Seminar Nasiona! Perernakan dan Ve(eriner 1997
UPAYA PERBAIKAN PAKAN DENGAN METODE FLUSHING UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK KAMBING DI WILAYAH LAHAN KERING PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NINIEK KusumA WARDHANI, AHMAD MUSOFIE,
dan RIIDY HARWONO
Instalasi Perielilian dan Pengkajian Teknologi Perlanian Yogvakarta, Kotak Pos 1013, YoKyakarta RINGKASAN Usaha pemeliharaan ternak kambing oleh petani di pedesaan um ininya Iiiasili dilaksanakan secara tradisional ; sangat tergantung pada ketersediaan niniput alam clan hijauan-hijauan lain yang biasa tersedia di lokasi sekitarnya . Kondisi lahan kering di wilayali kecaniatan Tepus, kabupaten Gunungkidul, berpenganih terliadap pola peniberian pakan pada ternak kanibing; tenitaina pada saat kemarau. Peinberian pakan ternak yang berkualitas baik dan dalam junilah yang cukup untuk sepanjang tahun dalani upaya peningkatan produktivitas ternak, tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan modal yang dimiliki petani . Pemberian pakan tambalian yang berkadar protein tinggi pada saat-saat kritis di niana pada waktu tersebut induk kambing membutulikan gizi yang baik dalam junilah yang cukup, menlpakan salah satu upaya untuk melaksanakan efisiensi biaya pakan. Metode yang dikenal dengan flushing tersebut, dilaksanakan pada periode satu bulan sebeluni ternak induk dikawinkan, salu bulan sebeluni induk nielahirkan sampai pada waktu menyusid . Flushing nyata bermanfaat dalam usalia untuk meningkatkan kennmgkinan berliasilnya perkawinan, mengurangi keniatian anak prasapili serta menambah kenitingkinan kelahiran anak kembar. Kata Kunci : Flushing, kanibing
PENDAHULUAN Ruminansia kecil, termasuk di antaranya kambing, banyak dipelihara petani di pedesaan . Dalam usalia pemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, kambing menjadi komoditas yang banyak dikembangkan. Penetapan skala penieliliaraan yang ekonomis, perbaikan pakan yang diikuti dengan usalia penghijauan, serta usalia ke arah perbaikan inutu genefk ternak melalui penerapan inseniinasi buatan, telah banyak dilakukan yang sennianya mengarah kepada perbaikan kesejaliteman petani . Pola penyediaan pakan kanibing di wilayali Propinsi Daerali Istimewa Yogyakarta masih banyak bergantung kepada kclcrsediaan pakan alanii baik yang benlpa nlmput alain maupun hijauan inkonvensional . Hal ini terbukti dari hasil penclitian (WARDFIANI, 1997) yang menyatakan bahwa di daerah Gunungkidul dan Knlonprogo masing-masing ditemukan 38 dan 51 jenls tananian yang tercatat biasa dimanfaatkan sebagai pakan kambing . Hijauan-liijauan tersebut berasal dari pekarangan, kebun atau tegalan serta dari areal penghijauan . Keterbatasan permodalan dalam usalia pemeliharaan ternak, nienyebabkan petani tidak mampu menyediakan ransom ternaknya dengan kondisi baik dan dalam junilah yang cukup. Hal ini nienyebabkan tingkat produktivitas ternak kurang baik. Saat musim kemarau menlpakan 48
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
waktu-waktu sulit bagi petani dalam menyediakan pakan ternaknya . Pada waktu tersebut, umumnya petani menyediakan pakan ternak dalam jumlah dan kualitas yang kurang mencukupi ; sehingga produktivitas ternak turnn . Keadaan kekurangan pakan tersebut menyedabkan timbulnya gangguan reproduksi, antara lain terjadi silent heat (birahi tenang), yang lebih lanjut berakibat terjadinya interval beranak yang panjang . Kekurangan gizi tersebut juga dapat menimbulkan kematian cempe prasapih, yang diakibatkan susu induk tidak mencukupi kebutuhan anaknya . Berdasarkan suatu keadaan di mana modal petani terbatas, upayd pemenuhan gizi ternak tidak dianjurkan untuk dilakukan sepanjang hidup ternak, melainkan hanya dilakukan pada saatsaat tertentu, yaitu saat ternak memerlukan gizi terbaik, yaitu pada saat menjelang perkawinan dan saat menjelang melahirkan sampai berakhirnya periode menyusui . Metode perbaikan pakan tersebut dikenal dengan sebutan flushing (TILLMAN et al., 1984; McDONALD et al., 1988) . Makalah ini berisi uraian tentang upaya perbaikan pakan ternak kambing yang telah dilakukan dengan metode flushing, baik pada ternak kambing lokal bligon maupun terhadap ternak kambing Peranakan Etawa (P.E) . Balian utama bahasan makalah ini adalah hasil pengkajian yang telah dilakukan di desa Sidoliarjo Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul dari tahun 1995 . RANGKUMAN HASIL Sistem produksi ternak kambing Upaya pengembangan ternak kambing sebagai komoditi unggulan di Daerah Istimewa Yoyakarta perlu memperoleh perhatian yang cukup serius, mengingat keberadann ternak ini telah menyatu dengan sistem usahatani yang dilaksanakan masyarakat di pedesaan . Ternak kambing biasanya dipelihara secara tradisional, sistem produksinya merupakan usaha tambahan dari produksi tanaman pangan, tenitama untuk memanfaatkan limbah pertanian ataupun limbah tanaman lainnya . Pada sistem usahatani ini peternak adalah petani, clan ternak mernpakan sumber pendapatan yang unnunnya relatif kecil, tenitama sangat dibutullkan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak (CHANIAGO, 1993). Upaya peningkatan produktivitas ternak kambing yang telah dilakukan di wilayah Daerah Istimewa Yoyakarta masih mengalami beberapa kendala, antara lain jarak beranak yang masih panjang, angka kematian yang tinggi pada anak yang baru lalur, rendahnya kualitas pakan yang diberikan, serta kurangnya motivasi peternak dalam menerapkan anjuran yang diberikan petugas (ANONIMUS, 1993). Kematian yang tinggi pada cempe yang baru dilahirkan tersebut disebabkan oleh rendahnya berat badan induk waktu melahirkan clan berat badan anak yang kurang dari normal (NGADIONO, 1985 dalam MUSOFIE et al., 1997) . Terdapat hubungan nyata antara angka kematian setelah 3 - 4 minggu kelahiran dengan produksi susu induk yang tidak dapat mencukupi kebutuhan anak kambing tersebut, sedangkan kualitas pakan yang tersedia masih terlalu rendah bagi anak kambing. Perbaikan produktivitas ternak kambing dapat diupayakan melalui beberapa hal, antara lain melalui perbaikan pengclolaan pakan, yaitu dengan menjaga kontinuitas junilah clan mutu pakan yang diberikan, atau dapat pula dilakukan dengan mengatur pola reproduksinya (MUSOFIE et al., 1997) . Pada dasarnya ternak kambing lebih selektif dalam memilih pakan clan dianjurkan untuk memberikan pakan yang berkualitas baik. Pemberian pakan kambing yang cukup kualitas dan kuantitas sepanjang tahun dipandang kurang ekonomis, terutama dikaitkan dengan kemampuan 49
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997
permodalan petani . Efisiensi biaya pakan dapat dilakukan dengan memberi pakan berkualitas tinggi hanya pada periode-periode kritis di mana pada keadaan tersebut, ternak sangat membutulikan pakan bergizi baik (SurAMA et al ., 1993). Periode kritis yang dimaksud adalah pada waktu menjelang ternak dikawinkan, menjelang melahirkan hingga berakhirnya masa menyusui . Dengan demikian, maka tindakan perbaikan pakan pada waktu-waktu tersebut merupakan tindakan yang tepat bagi perbaikan produktivitas ternak dalam suatu sistem usaha yang masih tradisional . Manfaat flushing terhadap peningkatan produktivitas ternak Upaya perbaikan pakan untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing telah dilakukan melalui pengkajian di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu di kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul . Pengkajian dilaksanakan secara on farm dengan melibatkan petani-petani pemelihara kambing betina induk. Kambing-kambing betina induk yang diamati dalam pengkajian ini adalah sebanyak 101 ckor. yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok flushing sebanyak 52 ekor dan kelompok non flushing sebanyak 49 ekor. Sebagai gambaran, wilayah pen&tjian ini berada di bagian selatan dari wilayah Kabupaten Gunungkidul . Sebagian bestir wilayah ini inentpakan lalian kering, topografi wilayah doininan (50%) berbukit sampai bergunung, datar sampai berombak 30%, clan 20% berombak sampai berbukit . Ketinggian tempat bervariasi dari 0 sampai 300 m dari permukaan laut, dengan jumlah hari lmjan 65 hari . Ternak dominan yang dipelihara di wilayah ini adalah kambing lokal bligon (WIDODo et al .. 1997). Kambing bligon menipakan ketuninan antara kambing lokal dengan Peranakan Ettawa . Kondisi kering di wilayah pengkajian tersebut berpengaruh terhadap vegetasi yang ada ; clan hal ini berpenganth pula terhadap pola pakan kambing di daerah ini . Hasil penelitian (WARDHANI et al., 1997) menyebutkan bahwa terdapat 38 jenis dedaunan yang disediakan petani sebagai pakan kambing . Hijauan benipa daunan tersebut dimanfaatkan sebagai balian pakan utanta, sedangkan rumput lapang dan ntmput gajah bila tersedia dimanfaatkan sebagai bahan pakan selingan. Hijauan tersebut rata-rata berkualitas baik (Tabel 1); tetapi kemampuan petani dalam menyediakannya dalam jumlah yang cukup nterupakan suatu kendala yang menentukan; meskipun hijauan yang tersedia berkualitas baik, tetapi jumlah yang tersedia tidak cukup. Tabel 1. Kualitas hijauan pakan utama di wilayah Kecamatan Tepus Kab . Gunungkidul Jenis hijauan
Bahan kering
Abu
--------- _---------------Daun lamtoro Daun jagung Daun turi Daun akasia Dann nangka Daun singkong Dedaunan lain (Rataan)
84,33 83,35 80,16 84,20 88,11 87,62 82,59
10,54 13,33 12,43 7,41 19,58 11,90 10,61
Protein kasar
Serat kas<arr
______ ("XO) ---- ____
28,30 14,08 27,38 20,81 10,39 29,17 15,06
17,11 30,06 14,38 31,76 29,32 22,20 22,35
SeminarNosional Peternakan don Veteriner 1997 MCDONALD et al. (1988) menjelaskan bahwa pola pakan yang berada di bawah kebutuhan dalam waktu yang lama dapat menekan sekresi hormon gonadotrofin, yang selanjutnya akan mengakibatkan turunnya fertilitas ternak . Dijelaskan juga oleh KuswADt (1992) dan SLITAMA et al. (1993) bahwa kekurangan pakan dapat mengakibatkan ternak betina mengalami kegagalan berahi clan tidak mengalami ovulasi atau terjadi ovulasi tetapi tidak meminjukkan tanda berahi
(silent heat).
Berdasarkan lial-hal tersebut, dalam pengkajian yang telah dilaksanakan, dilakukan pemberian pakan tambahan berupa pakan penguat dengan kandungan protein kasar 17,34%, lemak 7,10% clan serat kasar 18,59%. Pakan penguat tersebut disediakan selama 30 hari sebelum ternak dikawinkan dan 30 hari sebelum ternak melahirkan; diberikan sebanyak 500 g /ekor/hari . Pemberian pakan penguat dengan kadar protein tinggi tersebut sesuai dengan yang dianjurkan oleh LENG (1990), bahwa pakan tambahan yang disediakan pada periode kritis tersebut harus berprotein tinggi ; sebab untuk daerah tropis unnunnya kekurangan protein lebili tinggi kemungkinannya apabila dibandingkan dengan kekurangan energi . Hasil pengkajian tentang flushing yang melibatkan 101 ekor kambing betina induk di Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul tertera di dalam Tabel 2 dan 3. Tabel2 .
Jumlah induk bunting, jumlah kejadian kalahiran tunggal clan kembar akibat perlakuan flushing dan nonflushing pada betina induk lokal bligon Uraian
Flushing
(ekor) Runlah induk dalam perlakuan Jumlah induk bunting hunlah induk yang melahirkan : - tunggal - kembar dua Rataan jumlah anak per kelahian
Non flushing (%)
(ekor)
(%)
52 26
100,00 50,00
49 22
100,00 44,89
18 8
69,23 30,77
18
81,82 18,18
1,30
4
1,18
Data hasil pengkajian sebagaimana tertera di dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa perbaikan pakan yang dilaksanakan dengan cara flushing menghasilkan kemungkinan kebuntingan yang lebih banyak (50%) daripada apabila tidak dilakukan flushing (44,89%). Hal yang demikian juga berakibat pada jumlah kelahiran kembar ; yaitu terjadi kelahiran kembar sebanyak 30,77% clan 18,18% masing-masing pada perlakuan flushing dan non flushing . Rata-rata jumlah anak per kelahiran pada kambing yang diperbaiki kualitas ransumnya adalah 1,30 ekor; sedangkan yang tidak diperbaiki ransumnya sebanyak 1,18 ekor . Mengingat bahwa tujuan peternak inemelihara kambing antara lain untuk menghasilkan cempe, maka perbaikan pakan dengan cara flushing ini lebih menguntungkan, sebab dengan metode ini _+ 30% dari induk yang bunting akan beranak kembar dua. Hasil pengkajian tersebut sejalan dengan pendapat MCDONALD et al. (1988) dan Su'rAn1A et aQ1993) yang menyatakan bahwa flushing akan meningkatkan ovulasi sehingga akan berakibat meningkatkan junilah anak sekelahiran . Data hasil pengkajian sebagaimana tertera di dalam Tabel 3, menunjukkan rata-rata berat lahir clan pertumbuhan anak kambing dari akibat perlakuan flushing dibandingkan dengan akibat 51
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
tanpa perlakuan perbaikan ranstim sebagaimana kebiasaan petani . Data tersebut menunjukkan bahwa antara kedua model pemberian pakan tidak berpengaruh nyata pada berat lahir anak kambing sampai berat anak disapilt ; tetapi angka kematian anak prasapih sampai umur 30 hari lebih tinggi apabila tidak dilakukan perbaikan pakan indtiknya . Berat badan anak jantan maupun betina meskipun tidak nyata perbedaaannya, terlihat lebih besar pada perlakuan non flushing . Hal ini terjadi karena adanya kelahiran kembar yang lebih banyak kemungkinannya pada perlakuan
flushing,
Tabel 3 .
Rata-rata berat laltir dan pertumbuhan anak kambing hasil perlakuan flushing dan nonflushing pada induk lokal bligon
Flushing
Parameter Jantan Berat lahir (kg) Berat badan (kg) umur 15 hari umur 30 hari umur 45 hari umur 60 hari Pertambahan berat badan sampai dengan umur 65 hari (g/ekor/hari) Angka kematian sampai dengan umur 30 hari (%)
Nonflushing Betina
Betina
Jantan
1,90
1,68
1,96
1,90
4,25 185,05 85,87 6,14 72,64
3,16 3,46 4,46 5,85 58,94
4,32 5,50 5,88 6,00 66,77
2,63 3,03 3,96 5,14 57,81
7,14
18,18
KESIMPULAN Pengembangan usalia peternakan kambing tenitama yang dilakukan di wilayah lahan kering sebagaimana wilayah Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, perlu dukungan teknologi pemberian pakan, kaitannya dengan upaya efisiensi biaya usalia dan peningkatan produktivitas ternak . Salah satu upaya untuk mendukung hal tersebut adalah dilakukannya perbaikan kualitas dan kuantitas ransum induk, tenitama pada waktu-waktu kritis, yaitu pada saat induk akan dikawinkaq dan menjelang melahirkan hingga mat menyusui . Metode flushing dinilai cukup bennanfaat untulq memperbaiki kondisi reproduksi ternak, menambah kemungkinan anak lahir kembar, mengurangi angka kematian anak, serta dipandang dapat ntengliemat biaya pakan . DAFTAR PUSTAKA ANoNimus . 1993 . Laporan Talninan Dinas Peternakan Daerah Tk . I Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta . CHANiAcio, T.D. 1993 . Sistem manaiemen (pengelolaan) dewasa ini . Dalant : M .W . TomAszEwsKA, LM MASTita, A . DJAJANECARA, S . GARDINER dan T .R . WIRADARYA (Eds .) . Produksi Kambing daq Domba di bidonesia . Sebc:las Maret Univ . Press . Surakarta . KuswADi .1992 . Penganh nutrisi pada reproduksi ternak nminansia . Proc . Seminar Nasional eknolog Bioreproduksi Dalam Mendukung Peternakan Yang Tangguh . Univ. Jenderal Soedinnan Ptirwoker'lo .
52
Seminar Nasional Peternakon don Veteriner 1997
LENG, R.A . 1990 . Recent advances in applied aspects of ruminant physiology . 7` h. Satelite Conference on Ruminant Digestion. Tokyo. MUSOFIE, A., N.K .WARDHANI, S. WIDODo, W.I . WERDHANI, S.B . LESTARI dan R. HARwoNo. 1997 . Pengkajian sistem usahatani berbasis kambing di Daerah Istimewa Yoyakarta. Makalah Komunikasi Dan Penyaluran Hasil-hasil Pengkajian Teknologi Pertanian. Yogyakarta , 26 Maret 1997 . McDoNALD, P., R.A . EDwARDs dan J.F .D . GREENHALGH. 1988, Animal Nutrition . 4''.Ed. Longman Sci. & Tech . New York SUTAmA, I.K ., I.G . PuTu dan M.W. TOMAZEWSKA .1993 . Peningkata n produktivitas ternak ruminansia kecil melalui sifat reproduksi yang lebih efisien. Dalant : M.W . TOMASZEWSKA, I.M. MASTIKA, A. DJAJANEGARA, S. GARDINER dan T.R . WIRADARYA (Eds .) . 1'roduksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret Univ . Press. Surakarta. TILLMAN, A.D ., H. HARTADI, S . REKSOHADIPRODJO, S . PRAWIROKUSumA dan S. LEBDOSUKOJO. 1984 . Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada IIniv . Press. Yogyakarta . WARDHANI, N.K . 1997 . Ragani pakan ternak kambing di wilayah kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo. Daerah Istimewa Yogyakarta . Inpress. WiDoDo, S., A. MUSOFIE dan S.B . LESTARI . 1997 . Introduks i hijauan pakan tennak dengan teknologi konservasi untuk mendukung sistem usahatani berbasis kambing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Malakah Komunikasi dan Penyaluran Hasil-hasil Pengkajian Teknologi Pertanian. Yogyakarta, 26 Maret 1997 .
DISKUSI Budi Haryanto (Tanggapan Umum) Secara umum pelaksanaan flushing yang dianjukan pada induk kambing pada 30 hari sebelum dikawinkan dan 30 hari menjelang melahirkan dan dilanjutkan pada periode nienyusui adalah sangat tepat. Pemberian pakan strategis ini memang dianjurkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfhatan pakan dan untuk meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas ternak . Ada beberapa hal yang perlu mendapat penjelasan antara lain mengenai pernyataan bahwa pada kondisi di wilayah inn masalah kekurangan energi adalah Iebilt besar daripada kekurangan protein. Moron dijelaskan apakah yang dimaksud kekurangan energi inn adalah energi total ataukah energi yang dapat dinianfaatkan (digestible energy). Karena pakan yang mengandung serat tinggi biasanya mempunyai kandungan energi yang tinggi pula . Namun biasanya juga mempunyai kecernaan yang rendah sehingga digestible energynya juga menjadi rendah . Yang kedua, pakan flushing yang digunakan dalam bentuk apa dan bagaitnana komposisi bahan yang digunakan ? Pada keadaan silent heat, apakah deteksi oleh pejantan kambing juga akan menjadi masalah ?. Perlu penjelasan apakah komposisi kimia yang dicantunikan dalarn Tabel 1 berdasarkan bahan kering atau bahan segar ?. Niniek Kusuma Wardhani : Kondisi pakan yang kekurangan energy lerlihat dari kondisi kimia dimana terjadi defisiensi tinggi karena lahan kering . Pakan diberikan dalam bentuk basil 500 gram per hari dengan protein 15%. Nanutn pakan dalam musinn kering sangat minimal. Pemberian 53
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1997
flushing diharapkan secara hormonal akan menjadi normal . Hal ini didukung hasil pengamatan dimana flushing dibutuhkan pada lahan kering karena banyak ternak mengalami silent heat di daerah yang sangat kering. Tanva Jawab Wiwie Caroline : Istilah flushing apa sudah baku