna temuan penelitian?
•
Menguraikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan dan menggunakan permasalahan penelitian tersebut untuk mengawali pembahasan.
•
Membahas hubungan antara hasil penelitian dan hipotesis yang dikemukakan.
•
Mengemukakan hubungan antara temuan penelitian dengan pengetahuan yang ada (membandingkan dengan pustaka).
•
Menyajikan prinsip, hubungan, dan generalisasi yang ditunjukkan oleh hasil (membahas, bukan mengulang-ulang/merekap hasil!!).
18
•
Menunjukkan perkecualian dari hasil yang mungkin ada atau data yang mungkin tidak berkorelasi. Pembahasan yang baik tidak menyembunyikan perkecualian dari hasil !
•
Menunjukkan bagaimana suatu hasil dan interpretasi peneliti sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian sejenis yang pernah dipublikasikan.
•
Membahas implikasi teori berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh. Bila memungkinkan membahas juga aspek aplikasinya!.
•
Menyatakan kesimpulan sejelas-jelasnya!.
•
Meringkas dan menyajikan bukti-bukti untuk setiap kesimpulan yang ditarik. Kemukakan hasil-hasil baru dari penelitian Anda dan jelaskan mengapa hasil itu penting tanpa melebih-lebihkannya.
•
Tidak mengulang hasil atau tinjauan pustaka.
•
Membahas keterbatasan dari metode atau asumsi yang digunakan.
•
Menjelaskan hasil-hasil negatif atau yang menyimpang dari hipotesis dan kemukakan alasannya.
•
Membedakan antara fakta dan spekulasi (harus hati-hati dalam melakukan generalisasi).
•
Mengemukakan implikasi teoritis dari penelitian dan relevansi hasil penelitian dengan keadaan atau perkembangan terkini dalam bidang terkait.
•
Mengemukakan arah penelitian atau tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan.
KESIMPULAN
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembahasan adalah untuk menunjukkan hubungan dari berbagai fakta yang ada. Apabila peneliti salah dalam menunjukkan hubungan-hubungan tersebut maka akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Kesimpulan yang baik dari suatu makalah ilmiah harus selalu disertai dengan ringkasan fakta/hasil percobaan dan juga merupakan jawaban dari permasalahan yang dinyatakan dalam pendahuluan. Kesimpulan juga harus relevan dengan permasalahan, tujuan percobaan, hipotesis, metodologi, dan pembahasan. Secara praktis, cara termudah dalam menulis “kesimpulan” dari suatu artiel ilmiah
19
adalah dengan mengkopi dulu seluruh file “Hasil dan Pembahasan” dan kemudian membuang atau memotong bagian-bagian yang tidak diperlukan. Dengan cara ini maka akan dijamin bahwa penulis tidak akan membuat kalimat-kalimat kesimpulan yang tidak pernah dimuat di dalam “Hasil dan Pembahasan”. Yang perlu diperhatikan dalam membuat ”Kesimpulan dan saran” Kemukakan kesimpulan dengan singkat dan tajam. Jangan mengulang hasil atau pembahasan. Kemukakan makna hasil penelitian. Bagian saran: penelitian atau tindakan lanjutan yang perlu dilakukan.
• • • •
Cara Perujukan dan Penulisan Pustaka
Makalah ini tidak membahas cara merujuk, menyitir, dan menyusun daftar pustaka mengingat sistem ini tidak selalu sama untuk setiap disiplin ilmu. Setiap penulis harus mempelajari dan mengikuti panduan penulisan yang ada agar makalahnya dapat diterima dan dipublikasikan.
Bahasa Meskipun makalah ilmiah bukanlah karya sastra, penggunaan bahasa yang benar dan baku merupakan suatu keharusan. Karya ilmiah yang baik tidak harus kering dari bahasa yang indah. Perhatikan “bahasa lama” di bawah ini yang ternyata sanggup memerikan deskripsi biologi dari suatu spesies dengan sangat baik: Laetiporus mininiatus …. Soepa Kasintoe. Djamoer ini moedah dikenal sebab warnanja terang dan bagoes sekali. Toemboehnya banjak di tempat-tempat jang letaknja lebih tinggi dari 800m; djarang didapati dan di tanah rendah hanja satoe kali sadja kelihatan. Selama moesim hoedjan djamoer ini banjak tumbuh di atas pohon-pohon kajoe dan warnanja merah. Dari sebab itoe dinamakan boemipoetera ‘soepa kasintoe’ sebab dari djaoeh kelihatan seperti kasintoe (jaitoe ajam hoetan merah) doedoek di atas pohon kajoe. Djoega dinamakan kepada jamoer ini nama-nama jang lain seperti: soepa hondje atau jamoer djantoeng, karena warnanja merah seperti kembang hondje dan djoega seperti djantoeng pisang..... (C. van Overeem, 1925 dikutip dari Rivai, 1988). …..batu-batu yang gundul, hutan-hutan yang terbongkar, dan batang batang kayu yang hitam tertunu pada lereng-lereng gunung….. Golakan lahar dalam kawah yang lebar dan galak mengingatkanya pada gambaran hawa nafsu manusia yang bila murka membinasakan dirinya dan hasil karyanya sendiri…..(Frans Wilhelm Junghuhn, ahlifitogeografi topik Indonesia, dikutip dari Rivai, 1988)
20
BEBERAPA KIAT/TIPS YANG MUNGKIN BERMANFAAT
•
Pada saat melaksanakan penelitian, anda harus mencatat semua detail kegiatan penelitian anda. Never trust your memory!!. Catat tanggal berapa anda menanam tanaman percobaan, catat apakah hari itu hujan, kapan anda melakukan aplikasi perlakuan, dsb.
•
Rancanglah tabel pengamatan sedetail mungkin sesuai rancangan percobaan (sebelum pelaksanaan penelitian).
•
Manfaatkan dan integrasikan seoptimal mungkin kapasitas dan fasilitas yang tersedia pada softwares yang relevan yang terdapat di dalam komputer anda. Dewasa ini, hampir semua peneliti/penulis memanfaatkan software “Office” yang diciptakan oleh Microsoft Corporation sebagai piranti utama dalam mengolah data dan mengetik. Yang mungkin belum disadari oleh sebagian besar dari kita adalah bahwa pekerjaan pengolahan data dan pengetikan akan jauh lebih mudah apabila kita mampu memanfaatkan fasilitas komprehensif/integratif yang terdapat pada software Office dan sistem Windows-nya. Untuk menunjukkan manfaat ini, saya akan mendemonstrasikan kemampuan integratif dari software Excel, Word, SAS, dan Power Point.
•
Cara menulis kesimpulan yang paling “aman” (tidak keluar dari “hasil dan pembahasan”) adalah dengan mengkopi seluruh bagian “hasil dan pembahasan” dan kemudian membuang sebagian besar bagian yang tidak diperlukan.
•
Memeriksa dan mengetik “daftar pustaka” adalah bagian yang paling menyebalkan
dari
proses
penyusunan
makalah
ilmiah,
terutama
jika
pengerjaannya sudah menjelang tenggat waktu pengiriman laporan!!. Sementara itu, kita akan dianggap sebagai peneliti yang ceroboh jika terdapat referensi yang tertinggal tidak tercantum di dalam pustaka.
Untuk mengatasi hal ini, saya
menyarankan Anda mengumpulkan seluruh referensi yang telah Anda kumpulkan selama seumur hidup di dalam satu file komputer. Pada saat diperlukan, Anda tinggal memanfaatan fasilitas “Find” yang terdapat pada piranti “Word” untuk mencari pustaka yang diperlukan. Selanjutnya gunakan teknik “copy and paste” untuk mengetiknya. Dan terakhir, gunakan fasilitas “Sort” dari piranti “Word” untuk mengurut pustaka secara alfabetik.
21
•
Trik membuat “Daftar Pustaka” yang lebih panjang. Seringkali salah satu kriteria yang menentukan “kualitas” artikel ilmiah atau proposal penelitian adalah “kuantitas” dan “kualitas” (relevan, up to date, pustaka primer, dsb.) pustaka. Agar kuantitas atau jumlah pustaka terlihat lebih banyak, penulis dapat mencantuman sumber rujukan untuk fakta-fakta yang relatif umum yang sebenarnya bisa tanpa merujuknya.
Contoh: Jenis-jenis Aglaia yang sifat insektisidanya telah diketahui antara lain A. edulis, A. elaeagnoidea, A. elliptica, A. harmsiana, A. lawii, A. odorata, A. oligophylla, A. perviridis, dan A. tomentosa (Mikolajczak et al. 1989; Satasook et al. 1994; Kardinan, 1998; Kalshoven, 1981).
PENUTUP
Setelah sering menyelesaikan proses penyusunan makalah ilmiah, setiap penulis mungkin mempunyai jawaban yang berbeda jika ditanyakan kepadanya, “Bagian manakah yang tersulit dan terberat dari proses penulisan makalah ilmiah?” Sebagian orang mungkin akan menganggap bahwa bagian “hasil dan pembahasan” merupakan bagian terpenting dan tersulit dari sebuah makalah ilmiah, terutama yang berbentuk laporan penelitian. Sebagian orang lagi mungkin akan merasa sangat sulit dalam menulis “bahan dan metode” dari suatu usul penelitian. Pengalaman saya ternyata menunjukkan bahwa bagian “pendahuluan” adalah bagian yang paling banyak memerlukan konsentrasi dan sangat menguras kemampuan berpikir. Semakin saya belajar dari orang yang lebih paham atau dari berbagai sumber bacaan saya semakin menyadari betapa tingginya arti sebuah “pendahuluan” dalam suatu makalah ilmiah. Mengapa saya menganggap “pendahuluan” adalah bagian tersulit?
Karena
“pendahuluan” berisi landasan dan alasan utama mengapa Anda menganggap bahwa penelitian yang Anda rencanakan sangat penting untuk dilakukan dan sangat bermanfaat dalam aspek pengembangan ilmu maupun dalam aspek terapan. Sementara itu, bagian-bagian lain (metode, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan)
22
lebih saya anggap sebagai ketrampilan teknis. Semakin sering Anda melakukannya maka Anda akan semakin mahir! SUMBER RUJUKAN Beveridge, W.I.B. 1957. The art of scientific investigation: an entirely fresh approach to the intellectual adventure of scientific research. Vintage Books, New York. 239 pp. Day, R.A. 1979. How to write and publish a scientific paper. 3rd ed. Oryx Press, Phoenix. 211 pp. O’Connor M. 1991. Writing Successfully in Science. London: Chapman & Hall. hlm 31-54. Rivai, M. A. 1988. Memperindonesiakan biologi. Dalam, Adjat Sakri (ed), Ilmuwan dan Bahasa Indonesia: Menyambut 60 Tahun Sumpah Pemuda. Penerbit ITB. Bandung. 265 hlm. Sanusi, A.E. 1993. Paragraf. Makalah disajikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Mahasiswa Unila, 28 Januari 1993 (tidak dipublikasikan). Valiela I. 2001. Doing Science: Design, Analysis, and Communication of Scientific Research. Oxford: Oxford Univ Pr. hlm 183-253.
23