Pelatihan Satuan Pengamanan Warisan Dunia Dalam melakukan semua tindakan pengamanan objek objek vital warisan dunia harus memiliki dasar dasar ilmu yang memadai. Oleh karena itu Balai Konservasi Peninggalan Borobudur pada maret 2010 menyelenggarakan pelatihan satuan pengamanan warisan dunia untuk meningkatkan kemampuan/ kwalitas sumber daya manusia di bidang keamanan, mencetak tenaga pengamanan yang profesional, mengenali tugas rutin dan standar pengamanan, menciptakan suasana aman dan nyaman bagi pengunjung dan bagi Candi Borobudur sendiri. Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang tenaga satuan pengamanan yang bertugas menjaga benda cagar budaya yang masuk ke dalam daftar situs warisan dunia di Indonesia, yaitu satuan pengamanan Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan situs Manusia Purba Sangiran. Selain teori pengamanan, dilaksanakan pula studi banding pengamanan di Masjid Agung Demak dan Masjid Menara Kudus. Pelatihan Satuan Pengamanan warisan dunia tahun 2010 ini merupakan pelatihan dasar. Pada tahun 2011 direncanakan pengadaan pelatihan Satuan Pengamanan warisan tingkat lanjut yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kwalitas sumber daya pengamanan warisan dunia.
Seminar Evaluasi Penggunaan Epoksi Resin (12 April 2010) Candi Borobudur merupakan Candi Budha terbesar di dunia. Candi tersebut telah mengalami dua kali pemugaran. Pemugaran pertama dilaksanakan oleh pemerintah Belanda dan pemugaran kedua dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan UNESCO tahun 1973-1983. Pada saat pemugaran kedua digunakan beberapa jenis bahan kimia salah satunya epoksi resin yang berfungsi sebagai bahan perekat seperti Euroland, Davis Fuller, Araldit AW, dan sebagai bahan kedap air seperti araldit tar. Sekalipun telah selesai dipugar, upaya pemeliharaan dan perawatan oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur sampai sekarang terus dilaksanakan. Beberapa jenis bahan epoksi resin tersebut saat ini masih digunakan dalam upaya perawatan Candi Borobudur. Candi Borobudur telah ditetapkan sebagai World Culture Heritage oleh Komite Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1991. Sebagai konsekuensi, situs yang telah masuk dalam daftar warisan budaya dunia akan dimonitor dan dievaluasi terus menerus pemeliharaannya oleh UNESCO termasuk penggunaan bahan kimia epoksi resin. Salah satu hasil evaluasi UNESCO adalah munculnya pernyataan “State Conservation pada tahun 2007 dan 2009”. Salah satu isi dari State Conservation nomor 5 tahun 2009 menyatakan: 5. Also requests the State Party to: a. Discontinue the practices that appear to have a negative impact on the stone of the Borobudur temple. b. Continue monitoring, research and testing activities, to find a substitute for the epoxy resin Pernyataan State Conservation UNESCO terhadap Candi Borobudur itulah yang telah melatarbelakangi kegiatan Seminar Bahan Konservasi BCB Batu. Oleh karena itu Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mengadakan Seminar Bahan Konservasi BCB Batu yang menitikberatkan pada Evaluasi Penggunaan Epoksi Resin pada tanggal 12 April 2010 di Hotel Manohara Borobudur. Maksud kegiatan seminar ini adalah merumuskan penggunaan epoksi resin dalam konsevasi batu.
69
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah: 1. Mengevaluasi kembali penggunaan epoxy resin dalam konservasi batu. 2. Membuat rumusan kebijakan penggunaan epoksi resin. Materi yang diangkat dalam kegiatan seminar ini adalah : 1. Bahan Perekat untuk Pelestarian BCB disampaikan oleh Drs. Dukut Santoso. 2. Prosedur Pengujian Bahan Perekat dan Jenis-Jenis Bahan Perekat yang Digunakan Selama Pemugaran Candi Borobudur disampaikan oleh Drs. Hubertus Sadirin. 3. Jenis-Jenis Bahan Perekat (Epoksi Resin) yang Digunakan di Candi Prambanan dan Kemungkinan Penggunaan Mortar Hidrolic disampaikan oleh Aris Munandar. 4. Evaluasi Penggunaan Epoksi Resin disampaikan oleh Sukronedi, S.Si., M.A Peserta seminar ini sebanyak 50 orang, yang terdiri dari staf teknis Balai Konservasi Peninggalan Borobudur dan UPT lain di lingkungan Direktorat Purbakala. Seminar Evaluasi Penggunaan Epoksi Resin ini menghasilkan rumusan pokokpokok permasalahan dalam penggunaan epoksi resin meliputi: 1. Epoxy resin telah digunakan secara luas pada pekerjaan konservasi Benda Cagar Budaya dengan efektivitas yang baik dari segi kekuatan dan ketahanan, namun saat ini teridentifikasi adanya dampakdampak negatif. 2. Dampak negatif yang timbul terutama disebabkan oleh sifatnya yang terlalu kuat (rigid), dan tidak dapat dilalui air (waterproof) sehingga menjadi tempat akumulasi pelapukan. 3. Permasalahan ini telah menjadi perhatian UNESCO yang dituangkan dalam keputusan World Heritage Committee untuk State of Conservation Borobudur tahun 2007 dan 2009, yang kutipannya sebagai berikut ; Decission Document WHC-07/31.COM/7B.84 (tahun 2007) “Point No.5 Requests the State Party to discontinue the practices that appear to have a negative impact on the stone of the Borodbudur temple, notably the use of epoxy resin, steam cleaning and water repellents, and to continue the monitoring and research activities initiated in co-operation with the World Heritage Centre, with a view to incorporating a conservation/restoration strategy as part of the Management Plan” Decission Document WHC-09/33.COM/7B.74 (tahun 2009) “Point No.5 Also requests the State Party to: a) Discontinue the practices that appear to have a negative impact on the stone of the Borobudur temple, b) Continue monitoring, research and testing activities, to find a substitute for the epoxy resin” Berdasarkan masalah tersebut di atas maka tindak lanjut yang perlu dibuat lakukan dapat direkomendasikan sebagai berikut. 1. Perlunya studi dan monitoring lebih lanjut untuk mengkaji lebih dalam dampak negatif penggunaan epoxy resin pada kegiatan konservasi BCB; 2. Perlunya monitoring secara lebih intensif lokasi batu-batu Candi Borobudur yang telah mendapatkan perlakuan bahan perekat, baik yang menggunakan perekat anorganik maupun organik; 3. Perlunya mengintensifkan kajian bahan pengganti epoxy resin secara prosedural (memperhatikan sifat kimia, fisis, mekanis, dan struktur bahan), baik yang bersifat thermoplastik maupun thermosetting; 4. Perlunya kajian lebih lanjut perekat anorganik berbahan mortar hidrolik yang tidak melepaskan kapur bebas sebagai alternatif beberapa aplikasi mortar epoxy; 5. Penggunaan epoxy resin untuk penyambungan susunan batu perlu dievaluasi berdasarkan pengujian dengan shaking table, untuk mengetahui perlu tidaknya penggunaan perekat epoxy; 6. Perlunya kajian berbasis ilmiah untuk aplikasi bahan-bahan perekat tradisional (tulang, kulit binatang, getah-getahan, dan lain-lain) pada konservasi BCB; 7. Perlu dikaji bahan mortar epoxy berpori yang mampu mengeliminasi kelemahan epoxy resin karena kekerasan, kekuatan, dan kemampuannya melewatkan air dapat diatur; 8. Perlunya pedoman aplikasi bahan perekat yang spesifik untuk setiap jenis pekerjaan konservasi tertentu.
70
Bimbingan Teknis Pembuatan Sistem Pendokumentasian Laboratorium (25-26 Mei 2010) Laboratorium mempunyai peran yang penting dalam suatu kegiatan konservasi dan pemugaran benda cagar budaya. Sebagai awal dari kegiatan konservasi dan pemugaran benda cagar budaya pasti akan didahului dengan suatu kegiatan penelitian, begitu juga selama pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan kegiatan konservasi. Analisis laboratorium dilakukan untuk mencari data yang digunakan untuk mendukung kegiatan konservasi dan pemugaran benda cagar budaya. Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, keberadaan laboratorium Balai Konservasi Peninggalan Borobudur perlu ditingkatkan kualitas sumber daya manusianya khususnya dalam penulisan laporan hasil analisis dan pendokumentasian datanya. Untuk menjawab tantangan tersebut maka Balai Konservasi Peninggalan Borobudur menyelenggarakan kegiatan Bimmbingan Teknis Pembuatan Sistem Pendokumentasian Laboratorium pada tanggal 25 samapai 26 Mei 2010 di Borobudur. Adanya kegiatan ini diharapkan dapat membuka wawasan mengenai pengelolaan laboratorium sehingga kedepannya laboratorium Balai Konservasi Peninggalan Borobudur dapat diajukan menjadi laboratorium yang terakreditasi. Maksud dari kegiatan ini adalah mencari rumusan yang tepat dalam penyusunan dokumen laboratorium. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui standar prosedur analisis laboratorium dan mengetahui sistem manajemen mutu laboratorium dan sistem pendokumentasiannya. Materi yang disampaikan dalam kegiatan bimbingan teknis meliputi 1. Pengenalan ISO/IEC 17025 : 2005 2. Kiat-Kiat Menuju Akreditasi 3. Prosedur Akreditasi Laboratorium 4. Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu Laboratorium (Panduan Mutu) 5. Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu laboratorium (Prosesdur Mutu, Instruksi Kerja, Formulir dan Rekaman) 6. Validasi Metode Pengujian 7. Sistem Kalibrasi dan Ketelusuran Pengukuran. Adapun pembicara dalam kegiatan bimbingan teknis antara lain: 1. Prof. Dr. Ir. Agus T dari Badan Tenaga Atom Nasional, Yogyakarta 2. Dra. Istu Sutarti dari Komite Akreditasi Nasional, Jakarta 3. Prof. Drs. Samin Prihatin dari Badan Tenaga Atom Nasional, Yogyakarta Peserta dalam kegiatan bimbingan teknis berjumlah 21 orang yang berasal dari Direktorat Purbakala, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jateng, DI. Yogyakara, Jawa Timur, Serang, Batusangkar, Jambi dan Bali.
Perayaan Waisak tahun 2010 di Candi Borobudur Kegiatan puncak perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak 2554 BE dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2010 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Perayaan Waisak di Candi Borobudur kali ini berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Panitia penyelenggara perayaan Waisak di Candi Borobudur biasanya di selenggarakan oleh KASI (Konferensi Agung Sangha Indonesia) dan WALUBI (Wali Budha Indonesia) secara bergantian (jika tahun ini KASI, tahun depan WALUBI, dan sebaliknya), tetapi pada tahun ini yang seharusnya diselenggarakan oleh KASI ternyata WALUBI juga turut menyelenggarakan perayaan di Candi Borobudur. Dalam penyelenggaraan waisak, WALUBI dan KASI memiliki rencana kegiatan sendiri-sendiri. WALUBI mengadakan puja di halaman Candi Borobudur sebelah barat daya, sedangkan KASI menyelenggrakan puja di halaman Candi Borobudur sebelah timur. Dampak yang timbul akibat perayaan Waisak, seperti tetesan-tetesan lilin , abu dari hio di rumput tepi bangunan candi, serta sampah langsung dibersihkan oleh petugas kebersihan candi setelah acara selesai. Pembersihan secara menyeluruh dilakukan di seluruh areal candi Borobudur sehingga kembali rapi seperti sedia kala oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur.
71
PENYULUHAN KEPURBAKALAAN “Perlindungan Hukum Terhadap Benda Budaya” Sehubungan dengan banyaknya situs atau Benda Cagar Budaya di Kawasan Borobudur dan Mungkid, dan sering adanya laporan dari masyarakat yang menemukan Benda Cagar Budaya di sekitar mereka, maka Balai Konservasi Peninggalan Borobudur menyelenggarakan penyuluhan kepurbakalaan yang bertema “Perlindungan Hukum Terhadap Benda Cagar Budaya” yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2010, sekaligus diadakan sebagai bagian dari kegiatan menyambut HUT Purbakala yang ke-97. Adapun peserta penyuluhan yaitu para kepala desa/dusun di wilayah Kecamatan Borobudur dan Mungkid, sebanyak 40 orang. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan tersebut para peserta dapat menjadi kader di wilayah mereka dan untuk membentuk jejaring di masyarakat terhadap kelestarian BCB khususnya di wilayah sekitar mereka masing-masing.
MENITI JEJAK PERADABAN “Belajar dari Masa lalu untuk Masa Depan” Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan RI yang ke-65, dan menggugah kembali semangat nasionalisme, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mengadakan kegiatan “Meniti Jejak Peradaban” dengan mengambil tema “Belajar dari Masa lalu untuk Masa Depan”. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan pada tanggal 14-15 Juli 2010, dan dimaksudkan untuk mengenalkan tinggalan Benda Cagar Budaya yang berada di wilayah JawaTengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kepada generasi muda, untuk menggugah rasa peduli terhadap kelestarian benda cagar budaya serta rasa cinta Indonesia. Peserta kegiatan tersebut adalah ketua pemuda desa/dusun di sekitar Borobudur dan Mungkid, serta peserta IWC (International Work Camp) yang seluruhnya berjumlah 50 orang. Sebelum kunjungan ke situs-situs, terlebih dahulu peserta mendapatkan pembekalan dari Dra. Niken Wirasanti, M.Hum (Dosen Jurusan Arkelogi, UGM). Adapun situs-situs yang dikunjungi Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Ngawen, Pendem, Aso, Lumbung, Losari, Kimpulan (UII), Sambisari, dan Sewu. Peserta tampak antusias dan menyambut gembira kegiatan tersebut, dan harapan mereka kegiatan tersebut perlu diselenggarakan secara kontinue.
PENYULUHAN KEPURBAKALAAN ”Bermain ke Borobudur Yoook ! Kenali dan Sayangi Candimu” Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada bulan November 2010, dan upaya untuk mencoba mengajak generasi muda/pelajar untuk menjadi pahlawan-pahlawan masa kini dengan menyayangi dan peduli pada negeri yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan pendahulu/nenek moyang kita, maka Balai Konservasi Peninggalan Borobudur menyelenggarakan penyuluhan dan penyebaran informasi kepada kalangan generasi muda/pelajar. Apalagi sekarang ini ditengarai merosotnya rasa nasionalisme dan kendurnya jati diri bangsa di kalangan generasi muda karena pengaruh arus globalisasi. Salah satu upaya untuk mengajak generasi muda/pelajar untuk lebih mengenal dan berpaling ke budaya negeri sendiri, warisan leluhur nan agung. Peribahasa tak kenal maka tak tahu, tak tahu maka tak terbiasa, tak terbiasa maka tak sayang. Dengan mengenalkan kepada mereka benda cagar budaya di sekitar mereka melalui kegiatan penyuluhan kepurbakalaan yang bertema ”Bermain ke Borobudur Yoook !, Kenali dan Sayangi Candimu”, semoga paling tidak akan menggelitik hati/pikiran mereka, hembuskan rasa sayang pada milik negeri sendiri, gugahkan rasa menjadi ”anak negeri...Indonesia”. Kegiatan penyuluhan tersebut dilaksanakan pada tanggal 27 November 2010, bertempat di plataran Candi Borobudur. Adapun model penyuluhan kepurbakalaan tersebut adalah bermain/perlombaan seperti susun puzzle ”stupa”, bersih candiku (menyikat relief dari abu vulkanik), kuis seberapa jauh kamu kenal Borobudur, dan diselang-seling dengan paparan materi upaya perlindungan cagar budaya, kenali Borobudur, dan rawat Borobudur. Peserta penyuluhan kepurbakalaan terdiri dari perwakilan siswa SLTP dari 14 sekolah wilayah Kabupaten Magelang beserta guru pendamping.
72
PAMERAN KEPURBAKALAAN Penyelenggaraan pemeran kepurbakalaan diharapkan mampu menggali atau memunculkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam benda-benda warisan budaya nenek moyang, dan dipublikasikan kepada masyarakat luas agar dapat mengenal dan mengetahuinya. Nilai-nilai luhur ini diharapkan mampu memperkokoh jati diri bangsa serta bermanfaat untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, serta pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional. Materi yang dipamerkan adalah informasi tentang pelestarian dan pemanfaatan candi Borobudur, hasil kajian dibidang konservasi, teknik sipil, arsitektur, geologi, biologi, kimia, arkeologi serta peninggalan purbakala lainnya, dan informasi lainnya yang terkait kepurbakalaan.. Kegiatan pameran yang telah dilakukan oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur pada tahun 2010 antara lain : 1. Pameran Permuseuman dan kepurbakalaan dilaksanakan di Museum Negeri Sri Baduga Bandung selama 30 hari dari tanggal 6 Juni 6 Juli 2010. Pameran kali ini bertepatan dengan Milangkala Museum Negeri Sri Baduga. Pameran dibuka dari jam 08.00 15.30 WIB. Materi pameran dari Balai Konservasi Peninggalan Borobudur meliputi: Foto-foto Borobudur dalam transformasi (Candi Borobudur hilang dari sejarah, Candi Borobudur ditemukan kembali, Pemugaran tahap I dan II sebelum dan sesudah dipugar, Borobudur dimanfaatkan kembali), Foto-foto Evaluasi pasca pemugaran (Evaluasi kerusakan batu, Penanganan kerusakan batu), Maket Candi Borobudur, Miniatur arca Budha, dan Stupika dan batu-batu lepas.Pengunjung pameran terdiri dari siswa-siswi SD, SMP, dan masyarakat umum di daerah Bandung dan sekitarnya. 2. Dalam rangka memperkenalkan Candi Borobudur serta pelestarian maupun pemanfaatannya kepada masyarakat luas, Balai Konser vasi Peninggalan Borobudur mengadakan kegiatan pameran kepurbakalaan yang dilaksanakan pada tanggal 14 19 September 2010 di Museum Karmawibhangga, Kompleks Taman Wisata Candi Borobudur Materi pameran yaitu : · Foto-foto pemanfaatan candi Borobudur dilihat dari aspek religi, pendidikan, pariwisata dan kunjungan tamu negara. · Foto-foto ancaman kelestarian candi Borobudur dan kegiatan atau upaya pelestarian candi Borobudur oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur berupa kajian, monitoring, perawatan candi. · Foto candi Borobudur dari masa ke masa. · Koleksi BCB yang ada di Museum Karmawibhangga 3.
Pameran bersama dengan tema arkeologi, sejarah dan purbakala, diselenggarakan pada tanggal 2 - 6 Nopember 2010 di gedung Wanita Ngasirah, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Kudus. Pameran diikuti oleh 5 instansi pemerintah yang menangani kepurbakalaan di Propinsi Jawa Tengah dan beberapa stand yang memamerkan produk lokal Kota Kudus. Pada pameran tersebut, khusus untuk stand Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mengambil tema Peranan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur dalam melestarikan candi Borobudur dan Peninggalan Purbakala lainya. Materi yang ditampilkan meliputi foto-foto mengenai pelestarian candi Borobudur dari masa ke masa, informasi mengenai Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, sampel peralatan dan bahan konservasi, sampel batubatu candi yang mengalami kerusakan dan maket candi Borobudur.
73
Borobudur Exhibition Malioboro Mall Dalam rangka mengenalkan lebih dekat candi Borobudur kepada masyarakat terutama masyarakat kota Yogyakarata dan wisatawan maka Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mengadakan kegiatan pameran Borobudur (Borobudur Exhibition) yang mengambil tempat di Malionboro Mall kota Yogyakarta tanggal 26 30 Desember 2010. Dengan pameran ini, diharapkan masyarakat dapat mengenal dan memahami tentang pelestarian Candi Borobudur terutama informasi mengenai kondisi candi Borobudur pasca letusan Gunung Merapi. Materi yang ditampilkan meliputi foto-foto dan informasi mengenai pelestarian Candi Borobudur dari masa ke masa dan penyelamatan Candi Borobudur dari abu merapi, serta contoh abu merapi yang pernah menutupi Candi Borobudur.
Kegiatan Pelatihan Tenaga Teknis Konservasi Tingkat Dasar 2010 (20 September – 3 Oktober 2010) Secara garis besar tugas pokok dan fungsi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur adalah melaksanakan pemeliharaan Candi Borobudur, melaksanakan kajian di bidang konservasi peninggalan pubakala dan melaksanakan pelatihan tenaga teknis konservasi. Sebagai aktualisasi pelaksanaan tupoksi tersebut maka Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mengadakan kegiatan Pelatihan Tenaga Teknis Konservasi Tingkat Dasar pada tanggal 20 September sampai 3 Oktober 2010 di Borobudur. Kegiatan ini bermaksud untuk mencetak tenaga teknis purbakala yang memiliki kompetensi di bidang konservasi benda cagar budaya. Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan pelatihan ini adalah tersedianya tenaga konservator yang handal di lingkungan Direktorat Peninggalan Purbakala maupun di daerah. Sedangkan tujuan akhir dilaksanakannya pelatihan adalah terwujudnya pelestarian benda cagar budaya di seluruh wilayah Indonesia. Materi pelatihan lebih menekankan pada konservasi bcb tidak bergerak yang berbahan batu, bata dan kayu. Meteri pelatihan diberikan dalam bentuk perkulihaan (pemberian teori), diskusi, praktek laboratorium, praktek lapangan, dan penijauan ke situs-situs cagar budaya di wilayah Jawa Tengah dan Yogjakarta. Adapun jenis-jenis materi yang disampaikan meliputi : 1. Kebijakan Pelestarian Benda Cagar Budaya di Indonesia, 2. Kepurbakalaan Indonesia I, 3. Etika Arkeologi dalam Konservasi BCB, 4. Kerusakan dan Pelapukan Bahan Batu, 5. Kerusakan dan Pelapukan Bahan Bata, 6. Klimatologi dalam Konservasi Benda Cagar Budaya, 7. Pengantar Konservasi Benda Cagar Budaya, 8. Pengantar Analisis Laboratorium, 9. Praktek Observasi Klimatologi, 10. Praktek Observasi Kerusakan dan Pelapukan, 11. Praktek Perawatan Kimiawi, 12. Praktek Perawatan secara Manual, 13. Praktek Perawatan Benda Cagar Budaya Bata, 14. Praktek Perawatan Benda Cagar Budaya Kayu, 15. Praktek Teknik Penyambungan dan Restoring, 16. Pengambilan Sampel di Lapangan, 17. Praktek Analisis Laboratorium Kimia, 18. Praktek Analisis Laboratorium Mikrobiologi, 19. Praktek Analisis Laboratorium Fisik, dan 20. Kegiatan Studi Banding ke Situs DIY Pengajar pelatihan berasal dari Universitas Gajah Mada Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kehutanan dan Fakultas MIPA jurusan Kimia serta pengajar dari Balai Konservasi Peninggalan yang sudah berpengalaman. Adapun instruktur praktek laboratorium dan lapangan seluruhnya berasal dari staff Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Peserta pelatihan berasal dari staf Direktorat Purbakala, staff Direktorat Bawah Air, staff Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, staff Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh, Batu Sangkar, jambi, Serang, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Samarinda, Makasar, Gorontalo, Ternate, Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Dinas Propinsi D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Dinas Sejarah dan Nilai Tradisional Propinsi Jawa Barat dan staff dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pe m u d a d a n O l a h R a g a Kabupaten Kulon Progo.
74
PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR DARI ABU VULKANIK MERAPI Pada ratusan tahun yang lalu telah terjadi letusan besar Gunung Merapi yang terekam data tahun 1768, 1822, 1849, 1872. Aktivitas Gunung Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan, dimana letusan terbesar terjadi pada tahun 1931. Gunung Merapi kembali meletus pada tanggal 26 Oktober 2010 pukul 17:02 WIB terjadi erupsi pertama berupa letusan explosif. Awan panas terjadi secara beruntun disertai suara dentuman selama kurang lebih 2 jam dengan jarak awan panas mencapai 5 km dari puncak Gunung. Merapi. Pada tanggal 4 November 2010 pukul 00:00 WIB-24:00 WIB, terjadi erupsi lanjutan sejak tanggal 3 November 2010 dengan intensitas yang lebih besar dan jarak luncur awan panas mencapai 15 km dari puncak Gunung Merapi. Erupsi Gunung Merapi ini menimbulkan terjadinya hujan abu dan pasir dan menyebabkan Candi Borobudur tertutup abu vulkanik. Pada letusan tanggal 26 Oktober 2010 kondisi permukaan batu candi tertutup abu yang bercampur pasir dengan ketebalan rata-rata 3 mm. Pada letusan tanggal 4 November 2010 kondisi permukaan batu candi tertutup abu dan pasir vulkanik dengan ketebalan mencapai 2,5 cm. Beberapa bagian candi pada bidang horizontal seperti stupa induk, stupa teras, lantai stupa teras, lantai lorong, pagar langkan, selasar, dan undak adalah bagian yang paling banyak tertutup abu dan pasir vulkanik. Sedangkan pada dinding-dinding candi atau bidang vertikal candi hanya tertutup abu dan pasir vulkanik, yang lebih tipis.
Abu vulkanik yang menutup permukaan batu candi ini, ternyata memiliki unsur belerang dan tingkat keasaman yang tinggi. Derajat keasaman (pH) abu vulkanik mencapai 4-5. Asam yang terkandung dalam abu dan pasir bersifat korosif sehingga dikhawatirkan dapat merusak dan mempercepat kerapuhan batu candi. Untuk mengurangi dampak abu vulkanik terhadap batu candi, maka dilakukan penanganan sebagai berikut : 1. Pembersihan manual kering dengan menggunakan alat kerok, serok dan sikat ijuk yang lunak. Abu vulkanik dari hasil pembersihan kering kemudian dikumpulkan untuk diketahui volumenya. 2. Penyemprotan permukaan batu dengan larutan Natrium Bikarbonat (NaHCO3) 1 %. Penyemprotan ini bertujuan untuk menetralkan keasaman pada batu candi. 3. Penutupan stupa teras dengan menggunakan plastik untuk menghindari terkena abu kembali karena hujan abu masih turun. 4. Prioritas penanganan berurutan, mulai dari stupa (72 buah), stupa pusat, arca-arca yang tidak terlindung relung (arca budha dan singa), relief, pagar langkan, lantai, kemudian selasar dan undag. 5. Setelah pembersihan kering selesai, kemudian dilanjutkan dengan pembersihan manual basah yaitu dengan menggunakan air. 6. Pada permukaan batu yang tidak memiliki bidang relief seperti pada stupa induk, stupa teras, lantai, selasar, pagar langkan dan arca, dapat digunakan alat penyemprot berupa steam cleaner. Tetapi pada batu yang memiliki bidang relief seperti dinding candi, dinding pagar langkan, maupun list berelief untaian mutiara pada pagar langkan, dihindari untuk menggunakan steam cleaner karena akan mempercepat keausan pada relief.
75