SEMUA PERBUATAN DI MINTA PERTANGGUNG JAWABAN KELAK Hidup memiliki liku-liku kehidupan, dan tidak yang semua kita lakukan yang kita anggap benar juga benar di hadapan Allah, SWT. maka apa yang kita lalui dan jalani dalam aktivitas hidup ini haruslah kita mengerti dan terus kita pelajari agar tidak keluar dai rambu-rambu Allah. Ketika saya melakukan suatu bimbingan konsultasi ada yang menanyakan ke saya “ kalua ada orang yang shalat wajib lima waktu selalu berjamaan plus rawatibnya tidak pernah absen tapi dalam pelaksanaan yang lain kita lihat tidak ada yang bisa kita teladani, dan bahkan kita harus mengutuknya “. Saya menanyakan “ contohnya seperti apa “? Bapak A Shalat fardhu selalu jama’ah di masjid, tidak pernah absen. Tapi Bapak A mempunyai sedikit jabatan di desa ((satu tingkat di atas kepala dusun)) nah kalau ada yang mau buat satu surat keterangan kepala desa maka harus acc Bapak A, kalau ada pembagian raskin juga di mainkan hanya yang dekat dan kenal baik Bapak A yang mendapat, aduh yang lebih seram pembagian zakat juga di cengkeramannya. Padahal Baitulmal gampong ada pengurusnya, tapi kekuatan Bapak A seperti Tarzan. Manusia adalah Makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainya.Agar Manusia dipandang baik oleh Allah maka manusia harus berakhlak baik, baik kepada Allah maupun kepada sesama Manusia.Akhlak terpuji itu seperti Sabar,Jujur,Amanah,dan Adil. Allah Memerintahkan kepada Umatnya untuk bersabar,bersifat jujur,bersifatAmanah dan berlaku adil dalam menjalankan kehidupan ini. Analisa dari masalah di atas adalah sifat amanah dan adil Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusanurusan seperti itu. Secara syar’i, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanahamanah kepada pemiliknya.” (QsAn-Nisa.: 58)
“Ada 4 perkara yang jika semuanya ada pada dirimu maka tidak berbahaya bagimu apa yang terlepas darimu dalam dunia: Benar ketika berbicara, menjaga amanah, sempurna dalam akhlaq, menjaga diri dari meminta.” (HR Ahmad) Jenis-Jenis Amanah a.
Amanah Fithrah: Yaitu amanah yang diberikan oleh Sang Pencipta SWT sejak manusia dalam rahim ibunya, bahkan jauh sejak dimasa alam azali, yaitu mengakui bahwa Allah SWT sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pembimbing. Amanah Syari’ah/Din : Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan Allah SWT dalam memenuhi perintahnya dan menjauhi laranganya. Amanah Hukum/Keadilan : Yaitu Amanah untuk menegakkan hukum Allah SWT secara adil baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara. Amanah Ekonomi : Yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syariat Islam, dan menggantikan ekonomi yang bertentangan dengan syariat serta memperbaiki kurang sesuai dengan syariat. Amanah Sosial : Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami, jauh dari tradisi yang bertentangan dengan nilai Islam, menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, menepati janji serta saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang.
b. c.
d.
e.
Menurut bahasa, adil adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya dan tidak berat sebelah. Secara umum, adil adalah memperlakukan hak dan kewajiban dalam segala aspek kehidupan baik social, budaya, ekonomi, suku, ras, golongan di dalam lingkup keluarga maupun masyarakat secara seimbang, tidak memihak dan tidak merugikan pihak manapun. “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.”(Qs. Ali Imran ayat 8) “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di sisi Allah pada hari Qiamat”.(HR.Muslim)
Contoh-contoh Perilaku Adil a.
Bertindak bijaksana dalam memutuskan antara orang orang yang berselisih. b. Tidak mengurangi timbangan dan takaran.
c.
Bekerja secara optimal untuk mengatur berjalannya tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga semua rakyat mendapat keadilan dan tidak dikurangi haknya. d. Belajar secara maksimal dan sungguh-sungguh agar semua potensi yang telah diciptakan oleh Allah dalam diri kita dapat berkembang dengan baik e. Tolong-menolong dan bekerjasama dalam kebaikan. Cara untuk membiasakan diri berprilaku Adil dalam kehidupan sehari-hari a. Menyadari pentingnya keadilan dalam kehidupan manusia, baik yang menyangkut konsep keteraturan dan keseimbangan alam semesta maupun yang berkaitan langsung dengan kemaslahatan kehidupan manusia. b. Memahami nilai-nilai positif yang terkandung dalam prinsip keadilan c. Berusaha mempraktikkan prilaku keadilan untuk diri sendiri d. Berusaha mempraktikkan keadilan kepada orang lain Keadaan peradaban masyarakat yang semakin global dan tanpa disadari oleh masyarakat terjadi pergeseran pemahaman pelaksanaan nilai agama. Pada umumnya sekularisasi mempersempit kepercayaan beragama dan pengalaman beragama terbatas pada aspek yang bersifat khusus dalam kehidupan masyarakat dan anggotanya. Fungsi Agama Bagi Masyarakat Membicarakan peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal yang sangat earat kaitannya, dan memiliki aspek-aspek yang terpelihara yaitu pengaruh cita-cita agama dalam kehidupan individu dari grup sosial, dan sosial masyarakat. Menyangkut organisasi dan fungsi dari lembaga agama, sehingga agama dan masyarakat terwujud kolektivitas ekspresi nilai-nilai kemanusiaan yang mempunyai seperangkat arti mencangkup prilaku sebagai peganagan hidup individu dengan kepercayaan dan taat pada agama.1 Agama sebagai suatu sistem mencakup individu dan masyarakat, seperti ada emosi keagamaan, sifat paham, ritual dan upacara serta umat atau kesatuan sosial yang terikat terhadap agama. Agama dan masyarakat dapat diwujudkan pula dalam sistem simbol yang memantapkan peranan dan motivasi manusia. peraturan agama dalam masyarakat penuh dengan hidup, menekankan pada hal-
1
Muhammda, Hikam, Ialam Demrokratisasi Pemberdayaan sosial Society (Jakarta: Erlangga, 2000) Hal. 98
hal yang normatif atau menunjukkan pada hal-hal yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan. Fungsi agama bagi masyarakat antara lain2: 1. Fungsi Edukatif Fungsi edukatif yaitu agama berfungsi dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi yang sakral. Dalam setiap sanksi yang sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena hukuman bersifat duniawi, supramanusiawi dan ukhrawi3. Fungsi edukatif merupakan salah satu tujuan utama agama. Melalui pembimbing, ketua, dan pemimpinnya agama senantiasa memberikan pengajaran dan bimbingan pada umatnya agar selalu bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengajarannya, agama selalu mendorong agar setiap individu selalu patuh dan taat serta mempraktekkan ajaran dan perintah sesuai dengan agamanya. Melalui kehidupan rohani agamanya, seseorang diajarkan agar dapat tumbuh dewasa dan mengembangkan kepribadian yang baik sejalan dengan aturan dan nilai-nilai keagamaannya. 2.
Fungsi Penyelamatan
Keselamatan dan keamanan hidup merupakan dambaan dan harapan semua makhluk hidup di dunia. Setiap orang selalu berusaha keras untuk mencari dan memperoleh keselamatan. Hal ini dilakukan dalam berbagai cara sesuai dengan agama keyakinannya. Agama merupakan pegangan dan pedoman hidup manusia, yang diyakini merupakan jaminan yang paling utama dalam memperoleh keselamatan. Agama mengaajarkan cara dan aturan yang harus dipatuhi, ditaati, dan dijalankan agar dapat memperoleh keselamatan. Apabila seseorang mematuhi dan yakin terhadap agama maka akan diberi keselamatan dan senantiasa mendapatkan perlindungan dari agama agar terhindar dari segala bentuk ancaman bahaya kehidupan. 3.
2
Fungsi Sosial
Sri, Ariyani, Agama dan Budaya, (yogyakarta: UGM) Hal.5-6 Parsudi, Suparla, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995) Hal. 103 3
Fungsi agama dibidang sosial adalah fungsi penentu, dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka4. Agama bersifat universal dengan penganutnya yang berasal dari seluruh penjuru dunia yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda, suku, ras, warna kulit, gender, derajat sosial, pekerjaan, dan kasta yang berbeda-beda pula. karena latar belakang masyarakat penganut agama yang berbeda-berda, maka masyarakat akan memiliki nilai yang berbeda-beda pula. Kebutuhan dan pemahaman masyarakat terhadap nilai agama berbeda-beda pula. Karena itu perlu mempelajari pengaruh struktur sosial terhadap agama dan juga mempelajari pengaruh agama terhadap struktur sosial. Oleh karena itu, agama dapat dikatakan berfungsi memupuk rasa persaudaraan di antara sesama manusia dalam menjalin hubungan horizontal yang erat. Dalam kehidupan beragama setiap umat dengan latar belakang dan kebudayaan yang berbeda dapat bersatu dan bersama-sama menjalankan nilai-nilai keagamaan secara terus-menerus dan konsisten. Meskipun mempunyai banyak perbedaan prinsip dan tingkat pengetahuan, dalam keagamaan hal itu bukan merupakan penghambat agar umatnya dapat berinteraksi dan melaksanakan ajaran keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pertikaian dan perselisihan antar manusia dapat diselesaikan dengan adanya campur tangan dari agama sehingga pihak yang berselisih memahami manfaat dari pembelajaran agam dan dapat menghindari pertikaian. 4. Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control) Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu : Agama meneguhkan kaedah - kaedah susila dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat. Agama mengamankan dan melestarikan kaedah - kaedah moral ( yang dianggap baik ) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern . 5.
Fungsi Transformatif.
Fungsi transformatif diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat. Sedangkan menurut Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama dan masyarakat yaitu:
4
Giarti, Iis, Agama, Masyarakat dan Budaya, (Semarang: UNESA, 2009) Hal. 5
1. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi 2. Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara Ibadat 3. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada 4. Pengoreksi fungsi yang sudah ada 5. Pemberi identitas diri 6. Pendewasaan agama Berdasarkan paparan di atas maka agama sebagai petunjuk tata sosial. Berdasarkan nilai agama dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, nilai agama dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai agama dilihat dari sudut pandang emosional yang menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut mistisme. Rosulullah SAW bersabda : “Innamaa bu’itstu liutammima akhlaaq” Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. Yang ber tanggung jawab terhadap pendidikan akhlak adalah orang tua, guru, dan para pemimpin masyarakat. Pendidikan akhlaq ini sangat penting karena menyangkut sikap dan prilaku yang harus ditampilkan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari baik personal maupun sosial (keluarga, sekolah, kantor, dan masyarakat yang lebih luas). Akhlaq yang terpuji sangat penting dimiliki oleh setiap muslim masyarakat sebab maju mundurnya suatu bangsa atau Negara amat tergantung kepada akhlaq tersebut. Untuk mencapai maksud tersebut maka perlu adanya kerja sama yang sinergi dari berbagai pihak dalam menumbuhkembangkan akhlaq mulia dan men hancur leburkan faktor-faktor penyebab maraknya akhlaq yang buruk5. Ketaatan menjalankan agama bukan hanya di nilai dari ibadah yang wajib dan pokok saja terapi juga dari pengamalan pemahaman nilai-nilai ibadah itu sendiri. Sehingga bisa terlihat adanya perubahan yang signifikan dan menyeluruh dala segala aktivitas kehidupan bagi pelaku ibadah tersebut. ( Supiati, S. Ag Penyuluh Madya Kementerian Agama Kota Banda Aceh)
5
Rohiman, Notowidagyo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadit,.(Jakrta: PT Raja Grafindo Persada, 2000) Hal 108