iii
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
ISBN : 978-602-70491-0-9
PROSIDING Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 “Integrasi Sains MIPA untuk Mengatasi Masalah Pangan, Energi, Kesehatan, Lingkungan, dan Reklamasi”
Diterbitkan Oleh :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
_________________________________________________________ Copyright© 2014 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014, 9-11 Mei 2014 Diterbitkan oleh : FMIPA-IPB, Jalan Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 Telp/Fax: 0251-8625481/8625708 http://fmipa.ipb.ac.id Terbit Oktober, 2014 xiii + 463 halaman ISBN: 978-602-70491-0-9
v
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
Editor dan Reviewer
PROSIDING Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 Direktor Editor
Drs. Ali Kusnanto, MSi.
Dr. Ence Darmo Jaya Supena
Dr. Ki Agus Dahlan
Dr. Wisnu Ananta Kusuma
Wulandari, S.Komp
Dean Apriana Ramadhan, S.Komp, M.Kom
KATA PENGANTAR Kegiatan Seminar dan Rapat Tahunan Bidang MIPA tahun 2014 (Semirata-2014 Bidang MIPA) Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat (BKS-PTN Barat) yang diamanahkan kepada FMIPA-IPB sebagai penyelenggara telah dilaksanakan dengan sukses pada tanggal 9-11 Mei 2014 di IPB International Convention Center dan Kampus IPB Baranagsiang, Bogor. Salah satu program utama adalah Seminar Nasional Sains dan Pendidikan MIPA dengan tema: “Integrasi sains MIPA untuk mengatasi masalah pangan, energi, kesehatan, dan lingkungan”. Dalam sesi pleno seminar telah disampaikan pemaparan materi oleh satu pembicara utama dan empat pembicara undangan yang berasal dari beragam institusi dan profesi. Dari sesi pleno ini, diharapkan peserta dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang pengembangan dan pemanfatan IPTEK, khususnya Bidang MIPA, sehingga sains dan pendidikan MIPA terus berkembang dan dapat berkontribusi nyata untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Kegiatan yang tidak kalah pentingnya dalam seminar ini adalah sesi paralel karena telah memberi kesempatan kepada peserta untuk melakukan presentasi dan komunikasi ilmiah secara langsung dengan sesama kolega yang mempunyai minat yang sama dalam mengembangkan Sains dan atau Pendidikan MIPA. Dalam kegiatan sesi paralel ini dipresentasikan secara oral 592 judul makalah hasil penelitian yang disampaikan dalam 37 ruang seminar secara paralel, dan juga dipresentasikan 120 poster ilmiah. Dalam kegiatan komunikasi ilmiah secara langsung ini juga telah dimanfaatkan untuk menjalin jejaring agar lebih bersinergi dalam pengembangan Sains dan Pendidikan MIPA ke depannya.
Supaya
komunikasi ilmiah yang baik ini dapat juga tersampaikan ke komunitas ilmiah lain yang tidak dapat hadir pada kegiatan seminar, panitia memfasilitasi untuk menerbitkan makalah dalam bentuk Prosiding. Panitia juga tetap
memberi kesempatan kepada peserta yang akan
menerbitkan makalahnya di jurnal ilmiah, sehingga tidak seluruh materi yang disampaikan pada seminar diterbitkan dalam prosiding ini. Dalam proses penerbitan prosiding ini, panitia telah banyak dibantu oleh Tim Reviewer dan Tim Editor yang dikoordinir oleh Ali Kusnanto yang telah dengan sangat intensif mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran. Untuk itu, panitia menyampaikan terima kasih dan penghargaan. Panitia juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh penulis makalah yang telah merespon dengan baik hasil review artikelnya. Namun, panitia juga menyampaikan permohonan ma’af karena dengan sangat banyaknya makalah yang akan diterbitkan dalam prosiding ini, waktu yang dibutuhkan dalam proses penerbitan prosiding ini mencapai lebih dari empat bulan, dan penerbitan prosiding tidak dilakukan dalam satu buku tetapi dalam tujuh buku prosiding. Semoga penerbitan prosiding ini selain
vii
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
bermanfaat bagi para pemakalah dan penulis, juga dapat bermanfaat dalam pengembangan Sains dan Pendidikan MIPA. Bogor, September 2014 Semirata-2014 Bidang MIPA BKS-PTN Barat
Dr. Ir. Sri Nurdiati, MSc.
Ence Darmo Jaya Supena
Dekan FMIPA-IPB
Ketua Panitia Pelaksana
Daftar Isi PEMANFAATAN SEDIMEN SITU KURU SEBAGAI INOKULUM DALAM PRODUKSI BIOGAS PADA SUBSTRAT SERASAH Ady Septianto Hermawan, Megga Ratnasari Pikoli dan Irawan Sugoro ............................................. 2
PEMBERIAN INOSITOL TERHADAP PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN SINTASAN JUVENIL IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) Ayu N. Putri, E.L.Widiastuti, N.Nurcahyani, M.Kanedi ...................................................................... 12
KEMAMPUAN
PESTISIDA
NABATI
BIJI
BENGKUANG
(Pachyrrhizus
erosus)
TERHADAP PENGENDALIAN HAMA ULAT KROP (Crocidolomia pavonana) PADA TANAMAN PAKCOY (Brassica chinensis) Maulida Nafeesa, Priyanti, Etyn Yunita ............................................................................................. 23
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN N HEKSANA DARI KULIT BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM) ,
Nur Imaniati Sumantri, Nani Radiastuti Zilhadia ............................................................................... 34
RESPON FISIOLOGIS IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy Lac.) PRA-DEWASA TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN SENYAWA TAURIN P.Yuliana, E.L.Widiastuti, N.Nurcahyani, M.Kanedi ........................................................................... 45
PENGARUH PEMBERIAN AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) TERHADAP ORGAN HATI INDUK LAKTASI Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Masriani .......................................................................................... 55
PENGOLAHAN AIR LINDI TPA SARIMUKTI MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN SEDERHANA Saraswati Pradipta, Trimurti Hesti Wardini ........................................................................................ 64
PENGARUH STRATEGI PEMBERDAYAAN
PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING (RT) DIPADU
BERPIKIR
MELALUI
PERTANYAAN
(PBMP)
TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS BIOLOGI SISWA SMA ISLAM AL – MA’ARIF SINGOSARI MALANG ,
Dwi Candra Setiawan, A. D. Corebima Siti Zubaidah ....................................................................... 75
PENGARUH PEMBELAJARAN KARYA WISATA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP KECERDASAN NATURALIS DAN HASIL BELAJAR SISWA Eka Putri Azrai dan Ade Suryanda .................................................................................................... 82
PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATAKULIAH DASAR DASAR PENDIDIKAN IPA Evi Suryawati, Mariani Natalina L ...................................................................................................... 91
KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA Geloina sp SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI LAUT DUMAI Elya Febrita, Darmadi, Fatmarika Fitri ............................................................................................. 101
ix
BIOLOGI
INTEGRASI
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
PEMANFAATAN SEDIMEN SITU KURU SEBAGAI INOKULUM DALAM PRODUKSI BIOGAS PADA SUBSTRAT SERASAH UTILIZATION OF SITU KURU SEDIMENT AS AN INOCULUM IN BIOGAS PRODUCTION ON LITTER SUBSTRATE Ady Septianto Hermawan1*, Megga Ratnasari Pikoli1 dan Irawan Sugoro1 Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[email protected], 08998439570
ABSTRACT Situ Kuru is one of nine lakes in the area of South Tangerang, which run into sedimentation. Impact of the sedimentation was X increase in X organic matter that produce CH4 by methanogenic microorganisms. The sediment can be used as an inoculum in the production of biogas. Purpose of this study was to examine the use of sediment Situ Kuru in biogas production on laboratory scale with litter as substrate. Biogas production were assessed in a 1000 ml fermenter containing sediment, lake water, and litter in 1:1:1 ratio, and in a fermenter with no litter as control. Incubation was performed at room temperature, and observations were made on day 7 by measuring total gas production, methane and carbon dioxide. Result showed that the Situ Kuru sediment could be used as inoculum in biogas production by using the litter. The treatment of litter produced gas by 37 ml which consisted of 1.01 % methane and 0.81% carbon dioxide, while the control produced gas by 32 ml which consisted of 0,59 % methane and 0,93 % carbon dioxide. The larger methane content in the treatment compared with the control set showed that Kuru situ sediment had potency to be developed in the production of biogas. Keywords: Biogas, methane, sediment, Situ Kuru, litter. ABSTRAK Situ Kuru merupakan salah satu dari sembilan danau di kawasan Tangerang Selatan, yang mengalami penurunan kualitas akibat adanya sedimentasi. Dampak dari sedimentasi adalah meningkatnya pengkayaan bahan organik sehingga dihasilkan gas CH4 oleh mikroorganisme metanogenik. Sedimen tersebut dapat dimanfaatkan sebagai inokulum dalam produksi biogas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan sedimen Situ Kuru dalam produksi biogas pada skala laboratorium dengan substrat serasah. Produksi biogas dilakukan dengan menggunakan fermentor skala 1000 ml dengan perbandingan sedimen, air danau, dan serasah sebesar 1:1:1, yang dibandingkan dengan substrat tanpa serasah sebagai kontrol. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang dan pengamatan dilakukan pada hari
ke-7 untuk pengukuran produksi gas, kandungan metana dan karbondioksida dengan gas analyzer. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sedimen Situ Kuru dapat digunakan sebagai inokulum dalam produksi biogas pada substrat serasah. Volume gas yang dihasilkan pada perlakuan serasah sebesar 37 ml dengan kandungan metana 1,01 % dan karbondioksida 0.81%, sedangkan volume gas yang dihasilkan kontrol sebesar 32 ml dengan kandungan metana 0,59 % dan karbondioksida 0,94 %. Kandungan metana yang lebih besar pada set perlakuan dibandingkan dengan kontrol menunjukkan inokulum sedimen Situ Kuru berpotensi untuk dikembangkan dalam produksi biogas. Kata kunci : Biogas, metana, sedimen, Situ Kuru, serasah.
PENDAHULUAN Kebutuhan akan energi dari waktu ke waktu semakin meningkat sehingga mengakibatkan konsumsi BBM yang terus menerus. Keadaan ini mengakibatkan cadangan minyak bumi semakin menipis apabila tidak diimbangi upaya untuk mencari energi alternatif. Salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan dan memiliki prospek yang cukup baik di masa depan adalah biogas. Biogas merupakan gas yang berasal dari berbagai macam limbah organik dengan melalui proses anaerobik digestion penguraian secara anaerobik dan dapat dimanfaatkan menjadi energi. Produksinya dapat berasal dari limbah seperti sampah biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan, dan bahkan sedimen perairan. Secara alamiah sedimen berasal dari akumulasi bahan-bahan organik yang masuk ke dalam perairan. Bahan-bahan organik tersebut akan di dekomposisi oleh mikroba anerobik sehingga dapat dihasilkan gas biogenik. Secara tipikal gas tersebut terperangkap pada sedimen dangkal yang secara termal belum matang (immature), terbentuk di rawa-rawa, sawah, danau air tawar yang anoksik, dan teluk sub-litoral sampai marin [12] .Gas biogenik atau biogas terdiri dari CH4 dan CO2 yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Salah satu sumber sedimen perairan yang dapat dimanfatkan dalam produksi biogas yaitu sedimen danau. Danau merupakan suatu genangan air yang luas dan memiliki kedalaman tertentu. Hal tersebut memungkinkan untuk adanya akumulasi bahan-bahan organik pada dasar danau, sehingga dapat menjadi sumber mikroba penghasil biogas. Menurut Nugraha et. al. [11], pada sedimen Situ Gunung (Sukabumi) dapat memproduksi gas CO2 (1,11 – 3,24 mL/hari) dan CH4 (0,00 – 0,74 mL/hari). Kedua gas ini merupakan salah satu komponen terpenting dari biogas yang diproduksi oleh mikroba anaerobik dan metanogenik.
3
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
Situ Kuru merupakan salah satu dari 9 danau yang berada di kawasan kota Tangerang Selatan. Kawasan ini mengalami penurunan kualitas lingkungan akibat aktivitas antropogenik di sekitarnya yang menyebabkan beberapa sisi mengalami sedimentasi. Hal ini dapat dilihat dari luas Situ Kuru yang dahulu sekitar lima hektar, namun sekarang hanya 7.500 meter persegi. Hal ini terjadi seiring pembangunan Kota Tangerang Selatan yang menyebabkan adanya alih fungsi lahan untuk didirikan bangunan berupa hunian serta tempat usaha [5].
Keadaan Situ Kuru semakin memprihatinkan, dengan adanya eceng gondok dan
timbunan sampah yang meningkatkan pendangkalan pada beberapa sisi danau [3]. Serasah merupakan produk sampah organik yang dapat dihasilkan dari lingkungan perkotaan. Serasah dapat terdiri dari bagian-bagian tumbuhan mati seperti guguran daun, ranting, cabang, bunga, buah, kulit kayu serta bagian lainnya. Bagian tersebut menyebar dipermukaan tanah sebelum bahan-bahan tersebut mengalami dekomposisi [1]. Serasah menjadi permasalahan besar terutama di kota-kota besar di Indonesia [15]. Hal ini disebabkan penumpukkannya yang bercampur dengan sampah organik lain menimbulkan pencemaran pada lingkungan. Penanganan terhadap serasah umumnya hanya dibuang ke tempat pembuangan akhir atau dibakar. Sedangkan pemanfaatannya untuk diolah menjadi sebuah produk yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis belum terlalu maksimal. Salah satu cara pemanfaatan serasah yang dapat mengahasilkan produk yaitu dalam pembuatan kompos ataupun biogas [15] [16]. Sebagai bentuk pemanfaatan serasah dan adanya potensi sedimen Situ Kuru sebagai sumber mikroba pendegradasi bahan organik, maka diperlukan kajian khusus untuk melakukan penelitian ini. Hal ini yang menjadi latar belakang penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan sedimen Situ Kuru sebagai inokulum dalam produksi biogas dan sekaligus solusi dalam pemanfaatan serasah untuk meminimalkan masalah yang dapat ditimbulkan.
METODE PENELITIAN 2.1
Pengambilan Sampel Sedimen, Air Danau dan Limbah Rumah Tangga Pengambilan sampel sedimen dan air danau Situ Kuru diperoleh dari 3 titik secara
acak, namun dengan kriteria adanya sedimentasi tertinggi atau dekat pemanfaatan langsung kegiatan antropogenik. Sampel dari setiap titik kemudian dicampur (komposit) menjadi satu wadah. Sehingga diperoleh komposit sampel sedimen dan air danau.
Sampel serasah diperoleh secara acak pada kawasan kampus I, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan. Serasah yang diperoleh di potong menjadi ukuran lebih kecil menggunakan pisau atau gunting. Semua sampel yang telah diperoleh selanjutnya dibawa ke laboratorium.
Titik 3 Titik 2 Titik 1
Gambar 1. Titik Pengambilan Sampel Sedimen dan Air Situ Kuru 2.2
Pengujian Produksi Biogas Perlakuan berisi 250 g sedimen yang dicampurkan dengan 250 g limbah rumah
tangga dan ditambahkan 500 mL air Situ Kuru pada Erlenmeyer 1 L. Kontrol hanya berisi 250 g sedimen dengan 500 mL air Situ Kuru pada Erlenmeyer 1 L. Erlenmeyer yang telah terisi oleh masing-masing perlakuan di tutup oleh probe gas trab yang terhubung oleh selang plastik dan syrringe glass.
Selanjutnya untuk mencegah kebocoran pada Erlenmeyer, maka
pada sekitar probe gas trab diberi vaseline. Fermentor (Gambar 2) diinkubasi pada selama 7 hari. Analisis yang dilakukan berupa deskriptif kualitatif dari data volume gas, laju produksi gas dan foto mikroba.
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1
Total Volume Gas Terdapat peningkatan volume gas dari kontrol dan perlakuan serasah hingga hari ke-4
inkubasi. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kontrol maupun sedimen Situ Kuru yang
5
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
ditambahkan serasah dapat memproduksi gas. Produksi gas merupakan salah satu produk metabolisme mikroba anaerobik dan metanogenik dalam mendegradasi substrat bahan organik. Komponen gas yang dihasilkan oleh mikroba tersebut dapat berupa CH4, CO2, N2, H2, H2S dan O2 [4]. Namun, gas yang dapat dimanfaatkan untuk energi hanya CH4 dan CO2. 1
Keterangan: 1.
Selang Plastik
2.
Probe gas trab
3.
Penjepit
4.
Labu Erlenmeyer (1000
2
3
mL) 4
5.
Sirring Glass (100 mL)
5
Gambar 2. Fermentor yang digunakan (Sumber Foto: Doc. Pribadi) Peningkatan volume gas yang terjadi pada kedua perlakuan itu terhenti atau mengalami keadaan stasioner pada hari berikutnya hingga hari ke-7 (Gambar 3). Hal ini dapat terjadi disebabkan faktor adaptasi dari mikroba terhadap lingkungan maupun substrat nutrisi pada perlakuan. Sedimen Situ Kuru selain sebagai sumber mikroba juga memiliki bahan organik yang dapat menjadi sumber nutrisi untuk memproduksi biogas. Adanya faktor lingkungan yang tidak dikontrol dalam penelitian ini dapat menjadi penyebab menurunnya produksi gas. Menurut Jayanegara et al. [7], perlambatan produksi gas dapat disebabkan karena adanya penurunan suhu lingkungan. Penurunan suhu dapat menghentikan aktivitas mikroba anaerobik sampai kembali naik hingga batas aktivasi [6]. Selain itu serasah sebagai perlakuan substrat yang diberikan memiliki berbagai macam polimer organik berupa karbohidrat lignoselulosa yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin [14]. Polimer organik komplek akan menghambat proses pencernaan mikroba menjadi senyawa yang lebih sederhana [2]. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap gas yang diproduksi pada perlakuan penambahan serasah.
Total Volume
Kontrol Serasah
Hari Ke
Gambar 3. Volume gas hasil produksi selama 7 hari kontrol dan perlakuan serasah Perlakuan sedimen yang diberi penambahan serasah memiliki total volume gas sebesar 37 mL dibandingkan kontrol dengan volume 32 mL (Gambar 3). Serasah yang ditambahkan menjadi sumber karbon oleh mikroba asal sedimen Situ Kuru untuk selanjutnya diproduksi gas. Substrat serasah yang tersusun dari bahan bahan organik kompleks dapat dimetabolisme mikroba menjadi substrat yang lebih sederhana. Pencernaan substrat oleh mikroba anerobik dan metanogenik dapat dihasilkan H2, CO2 dan asam-asam lemak volatil seperti asam asetat, asam propionat dan asam butirat (VFA) [8]. Selanjutnya mikroba metanogenik memanfaatkan H2, CO2 dan VFA untuk dikonversi menjadi gas CH4 [9]. Semakin banyak pencernaan atau degradasi substrat oleh mikroba maka akan memproduksi senyawa-senyawa sederhana yang banyak pula dan akan berpengaruh terhadap peningkatan gas yang dihasilkan. 3. 2
Persentase Gas CH4 dan CO2 Berdasarkan volume total gas yang diproduksi selama inkubasi 7 hari diperoleh
persentase gas CH4 dan CO2 (Gambar 4.) dengan tingkat yang berbeda pada kedua perlakuan. Kontrol mengandung persentase CH4 yang lebih tinggi dibandingkan gas CO2. Perlakuan sedimen Situ Kuru dengan serasah memiliki persentase gas CO2 yang lebih tinggi dibandingkan CH4. Perbedaan persentase gas yang dihasilkan oleh perlakuan disebabkan adanya aktivitas metabolisme yang berbeda oleh mikroba. Kontrol yang terdiri dari sedimen Situ Kuru tanpa adanya penambahan substrat dapat menghasilkan CH4 yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena sedimen mengandung bahan-bahan organik yang sudah lebih sederhana sehingga degradasi senyawa-senyawa tersebut dapat langsung di teruskan untuk
7
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
memproduksi CH4. Selain itu mikroba sedimen tidak mengalami adaptasi untuk mendegradasi substrat-substrat yang tersedia apabila dibandingkan perlakuan penambahan serasah. Menurut Hermawan [4], bahwa seiring meningkatnya proses fermentasi akan terjadi penggunaan gas CO2 dan di konversi menjadi CH4. Hal ini dapat dilihat pada kontrol yang
Persentase Gas (%)
memiliki konsentrasi CO2 lebih rendah karena telah dikonversi menjadi gas CH4.
Persentase CO2 Persentase CH4
Gambar 4. Laju Produksi Gas Kontrol dan Perlakuan Serasah Persentase CO2 yang lebih besar dibandingkan gas CH4 pada sedimen Situ Kuru dengan penambahan serasah disebabkan substrat di degradasi menjadi H2, CO2 dan VFA terlebih dahulu [8]. Selain itu di dalam proses fermentasi untuk menghasilkan CH4 terdapat tahapan-tahapan yang didalamnya terdapat pembagian peran pengolahan. CO2 diproduksi dari tahapan Acedogenesis dan Methanogenesis, sedangkan CH4 hanya diproduksi dari tahap methanogenesis [10]. Hal ini menyebabkan kuantitas produksi CO2 akan lebih besar dibandingkan CH4 selama proses fermentasi. Pada peran mikroba methanogenik akan sangat peka terhadap konsentrasi O2 di dalam medium. Perombakan substrat serasah oleh beberapa konsorsium dimungkinkan diproduksinya O2 yang selanjutnya dapat menghambat penghasilan CH4 oleh mkroba methanogenik [9]. 3.3
Pengamatan secara Mikroskopis Pengamatan secara mikroskopis terhadap komunitas mikroba pada kontrol maupun
perlakuan serasah pada sedimen Situ Kuru (Gambar 5). Berdasarkan hal ini maka proses digesti anaerobik yang terjadi didalam fermentor merupakan aktivitas mikroba metanogenik dan asidogenik pada kondisi anaerob [17]. Produksi volume gas dan terdapat kandungan CO2 serta CH4 pada setiap perlakuan merupakan hasil metabolisme mikroba.
Gambar 5. Foto Mikroorganisme Kontrol (A) dan Perlakuan Serasah (B) Mikroba yang mendominasi pada perlakuan kontrol dan penambahan serasah adalah bakteri basil atau batang. Berdasarkan penelitian Supriatin [13], pada identifikasi mikroba produksi biogas asal sedimen waduk Jatiluhur diperoleh bakteri aerob Bacillus brevis, Bacillus laterosporus, Edwardsiella tarda, Bacillus pasteurii, Bacillus larvae, Bacillus pumilus, dan bakteri anaerob Desulfotomaculum nigrificans, Alcaligenes faecalis, Desulfotomaculum orientis, Bacillus badius, Bacillus alcalophilus, Bacillus firmus. Hal ini menunjukkan bahwa mikroba anaerobik dan metanogenik penghasil gas pada sedimen secara umum di dominasi oleh bakteri berbentuk basil atau batang.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sedimen Situ Kuru dapat digunakan sebagai inokulum dalam produksi biogas pada substrat serasah. Total volume gas yang dihasilkan pada perlakuan serasah sebesar 37 ml dengan kandungan metana 1,01 % dan karbondioksida 0.81%, sedangkan volume gas yang dihasilkan kontrol sebesar 32 ml dengan kandungan metana 0,59 % dan karbondioksida 0,94 %. Kandungan metana yang lebih besar pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol menunjukkan inokulum sedimen Situ Kuru berpotensi untuk dikembangkan dalam produksi biogas.
9
Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2014 | SEMIRATA
DAFTAR PUSTAKA [1] Departemen Kehutanan. 1997. Ensiklopedia Kehutanan Indonesia. Edisi I. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. [2] Fengel, D. dan G. Wegener, 1995.Kayu; Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Terjemahan oleh Sastrohamidjojo, H. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press. [3] Hafil, M. 2010. Luas Situ Kuru Tangsel Berkurang Sebanyak Tiga Hektare. http://www.republika.co.id (diakses 10 November 2013 pukul 15.30 WIB). [4] Hermawan,
B.
2005.
Sampah
Organik
Sebagai
Bahan
Baku
Biogas.
http://Chem-is-try.org (diakses 10 November 2013 pukul 15.30 WIB). [5] Iqmar
.
2012.
Situ
Kuru
Menyempit,
Kawasan
UIN
Ciputat
Krisis
Air.
http://www.kabar6.com . (diakses 10 November 2013 pukul 15.30 WIB). [6] Jayanegara, A., N. Togtokhbayar, H. P. S. Makkara, and K. Becker. 2008. Emisi Metana dan Fermentasi Rumen in Vitro Ransum Hay yang Mengandung Tanin Murni pada Konsentrasi Rendah. Media Peternakan Vol. 32 (3). [7] Jayanegara, A, A. Sofyan, H. P. S. Makkara and K. Becker. 2009. Kinetika Produksi Gas, Kecernaan Bahan Organik dan Produksi Gas Metana In Vitro pada Hay Dan Jerami disuplementasi Hijauan Mengandung Tanin. Media Peternakan, Vol. 32 (2) : 120 – 129. [8] Jones, J. P, Voytek, M. A, Corum, M. D and Orem, W. H. 2010. Stimulation of Methane Generation from Nonproductive Coal by Addition of Nutrients or a Microbial Consortium. Virginia : U.S. Geological Survey. [9] Manurung, R. 2004. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif untuk Mengolah Limbah Sawit, e-USU Repository,.Universitas Sumatera Utara. Medan. [10] Mara, D. 2003.
Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries. Eartscan.
London. [11] Nugraha, A., Hermawan, A. S., Sugoro, I., and Pikoli, M.,R. 2013. Pengukuran Gas Metana (CH4) dan Karbondioksida (CO2) Yang Dihasilkan Oleh Sedimen Situ Gunung, Sukabumi Jawa Barat Pada Skala Laboratorium. Pembangunan dan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Sains dan Teknologi. Universitas Terbuka. Tangerang Selatan. 18 November 2013. [12] Rice,D.D., Claypool,G.E. 1981. Generation, accumulation, andresource potential of biogenic gas .Am. Assoc. Pet. Geol.Bull.,65:5-25. [13] Supriatin, Y. 2008. KajianProduksi Biogas Skala Laboratorium dengan nokulum Konsorsium Alami Metanogen dam Substrat Bungkil Jarak Pagar (Jathropa curcas L). Tesis. Bioteknologi. Institut Teknologi Bandung. [14] Ujiani, Z.D., 2009. Identifikasi Jamur Pendegradasi Lignin pada Serasah Bitti Vitex cofassus Reinw.dari Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin. Makassar.
[15] Wardana, I. W. Junaidi, Soeroso, R.F. dan Akbar, P.S. 2012. Sampah Untuk Energi: Kelayakan Pemanfaatan Limbah Organik Dari Kantin Di Lingkungan UNDIP Bagi Produksi Energi Dengan Menggunakan Reaktor Biogas Skala Rumah Tangga. Jurnal Presipitasi. 9(2): 79-83. [16] Widayatno,T. Vitasari, D. Fuadi, A.M dan Haryanto. 2009.Penyuluhan Pengolahan Limbah Pertanian dan Sampah Rumah Tangga di Desa Demangan Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Warta, 12 (1) : 69 – 75. [17] Yazid, M. dan
Bastianudin, A. 2011. Seleksi Mikroba Metanogenik Menggunakan
Irradiasi Gamma Untuk Peningkatan Efisiensi Proses Digesti Anaerob Pembentukan Biogas. Jurnal Iptek Nuklir Ganendra, 14 (1) :47 – 55.
11