Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 PEMANFAATAN MAKANAN ALAMI OLEH IKAN-IKAN DOMINAN DI DANAU BATUR, PROVINSI BALI
MB-04
Agus A. Sentosa* dan Danu Wijaya Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan Jl. Cilalawi No. 01, Jatiluhur, Purwakarta Jawa Barat 41152 *Penulis untuk korespondensi, E-mail:
[email protected] Abstrak Danau Batur merupakan danau terbesar yang terdapat di Pulau Bali dengan komunitas ikan yang sebagian besar didominasi oleh ikan introduksi. Studi mengenai kebiasaan makanan perlu dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan sumber daya makanan alami oleh beberapa ikan dominan tertangkap di Danau Batur. Penelitian dilakukan dengan metode survei lapang di Danau Batur, Bali pada bulan Mei, Juli dan Oktober 2011. Contoh ikan diperoleh menggunakan jaring insang percobaan dan hasil tangkapan nelayan. Ikan dominan tertangkap di Danau Batur terdiri atas ikan nila (Oreochromis niloticus), mujair (Oreochromis mossambicus), dan nyalian poleng (Rasbora lateristriata). Hasil analisis dengan indeks bagian terbesar menunjukkan ikan nila dan mujair cenderung memanfaatkan fitoplankton dan zooplankton sebagai makanan alaminya, sementara ikan nyalian poleng cenderung memanfaatkan serangga air. Peluang terjadinya kompetisi makanan di Batur oleh ikan-ikan dominan relatif kecil. Kata kunci: danau batur, ikan dominan, makanan alami Pengantar Danau Batur merupakan salah satu danau yang terdapat di Pulau Bali dengan luas 2 2 permukaan sekitar 16,075 km . Apabila dibandingkan dengan luas Danau Beratan (3,7 km ), 2 2 Danau Buyan (3,6 km ) dan Danau Tamblingan (1,1 km ), maka Danau Batur merupakan danau yang terbesar di Provinsi Bali (BPS Provinsi Bali, 2010). Danau tersebut telah dimanfaatkan masyarakat di sektor perikanan, selain sektor pertanian dan pariwisata yang telah berkembang sebelumnya (Suryono et al., 2006; Gubernur Bali, 2010).Kesepakatan Bali tentang PengelolaanDanau Berkelanjutan yang dihasilkan pada Konferensi Nasional Danau Indonesia I Tahun 2009 pun telah memasukkan Danau Batur sebagai salah satu dari 15 danau prioritas nasional tahun 2010 – 2014 (Suwanto et al., 2011). Introduksi ikan di Danau Batur telah dilakukan oleh beberapa pihak dalam upaya untuk meningkatkan aktivitas perikanan di wilayah tersebut. Jenis ikan yang diintroduksikan tersebut umumnya merupakan ikan ekonomis penting seperti nila (Oreochromis niloticus) yang pada tahun 2009 telah ditebar oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai upaya meningkatkan ketersediaan stok ikan, karena nilai ekonomis komoditas ikan nila di Danau Batur cukup tinggi dan digemari masyarakat setempat (Surya, 2009). Ikan-ikan introduksi di Danau Batur telah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungannya sehingga pertumbuhannya cukup baik dan mendominasi hasil tangkapan nelayan di danau tersebut. Keberhasilan adaptasi ikan tersebut tentu saja didukung oleh ketersediaan sumber daya makanan alami yang menjadi salah satu faktor utama bagi kehidupan ikan. Oleh karena itu, informasi mengenai pemanfaatan makanan alami oleh ikanikan yang hidup di Danau Batur menjadi penting dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan di wilayah perairan tersebut. Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui karakteristik pemanfaatan makanan alami oleh ikan di Danau Batur dengan kajian dibatasi hanya pada ikanikan yang dominan tertangkap. Keberadaan ikan yang mendominasi suatu perairan menunjukkan adanya kesesuaian dengan sumber daya makanan alami yang tersedia. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan di perairan Danau Batur di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Banglidengan metode survei lapangan yang dilakukan pada bulan Mei, Juli, dan Oktober 2011
Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04) - 1
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 (Gambar 1). Contoh ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari hasil tangkapan jaring insang percobaan dengan ukuran mata jaring 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 inchi yang dipasang pada setiap stasiun pengamatan (kecuali bagian tengah danau) dan hasil tangkapan nelayan setempat.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Danau Batur, Bali. Contoh ikan kemudian diidentifikasi jenisnya berdasarkan Kottelat et al. (1993) yang kemudian dibandingkan dengan data menurut Fishbase (Froese & Pauly, 2011), kemudian dilanjutkan dengan pengukuran panjang dan bobot tubuhnya.Selanjutnya, contoh ikan tersebut dibedah pada bagian perut dan diambil saluran pencernaannya kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan diberi larutan formalin 4% sebagai pengawet. Pengamatan isi saluran pencernaan ikan dilakukan di Laboratorium Biologi Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan di Jatiluhur, Purwakarta. Analisis data untuk mengetahui pemanfaatan makanan alami oleh ikan dilakukan menggunakan metode indeks bagian terbesar (index of preponderance) yang dikemukakan oleh Natarajan & Jhingran (1961) dalam Effendie (1979) dengan rumus sebagai berikut:
IP(%) =
Vi x Oi n
∑ (V xO ) i =1
i
× 100
i
Keterangan : IP = Indeks bagian terbesar (Index of Preponderance) Vi = Persentase volume makanan ikan jenis ke-i Oi = Persentase frekuensi kejadian makanan jenis ke-i n = Jumlah organisme makanan ikan (i = 1,2,3,...n)
Penentuan tingkat trofik jenis ikan diketahui berdasarkan rumus menurut Caddy & Sharp (1986) sebagai berikut:
Ttp × I i Tp = 1 + ∑ 100 2 - Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04)
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 Keterangan: Tp = Tingkat trofik ikan Ttp = Tingkat trofik kelompok makanan ke-p Ii = Indeks bagian terbesar untuk kelompok makanan ke-p Perhitungan luas relung makanan ikan dilakukan dengan menggunakan metode “Levin’s Measure” (Collwel & Futuyma, 1971), yaitu:
Bij =
1 n
m
∑∑ Pij
2
i =1 j =1
Keterangan : Bij = Luas relung kelompok ukuran ikan ke-i terhadap sumberdaya makanan ke-j Pij =Proporsi dari kelompok ukuran ikan ke-i yang berhubungan dengan sumberdaya makananke-j n = Jumlah kelompok ukuran ikan (i = 1,2,3,…….n) m = Jumlah sumberdaya makanan ikan (j = 1,2,3,……m) Interaksi dalam pemanfaatan makanan alami oleh ikan-ikan dominan dilakukan dengan analisis pengelompokkan berdasarkan pada kesamaan makanan. Analisis tersebut dilakukan dengan bantuan perangkat lunak STATISTICA versi 6.0 yang disajikan dalam bentuk dendrogram. Hasil dan Pembahasan Komposisi ikan hasil tangkapan jaring insang percobaan di Danau Baturterdiri atas 12 jenis yang disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan persentasenya, komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Batur didominasi oleh ikan nila sebesar 63,96%, kemudian diikuti oleh ikan mujair (13,63%) dan nyalian poleng (11,87%). Hasil tangkapan oleh nelayan setempat yang diperoleh berdasarkan catatan data enumerator juga menunjukkan bahwa ikan nila mendominasi hasil tangkapan dengan persentase sekitar 98,35%. Proporsi tangkapan nila oleh nelayan cukup tinggi mengingat komoditas tersebut merupakan target tangkapan utama. Tabel 1. Komposisi ikan hasil tangkapan jaring insang percobaan di Danau Batur. Kelimpahan Nama Ikan Nama Ilmiah (ekor) Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) Nila 283 Oreochromis mossambicus (Peters, 1852) Mujair 62
Biomassa (gram) 23637 2657
Nyalian poleng
Rasbora lateristriata(Bleeker, 1854)
53
554
Pedang
Xiphophorus hellerii (Heckel, 1848)
19
41
Louhan Hitam
Amphilophus sp. 1
8
366
Seribu
Poecilia reticulata (Peters, 1859)
6
10
Rasbora
Rasbora sp.
6
56
Nyalian bali
Puntius binotatus (Valenciennes, 1842)
4
54
Louhan Merah
Amphilophus sp. 2
2
96
Nila merah
Oreochromis sp.
1
45
Bandeng
Chanos chanos (Forsskål, 1775)
1
950
Belut
Monopterus albus (Zuiew, 1793)
1
128
Berdasarkan hasil tangkapan dengan jaring insang percobaan dan hasil tangkapan nelayan, diketahui bahwa ikan-ikan dominan di Danau Batur adalah ikan nila, mujair dan nyalian poleng (Gambar 2). Keberadaan ikan-ikan dominan tersebut terkait dengan ketersediaan sumber daya makanan alami di Danau Batur. Menurut Suryono et al. (2008), Danau Batur tergolong pada kategori mesotrofik yang cenderung bersifat eutrofik ringan.
Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04) - 3
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 Kondisi tersebut menunjukkan potensi keberadaan makanan alami di danau tersebut cukup tinggi.
Gambar 2. Beberapa ikan dominan yang tertangkap di Danau Batur. Ikan-ikan yang mendominasi hasil tangkapan di Danau Batur diasumsikan juga memiliki kelimpahan yang relatif tinggi di danau tersebut. Kondisi tersebut dapat terjadi mengingat ketersediaan makanan alami yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan-ikan tersebut. Menurut Hedianto & Purnamaningtyas (2011), keberadaan makanan di alam dan toleransi luas relung makanan dari ikan akan menentukan komposisi dan penyebarannya di suatu badan air. Hasil analisis kebiasaan makanan ikan-ikan dominan yang tertangkap di Danau Batur disajikan pada Tabel 2. Jenis makanan alami yang diamati meliputi fitoplankton, zooplankton, makrofita atau tumbuhan air, moluska, serangga, larva serangga, annelida, krustasea dan detritus dengan persentase keberadaan pada setiap ikan berbeda. Ikan nila memanfaatkan fitoplankton sebagai makanan alaminya sebesar 62,86%, kemudian diikuti oleh makrofita (35,48%) dan lainnya sebesar 1,66%. Ikan mujair hanya memanfaatkan dua jenis makanan alami, yaitu makrofita sebesar 62,34% dan fitoplankton sebesar 37,66%. Ikan nyalian poleng cenderung memanfaatkan insekta atau serangga sebesar 44,53%, kemudian makrofita sebesar 23,19%, detritus sebesar 21,72% dan lainnya sebesar 10,57%. Tabel 2. Kebiasaan makanan ikan-ikan dominan tertangkap di Danau Batur. No
Jenis Makanan
Index of Preponderance (%) Nila
Mujair
Nyalian Poleng
1
Fitoplankton
62,857
37,660
1,258
2
Zooplankton
0,112
0,000
0,155
3
Makrofita
35,478
62,340
23,185
4
Moluska
0,000
0,000
7,913
5
Insekta (Serangga)
0,000
0,000
44,527
6
Larva Serangga
0,001
0,000
0,310
7
Annelida
0,002
0,000
0,000
8
Krustasea
0,000
0,000
0,931
9
Detritus
1,550
0,000
21,721
Total IP
100,000
100,000
100,000
Tingkat Trofik
2,001
2,000
2,766
Luas Relung
1,919
1,885
3,271
Sebagaimana disajikan pada Tabel 2, ikan nila dan ikan mujair berperan sebagai ikan herbivora mengingat nilai tingkat trofiknya kurang dari 2,25 dengan fitoplankton dan makrofita sebagai makanan utamanya, sementara ikan nyalian poleng berperan sebagai ikan omnivora yang cenderung karnivora (kisaran tingkat trofik antara 2,50 – 3,00) mengingat ikan tersebut lebih menyukai serangga sebagai makanan utamanya (insektivora) dengan makrofita dan detritus sebagai makanan pelengkapnya. Menurut Nikolsky (1963), klasifikasi makanan utama
4 - Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04)
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 apabila mempunyai nilai IP > 25%, makanan pelengkap dengan 5% ≤ IP ≤ 25% dan jika IP < 5% termasuk dalam kategori makanan tambahan. Secara umum, fitoplankton dan makrofita selalu dimanfaatkan oleh ikan-ikan dominan yang tertangkap di Danau Batur sebagai makanan alaminya (Gambar 3). Beberapa makanan alami seperti serangga dan detritus serta komponen lainnya juga dimanfaatkan namun proporsinya relatif lebih kecil. Kebiasaan makanan ikan-ikan dominan di Danau Batur relatif hampir sama dengan ikan yang sama di wilayah perairan lainnya. Oreochromis niloticus juga memiliki makanan utama berupa fitoplankton dan bersifat herbivora hingga omnivora yang masih cenderung herbivora di Waduk Cirata (Tjahjo, 2010), Waduk Malahayu (Purnomo, 2011), Situ Bagendit, Situ Sanghyang, Situ Cibeureum, Waduk Sempor, dan Waduk Mrica (Suryandari & Purnomo, 2011).Oreochromis mossambicus juga bersifat herbivora atau omnivora dengan makanan utama sebagian besar berupa alga dan fitoplankton (Webb et al., 2007; Froese & Pauly, 2011). Rasbora lateristriata juga bersifat omnivora, namun berbeda dengan di Danau Batur yang makanan utamanya adalah serangga, di Sungai Ngrancah, Yogyakarta makanan utama R. lateristriata adalah fitoplankton (Djumanto & Setyawan, 2009).
Fitoplankton Nyalian Poleng
Zooplankton
Jenis Ikan
Makrofita Moluska Insekta (Serangga)
Mujair
Larva Serangga Annelida Nila
Krustasea Detritus 0%
20%
40% 60% Indek Preponderan (%)
80%
100%
Gambar 3. Proporsi pemanfaatan makanan alami oleh ikan dominan tertangkap di Danau Batur. Luas relung (niche breadth) makanan mengambarkan sejumlah sumber daya makanan yang berbeda yang dimanfaatkan oleh suatu jenis oganisme (Pianka, 1981). Luas relung juga dapat menggambarkan selektivitas makanan dimana luas relung yang besar menunjukkan organisme mengkonsumsi jenis makanan yang beragam sedangan luas relung yang kecil mengindikasikan organisme selektif atau spesifik dalam memilih makanannya (Krebs, 1989; Gerking, 1994). Di Danau Batur, ikan nyalian poleng cenderung memiliki luas relung yang lebih tinggi (3,271) dibandingkan ikan nila dan mujair (Tabel 2). Hal tersebut terjadi disebabkan ikan nyalian poleng cenderung mampu memanfaatkan sumber daya makanan alami yang lebih beragam dibandingkan kedua ikan tersebut. Ikan mujair memiliki luas relung terendah karena hanya dua jenis makanan saja yang ditemukan dalam saluran pencernaannya berupa fitoplankton yang cukup melimpah dan makrofita. Dalam lingkungan perairan dengan persediaan makanan yang melimpah, organisme (ikan) akan melakukan seleksi terhadap makanan sehingga akan mempersempit luas relungnya. Organisme (Collwel & Futuyma, 1971). Hasil analisis pengelompokkan juga menunjukkan bahwa ikan nyalian poleng cenderung terpisah dari ikan nila dan mujair (Gambar 4). Secara umum terlihat bahwa ikan nila dan mujair cenderung memanfaatkan sumber daya makanan yang relatif hampir sama, namun mengingat kelimpahan fitoplankton sebagai makanan utama kedua ikan tersebut di Danau Batur relatif melimpah sehingga peluang untuk terjadinya kompetisi makanan cenderung kecil.
Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04) - 5
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 Tree Diagram for Variables Single Linkage Euclidean distances
Nila
Mujair
Nyalian Poleng
40
50
60
70
80
90
100
110
(Dlink/Dmax)*100
Gambar 4. Pengelompokkan ikan-ikan dominan berdasarkan makanannya di Danau Batur. Morfologi Danau Batur yang menurut Hehanussa & Haryani (2009) merupakan tipe danau tertutup (enclosed lake) dengan karakteristik tidak ada outlet dengan tingkat kesuburan yang cenderung eutrofik (Suryono et al., 2008) dan banyaknya asupan nutrien dari aktivitas pertanian di sekitar danau dan budidaya ikan dalam karamba jaring apung diduga turut berpengaruh bagi ketersediaan fitoplankton yang melimpah yang merupakan potensi sumber daya makanan alami yang cukup besar bagi ikan nila dan mujair. Effendie (2002) menyatakan bahwa besarnya populasi ikan dalam suatu perairan salah satunya ditentukan oleh ketersediaan makanan di perairan tersebut yang meliputi jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, mudahnya mendapatkan makanan dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut. Oleh karena itu, sumber daya makanan berupa fitoplankton yang melimpah di Danau Batur diduga menyebabkan ikan nila dan mujair memiliki kelimpahan yang relatif tinggi pula sehingga mendominasi hasil tangkapan. Selain itu, ikan nila memiliki distribusi yang lebih luas dibandingkan ikan nyalian poleng yang hanya berada di zona litoral sehingga kondisi tersebut menyebabkan peluang berkembangnya populasi kedua ikan tersebut di Danau Batur menjadi lebh besar. Kesimpulan Pemanfaatan makanan alami oleh ikan-ikan dominan di Danau Batur didominasi oleh ikanikan herbivora: nila (Oreochromis niloticus) dan mujair (Oreochromis mossambicus) kemudian diikuti oleh ikan nyalian poleng (Rasbora lateristriata) yang bersifat omnivora cenderung herbivora.Peluang terjadinya kompetisi pakan oleh ikan-ikan dominan relatif rendah terkait dengan melimpahnya sumber daya makanan alami di Danau Batur. Ucapan Terima Kasih Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian “Kajian Risiko Introduksi Ikan di Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali”, Tahun Anggaran 2011 di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.
6 - Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04)
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2010. Bali dalam Angka. Katalog BPS No. 1102001.51: 465p. Caddy, J.F. & G.D. Sharp. 1986. An Ecological Framework for Marine Fishery Investigations. FAO Fish. Tech Pap. (283). 152p. Collwel, R.K. & D.J. Futuyma. 1971. On the Measurement of Niche Breadth and Overlap. Ecology. 52 (4): 567-576 p. Djumanto & F. Setyawan. 2009. Food Habits of the Yellow Rasbora, Rasbora lateristriata, (Family: Cyprinidae) Broodfish During Moving to Spawning Ground. Jurnal Perikanan Volume XI (1): 133 – 145. Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112p. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. 163p. Froese, R. & D. Pauly (eds). 2011. FishBase. World Wide Web electronic publication. www.fishbase.org, version (12/2011). Gerking, S.D. 1994. Feeding Ecology of Fish. Academic Press, Inc. San Diego, California. 416p. Gubernur Bali. 2010. Slide Presentasi: Strategi Pengembangan Ekowisata Danau di Bali Sebagai Obyek WIsata Unggulan. http://www.docstoc.com/docs/10064247/PresentasiPengelolaan-Danau-di-Bali. Diakses 7 Februari 2011. Hedianto, D.A. & S.E. Purnamaningtyas. 2011. Kajian Interaksi Pemanfaatan Pakan Alami pada Komunitas Ikan Cyprinidae sebagai Upaya Konservasi Jenis Ikan Asli di Waduk Ir. H. Djuanda. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia ke-8 Palembang, 26 – 27 September 2011: 499 – 508p. Hehanussa, P.E. & G.S. Haryani. 2009. Klasifikasi Morfogenesis Danau di Indonesia untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim.Konferensi Nasional Danau Indonesia I. SanurDenpasar-Bali, 13-15 Agustus 2009. http://menyelamatkandanaulimboto.wordpress.com.Diakses 7 Februari 2011. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993.Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Ltd. Indonesia. 293p. Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New York. 652p. Nikolsky, G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Translated by: L. Brikett. Academic Press, London and New York. 352p. Pianka, E.R. 1981. Competition and Niche Theory. In R.M. May (ed.). Theoritical Ecology nd Principles and Application 2 edition. Blackwell Scientific Publ. Oxford: 167 – 177p. Purnomo, K. 2011. Pertumbuhan, Mortalitas dan Preferensi Makanan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Waduk Malahayu. Dalam Isnansetyo, A. dkk. Prosiding Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2011 Jilid II: Manajemen Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada: BP-02, 9p. Surya, 2009. DKP Tebar 4 Juta Ekor Benih Ikan Nila. http://web.pab-indonesia.com. Diakses 7 Februari 2011.
Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04) - 7
Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 Suryandari, A. & K.Purnomo. 2011. Studi Kebiasaan Makanan Jenis-Jenis Ikan di Beberapa Situ dan Waduk di Jawa Barat sebagai Informasi Dasar dalam Upaya Pengkayaan Stok Ikan. Dalam Kartamihardja, E. S. et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber Daya Ikan III. Balai Penelitian Pemulihan dan KonservasiSumber Daya Ikan: KSI-32, 11p. Suryono, T., F. Sulawesty, S. Sunanisari, A.A. Meutia, Triyanto, G.S. Haryani, A.B. Santoso, Y. Sudarso, Cynthia H., T. Tarigan, G.S. Aji, R.L. Toruan, S. Nomosatryo, E. Mulyana, I. Ridwansyah & Y. Mardiati. 2006. Kajian Karakteristik Limnologi untuk Pengelolaan Habitat Perairan Danau Batur. Provinsi Bali. Laporan Teknis DIPA 2006. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. 233p. Suryono, T., S. Nomosatriyo & E. Mulyana. 2008. Tingkat Kesuburan Danau – Danau di Sumatera Barat dan Bali. LIMNOTEK Volume XV No. 2: 99 – 111p. Suwanto, A., T.N. Harahap, H. Manurung, W.C. Rustadi, S.R. Nasution, I N.N. Suryadiputra, & I. Sualia. 2011. Profil 15 Danau Prioritas Nasional. Kementerian Lingkungan Hidup. 148p. Tjahjo, D.W.H. 2010. Dinamika Kebiasaan Makanan Ikan Nila di Waduk Cirata, Jawa Barat. Dalam Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2010. Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta: 73 – 77p. Webb, M. Maughan & M. Knott. 2007. Pest fish profiles: Oreochromis mossambicus Mozambique tilapia. Pest Fish in North East Queensland. ACTFR, James Cook University. 12p. Tanya Jawab -
8 - Semnaskan _UGM / Manajemen Sumberdaya Perikanan (MB-04)