Sengketa Parade Militer Di Beijing ChanCT Dalam rangka memperingati 70 tahun Kemenangan Perang Anti-Jepang, pada tgl. 3 September 2015 kemarin ini, Pemerintah Tiongkok bukan saja melangsungkan Parade Kemiliteran secara besar-besaran, untuk mendemonstrasikan kemajuan persenjataan modern yang telah dicapai, mengajak negara-negara sahabat ikut serta meramaikan parade militer, tapi juga meresmikan tanggal 3 September sebagai hari libur nasional, hari besar kemenangan Rakyat Tiongkok. Hari yang PATUT selamanya diingat rakyat Tiongkok, sebagai hari kemenangan perjuangan rakyat membebaskan dirinya dari segala penderitaan kekejaman kemanusiaan dimasa penjajahan militerisme Jepang. Hari KEMENAGNGAN perjuangan rakyat yang PANTAS diperingati dan dirayakan seluruh rakyat Tiongkok. Pada saat satu Bangsa memperingati kemenangan dalam perjuangan keadilan dan kebebasan bangsanya, tentunya bangsa yang bersahabat juga ikut bergembira, ikut merayakan kemenangan bersama. Tapi kenyataan, pihak negara-negara barat, khusunya AS bukan saja tidak ikut menghadiri Parade Militer yang dilangsungkan itu Beijing itu, bahkan berusaha menghalangi kehadiran Presiden Korea Selatan, Park Geun Hye dan Sekjen PBB, Ban Ki Moon menyaksikan bangsa Tionghoa memperingati besar-besaran 70 Tahun Kemenangan Perang Anti-Jepang 3 September yl. Sedang Lian Can, tokoh Partai Nasionalis Tiongkok yang memimpin rombongan Taiwan ke Beijing untuk ikut menghadiri Parade Militer 3 Sept. itu, bukan saja diteriaki pendemo sebagai “Penghianat Bangsa”, dituntut untuk dijatuhi sanksi Partai karena melanggar keputusan PARTAI melarang ikut menghadiri Parade Militer di Beijing! Oleh karenanya, saat Lian Can kembali dari Beijing dilempari sepatu! Mengapa bisa begitu? I.
Rupanya selama ini pihak barat, AS dan negara Eropah hanya mengakui medan pertempuran PD-II, perang anti-faisme yang terjadi di Eropah, tidak mengakui kenyataan adanya medan pertempuran di timur, khususnya yang terjadi di Tiongkok dalam melawan fasisme, militerisme Jepang. Begitu juga pemerintah Jepang sampai sekarang TIDAK ada ketegasan mengakui telah melakukan AGRESI militerisme Jepang terhadap Tiongkok daratan dan PENJAJAHAN pada negara-negara Asia. Pemerintah Jepang, khususnya ekstrim kanan, tetap berkeras menganggap agresi kenegara-negara lain sebagai usaha “Saudara Tua membantu bangsa Asia mencapai kemerdekaan dari penjajahan Inggris dan Belanda”.
1
Begitulah Pemerintah kanan, PM Shinzo Abe yang sekarang berkuasa tidak hendak menyatakan minta maaf pada negara-negara yang pernah dijajah dan ngotot tidak hendak mengakui telah mengakibatkan jutaan rakyat menderita, telah terjadi kerja paksa Romusha dan adanya wanita-penghibur, bahkan tidak mengakui telah melakukan kekejaman pembantaian atas ratusan ribu rakyat tidak berdosa, baik pembunuhan massal di Nanking yang mencapai 300 ribu korban jiwa, juga yang terjadi di negara Asia lainnya, termasuk di Singkawang, Indonesia. Oleh karenanya pihak barat dan Jepang sampai sekarang TIDAK mengakui militerisme Jepang menyerah akibat kekalahan perang di Tiongkok, tapi selalu menyatakan Jepang menyerah setelah dijatuhkannya 2 bom Atom di Hiroshima dan Nagashaki oleh AS. Tiongkok bukan pihak menang perang dalam melawan Jepang. Benar kata Panglima Tentara Sekutu Asia Selatan-Tenggara, Jenderal Louis Mountbatten dari Inggris, “bodoh kalau menganggap Jepang menyerah karena bom atom yang meledak!” Sekalipun lebih 80 ribu korban bom-Atom meledak di Hiroshima, Nagashaki, tapi yang mati adalah penduduk sipil, bukan kekuatan tentara! Kenyataan setelah AS menjatuhkan bom atom ke-2 di Nagashaki tgl. 9 Agustus, Jepang juga belum menyerah! Justru setelah tgl. 5 Agustus Tentara Merah Sovyet resmi menyatakan perang melawan Jepang, tgl. 9 sudah masuk membantu Tentara Nasional Tiongkok menyerbu kekuatan induk Tentara Jepang di Timur-laut Tiongkok, dan tgl. 13 Agustus berhasil mengalahkan 75 ribu kekuatan Tentara induk Kwan Tong Jepang. Dikalahkannya kekuatan tentara induk Jepang oleh Tentara Merah Sovyet inilah yang memaksa Jepang MENYERAH sesungguhnya, dan melalui siaran Radio Jepang pada tgl. 15 Agustus 1945 menyatakan penyerahan. Dan, … saat penanda-tanganan Jepang menyerah dikapal perang Missouri AS, pihak Tiongkok diwakili Tiongkok Nasionalis. Jadi Jepang menyerah pada Sovyet, AS dan Tiongkok Nasionalis. Padahal kenyataan yang bertempur membantu Tentara Merah Sovyet dilapangan mengalahkan tentara induk Kwan Tong Jepang itu adalah Tentara Route ke-8 (Ba Lu Jun) yang dipimpin Partai Komunis Tiongkok. II.
Selama 60 tahun, sampai dengan tahun 2005, dalam sejarah rakyat Tiongkok, pihak PKT (Partai Komunis Tiongkok) selalu menyatakan Kuomintang atau PNT (Partai Nasionalis Tiongkok) yang diketuai Jendral Ciang Kai Sek itu hakekatnya
2
TIDAK melawan Jepang. Jadi, seolah-olah PNT sama sekali tidak berperan dalam Perang Anti-Jepang, dan yang mengalahkan Jepang semata-mata perjuangan PKT. Begitu juga pihak PNT, bahkan berkepanjangan sampai sekarang pun masih saja menegasi peran utama dan menentukan yang dimainkan PKT. Tentu saja saling menegasi peran yang dimainkan oleh PNT dan PKT tidak sesuai dengan kenyataan. Dimasa Ketua PKT Hu Jintao, konkritnya tahun 2005 saat memperingati 60 tahun Kemenangan Perang Anti-Jepang, sudah secara resmi mengakui kenyataan, Komando tertinggi Perang Anti-Jepang saat itu adalah Jenderal Ciang Kai Sek dari PNT, sedang Tentara-Nasional yg langsung dipimpin PKT hanya Tentara Route-8, kemudian ditambah Tentara ke-4 Baru. Ini Perang konvensional Anti-Jepang yang jelas dikomandoi oleh jenderal Ciang Kai Sek. Tapi, dalam kenyataan dilapangan, dimana medan Perang Anti-Jepang yang luas berlangsung didaratan Tiongkok itu, TIDAK hanya medan pertempuran tentara konvensional, sebaliknya lebih banyak pertempuran-pertempuran yang terjadi tiada henti-hentinya dilancarkan oleh Pasukan Gerilya nya PKT. Sebagai satu usaha yang dilancarkan setiap saat untuk mengganggu dan menggerogoti kekuatan tentara Jepang didaerah kekuasaan Jepang. Itulah strategi dan taktik Perang Rakyat yang dilancarkan Ketua PKT, Mao Tse-tung. Jadi, peran Perang GERILYA yang dilancarkan PKT inilah yang kenyataannya lebih ditakuti oleh tentara Jepang dan membuat tentara Jepang kewalahan tidak nampak dimana musuh berada dan membuat tentara Jepang tidak bisa istirahat dengan baik diseluruh wilayah Tiongkok yg sudah dikuasai. Kalau pihak PKT sudah berani mengakui peran yang dimainkan PNT, Ciang Kai Sek, dan oleh karena itu, sejak tahun 2005 PKT sudah bisa memberikan lencana “PENGHARGAAN Kemerdekaan” pada Veteran Tentara-Nasional yang berjasa besar saat perang Anti-Jepang. Mengangkat jenderal-jenderal heroik, termasuk jenderal patriotik Tentara-Nasional yang dianggap berjasa dan teguh melawan Jepang. Bahkan juga seorang tawanan Jepang yang kemudian diikut sertakan dalam pasukan Tentara-Route 8 (Pa Lu Cun) bisa mendapatkan Lencana “Kehormatan Kemerdekaan”, … salah seorang diantara 40 orang Jepang yang ikut menghadiri Parade Militer 3 September di Beijing. Sebaliknya pihak PNT, Presiden Ma Ying Ciu masih saja berkeras menyatakan peran utama PNT dalam komando, memimpin dan menentukan kemenangan Perang Anti-Jepang. Ma berusaha membuktikan dengan menyatakan, selama 8 tahun
3
Perang Anti-Jepang itu ada 268 jenderal yang berkorban dalam perang, sedang pihak PKT hanya seorang jenderal yang mati. Dari 22 kampanye perang yang besar terjadi selama 8 tahun itu, pihak PKT hanya berperan di kampanye Ping Xing Kuan, dan itu hanya berhasil memusnahkan satu resimen tentara Jepang saja. Jumlah tentara PNT yang dikomandoi jenderal Ciang berkurang selama perang, sebaliknya tentara yang dikomandoi PKT justru meningkat jauh lebih banyak. Lebih lanjut Presiden Ma menyimpulkan, semua itu membuktikan sikap PKT yang tidak sungguh-sungguh melancarkan perang, selalu menyingkir saat berhadapan dengan tentara Jepang dan naik keatas gunung guna memelihara kekuatan. Demikian pidato Presiden Ma tgl. 2 September yl, dalam rangka memperingati 70 tahun Kemenangan Perang Anti-Jepang di Taipei. Presiden Ma, tidak terpikir kenapa tentara PNT yang dikomandoi jenderal Ciang Kai-sek 268 jenderal mati berkorban dalam perang melawan Jepang? Ma tidak berhasil melihat bahwa begitu banyaknya jenderal PNT meninggal dalam perang melawan Jepang, bukan membuktikan kesungguhan dan kemenangan perang melawan Jepang. Tapi sebaliknya hanya membuktikan kekalahan perang yang terjadi dan ada KESALAHAN SERIUS pada jenderal Ciang yang menjadi Panglimanya! Sedang tentara PKT yg diketuai Mao sekalipun persenjataan sangat sederhana, dengan kesungguhan melawan Jepang dan gunakan taktik, main kucing-kucingan dalam menghadapi tentara Jepang yang telah membuktikan KEMENANGAN! Pasukan tentara PKT hanya seorang jenderal yang meninggal dalam perang, berarti hanya perang kali itu saja pihak tentara PKT yang kalah melawan Jepang. Presiden Ma juga tidak berhasil melihat, justru karena pasukan PKT teguh bersandar dan mengabdi rakyat, menjadi satu dengan Rakyat dimanapun mereka berada, dengan sendirinya mendapat dukungan kuat rakyat Tiongkok. Begitu Tentara Pa-Lu tiba disetiap daerah, petani didesa-desa berduyung-duyung gabung dalam barisan Pasukan Tentara Pa Lu yang dipimpin PKT itu. Jadi jumlah pasukan bukan berkurang selama perang, sebaliknya terus bertambah banyak selama perang anti-Jepang itu, … Tapi, bagaimanakah sesungguhnya melihat ketegasan, keteguhan PNT dan PKT perang melawan Jepang? Bukankah kita semua sudah mengetahui, bahwa jenderal Ciang sejak tahun 1927 menitik-beratkan tugasnya untuk menumpas komunis, baru setelah tahun 1936 di Si An, disandra oleh Jendral Yang Hu Cheng dan Cang Shue
4
Liang, jenderal Ciang terpaksa menghentikan gerakan menumpas komunis dan menerima usul bekerjasama dengan PKT untuk lebih dahulu menghadapi musuh bersama serangan agresi Jepang. Tidak perlu kita menelusuri pertempuran-pertempuran yang dilancarkan jenderaljenderal PNT, … dengan diakui 268 jenderal meninggal dalam perang Anti-Jepang, sudah menunjukkan peperangan yang dipimpin jenderal-jenderal itu yang dikalahkan Jepang. Tentu untuk mengatakan seluruh pertempuran yang dilancarkan PNT kalah, juga keterlaluan. Entah sesungguhnya ada berapa pertempuran besar-kecil yang bisa diajukan PNT untuk membuktikan pihak Tiongkok yang menang dan berhasil memusnahkan pasukan Jepang. Tapi, seandainya saja pihak PNT di Taiwan benar menganggap kemenangan Perang Anti-Jepang adalah kemenangan PNT yang berperan memimpin dan sangat menentukan, mestinya PNT juga akan memperingatinya secara baik, memberikan penghargaan dan kehormatan setinggi-tinggi pada pahlawan-pahlawan yang gugur selama perang melawan Jepang. Tapi kenyataan PNT TIDAK berbuat begitu! Saya bisa mengajukan kisah yang diajukan anak muda Taiwan, Wang Ping Chung yang berkesempatan ikut menghadiri Parade Militer 3 Sept. di Beijing, dalam wawancaranya menyatakan: “Seandainya dalam rangka memperingati 70 tahun kemenangan Perang Anti-Jepang kali ini, Beijing tidak menyelenggarakan Parade Militer dan mengundang tokoh pimpinan berbagai negara, termasuk tokoh PNT dan tokoh Partai lainnya di Taiwan, mungkin Pemerintah Nasionalis Taiwan tahun ini, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya juga tidak akan memperingati Kemenangan Perang Anti Jepang. Ketua Lian Can menuliskan kata-kata ’14 tahun berlumuran darah’, yang berarti perjuangan rakyat Tiongkok dibawah pimpinan PKT melawan Jepang sejak tahun 1931, berarti kami PNT yang baru mulai tahun 1936, jadi 8 tahun. Tapi, berdasarkan sejarah Taiwan sendiri sebenarnya sudah sejak 1895 dijajah Jepang, berarti seharusnya perjuangan rakyat Taiwan melawan Jepang sudah 120 tahun! Orang Taiwan lah seharusnya yang lebih dahulu dan mengutamakan memperingati perjuangan rakyat Taiwan melawan Jepang. Tapi, kenyataan TIDAK! Lebih lanjut Wang menyatakan, coba perhatikan, ada berapa tugu Pahlawan untuk mengenang dan menghormati pejuang melawan Jepang di Taiwan, sekarang coba bandingkan berapa banyak, besar dan megah nya yang dibangun di Tiongkok
5
daratan, dari kota besar Beijing, Shanghai, Nanking sampai kekota-kota propinsi.” Begitu tandas pemuda Taiwan yang baru berusia 28 tahun itu. Kedua, ada satu tulisan yang disiarkan BBC: “Rahasia setelah Perang, kolonel Jepang membantu mendidik Tentara Nasional”. Wartawan BBC yang mewawancarai putera kolonel Ta Chiao Che lang (大桥策郎) yang bertugas di Tiongkok daratan. Berdasarkan Okamura, setelah Chiang Kai-shek kalah perang, berusaha agar Jepang bisa berbuat lebih banyak membantu Tiongkok (baca Taiwan) dalam pembangunan Tentara Nasional. Pemerintah Jepang menyetujui dan menugaskan Kepala Staf Tentara Ke-23 medan Tiongkok, Tomita (富田直亮) pada bulan November 1949, bersama rombongan 83 perwira tinggi Jepang ke Taiwan. Dan untuk merahasiakan identitas Jepang, selama bertugas di Taiwan Tomita menggunakan nama Bai Hongliang. Sampai berakhir tugas ditahun 1969 telah mendidik perwira Nasional Taiwan lebih dari 9.000 perwira militer.” Jadi, melihat sikap jenderal Ciang Kaisek begitu dekat dan akrabnya pada Jepang, bagaimana bisa PNT sungguh-sungguh melawan Jepang selama perang anti-Jepang? Bagaimana bisa mengangkat dirinya dipihak yang MENENTUKAN dan UTAMA dalam kemenangan Perang Anti-Jepang di Tiongkok??? Ketiga, ternyata jenderal Ciang Kaisek juga TIDAK bisa menghargai dan menyanyangi jenderal yang teguh melawan Jepang. Baru saja saya mengetahui kisah mantan jenderal PNT, Cai Shen Shan yang sekarang sudah berusia 98 tahun, tapi masih jernih jalan pikirannya. Tidak pikun. Cai seorang jenderal yang kepala batu anti-komunis dan menjadi tawanan PKT, jadi termasuk kelompok tawanan perang yang terakhir dibebaskan di tahun 1975. Dari kisah jenderal Cai yang ditayangkan TV Phoenix hasil wawancara yang dibuat tahun 2008, bisa diketahui, kalau Jenderal Cai sejak tahun 1936 sudah bersama-sama Ciang Tsing Guo, putra Ciang Kaisek, mendirikan Pemuda Nasionalis dan menerbitkan Majalah pemuda. Jadi sudah sangat dekat dan akrab dengan Ciang Tsingguo. Ditahun 1938 Cai mengikuti pendidikan militer dan jabatan terakhir yang dicapai Mayor-jenderal. Di tahun 1949, saat PNT hendak hijrah ke Taiwan, Cai mengajukan pada Ciang Kai Sek, kalau PKT bisa melancarkan dari desa mengepung kota dan memenangkan perang, kenapa kita tidak gunakan taktik itu melawan dan merebut kembali kekuasan? Kenapa harus menyingkir ke Taiwan? Sebagai konsekwensi keteguhan melawan komunis, Cai tidak ikut pindah ke Taiwan, tapi tetap meneruskan perjuangan gerilya di Tiongkok dan akhirnya tertangkap.
6
Sebagai tawanan perang, Cai bersama 9 perwira lainnya sudah dijatuhi hukuman mati oleh Pemerintah Komunis, saat tiba hari eksekusi siap ditembak mati. Ternyata dia ditolong sahabat perwira PKT, yang menunda pelaksanaan hukuman mati untuk 2 tahun. Begitulah Cai akhirnya bisa selamat dan panjang usia, … hidup sampai sekarang dengan sehat di Hong Kong. Sebenarnya, saat dibebaskan tahun 1975, Cai memilih hendak ke Taiwan dan bersama beberapa perwira yg dilepas, singgah di Hong Kong dan ketika itu menjadi berita hangat didunia. Tapi, ternyata jenderal Cai sangat dikecewakan PNT, karena 5X permohonan masuk Taiwan, 5X ditolak. Rupanya PNT, Ciang Kaisek takut kalau Cai adalah orang yang sudah berhasil dicuci otak dan hendak diselundup masukkan ke Taiwan oleh PKT. Padahal tidak! Namun demikian, akhirnya jenderal Cai diusia usur masih berkesempatan merasa kelegaan dalam hidupnya, apa yang pernah diperjuangkan membela BANGSA Tionghoa dalam perang anti-Jepang bisa dihargai oleh Pemerintah Tiongkok yang berkuasa sekarang! Ditahun 2005, saat PKT memperingati 60tahun kemenangan Perang Anti-Jepang di Beijing, Cai termasuk salah seorang jenderal yang mendapatkan lencana kehormatan, dan, … tahun ini diusia 98, Cai sekali lagi diundang ke Beijing untuk ikut menghadiri Parade militer, sebagai veteran tua melawan Jepang yang dihargai dan dihormati! Sungguh sikap PKT berbeda dengan sikap PNT, dari Ciang Kai Sek sampai Ma Ying Ciu sekrang ini. III.
Apapun sengketa yang telah terjadi, yang jelas maksud PKT melangswungkan acara Parade Militer besar-besar dalam rangka Memperingati 70 tahun Kemenangan Perang Anti-Jepang ini, bukan untuk menggertak dan menakut-nakuti atau mengancam negara lain, termasuk Jepang. Semata menunjukkan kekuatan dan kemampuan militer Tiongkok untuk menjamin dan melindungi PERDAMAIN DUNIA, …! Itulah di penutup kata sambutan Ketua Xi Jinping pagi hari tgl. 3 Sept. membuka Parade Militer dimulai, yang mengumumkan pengurangan jumlah tentara sebanyak 300 ribu. Dan acara Parade Militer ditutup dengan pelepasan Burung Dara, dan balon warna-warni lambang PERDAMAIAN!
Bahan referensi: Bagi yang mengerti bahasa Tionghoa bisa ikut membaca: 1. “我是台湾同胞,我在观礼台上”-- 王炳忠 http://www.gelora45.com/news/PemudaTaiwanMenyaksikanParadeMiliterBeijing_Th.pdf
7
2. “战后秘密协助重建国军的前日本军人们” http://www.gelora45.com/news/RahasiaJepangMendidikTentaraKMT_Th.pdf
3.
蔡省三:最后的国民党战犯(上) http://v.ifeng.com/documentary/society/201007/257b04c2-cd8e-4e6d-a6c0-31f4baddad0e.shtml
蔡省三:最后的国民党战犯(下) http://v.ifeng.com/documentary/society/201007/285430d0-fb98-4be1-b707-35c0c7283ab6.shtml
8