SEMESTA PEMIKIRAN Sebuah Katalog Wawasan Dunia Dasar
JAMES W. SIRE
Penerbit Momentum 2005
Copyright © momentum.or.id
SEMESTA PEMIKIRAN: Sebuah Katalog Wawasan Dunia Dasar Oleh: James W. Sire Penerjemah: Irwan Tjulianto Editor: Steve Hendra Pengoreksi: Jessy Siswanto dan Irenaeus Herwindo Tata Letak: Djeffry Desain Sampul: Ricky Setiawan Editor Umum: Solomon Yo Originally published in English under the title, The Universe Next Door: A Basic Worldview Catalog Fourth edition © 2004 by James W. Sire Translated and printed by permission of InterVarsity Press, USA P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA. All rights reserved Hak cipta terbitan bahasa Indonesia © 2002 pada Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature) Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia. Telp. +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275 e-mail:
[email protected]
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Sire, James W., Semesta pemikiran: sebuah katalog wawasan dunia dasar / James W. Sire, terj. Irwan Tjulianto – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2005. xiii + 276 hlm.; 15,5 cm. ISBN 979-8131-54-1 1. Ideologi 2. Theisme 5. Gerakan Zaman Baru 2005
3. Naturalisme
4. Nihilisme (Filosofi) 140–dc22
Cetakan pertama: Juli 2005 Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.
Copyright © momentum.or.id
Daftar Isi
Kata Pengantar untuk Edisi Keempat
ix
Bab 1
1
Suatu Dunia yang Penuh dengan Perbedaan:
Pengantar Bab 2
Suatu Alam Semesta yang Dipenuhi Keagungan Allah:
11
Theisme Kristen Bab 3
Alam Semesta yang Mekanis:
37
Deisme Bab 4
Kesenyapan Ruang yang Terbatas:
53
Naturalisme Bab 5
Titik Nol:
85
Nihilisme Bab 6
Melampaui Nihilisme:
115
Eksistensialisme Bab 7
Perjalanan Ke Timur:
149
Monisme Pantheistis Timur Bab 8
Satu Alam Semesta yang Terpisah:
173
Zaman Baru Bab 9
Cakrawala yang Hilang:
229
Postmodernisme Bab 10 Kehidupan yang Telah Diuji:
Kesimpulan
Copyright © momentum.or.id
267
Kata Pengantar untuk Edisi Keempat
T
ELAH LEBIH DARI DUA PULUH TUJUH TAHUN sejak buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1976. Banyak hal telah terjadi baik dalam perkembangan wawasan dunia di Barat maupun pemahaman saya dan orang lain tentang ide wawasan dunia. Pada tahun 1976, wawasan dunia Zaman Baru (New Age) baru saja terbentuk dan harus diberi nama. Saya menyebutnya “kesadaran baru.” Pada waktu yang sama, kata postmodern digunakan hanya dalam lingkungan akademis dan harus disadari sebagai suatu pergeseran yang penting secara intelektual. Sekarang, pada tahun 2004, Zaman Baru sudah berumur lebih dari tiga puluh tahun, mencapai keremajaan hanya secara karakter, bukan secara tahun. Sedangkan postmodern telah menembusi setiap bidang kehidupan intelektual, telah cukup untuk memicu setidaknya suatu reaksi balik yang rendah hati. Pluralisme dan relativisme yang menyertainya telah membungkam pendapat-pendapat yang berbeda dari setiap sudut pandang. Dan walaupun edisi ketiga dari buku ini telah membahas hal-hal ini, sekarang ada lebih banyak cerita baik mengenai Zaman Baru maupun postmodernisme. Oleh karena itu, saya telah memperbarui bab mengenai Zaman Baru dan secara khusus merevisi bab mengenai postmodernisme. Lebih jauh lagi, saya telah memperbarui catatan-catatan kaki di seluruh buku ini, mendaftar terbitan-terbitan baru yang mungkin berguna bagi mereka yang meneliti wawasan-wawasan dunia atau isu-isu mengenainya secara individual.
x
/ SEMESTA PEMIKIRAN
Terdapat satu wawasan dunia utama yang sekarang mempengaruhi dunia Barat yang tidak pernah saya bicarakan dalam edisi mana pun, termasuk edisi ini. Sejak 11 September 2001, Islam telah menjadi suatu faktor kehidupan yang utama bukan hanya di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara tetapi juga di Eropa dan Amerika Utara. Wawasan dunia (atau mungkin wawasan-wawasan dunia) Islam sekarang mempengaruhi kehidupan semua orang di seluruh penjuru dunia ini. Bahkan istilah wawasan dunia muncul di dalam korankoran harian ketika para penulis berusaha memahami dan menjelaskan apa yang sedang memicu peristiwa-peristiwa yang mencengangkan beberapa tahun ini. Sayangnya, saat ini saya tidak siap untuk membicarakan wawasan dunia Islam sebagaimana hal itu seharusnya dibicarakan. Seperti yang telah saya katakan kepada teman saya di Korea, yang bertanya-tanya mengapa saya tidak mendiskusikan wawasan-wawasan dunia Konfusianisme dan Shamanisme, bahwa wawasan-wawasan dunia tersebut harus didiskusikan oleh mereka yang mempunyai pemahaman yang jauh lebih baik daripada saya. Saya sangat menghargai mereka yang memunculkan tantangan ini. Tetapi saya juga telah memikirkan ulang seluruh ide mengenai wawasan dunia. Sebenarnya, apakah wawasan dunia itu? Ada tantangan-tantangan terhadap definisi yang saya berikan pada tahun 1976 (dan tetap tidak berubah pada edisi tahun 1988 dan 1997). Apakah definisi saya tidak terlalu bersifat intelektual? Tidakkah wawasan dunia lebih bersifat tidak disadari daripada disadari? Mengapa definisi saya dimulai dengan ontologi abstrak (ide mengenai keberadaan) dan bukannya pertanyaan epistemologi yang bersifat personal (bagaimana kita mengetahui)? Tidakkah kita perlu lebih dahulu menjustifikasi pengetahuan kita sebelum kita dapat mengklaim natur dari realitas ultimat? Tidakkah definisi saya mengenai wawasan dunia tergantung pada idealisme Jerman abad ke-19 atau, mungkin, kebenaran dari wawasan dunia Kristen itu sendiri? Bagaimana dengan peran perilaku di dalam membentuk atau mengakses atau bahkan mengidentifikasi wawasan dunia seseorang? Tidakkah postmodern menggarisbawahi ide mengenai wawasan dunia? Saya telah menanggapi tantangan-tantangan ini dengan sungguhsungguh. Hasilnya ada dua macam. Pertama adalah suatu buku yang telah diterbitkan oleh InterVarsity Press bersamaan dengan edisi ini. Dalam Naming the Elephant: Worldview as a Concept, saya
Kata Pengantar / xi
membicarakan sejumlah isu seputar konsep wawasan dunia. Pembaca yang tertarik pada sarana intelektual yang digunakan di dalam buku ini akan menemukan analisis yang jauh lebih mendalam di sana. Dalam menulis buku ini, saya sangat terbantu oleh karya David Naugle, profesor filsafat di Dallas Baptist University. Dalam Worldview: The History of a Concept, ia menyurvei asal mula, perkembangan, dan berbagai versi dari konsep-konsep dunia, mulai dari Immanuel Kant sampai Arthur Holmes dan para pemikir dunia yang muncul kemudian, dan ia menyajikan definisinya sendiri mengenai wawasan dunia Kristen. Definisinya mengenai wawasan dunia dengan konsep alkitabiahnya mengenai hati inilah yang telah menelurkan definisi saya yang telah direvisi, yang dibahas dalam bab satu buku ini. Pembaca ketiga edisi yang pertama akan mendapati bahwa definisi yang baru ini mengakibatkan beberapa hal. Pertama, definisi ini menggeser fokus dari wawasan dunia sebagai “seperangkat presuposisi” kepada “suatu komitmen, orientasi yang mendasar dari hati,” memberikan penekanan yang lebih pada akar-akar prateoretis dari intelek. Kedua, definisi ini memperluas cara pengekspresian wawasan dunia, menambahkan ide mengenai cerita pada seperangkat presuposisi. Ketiga, definisi ini menjadikan lebih eksplisit bahwa akar yang terdalam dari suatu wawasan dunia adalah komitmennya pada dan pemahamannya mengenai “apa yang sebenarnya riil.” Keempat, definisi saya mencelikkan peran dari perilaku dalam mengakses wawasan dunia seseorang yang sebenarnya. Namun demikian, sebagian besar analisis dari ketiga edisi pertama dari The Universe Next Door tetap sama. Hanya sedikit perubahan yang dibuat pada presentasi dan analisis mengenai enam wawasan pertama dari delapan wawasan yang dibahas. Harapan saya adalah dengan definisi yang telah diperbaiki dan revisi-revisi sederhana ini, natur yang kuat dari semua wawasan dunia akan lebih dinyatakan sepenuhnya. Tetapi, ketertarikan yang terus-menerus dari pembaca buku ini terus mengejutkan dan menggembirakan saya. Buku ini telah diterjemahkan dalam lima belas bahasa, dan setiap tahun buku ini sampai ke tangan banyak pelajar karena arahan dari para profesor dalam beragam perkuliahan seperti apologetik, sejarah, literatur Inggris, pengantar studi agama, pengantar filsafat, dan bahkan kuliah mengenai
xii / SEMESTA PEMIKIRAN
dimensi-dimensi kemanusiaan dalam sains. Luasnya jangkauan buku ini menyarankan bahwa salah satu asumsi-asumsi dasar buku ini sungguh-sungguh benar: isu-isu yang paling mendasar, yang sebagai manusia perlu kita perhatikan, tidak mempunyai batasan-batasan antarbagiannya. Apa yang merupakan realitas tertinggi? Apakah realitas tertinggi itu Allah atau kosmos? Siapakah manusia itu? Apa yang terjadi pada kematian? Bagaimana kita harus hidup? Pertanyaan-pertanyaan ini sama relevannya dalam literatur, psikologi, agama maupun sains. Dalam satu hal saya terus bersikap teguh: Saya berkeyakinan bahwa agar masing-masing kita sadar sepenuhnya, secara intelektual kita bukan hanya harus mampu mendeteksi wawasan-wawasan dunia orang lain, tapi juga mewaspadai wawasan dunia kita – mengapa kita memiliki wawasan dunia ini dan mengapa dalam terang beragam pilihan kita meyakini kebenaran wawasan dunia kita. Saya hanya berharap bahwa buku ini menjadi batu pijakan bagi orang lain menuju perkembangan diri mereka yang sadar dan justifikasi wawasan dunia mereka. Selain begitu banyak pernyataan terima kasih yang terdapat di catatan kaki, saya secara khusus mengucapkan terima kasih kepada C. Stephen Board, manajer umum Harold Shaw Publishers, yang bertahun-tahun silam mengundang saya untuk menyajikan sebagian besar dari bahan ini di dalam bentuk perkuliahan di Christian Study Project yang disponsori InterVarsity Fellowship yang diadakan di Cedar Campus di Michigan. Beliau dan Thomas Trevethan, yang juga menjadi staf untuk program tersebut, telah memberikan masukan yang sangat baik di dalam mengembangkan bahan tersebut dan kritik yang berkesinambungan atas pemikiran saya mengenai wawasan dunia sejak edisi pertama buku ini. Sahabat-sahabat lain yang telah membaca naskah dan menolong memoles sejumlah bagian yang masih kasar adalah C. Stephen Evans (yang memberikan kontribusinya pada satu bagian mengenai Marxisme), Os Guinness, Charles Hampton, Keith Yandell, Douglas Groothuis, Richard H. Bube, Rodney Clapp dan Gary Deddo. Terima kasih juga kepada David Naugle, tanpanya definisi saya mengenai wawasan dunia akan tetap tidak berubah. Kepada mereka dan editor edisi ini, James Hoover, saya menyatakan penghargaan yang setulustulusnya. Akhirnya saya berterima kasih untuk masukan dari banyak
Kata Pengantar / xiii
siswa yang telah mendiskusikan kritik mengenai wawasan dunia di kelas dan perkuliahan saya. Adanya kekurangtepatan perkataan dan kesalahan di dalam buku ini merupakan tanggung jawab saya pribadi."