SeminarNosional Peternakan dan Feienner 1997
ANALISIS EKSTRA MARGINAL SATU TINGKAT' PEMBERIAN KONSENTRAT PADA SAPI PO LAKTASI DALAM SISTEM USARATANI RAKYAT DI DAERAH LAHAN KERING DI JAWA TIMUR Ditinjau Dari Hasil Anak Sapi MARIYONO
dan M.
ALI YUSRAN
Instalasi Penelitian Pengkajtan Penerapan Teknologi Pertanian, Grati - Pasuruan
RINGKASAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai ekstra marginal basil penjualan anak akibat adanya input teknologi pemberian konsentrat pada ransum kebiasaan petani untuk sapi PO induk 3 bulan awal laktasi dalam kondisi pemeliharaan usahatani rakyat di daerah lahan kering di Jawa Timur . Sebanyak 31 ekor sapi PO induk beserta anaknya yang memperoleh pakan sesuai dengan kebiasaan petani digunakan sebagai mater penelitian; dari jumlah tersebut sebanyak 17 ekor diberi tamballan pakan konsentrat (PK = 16°%) dalain ransumnya, sebanyak 2 kg/ekor/hari selama 3 bulan awal laktasi . Analisis ekstra marginal hasil penjualan anak menunjukkan nilai minus Rp. 10.310,- ; yang berani pemberian suplemen konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/hari terhadap ransum kebiasaan petani untuk sapi PO induk pads 3 bulan awal laktasi dalam sistem usahatani rakyat di daerah lahan kering di Jawa Timur secara ekonomis tidak menguntungkan. Kata kunci : Ekstra marginal ekonomi, sapi PO laktasi, usahatani rakyat, daerah lahan kering PENDAHULUAN Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan bangsa sapi yang paling dominan keberadaannya di Jawa Timur dari segi jumlah populasinya (ANONIMOLIS, 1993). Sebagian besar sapi PO ini berada dalam kondisi pemeliharaan di usahatani rakyat, terutama di daerah-daerah lahan kering, yang bercirikan jumlah pemeliharaan 1-3 ekor induk per keluarga petani, sebagian difungsikan sebagai ternak kerja clan dalam sistem pemberian pakannya tidak rasional dan sangat tergantung kepada ketersedian hijauan pakan yang tumbuh di luar lahan olah tanaman pangan serta sisa-sisa produksi tanaman pangan tanpa ada tambahan pakan konsentrat secara rutin (THAHAR clan MAHYUDDIN, 1993; KOMARuDIN-MA'Sum et al., 1993). Hasil utama dari pemeliharaan sapi PO induk yang diharapkan petani dalam sistem usahatani rakyat adalah hasil penjualan anak; pada umumilya dijual segera setelah penyapihan, yaitu pada kisaran umur 3 sampai dengan 6 bulan (YUSRAN et al., 1992) . Dengan demikian prestasi tampilan jarak beranak dan pertumbuhan pedet prasapih yang dihasilkan mempunvai nilai ekonomi tinggi . Hasil penelitian FREKING dan MARSHAL. (1992) memberikan implikasi bahwa dalam bangsa sapi potong yang sama, variasi produksi susu berkaitan eras dengan perbedaan tingkat konsumsi pakan sapi induk yang bersangkutan dan berat sapill pedetnya. BEARDEN Clan FUQUAY (1980) telah menginformasikan, bahwa kekurangan suplai protein dapat mengakibatkan tertekaruiya sekresi hormon Gn-RH dan tertekan pula sekresi hormon-hormon gonadotropin dari pituitary clan sebagai 723
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997
akibatnya ovari tidak aktif Dengan demikian perhatian terhadap status gizi ransum sapi induk laktasi, khususnya kandungan proteinnya, sangat penting. Upaya untuk meningkatkan suplai protein pakan antara lain dengan pemberian konsentrat . Kondisi yang ada dalam sistem usahatani rakyat, bahwa petani pemelihara sapi PO tidak memberikan peningkatan status gizi ransum terhadap sapinya pads :saat laktasi . Petani tidak melakukan hal tersebut lebih dominan dikarenakan ketidak-berdayaan -modal atau perhitungan ekonomi semata. Dengan demikian upaya input teknologi untuk meningkatkan status gizi ransum sapi PO induk laktasi melalui pemberian konsentrat sangat perlu dilakukan analisis ekonomi, antara lain dengan melakukan analisis ekstra marginal, disamping melihat pengaruhnya terhadap nilai biologis temak, yaitu jarak beranak induk dan pertumbuhan anak. Hal ini dimaksudkan agar introduksi masalah tersebut dapat diadopsi oleh petani pemelihara sapi PO induk dalam sistem usahatani rakyat di Jawa Timur . MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dalam kondisi On Fawn Adapted Research (OVAR), yaitu pada usahatani rakyat di desa Tanjungrejo, kecamatan Tongas, kabupaten Probolinggo . Sebanyak 31 ekor sapi PO induk beserta anaknya yang memperoleh pakan sesuai dengan kebiasaan petani digunakan sebagai materi penelitian; dari jumlah tersebut sebanyak 17 ekor dcberi tambahan pakan konsentrat dalam ransumnya, sebanyak 2 kg per ekor per ban selama tiga bulan awal laktasi . Kandungan bahan kering (BK) dan protein kasar (PK) konsentrat, secara berurutan, adalah 86% dan 16% . Harga konsentrat (pada saat penelitian berlangsung) adalah Rp. 210,-Ikg. Parameter yang diamati meliputi ragam dan konsumsi pakan induk, pertambahan berat badan harian (PBBH) anak sampai dengan umur tiga bulan sertajarak beranak . Pengamatan jumlah dan ragam pakan dilakukan setiap tiga hari dalam satu minggu. Penimbangan berat badan anak dan indudc dilakukan setiap 15 hari. Jarak beranak diestimasikan dengan cara (jumlah hari antara saat beranak sampai dengan positif bunting kembali) + 280 hari. Analisis ekstra marginal dengan rumus
Em = (Pt
365 Jt
- Pk
365 Jk
(SABRANi, 1997)
) - (C x H)
Keterangan Em = nilai ekstra marginal Pt = harga anak dari induk yang memperoleh tammbahan konsentrat pada umur 3 bulan Pk = harga anak dari induk yang tidak memperoleh tambahan konsentrat (kontrol) pada umur 3 bulan Jt = jarak beranak induk yang memperoleh tambahan konsentrat Jk = jarak beranak induk yang tidak memperoleh tambahan konsentrat (kontrol) C = jumlah konsentrat yang dihabiskan selama 3 bulan H = harga konsentrat per kg Analisis statistik yang digunakan adalah uji-t terhadap nilai rata-rata . 724
Seminar Nosional Perernakon don I "eleriner 199"
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan tentang ragam bahan pakan dalam ransum sapi PO induk selama periode menyusui (3 bulan awal laktasi) dalam kondisi pemeliharaan di usahatani rakyat dalam penelitian ini seperti diuraikan di Tabel 1 . Tabel 1. Ragam bahan pakan dalam ransum sapi PO induk 3 bulan awal laktasi pada sistem usahatani rakyat di Jawa Timur Bahan pakan
Rata-rata persentase dalam bahan kering (%)-
Jerami padi Jeramijagung Rumput lapangan Jeramikacang-kacangan Klobot Rumput gajah Lain - lain
44 28 9 8 3 1 7
* lain-lain : daun mimba, daun lamtoro, daun,jaranan, daun pisang
Tabel 2. Rata-rata suplai, kebutuhan dan selisilt BK dan PK ransum dari dua pakan sapi PO induk laktasi Uraian Suplai (kg/hari/ekor) -BK -PK Kebutuhan (kg/hari/ekor) -BK -PK Selisih suplai dengan kebutuhan (kg/ltari/ekor) -BK -PK Suplai per kebutuhan (%) -BK - PK
pemberian
poly
Pola pemberian pakan Tanpa konsentrat Diberi konsentrat (kontrol) (perbaika n) 7,23 0,72
1,28 0,14
8,82 0,83
t f
2,49 0,16
6,57 t 0,57 0,80 f 0,08
6,98 0,81
f f
1,16 0,14
t f
+1,26 -0,08
+1,85 +0,02
119 90
126 102
Dikarenakan penelitian irti dilaksanakan pada periode musim kemarau, maka nantpak bahaa dalam ragarn bahan paka» didontina»si oleh jerami padi dan jagung. Pada Tabel I jugs ditunjidkkm
Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1997
bahwa tidak terdapat pemberian pakan konsentrat maupun hijauan sumber protein tinggi (kelompok leguminosa) dalam jumlah yang mencukupi . Pada kondisi ransum pemberian petani, yaitu pemberian tanpa konsentrat (kontrol) nampak, bahwa rata-rata suplai PK hanya 90% dari kebutuhan (NRC, 1978) sedangkan ransum sapi-sapi yang memperoleh tambalian konsentrat suplai PK-nya adalah 102% dari kebutuhan (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan, bahwa petani kurang memperhatikan perlunya peningkatan status gizi sapi PO induk selama periode menyusui . Akibat dari kedua pola pemberian pakan tersebut di atas terhadap tampilan jarak beranak induk dan pertantbahan berat badan harian (PBBH) anak dalam periode prasapih (sampai dengan umur 3 bulan) dapat dilihat dalam Tabel 3 . Tabe13 . Rata-rata jarak beranak dan PBBH anak umur 3 bulan sapi PO pada dua pola pemberian pakan (P>0.05) . Uraian Jarak beranak (hari) PBBH anak umur 3 bulan (gram/hari/ekor)
Pola pemberian pakan Tanpa konsentrat Diberi konsentrat (kontrol) (perbaikkan) 430,00 t 25,85 415,41 f 22,37 514,16 f 152,44
526,38 f 138,36
Tabel 4. Analisis nilai ekstra marginal hasil penjualan anak umur 3 bulan sapi PO pada dua pola pemberian pakan Uraian
-
Jarak beranak (hari) Produksi anak per tahun (ekor) Harga pedet pada umur 90 hari (Rp) Jumlah pakan konsentrat selama 90 hari(kg) Harga konsentrat (Rp/kg)
Nilai ekstra marginal (Rp):
Pola pemberian pakan Tanpa konsentrat Diberi konsentrat (kontrol) (perbaikan) 430,00 0,85 450 .787,-
415,41 0,88 466.657, 180 210 10.310,-
Hasil analisis terhadap nilai ekstra marginal penggunaan konsentrat pada pakan sapi PO induk laktasi, sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 4 temyata :menunjukkan nilai negatif, yaitu sebesar minus Rp 10.310,- . Hasil ini memberikan arti, bahwa pengetrapan teknologi pemberian konsentrat seperti dalam penelitian ini belum memberikan keuntungan secara ekonomis ditinjau dari hasil penjualan anak bahkan mengalami kerugian dibandingkan dengan pola pemberian pakan yang sudah biasa dilaktdcan oleh petani peternak di lakasi penelitian. 726
SeminarNasionai Peternakan dan Peteriner 1997 Hal ini dikarenakan prestasi jarak beranak dan PBBH anak sampai dengan umur tiga bulan sapi-sapi yang memperoleh konsentrat tidak terdapat peningkatan yang berani dibandingkan tanpa pemberian konsentrat (kontrol), bahkan terdapat tambaltan biaya produksi yaitu biaya pakan konsentrat . Pemakaian teknologi ini akan mencapai titik impas Apabila dapat menghasilkan PBHH anak sebesar 560,30 gram/ekor/hari .
KESIMPULAN Hasil analisis ekstra marginal hasil penjualan anak menunjukkan, bahwa pemberian suplemen konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/hari (PK = 16%) terhadap ransum kebiasaan petani untuk sapi PO induk pada tiga bulan awal laktasi dalam sistem usahatani rakyat di daerah lahan kering di Jawa Timur secara ekonomis tidak menguntungkan . DAFTAR PUSTAKA ANoNimous . 1993 . Laporan Tahunan . Dinas Petemakan Dati I Propinsi Jawa Timur . Surabaya . BEARDEN, H.J . dan 4.W. FUQUAY .1980 . Applie d Animal Reproduction. Reston publishing Co. Inc. Virginia. KomARUDrN-MA'sum, M . ALI YUSRAN dan ESALA TELENI . 1993 . Draught Animal Systems in Indonesia : East Java . Dalam : E. Teleni, R.S .F . Campbell dan D . HofLnann (Eds .). Draught Animal Systems and Management : An Indonesian Study . ACIAR Monograph No . 19 . Canberra, Australia . FREKING, B .A ., dan D.M . MARSHALL . 1992 . Interrelationships of heifer milk production and other biological traits with production efficiency to weaning . J . Anim . Sci . 70 : 646-655 . SABRANI, M. 1997 . Economics of surge feeding of cattle . Inpress. THAHAR, A . dan P . MAHYUDDIN . 1993 . Feeding and Breeding of Draught Animals : Feed Resources . Dalam E . Teleni, R .S .F . Campbell dan D . Hoffinann (Eds .) . Draught Animal Systems and Management : An Indonesian Study . ACIAR Monograph No . 19 . Canberra, Australia . YusRAN, M . ALI, Y .P. AcHMANTo dan KomARUDIN-MA'sum . 1989 . Profiles of draught animal rearing in two villages in East Java . DAP Project Bulletin No . 9 .
TANYA JAWAB I Ketut Sutama : Berapa biaya produksi untuk menghasilkan 1 ekor pedet, sehingga bisa dihitung beberapa pedet tersebut harus dijual . Mariyono : Apabila dihitung secara rinci (ekonomi) pedet yang dihasilkan oleh para petani tidak ada untungnya, hal ini dilakukan karena pakan hijauan tidak beli, tenaga kerja keluarga . Disini para petani memanfaatkan tenaga luang yang dimiliki . Atien Priyanti : Apa yang dimaksud C dan H pada rumus yang digunakan ? Mariyono : C = Jumlah konsentrat yang dikonsumsi selama 90 hari pasca beranak . H = Harp konsentrat/kg.